1. Definisi
Dalam pengertian secara histopatologi, kista adalah rongga yang dilapisi sel
epitel. Pada kista terdapat duktus yang terdilatasi yang biasanya disebabkan oleh
obstruksi, hiperplasia epitel, sekresi berlebihan dan distorsi struktural. Sebagian kista
timbul dari sisa-sisa epitel ektopik atau sebagai hasil nekrosis di tengah-tengah massa
epitel.
pemeriksaan gejala abdominal yang tidak berhubungan dengan kista. Dalam banyak
kasus, penemuan kista hepar yang tidak terduga baik soliter maupun multipel, tidak
memiliki arti klinis bila tidak bergejala, walaupun kista hepar ini juga dapat
2. Anatomi
bawah sisi kanan diafragma yang dilindungi oleh costa. Berat hepar kurang lebih
1400 gram pada orang dewasa dan dibungkus oleh sebuah kapsul fibrous.
Gambar 1. Posisi hepar dalam tubuh
yang dibatasi oleh tepi kaudal hepar. Facies diaphragmatica bersifat licin dan
berbentuk kubah, sesuai dengan cekungan permukaan kaudal diafragma, tetapi untuk
peritonealis. Hepar tertutup oleh peritoneum, kecuali di sebelah dorsal pada area
nuda, tempat hepar bersentuhan langsung pada diafragma. Area nuda hepar ini
dibatasi oleh melipatnya peritoneum dari diafragma ke hepar sebagai lembar ventral
(cranial) dan lembar dorsal (kaudal) ligamentum coronarium. Kedua lembar tersebut
lembar-lembar ligamentum coronarium tercerai dan membatasi area nuda hepar yang
berbentuk segitiga. Lembar ventral ligamentum di sebelah kiri bersinambungan
dengan lembar kanan omentum minus. Lembar kiri ligamentum falciforme dan
Hepar terbagi menjadi lobus hepatis dekstra dan lobus hepatis sinistra yang
sendiri dan arteria hepatica dan vena portae hepatis, dan juga penyaluran darah venosa
Lobus hepatis dekstra dibatasi terhadap lobus hepatis sinistra oleh fossa
vesicae biliaris dan sulcus vena cava pada facies visceralis hepatis, dan oleh sebuah
garis khayal pada permukaan diaphragmatika yang melintas dari fundus vesicae
Lobus hepatis sinistra mencakup lobus caudatus dan hampir seluruh lobus
quadratus. Lobus hepatis sinistra terpisah dari lobus caudatus dan lobus quadratus
oleh fissure ligament teretis dan fissura ligamenti venosi pada facies visceralis, dan
Hepar menerima darah dari dua sumber: arteri hepatica propria (30%) dan
vena porta hepatis (70%). Arteri hepatica propria membawa darah yang kaya akan
oksigen dari aorta, dan vena porta hepatis mengantar darah yang miskin akan oksigen
dari saluran cerna, kecuali dari bagian distal canalis analis. Di porta hepatis arteri
hepatica propria dan vena porta hepatis berakhir dengan membentuk ramus dekstra
dan ramus sinistra, masing-masing untuk lobus hepatis dekstra. Lobus-lobus ini
berfungsi secara terpisah, dalam masing-masing lobus cabang primer vena porta
hepatis dan arteri hepatica propria teratur secara konsisten untuk membatasi segmen
bermuara dalam vena cava inferior, tepat kaudal dari diaphragm. Hubungan vena ini
reseksi pada segmen tertentu atau kombinasi beberapa segmen dengan tetap
tertinggal.
vaskularisasi dan percabangan duktus biliaris, yang sebenarnya penting dalam reseksi
hepar.
karena tidak adanya alasan yang signifikan karena pada pembentukan. Kista hati yang
sering kali kita ketahui dari adanya perkembangan sebagai adanya akibat dari gejala
bawaan sejak lahir karena adanya penyimpangan dari saluran empedu. Dari beberapa
kasus kista hati juga dapat disebabkan karena adanya komplikasi berat lainnya seperti
pada penyakit polikistik hati, kanker hati, penyakit caroli, dan fibrosis hati bawaan.
