Anda di halaman 1dari 19

‘TUGAS UTAMA CHIEF INFORMATION

OFFICER’
CHIEF INFORMATION OFFICER DAN PERANNYA DALAM
PEMERINTAHAN DAERAH
Posted in Uncategorized, tagged CHIEF INFORMATION OFFICER, CIO, CIO di Pemerintahan

Daerah, gcio, Government CIO, Government CIO Pemda., Pendekatan Struktural dalam Mengakomodasi

Profesi GCIO di Indonesia, Profesi GCIO, TUGAS UTAMA CHIEF INFORMATION OFFICER on Agustus 18,

2015| Leave a Comment »

CHIEF INFORMATION OFFICER DAN PERANNYA DALAM PEMERINTAHAN DAERAH

untuk merujuk, sila gunakan (Yogyantoro, Anugrah. E., 2012)


1. CHIEF INFORMATION OFFICER DAN TUGAS UTAMANYA

Di zaman tanpa batas seperti sekarang ini, bagi sebuah organisasi maupun perusahaan adalah

umum untuk memiliki seorang pimpinan atau manajer eksekutif di bidang sistem informasi. Di

Amerika, eksekutif ini dikenal sebagai CIO (Chief Information Officer) yang langsung bertanggung

jawab kepada CEO (Chief Executive Officer). Kalau di dalam format PT (Perusahaan Terbatas) di

Indonesia, CIO kurang lebih setara dengan Direktur (dalam jajaran direksi perusahaan) yang

langsung bertanggung jawab kepada Presiden Direktur. Pada kenyataannya saat ini, dapat

dihitung dengan jari ada berapa perusahaan di Indonesia yang memiliki CIO di jajaran direksinya.

Mengapa? Karena mungkin peranan sistem informasi belum begitu besar atau diperlukan oleh

perusahaan yang bersangkutan sehingga mengharuskan mereka memiliki seorang personal

eksekutif yang harus secara khusus memikirkannya.

Hal di atas cukup wajar, karena kebutuhan perusahaan akan informasi masih dalam tahap awal

dalam suatu proses evolusi. Saat ini, keberadaan seorang Direktur SDM sudah merupakan hal

yang umum, karena para praktisi manajemen sudah sepakat dan mengerti posisi strategis

manusia (SDM) dalam sebuah perusahaan. Namun beberapa puluh tahun yang lalu, sebuah

perusahaan yang memiliki Direktur SDM mungkin masih menjadi suatu hal yang langka. Paling

tidak posisi tertinggi untuk menangani masalah manusia di organisasi ada di tangan seorang

Manajer Personalia. Nampaknya Indonesia membutuhkan beberapa tahun lagi untuk dapat

mengerti pentingnya mempekerjakan seorang CIO di perusahaan.

Informasi mengenai bagaimana sejarah profesi Chief Information Officer (CIO) mula pertama

dikenal dunia menurut Electronic Data Systems Corporation (2008) tidak diketahui (lost to

history). CIO sebagai suatu profesi dapat dipahami dari posisi tugas dan fungsi jabatan yang

diemban seseorang. Diperkirakan pengangkatan CIO pertama kalinya dikenal di perusahaan-

perusahaan pada tahun 1970 (tidak disebut di perusahaan apa). Sebagaimana teknisi perusahaan,

CIO pertama ini melaksanakan tanggung jawabnya dengan pendekatan teknis, seperti
mengoptimalisasi akuisisi, integrasi dan aplikasi teknologi informasi. Belum memiliki visi, namun

lambat laun posisi CIO berkembang memiliki tanggungjawabyang multidimensional. (EDS. 2008).

Eksistensi CIO tercantum dalam Clinger-CohenAct (CCA) 1996 yang sebenarnya merupakan

kombinasi perundang-undangan Information Technology Management Reform Act (ITMRA) dan

Federal Acquisition ReformAct (FARA) pada tahun 1996. Dalam CCA 1996 tersebut secara jelas

disebutkan pembentukan jabatan CIO pada Departemen-Departemen, Agensi, dan Badan Nasional

Pemerintah FederalAmerika Serikat. National Defense Authorization Act 1996, dalam Divisi E telah

diatur Penyempurnaan ManajemenTeknologi Informasi pada DepartemenPertahanan, dan

Departemen Energi USA. Di dalamnya antara lain mengatur tentangtanggungjawab akuisisi

teknologi informasi dan agensi CIO. Tanggungjawabjawab akuisisi terdiri dari

pengaturantanggungjawab direktur, perencanaan anggaran dan kendali investasi, basis kinerja

dan hasil. Pengaturan agensi CIOterdiri dari desain CIO, tanggungjawab umum, kewajiban dan

kualifikasi CIO,definisi arsitektur teknologi informasi.

Pada tahun 2002 diterbitkan “E-Government Act” yang didalamnya banyakmengatur tentang

peran CIO. Jika CIO pada departemen sebagai agensi CIO, makadi Pemerintahan Federal USA

dikenal Dewan CIOC (Chief Information Officers Council) yang diantaranya beranggotakanDirektur

Deputi Management, Administrator E-Government, Administrator Informasidan Regulasi, CIO dari

masing masing agensi, CIO CIA, CIO Departemen Pertahanan.

Sebelum membahas peran CIO dalam pemerintahan, penulis akan menyampaikan terlebih dahulu

peran atau tugas utama dari seorang CIO dalam sebuah perusahaan. Menurut Prof. Richardus Eko

Indrajit, guru besar ilmu komputer ABFI Institute Perbanas (sebagaimana dijelaskan dalam buku

“Information Systems Management in Practice”, Ralph Sprague beserta rekannya Barbara

McNurlin), setidaknya ada lima fungsi utama CIO di sebuah perusahaan (Sprague et.al., 1993).

Berikut akan dijelaskan satu per satu.


1. MEMAHAMI BISNIS

Tugas pertama dan utama yang merupakan tanggung jawab eksekutif lain dalam jajaran direksi

adalah mempelajari dan memahami secara menyeluruh dan mendetail bisnis yang digeluti

perusahaan. Kalau dahulu manajemen inti cukup mempelajari semua komponen internal

perusahaan (khususnya sehubungan dengan produk-produk atau jasa-jasa yang

ditawarkan), saat ini hal tersebut tidaklah cukup. Persaingan yang begitu cepat dan lingkungan

bisnis yang sangat dinamis mengharuskan eksekutif perusahaan untuk selalu memantau dan

mempelajari aspek-aspek di luar perusahaan (eksternal) secara intens dan terus-menerus,

terutama yang berkaitan dengan perilaku pasar (market) dan pelanggan. Setidak-tidaknya untuk

dewasa ini ada tujuh cara yang terbukti efektif untuk mempelajari hal internal dan eksternal

perusahaan. Ketujuh cara tersebut adalah:


1) Memiliki armada SDM yang secara berkala mempelajari keadaan pasar dan komponen eksternal

lainnya;

2) Mempelajari secara mendalam proses-proses penciptaan produk atau jasa yang ditawarkan

perusahaan;

3) Mengundang bagian-bagian lain dalam perusahaan untuk berdiskusi secara berkala;

4) Menghadiri seminar-seminar yang berhubungan dengan industri terkait;

5) Membaca secara aktif publikasi-publikasi yang berkaitan dengan produk, jasa, dan industri

dimana perusahaan yang bersangkutan berada;

6) Menjadi anggota forum-forum bisnis maupun akademis terkait; dan

7) Menjalin komunikasi aktif dan konsisten dengan para manajer lini perusahaan.

