PENDAHULUAN
kondisi yang mustahil untuk didiagnosis, prognosisnya buruk, dan tindakan bedah
hampir tidak bermanfaat” . Kutipan yang dikemukakan ahli bedah Cokkinis ini
menangani iskemia mesenterika akut (AMI). Pada awalnya gejala tidak spesifik
Sindrom AMI dapat diklasifikasikan menurut penyebabnya, yaitu arteri atau vena.
Penyakit arteri dapat dibagi lagi menjadi iskemia arteri mesenterika non-oklusif
(NOMI) dan iskemia arteri mesenterika oklusif (OAMI). AMI dibagi menjadi 4:
(AMAT), Iskemia mesenterika akut non oklusif (NOMI), dan trombosis vena
mesenterika (MVT).3
pasien.14
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
aliran darah yang inadekuat pada pembuluh darah mesenterika secara akut, yang
menyebabkan iskemia dan gangren pada dinding usus karena gagal memenuhi
eksternal, serta iskemia mesenterika kronis tidak termasuk dalam definisi ini.14
waktu dari onset dan kualitas gejala, derajat keparahan aliran darah
yang terganggu, dan segmen usus yang terkena. Iskemia pada usus
pada usus besar disebut iskemia kolon. Istilah yang lebih luas,
non-oklusif dari suplai arteri atau sumbatan aliran keluar dari vena.
2
porta. Iskemia mesenterika non -oklusif merupakan hasil dari
obat-obat vasopresor . 1 2
AMI dibagi menjadi AMI oklusif dan AMI non oklusif. AMI oklusif
dibagi lagi menjadi AMAE dan AMAT. AMI jika mengenai vena disebut MVT.3
variasi anatomi pada pembuluh darah mesenterika yang sangat tinggi menjadi
kendala bagi tenaga medis. Axis coeliac, mesenterika superior dan inferior
melayani vaskularisasi dari foregut, midgut dan hindgut. Axis coeliac adalah
3
lienalis bercabang menjadi arteri gastroepiploica sinistra, dan arteri pancreatica
dorsalis, yang memberikan vaskularisasi pada bagian corpus dan cauda pankreas
dan terkadang dengan arteri colica media dan arteri mesenterika superior. Arteri
pancreaticoduodenalis, arteri colica media, arteri colica dextra, dan cabang arteri
colica dextra bercabang dengan ketinggian sama dengan arteri colica media.
colon. 3
transversum, descenden, sigmoid, dan rectum (Gambar 2). Area watershed dekat
4
fleksura lienalis diyakini rentan terhadap iskemia karena mendapat aliran darah
arteri yang kecil, namun perkembangan yang buruk dari daerah ini yang diyakini
mesenterika superior dibentuk dari vena jejunalis, ilealis, colica dextra dan colica
media, yang mendrainase darah dari usus kecil, caecum, colon ascenden, dan
sigmoid, dan rectum melalui vena colica inferior, cabang sigmoid, dan vena
rectalis superior (Gambar 4). Vena mesenterika inferior bergabung dengan vena
porta. 3
`
Gambar 1. Suplai aliran darah pada usus halus (Diambil dari Tendler D et al, 2017)12
5
Gambar 2. Suplai aliran darah kolon dan rektum (Diambil dari Tendler D et al, 2017)12
Gambar 3. Drainase vena dari usus halus (Diambil dari Tendler D et al, 2017)12
6
Gambar 4. Drainase vena dari kolon dan rektum (Diambil dari Tendler D et al, 2017)12
terjadi. 1 2
7
Arteri mesenterika superior dan inferior berhubungan melalui
bergabung dengan vasa rektalis media yang berasal dari arteri iliaka
interna. 1 2
8
Gambar 5. Terdapat banyak suplai aliran darah kolateral
antara arteri mesenterika superior dan infer ior dan antara
arteri mesenteri ka inferior dengan arteri iliaka interna.
Arcade dari arteri mesenterika superior dan inferior saling
berhubungan pada pangkal dan tepi -tepi mesenterium.
