Bioteknologi Alga I PDF
Bioteknologi Alga I PDF
DAN PEMANFAATANNYA
1. PENDAHULUAN
2. BIOLOGI ALGA
1
Alga terdiri atas 8 divisio dan tersebar dalam 16 kelas dengan sejumlah ordo,
family, genus dan spesies. Pembagian klasifikasi di tingkat divisio menurut Sze
(1986), adalah sebagai berikut :
Divisio Cyanophyta (cyanobacteria atau blue-green algae)
Class Cyanophyceae
Divisio Prochlorophyta
Class Prochlorophyceae
Divisio Chlorophyta (green algae)
Class Prasinophyceae OR Class Micromonadophyceae
Class Chlorophyceae Class Chlorophyceae
Class Charophyceae Class Charophyceae
Class Ulvophyceae
Class Pleurastrophyceae
Divisio Chrysophyta
Class Chrysophyceae (golden brown algae)
Class Prymnesiophyceae (=Haptophyceae)
Class Tribophyceae (=Xanthophyceae) (yellow-green algae)
Class Eustigmatophyceae
Class Raphidophyceae (=Chloromonadophyceae) Class
Bacillariophyceae ( = Diatomophyceae) (diatoms) Class
Phaeophyceae (=Fucophyceae) (brown algae)
Divisio Rhodophyta (red algae) Class Rhodophyceae
Subclass Florideophycidae Subclass Bangiophycidae
Divisio Pyrrophyta (=Pyrrhophyta=Dinophyta) (dinoflagellates)
Class Dinophyceae
Divisio Cryptophyta (cryptomonads)
Class Cryptophyceae
Divisio Euglenophyta (euglenoids)
Class Euglenophyceae
Di perairan Indonesia menurut Weber Van Boss ditemukan adanya 782 jenis alga
yang tersebar di seluruh wilayah perairan Indonesia. Meliputi 179 alga hijau, 134
alga coklat dan 425 alga merah.
2
Pembangian alga ditingkat divisio dan kelas (Sze, 1986), secara khusus didasarkan
pada :
1. Pigmen pengektasi cahaya untuk fotosintesis
2. Cadangan polisakarida
3. Organisasi selular
4. Morfologi
5. Ekologi
Klasifikasi alga laut, makro alga menurut Dawes (1981), terdiri dari 3 divisio
yaitu Rhodophyta alga merah, Phaeophyta alga coklat dan Chlorophyta alga hijau.
Sedangkan menurut Vanden Brook (1995), makro alga terdiri juga atas 3 divisio
yaitu divisio Chlorophyta alga hijau, Rhodophyta alga merah dan
Heterokontophyta alga coklat, nama division alga coklat dari ketiga penulis
berbeda. Ternyata dengan berkembangnya ilmu taksonomi maka banyak para ahli
mengelompokkan alga pada tingkat divisio yang sama namanya tetapi ada yang
berbeda. Begitu juga ada yang mengelompokkan Chlorophyceae, Rhodophyceae
dan Phaeophycea kedalam kelas tetapi yang lain memasukkannya ke tingkat taksa
yng lebih tinggi sedikit yaitu sub phylum/division. Memang taksonomi alga ini
masih sulit dasar pengelompokkannya menurut kata beberapa ahli alga (De
wreede dan Klinger, 1987).
Pada table 1 dapat dilihat contoh alga yang disusun atau dikelompokkan
berdasarkan karakteristik yang ada dan dimasukkan dalam susunan hirarki
taksonomi mulai dari tingkat divisio sampai genus.
Tubuh alga berupa thalus. Thalus alga berkisar dari sel soliter kecil sampai besar,
struktur multiselular kompleks. Jenis struktur yang berbeda penting dalam
3
mengelompokkan spesies untuk klasifikasi. Pengelompokan jenis eukariotik yang
berbeda yang ada pada alga adalah sebagai berikut :
4
a b c
d. e. f
g. h.
5
masih mempertahankan penampilan seperti benang-dasar.
Mungkin filamen tidak bercabang (gambar 1.h) contoh ;
Erythrothrchia . Filament bercabang (gbr. 1.i) contoh ;
Callithamnion. Dalam spesies berserabut lebih kompleks,
perubahan cukup dapat terjadi antara cabang-cabang. filamen
bercabang Banyak memiliki sistem yang berbeda dari cabang
bersujud tumbuh menempel pada substrat dan sistem tegak
terbuka lebih memperluas cabang bebas dari substrat (gbr.1.j).