2. MEMBANGUN CITRA DIVISI

Tugas kedua yang menjadi tanggung jawab seorang CIO adalah membangun kredibitilitas

direktorat sistem informasi yang dipimpinnya. Hal ini sangat penting mengingat banyak sekali

karyawan yang menilai bahwa penggunaan sistem informasi secara strategis merupakan ciri

perusahaan di masa mendatang, bukan saat ini. Namun walau bagaimanapun juga, direktorat

sistem informasi yang ada harus dapat membuktikan bahwa aktivitias-aktivitas yang dilakukan

saat ini adalah merupakan jalan atau jembatan menuju masa depan. Direktorat, departemen, atau

divisi sistem informasi (atau teknologi informasi) harus memiliki citra yang baik di mata fungsi-

fungsi lain dalam perusahaan. Strategi yang paling efektif adalah dengan cara membantu para

SDM di dalam perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya melalui utilisasi teknologi informasi,

karena hal inilah yang merupakan misi utama dari keberadaan sistem informasi di perusahaan.

Pemberian pendidikan dan pelatihan kepada para pengguna (users) sistem informasi, mulai dari

staf sampai dengan manajer eksekutif, merupakan salah satu cara lain untuk meningkatkan citra

divisi sistem informasi. Dengan menghasilkan “produk-produk” yang terbukti dapat membantu

para karyawan dalam melaksanakan aktivitas perkerjaannya sehari-hari, divisi sisten informasi

akan dengan mudah mendapatkan kepercayaan dari fungsi-fungsi lain di organisasi untuk

membawa mereka ke bentuk perusahaan masa depan.

Sumber: Sprague et.al., 1993 sebagaimana dikutip Indrajit, Eko Richardus


3. MENINGKATKAN MUTU PENGGUNAAN TEKNOLOGI

“Tak kenal maka tak sayang”, mungkin demikianlah kalimat yang cocok ditujukan bagi para

karyawan yang belum pernah dan takut menggunakan komputer. Melihat bahwa keberadaan

teknologi informasi ditujukan untuk meningkatkan kualitas kinerja SDM (employees


empowerment), seorang CIO memiliki tugas untuk memasyarakatkan teknologi informasi agar

dipergunakan secara aktif untuk para karyawan perusahaan. Selain pemberian program-program

pelatihan (training) yang bersifat edukatif, diperlukan suatu strategi untuk membuat karyawan

tertarik belajar lebih jauh dan memanfaatkan teknologi informasi yang ada. Caranya bisa beraneka

ragam, mulai dari yang bersifat hiburan (entertainment) – seperti melalui permainan pada saat

rekreasi perusahaan (company outing) – sampai dengan yang sangat serius, seperti diadakannya

workshop khusus. Tujuannya adalah agar para karyawan akrab dengan komputer (computer

literate), sehingga selain dapat meningkatkan kualitas kerja mereka, inovasi-inovasi baru berupa

ide-ide pengembangan di masa mendatang akan turut berpengaruh pada pengembangan sistem

informasi di perusahaan.

4. MENCANANGKAN VISI TEKNOLOGI INFORMASI

Tugas selanjutnya bagi seorang CIO adalah untuk menentukan visi perusahaan melalui

pemanfaatan sistem informasi di masa mendatang. Seorang eksekutif senior yang baik, adalah

yang selalu bersifat proaktif. Membantu perusahaan mencanangkan visinya di masa mendatang

adalah salah satu contoh sikap proaktif yang harus dimasyarakatkan di kalangan perusahaan. Visi

pemanfaatan sistem informasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari visi

perusahaan secara umum.

Melihat bahwa abad sekarang dan mendatang adalah era yang sangat bergantung kepada

informasi, peranan CIO dalam melihat masa depan perusahaan menempati posisi yang cukup

dominan. Namun tugas CIO tidak hanya terbatas untuk merumuskan visi saja, namun yang

bersangkutan harus dapat memasyarakatkan ide-ide yang ada ke seluruh jajaran manajemen dan

staf (create a vision). Apalah artinya sebuah visi yang

bagus tapi tidak ada seorang pun dari karyawan yang merasa perlu untuk mewujudkannya. Ada

banyak teknik dan teori yang ditawarkan kepada manajemen untuk membantu merumuskan dan

menjual visi kepada seluruh jajaran karyawan secara efektif. Hal ini sangat penting, karena visi

merupakan akar dari seluruh aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan bisnisnya

setiap hari.

5. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

Misi terakhir dari seorang CIO tentu saja membuat semua hal yang ada di atas menjadi nyata,

yaitu merencanakan dan mengembangkan arsitektur sistem informasi perusahaan, yang terdiri

dari komponen-komponen seperti software, hardware, brainware, proses dan prosedur,

infrastruktur, standard, dan lain sebagainya. Secara berkesinambungan, seorang CIO harus dapat

me-utilisasikan sistem informasi yang dimiliki perusahaan saat ini secara optimum, sejalan dengan

rencana pengembangannya di masa mendatang. Suatu kali seorang praktisi manajemen


mengatakan bahwa seorang CIO yang baik akan dapat “memanusiakan” karyawannya dengan

cara memanfaatkan teknologi informasi untuk membantunya melaksanakan aktivitas pekerjaan

sehari-hari.

1. CIO di Pemerintahan Secara Umum

Menurut Prof. DR-Ing. Kalamullah Ramli[1], mengingat strategisnya fungsi utama CIO yang telah

dipaparkan di penjelasan sebelumnya dan sebagai best practice bahwa di perusahaan swasta

posisi CIO telah berada langsung di bawah posisi pimpinan tertinggi organisasi (CEO), sebaiknya di

Indonesia juga diterapkan hal serupa. Hal ini mengingat di sejumlah negara(mengambil contoh di

Korea Selatan), posisi/kedudukan CIO di sektor pemerintahan CIO sudah masuk di jajaran level

eselon 1. Ini berarti dalam tiap departemen/kementerian, sebaiknya ada satu orang direktur

jenderal/yang setingkat dengannya yang akan mengemban fungsi CIO bagi satu

departemen/kementerian terkait.

Sejalan dengan hal di atas, oleh beliau diusulkan pula CIO di Indonesia agar di tingkat Provinsi,

CIO menjabat setingkat eselon 2 (Kepala Dinas Provinsi). Selain itu, di tingkat Kabupaten/Kota,

diusulkan agar CIO memiliki jabatan structural berada setingkat eselon 2 B (Kepala Dinas

Kab/Kota). Di samping itu, Ramli mengusulkan agar penamaan lembaga pengelola TIK di daerah

masih bervariasi, ada yg bernama Kepala Dinas Infokom, Kantor Pengolahan Data Elektronik ada

juga Badan Telematika dll, perlu panduan penyeragaman tupoksi dan penamaan, usul namanya

konsisten dengan nama Dinas Kominfo Provinsi atau Daerah.

Saat ini, sebagai contoh penerapan dari konsep CIO yang berada langsung di bawah pimpinan

utama departemen/kementerian, di Kementerian Keuangan RI tengah dipersiapkan eselon 1

khusus yang akan membidangi isu terkait teknologi informasi. Sebelum adanya rencana

pembentukan CIO level kementerian tersebut (sampai saat penulisan paper ini), Kementerian

Keuangan hanya memiliki satu unit khusus yang membidangi masalah teknologi informasi yang

menanggungjawabi seluruh kementerian. Unit ini bernama Pusat Informasi dan Teknologi, sebuah

unit eselon 2 yang berada di bawah Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan.

