Anda di halaman 1dari 3

Kenali Penyakit Bell’s Palsy ≠ Stroke, Agar Tidak Terserang Dikemudian Hari

Oleh : Rahmi Fitri J

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat , Universitas Sriwijaya

Bell’s Palsy, penyakit ini masih begitu awam terdengar di telinga masyarakat Indonesia.
Penyakit ini bisa menyerang semua usia, mulai dari anak-anak hingga lansia. Berdasarkan data
yang diperoleh oleh Mia Dewi dan Widodo (2018) di Poli Neurologi di Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo ditemukan 7,6% kejadian penyakit bell’s palsy. Hal ini menunjukkan bahwa
kejadian penyakit bell’s palsy cukup jarang ditemukan atau langka di masyarakat. Sekilas
penyakit ini terlihat mirip dengan gejala yang dialami oleh penderita stroke, padahal kedua
penyakit ini berbeda walaupun sama-sama menyerang sistem saraf. Perbedaan antara bell’s palsy
dan stroke ringan ternyata sangat jauh. Termasuk gejala dan pengobatannya. bell’s palsy
menyerang saraf tepi, lain halnya dengan stroke yang menyerang saraf utama. Selain itu, efek
yang terjadi dari bell’s palsy hanya menyebabkan kelumpuhan pada salah satu sisi otot wajah.
Berbeda dengan stroke yang bisa membuat kelumpuhan hingga saraf tangan dan kaki. Bell's
palsy merupakan penyakit saraf yang menyerang saraf fasialis yang berada di wajah sehingga
mengakibatkan kelumpuhan wajah mendadak. Jika saraf yang mengendalikan otot di satu sisi
wajah rusak, misalnya akibat meradang atau bengkak, maka otak akan kesulitan menyampaikan
pesan ke otot lantaran tersumbat. Alhasil, wajah terlalu lemah untuk bergerak.

Penyebab dari penyakit bell’s palsy belum bisa dipastikan, namun beberapa studi menunjukkan
bahwa penyakit ini biasanya berhubungan dengan paparan virus. Misalnya seperti virus
influenza, infeksi adenovirus pada saluran pernapasan, campak Jerman (rubella), sampai virus
gondok. Gejala yang terjadi pada penderita bell’s palsy adalah wajah dan bibir yang tidak
simetris atau mencong mirip seperti orang yang terkena stroke, mata pada sisi yang terkena sulit
dan bahkan tidak bisa berkedip , mata tidak bisa tertutup sempurna, gangguan pada sensor
pendengaran (telingga) seperti merasa nyeri. Penyakit ini lebih rentan menyerang pada penderita
gangguan imun ( kekebalan tubuh ) , penderita diabetes , dan yang memiliki riwayat anggota
keluarga mengidap bell's palsy .
Apakah penyakit bell’s palsy ini berbahaya ? , spesialis saraf di RS Moh.Hoesin Palembang
dr. Pinto Desti Ramadhoni, Sp.S mengakatan bahwa pada kasus ringan, penyakit bell’s palsy
bisa semuh dengan sendirinya, oleh karena itu tidak perlu khawatir berlebihan ketika timbul
gejala bell's palsy. Beliau juga mengatakan walau bukan penyakit mematikan, membiarkannya
tanpa diobati bisa memicu dampak yang lebih buruk. Masa penyembuhan penyakit bell’s palsy
ini bervariasi, mulai dari hitungan minggu hingga bulan. Rata-rata penderita bisa sembuh dalam
waktu dua hingga tiga bulan. Proses penyembuhan ini bergantung pada tindakan apa yang
dilakukan oleh penderita serta kekebalan tubuh penderita itu sendiri.

Penyakit bell’s palsy bisa mengakibatkan komplikasi penyakit apabila penderita memiliki factor
risiko stroke. Dikarenakan gejala yang ditimbulkan penderita juga berisiko terkena gangguan
pada mata yaitu kekeringan berlebih, kesulitan makan, minum, dan bicara, kelemahan atau
kelumpuhan otot secara terus-menerus. Masalah yang paling berdampak pada penderita ialah
psikologis, yakni tekanan sosial akibat kelainan fisik, sehingga menjauhi lingkungan.

Apabila sudah terserang bell’s palsy pengobatan yang dilakukan bisa bervariasi sesuai dengan
tingkat keparahan gejala. Tujuan pengobatan adalah memperbaiki fungsi saraf wajah,
mengurangi kerusakan saraf dan melindungi mata. Bell’s palsy bisa juga disembuhkan dengan
terapi wajah sendiri dirumah dengan cara senam wajah, meniup, dan pijat wajah di area yang
lumpuh. Untuk mempercepat proses penyembuhan bisa dilakukan tindakan seperti fisioterapi
dan akupuntur. Operasi mungkin diperlukan pada kasus langka untuk membantu meringankan
gejala. Penyakit bell’s palsy bisa terjadi berulang, bisa terjadi pada sisi wajah yang sama maupun
pada sisi wajah yang berbeda, dalam beberapa kasus ditemukan bell’s palsy kedua sisi wajah.

Tentu saja mencegah lebih baik daripada mengobati. Penyakit bell’s palsy bisa dicegah dengan
berbagai cara. Hal yang paling utama kita lakukan adalah menjaga pola hidup bersih dan sehat.
Dikarenakan bell’s palsy berisiko tinggi terjadi pada penderita sistem imunitas rendah, hal yang
bisa kita lakukan adalah menjaga asupan nutrisi yang masuk ke tubuh kita, jangan terlalu banyak
mengkonsumsi makanan cepat saji. Pada kejadian bell’s palsy rata-rata penderita memiliki
riwayat terpapar angin secara terus- menerus, oleh sebab itu kita harus menghindari paparan
angin secara terus-menerus baik itu dari AC, kipas angin dan bahkan angin pada saat
berkendaraan bermotor.
Sumber gambar : Wikipedia Bell’s Palsy

Anda mungkin juga menyukai