Anda di halaman 1dari 8

FLUORIDA

by Afrida Nurmalasari, drg., M.Kes.

Fluorida adalah senyawa kimia yang dapat membantu melindungi


permukaan gigi dari karies. Fluorida telah terbukti sebagai suatu kemoterapi,
meningkatkan ketahanan enamel terhadap asam yang secara in vivo mengalami
demineralisasi dan lesi karies yang berkembang, menjadi dasar untuk restorasi
pencegahan di kedokteran gigi. Fluorida dapat mempunyai sifat bakterisidal.
a. DATA KIMIA DAN SEDIAAN
1. DATA KIMIA
Fluorida merupakan anion anorganik, monotomik. Fluorida adalah ion
atau senyawa yang mengandung unsur fluor, dengan nomer atom 9, dan berat
atom 19,0. Fluorida merupakan unsur bukan logam yang sangat reaktif, dan
membentuk suatu garam ketika berikatan dengan logam.
2. SEDIAAN
Fluorida di alam merupakan mineral fluorapatit, berasal dari batuan
fluorinated calsium phosphate. Mineral fluorida tersedia secara alami, dan telah
tersedia dalam berbagai bentuk sediaan moderen. Fluorida secara alami tersedia
dalam tanah. Fluorida organik terdapat pada sayuran, buah-buahan, dan kacang-
kacangan. Sediaan fluorida moderen dalam bentuk antara lain fluoridasi air
minum publik (jalur sistemik), penggunaan pasta gigi berfluorida, obat kumur,
suplemen, dan aplikasi bahan topikal fluorida oleh dokter gigi. Penambahan
fluorida sebagai bahan pengisi restorasi dapat dilakukan secara fisik, dengan
memasukkan larutan garam fluorida dalam bahan, atau menambahkan mineral-
mineral yang mengandung fluorida tidak larut.
b. MANFAAT FLUORIDA
PRA ERUPSI
1. Selama pembentukan gigi, fluorida melindungi enamel dari
pengurangan sejumlah matriks yang dibentuk.
2. Pembentukan email yang lebih baik dengan kristal yang lebih resisten
terhadap asam.
3. Pemberian yang optimal, kristal lebih besar, kandungan karbonat lebih
rendah kelarutan terhadap asam berkurang.
4. Pengurangan jumlah dan ukuran daerah yang menyebabkan akumulasi
makanan dan plak.
PASCA ERUPSI
1. Fluorapatit menurunkan kelarutan email dalam asam.
2. Fluorapatit lebih padat dan membentuk kristal sedang daerah
permukaan yang bereaksi dengan asam lebih sedikit.
3. Pembentukan kalsium fluorida pada permukaan kristal (lapisan
pelindung karena sedikit larutdalam asam)
4. Fluorida menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit. Kristal
apatit dengan karbonat rendah lebih stabil dan kurang larut dibanding
karbonat tinggi.
5. Adanya fluorida dalam salivameningkatkan remineralisasi, sehingga
merangsang perbaikan atau penghentian karies awal.
6. Fluorida menghambat banyak sistem enzim. Hambatan terhadap
enzim yang terlibat dalam pembentukan asam, serta pengangkutan dan
penyimpanan glukosa dalam Sreptococcus mutans rongga mulut, dan
juga membatasi penyediaan bahan cadangan untuk pembuatan asam
dalam sintesa polisakarida.
c. SIFAT ANTI KARIES

Kemampuan pelepasan fluorida merupakan suatu faktor yang penting.


Fluorida dipercaya sebagai antikaries potensial yang dapat melindungi
permukaan struktur gigi, dan selanjutnya meningkatkan ketahanan email
terhadap serangan asam. Substitusi fluorida menempati ion hidroksi pada apatit.
Ion-ion fluorida yang dilepaskan dari bahan restorasi bergabung dengan kristal-
kristal hidroksiapatit dari struktur gigi di dekatnya, membentuk suatu struktur
fluorapatit, yang lebih tahan terhadap dekalsifikasi karena asam. Fluorida
membantu menghambat demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi,
tergantung pada konsentrasi dan pH fluorida. Fluorida juga sebagai bakterisidal.

Fluorida berperan untuk menghambat karies di dalam lingkungan mulut


melalui mekanisme fisik-kimia dan biologi. Sudut pandang fisik-kimiawi,
fluorida menghambat demineralisasi melalui pembentukan fase tahan asam dan
meningkatkan remineralisasi email yang karies dan tidak karies. Secara kimiawi
fluorida juga menghambat metabolisme karbohidrat oleh mikroflora plak
asidogenik. Fluoria menghambat metabolisme karbohidrat oleh mikroflora di
dalam plak. Fluorida memasuki sel mikroorganisme bila pH di luar sel
menurun. Hidrogen fluorida masuk ke dalam sel melalui membran sel, dan
terhidrolisis menjadi ion H- dan F- di dalam cairan intraseluler yang lebih basa,
menghambat kerja enzim, dan menyebabkan produksi asam terhambat. Fluorida
meningkatkan permeabilitas sel dan dapat menyebar dengn cepat keluar dari
mikroorganisme, sehingga menyumbangkan kandungan fluorida di dalam
matrik plak, dan merusak mekanisme formasi plak.