Koneksi pada pangkal mesenterium disebut arkus Riolan
sedangkan koneksi pada tepi -tepi mesent erium disebut
arteri mar ginal Drummond. Cedera iskemi k pada rektum
j arang terj adi karena rektum memili ki dua aliran darah
yang berasal dari arteri mesenteri ka infer ior dan arteri
iliaka. Aliran kolateral antara arteri mesenterika inferior
dan arteri iliaka terj adi pada vasa rektalis superior dan
rektalis media/inferior . (Diambil dari Tendler D et al, 2017)1 2
9
Kondisi-kondisi berikut meyebabkan pasien berada dalam resiko iskemia
intestinal :
berkaitan dengan aritmia, penyakit katup, aneurisma ventrikel atau fungsi jantung
yang jelek. Disfungsi jantung dapat menyebabkan hipoperfusi perifer dan terapi
koagulasi.12
2.4.4 Hemodialisis
10
Banyak obat-obat vasokonstriktif memberikan implikasi terhadap
Inflamasi yang mengenai usus halus atau usus besar dapat menyebabkan
2.4.8 Hipovolemia
vasokonstriksi dan pirau aliran darah menjauhi usus. Olahraga ekstrim seperti
Prevalensi keseluruhan dari AMI adalah 0.1 persen pada penderita rawat
inap di Amerika, jumlah ini dapat meningkat seiring dengan bertambahnya usia
dari populasi. Prevalensi yang tepat dari MVT sulit diketahui karena sedikitnya
gejala dan resolusi spontan. MVT terjadi pada 10-15 persen kasus iskemia
mesenterika dan 0.006 persen pada penderita rawat inap. MVT juga ditemukan
11
Faktor resiko AMI termasuk arterosklerosis, aritmia, hipovolemia, CHF,
arteri mesenterika. AMI banyak ditemukan pada orang tua dengan usia lebih dari
60 tahun. Hal ini juga dipengaruhi oleh banyaknya komorbid yang menyertai dan
predileksi ras pada AMI, namun pada ras afrika-amerika yang memiliki
Kasus emboli terjadi sebanyak 50 persen dari keseluruhan kasus, trombosis arteri
dengan 12 jam tanpa adanya kerusakan jaringan. Insufisiensi perfusi darah pada
usus kecil dan colon dapat terjadi karena oklusi arteri akibat trombosis dan
emboli, trombosis dari vena, atau sumbatan non-oklusif seperti vasospasme dan
keluaran jantung yang rendah. Diseksi spontan arteri mesenterika superior kadang
12
terjadi, namun jarang. Patologi yang sering terjadi diakibatkan oleh infark
mesenterika, dan dipengaruhi oleh jumlah pembuluh darah yang terkena, tekanan
darah mesenterika inferior, karena sirkulasi kolateral yang lebih baik. Kerusakan
pada segmen usus yang terkena memiliki beberapa derajat, mulai dari iskemia
reversibel sampai infark transmural dengan nekrosis dan perforasi. Cedera yang
pengosongan usus melalui proses diare atau muntah. Lepasnya mukosa dapat
Pada fase ini terdapat sedikit nyeri tekan pada perut sehingga
menghasilkan gejala klasik adanya nyeri visceral yang hebat yang tidak sesuai
dengan gambaran nyeri tekan perut. Setelah iskemia berlanjut, barier mukosa
menjadi terganggu. Hal ini menyebabkan bakteri, toksin, dan substansi vasoaktif
masuk kedalam sirkulasi sistemik menyebabkan syok septik, gagal jantung atau
hipoksia semakin parah, dinding usus menjadi edema dan sianotik kemudian
cairan dilepaskan ke dalam cavum peritoneum. Hal ini menjelaskan temuan cairan
Nekrosis dari usus dapat terjadi 8-12 jam dari munculnya gejala. Nekrosis
13
transmural memberikan tanda rangsang peritoneal dan menggambarkan prognosis
AMAE (AMI emboli) biasanya disebabkan oleh emboli yang berasal dari