Filamen ini dijelaskan sebagai heterotrichous. Pada beberapa
spesies filamen, cabang-cabang tidak menyebar terpisah dalam
pola percabangan terbuka tetapi dilibatkan untuk membentuk
suatu massa yang kompak alga tersebut disebut alga
pseudoparenchymatous.
(G) Thalli Parenchymatous.
Tipe thalus adalah bentuk filament multiseriate. Dalam konstruksi
parenchymatous pembagian sel dalam 3 ukuran ; masa sel
filament gepeng, menyerupai daun dan silinder yang tersusun
lurus serupa tabung. Alga parenchymatous adalah konstruksi
yang paling maju.
6
Makro alga umumnya epifit memiliki bagian talus yang khusus untuk
menempel pada subsrat bagian yang menyerupai akar, ini di sebut holdfast.
Menurut Sze, (1986) tipe holdfast pada alga makro adalah sebagai berikut :
7
CH2 CH CH3 CH2 CH CH3
CHCH2CH3H3C
CH2 b
a
CH2
c d
8
CH,COO
9
Gambar 3. Struktur pigmen carotenoid
(a) β-carotene,
(b) fucoxanthin,
(c) phonaxanthin,
(d) peridinin.
10
Tabel 2. Pigmen fotosintesis pada alga
11
2.3.1 Reproduksi secara aseksual.
Reproduksi seksual terjadi karena adanya penyatuan gamet jantan dan betina.
Gamet mungkin identik dalam bentuk dan ukuran (isogamy) dan (heterogamy)
yang berbeda. Beberapa bentuk sederhana alga seperti Spirogyra bereproduksi
dengan metode konjugasi reproduksi seksual. Dalam proses konjugasi, dua untai
berserabut (atau dua organisme) dari bahan jenis alga yang sama pertukaran
genetik melalui tabung konjugasi. Antara dua untai, salah satu bertindak sebagai
donor dan lain berfungsi sebagai penerima. Setelah bertukar materi genetik, dua
alur terpisah dari satu sama lain. Penerima kemudian dapat menimbulkan
organisme diploid. Proses reproduksi secara seksual pada alga yang lebih maju
lagi jaringan reproduksinya, dimulai ketika alga
12
gametofit jantan dan gametophyte betina dewasa menghasilkan gamet haploid
melalui pembelahan sel mitosis, yang kemudian melebur menjadi satu (fertilisasi)
untuk membentuk zigot diploid yang berkembang menjadi tumbuhan sporophyte
atau tetrasporophyte.
Jadi pada alga kedua macam reproduksi (aseksual dan seksual) dapat
berlangsung di dalam satu siklus hidupnya. Dan akan terjadi pergantian generasi
dari generasi tetrasporophyte atau sporophyte yang diploid (2n) menjadi generasi
gametophyte haploid (1n) yang hidup bebas di alam (Free living) .Tetapi ada juga
dimana kedua fase tersebut ada bersamaan hidup bebas di alam. Apabila kedua
generasi alga tersebut dalam penampilan/ penampakan thalusnya terlihat sama
disebut isomorphik dan jika berbeda disebut heteromorphik.
Contoh alga isomorfik yang siklus hidupnya triphase yaitu Gracilaria sp.
Siklus hidupnya yaitu sebagai berikut (lihat gambar 5). Dimana Siklus
hidup Gracilaria sp ini juga terjadi pada kebanyakan alga merah, dimana akan
melalui tiga generasi (trifasik) yaitu generasi tetrasporophyte (2n) dan generasi
gametophyte(1n) yang merupakan tanaman yang hidup bebas di alam. Dan
generasi karposporophyte tidak hidup bebas di alam (non living) wujudnya kecil
seperti bintil-bintil disebut cystocarp (2n), menyerupai parasit tetapi bukan parasit
yang hidupnya menempel pada batang gametophyte betina. Terjadinya Cystocarp
(2n) ini berawal dari peleburan antara gamet (1n) jantan dan betina (1n), terjadi di
carpogonial branch yang ada trikogen. Setelah fertilisasi kemudian membentuk
cystocarp yang didalamnya terdapat spora disebut carpospora. Cystocarp ini 2n
yang tidak dapat hidup bebas dan tidak bergerak (bersifat parasit).Nanti saat
cystocarp ini membuka dan carpospores ini keluar dilepaskan ke perairan
kemudian carpospora ini akan menempel pada substrat yang cocok dan akan
tumbuh dan berkembang menjadi individu yang baru yaitu
tetrasporophyte.Tanaman tetrasporophyte ini setelah dewasa akan membentuk
spora yang disebut tetraspora(2n), spora ini akan mengalami meosis, membela dan
terjadi reduksi kromosom dari 2n menjadi 1n.
