Anda di halaman 1dari 11

KETERAMPILAN KEGAWATANDARUATAN

RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) DAN


PEMASANGAN COLLAR NECK

Disusun oleh:

1. Benediktus Andang P (201411014)


2. Bernadette Cristie (201411013)
3. Bernadeta Susetyo Endang (201411015)
4. Chika Maia Febriyanti (201411016)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES ST. ELISABETH
SEMARANG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan
seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti
pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan
semacam itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur
hidup.
Dalam posisi gawat darurat perawat harus memiliki beberapa keterampilan seperti
Resusitasi Jantung Paru RJP dan collar neck. Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah suatu
cara untuk memfungsikan kembali jantung dan paru.RJP adalah suatu teknik bantuan hidup
dasar yang bertujuan untuk memberikan oksigen ke otak dan jantung sampai ke kondisi
layak, dan mengembalikan fungsi jantung dan pernafasan ke kondisi normal.
Pemasangan neck collar adalah memasang alat neck colar untuk immobilisasi leher
(mempertahankan tulang servikal). Salah satu jenis collar yang banyak digunakan adalah
SOMI Brace (Sternal Occipital Mandibular Immobilizer). Namun ada juga yang
menggunakan Xcolar Extrication Collar yang dirancang untuk mobilisasi (pemindahan
pasien dari tempat kejadian kecelakaan ke runag medis). Namun pada prinsipnya cara kerja
dan prosedur pemasangannya hampir sama.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian Resusitasi Jantung Paru (RJP)
dan Collar Neck
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tujuan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan
Collar Neck
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami indikasi dari Resusitasi Jantung Paru
(RJP) dan Collar Neck
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kontraindikasi Resusitasi Jantung Paru
(RJP) dan Collar Neck
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami prosedur kerja Resusitasi Jantung Paru
(RJP) dan Collar Neck
6. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam
Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan Collar Neck

1.3 Manfaat

Dalam pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa St. Elisabeth memahami dan
mengaplikasikan sesuai prosedur resusitasi jantung paru (RJP) dan Collar Neck.
BAB II
ISI

2.1 RESUSITASI JANTUNG PARU

A. Pengertian
Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah suatu cara untuk memfungsikan kembali
jantung dan paru. (1)
RJP adalah suatu teknik bantuan hidup dasar yang bertujuan untuk memberikan
oksigen ke otak dan jantung sampai ke kondisi layak, dan mengembalikan fungsi
jantung dan pernafasan ke kondisi normal (2)

B. Tujuan tindakan
1. Mengembalikan fungsi pernafasan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratori arrest)
dan henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh
suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi
tersebut berfungsi kembali.
2. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas)
3. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi (fungsi pernafasan dan paru)

C. Kontra Indikasi dan Indikasi


a. Indikasi
1. Pasien dengan henti jantung (cardiac arrest)
2. Pasien dengan PEA
3. Pasien dengan Asistol
4. Pasien dengan Fibrilasi Ventrikel
5. Pasien dengan Takikardi Venrikel

b. Kontra indikasi
1. Pasien yang mengalami trauma dada dan perdarahan luar maupun dalam
D. Prosedur

A FASE PRAINTERAKSI
1 Verifikasi data
2 Persiapan alat :
a. Ambubag (jika di RS)
b. Sarung tangan