Mekanisme biologi dari penghambat karies oleh fluorida yang terkumpul


di plak gigi. Sumber fluorida dalam plak gigi berasal dari ludah, cairan gusi,
makanan, dan gel fluorida yang dioleskan secara topikal. Pelepasan fluorida
dapat menghambat metabolisme karbohidrat oleh bakteri. Produk-produk asam
dari Streptococcus mutans diduga dapat dinetralisasi oleh fluorida yang dilepas
oleh suatu bahan restorasi.

Fluorida dalam sel secara langsung dapat menghambat enzim enolase dan
ATPase, dan secara tidak langsung mempengaruhi proses pembentukan asam
ekstra seluler. Fluorida mereduksi produk asam yang dihasilkan oleh
Streptococcus mutans, sehingga menghambat fermentasi gula dari plak.
Hubungan antara polisakarida tidak terlarut dengan fluorida, diduga juga
berpengaruh pada perlekatan Streptococcus mutans pada bahan yang
berhubungan sintesis glukan oleh glucosyltransferase (GTF).
d. MEKANISME IKATAN FLORIDA
1. Ikatan Fluorida pada Email Gigi
Fluorida dapat diikat oleh email gigi dalam bentuk fluorapatit, yang
terbentuk dari ikatan antara ion fluorida dan hidroksiapatit. Mekanisme
masuknya ion fluorida ke dalam email gigi tergantung dari kemampuan difusi
dan menarik air ke kristal email gigi, dengan pertukaran ion antara fluorida dan
hidroksida dengan hidroksiapatit, untuk bergabung dengan struktur atom-atom
di dalam email gigi. Ion fluorida pertama diabsorbsi ke permukaan dari kristal
hidroksiapatit. Ikatan fluorida dan hidroksiapati tergantng kemampuan kristal
hidroksiapatit untuk mengikat air dan ion hidrogen dan kadar fluorida.
Ketidakseimbangan elektron pada kristal permukaan email gigi menyebabkan
elektron kuat menarik ion-ion disekitarnya, kemudian terjadi pertukaran ion dan
molekul air, H+ dari H2O menempati Ca2+ pada lapisan kristal hidroksiapatit.
Ion fluorida membentuk suatu rantaian lurus dengan hidroksiapatit membentuk
OH-F atau OF-O-OF. Hidroksiapatit akan diubah menjadi fluorapatit, dengan
reaksi sebagai berikut:
Ca10(PO4)6(OH)2 + 2F-  Ca10(PO4)6F2 + 2 OH-
2. Ikatan Fluorida pada Bahan Restorasi
Ikatan antara bahan restorasi polimer dengan fluorida, kemungkinan dapat
terjadi karena adanya gugus polar dari bahan restorasi polimer. Bahan restorasi
polimer yang mempunyai gugus polar yaitu karboksilat. Gugus karboksilat ini
mempunyai sifat hidrofil, yang mampu menyerap ir dan menyebabkan tarikan
antar rantai. Hidrogen akan mempengaruhi tarikan gugus karboksilat terhadap
kation, dengan suatu katalis berupa asam Lewis yang berperan sebagai
penerima pasangan elektron dan asam kuat. Fluorida merupakan senyawa yang
dapat berikatan dengan hidrogen membentuk ikatan hidrogen fluorida. Ion
hidrogen fluorida adalah molekul asam yang memungkinkan terjadinya
pertukaran proton dari asam ke monomer, sehingga terjadi ikatan antara gugus
bahan restorasi polimer dan fluorida.
Porositas permukaan bahan restorasi, mengakibatkan rantai polimer
mengandung oksigen yang sangat elektronegatif. Keadaan ini menimbulkan
efek induktif terjadinya dorongan elektron dalam ikatan kovalen, menuju atom
yang lebih elektronegatif. Hal ini menyebabkan rantai menjadi polar, dan
mempengaruhi daya tarik terhadap fluorida. Tarikan fluorida dan gugus
hidrogen menyebabkanfluorida terhidrolisis membentuk ikatan hidrogen
fluorida.
e. PELEPASAN FLUORIDA
Tingginya fluorida yang terlepas di rongga mulut dapat menurunkan karies
gigi. Fluorida yang terlepas akan merubah formasi dinding lesi, menghambat
proses karies yang terbentuk pada struktur permukaan. Pelepasan fluorida
tertinggi terjadi selama satu jam pertama setelah aplikasi, kemudian menurun
drastis setelah 24 jam aplikasi sampai minggu pertama, kemudian stabil
sepanjang waktu. Peningkatan absorbi air dapat menyebabkan pelepasan
fluorida.
f. PEMBERIAN FLUORIDA SECARA SISTEMIK
Fluorida sistemik adalah fluorida yang diperoleh tubuh melalui pencernaan
dan ikut membentuk struktur gigi. Fluorida sistemik juga memberikan
perlindungan topikal karena fluorida ada di dalam air liur yang terus membasahi
gigi. Fluorida sistemik meliputi fluoridasi air minum dan melalui pemberian
makanan tambahan fluorida yang berbentuk tablet, tetes atau tablet isap.
Terdapat tiga cara pemberian fluor secara sistemik, yaitu :
1. Fluoridasi air minum
Telah terbukti, apabila air minum yang dikonsumsi oleh suatu daerah,
atau kota tertentu dibubuhi zat kimia fluor, maka penduduk di daerah tersebut
akan terlindungi dari karies gigi. Pemberian fluorida dalam air minum
bervariasi, antara 1-1,2 ppm. Konsentrasi optimum yang dianjurkan dalam air
minum 0,7-1,2 ppm.
2. Pemberian fluorida melalui makanan
Kadang-kadang makanan yang kita makan suda mengandung fluorida,
sehingga perlu hati-hati apabila menambahkan fluorida ke dalam makanan.
Dalam jumlah berlebih, fluorida dapat menyebabkan fluorosis.
3. Pemberian fluorida dalam bentuk obat-obatan
Pemberian fluorida dapat dilakukan dengan tablet, baik dikombinasikan
dengan vitamin-vitamin lain atau dengan tablet tersendiri. Pemberian tablet
fluorida disarankan pada anak-anak yang beresiko karies tinggi, dengan air
minum yang tidak mempunyai konsetrasi fluorida optimal (2,2 mg NaF akan
menghasilkan fluorida 1 mg per hari. Tablet fluorida dapat diberikan sejak bayi
berumur 2 minggu hingga anak 6 tahun. Umur 2 minggu sampai 2 tahun
biasanya diberikan dosis 0,25 mg, 2-3 tahun diberikan 0,5 mg, dan 3-16 tahun
diberikan sebanyak 1 mg.