13
Setelah mendapatkan substrat yang cocok maka ia akan tumbuh dan
berkembang menjadi individu yang baru yaitu alga gametophyte jantan dan
14
3. MANFAAT ALGA
3.1 Ekonomi
Alga sejak dahulu telah dimanfaatkan oleh manusia sebagai makanan dan
obat-obatan. Dahulu kala di Cina alga digunakan sebagai jenis makanan istimewa
dan disajikan kepada kaisar Cina. Demikian juga dengan di Jepang, orang jepang
menganggap alga sebagai jenis makanan yang penting. Alga telah dimanfaatkan
untuk di makan langsung sebagai lalapan, asinan, oleh manusia bahkan hewan
ternak. Alga dijadikan bahan makanan karena mengandung komposisi utama
sebagai bahan pangan yaitu karbohidrat. Sebagian besar karbohidrat terdiri
sebagai bahan gumi, maka hanya sebagian kecil saja yang dapat diserap dalam
pencernaan manusia, sehingga baik juga untuk di gunakan sebagai bahan diet
makanan. Kandungan protein dan lemak juga sangat sedikit. Begitu pula dengan
kandungan mineralnya, yang paling banyak terdiri dari natrium dan kalsium.
Kadar airnya cukup besar terutama alga laut yaitu mencapai 80-90 persen.
Kandungan gizi alga yang terpenting adalah pada trace element, khususnya
yodium. Sehingga orang yang banyak mengkonsumsi alga laut terhindar dari
penyakit gondok yang disebabkan karena kekurangan zat yodium.
Dalam dinding sel alga laut yang terdiri dari senyawa polisakarida yaitu selullosa
yang mengandung bahan phycocholloid yang dapat diekstrak untuk dimanfatkan
sebagai bahan baku dalam berbagai industri, yaitu mengandung agar, karageenan
dan asam alginat, yang dapat diekstrak untuk dipakai dalam industri makanan,
tekstil, farmasi dan industri kertas, pupuk, dan lain-lain. Sehingga alga ini
mempunyai nilai ekonomis.
Menurut Zaneveld (1956) dalam Kordi (2010) bahwa ada 56 jenis alga yang telah
di manfaatkan di Indonesia, yang meliputi 16 jenis alga hijau, 9 jenis alga coklat
dan 31 jenis alga merah. Selanjutnya Anggadiredja et al (1996) berhasil
menginventarisir 61 jenis dari 27 famili rumput laut yang sudah bisa dijadikan
makanan oleh masyarakat wilayah pesisir dan 21 jenis dari 12 famili yang telah
digunakan sebagai obat tradisional. Dan ada 10 jenis alga paling banyak
dibudidayakan di belahan dunia. Sedangkan Jenis alga yang dapat dimanfaatkan
15
sebagai bahan baku untuk pembuatan kertas. Adalah Ptilophora sp
3.1.1 Agar
16
d. Sulphated galactan, (1) D-galatosa dan (14) L-galaktosa-6-sulphate
Agar digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri. Seperti industri
makanan, farmasi, industri kertas, tekxtil dan lain-lain.
Industri Makanan.
Agar digunakan dalam industri makanan, pada bermacam-macam makanan
ditambahkan sebagai bahan baku didalam adonan atau resep. Seperti
pembuatan pudding, sup, sayuran dan berbagai jenis kue. Didalam pembuatan sup
dan saus fungsinya untuk menambah viscositas. Didalam pembuatan es krim,
permen jelly, digunakan untuk mengentalkan, begitu juga dalam susu.