jantung. Emboli umumnya disebabkan oleh trombus mural karena infark miokard,
trombus dari atrium terkait dengan stenosis mitral dan fibrilasi atrium, vegetasi
dari endokarditis, aneurisma mikotik, trombus yang terbentuk di dalam aorta atau
kompensasi dari sirkulasi kolateral. Hal ini menyebabkan iskemia yang lebih berat
dibanding trombosis. Karena memiliki sudut yang kecil, dan aliran yang lebih
dibandingkan arteri mesenterika inferior (Gambar 6). Emboli sering terjadi 6-8
media. 3,6
Gambar 6. Emboli pada arteri mesenterika superior (Diambil dari Gloviczki et al, 2008)
14
Trombosis akut arteri mesenterika (AMAT)
visceral yang telah ada sebelumnya. Gejala akan tampak jika dua atau tiga arteri
tersumbat total. Karena kejadiannya progresif dan bertahap, maka terdapat waktu
akut aliran darah ke usus. Munculnya darah dalam feses terjadi karena mukosa
tempat lain (contoh: penyakit koroner, stroke, atau PAPO). Penurunan keluaran
atau kelainan patologi vaskular lainnya seperti diseksi, trauma dan tromboangiitis
obliterans. Pada penyakit inflamasi vaskular, yang terkena adalah pembuluh darah
yang lebih kecil. Thrombosis cenderung terjadi pada awal percabangan pembuluh
pada pasien ini didapatkan riwayat iskemia mesenterika kronik dalam wujud
spasme sekunder arteri pada kondisi gagal jantung, syok septik, hipovolemia, atau
15
penggunaan vasopressor poten pada pasien kritis. Patogenesis dari NOMI terkait
dengan mekanisme homeostasis yang menjaga aliran darah ke jantung dan otak
MVT primer terjadi pada kondisi tidak adanya faktor predisposisi. MVT juga
dapat terjadi paska ligasi vena lienalis pada operasi splenektomi atau ligasi vena
porta atau ligasi vena mesenterika superior pada damage control surgery paska
trauma abdomen. Penyebab lain termasuk pankreatitis, penyakit sel sabit, dan
dalam lumen dan dinding usus sehingga menyebabkan hipovolemia sistemik dan
keluar yang terjadi sekunder karena trombosis vena adalah terhambatnya aliran
darah masuk dari arteri sehingga terjadi iskemia. Meskipun iskemia usus
merupakan hal yang merugikan, mortalitas yang tinggi terjadi karena kegagalan
sistem organ multipel. MVT lebih sering mengenai populasi usia muda. Gejala-
gejala yang muncul umumnya lebih lama dibanding kasus AMI biasa, terkadang
dapat lebih dari 30 hari. Infark karena MVT jarang didapatkan pada kasus
trombosis tunggal dari vena mesenterika superior. Sekuestrasi cairan dan edema
16
dinding usus lebih berat dibanding oklusi arteri. Abu-daff dkk. menyebutkan
mortalitas 30 hari pada pasien ini terjadi karena keterlibatan iskemia pada kolon
AMI memiliki gejala awal yang tidak jelas, morbiditas yang besar dan
mortalitas tinggi bila ditangani dengan tidak tepat. Kecurigaan klinis yang tinggi
diperlukan dalam penanganan kasus ini. CT scan angiografi harus dilakukan pada
pasien dengan kecurigaan AMI, dan terapi harus dimulai sedini mungkin
(Gambar 7). Pasien dengan kecurigaan AMI wajib rawat inap dan boleh
AMI perlu dicurigai pada semua pasien usia tua dengan nyeri perut yang
disproporsi dengan nyeri tekan. Pasien dengan atrial fibrilasi, gagal jantung,
PAPO dan riwayat miokard infark baru memiliki resiko lebih tinggi. Diagnosis
MVT biasanya dibuat pada saat laparotomi atau autopsi. Pasien dikatakan
telah disingkirkan.3
17
Gambar 7. Alur penegakan diagnosis iskemia mesenterika akut.