Pada penyakit bawaan yang bernama polikistik yang dapat mengalami seseorang
yang dapat terjadi pada saat mengembangkan beberapa kista hati, hal tersebut juga
membuat menghambat terjadinya dari fungsi ginjal. Pada pembentukan kista jinak
yang ada didalam saluran empedu yang dapat disebabkan oleh penyakit bawaan yang
penyakit caroli yang dapat mengakibatkan gejala kista hati. Infeksi yang terjadi
Larva parasit yang akan membungkus diri yang ada didalam kista, hal ini yang
rasa nyeri perut. Pada tumor kanker yang ada dibagian hati ada kemungkinan besar
yang telah didiagnosa sebagai gejala kista hati. Oleh karena itu bagi penderita
Dewasa
Fibrosis hepatis congenital
Dilatasi fokal duktus biliaris intrahepatik (Caroli’s disease)
B. Kista intrahepatik didapat (acquired)
Inflamatorik
Piogenik
Amebik
Echinococcal (hydatid)
Neoplastik
Benigna
Maligna
Traumatik
Tabel 3. Klasifikasi Kista pada Hepar
multilokular. Kejadian ditemukan kista pada autopsi dilaporkan dalam 0,15% kasus, 1
% pada pemeriksaan CT-scan. Kista soliter maupun penyakit polikistik hepar lebih
Kista non-parasitik soliter biasanya terletak pada lobus kanan hepar. Isi kista
berupa material yang bening, dan memiliki karakteristik tekanan internal yang rendah
– tidak seperti kista parasitik yang memiliki tekanan tinggi. Biasanya cairan kista ini
berwarna kuning kecokelatan, yang diduga berasal dari parenkim yang nekrosis.
kavitas yang multipel, dengan lesi yang tersebar merata di seluruh hepar.
Baik lesi soliter maupun polikistik tumbuh secara perlahan dan relatif tidak
bergejala. Sebuah massa di kuadran kanan atas yang tidak nyeri adalah keluhan yang
paling sering, dan ketika gejala muncul, biasanya dihubungkan dengan penekanan
pada organ yang berdekatan. Nyeri abdominal yang akut dapat mengikuti komplikasi
torsi, hemoragik intrakistik, atau rupturintraperitoneal. Pemeriksaan klinis dapat
mengidentifikasi massa, dan ginjal juga dapat teraba. Ikterus jarang ditemukan.
arteriografi dapat digunakan untuk menentukan posisi intrahepatik dari massa, dan
Kista soliter yang asimtomatik dan penyakit polikistik hepar biasanya tidak
membutuhkan penanganan khusus. Kista yang besar, soliter, dan simtomatik dapat
ditangani secara elektif kecuali bila terjadi ruptur, hemoragik intrakistik, atau torsi.
Pasien dengan kista hepar telah dapat ditangani dengan baik melalui percutaneus
cathether drainage yang dikontrol secara radiologik, pada waktu yang bersamaan
dengan injeksi cairan yang menyebabkan sklerosis seperti alkohol. Prosedur ini sering
dikaitkan dengan kasus rekurensi. Resolusi permanen diperoleh melalui operasi yang
sederhana dengan pembukaan atap kista secara luas dan dihubungkan kembali seperti
halnya parenkim hepar yang normal. Prosedur ini dapat dilakukan secara
erosi di dalam duktus hepatikus major yang tidak dapat diperbaiki kembali.
Simple hepatic cyst muncul dalam jumlah besar dengan ukuran yang
pada lobus kanan. Dindingnya terdiri atas 3 lapisan : lapisan terdalam menyerupai
epitel duktus biliaris, lapisan tengah yang berupa jaringan ikat padat, dan lapisan luar
yang mengandung jaringan ikat longgar dan duktus biliaris serta pembuluh darah
yang terkompresi.