1. CIO di Pemerintahan Daerah

Berdasarkan telaah dari Magister Teknologi Informasi Universitas Gajahmada sebagaimana penulis

rujuk dari situsnya, peran, struktur dan tugas dari CIO level pemerintah (Government CIO) di level

Pemerintahan Daerah dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Peran Government CIO dalam Konteks Pemerintahan Daerah di Indonesia

Konsep tentang Government CIO (GCIO) telah dikenal dan dipraktekkan secara luas di luar negeri.

Di lingkungan Asia-Pasifik misalnya, forum APECTEL mendefinisikan peran GCIO dalam dua poin

besar:
 Enterprise leadership in information and IT management and provision to support future
projects for competitive business value
 Management of daily delivery of IT/IS services

Definisi peran GCIO menurut APECTEL perlu disesuaikan dengan kondisi lembaga-lembaga

pemerintah di Indonesia, terutama di lingkungan pemerintah daerah. “Enterprise leadership” harus

diterjemahkan sebagai kepemimpinan yang mencakup seluruh struktur perangkat

daerah. “Information and IT management provision” memang mutlak harus dilakukan, tentu

dalam konteks lokal sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pemerintah kabupaten/kota. Hanya saja

penyediaan informasi dan TIK tersebut harus ditempatkan dalam kerangka tugas lembaga-

lembaga pemerintah sebagai penyelenggara layanan publik.

Dalam konteks Indonesia, pada akhirnya peran GCIO tidak dapat dilepaskan dengan rencana

pemerintah untuk menerapkan e-government di semua perangkat pemerintahan. Hampir semua

lembaga pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah, saat ini masih berada dalam tataran

“mulai mengenal” pemanfaatan TIK untuk berbagai kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.

Kenyataan ini dicirikan dengan banyaknya program-program pengembangan TIK seperti

pembuatan website, pengembangan sistem-sistem informasi, pembangunan jaringan komputer

dan koneksi Internet, serta pelatihan SDM TIK. Semua program tersebut memang mengarah pada

implementasi e-government, tetapi itu saja tidak cukup. Perlu ada “perekat” yang

mengintegrasikan semua usaha tersebut dengan “roh” dari penyelenggaraan kegiatan

pemerintahan, baik di pusat maupun daerah, karena pada akhirnya TIK hanyalah berfungsi

sebagai enabler untuk menuju keadaan yang lebih baik.

Pada umumnya implementasi TIK yang efektif selalu memerlukan perubahan/penyelarasan pada

aspek-aspek yang lain. Dalam konteks pemerintahan, implementasi TIK harus disertai juga

penyelarasan tujuan dan sistem birokrasi yang ada. Pada kenyataannya, proses asimilasi TIK ke

sistem birokrasi, atau bahkan reformasi sistem birokrasi itu sendiri sebagai syarat mengefektifkan

implementasi TIK, tidaklah mudah dilakukan karena berbagai kendala. Dalam posisi inilah GCIO

(dan staf lain yang berperan sebagai information officers – IO) memegang peranan penting. GCIO

(dan IO) berperan sebagai agent of change: menjadi promotor perubahan, menetapkan arahan

dan kebijakan, dan merencanakan, mengeksekusi, serta mengevaluasi berbagai program yang

terkait dengan implementasi TIK.

Dengan memperhatikan konsep dasar tentang peran GCIO, dan kondisi khas yang pada umumnya

dimiliki oleh pemerintah daerah di Indonesia, maka MTI UGM mengusulkan untuk merinci peran

GCIO Indonesia sebagai berikut:

1. Penyusun strategi TIK. Dapat dikatakan saat ini semua pemerintah daerah di
Indonesia sedang berada dalam tahap awal pembangunan e-government seperti
diamanahkan oleh Undang-Undang no. 3/2003. Menurut Bank Dunia, pemanfaatan TIK
dalam e-government pada akhirnya harus bisa melahirkan transformasi relasi antara
pemerintah dengan warga, antara pemerintah dengan dunia usaha, dan antara sesama
lembaga pemerintah sendiri. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah
memerlukan visi, misi, dan strategi pemanfaatan TIK yang tepat. Salah satu tugas GCIO
adalah memformulasikan ketiga hal fundamental tersebut, yang diselaraskan dengan
visi, misi, dan tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
2. Promotor penyelarasan proses-proses bisnis/birokrasi. TIK sebagai enabler pada
akhirnya harus berjalan seiring dengan proses-proses birokrasi yang ada. Pada
umumnya sistem dan proses birokrasi yang ada saat ini tidak kondusif bagi
pemanfaatan TIK secara optimal, sehingga perlu ada pendekatan top-down agar
keselarasan antara keduanya bisa tercapai. Pendekatan harus secara top-down karena
pada umumnya penyelarasan TIK dengan sistem/proses birokrasi melibatkan penataan
birokrasi (struktur, mekanisme kerja, tupoksi, dan sebagainya). GCIO pada posisi
strategis (misalkan setingkat Sekda) dapat mengemban peran sebagai promotor dan
inisiator bagi penyelarasan ini.
3. Promotor manajemen solusi TIK. Seorang GCIO harus dapat melihat bagaimana TIK
memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Sebagai promotor untuk
solusi-solusi TIK, GCIO harus dapat mendefinisikan tujuan dan sasaran solusi yang akan
diimplementasikan, strategi pengembangan dan operasionalisasinya, dan tahapan-
tahapan yang harus dijalankan.
4. Penentu kebutuhan TIK. Sebagai konsekuensi dari peran no. 2 dan 3, pemerintah
daerah akan memerlukan sarana dan fasilitas TIK (perangkat keras, jaringan, perangkat
lunak, dan data). Penentuan kebutuhan dengan memanfaatkan prinsip efisiensi dan
efektivitas perlu dilakukan oleh GCIO. Lingkupnya adalah pada seluruh kabupaten/kota,
sehingga perlu memperhitungkan alokasi dan pemakaian bersama di lembaga-lembaga
yang ada.
5. Perancang anggaran TIK. GCIO juga perlu memiliki fungsi perancang anggaran,
untuk menjamin kebutuhan-kebutuhan TIK dapat dianggarkan secara tepat guna.
6. Pengelola operasional sistem dan teknologi informasi. Pada tataran operasional,
GCIO diperlukan untuk menjamin operasional sistem dan teknologi informasi dapat
berjalan dengan baik.
7. Penilai kinerja TIK. Implementasi TIK yang berjalan perlu dinilai kinerjanya untuk
berbagai kepentingan. Untuk kepentingan audit, penilaian kinerja dilakukan untuk
mengetahui kelayakan implementasi dengan anggaran. Untuk kepentingan
pengembangan dan penyempurnaan, evaluasi kinerja dapat memberitahu aspek-aspek
apa saja yang perlu mendapatkan perhatian. GCIO harus dapat menjadi promotor
maupun eksekutor dalam evaluasi kinerja TIK.

Ketujuh peran di atas tentu saja tidak dijalankan oleh satu jenis GCIO saja. Jika diidentifikasi, ada

peran yang memerlukan kekuatan struktural pada level strategik, ada peran yang memerlukan

kapabilitas koordinasi fungsional, dan ada peran yang memerlukan kapabilitas teknis operasional.