(Diambil dari Tendler D et al, 2017)12
beberapa perbedaan gejala klinis sesuai dengan tipe dari AMI yang mungkin
bermanfaat untuk keperluan diagnosis. Temuan paling penting adalah nyeri yang
nyeri hebat, menyeluruh, nyeri tidak dapat di lokalisir, nyeri bersifat konstan dan
terkadang bersifat kolik. Onset bervariasi sesuai dengan tipenya. Mual dan
muntah didapatkan pada 75 persen pasien. Anoreksia dan diare yang berlanjut
18
menjadi obstipasi juga sering ditemukan. Pada 25 persen pasien didapatkan
keluhan utama distensi abdomen dan perdarahan saluran cerna. Nyeri tidak
AMAE adalah penyebab tersering dari AMI. AMAE memiliki gejala nyeri
paling hebat dan mendadak akibat onset cepat dari oklusi dan ketidakmampuan
usus) sering ditemukan pada AME. Karena emboli sering berasal dari penyakit
jantung, maka fibrilasi atrium dan infark miokard dengan trombus intramural
datang dengan nyeri perut yang hebat. Pasien mungkin mengeluhkan riwayat
nyeri setelah makan. Nyeri setelah makan umumnya muncul 10-20 menit setelah
makan dan berlangsung 1-3 jam (disebut juga angina abdomen). Nyeri bersifat
menyeluruh dan pasien bercerita terdapat darah yang jelas di dalam feses. Gejala
atau riwayat rekonstruksi aorta. Pasien biasanya memiliki riwayat merokok yang
19
lama dan diabetes mellitus tidak terkontrol. Penurunan berat badan, ketakutan
karena infark miokard, gagal jantung kongestif dan plak yang rupture. Dehidrasi
hebat mendadak disproporsi dengan pemeriksaan fisik. Keparahan dan lokasi dari
nyeri abdomen pada NOMI biasanya lebih bervariasi dari gambaran klasik. NOMI
awalnya muncul dengan gejala tidak spesifik seperti nyeri abdomen ringan yang
memberat dan dapat disertai rasa kembung, mual dan muntah. Nyeri perut tidak
didapatkan pada 25 persen dari pasien dengan NOMI. Gambaran klinis dari
NOMI dapat dibayangi oleh beberapa faktor pencetus seperti hipotensi, gagal
terjadi pada sepertiga pasien usia tua dengan AMI. Pasien-pasien dengan NOMI
seringkali terintubasi dan tersedasi sehingga menutupi gejala klinis yang biasanya
ringan atau terdapat darah samar pada feses. Tanda-tanda inflamasi peritoneal
20
seperti defans tidak didapatkan pada iskemia murni. Bila iskemia berlanjut dan
infark usus terjadi, tanda-tanda peritoneal muncul dan terjadi distensi abdomen
Gambaran klinis dari MVT ditentukan ditentukan oleh lokasi dan waktu
MVT akut seperti pada gambaran AMI lainnya dicurigai bila terdapat
nyeri kolik periumbilikus yang muncul selama beberapa jam disproporsi dengan
lainnya karena seringkali nyerinya bersifat lebih tumpul dan munculnya lebih
tidak mendadak. Lebih dari 75 persen pasien melaporkan nyeri perut selama 2
14 hari, namun beberapa penulis membatasi definisi akut terbatas pada keluhan
dengan durasi kurang dari 4 minggu. Mual dan muntah didapatkan pada setengah
dari pasien-pasien.13
nyeri tekan dan defans seringkali tidak ada. Bila distensi abdomen berlanjut, usus
muncul.13
diagnosis. Nyeri perut tidak spesifik mungkin hanya gambaran klinis yang
21
merupakan kelompok MVT akut yang tertunda dalam mencari pertolongan medis
atau tertunda dalam diagnosis masih belum jelas. Kondisi MVT subakut terjadi
pada keadaan oklusi vena yang cukup untuk menyebabkan iskemia tetapi terdapat
MVT kronis seringkai dibuat secara tidak sengaja pada studi pencitraan karena hal
lain. Pasien dengan MVT kronis simtomatis seringkali datang karena komplikasi
hipertensi portal (asites atau perdarahan varises), pada sebagian besar kasus terkait
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab
22