Kista soliter dapat berasal dari duktus yang tumbuh abnormal sebagai akibat
dari hiperplasia inflamatorik atau obstruksi kongenital. Kista ini dapat mengenai
semua usia. 90% dari kista jenis ini unilokular, dan memiliki ukuran yang bervariasi.
Sebuah kista yang mengandung 2,5 liter cairan telah dilaporkan pada pasien berusia 2
tahun.
Penyebab dari kista jenis ini tidak diketahui, namun diduga muncul secara
congenital. Kista ini memiliki epitel tipe bilier, dan mungkin berasal dari dilatasi
normal dengan saluran empedu. Secara khas, cairan yang terkandung di dalam kista
ini memiliki komposisi elektrolit yang menyerupai plasma. Empedu, amylase, dan sel
darah putih tidak ditemukan. Cairan kista ini disekresikan secara terus-menerus oleh
sel-sel epitel di tepi kista. Karena alasan inilah, aspirasi cairan dari simple cyst tidak
bersifat kuratif.
Insidens kista hepar congenital sulit ditentukan oleh karena sebagian besar
individu dengan lesi ini tidak mengeluhkan gejala. Penyakit polikistik ini biasanya
disubklasifikasikan sebagai varian pada anak dan dewasa, karena memiliki perbedaan
pada pola pewarisan, status penampilan dan konsekuensi klinis. Penyakit polikistik
pada anak diwariskan secara resesif autosomal dengan 4 subtipe secara umum :
perinatal, neonatal, infantile, dan juvenile. Semua varian dari polikistik pada anak ini
mengenai hepar dan ginjal dengan peningkatan absolut dari duktus biliaris
intrahepatik.
Penyakit polikistik hepar pada orang dewasa diwariskan secara dominan
autosomal. Hepar tampak kistik difus secara makroskopik, walaupun dapat tampak
pola yang berbeda dari penyakit ini, seperti kista yang unilobar dan ukuran kista yang
bervariasi. Kista dapat ditemukan pada lien, pancreas, ovarium, paru-paru, dan ginjal.
Insidens meningkat seiring usia dan lebih sering pada wanita dibandingkan pria.
ginjal yang menyertainya. Kegagalan fungsi hati, ikterus, dan manifestasi hipertensi
portal jarang ditemukan. Tingkat mortalitas dari kista non-parasitik yang ditangani
Echinococcal/Kista Hydatid
dan New Zealand, serta negara di Timur Tengah seperti Iran. Infeksi Echinococcal
multilocularis, yang lebih virulen dan menyebabkan kista invasif yang multipel dan
lebih sulit ditangani secara operatif. Dua pertiga dari kasus kista echinococcal
ditemukan pada hepar, dan 75% di antaranya berlokasi pada lobus kanan.
perlahan dan tidak bergejala selama bertahun-tahun. Dinding hydatid ini memiliki dua
lapisan yang terdiri atas ektokista, yang berupa cangkang fibrous non-selular yang
berfungsi proteksi, dan sebuah endokista, yang merupakan bagian yang aktif dari kista
tersebut. Endokista mensekresi cairan bening yang mengisi kista dan memproduksi
kapsul-kapsul (yang dikenal dengan hydatid sand) dan kista anakan. Selama bertahun-
tahun kemudian, hydatid ini membesar dengan beberapa liter cairan dan kista anakan
Kista hidatid berukuran besar yang menimbulkan gejala dapat ditangani secara
meliputi :
Isolasi kista dari rongga peritoneal untuk meminimalisasi tumpahan cairan kista.
Aspirasi isi kista sedapat mungkin, dibutuhkan pengalaman yang memadai sebab
Instilasi agen skolekoidal ke dalam rongga kista seperti cairan saline hipertonik
maupun alkohol.