B FASE KERJA
1 Menjaga privasi pasien
2 Mencuci tangan
3 Memakai sarung tangan
4 Membaringkan pasien pada dasar yang keras dengan posisi supine
5 Memeriksa tingkat kesadaran pasien :
a. Menepuk-nepuk pipi korban dan menggocangkan bahu
b. Memeriksa nadi dan nafas pasien bila tidak sadar
c. Memeriksa adanya gerakan nafas, hembusan atau suara nafas di mulut atau
hidung
6 Membebaskan jalan nafas pasien :
a. Mengeluarkan benda asing dalam mulut (jika ada)
b. Memberikan posisi head tilt/chin lift (bila tidak ada trauma kepala atau
leher) dan manuver jaw thrust (bila curiga ada tauma kepala dan leher)
7 Meletakkan kedua telapak tangan dengan cara saling menumpuk, satu pangkal
telapak tangan di tengah tulang sternum dan telapak tangan yang satunya
diletakkan di atas telapak tangan yang pertama dengan jari – jari saling mengunci
8 (Posisi penolong : badan tegak lurus, siku lurus) Menekan dinding dada pasien
dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali dengan
kedalaman 1,5 – 2 inchi / 3,8 – 5 cm
9 Melepasan keseluruhan tekanan pada dada dan membiarkan dada mengembang
kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada
10 Tangan tidak lepas dari permukaaan dada dan atau merubah posisi tangan pada
saat melepaskan kompresi
11 Melakkan bantuan pernafasan :
a. Tarik nafas panjang atau dalam-dalam, rapatkan bibir sekitar mulut penderita
b. Tiupkan udara ke dalam paru-paru penderita melalui mulut penderita
c. Lepaskan mulut penolong dan mulut penderita dan biarkan mulut penderita
mengekspresikan secara pasif
d. Hembuskan nafas sebanyak 2 kali hembusan dengan waktu 1,5 sampai 2
detik
12 Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian nafas adalah 30 : 2, dilakukan baik oleh 1
atau 2 orang perawat, jika pasien tidak terintubasi dan kecepatan kompresi adalah
100x/menit dilakukan 5 siklus per 2 menit untuk kemudian dinilai apakah perlu
dilakukan siklus berikutnya atau tidak.
13 Melepaskan sarung tangan

D FASE TERMINASI
1 Merapikan pasien
2 Mengevaluasi
3 Menyampaikan rencana tindak lanjut
4 Berpamitan
5 Merapikan alat
6 Mencuci tangan

E. Hal – hal yang harus diperhatikan


1. Sebelum melakukan RJP lihat kondisi pasien dengan cermat apakah ada jejas atau
tidak di sekitar dada pasien baik anterior maupun posterior
2. Kompresi dilakukan dengan keras dan cepat, kecepatannya sekurangnya 100 x per
menit dengan kedalaman 5 cm
3. Perawat harus menunggu mengembangnya kembali dinding dada secara penuh
setelah setiap kompresi untuk memberikan kesempatan pengisian jantung
4. Jika jantung berhasil diresusitasi, perawat harus dengan cermat memantau keadaan
pasien karna beresiko mengalami henti jantung kembali
5. Keputusan resusitasi diakhiri bila terdapat salah satu dari berikut :
a. Telah timbul kembali sirkulasi dan ventilasi yang efektif
b. Ada orang lain yang alih tanggungjawab
c. Perawat terlalu capai sehingga tidak sanggup meneruskan resusitasi
d. Pasien dinyatakan mati
e. Setelah dimulai resusitasi, ternyata diketahui bahwa pasien berada di dalam
stadium terminal penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau hampir
dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih, yaitu sesudah ½ - 1 jam
terbukti tidak ada nadi pada suhu normal tanpa RJP.

2.2 PEMASANGAN NECK COLLAR

A. Pengertian
Pemasangan neck collar adalah memasang alat neck colar untuk immobilisasi
leher (mempertahankan tulang servikal). Salah satu jenis collar yang banyak digunakan
adalah SOMI Brace (Sternal Occipital Mandibular Immobilizer). Namun ada juga yang
menggunakan Xcolar Extrication Collar yang dirancang untuk mobilisasi (pemindahan
pasien dari tempat kejadian kecelakaan ke runag medis). Namun pada prinsipnya cara
kerja dan prosedur pemasangannya hampir sama

B. Tujuan tindakan
1. Mencegah pergerakan tulang servikal yang patah (proses imobilisasi serta
mengurangi kompresi pada radiks saraf)
2. Mencegah bertambahnya kerusakan tulang servikal dan spinal cord
3. Mengurangi pergerakan leher selama proses pemulihan