Bila terdapat kecurigaan kondisi hiperkoagulobilitas,
dipertimbangkan
pasien dengan kecurigaan suatu AMI dengan nyeri perut hebat disproporsi dengan
nyeri tekan dan memiliki faktor-faktor resiko seperti atrial fibrilasi, gagal jantung,
pasien menderita AMI, 47 pasien tidak. Dari penelitian tersebut, serum laktat pada
penderita AMI lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan pasien tanpa
AMI. D dimer tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara AMI dan non
AMI. Pada penelitian ini juga tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan
kadar pH dan amylase pada penderita AMI dan non AMI. Kesimpulannya, hanya
kadar laktat yang bisa dijadikan pembeda dalam penelitian ini. 3,5
Tes-tes eksperimental
23
usus. Tidak ada ketersediaan pemeriksaan ini secara luas dan jarang
terdapat pada mukosa usus halus dari duodenum hingga ileum dan
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto polos sering tampak normal pada AMI. Pada stadium
akhir, foto polos abdomen dapat menunjukkan gambaran ileus, obstruksi usus
pneumatosis intestinalis (gas dalam submukosa)(Gambar 9), serta gas pada vena
porta.3
24
Gambar 8. Panah menunjukkan penebalan dinding usus (Thumbprint Sign)
(Diambil dari Dang C et al, 2016) 3
25
Multidetector
Computed
Tomography
(MDCT)
26
organ solid (Gambar 10). Gambaran pneumatosis inte stinalis pada
diagnosis yang spesifik, tetapi tidak adanya defek pada pengis ian
terdapat defek pengisian pada vena atau bila tidak terdapat aliran.
27
Gambar 10. Gambar C dan D menunjukkan menunj ukkan
akumulasi gelembung udara pada dinding usus halus (panah
putih). Mata panah menunj ukkan usus besar yang mengalami
kompresi mengesankan adanya obstruksi usus halus atau ileus
berat. Bila gambaran ini disesuaikan dengan klinis maka temuan
ini sangat mengarah pada iskemi a akut usus halus yang
menyebabkan ileus berat dan obstruksi fungsional . (Diambil dari
Tendler D et al, 2017)1 2
28
Gambar 11. Gambaran emboli akut pada CT. Potongan sagittal
dari aorta menunj ukkan okl usi dari SMA dis tal dari tempat
keluarnya pada aorta (panah tipis). Panah t ebal menunj ukkan asal
dari aksis celiaca tanpa disertai kalsifi kasi . (Diambil dari Pearl
G et al, 2017) 8
29
Tabel 1. Gambaran Radiologis pada MDCT (Diambil dari Dang C et al, 2016) 3
Angiografi Konvensional
30
Gambaran cutoff yang mendadak tanpa disertai gambaran sirkulasi kolateral
merupakan diagnostik dari emboli akut dengan sensitifitas hampir 100 persen.3
baik karena iskemia kronik. Trombosis dari arteri mesenterika superior umumnya
tampak sebagai oklusi yang meruncing dekat dengan percabangan dari aorta
superior.3
(Gambar 13), gambaran dilatasi dan penyempitan yang bergantian dari cabang-
cabang intestinal (tanda string of sausage), spasme dari arcade mesenterium, dan
terapeutik, seperti administrasi agen trombolitik intra arteri untuk trombosis arteri
akut dan infus papaverin intra arteri pada semua tipe iskemia arteri.3
Kerugian dari angiografi adalah tindakan ini sangat invasif, tidak cocok
Angiografi memiliki angka negatif palsu yang tinggi pada pasien dengan AMI
fase awal. AMI juga dapat memperberat iskemia akut, oleh karena itu pasien
31
Gambar 13. Anak panah menunjukkan Penyempitan Arteri Mesenterika Superior
(Diambil dari Dang C et al, 2016) 3
sensitivitas 100 persen dan spesifitas 91 persen. MRA penting khususnya pada
pada kecurigaan AMI pemeriksaan MRI tidak sepraktis CT karena waktu dan
USG
mendeteksi klot yang terletak lebih proksimal dari pembuluh darah utama. USG