g. APLIKASI TOPIKAL FLUORIDA

Aplikasi topikal fluorida ke permukaan gigi dilaporkan dapat mencegah


karies gigi. Flourida topikal secara rutin digunakan untuk mengontrol karies
gigi. Aplikasi topikal fluorida ke permukaan gigi yang telah erupsi, dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain topikal aplikasi yang mengandung fluorida,
kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluorida, dan menyikat gigi
dengan pasta yang mengandung fluorida. Sediaan flourida topikal yang terdapat
di pasaran antara lain adalah Acidulated phosphate fluoride (APF), Sodium
fluoride (NaF), Stannous fluoride (SnF2), Sodium monofluorophosphate (MFP).

Acidulated phosphate fluoride (APF) adalah salah satu gel fluorida yang
paling umum digunakan. Pelepasan fluorida yang tinggi setelah aplikasi dari
gel APF, secara nyata dapat mereduksi lesi karies dan meningkatkan zona
hambat bakteri pada bahan resin. Gel APF topikal yang direkomendasikan
sebagai bahan pencegah karies di kedokteran gigi, bersifat asam kuat. Larutan
APF berpengaruh pada karakteristik permukaan bahan restorasi komposit,
komponen anorganik dari bahan pengisi pada suatu resin komposit menjadi
terlarut setelah penggunaan larutan APF. Setelah aplikasi gel APF, dapat terjadi
erosi permukaan dan melarutkan komponen dari spesimen resin komposit, dan
pelepasan sejumlah fluorida yang besar. APF lebih sering digunakan karena
memiliki sifat yang stabil, tersedia dalam bermacam-macam rasa, tidak
menyebabkan pewarnaan pada gigi, dan tidak mengiritasi gusi. Tersedia dalam
bentuk gel.

NaF merupakan fluorida yang digunakan sebagai fluorida topikal.


Fluorida yang terdapat pada bahan restorasi menghasilkan peningkatan fluorida
yang terlepas, tetapi dapat menyebabkan kekosongan pada matrik anorganik,
yang melepaskan bahan pengisi. Penelitian yang dilakukan melaporkan bahwa
perendaman spesimen berbagai bahan restorasi dalam larutan NaF,
menunjukkan tidak banyak fluorida yang terabsorbsi dalam bahan restorasi.
Streptococcus mutans yang sensitif maupun yang resisten pada fluorida,
menunjukkan adanya resistensi terhadap NaF.