Eksisi kista hidatid dengan memisahkan kista dari hepar melalui pemisahan di
Sebagai alternatif, kista dapat dikeluarkan melalui reseksi hepar, atau bila cukup
Kista Neoplastik
Lesi kistik neoplastik hepar, jarang merupakan kistadenoma bilier primer atau
kistadenokarsinoma. Lesi ini lebih sering merupakan metastasis dari tumor kistik dari
organ lain, seperti pancreas atau ovarium, atau sekunder dari degenerasi kistik tumor
terjadi pada wanita (lebih dari 75%) dan biasanya muncul sebagai nyeri tumpul dan
rasa penuh di perut bagian atas. Lesi ini biasanya dapat didiagnosis dengan USG dan
CT scan, yang menunjukkan sebuah massa kistik dengan dinding yang tebal bertepi
rata dan septa internal. Sebuah massa solid yang berhubungan dengan dinding kista
lebih radikal. Angiografi akan menunjukkan SOL yang avaskular dan bayangan tumor
pada perifer yang disebabkan oleh proyeksi dinding tumor. Tumor ini tidak
radiografi berupa kistadenoma harus dieksisi secara utuh walaupun tidak bergejala.
Operasi yang kurang defenitif akan menyebabkan rekurensi tumor, pembesaran, atau
tampak benigna, kadang dapat dibuang seluruhnya dan memisahkannya dari parenkim
hepar. Dinding kista yang menebal di sekitarnya atau penyebaran pada parenkim
hepar di sekitarnya menunjukkan malignansi, dan eksisi yang lebih lebar dengan
evaluasi histologik melalui frozen section harus dipertimbangkan. Tumor ini, seperti
neoplasma kistik di tempat lain, memiliki potensi malignansi yang cukup rendah dan
Tipe kista hepatis ini dibentuk dari resolusi hematoma subscapular atau
intraparenkimal yang berasal dari trauma abdominal, di mana peristiwa trauma itu
sendiri dapat diingat maupun tidak diingat oleh pasien. Perdarahan di dalam parenkim
hepar dapat timbul pada trauma tumpul maupun tajam. Kista traumatic mengandung
darah, empedu, dan jaringan hepar yang nekrotik. Lapisan epithelial yang sedikit
trauma tidak jelas, kista ini biasanya tidak dapat dibedakan dari kista kongenital
soliter, dan memiliki penanganan yang sama. Pembedahan dianjurkan bagi pasien
yang mengeluhkan gejala. Pada saat laparotomi, kista traumatik biasanya dapat
dibedakan dari kista congenital dengan adanya dinding yang sangat fibrotik dan
mengandung hemosiderin. Kista yang simptomatik harus dieksisi secara utuh apabila
dimungkinkan. Apabila sebagian dinding kista tidak dapat direseksi dengan mudah,
evaluasi frozen section harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa tidak akan terjadi
Kista hati yang biasanya terjadi jika tidak adanya gejala maka tidak akan terlihat
lebih jelas. Yang kebanyakan orang yang menderita nya tidak akan mudah menyadari
pada kondisi yang telah menimpanya tersebut. Kantung jinak yang tidak dapat
mempengaruhi pada fungi hati yang normal. akan tetapi bila gejala kista hati sudah
tumbuh lebih besar sampai 7 cm, atau bila terjadi pada perdarahan yang ada didalam
dan mata yang akan nampak lebih menguning dan pada lingkaran kulit tepat
dibagian bawah mata akan terlihat lebih gelap, dari adanya gejala kista hati ini
Air kencing yang keluar akan berubah menjadi warna lebih pekat dan sangat
berbau yang menyengat. Selain itu adapun gejala kista hati lainnya, penderita
akan mengalami susah buang air besar yang tidak lancar.. BAB yang bagus
pada saat bangun pagi hari untuk memperbarui dalam asupan gizi dan nutrisi
Terjadinya pembentukan tubuh dan kuku. Beberapa gejala kista hati pada
wanita yang terkena gejala kista hati, pada bentuk kuku jarinya yang akan
Gejala kista lainnya biasanya penderita akan mengalami pada penurunan nafsu
makannya yang bahkan bisa saja hilang dalam nafsu makan yang akan
berimbas pada penurunan berat badan yang secara drastis. Bahkan ada juga
yang sampai terserang penyakit anemia, perut terasa mual, perut kembung, dan
adanya gangguan setelah makan. Tapi tidak hanya semua penderita gejala kista
mengkonsumsi air putih. Penderita yang biasanya akan merasa mudah haus
dan mengalami perubahan pada saat buang air kecil. Air putih memanglah
sangat diperlukan tubuh berfungsi untuk memudahkan tubuh dan pada organ
tubuh lainnya untuk mencernakan makanan. Maka dari itu sebaiknya anda
minum air putih minimal 8 sampai 10 gelas setiap harinya untuk menghindari
Penderita kista hati biasanya dia akan mengalami pusing kepala, kejang kejang
Pemeriksaan Laboratorium
Pasien dengan kista hepar tidak banyak memerlukan pemeriksaan
laboratorium. Hasil pemeriksaan faal hati seperti transaminase atau alkali fosfatase
mungkin sedikit abnormal, namun kadar bilirubin, prothrombin time (PT) dan
activated prothrombin times (APTT) biasanya berada dalam batas normal.