Masing-masing memerlukan GCIO pada level yang dimaksudkan. Persoalannya yang muncul

kemudian adalah bagaimana mendefinisikan posisi jenis-jenis GCIO tersebut pada struktur

organisasi pemerintah daerah, menentukan tupoksinya dan kompetensi yang diharapkan, dan

menyiapkan SDM-SDMnya.

2. Pendekatan Struktural dalam Mengakomodasi Profesi GCIO di Indonesia

Peran-peran GCIO di atas memerlukan kapabilitas-kapabilitas berikut ini agar program-program

pemanfaatan TIK bisa terlaksana secara efektif: perencanaan, koordinasi, dan pelaksanaan

(eksekusi). Kapabilitas-kapabilitas ini harus diletakkan dalam struktur organisasi pemerintahan.

Peraturan Pemerintah (PP) no. 41 tahun 2007 mengatur tentang organisasi perangkat daerah.

Secara garis besar, struktur organisasi perangkat daerah dapat digambarkan seperti pada Gambar

1.

Gambar 1. Ringkasan struktur organisasi perangkat daerah


Dari penjelasan di Bagian 1 dapat diketahui ada 3 jenis peran GCIO yang menuntut posisi-posisi

struktural yang berbeda:

 Jenis peran strategik, yang berurusan dengan visi, misi, dan strategi TIK yang diturunkan
dari visi, misi, dan strategi pemerintah daerah. Jenis peran ini juga bertanggungjawab atas
keselarasan implementasi TIK di seluruh daerah dengan strategi TIK yang bersifat nasional.
 Jenis peran koordinatif, yang berurusan dengan perencanaan program-program TIK dan
berbagai bentuk koordinasi yang diperlukan.
 Jenis peran pelaksana (eksekutor), yang bersifat sektoral dan spesifik dalam sebuah dinas
atau lembaga teknis daerah.

Ketiga kebutuhan jenis peran GCIO tersebut di atas diakomodasi dengan posisi-posisi struktural

yang ditunjukkan pada Gambar 2. Usulan seperti pada Gambar 2 diajukan dengan dasar pemikiran

untuk lebih memperkuat penetrasi inisiatif pengembangan TIK melalui fungsi-fungsi organisasi

yang sudah ada saat ini. Dengan melekatkan fungsi pengelolaan informasi pada tupoksi perangkat

daerah, diharapkan bisa terjadi asimilasi yang selaras antara TIK dengan fungsi-fungsi

penyelenggaraan pemerintahan yang lain.

Posisi Asisten Sekda bidang Administrasi dan Informasi membawa jenis peran GCIO

strategik. Dengan eselon 2, Asisten Sekda memiliki kewenangan yang setara dengan posisi Kepala

SKPD (Dinas), tetapi memiliki otoritas Sekretariat Daerah untuk mengarahkan dinas-dinas yang

ada.

Gambar 2. Posisi-posisi struktural untuk mengakomodasi kebutuhan GCIO

Tugas Asekda Adm&Informasi adalah membantu kepala daerah dalam menyusun visi, misi,

strategi, dan kebijakan TIK daerah dan mengkoordinasikannya dengan dinas-dinas dan lembaga

teknis daerah.

Dalam menjalankan tugasnya, Asekda Adm&Informasi melaksanakan fungsi-fungsi sebagai

berikut:

 Menyusun visi, misi, strategi, dan kebijakan TIK pemerintah daerah


 Mengkoordinasikan pelaksanaan implementasi TIK di dinas dan lembaga teknis daerah
 Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan TIK pemerintah daerah
 Membangun IT governance di daerah dan menjamin pelaksanaannya secara efektif
 Membina aparatur daerah yang terkait dengan implementasi TIK

Posisi kedua adalah Bidang Perencanaan TIK di bawah instansi Bappeda. Bidang ini diusulkan

untuk mengakomodasi kebutuhan perencanaan program-program implementasi TIK yang

diselaraskan dengan program-program pembangunan daerah yang lain. Kepala Bidang Informasi

Bappeda adalah GCIO dengan fokus jenis peran perencanaan dan koordinasi.

Secara umum tugas Bidang Perencanaan TIK Bappeda adalah melaksanakan penyusunan

kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan TIK daerah. Kebijakan-kebijakan

perencanaan di bidang TIK ini mengimplementasikan arahan-arahan kebijakan makro yang dibuat
oleh Asekda Adm&Informasi. Ciri koordinatif, selaras, dan sinergis harus mewarnai kebijakan

perencanaan operasional ini. Hal-hal yang dicakup antara lain sebagai berikut:

 Kebutuhan sarana dan fasilitas sistem dan teknologi informasi


 Program-program pengembangan sarana dan fasilitas sistem dan teknologi informasi sebagai
solusi bagi persoalan-persoalan yang dihadapi
 Standar dan mekanisme pertukaran data dan informasi antar lembaga daerah
 Anggaran pembangunan sistem dan teknologi informasi

Dalam menjalankan tugasnya, Bidang Perencanaan TIK Bappeda melaksanakan fungsi-fungsi

sebagai berikut:

 Merumuskan kebijakan perencanaan TIK di daerah yang diturunkan dari visi, misi, strategi,
dan kebijakan TIK daerah
 Mengkoordinasikan perencanaan pengembangan sistem dan teknologi informasi secara
koordinatif, selaras, dan sinergis
 Mengevaluasi usulan-usulan pengembangan TIK sektoral (dari dinas dan lembaga teknis) dan
menyelaraskannya dengan kebijakan perencanaan TIK daerah

Posisi terakhir adalah Subbidang TIK pada dinas dan lembaga teknis daerah. Unit Subbidang TIK

adalah unit sektoral yang menerjemahkan kebijakan-kebijakan perencanaan TIK daerah menjadi

program-program implementasi TIK di masing-masing dinas atau lembaga teknis daerah. Urusan

TIK ditempatkan di bawah Sekretariat untuk mengakomodasi sifat koordinatif dari tugas-tugas

yang dijalankan.

Menurut PP 41/2007, tugas Dinas adalah melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan

asas otonomi dan tugas pembantuan. Subbidang TIK bertugas mengusulkan, mengadakan, dan

menjalankan program-program pemanfaatan TIK yang mendukung tugas dinas yang

menaunginya. Program-program yang diusulkan harus sejalan dengan kebijakan perencanaan TIK

daerah yang dibuat oleh Bidang Perencanaan TIK Bappeda, sehingga koordinasi antara dua unit ini

pada saat pengusulan program (dan anggaran) menjadi mutlak diperlukan.

Subbidang TIK menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut:

 Mengkoordinasikan kebutuhan dan usulan program pengembangan TIK di lingkungan dinas


atau lembaga teknis yang menaunginya
 Merumuskan kebijakan teknis untuk pemanfaatan TIK sesuai dengan lingkup tugas dinas
atau lembaga teknis yang menaunginya
 Mengusulkan program dan kegiatan dalam rangka pemanfaatan TIK, dengan memperhatikan
arahan kebijakan perencanaan sistem dan teknologi informasi daerah
 Mengoperasikan dan memelihara sarana dan fasilitas sistem dan teknologi informasi di
lingkungan dinas atau lembaga teknis yang menaunginya

GCIO pada tingkat ini adalah Kepala Subbidang TIK di dinas atau lembaga teknis daerah. Bidang

tugasnya bersifat manajemen operasional, dan mencakup perencanaan dan pengusulan program,

eksekusi program, operasional, dan evaluasi program/kegiatan.

