aksiologis.
Profetik merupakan kesadaran sosiologis
para Nabi dalam sejarah untuk
mengangkat derajat kemanusiaan.
Ilmu profetik adalah ilmu yang mencoba
meniru tanggung jawab sosial para Nabi.
Ilmu profetik bentuknya dalam wujud ilmu
integralistik yang menyatukan wahyu
Tuhan dan akal pikiran manusia.
Kenabian Muhammad Saw, saat Isra Mi’ raj,
dibuktikan dengan kembalinya Rasulullah
ke tengah-tengah komunitas manusia
untuk menyerukan kebenaran dan
transformasi transenden (ketuhanan).
Pengalaman religius itu menjadi dasar
keterlibatannya dalam sejarah
kemanusiaan.
Sunah Nabi berbeda dengan seorang
mistikus yang puas dengan pencapaiannya
sendiri.
Sunah Nabi yang demikian itulah yang kita
sebut sebagai etika profetik.
Ilmu profetik merupakan sebuah revolusi
keilmuan terhadap keilmuan sekular yang
mengagungkan rasio.
Ilmu profetik merupakan produk orang beriman
untuk seluruh manusia, sedangkan ilmu sekular
produk manusia untuk sebagian manusia.
Ilmu profetik bukan menggeser kedudukan ilmu
sosial yang sudah ada, melainkan melengkapi
yang tengah berkembang saat ini.
HUMANISASI (amar ma’ruf)
LIBERASI (nahi munkar)
TRANSENDENSI (tu’minu billah)
Referensi:
Iswandi Syahputra (2007), Komunikasi
Profetik: Konsep dan Pendekatan,
Bandung, Simbiosa.
Asep Sauful Muhtadi, (2012),
Komunikasi Dakwah, Bandung,
Simbiosa.
Bambang Saeful Maarfi, (2010),
Komunikasi Dakwah; paradigma
untuk Aksi, Bandung, simbiosa.