Pada Polycystic Liver Disease (PCLD), dapat dijumpai abnormalitas yang
lebih banyak pada pemeriksaan fungsi faal hati, namun gagal fungsi hati jarang
dijumpai. Tes fungsi ginjal termasuk kadar urea dan kreatinin darah biasanya
abnormal. Pada tumor kistik hepar, tes fungsi hati juga dapat normal seperti pada
simple cyst namun bisa terdapat abnormalitas pada sebagian pasien.
Terdapat peningkatan kadar Carbohydrate antigen (CA) 19-9 pada sebagian
pasien. Cairan kista dapat diambil untuk pemeriksaan CA 19-9 pada saat pembedahan
sebagai pemeriksaan marker untuk kistadenoma dan kistadenokarsinoma. Pasien
dengan abses hepar dapat dikenal pasti dari gejala klinis. Pada pemeriksaan darah
sering ditemukan leukositosis.
Jika terdapat kista hidatid, dijumpai eosinophilia pada sekitar 40% pasien, dan
titer antibody echinococcal positif pada hampir 80% dari pasien. Pemeriksaan
immunoassay enzim (enzyme immunoassay, EIA) dapat digunakan untuk mendeteksi
antibodi spesifik untuk E. histolytica.
Pemeriksaan histologik dari kista dilakukan dengan tujuan untuk
menyingkirkan kemungkinan suatu keganasan, seperti kistadenokarsinoma. Secara
histopatologik kista hepar yang benigna mengandung cairan yang bersifat serosa dan
dindingnya terdiri dari selapis sel epitel kuboidal dan stroma fibrosa yang tipis.
Pemeriksaan Radiologik
Sebelum tersedia modalitas pencitraan abdominal secara luas termasuk
ultrasonografi (USG) dan CT scan, kista hepar didiagnosa hanya apabila ia sudah
sangat membesar dan bisa dilihat sebagai massa di abdomen atau sebagai penemuan
tidak sengaja saat melakukan laparotomy. Saat ini, pemeriksaan radiologik sering
menemukan lesi yang asimptomatik secara tidak sengaja. Terdapat beberapa pilihan
pemeriksaan radiologik pada pasien dengan kista hepar, seperti USG yang bersifat
non-invasif namun cukup sensitif untuk mendeteksi kista hepar. CT scan juga sensitif
dalam mendeteksi kista hepar, dan hasilnya lebih mudah untuk diinterpretasikan
dibanding USG. MRI, nuclear medicine. scanning dan angiografi hepatik mempunyai
penggunaan yang terbatas dalam mengevaluasi kista hepar.
Secara umum simple cysts mempunyai gambaran radiologik yang tipikal yaitu
mempunyai dinding yang tipis dengan cairan yang berdensitas rendah dan
homogenous. PCLD harus dikonfirmasi dengan USG atau CT scan dengan
menemukan kista-kista multiple pada saat evaluasi.