1. Penutup
Setelah melakukan telaah literatur dan mengkaitkannya dengan penerapan yang dijalankan di

struktur pemerintahan daerah, penulis menyimpulkan beberapa hal. Dalam praktiknya, ternyata

tidak semua fungsi dari seorang CIO dapat diakomodasi seorang Government CIO Pemda. Fungsi

yang pertama yakni memahami bisnis menurut hemat penulis dirasakan telah cukup dapat

diakomodasi dengan baik, mengingat cakupan kerja dari proses pemahaman bisnis tidaklah terlalu

luas.

Berkenaan dengan fungsi kedua yakni membangun citra divisi, dalam struktur institusi

pemerintahan daerah di mana CIO pada umumnya berada 2 level dari pimpinan utama (kepala

daerah), citra divisi dari unit CIO dirasakan cukup dapat relatif dengan mudah dibangun.

Walaupun hal ini tentu saja masih memuat factor subjektif pimpinan unit CIO sendiri, tetapi, untuk

level CIO setingkat di bawah sekretaris daerah/ Bappeda, citra divisi tidaklah sulit dibangun

mengingat unit CIO dimaksud masih cukup kecil sehingga tidak membutuhkan usaha yang besar

dalam melaksanakannya.

Faktor ketiga adalah meningkatkan mutu penggunaan teknologi. Berkenaan dengan hal ini, penulis

merasakan masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan pemerintahan daerah dalam

meningkatkan mutu penggunaan teknologinya. Dengan jumlah 33 provinsi dan 399

kabupaten/kota (data 2011), merupakan tantangan tersendiri untuk bagaimana di tengah

terbatasnya sumberdaya baik SDM maupun sumber dana, pemerintah daerah c.q CIO-ny masing-

masing dapat meningkatkan mutu penggunaan teknologinya.

Faktor berikutnya adalah mencanangkan visi teknologi informasi. Penulis berpendapat, dengan

struktur yang ada saat ini dan terbatasnya sumber daya di level pemerintahan daerah, tanggung

jawab CIO ke-empat ini dirasakan masih sulit terwujud. Tidak perlu jauh-jauh melangkah ke level

visi, program dan kegiatan dari sebuah pemerintah daerah saja belum tentu dapat terlaksana

semua. Namun demikian, harapan penulis ada di level pimpinan. Baik pimpinan provinsi maupun

pimpinan kabupaten dan kota dapat menggunakan wewenang yang mereka miliki agar mencapai

tanggung jawab ini

Terakhir, berkaitan dengan pengembangan arsitektur system informasi, untuk membuat,

merencanakan dan mengembangkan arsitektur sistem informasi perusahaan, dirasakan struktur

CIO pemda yang ada saat ini telah cukup dapat mengakomodasi tanggung jawab ke-5 ini. Dengan

catatan, ada inisiatif kepala daerah selaku CIO untuk membantu meng-enforce wewenang yang

dimiliki CIO agar dapat mengembangkan system informasi yang dimiliki masing-masing unit

pemerintahan daerah.

Sebagai penutup, ada 2 hal yang menjadi titik tekan penulis terhadap peran ke depan dari CIO

masing-masing pemerintahan daerah. Yang pertama, sejalan dengan masukan Prof. Ramli,
seyogyanya demi peningkatan fungsi dan kapasitas CIO, pemda harus mengusahakan agar di

tingkat Provinsi, CIO menjabat diberi posisi setingkat eselon 2 (Kepala Dinas Provinsi). Selain itu,

di tingkat Kabupaten/Kota, diusulkan agar CIO memiliki jabatan structural berada setingkat eselon

2 B (Kepala Dinas Kab/Kota). Hal ini penting karena dengan posisi yang lebih tinggi, wewenang

yang dimiliki semakin besar dan dapat menunjang tanggungjawab yang dimiliki CIO.

Yang kedua, untuk mengatasi lag di atas (jika belum dapat mereorganisasi struktur CIO),

seyogyanya dapat dilakukan koordinasi yang lebih baik antara sekda level provinsi, kabupaten,

dan Kementerian Komunikasi Informasi selaku CIO nasional dalam mengatasi lag yang ada

(contoh:pengembangan aplikasi, terbatasnya SDM dan dana). Supervisi Kemenkominfo haruslah

benar-benar dijalankan dengan baik demi peningkatan peran CIO pemda menuju pengelolaan

teknologi informasi nasional yang lebih baik.

CIO
Kristanta Riyadi, 23207056
Chief Information Officer -CIO
Apa, Siapa dan Bagaimana ?

Abstrak :

Pesatnya perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi dan broadcasting


memberikan dampak yang besar bagi enterprise – yaitu organisasi profit maupun non
profit. Perubahan dunia menuju digital economy tersebut membawa dampak yang besar
terhadap kelangsungan suatu enterprise. Berlebihnya informasi, munculnya teknologi
baru dan usangnya teknologi lama dan tekanan-tekanan dari competitor untuk
menguasai market, membuat suatu enterprise perlu melakukan perubahan-perubahan
secara cepat dan efisien berbasis yang teknologi dan informasi. Oleh karena itu
diperlukan kemampuan mengelola informasi dan teknologi, manajemen risiko,
manajemen pengetahuan, dan investasi. Keempat hal tersebut yang harus dilakukan
oleh Chief Information Officer ( CIO ).

Pembahasan tentang CIO diawali dengan kondisi realita di dunia enterprise dan
kemudian pendapat-pendapat tentang CIO yang berdasarkan hasil survey. Dilanjutkan
kemudian dengan Peranan dan Persyaratan CIO, Peranan CIO di BUMN Industri Startegis
PT YYYY - Indonesia dan diakhiri dengan kesimpulan tentang CIO.

Kata Kunci : Gaj CIOi, Survey, Teori Keagenan, Kapanpun-Dimanapun-Layanan Apapun,

CIO, Business enabler


Masalah : Apa dan siapa CIO

Metode : Melakukan studi literatur dengan cara mengumpulkan informasi dari seminar,
konferensi dan Internet.

Pembahasan

Gaji CIO

”Gaji CIO bisa menembus ratusan juta rupiah per bulan. Seorang narasumber
membisikkan, gaji CIO di grup perusahaan besar bisa Rp60–90 juta per bulan.
Sementara itu, di perusahaan dengan skala menengah gajinya Rp40–60 juta. Sedangkan
perusahaan beromzet kurang dari Rp100 miliar per tahun mampu menggaji CIO paling
tinggi antara Rp20–30 juta per bulan”1)

Hasil Survei tentang CIO

Menurut Price Waterhouse Coopers2) tentang peran CIO pada tahun 1990-an, hubungan
CIO dengan teknologi adalah sebesar 76%, sedangkang tahun 2000-an menjadi 20%
dan bahkan berubah menjadi mitra strategis CEO dalam memberi dukungan solusi
strategis organisasi.

Survei global IBM yang melibatkan lebih dari 170 CIO perusahaan-perusahaan
terkemuka di dunia lewat suatu survey yang berjudul IBM CIO Leadership Forum Survey
menunjukkan bahwa :
Kurang lebih sekitar 84% CIO percaya bahwa TI secara signifikan akan mengubah
industri
Kurang lebih 16% dari CIO yang mengakui bahwa perusahaan mereka sudah
sepenuhnya memanfaatkan TI.