Industri Farmasi
Dalam bidang farmasi peranan agar biasanya digunakan sebagai media kultur
bakteri untuk uji coba berbagai jenis antibiotika. Selain penumbuhan bakteri juga
jamur, dimana biasanya di dalam media agar tersebut ada penambahan nutrien
kedalam media kultur bakteri. Agar-agar untuk pertumbuhan bakteri sebaiknya
masih tetap cair bila digunakan sampai 42oC dan tetap kuat pada suhu 370C
bakteri yaitu menggunakan suhu incubator. Ada beberapa bakteri yang mampu
mencerna agar-agar yaitu bakteri Vibrio agar lequefaciens dan ada lagi bakteri
lainnya, ada 20 jenis bakteri. Bakteri ini juga digunakan untuk menguji apakah
kandungan phycocoloid yang diekstrak dari alga benar-benar agar atau bukan,
karena bakteri ini tidak memakan karagenan.
Selain itu juga dipakai sebagai bahan tambahan pada kapsul pembungkus obat.
Juga sebagai bahan pengental dalam berbagai jenis obat sirup.
Juga sebagai bahan baku dalam kosmetika sebagai cream, lotion, untuk
mengentalkan.
Industri Tekstil
Agar digunakan dalam proses textile sizing. Bagi agar yang bermutu tinggi
18
digunakan untuk proses sizing pada kain sutra, yang mutunya rendah digunakan
untuk jenis tekstil macao, muslin, nonsoaks, voil dan lain lain. Agar yang baik
dapat diambil dari chondrus dan Gigarina.
Industri Fotografi
Agar-agar bermanfaat terutama dalam proses pembuatan pelat film. Meskipun
pada mulanya mereka lebih memilih gelatin untuk proses pembuatan pelat film
tetapi sekarang memakai agar-agar karena lebih baik dari gelatin dalam hal untuk
mendapatkan pelat film yang lebih tipis, larut dalam air dan tidak meleleh dalam
suhu tropis serta cara pembuatannya lebih muda.
Industri Kulit
Agar digunakan dalam proses akhir industri kulit untuk memantapkan permukaan
kulit yang halus (gloss) dan kekakuan kulit. Juga pakai dalam pembuatan perekat
(adhesive) tingkat tinggi yang banyak digunakan dalam industri plywood.
19
Prosentase agar dihitung dengan menggunakan rumus :
M
Kekuatan Gel = ----------------------- gram/cm2
A
20
3.2 Ekologis
Secara ekologis alga laut merupakan mata rantai dalam siklus rantai
makanan di perairan karena memproduksi zat-zat organik dan mensuplai oksigen,
hasil akhir dari fotosintesis. Penahan substrat, dan sebagai penyaring air (Dawes
1981). Alga juga berfungsi sebagai bahan makanan dari berbagai jenis biota laut
seperti antara lain ikan, limpet dan siput, juga sebagai tempat berlindung dan
pembesaran.
Manfat lainnya secara ekologis adalah memelihara keutuhan terumbu karang
dengan cara melekatkan terus menerus berbagai potongan kalsium karbonat
menjadi satu, sehingga dapat memperkuat kerangka terumbu karang dari
kerusakan yang diakibatkan oleh gerakan ombak dan mencegah tertepisnya
potongan-potongan individual dan terumbu ( Nybakken, 1992). Menurut Duxbury
dan Duxbury, alga juga bermanfaat sebagai penghasil kapur yang berguna bagi
pertumbuhan karang di daerah tropis (Kumampung, dkk, 2009)
Dalam masalah global saat ini mengenai pencemaran di darat laut maupun udara,
mengantisipasi semua itu alga dapat dijadikan alternative dalam pemecahan
masalah tersebut. Masalah pencemaran dilaut oleh logam-logam berat telah
dilakukan. Beberapa spesies alga mampu mangadsorpsi ion-ion logam. Baik
dalam keadan hidup maupun dalam bentuk sel mati (biomassa) Beberapa laporan
mengemukakan bahwa gugus fungsi yang terdapat di dalam alga mampu
melakukan pengikatan dengan ion logam. Gugus fungsi tersebut terutama adalah
gugus karboksil, hidroksil, sulfudril, amino, iomodazol, sulfat, dan sulfonat yang
terdapat didalam dinding sel dalam sitoplasma.