Kista hidatid bisa diidentifikasi dengan ditemukannya daughter cyst yang
terkandung dalam rongga utama yang berdinding tebal. Kistadenoma dan
kistadenokarsinoma umumnya terlihat multilokuler dan mempunyai septa internal,
densitas yang heterogeneus dan dinding kista yang irregular. Tidak seperti tumor lain
pada umumnya, jarang dijumpai kalsifikasi pada kistadenoma dan
kistadenokarsinoma.
Satu masalah yang sering ditemui dalam mengevaluasi pasien dengan lesi
kistik pada hepar adalah untuk membedakan kista neoplasma dan simple cyst. Namun
secara umum, neoplasma kistik mempunyai dinding yang tebal, irregular dan
hipervaskular, sedangkan dinding kista pada simple cyst tipis dan uniform. Simple
cyst memiliki tendensi memiliki bagian interior yang homogenous dan berdensitas
rendah, sedangkan neoplasma kistik biasanya mempunyai bagian interior yang
heterogenous dengan septasi-septasi.
6. Penatalaksanaan
Penanganan Medikamentosa
Pengobatan secara medikamentosa untuk penanganan kista hepar non-parasitik
maupun kista parasitik mempunyai manfaat yang terbatas. Tidak ada terapi
konservatif yang ditemui berhasil untuk menangani kista hepar secara tuntas.
Aspirasi perkutaneous dengan dibantu oleh USG atau CT scan secara teknis
mudah untuk dilaksanakan namun sudah ditinggalkan karena mempunyai kadar
rekurensi hampir 100%. Tindakan aspirasi yang dikombinasikan dengan sklerosan
dengan menggunakan alkohol atau bahan lain berhasil pada sebagian pasien namun
mempunyai tingkat kegagalan dan kadar rekurensi yang tinggi. Sklerosis akan
berhasil hanya terjadi dekompresi sempurna dari dinding kista. Hal ini tidak mungkin
terjadi jika dinding kista menebal atau pada kista yang sangat besar. Tidak terdapat
pengobatan medikamentosa untuk PCLD dan kistadenokarsinoma.
Kista hidatid dapat diobati dengan agen antihidatid yaitu albendazole dan
mebendazole, namun biasanya tidak efektif. Obat-obatan ini digunakan sebagai terapi
adjuvan dan tidak dapat menggantikan peran penanganan bedah atau pengobatan
perkutaneus dengan teknik PAIR (Puncture, Aspiration, Injection, Reaspiration).
Pengobatan medikamentosa dimulai 4 hari sebelum pembedahan dan dilanjutkan 1
hingga 3 bulan setelah operasi sesuai panduan dari Organisasi Kesehatan Dunia
(World Health Organisation, WHO).
Penanganan Operatif
Secara umum tujuan terapi operatif adalah untuk mengeluarkan seluruh
lapisan epithelial kista karena dengan adanya sisa epitel akan menyebabkan terjadinya
rekurensi. Secara ideal, kista direseksi keluar secara utuh tanpa melubangi kavitas
kista tersebut. Jika ini terjadi, kista akan kolaps dan ditemukan kesukaran untuk
mengenal secara pasti dan mengeluarkan lapisan epitel.
2. Marsupialisasi (dekapitasi)
Dekapitasi atau unroofing kista dilakukan dengan cara mengeksisi bagian
dari dinding kista yang melewati permukaan hepar. Eksisi seperti ini menghasilkan
permukaan kista yang lebih dangkal pada bagian kista yang tertinggal hingga
cairan yang disekresi oleh epitel yang masih tertinggal merembes kedalam rongga
peritoneal dimana ia diabsorbsi. Sisa epitel dapat juga diablasi dengan
menggunakan sinar koagulator argon atau elektrokauter. Sebelumnya penanganan
kista seperti ini memerlukan tindakan laparotomi (open unroofing) namun seiring
dengan perkembangan alat dan teknik, ia bisa dilakukan secara laparoskopik.(13)
Penatalaksanaan Keperawatan
a. Menjamin kelancaran jalan nafas
b. Menjaga saluran nafas tetap bersih, bebas dari secret
c. Mempertahankan sirkulasi stabil
d. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital
e. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi
hiperhidrasi
f. Menjaga kebersihan kulit untuk mencegah terjadinya decubitus
g. Mengelola pemberian obat sesuai program ( Tarwoto&Wartonah,
2007 )
7. Komplikasi
Infeksi berat
Pecahnya kista
Gagal hati
8. WOC (Terlampir)
WOC KISTA HATI
B. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Adanya nyeri pada perut, letargi, mual dan muntah, sakit kepala, wajah
tampak meringis dan kesakita, lemah, hilang keseimbangan, tidak bisa
beristirahat, mencerna/menelan makanan susah.