juga tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis NOMI. USG sulit dilakukan pada
32
Pada beberapa studi, USG dapat berguna seperti pemeriksaan CT bila
pemeriksaan duplex dilakukan pada MVT stadium awal. USG dapat menunjukkan
trombus atau aliran yang berkurang pada arteri dan vena yang terkena. Gambaran
lainnya yang mungkin didapatkan, seperti gas pada vena porta, penyakit bilier,
Laparoskopi
Torsi ovarium
Volvulus
Chron’s disease
Colitis ulseratif
Penyakit liver
Abses abdominal
Angina abdominal
33
Pankreatitis akut
Pyelonefritis akut
Aorta disekans
Appendiksitis
Pneumonia bakterial
Sepsis bakterial
kolik bilier
Obstruksi bilier
Sindroma Boorhave
Cholangitis
Cholecystitis
Obstruksi kolon
Divertikulitis
Kehamilan ektopik
Ruptur esofagus
Batu empedu
Volvulus gaster
Shock hipovolemik
Ileus
Perforasi usu
Asidosis laktat
Infark myocard
34
Batu renal
Shock sepsis
Torsio testis
laparotomi segera dapat dilakukan pada pasien dengan kecurigaan AMI. Prosedur
second look dilakukan ketika terdapat usus yang tidak direseksi dengan viabilitas
yang meragukan.3
rawat inap dan pemulihan yang panjang. Hal ini terjadi terutama
terjadinya nekrosis dari usus. Pasien hanya boleh dirujuk jika rumah
35
harus memiliki sarana yang cukup. Terapi medikamentosa awal yang
iskemia
Suplemen oksigen
pasien serta pengalaman dari tenaga medis. Secara umum AMI nonoklusif
36
Nonocclusive mesenteric ischemia (NOMI) – infus papaverine (Gambar
16)
infark dari usus, umumnya memerlukan intervensi bedah segera untuk reseksi
segmen usus yang nekrotik. Kondisi hemodinamik yang tidak stabil juga dapat
37
Gambar 14. Alur tatalaksana pada AMAE .(Diambil dari Pearl G et al, 2017) 8
38
Gambar 15. Alur tatalaksana pada AMAT . ( Diambil dari Pearl G et al, 2017) 8
39
Gambar 16. Alur tatalaksana pada NOMI . (Diambil dari Tendler D et al, 2017) 1 1
40
Gambar 17. Alur tatalaksana pada MVT . (Di ambil dari Tendler D et al,2017) 1 3
Resusitasi Awal
41
Jika pasien dalam keadaan hipovolemia, maka diperlukan pemberian
cairan intravena seperti cairan natrium klorida isotonik beserta komponen darah
bila diperlukan. Resusitasi yang adekuat dapat dipantau dari produksi urine,
tekanan vena sentral atau pemantauan melalui kateter Swan-Ganz. NGT juga
harus terpasang. Kondisi tertentu seperti gagal jantung, infark miokard, dan
aritmia juga harus ditangani. Semua pasien dengan kecurigaan iskemia usus harus
diberi antibiotik spektrum luas sejak awal untuk mencegah kontaminasi kuman
pada usus yang nekrotik. Rasa nyeri dapat diatasi dengan memberikan analgesik
Terapi Farmakologi
pada semua bentuk AMI arterial. Papaverin merupakan derivat opium yang
memperbaiki aliran darah menuju usus. Infus dengan kecepatan 30-60 mg/jam
dengan respon klinis. Hal ini dapat dilanjutkan setidaknya 24 jam. Bila kateter
bergeser ke aorta, hipotensi berat dapat terjadi. Perlu diingat bahwa papaverin
yang tersumbat, dan merupakan terapi pilihan pada NOMI selain reseksi usus
yang telah menjadi gangren. Pada beberapa pasien dengan AMAE, pemberian
operasi. AMAT tidak dapat diterapi dengan obat-obatan. Bila pada arteriografi
42
terlihat adanya vasospasme, papaverin dapat diberikan untuk memperbaiki aliran
Trombolitik
apabila tidak didapatkan tanda-tanda peritonitis maupun nekrosis usus. Infus dapat
diberikan dalam 8 sejak munculnya gejala. Jika gejala tidak membaik 4 jam atau
Heparin
Heparin merupakan terapi utama pada MVT. Jika tidak ada tanda-tanda
U/Kg, dan tidak boleh melebihi 5000 U kemudian dilanjutkan infus 18U/Kg/jam
sampai digantikan penuh dengan warfarin oral. Pemantauan ketat dari aPTT wajib