21
4. TEKNOLOGI BUDIDAYA ALGA
Jenis alga yang ada di wilayah laut nusantara kita cukup banyak
temasuk yang mempunyai nilai ekonomis. Seperti jenis alga carragenophyt
(tanaman yang mengandung karagenan) dan jenis agarophyt (tanaman yang
22
mengandung agar-agar). Umumnya kedua jenis alga tersebut telah banyak
mendapat perhatian untuk diolah atau dikembangkan melalui teknik budidaya.
Pemilihan jenis alga yang akan dibudidayakan sangat tergantung pada produk
akhir yang diinginkan. Jika yang diinginkan hasil akhirnya adalah agar, maka
pilihlah alga jenis agarophyt seperti Gelidium, Gracilaria, Pterocladia sp dan
Acanthopeltis japonica dan Ahnfeltia plicata. Apabila produk akhir yang
diinginkan adalah karaginan maka pilih jenis alga yang jenis caragenophyt
seperti Gigartina, Hypnea dan Eucheuma.
Apabila hasil akhir yang diinginkan adalah asam alginate maka alga yang akan
dibudidayakan adalah kelompok alga coklat seperti Sargassum sp, Turbinaria
sp, Dictyota sp dan lain-lain. Dan dalam pemilihan jenis alga untuk
dibudidayakan harus melihat juga keadaan thallus alga tersebut yang diambil
adalah bibit unggul yang memenuhi beberapa persyaratan yang baik seperti ;
keasdaan fisik alga, harus kuat dan tahan terhadap cuaca buruk terutama
terhadap ombak, untuk menghindari terjadinya kerontokan. Alga ini juga harus
memiliki pertumbuhan harian (daily growth rate) yang cukup baik agar
produkktivitasnya akan tinggi. Selain itu juga alga harus yang bebas atau tahan
terhadap hama dan penyakit. Salah satu ciri bibit alga yang baik contohnya
pada alga jenis Eucheuma spinosum warnanya kemerah-merahan, dengan
duri dan percabangan yang lebih banyak (Winarno, 1990).
23
yang di gunakan untuk penanamanpun hasil dari kemajuan teknologi
seperti kultur jaringan.
A. Pemilihan lokasi
B. Teknik budidaya
1. Sistem Terapung
Teknik budidaya system terapung ini biasanya menggunakan material
sebagai alat bantu untuk menggantungkan alga sehingga berada
dalam kondisi terapung di dalam kolom air tempat lokasi budidaya.
System terapung ini cara budidayanya dibagi atas; long line, rakit
apung dan jalur.
Long line
1. Bahan :
24
- Tali multifilament 12 mm sebagai tali utama (main line)
dan pemberat
- Tali multifilament 5 mm sebagai tali ris
- Tali multifilament 2 mm sebagai tali pengikat tali utama
dan pelampung
- Pelampung kecil (botol aqua) sebagai pelampung tali ris
- Pelampung bola (drum foam) sebagai pelampung
- Pemberat (beton, batu gunung dll)