Dalam studi IBM yang lain, IBM Global CEO Study, telah dilakukan riset komprehensif
terhadap 750 Chief Executive Officers (CEO) dengan hasil :

· 80% di antara CEO memandang Integrasi bisnis dan teknologi sebagai hal yang sangat
penting.

o 45% dari para CEO dari angka di atas sudah mengintegrasikan kedua unsur tersebut
secara luas di dalam perusahaan mereka.

Menurut para CEO yang telah mengintegrasikan bisnis dan teknologi, mengatakan
bahwa perusahaan mereka telah mengalami peningkatan pendapatan 3 kali lipat lebih
sering dari perusahaan-perusahaan yang kurang terintegrasi. Kelompok CEO ini juga
mengaku dapat meraih pendapatan 5% lebih cepat dari pesaing-pesaingnya

Menurut Julianto Sudarto, Country Managing Director Accenture, penelitian terhadap CIO
atau CTO tentang peran mereka dalam pengembangan teknologi informasi (TI),
termasuk urusan belanja dan pengelolaannya menunjukkan 60% dari mereka telah
diberi tanggung jawab menentukan kepentingan bisnis perusahaan.

Lembaga Riset Accenture telah melakukan penelitian terhadap 48 CIO dan CTO di
Malaysia, Singapura dan Indonesia – yang merupakan bagian dari penelitian global
Accenture terhadap 500 CIO dari perusahaan publik maupun swasta di 22 negara.
Menurut Julianto Sudarto, Country Managing Director Accenture, hasil penelitian
terhadap CIO atau CTO tentang peran mereka dalam pengembangan teknologi informasi
(TI), termasuk urusan belanja dan pengelolaannya menunjukkan :

· 60% dari mereka telah diberi tanggung jawab menentukan kepentingan bisnis
perusahaan.
Belanja TI di Indonesia mayoritas ditentukan divisi TI (50%), Singapura 12% dan
Malaysia 27%. Sementara itu, arahan kantor pusat hanya 21% — ini pun bila ada
penyelarasan program yang bersifat global.
Untuk perubahan infrastruktur yang dominan dan alih daya infrastruktur, CIO di
Singapura lebih berperan ketimbang CEO-nya (masing-masing 94%), sementara di
Malaysia 80% dan Indonesia Hanya 77% dan 71%.
Untuk keputusan aplikasi (upgrade, perubahan atau alih daya), Persentase keterlibatan
CIO Indonesia berkisar 31%-57%, sedangkan di Singapura 50%-94%.

Hasil survei Lynda Applegate, Profesor di Harvard Business School tentang aktivitas
kerja yang dilakukan seorang CIO dalam bekerja, menunjukkan bahwa kegiatan utama
CIO adalah Strategi perusahaan, SDM dan Operasi. Hasil survei tersebut adalah sebagai
berikut :

Gambar 1 Aktifitas CIO4)

Bila dilihat pada gambar 1-Aktifitas CIO, faktor teknis TI hanya 19% dari total 100%.
Hal ini menunjukkan faktor teknis tidak memberikan kontribusi yang sangat berarti,
karena faktor strategi (27%), SDM (17%), Operasi (13%) dan sebagainya justru lebih
diutamakan. Dari hasil survei di atas dapat terlihat alasan utama mengapa CEO
cenderung menyukai CIO berlatar belakang non TI. CEO akan lebih mudah
berkomunikasi dengan CIO yang bersifat “business managers” daripada “technical
managers”. Sehingga, pengetahuan bisnis dan manajemen yang memadailah yang lebih
diperlukan dalam kriteria pemilihan CIO.

Latar Belakang pentingnya Informasi, Teknologi dan Komunikasi

Kasus fraud yang menimpa Enron, WorldCom, Philadelphia, Tyco menyadarkan kalangan
bisnis di AS tentang pentingnya IT Governance. Bahkan dibuatlah the Sarbanes-Oxley
Act di tahun 2002 untuk mengembalikan keyakinan para stakeholder. SOA mewajibkan
eksekutif perusahaan menyatakan pertanggung-jawaban mereka dalam membangun,
mengevaluasi dan memonitor keefektifan sistem pengendalian intern dimana fungsi IT
menjadi sangat krusial untuk memenuhi persyaratan tersebut. Akibat dari SOA tersebut
:

· Belanja IT di seluruh dunia naik dengan pertumbuhan 5% atau US$916 milyar di tahun
2004 (IDC, 2005), Lebih dari US$ 3,1 triliun pada 2006 dan diperkirakan meningkat di
tahun 2007.

· Khusus belanja IT di Asia Pasifik, ternyata pembelanjaan TI (11%/tahun) melampaui


kawasan lain di dunia.

o India dan Cina berada di jajaran terdepan dari pembelanjaan ini (tumbuh 40% dan
20% per tahun).

o Kawasan Asia Tenggara tumbuh dua digit.


Kasus Enron tersebut diatasi dengan IT Governance, salah satunya dengan GCG – Good
Corporate Governance. GCG dapat mengatasi teori keagenan di dalam bisnis dengan
cara penggunaan perangkat-perangkat IT.

Teori keagenan di dasarkan pada 3 asumsi yaitu :


Asumsi sifat manusia :

Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia mempunyai sifat mementingkan diri
sendiri, mempunyai keterbatasan rasional dan tidak menyukai resiko.
Asumsi keorganisasian

Asumsi keorganisasian menekankan adanya konflik antar organisasi, efisiensi sebagai


kriteria efektifitas dan adanya asimetri informasi antara principal dan agen.
Asumsi informasi

Asumsi Informsai menekankan bahwa informasi sebagai barang komoditi yang dapat
diperjual belikan.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan membanjirnya informasi, maka kegiatan


bisnis menjadi semakin kompleks. Hal ini disebabkan semakin dekatnya “jarak” antara
pelaku bisnis, boleh dikata dalam hitungan detik para pelaku bisnis dapat saling
berhubungan dalam bentuk apapun. Ada 3 faktor utama yang menyebabkan perubahan-
perubahan mendasar pada kegiatan ekonomi :
Teknologi

Kemajuan-kemajuan Hardware di dunia komputer, di dunia telekomunikasi, dan trend


bergabungnya teknologi-teknologi tersebut dan teknologi lainnya dengan tujuan
menyediakan Layanan Universal, Personal dan dengan kemampuan mobilitas. “ Kapan
pun, di mananpun, layanan apapun”. Hal ini tidak lepas dari teori keagenan di atas.
Pasar

Akibat dari kemajuan teknologi, terjadi juga perubahan-perubahan di sisi Market.


Perubahan dari Kekuatan kustomer yang ingin Layanan apapun, Kapan pun, dan di
manapun membawa perubahan pula di sisi Vendor. Munculnya real time operation, JIT,
TQM, CRM semuanya tidak lepas dari persaingan vendor untuk menyediakan Layanan
bagi kustomer. Bakan vendor bisa jadi harus merubah strategi perusahaannya, proses
bisnis dan manajemennya.
Regulasi

Perubahan teknologi dan pasar, membuat pemerintah perlu membuat aturan-aturan


baru. Perubahan teknologi yang menyebabkan perubahan perilaku bisnis, harus di atur
dengan aturan-aturan baru.