Terapi Pembedahan
dilakukan pada pasien AMI. Sebelum memulai operasi, pasien dan keluarga perlu
hiperalimentasi seumur hidup. Sangat penting untuk menentukan lokasi usus yang
viabel dan non-viabel pada saat operasi. Pada AMAT, temuan saat laparotomi
43
menunjukkan seluruh usus halus dan kolon proksimal terlibat, menggambarkan
obstruksi proksimal. Pada AMAE, jika bagian proksimal jejunum tidak terkena
menggambarkan obstruksi yang lebih distal. Bila viabilitas usus sulit ditentukan,
prosedur second look dapat dilakukan 24-48 jam kemudian. Evaluasi viabilitas
usus dimulai dengan visualisasi langsung dari usus. Jika bagian proksimal
jejunum tidak terkena, maka dicurigai adanya suatu emboli dan embolektomi
segera dapat dilakukan (Gambar 18). Peristaltik usus harus dicari dan warna dari
Gambar 18. Tangan operator memegang jejunum proksimal yang tidak terlibat
mencurigakan suatu emboli akut dari SMA. Jejunum dan ileum terlihat gelap dan iskemik
tetapi tampak viabel.(Diambil dari Pearl G et al, 2017) 8
44
Gambar 19. Gambar di atas menunjukkan gambaran usus pada AMAE. Tanda panah
menunjukkan segmen usus yang berwarna gelap dan tidak viabel sehingga memerlukan
reseksi.(Diambil dari Pearl G et al, 2017)8
patensi dari pembuluh darah. Untuk mempermudah membedakan usus viabel dan
non viabel dapat diberikan injeksi fluorescin intraoperatif. Saat laparotomi, infus 1
g fluorescin dapat diberikan. Usus viabel akan berfluorensi terang dibawah lampu
direseksi (Gambar 20). Karena diabsorpsi oleh lemak, fluorescein hanya dapat
saat operasi primer atau saat operasi second-look. Tindakan laparotomi second-
look merupakan cara yang paling dapat diandalkan untuk menentukan viabilitas
eksplorasi awal.3,6
45
Gambar 20. Gambar di atas menunjukkan penampakan usus setelah administrasi
fluorescin. Segmen usus yang viable berfluoresensi hijau terang. Daerah yang berwarna
gelap tidak mendapatkan perfusi. (Diambil dari Pearl G et al, 2017)8
Pada AMAE, reperfusi harus dicoba untuk dilakukan kecuali usus yang
terkena dalam keadaan gangren. SMA diidentifikasi dan diisolasi dibawah distal
mesokolon dari arteri kolika media dan lokasi sumbatan ditentukan berdasarkan
palpasi dari pulsasi. Sebagian besar emboli terletak pada asal dari arteri kolika
media, maka pulsasi proksimal dari SMA harus terlihat (Gambar 21).3
setelah kedua ujung proksimal dan distal arteri diisolasi kemudian kateter Fogarty
klot dilakukan. Arteriotomi dapat ditutup secara primer atau dengan ditambal
46
Setelah aliran darah kembali, usus diobservasi 10-15 menit untuk meihat
viabilitas usus. Hal ini dapat dibantu dengan USG duplex intraoperatif,
penggunaan fluorescin dan palpasi pulsasi distal dari oklusi. Reperfusi lainnya
dapat dilakukan dengan pintas menggunakan protese atau graft autolog dari
vena.3,4,6
melihat arteri dan segmen usus yang terkena. Terapi antikoagulasi dengan heparin
sebagian besar pasien telah memiliki aterosklerosis yang signifikan pada saat
terjadi dekompensasi akut. Pada AMAT lesi terletak pada asal dari SMA sehingga
tidak didapatkan pulsasi pada asal dari SMA. Jika tidak terjadi gangren dari usus,
47
revaskularisasi dapat dilakukan. Bypass aortomesenteric antegrade dapat menjadi
pilihan utama. Jika terdapat perforasi usus pada saat laparotomi maka graft dari
ada vena yang cocok untuk digunakan atau terdapat kontraindikasi penggunaan
Gambar 22. Diagram di atas menunjukkan tiga buah prosedur pintas mesenterika pada
AMI. A, Antegrade aortomesenteric bypass. B, Retrograde aorto(ilio)mesenteric bypass.