C. Indikasi dan Kontraindikasi


1. Indikasi
a. Pada Pasien obstruksi jalan nafas yang terdapat trauma pada leher
b. Pasien cedera kepala disertai dengan penurunan kesadaran
c. Patah tulang leher
2. Kontraindikasi
a. Adanya luka terbuka di daerah leher.
D. Prosedur kerja

A FASE ORIENTASI
1 Verifikasi data
2 Persiapan alat :
a. Collar neck sesuai ukuran
b. Handscoon
B FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/menyapa klien
2 Memperkenalkan diri
3 Menjelaskan tujuan tindakan
4 Menjelaskan langkah prosedur
5 Menanyakan kesiapan pasien

C Fase kerja
1 Menjaga privacy
2 Mencuci tangan
3 Memakai sarung tangan
4 Memberikan posisi supine dengan posisi leher segaris / anatomi
5 Memegang kepala dengan cara satu tangan memegang bagian kanan kepala mulai
dari mandibula ke arah temporal, demikian juga bagian sebelah kiri dengan tangan
yang lain dan cara yang sama
6 Memasukkan collar neck secara perlahan ke bagian belakang leher dengan sedikit
melewati leher
7 Meletakkan bagian collar neck yang berlekuk tepat pada dagu pasien
8 Merekatkan 2 sisi neck colar satu sama lain
9 Melepas sarung tangan

D FASE TERMINASI
1 Merapikan pasien
2 mengevaluasi
3 Menyampaikan rencana tindak lanjut
4 Berpamitan
5 Merapikan alat
6 Mencuci tangan

E. Hal – hal yang harus diperhatikan


1. Catat seluruh tindakan yang dilakukan dan respon pasien
2. Pemasangan jangan terlalu kuat atau terlalu longgar
3. Tujuan imobilisasi ini bersifat sementara dan harus dihindari akibatnya yaitu
diantaranya berupa atrofi otot serta kontraktur
4. Hilangnya nyeri, hilangnya tanda spurling dan perbaikan defisit motorik dapat
dijadikan indikasi pelepasan collar
BAB III

PENUTUP

3.1.KESIMPULAN
Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah suatu cara untuk memfungsikan kembali
jantung dan paru.RJP adalah suatu teknik bantuan hidup dasar yang bertujuan untuk
memberikan oksigen ke otak dan jantung sampai ke kondisi layak, dan
mengembalikan fungsi jantung dan pernafasan ke kondisi normal.
Pemasangan neck collar adalah memasang alat neck colar untuk immobilisasi
leher (mempertahankan tulang servikal). Salah satu jenis collar yang banyak
digunakan adalah SOMI Brace (Sternal Occipital Mandibular Immobilizer). Namun
ada juga yang menggunakan Xcolar Extrication Collar yang dirancang untuk
mobilisasi (pemindahan pasien dari tempat kejadian kecelakaan ke runag medis).
Namun pada prinsipnya cara kerja dan prosedur pemasangannya hampir sama.

3.2.SARAN
Sebagai perawatan yang profesional kita harus memahami bagaimana
melakukan resusitasi jantung paru dan pemasangan neck collar sesuai prosedur
pelaksanaan dan juga memperhatikan kontradiksi, indikasi serta hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemasangan
Daftar Pustaka
1. Nugroho. Taufan dkk. 2006. Teori asuhan keperawatan gawat darurat. Yogyakarta
: Medikal book.
2. Lumbantoruan. Pirton. 20015. BTCLS dan disaster management. Tanggerang
selatan, jakarta : medhata restyan.
3. Dr. Arjadmo Tjokronegoro, Ph.D. dan Dr. Hendra Utama. 1981. Kedaruratan dan
kegawatan medik. Jakarta : FKUI.

Anda mungkin juga menyukai