Dampak langsung yang timbul dari sebab-sebab di atas dapat kita rasakan secara
langsung, antara lain :
Interaksi yang intens dengan vendor dan konsumer
Perubahan Managemen dan Teknologi
Perubahan Atitude para eksekutif dan stakeholder

Peran CIO

Disinilah CIO dituntut perannya. CIO harus bisa membuat suatu perusahaan mendapat
profit margin yang besar akibat adanya perubaha-perubahan teknologi, pasar dan
regulasi yang membawa dampak perubahan perilaku bisnis.
Menurut Indra Utoyo, Direktur Teknologi Informasi/CIO PT Telkom Tbk, CIO memiliki
peran dalam mengeliminasi kompleksitas dengan memilih teknologi yang bisa
mendukung sasaran kegiatan bisnis. Dan hal itu dimulai dari praktek-praktek
manajemen, bukan dari teknologinya.

Menurut Presiden Direktur IBM Indonesia Betti Alisjahbana, peran CIO sekarang adalah
menjadi TI pemberdaya dan katalis inovasi. Tujuannya adalah untuk menentukan arah
bisnis strategis dan menawarkan ide-ide baru serta menyejajarkan TI sedemikian rupa
sehingga memberikan manfaat bisnis. Jadi, peran CIO berubah dari business support
menjadi business enabler3)

Tugas CIO :
Munculnya tugas dan wewenang CIO di bidang strategis dan semakin meningkatnya
peran tersebut. CIO harus mengenali pengaruh TIK terhadap organisasi, menentukan
arah / strategi TIK yang menjamin adanya keselarasan antara strategi bisnis dan
strategi TIK
Antisipasi perubahan teknologi, market dan regulasi.

Kemampuan mengenali perkembangan, potensi teknologi dan bisnis TIK dalam konteks
pemanfaatan peluang bagi organisasi dan transformasi organisasi dan perlu menekankan
kepada pelaku organisasi tentang pentingnya era web-based services dibandingkan
kemajuan teknologinya sendiri
CIO bertugas mengorganisasikan dan melindungi asset-aset TI perusahaan

Menentukan dan menjamin tatakelola TIK yang benar dan baik dalam organisasi
sehingga dinamika organisasi selalu menuju pada tujuannya.
CIO bertugas sebagai visioner yang memimpin dan mengendalikan strategi
perusahaaan.

Merumuskan visi dan misi; menterjemahkannya menjadi tujuan organisasi; kemudian


menjalankan dan memimpin organisasi TIK untuk mencapai hasil-hasil sesuai visi, misi
dan tujuan organisasi
CIO menjadi leader dalam pengukuran dan pengembangan new computing.

Mendemonstrasikan dan melakukan pengukuran nilai dari TIK, secara proaktif mengatur
performansi berdasarkan hasil yang didapatkan.
CIO bertugas untuk menjembatani Gagap teknologi

Mendistribusikan teknik baru hasil pengembangan, alat dan pendekatan yang dilakukan

Persyaratan CIO

Untuk menjadi CIO, orang harus memenuhi persyaratan CIO, antara lain:
Figur CIO adalah yang memiliki kemampuan bisnis

Kebutuhan perusahaan terhadap figur CIO mengalami pergeseran. Rata-rata figur CIO
yang dicari adalah yang memenuhi persyaratan dan kompetensi yang lebih tinggi, serta
memenuhi kriteria business people, bukan techno people. Bahkan banyak perusahaan
saat ini yang mencari CIO yang memiliki latar belakang keuangan. Oleh karena itu CIO
harus mempunyai kompetensi
kepemimpinan bisnis seperti negosiasi, hubungan dengan pelanggan, kontrak,
kemampuan tentang manajemen perubahan karena perubahan yang cepat di bidang
teknologi, market dan regulasi.
Mempunyai kemampuan komunikasi yang baik.
Pada ummumnya Profesional TI suka akan informasi terbaru dari teknologi terbaru.
Sehingga lebih banyak berinteraksi dengan mesin daripada dengan manusia lain. Atau
biasa disebut “technologist” yang pendiam dan tertutup dalam hubungan sosial tetapi
cenderung kompleks, detil dan komplit saat bicara tentang bidang yang memang
disukainya.

Berbeda dengan pola komunikasi seorang “businessman” yang lebih generalis dan
menyukai solusi yang sederhana, sering bermetafora dalam negosiasi dan lobi.
Pengetahuan manajemen yang bagus

CIO juga harus “mengerti” seluk beluk bisnis dan manajemen, mengerti arti investasi
dan menerjemahkannya dalam bentuk hitungan finansial bisnis (misalnya ROI, Cashflow,
NPV), dapat menjalankan fungsi manajemen lintas departemen, dan menciptakan value
bagi peningkatan revenue perusahaan melalui TI dengan strategi bisnis yang tepat.
Dengan demikian CIO harus memiliki kompetensi di bidang manajemen teknologi
informasi, perencanaan strategis teknologi informasi, manajemen proyek teknologi
informasi
MempunyaiSoft-skills dan Hard-skill yang bagus

CIO harus mempunyai kompetensi di bidang teknis yaitu kompetensi penguasaan


teknologi informasi. Sepuluh hal-hal dasar yang diinginkan dari seorang CIO di Indonesia
adalah kemampuan soft-skill dan hard-skill.

· Soft skill :

Kemauan belajar hal baru, Jujur, Kreatif/inovatif, Bahasa Inggris, Disiplin, Kemampuan
analisis, Kemampuan bekerja dalam tim, Ketrampilan interpersonal, Komunikasi lisan,
Problem solving skills

· Hard-skills

Keamanan jaringan (networking security), Algoritma, Perancangan basisdata, Struktur


data, Administrasi jaringan, Ketrampilan terkait dengan hardware, Metode
pengembangan system informasi, Object oriented analysis/ design/ programming, SQL,
TCP/IP

Problematika yang dihadapi CIO

Dalam pekerjaanny, seorang CIO akan menghadapi banyak masalah. Masalah-maslah


yang sering dihadapi8) antara lain :

Rank Issue

1 IT and Business Aligment

2 Attracting, developing, retaining IT Professional

3 Security and Privay

4 IT Strategic Planning

5 Speed and Agility

6 Government Regulation
7 Complexity reduction

8 Measuring the performance of the IT Organization

9 Creating an information Architecture

10 IT Governance

Peranan CIO di PT.xxx

Berdasarkan 3 kelompok perubahan yaitu teknologi, market dan regulasi, maka CIO-nya
dituntut untuk :
Menguasi kemajuan di bidang teknologi.

Perubahan yang sangat cepat di bidang teknologi dengan munculnya teknologi-teknologi


seperti GPRS, CDMA-200, cdma-2000 EV-DO, 3G, WiMax, dll sangat perlu di antisipasi
dan katalog-kan. Saat ini bisnis yang diterjuni adalah :
Teknolgi Akses Radio GSM, 2.5G, 3G dan 3,5G
Teknologi Akses Radio cdma2000, cdma2000 EV-DV dan cdma 2000 EV-DO
Teknologi Akses OAN, MS-OAN
Teknologi Transport SDH Optik, NGN SDH
Teknologi Transport SDH dan PDH Radio
Teknologi Next Generation Network
Teknologi Civil, Mechanical, Electrical seperti Tower, Shelter dan Gedung, Genset
Teknologi Akses berbasis IP Pre-Wimax, Wimax
Menguasai pemahamam tentang Market

Perubahan teknologi dan kemajuan industri menyebabkan globlasisasi sehingga terbuka


peluang bagi vendor-vendor di luar masuk ke Indonesia beserta teknologinya. Hal ini
memang tidak bisa dibendung. Sehingga perusahaan harus mengubah strategi-nya.