Pasien pernah mengalami penyakit hati, ada trauma pada bagian hati,
riwayat meminum alkohol, merokok dan riwayat pekerjaan yang beresiko
terjadi penyakit hati.
k. Pola keyakinan
Biasanya pada pasien kista hati kesadaran composmentis, keadaan lemah, vital
sign pada respiratory normal / sesak , nadi meningkat, dan kadang terjadi
demam.
1. Kepala
Pada pasien kista hati biasanya tidak ada masalah pada kepala.
2. Mata
normal.
3. Hidung
4. Telinga
5. Mulut
Pada pasien kista hati biasanya kekeringan pada mukosa bibir, bibir pucat,
ada stomatitis.
6. Leher
7. Dada
a. Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat
b. Paru
dada normal
Pe : Sonor
8. Abdomen
I : Buncit, Asites
Pe : Tympani
9. Ekstremitas
Untuk pasien kista hati biasanya terdapat cubbing finger, kekuatan otot
10. Genitalia
1. Vaughan, VC., McKay RJ., Behrman RE. Nelson textbook of pediatrics. Liver and
bile ducts. Philadelphia : W.B. Saunders Company. 2007. h.1131-2.
2. Doherty, GM., Way, LW. Current surgical diagnosis & treatment 11 th ed. Benign
tumor & cysts of the liver. India : McGraw-Hill. 1994. h.576-7.
3. Norton, JA., et al. Essential practice ofsurgery : basic science and clinical evidence.
Liver. New York : Springer-Verlag. 2003. h.235-41.
4. McPhee, SJ., Lingappa, VR., Ganong, WF. Pathophysiology of disease : an
introduction to clinical medicine 4th ed. New York : Lange Medical Books/McGraw-
Hill. 2003. h. 380-92.
5. Netter. The Human Body Atlas of Netter [e-book]
6. Moore, KL., Agur, AM. Anatomi klinis dasar. Abdomen. Editors : Vivi S. & Virgi S.
Jakarta : Hipokrates. 2002. h. 117-25.
7. Schwartz, SI., et al. Principles of surgery 7 th ed. Liver. New York : McGraw-Hill.
1999. h. 1395-405.
8. Smithuis, R. Liver : segmental anatomy [online]. 2006 [dikutip April 2010]. Tersedia
pada URL http://www.radiologyassistant.nl/en/4375bb8dc241d
9. Heriot AG., Karanjia ND. A review of techniques for liver resection [online]. 2002
[dikutip April 2010]. Tersedia pada URL http://www.rsmpress.co.uk/arcsam.pdf
10. Jackson, HH., Mulvihill, SJ. Hepatic cyst [online]. September 2009 [dikutip April
2010]. Tersedia pada URL http://emedicine.medscape.com/article/190818-overview
11. Cady, B. The surgical clinics of north America vol. 69 : Liver surgery. Management of
cystic disease of the liver. Philadelphia : W.B. Saunders Company. 1989. h. 285-95.
12. Debas, HT. Gastrointestinal surgery : pathophysiology and management. Liver cyst.
San Fransisco : Springer-Verlag. 2004. h.180-1.
13. Chan. CY., Tan CHJ., Chew, SP, Teh CH. Laparoscopic fenestration of a simple
hepatic cyst [online]. 2001 [dikutip April 2010]. Tersedia pada URL
http://www.pkdiet.com/pdf/liver%20lapRx.pdf