C, Bypass arteri gastroepiploika kanan ke SMA dengan graft vena saphena. (Diambil dari
Oda et al, 2005)7
pemberian antikoagulan. Pada pasien dengan MVT berat terdapat indikasi untuk
48
heparin intravena harus segera dimulai dilanjutkan intraoperatif. Pembedahan
harus dilakukan pada pasien dengan tanda-tanda peritonitis atau infark dari usus.3
melakukan anastomose dengan ujung usus yang tersisa. Pembedahan vena untuk
secara langsung membuang klot biasa tidak berhasil dan dilakukan pada pasien
tidak banyak berguna pada MVT karena tindakan ini dapat dilakukan bila trombus
masih baru (1-3 hari) dan trombosis biasanya terjadi menyeluruh sehingga trombi
yang diberikan 20mcg bolus, yang diikuti infus dengan kecepatan 60-80 mcg/24
jam. Terapi pembedahan baru dilakukan jika ada peritonitis, perforasi, atau
Beberapa pasien dengan plak aterosklerotik pada asal dari SMA setelah
secara teknik sulit dilakukan karena struktur anatomy SMA. Angka restenosis
49
juga diberikan untuk mencegah terjadinya sepsis. Papaverine dapat diberikan
operasi bila preoperasi belum dilakukan. Ileus paska operasi akibat reperfusi dari
usus merupakan kejadian yang diperkirakan akan terjadi dan harus ditangani
dengan baik.3
Diet
usus yang iskemik, pasien harus dalam keadaan NPO (Nil per Os). Tidak ada diet
warfarin jangka panjang pada pasien MVT atau AF. Pasien dengan
lainnya juga perlu mend apat terapi yang sesuai . Untuk evaluasi
50
terapi antikoagulan pasien perlu kontrol rutin dan melakukan
mengalami BAB cair satu sampai tiga kali per hari dan dapat
menjaga berat badan dengan intake oral. Di sisi lain pa sien yang
Prognosis
terakhir, namun prognosis AMI tetap dalam kategori jelek. Dalam 15 tahun
kematian mencapai 50-80 persen. Pada pasien yang bertahan hidup, resiko
trombosis ulang tetap tinggi. Tingkat mortalitas berbanding lurus dengan waktu
antara timbulnya gejala dan penanganan. Angka mortalitas 0-10 persen jika
penanganan dilakukan kurang dari 6 jam. Angka ini meningkat manjadi 50-60
persen dalam 6-12 jam dan 80-100 persen jika penanganan lebih dari 24 jam.
Terapi awal yang agresif dapat menurunkan angka mortalitas secara bermakna
jika diagnosis ditentukan sebelum terjadi peritonitis. Terapi yang tepat dan cepat
51
dapat membuat penderita tidak memerlukan tindakan reseksi usus. Studi pada 31
pasien dengan AMI yang dilakukan oleh Klempnauer et al pada tahun 1997
memiliki angka harapan hidup 2 tahun sebesar 70 persen dan 5 tahun sebesar 50
persen. Terapi dan diagnosa awal dari NOMI dapat menurunkan angka mortalitas
memiliki viabilitas usus sebesar 100% jika lama gejala kurang dari 12 jam, 56
persen jika gejala 12-24 jam, dan 18% jika gejala lebih dari 18 jam. MVT
Preventif
52
terjadi sekunder karena kondisi hiperkoagulobilitas. Kelainan
53
BAB III
KESIMPULAN
Sindrom AMI dapat diklasifikasikan menurut penyebabnya, yaitu arteri atau vena.
Penyakit arteri dapat dibagi lagi menjadi iskemia arteri mesenterika non-oklusif
waktu antara gejala dan penanganan awal. Semakin lama penundaan terapi,
sampai terapi pembedahan. Pemilihan terapi yang tepat sangat diperlukan pada
penanganan pasien AMI. Selain itu, penanganan faktor resiko penyebab AMI
Penanganan faktor resiko ini sangat penting baik dalam penyembuhan maupun
pencegahan.
dilakukan dalam hal menekan angka mortalitas dan memperbaiki kualitas hidup
pasien.
54