SnF2 merupakan senyawa fluorida yang mempunyai daya anti karies yang
lebih tinggi dari NaF. SnF2 mempunyai pH 4,5 lebih rendah dari APF. SnF2
sangat efektif untuk digunakan sebagai pasta profilaksis, obat kumur, dan pasta
gigi. Penelitian tentang efektivitas berbagai sediaan fluorida topikal pada
berbagai bahan restorasi resin komposit, menyimpulkan bahwa pasien dengan
banyak restorasi kompomer dianjurkan diterapi dengan fluorida topikal oleh
dokter gigi dengan gel SnF2 dengan level fluorida yang rendah, mempunyai efek
kariostatik yang tinggi dan fluorida terlepas dalam jangka waktu yang lama
pada daerah plak email, dentin, atau interface restorasi. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa aplikasi tunggal 8% SnF2 dapat menurunkan 49% DMFTS
dari gigi yang baru erupsi. SnF2 pada permukaan email bertransisi membentuk
ikatan lurus dengan hidroksiapatit, menutup permukaan. Fluorida berpenetrasi
kedalam permukaan gigi pada kedalaman 15-30 µ. Namun, SnF2 sekarang
jarang digunakan, karena rasa tidak enak dan kecenderungannya mengubah
warna gigi, serta mengiritasi gusi.

Sodium monofluorophosphate (MFP) adalah sediaan fluorida yang secara


in-vitro, dapat disintesis dengan transfer dari gugus fosforil dari ATP ke F-.
MFP akan tergradasi akibat adanya alkalin fosfatase dan asam fosfat, dan
mekanismenya mungkin sama dengan proses hidrolisis dari gugus fosforil dari
subtrat fosfat yang lain. Hasil proses hidrolisis inilah yang bertanggung jawab
pada pelepasan fluorida, dengan reaksi hidrolisis FPO3- + H2O  F- + PO3-4
+2H+. MFP dapat terhidrolisis apabila ada enzim fosfatase, sehingga lebih
efektif digunakan dalam bentuk peroral yang bekerja secara sistemik.
Pasta gigi berfluorida. Penyikatan gigi dengan pasta gigi berfluorida dua
kali sehariterbukti dapat menurunkan karies gigi. Akan tetapi, pemakaian pada
anak-anak pra sekolah harus diawasi, karena pada umumnya mereka masih
belum dapat bekumur dengan baik, sehingga sebagian pasta gigi dapat tertelan.
Kadar fluorida yang dianjurkan dalam pasta gigi adalah 250-500 ppm, dipasaran
rata-rata 200-100 ppm. Pasta gigi dipasaran rata-rata mengandung fluorida kira-
kira 1 mg F/g (1 gram setara dengan 12 mmpasta gigi pada sikat gigi).

Obat kumur berfluorida. Obat kumur yang mengandung fluorida dapat


menurunkan karies sebanyak 20-50%. Pemakaian obat kumur berfluorida
disarankan untuk anak-anak yag beresiko karies tinggi atauselama terjadi
kenaikan karies. Pemakaian obat kumur berfluorida diindikasikan untuk anak-
anak berusia diatas 6 tahun, atau yang telah mampu berkumur dengan baik, dan
pada orang dewasa yang mudah terserang karies, serta pasien-pasien yang
memekai alat ortodonti.

h. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PENGGUNAAN FLUORIDA


1. INDIKASI
a) Pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang
sampai tinggi.
b) Gigi dengan permukaan akar yang terbuka.
c) Gigi yang sensitif.
d) Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga susah untuk
membersihkan gigi (contoh: Down syndrome).
e) Pasien yang sedang dalam perawatan ortodonti.
2. KONTRAINDIKASI
a) Pasien anak dengan resiko karies rendah.
b) Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum berfluor.
c) Ada kavitas besar yang terbuka.
i. BAHAYA FLUORIDA

Fluorida disinyalir sebagai salah satu bahan yang digunakan pada


pembuatan bom atom, sehingga disinyalir dapat mematikan. Efek samping
racun kimiawi fluorida dapat memicu osteoporosis dan kerusakan sitem saraf
(terutama pada penggunaan yang salah). Diduga anak yang menelan pasta gigi
dapat mengakibatkan overdosis fluorida, sehingga dapat mengalami gangguan
indera perasa disekitar mulut sampai ke gangguan pernafasan, bahkan kanker.
Akibat lanjut dari overdosis fluorida dapat menyebabkan penurunan IQ,
gangguan sistem saraf dan kekebalan tubuh, serta kerapuhan tulang dan
terhambatnya pertumbuhan. Fluorida yang berlebihan juga dapat menyebabkan
fluorosis dan moutlet enamel pada gigi.

Anda mungkin juga menyukai