- Tali rafiah/tali 2 mm /plastik es sebagai pengikat rumput
laut
2. Alat : - Pisau dapur
- Meteran
- Peralatan tukang batu untuk membuat pemberat
seperti sekop
3. Penunjang : Perahu, baju pelampung,kacamata selam.
25
Rakit Apung
26
Gambar 6. Sistem terapung
Jalur
- Meteran
27
Kantong
28
2. Sistem Lepas Dasar PPenanaman rumput alu
Sistem Budidaya dengan cara ini dimana alga laut di tanam di dasar
Patok
Bahan : - Tali multifilament 10 mm sebagai tali utama (main
line)
- Tali multifilament 5 mm sebagai tali ris
- Tali rafiah/tali 1 mm /plastik es sebagai pengikat
rumput laut
- Patok
Alat : - Pisau dapur, parang
- Meteran
- Linggis, cangkul, hammer,
Ukuran Patok ;
- Panjang patok maksimal 100 cm
- Diameter patok minimal 3 cm
- Bahan patok dapat berupa kayu atau besi
- Jarak antar patok 50 – 80 cm
- 40 % patok dipermukaan perairan
- Panjang tali ris 5 meter, jika lebih sebaiknya menggunakan
pelampung kecil (botol )
- Jarak antar tali ris 25 – 30 cm
- Jarak antar titik tanam 25 – 30 cm
- Jarak antara tali ris dengan dasar perairan 30 cm
29
Tebar Tempel
Di Tambak :
- 1 ha bibit 1 -2 ton disesuaikan dengan kesuburan tambak
- Pergantian air minimal satu kali seminggu
- Kedalaman air tambak pada minggu 1 – 4 sekitar 40 – 50
cm, minggu ke 4 – 8 kedalaman 60 -70 cm
- Apabila pertumbuhan kurang dapat ditambahkan pupuk 20
kg/ha
- Tambak harus bersih dari predator dan teritip/siput dan
lumut
- Bibit ditebar secara terurai
Di Laut :
- Bibit diikat dengan tali rafiah dan diikatkan pada karang
atau batu gunung. kelemahannya adalah mudah diserang
oleh predator dan gampang hanyut atau putus
30
kurangnya pengadukan perairan oleh arus dan gelombang.
- suhu yang rendah (dibawah 26 oC) ; akibat cuaca dingin oleh
hujan pasokan air tawar
2. Salinitas yang rendah akibat hujan atau limpasan air tawar dari sungai
3. Pencemaran lingkungan seperti limbah industri
4. Turunnya kandungan nutrien
5. Musim spawning
1. Penggunaan jaring.
Jaring yang digunakan hendaknaya bersih dari macam kotoran yang
menempel dan bebas dari bakteri atau mikroorganisme lainnya.
2. Metode kejut.
Penggunaan bahan-bahan yang mengkilap seperti cd dan kertas warna-
warni.
3. Metode bunyi yaitu penggunaan botol-botol kecil agar menimbulkan bunyi
4. Metode tenggelam yaitu menurunkan rumput laut beberapa cemtimeter
dari kedalaman sebelumnya.
5. Controling dan membersihkan dari epifit lain yang menempel pada jarring
maupun pada alga yang di budidayakan dengan cara yaitu mengoyang-
goyang rumput laut.
6. Panen
31
7. Penggantian jenis/strain bibit dan penggantian metode penanaman.
8. Pembersihan sarana dan lokasi budidaya
9. Pembatasan jumlah areal budidaya
a. Proses Panen
32
Rumput laut rusak akibat kondisi perairan yang ekstrim
Terkena bencana seperti gelombang dan badai
Konstruksi sarana budidaya rusak
Penyimpanan
33
Kelompok Alga laut yang banyak dibudidaya di belahan dunia
(Anonim, 2007).
a. Alga Undaria
b. Alga Laminaria
34
c. Alga hizikia
d. Alga Eclonia
35
e. Alga Sargassum
f. Alga Gelidium
36
g. Alga Gracilaria
h. Alga Chondrus
37
Alga Eucheuma
Alga phorphyra
38
5. KESIMPULAN
39
DAFTAR PUSTAKA
Bold, H.C. dan M.J. Wynne. 1978. Introduction to the Algae. Prenticell. Inc.
Engelwood Cliff. New Jersey. 710 hal.
Dawes, C.J. 1981. Marine Botany. Jhon Wiley and sonc.inc. Published
dimultanconly. Canada.
Dawson, E.Y. 1966. Marine Botany and Introduction. Hollt, Rinehart and
Winston, Inc. New York Chicago, San Fransisco, Toronto, London. 371 pp
Kimbal, J.1992. Biologi. Edisi ke lima jilid 2. Terjemahan edit S.S Tjitrosomo dan
N. Sugiri. Erlangga. Jakarta.
40
Malalayang. Journal of Research and Development Sam Ratulangi
University. 29(1):79-184.
McConnaughey,B.H. dan R. Zottoli.1983. Pengantar Biologi Laut.C.V.Mosby
Company.St.Louis, Toronto, London .Hal 115-134
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut.Suatu Pendekatan ekologis. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. 459 hal.
Winarno, F.G. 1990. Teknologi Pengelolaan Alga Laut. Pustaka Sinar harapan.
Jakarta. 112 hal.
Isomorphic adalah dimana secara morfologi bentuk thalus alga hanya satu
secara kasat, akan sulit untuk membedakan antara kedua phase alga tersebut
41