Salah satu contoh perubahan strategi ini sudah dialami oleh perusahaan telekomunikasi
asal Amerika, yaitu Motorola. Motorola melakukan produksi di China agar memperoleh
harga produk yang murah dan dekat dengan pasar Asia.

Sebagai contoh persaingan adalah :

· Produk dari China ZTE untuk CDMA, OAN, MS-OAN dan Aksesories

· Produk dari China Huawei untuk CDMA, OAN, MS-OAN dan Aksesories

· Produk dari Taiwan Repeater seperti Comba

· Produk dari Korea untuk CDMA, Transmisi dan Aksesories

· Produk-produk dari Eropa Untuk GSM seperti Nokia, Siemen, Ericsson, Motorola

Perubahan Strategi ini harus di dukung dengan informasi-informasi bisnis dan juga
teknologi yang tepat.

Selain munculnya producen-produsen dari asia, munculnya operator-operator baru


memunculkan pula pola bisnis baru. Operador Baru dengan dana yang tidak terlalu
besar, harus bersaing dengan operador-operator lama yang sudah melampui Break
Event Point. Dengan coverage yang sangat luas tentunya dibutuhkan dana yang sangat
besar. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, maka muncul pola baru :

- Pola Build, Operate and Transfer ( BOT )

- Pola Build, Operate – Leased ( BOL )

- Pola Sharing Infrastruktur


Menguasai pengetahuan tentang Regulasi

Munculnya perubahan teknologi menjadikan munculnya aturan-aturan baru.

· Kewajiban bagi operator untuk menyediakan Layanan Universal USO

· Seperti aturan frekuensi 3 G dan telah dilakukannya lelang frekuensi 3 G,

· frekuensi WiMAx yang belum ditentukan,

· aturan VoIp, Multimedia dan mungkin juga aturan tentang Unified License.

Disinilah PT.xxx dituntut untuk memperjuangkan kepentingannya di bidang regulasi.

Dengan mencermati perkembangan-perkembangan teknologi, market dan regulasi,


maka CIO dituntut untuk mengikuti perubahan dengan memperhatikan kondisi
perusahaan. Kondisi perusahaan saat ini adalah :
Strategi

Menjadi penyedia jasa bagi pelanggan. Saat ini PT.xxx menjadi penyedia jasa di
operator-operator telekomunikasi seperti TELKOM, INDOSAT GROUP, TELKOMSEL,
MOBILE 8, XL, ESIA. Di bidang teknologi, xxx tidak mempunyai core produk. Strategi
bisnis yang sudah berhasil dilakukan selama ini adalah sebagai main kontraktor dengan
pembiayaan sendiri atau dengan pola Konsorsium. Di bidang regulasi, xxx tidak dapat
mempengaruhi regulasi.

Dengan perubahan-perubahan tersebut maka seorang CIO bertugas untuk membantu :


Menyediakan infrastruktur untuk Decision Making
Koordinasi dengan berbagai divisi bisnis untuk melakukan pemilihan partner, produk,
dan pelanggan
Arsitektur IT

Seorang CIO harus bisa memotret keadaan IT di perusahaan dan kemudian melakukan
analisa apakah sistem informasi tersebut sudah efektif. Pada umumnya sistem yang
digunakan adalah de-sentralisasi di berbagai Divisi, bahkan seperti PT.xxx tidak
mempunyai Divisi khusus yang menangani IT. Sehingga jika terjadi gangguan, tidak ada
kejelasan tanggung jawab. Biasanya di departemen-departemen tersedia aplikasi-
aplikasi yang berbeda. Demikian juga data-data. Data-data lebih banyak tersimpan di
pengguna, sehingga tidak ada sharing data. Masing-masing divisi mempunyai kebijakan-
kebijakan sendiri. Produk kadang-kadang ditangani oleh banyak divisi sehingga terjadi
double investasi, double SDM dan terjadi perbedaan-perbedaan harga untuk produk
yang sama.

Sumber Daya Manusia

Dengan perkembangan teknologi dunia yang pesat, maka dibutuhkan tenaga terdidik
dan tenaga ahli dengan kemampuan yang harus berubah secara cepat pula. Di PT.xxx
sebagian besar berpendidikan bukan sarjana dan menjadi pejabat strategis, sehingga
lebih banyak berhubungan dengan sistem informasi Transaction Processing System.
Knowledge worker jumlahnya sangat sedikit dan kebanyakan fungsional. Dengan gaji
yang rendah dan tanpa posisi, sudah banyak Knowledge worker yang pindah
perusahaan. Perpindahan knowledge worker tersebut disertai pula perpindahan
kemampuan yang melekat.
Operasi

Di bidang operasional sehari –hari, sudah berjalan Sistem Informasi Pelaporan yang
terintegrasi. Tetapi masih banyak perbedaan harga beli dan harga jual dari divisi-divisi
dan belum terjadi sinkronisasi. Di samping itu, masih banyak divisi yang belum
mendasarkan layanannya pada web-service. Kegiatan operasional yang meliputi
Instalasi, test commissioning dan integrasi, Manajemen Proyek serta Maintenance belum
terkontrol secara on-line.

Dengan kondisi-kondisi tersebut di atas, maka CIO mempunyai fungsi-fungsi antara lain
:

Di bidang Strategis :
Membantu merumuskan kebijakan strategis
Membantu transformasi bisnis tradisional menjadi e-bisnis
Menyelaraskan kemajuan bisnis dengan teknologi, informasi dan telekomunikasi
Melakukan inovasi di bidang produk-produk pengembangan sendiri

Di bidang Operasional, Maintenance dan Services


Menyediakan Layanan terhadap pelanggan, terhadap pemasok dan terhadap internal
perusahaan yang berbasiskan web-service
Membantu Perubahan bisnis secara cepat
Membantu pemilihan supplier
Mengadakan e-auction dan e -procurement
Penguasaan dan Pemerataan Kemampuan Teknologi
Penyelarasan data-data di seluruh divisi bisnis
Penyelarasan sistem informasi
Mereduksi Biaya Produksi dan Meningkatkan Profit Margin
Mendekatkan PT.xxx dengan perusahaan rekanan melalui Web Service dengan layanan-
layanan seperti Maintenance, Monitoring kemajuan proyek

Di bidang korporasi
Mengurangi korupsi dengan implementasi TI sebagai wahana GCG
Meningkatkan kualitas dan kemampuan SDM dan memperbanyak knowledge worker
Meningkatkan Penerapan Sistem Informasi

Kesimpulan
Chief Information Officer adalah Pejabat yang mempunyai kompetensi bisnis-manajerial,
kompetensi teknologi informasi untuk menentukan strategi dan operasional perusahaan
berdasarkan data, informasi, knowledge yang terintegrasi dan akurat.
Peran Chief Information Officer (CIO) merupakan bagian dari manajemen yang bertugas
menyelaraskan perubahan dan kemajuan Teknologi, Bisnis dan Regulasi dengan
kepentingan bisnis perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai