Anda di halaman 1dari 75

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

INDUSTRI

KERUPUK UDANG

BANK INDONESIA
KATA PENGANTAR

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional


memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki
kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan
usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami
kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis,
misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis, misalnya
keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan usaha, pelaku
UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untuk
komoditas tertentu. Di sisi lain, ternyata perbankan juga membutuhkan informasi
tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi


perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan
informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan
usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi pola pembiayaan
untuk komoditi potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas
(lending model). Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menghasilkan 88 judul buku pola
pembiayaan komoditi pertanian, industri dan perdagangan dengan sistem pembiayaan
konvensional dan 21 judul dengan sistem syariah. Dalam upaya menyebarluaskan
lending model tersebut kepada masyarakat maka buku pola pembiayaan ini telah
dimasukkan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK)
yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses
melalui internet di alamat www.bi.go.id.

Dalam penyusunan buku pola pembiayaan ini, Bank Indonesia bekerjasama


dengan Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (DKP) dan
memperoleh masukan dari banyak pihak antara lain dari perbankan, lembaga/instansi

BANK INDONESIA i
terkait lainnya, asosiasi dan UMKM. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih atas
segala bantuan dan kerjasamanya selama ini.

Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan bagi
kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini
dapat menghubungi:

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM


Biro Pengembangan UMKM
Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM
Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta Pusat
Telp. (021) 381.8922 atau 381.7794
Fax. (021) 351.8951

Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola
pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi
pembiayaan oleh UMKM pada komoditi tersebut.


Jakarta, Desember 2008

ii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
INDUSTRI KERUPUK UDANG

1 Jenis Usaha Industri Kerupuk Udang


2 Lokasi usaha Kabupaten Tanjung Jabung Barat
3 Dana yang digunakan Investasi : Rp. 57.860.000
Modal Kerja : Rp. 16.806.000
Total : Rp. 74.666.000
4 Sumber dana
a. Modal Sendiri Rp. 29.866.400
b. Kredit : Rp. 44.799.600
(1) Kredit Investasi : Plafond : Rp. 34.716.000
Suku Bunga : 14%
Jangka Waktu : 3 tahun
(2) Kredit Modal Kerja Plafond : Rp. 10.083.600
Suku Bunga : 14%
Jangka Waktu : 1 tahun
5 Periode pembayaran kredit Angsuran pokok dan bunga dibayarkan setiap bulan
6 Kelayakan usaha
A Periode proyek 3 tahun
B Produk Kerupuk Udang
C Skala proyek Produksi per bulan : 580 kg
D Teknologi Pembuatan kerupuk udang secara sederhana
Konsumen langsung, pedagang, perusahaan dan
E Pemasaran Produk
perkantoran
7 Kriteria kelayakan usaha
NPV Rp 19.167.531
IRR 26,45%
Net B/C Ratio 1,26
Pay Back Period 2,23 tahun

BANK INDONESIA iii


BEP Penjualan rata-rata 87.730.631
BEP Produksi rata-rata 2.507
Penilaian Layak dilaksanakan
8 Analisis sensitivitas
(1) Pendapatan
a Pendapatan turun 5%
NPV Rp.3.155.887
IRR 16,11%
Net B/C Ratio 1,04
Pay Back Period 3,11 tahun
Penilaian Layak
b Pendapatan turun 6%
NPV - Rp. 1.477.914
IRR 13,01%
Net B/C Ratio 0,98
Pay Back Period 3,37 tahun
Penilaian Tidak Layak
(2) Biaya Variabel
a Biaya Variabel naik 3%
NPV Rp.1.137.621
IRR 14,77%
Net B/C Ratio 1,02
Pay Back Period 3,23 tahun
Penilaian Layak
b Biaya variabel naik 4%
NPV − Rp.2.450.469
IRR 12,34%
Net B/C Ratio 0,97
Pay Back Period 3,45 tahun
Penilaian Tidak Layak

iv POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(3) Biaya variabel dan pendapatan
Biaya variabel naik 3% dan pendapatan turun 3%
NPV Rp 1.420.456
IRR 14,96%
Net B/C Ratio 1,02
Pay Back Period 3,21
Penilaian Layak
Biaya variabel naik 4% dan pendapatan turun 4%
NPV - Rp. 6.801.435
IRR 9,38%
Net B/C Ratio 0,91
Pay Back Period 3,75
Penilaian Tidak Layak

BANK INDONESIA v
DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ……………………………………………….…………… i


RINGKASAN ………………………………………………………………….... iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. vi
DAFTAR GAMBAR ..................................……………………….................. viii
DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... viii
DAFTAR PHOTO ........................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ………………………………………………......................... ix

BAB I PENDAHULUAN …………………………………..…................... 1

BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN


2.1 Profil Usaha ………………………..................................... 3
2.2 Pola Pembiayaan ………................................................... 4

BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN


3.1 Aspek Pasar ...……………………..................................... 7
3.1.1 Permintaan ……...………........................................ 7
3.1.2 Penawaran ………………........................................ 8
3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar .................... 8
3.2 Aspek Pemasaran …………….......................................... 9
3.2.1 Harga …..………………………............................... 9
3.2.2 Jalur Pemasaran Produk .......................................... 10
3.2.3 Kendala Pemasaran ................................................ 11

BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI


4.1 Lokasi Usaha ………………………................................... 13
4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan ........................................ 13
4.3 Bahan Baku …………………...…………….……............... 14
4.4 Tenaga Kerja ………..………………................................. 15

vi POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


4.5. Teknologi ………………………………………………….... 16
4.6 Proses Produksi ..………................................................... 16
4.7 Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ..................................... 25
4.8 Produksi Optimum …..……….......................................... 25
4.9 Kendala Produksi ….……………...................................... 25

BAB V ASPEK KEUANGAN


5.1 Pemilihan Pola Usaha …................................................... 27
5.2 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ............. 27
5.3 Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya
Operasional .......................................................................... 28
5.3.1 Biaya Investasi ………………………........................ 28
5.3.2 Biaya Operasional ……………................................. 28
5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ..................... 29
5.5 Produksi dan Pendapatan ............................................... 30
5.6 Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point ............... 31
5.7 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek .......................... 32
5.8 Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha ……........................ 33

BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN


6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial ……………………….............. 35
6.2 Aspek Dampak Lingkungan ………………....................... 35

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan ………………………………………..……….. 37
7.2 Saran ……………………………………………................. 38

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..... 39


DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………................. 42

BANK INDONESIA vii


DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

3.1 Skema Jalur Pemasaran kerupuk udang ......................................... 11


4.1 Diagram Alir Proses Pembuatan kerupuk udang ……………………. 18

DAFTAR GRAFIK

Grafik Hal

3.1 Perkembangan Permintaan Kerupuk Udang .................................. 8

DAFTAR PHOTO

Photo Hal

1.1 Kerupuk Udang ............................................................................... 1


4.1 Mesin Penggiling ……..……………………………………................. 17
4.2 Proses Pencampuran udang dengan bumbu dan bahan pelengkap... 19
4.3 Proses Pencampuran udang berbumbu dengan tepung sagu ........... 20
4.4 Proses Pembentukan batangan kerupuk udang …………………...... 21
4.5 Proses Pengukusan batangan kerupuk udang ……………………….. 21
4.6 Proses Pendinginan batangan kerupuk udang ..……………………... 22
4.7 Pisau Pemotong kerupuk udang …..………………………………….. 23
4.8 Proses Penjemuran/pengeringan kerupuk udang ……………………. 24
4.9 Sealer ...…………………………………………………………………. 24

viii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DAFTAR TABEL

Tabel Hal

3.1 Perkembangan Harga Kerupuk Udang .............................................. 9


4.1 Fasilitas Produksi dan Peralatan ........................................................ 14
4.2 Standar Mutu Bahan Baku Kerupuk Udang ...................................... 15
5.1 Asumsi Untuk Analisis Keuangan .........…………………....…………. 27
5.2 Komposisi Biaya Investasi (Rp).....…………………………………….... 28
5.3 Komposisi Biaya Operasional Per Bulan…………...…………………... 29
5.4 Komponen Dan Struktur Biaya Proyek ………………………………... 30
5.5 Proyeksi Produksi dan Pendapatan Usaha …………………………..... 31
5.6 Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha .………………………….. 32
5.7 Kelayakan Industri Kerupuk Udang …………………………………… 33
5.8 Hasil Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan ……………………. 33
5.9 Hasil Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel ………….………… 34
5.10 Hasil Analisis Sensitivitas Kombinasi …………………………………... 34

BANK INDONESIA ix
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

x POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB I
PENDAHULUAN

Udang merupakan kekayaan laut Indonesia yang melimpah dan merupakan


bahan makanan yang tidak tahan lama (cepat busuk). Sehingga diperlukan penanganan
untuk memperlama masa penggunaannya. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain
pembuatan terasi udang, pembuatan udang kering dan kerupuk udang. Pembuatan
kerupuk udang selain menambah lamanya penggunaan udang juga merupakan
salah satu cara untuk menambah variasi dari penggunaan udang, dimana udang
adalah merupakan hewan yang mengandung protein yang sangat tinggi yang sangat
dibutuhkan manusia. Dengan adanya kerupuk udang ini maka bagi orang yang tidak
menyukai konsumsi udang seraca langsung dapat pula menikmati udang dengan
adanya kerupuk udang. Kerupuk udang merupakan bahan makanan dengan bahan
baku udang dan tepung sagu yang telah diawetkan dengan cara dijemur sehingga
penggunaannya untuk jangka waktu yang lama, jika dijemur lagi setelah beberapa
waktu maka akan memperlama masa penggunaannya.

Photo 1.1. Kerupuk Udang

BANK INDONESIA 1
PENDAHULUAN

Usaha pembuatan kerupuk udang ini pada umumnya dalam skala kecil,
hal ini dikarenakan dalam proses pembuatan kerupuk udang tidak membutuhkan
modal yang besar. Namun jika usaha ini dikembangkan maka akan menjadi usaha
menengah bahkan usaha besar. Minat masyarakat terhadap kerupuk udang juga
cukup tinggi hal ini ditandai dengan tingginya permintaan akan kerupuk udang di
daerah atau lokasi survei. Sehingga potensi pasar untuk usaha ini masih sangat besar
untuk dikembangkan.
Teknologi yang dipergunakan dalam pembuatan kerupuk udang ini masih
mempergunakan teknologi yang sederhana terutama dalam proses pencampuran
bahan-bahan dan pengolahan bahan hanya dengan mempergunakan tenaga
manusia. Teknologi yang dipergunakan adalah pada proses penghancuran udang
yaitu dengan menggunakan mesin penghancur udang, dan proses mencampur udang
dengan bumbu-bumbu mempergunakan mixer khusus. Dalam proses pengeringan
juga masih mengandalkan kekuatan sinar matahari, belum mempergunakan mesin
pengering.
Gambaran tentang industri kerupuk udang yang disajikan dalam buku lending
model berdasarkan survei yang dilakukan di Provinsi Jambi ini meliputi aspek pasar dan
pemasaran, aspek produksi, aspek keuangan, aspek ekonomi dan aspek lingkungan.
Dalam rangka menyebarluaskan hasil-hasil penelitian kepada masyarakat luas, maka
buku pola pembiayaan kerupuk udang ini akan ditransformasi dalam Sistem Informasi
Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (SI-PUK) yang dapat diakses melalui website
Bank Indonesia.

2 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN


2.1. Profil Usaha

Industri kerupuk udang merupakan salah satu jenis industri makanan yang
umumnya berbentuk usaha perorangan dan usaha dagang berskala mikro dan kecil.
Bahan baku yang dipergunakan dalam industri kerupuk udang ini adalah udang. Bahan
baku lainnya adalah tepung sagu sebagai bahan baku tambahan untuk pembuatan
kerupuk udang.
Di Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan
penghasil udang terbesar di daerah Jambi, sehingga hal ini dipergunakan sebagai
alasan mengapa banyak bermunculan industri-industri kecil yang menghasilkan
kerupuk udang. Pengelola usaha ini umumnya adalah keluarga dengan pelaksana
usaha dilakukan sendiri. Tiap pengusaha rata-rata memiliki 4 orang karyawan (tenaga
kerja) dan sebagian merupakan anggota keluarganya. Terdapat beberapa industri
kecil yang tidak hanya membuat kerupuk udang, tetapi mereka juga membuat terasi
udang, petis, dan udang kering. Tetapi proporsi kerupuk udang merupakan yang
terbesar dibandingkan dengan produk lainnya.

Teknologi yang diperlukan untuk memproduksi kerupuk udang secara umum


merupakan teknologi yang sederhana. Oleh karena itu tidak terdapat perbedaan
pada proses hanya perbedaan bumbu-bumbu dan pelengkapnya saja, ada yang
mempergunakan bumbu penyedap dan pelengkap daun seledri, cabe dan garam.
Adapula yang mempergunakan pelengkap hanya cabe saja.
Alasan para pengusaha UMKM yang bergerak di bidang kerupuk udang
dalam menekuni usaha tersebut adalah karena dari sisi pemasaran terjamin dalam
artian sudah jelas pembelinya (biasanya adalah para pedagang yang akan menjual
kembali ke daerah lain bahkan sampai ke Singapura). Pasar bagi kerupuk udang ini
sudah jelas, jadi setiap berproduksi sudah ada yang memesan. Alasan lain adalah

BANK INDONESIA 3
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

karena turun temurun dari para orang tua mereka yang sudah lama menekuni bisnis
tersebut sehingga dilanjutkan oleh anaknya, banyaknya sumberdaya yang mempunyai
keterampilan dalam pembuatan kerupuk udang ini juga merupakan faktor banyaknya
pengrajin kerupuk udang ini, serta dekatnya lokasi pabrik (industri) dengan sumber
bahan baku dan ketersediaan bahan baku selalu ada.
Penanganan industri kerupuk udang ini juga ditunjang dengan adanya sebuah
koperasi yang bernama LEPP Mitra Mandiri. Koperasi tersebut didirikan dengan
maksud agar terjalin kerjasama yang baik antar sesama UMKM penghasil kerupuk
udang. Setiap pertemuan anggota akan membahas permasalahan-permasalahan
yang muncul sehingga antar anggota mempunyai pendapat dalam penyelesaian
masalah. Selain itu diharapkan dengan adanya koperasi ini akan memperluas daerah
pemasaran dan memudahkan pembinaan dari Dinas Perikanan dan Kelautan, dimana
koperasi ini sebagai tempat berkumpulnya para pengusaha UMKM yang mengolah
hasil laut termasuk udang.
Perkembangan industri kerupuk udang menjadikan para nelayan yang
mendapatkan hasil laut seperti udang, mudah untuk memasarkan karena setiap hari
hasil laut yang didapat langsung dapat dipasarkan. Bahkan mereka tidak perlu jauh-
jauh memasarkan karena permintaan akan udang di Kuala Tungkal sangat tinggi, hal
ini dikarenakan banyaknya industri pembuatan kerupuk udang. Jadi masing-masing
kelompok pengrajin kerupuk udang sudah mempunyai pemasok yang tetap, sehingga
mereka tidak kesulitan dalam pengadaan bahan bakunya. Seperti Kelompok Juwita
yang memproduksi kerupuk udang setiap hari membutuhkan 20 kg udang segar.
Untuk menjamin ketersediaan bahan baku, maka biasanya mereka menyimpan udang
tersebut dalam freezer, menyiasati pada saat musim-musim udang sepi, sehingga
mereka bisa terus berproduksi.

2.2. Pola Pembiayaan

Pola pembiayaan usaha kerupuk udang dapat berasal dari pengusaha sendiri,
dana bergulir dari dinas terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) maupun
dari kredit bank dengan proporsi yang sangat beragam antar pengusaha. Dana bergulir

4 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

yang rata-rata diterima oleh para pengusaha UMKM kerupuk udang adalah berkisar
Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000, dimana proses pengembaliannya adalah dalam jangka
waktu 5 tahun, namun tidak ditentukan secara pasti cicilan per bulannya, karena
tergantung dari perolehan pendapatan pengusaha. Sebagian besar dana bergulir
tersebut dipergunakan untuk modal kerja. DKP selain memberikan dana bergulir
juga memberikan pinjaman alat berupa mesin penggiling. Sedangkan investasi yang
lain sebagian besar berasal dari modal sendiri. Pengembalian dana bergulir biasanya
dilakukan setiap bulan sekali, mereka diwajibkan membuat pencatatan, berapa
banyak kerupuk yang diproduksi dan dijual, kemudian berapa nilai penjualan, berapa
biaya produksi dan berapa keuntungan yang diperoleh.
Adapun persayaratan UMKM yang mendapat bantuan dana bergulir adalah
kelompok yang sudah memiliki usaha, merupakan binaan DKP dan selalu mengikuti
pembinaan, menjadi anggota koperasi dan khusus untuk mesin penggiling adalah
untuk pengusaha kerupuk udang, namun karena jumlah mesin penggiling baru
tersedia 15 sehingga baru 15 kelompok yang mendapat pinjaman mesin penggiling.
Skim kredit yang tersedia pada lokasi usaha antara lain skim kredit usaha
Kecil (KUK) dan KMKP dari BPR Tanggo Radjo yang merupakan BPR yang dimiliki oleh
Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah memberikan kredit kepada beberapa pengrajin
kerupuk udang. Skim KUK yang diberikan adalah untuk kredit modal kerja dan atau
modal investasi. Bank juga mempunyai persepsi bahwa usaha ini layak dibiayai karena
prospeknya sangat baik.
Berdasarkan pengalaman beberapa pengusaha UMKM kerupuk udang
yang sudah mendapatkan kredit selama ini belum pernah terjadi penunggakan
pembayaran angsuran kreditnya. Dengan adanya pinjaman ini para pengusaha
UMKM kerupuk udang dapat meningkatkan produksinya, sehingga meningkatkan
pula penjualannya.
Bank tidak mensyaratkan secara khusus untuk usaha kerupuk udang ini, jadi
prosedur sama dengan pengajuan pinjaman lainnya. Adapun beberapa prosedur yang
harus dilalui dalam calon nasabah memperoleh kredit, adapun prosedur yang harus
dilalui adalah sebagai berikut :

BANK INDONESIA 5
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

1. Calon debitur mengajukan surat pengajuan kredit kepada pihak bank.


2. Pengumpulan data (karakter debitur, data keuangan dan jaminan).
3. Analisa kredit oleh Account Officer.
4. Jika sudah terpenuhi semua persyaratan diatas maka segera dicairkan,
biasanya dalam waktu 5 – 10 hari.

Persyaratan lain yang perlu dilakukan oleh debitur adalah mereka harus
mempunyai rekening di bank tersebut, hal ini untuk mempermudah pencairan
dan pembayaran pinjaman. Biaya yang ditanggung oleh debitur adalah biaya
pengikatan jaminan yang besarnya antara Rp100.000 – Rp210.000, biaya provisi
sebesar 1%, biaya administrasi sebesar 0,5% dan biaya notaris. Kriteria yang menjadi
pertimbangan bank dalam melakukan analisis kredit kepada debitur adalah 5C yaitu
Character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral (jaminan)
dan condition (kondisi).

6 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

3.1. ASPEK PASAR

3.1.1. Permintaan

Permintaan produk ini sangat besar, hal ini ditandai dengan banyaknya pesanan
yang datang kepada para pengrajin kerupuk udang. Para pengrajin kerupuk udang lebih
banyak menerima pesanan dibandingkan dengan produksi untuk persediaan. Hanya
terdapat satu UMKM yang membuat dalam jumlah yang banyak selain dari pesanan
yang ada. Dalam industri ini terdapat beberapa kelompok kerja. Salah satu kelompok
kerja dalam industri ini yang bernama Juwita setiap hari memproduksi dengan kapasitas
29 kg dimana merupakan hasil pencampuran 20 kg udang dan 20 kg tepung sagu.
Data mengenai permintaan kerupuk udang secara kuantitatif belum dilakukan,
sehingga permintaan lebih banyak karena para pengusaha setiap hari berproduksi dan
setelah menjadi kerupuk udang kering sudah datang para pemesan dan pedagang
yang akan membawa produk mereka ke luar dari Kuala Tungkal. Berdasarkan data
pesanan yang datang kepada para pengusaha UMKM kerupuk udang dari tahun 2003
– 2007 semakin meningkat, dari mulai 100 kg per bulan menjadi 350 di tahun 2007,
sedangkan tahun 2008 meningkat menjadi 580 kg per bulan (Grafik 1). Kenaikan
permintaan kerupuk udang di tahun 2008 disebabkan permintaan dari pusat oleh-
oleh dan intensifnya keikutsertaan pengusaha dalam pameran diluar daerah dengan
pembinaan dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP). Para pengusaha UMKM kerupuk
udang setiap berproduksi selalu habis terjual karena sebagian besar adalah pesanan.

BANK INDONESIA 7
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Pe rm intaan k e rupuk udang

600

500

400

Unit (KG) 300


Permintaan
200

100

0
1 2 3 4 5 6
Tahun

Grafik 3.1. Perkembangan Permintaan Kerupuk Udang

3.1.2. Penawaran

Analisa pasar terhadap penawaran kerupuk udang secara langsung masih


belum dilakukan secara nasional. Perhitungan tidak langsung dapat dilakukan dengan
memperkirakan prosentase jumlah produksi kerupuk udang dari para pengrajin.
Kebanyakan dari pengusaha kerupuk udang adalah menerima pesanan dari
para pemesan yang biasanya adalah para pedagang, pusat oleh-oleh, instansi dan
perusahaan. Mereka seringkali memesan kerupuk udang asli dari Kuala Tungkal, karena
memang dari komposisi dan rasa sangat berbeda dengan di daerah lain. Beberapa
pengrajin sudah secara tetap menerima pesanan dari beberapa perusahaan seperti
perusahaan kertas, mereka memesan untuk dibagikan kepada para karyawan.
Karena sebagian besar pengusaha berproduksi berdasarkan pesanan maka
dari sisi penawaran tidak berbeda jauh dari permintaan, hanya terdapat beberapa
pengusaha yang membuat kerupuk udang untuk persediaan, apalagi menjelang
bulan Ramadhan biasanya permintaan sangat tinggi, sehingga penawarannya pun
mengikuti tinggi pula selama masih dalam kapasitas maksimal yang dapat dilakukan
oleh pengusaha.

3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar

Persaingan bisnis diantara para pengusaha UMKM kerupuk udang tidak


terlalu tinggi, karena masing-masing sudah memiliki pelanggan tetap. Masing-masing

8 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

pengusaha sudah memiliki pemesan dan pelanggan yang loyal maka diantara mereka
bahkan saling mendukung, disamping itu mereka juga dalam pembinaan instansi
yang sama yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Perluasan pasar umumnya dilakukan dengan pencarian pelanggan baru. Hal
ini dilakukan dengan cara mengikuti pameran yang sering dilakukan oleh dinas-
dinas terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, dan Dinas Koperasi. Pameran
yang dilakukan sampai ke luar Propinsi Jambi seperti di Batam, Jakarta, dan kota-
kota lainnya untuk memperkenalkan kerupuk udang ini ke luar Jambi. Hal ini terbukti
setelah banyak pameran yang dilakukan banyak pesanan dari daerah. Disamping itu
yang menjadi keunggulan adalah karena rasa kerupuk udang Jambi sangat berbeda
dengan di daerah lain.

3.2. ASPEK PEMASARAN

3.2.1. Harga

Harga dari kerupuk udang semakin tahun semakin naik, hal ini dikarenakan
kenaikan dari bahan baku dan bahan pembantu. Kenaikan harga berkisar Rp 5.000 –
Rp10.000 per tahun (Tabel 3.1). Kenaikan harga pada tahun 2008 lebih dipicu karena
kenaikan bahan bakar.

Tabel 3.1. Perkembangan Harga Kerupuk Udang

Tahun Bentuk Kerupuk Harga


- Batang Korek Api
2005 Rp15.000
- Bulat
- Batang Korek Api
2006 Rp20.000
- Bulat
- Batang Korek Api
2007 Rp25.000
- Bulat
- Batang Korek Api
2008 Rp35.000
- Bulat

BANK INDONESIA 9
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

3.2.2. Jalur Pemasaran Produk

Jalur pemasaran kerupuk udang mempergunakan dua pola, yaitu langsung


dan tidak langsung. Penjualan kerupuk udang ini dapat dilakukan sendiri oleh
pengusaha maupun melalui jasa agen penjualan, dengan pembeli konsumen
langsung, perusahaan dan perkantoran. Pola pemasaran kerupuk udang ini secara
umum terbagi tiga, yaitu :
a. Pengusaha menjual langsung produknya ke konsumen akhir yaitu rumah
tangga dan biasanya adalah konsumen langsung yang dekat dengan tempat
memproduksi kerupuk udang ini, tetapi beberapa konsumen rumah tangga
membawa kerupuk udang ini sebagai oleh-oleh untuk keluar daerah.
b. Pengusaha bekerja sama dengan beberapa pusat oleh-oleh d para pedagang
untuk memasarkan produknya.
c. Pemesanan langsung dari perkantoran dan beberapa perusahaan besar seperti
perusahaan yang menghasilkan kertas biasanya seringkali memesan kerupuk
udang untuk para karyawan dan relasi.

Dari ketiga jenis pemasaran di atas, di daerah penelitian selama ini para
pengusaha tidak dikenakan biaya transportasi, karena para pemesan dan konsumen
akhir langsung datang ke tempat produksi kerupuk udang ini. Namun bisa juga pada
saat pelanggan tidak bisa mengambil maka produk diantar ke tempat si pemesan,
sehingga memerlukan biaya transportasi. Pembayaran yang dilakukan oleh para
pemesan biasanya memberikan uang muka sebesar 30% dari total harga pesanan,
kemudian sisanya akan dibayar setelah produk diterima. Jalur pemasaran kerupuk
udang secara rinci dapat dilihat pada gambar 3.1.

10 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

Pedagang
Produsen pusat Konsumen
oleh-oleh

Instansi perusahaan

Gambar 3.1. Skema Jalur Pemasaran Kerupuk udang

3.2.3. Kendala Pemasaran

Kendala pemasaran yang dihadapi oleh industri kerupuk udang adalah adanya
para pedagang yang mengambil kerupuk udang dan dijual kembali dengan merek
dari para pedagang sehingga daerah asal pembuatan kerupuk udang tidak dikenal
oleh konsumen akhir. Di samping itu belum banyak agen penjualan di luar Propinsi
Jambi, sehingga daerah pemasaran belum terlalu luas, maka biasanya disiasati oleh
para pengrajin dengan mengikuti pameran yang dilakukan di luar Propinsi Jambi
untuk memperkenalkan produknya, namun masih kurang efektif karena frekuensi
dari pameran masih kurang, dalam satu tahun hanya 2 – 4 kali saja.

BANK INDONESIA 11
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

12 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB IV
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

4.1. Lokasi Usaha

Lokasi usaha pembuatan kerupuk udang pada umumnya lebih memilih


kedekatan dengan bahan baku atau pasar. Para Pengusaha UMKM kerupuk udang
di daerah Jambi lebih memilih kedekatan dengan bahan baku, hal ini dikarenakan
bahan baku dari kerupuk udang ini tidak dapat bertahan lama jika tidak disimpan
dalam lemari pendingin. Alasan lainnya adalah para pengusaha lebih memilih
mempergunakan udang segar dibandingkan dengan udang yang sudah dibekukan
demi mempertahankan mutu kerupuk udangnya. Alasan lain kedekatan dengan
sumber bahan baku adalah harga bahan bakunya tidak terlalu mahal karena jika
jauh maka akan dibebani dengan biaya transportasi. Di Kecamatan Tungkal Ilir
adalah daerah yang paling banyak pengusaha UMKM kerupuk udang, karena laut
di Kecamatan Tungkal Ilir banyak menghasilkan udang dibandingkan dengan daerah
lain. Sebagian besar pengusaha kerupuk udang tinggal di sekitar pantai. Dalam
pembuatan kerupuk udang tidak banyak air yang dibutuhkan, sehingga kedekatan
dengan adanya air bersih tidak menjadi hal yang utama. Keberadaan listrik untuk
usaha ini sangat dibutuhkan terutama untuk lemari es sebagai penyimpan udang
segar dan penggunaan alat mixer dalam menghaluskan udang. Kemudahan sarana
transportasi dibutuhkan pada saat pengantaran produk, namun karena selama ini
para pedagang dan pemesan yang langsung mengambil sehingga tidak menjadi
hal yang utama, namun tetap dibutuhkan sarana transportasi untuk memperlancar
distribusi produk.

4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan

Fasilitas produksi dan peralatan yang diperlukan dalam memproduksi


kerupuk udang adalah meliputi :

BANK INDONESIA 13
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Tabel 4.1. Fasilitas Produksi dan Peralatan


No Alat Fungsi
I Fasilitas Produksi
1. Bangunan Tempat Proses Produksi
Tempat mengaduk bahan baku dan memotong
2. Meja
batangan kerupuk udang
3. Rak Jemur Tempat menjemur kerupuk udang
4. Kulkas Tempat menyimpan udang segar
II Peralatan
1. Kipas Untuk mendinginkan batangan kerupuk udang
2. Wajan Besar bertutup Untuk mengukus batangan kerupuk udang
3. Kompor Untuk mengukus batangan kerupuk udang
4. Pisau Untuk memotong batangan kerupuk udang
5. Mesin giling Untuk menggiling udang
6. Baskom Tempat mengaduk bahan baku
7. Mixer Untuk menghaluskan udang giling
8. Sealer Untuk pengemasan

4.3. Bahan Baku

Bahan baku utama industri kerupuk udang adalah udang dan tepung sagu.
Untuk bahan baku udang diperoleh atau dibeli dari para nelayan yang baru pulang
dari laut dan langsung memasarkan udangnya dalam bentuk udang kupas, namun
ada juga para nelayan yang menjual udang belum dikupas kepada beberapa pengrajin
kerupuk udang. Untuk menjaga mutu dari kerupuk udang yang dihasilkan, maka
bahan baku kerupuk udang umumnya berupa udang segar dan tepung sagu yang
memiliki kualitas baik. Karena kualitas dari udang dan tepung sagu akan sangat
mempengaruhi kualitas dari kerupuk udang itu sendiri. Adapun bahan penolong
dalam pembuatan kerupuk udang ini adalah bumbu-bumbu, cabe, dan seledri.

14 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

Standar mutu udang segar adalah bahan baku harus bersih, bebas dari
setiap bau yang menandakan pembusukan, bebas dari tanda dekomposisi dan
pemalsuan, bebas dari sifat-sifat alamiah lain yang dapat menurunkan mutu serta
tidak membahayakan kesehatan. Secara organoleptik bahan baku harus mempunyai
karakteristik kesegaran seperti berikut :

Tabel 4.2. Standar Mutu Bahan Baku Kerupuk Udang


Kriteria Ciri-ciri
Kenampakan Bening, cemerlang, antar ruas kokoh
Bau Segar
Tekstur Elastis, padat, dan kompak
Sumber : SNI 01-2728.2-2006.

Untuk penyimpanan udang segar harus disimpan dalam wadah yang baik dan
tetap dipertahankan suhunya dengan menggunakan es curai sehingga suhu bahan
baku mencapai suhu maksimal 50C, saniter dan higienis (SNI 01-2728.3-2006).
Peralatan yang digunakan dalam pengolahan udang segar harus memiliki
persyaratan mempunyai permukaan yang halus dan rata, tidak mengelupas, tidak
berkarat, tidak merupakan sumber cemaran jasad renik, tidak retak dan mudah
dibersihkan. Semua peralatan dalam keadaan bersih, sebelum, selama dan sesudah
digunakan.

4.4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terlibat dalam industri kerupuk udang sebanyak 2 sampai
4 orang dengan upah Rp 25.000 per hari/produksi. Pada umumnya tenaga kerja
tersebut berasal dari daerah sekitar lokasi usaha (ada ikatan keluarga atau tetangga).
Hal ini menjadikan pengangguran di daerah sekitar industri berkurang. Tenaga kerja
yang terlibat tidak harus memiliki keterampilan khusus, karena sebagian besar adalah
untuk bagian pemotongan dan pengemasan sehingga tidak memerlukan keahlian
khusus. Disamping itu sangat mudah mendapatkan tenaga kerja di daerah sekitar
industri kerupuk udang ini.

BANK INDONESIA 15
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

4.5. Teknologi

Teknologi yang diterapkan dalam pembuatan kerupuk udang adalah semi


mekanik. Teknologi yang diterapkan dalam pembuatan kerupuk udang adalah pada
teknik penghancuran udang dan menghaluskan udang agar lebih halus. Sebagian
besar mempergunakan mesin penggiling untuk langkah awal penghancuran udang,
kemudian untuk memperhalus udang dengan menggunakan mixer sebelum akhirnya
udang yang sudah dihaluskan akan dicampur dengan tepung sagu dan bumbu-
bumbu lainnya. Namun ada beberapa pengrajin yang tidak menggunakan mixer untuk
menghaluskan udang tetapi menggunakan alat tradisional dengan cara ditumbuk.
Teknik yang paling cepat untuk menghaluskan udang adalah dengan
menggunakan alat mixer khusus sehingga tidak sama dengan mixer yang dipergunakan
untuk membuat kue. Berbeda dari sisi ukurannya. Jika menggunakan mixer proses
menghaluskan udang menjadi singkat hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit
untuk satu kali adonan.

4.6. Proses Produksi

Proses pembuatan kerupuk udang pada umumnya adalah menggunakan


bahan baku udang dengan ditambah bumbu-bumbu/bahan pembantu lainnya
dengan melalui proses pengadonan, pencetakan, pengukusan, pemotongan dan
pengeringan. Fungsi dari teknoloi pembuatan kerupuk udang adalah sebagai upaya
untuk mendapatkan produk hasil perikanan yang mempunyai rasa renyah dan gurih
serta dapat memenuhi selera masyarakat. Komposisi kerupuk udang pada umumnya
adalah 1 : 3, jika satu kg udang maka tepung sagu 3 kg.
Proses produksi dalam pembuatan kerupuk udang di daerah penelitian agak
sedikit berbeda dalam hal komposisi, dimana perbandingan antara udang dengan
tepung sagu adalah 1 : 1. Proses pembuatan kerupuk udang ini dimulai dengan
penyiapan bahan baku, proses pencampuran dengan bahan pendukung yang lain
serta bumbu-bumbu yang diperlukan. Secara keseluruhan dalam pembuatan kerupuk
udang dari mulai pencampuran bahan baku sampai kerupuk udang dikemas dan siap

16 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

dipasarkan adalah 4-5 hari. Untuk proses penjemuran karena mengandalkan sinar
matahari sehingga dapat 2 hari atau bahkan sampai 4 hari, tergantung dari panas
atau teriknya sinar matahari. Untuk lebih jelasnya seperti terlihat dalam gambar 4.1.

Proses produksi kerupuk udang adalah sebagai berikut :


1. Udang segar dikupas.
Udang segar yang berasal dari laut yang merupakan hasil tangkapan para
nelayan dibersihkan dan dikupas, dengan cara dibuang kulitnya dan dicuci
bersih. Sebagian besar pengusaha membeli udang kupas.

2. Udang segar dibekukan jika tidak langsung diproses, jika langsung maka
udang segar digiling.
Jika udang yang sudah dikupas dan dicuci bersih tidak langsung hari itu
diproses, maka akan disimpan di freezer terlebih dahulu. Namun jika
setelah dikupas dan dicuci bersih akan langsung diproses, maka tidak
perlu dilakukan penyimpanan di freezer.

3. Penghancuran udang dengan mesin penggiling.


Setelah udang dikupas dan dicuci dengan bersih, maka udang tersebut
akan dihancurkan dengan mesin penggiling. Penggilingan udang ini
membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Mesin penggiling yang dimiliki
oleh para pengusaha adalah merupakan bantuan dari dana bergulir Dinas
Kelautan dan Perikanan.

Photo 4.1. Mesin Penggiling

BANK INDONESIA 17
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

udang segar

udang dibersihkan dan


dibuang kulitnya

pembekuan udang

penggilingan udang

pencampuran udang giling dan


bumbu dengan mixer

Pengadonan dengan tepung dan


pengalusan adonan kerupuk

Pembuatan batangan kerupuk

Pendinginan

Pemotongan

Penjemuran/Pengeringan

Pengemasan Kerupuk

Gambar 4.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Kerupuk Udang

18 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

4. Pencampuran udang dengan bumbu.


Setelah udang dihancurkan dengan mesin penggiling maka proses
selanjutnya dalam pembuatan kerupuk udang adalah udang dicampur
dengan bumbu-bumbu dan bahan pelengkap lainnya seperti cabe, daun
seledri dan penyedap. Proses pencampuran ini dengan mempergunakan
mixer khusus (berbeda dengan yang biasanya dipergunakan untuk
membuat kue), agar udang lebih lembut dan lebih hancur, sehingga
akan menyatu pada saat nanti dicampur dengan tepung sagu. Proses
pencampuran udang dengan bumbu-bumbu ini memerlukan waktu 20
menit dengan mempergunakan tenaga manusia (laki-laki). Tenaga kerja
yang menangani proses ini tidak memerlukan keahlian khusus.

Photo 4.2. Proses Pencampuran Udang dengan Bumbu dan Bahan Pelengkap

5. Pencampuran udang yang sudah dicampur bumbu dengan tepung sagu.


Setelah udang dicampur dengan bumbu dan bahan pelengkap lainnya
dengan mempergunakan mixer kurang lebih selama 20 menit maka
campuran udang dengan bumbu tadi akan dicampur dengan tepung
sagu. Proses pencampuran tepung sagu dengan udang dimulai dengan

BANK INDONESIA 19
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

menambahkan 2 buah es batu ke dalam tepung dengan cara diaduk-


aduk dengan menggunakan tangan sampai tepung agak rekat, lalu
dicampur dengan udang yang sudah dicampur bumbu dan bahan
pelengkap lainnya, proses ini pun menggunakan tenaga manusia. Diaduk
terus sampai bisa dibuat bulatan panjang. Proses ini membutuhkan waktu
sekitar 30 menit.

Photo 4.3. Proses Pencampuran Udang Berbumbu dengan Tepung Sagu

6. Penghalusan adonan.
Adonan yang merupakan campuran antara udang berbumbu dengan
tepung sagu kemudian diaduk dan diuleni supaya menjadi adonan yang
halus agar dapat dibentuk bulatan panjang. Proses ini juga menggunakan
tenaga manusia. Disamping itu proses ini adalah agar semua bahan
tercampur dengan merata sehingga rasa dari semua kerupuk udang sama.
Proses ini membutuhkan waktu 20 menit.

7. Pembentukan adonan menjadi bulat panjang.


Adonan yang sudah halus akan dibentuk menjadi batangan panjang. Hal
ini untuk mempermudah dalam proses pemotongan.

20 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

Photo 4.4. Proses Pembentukan Batangan Kerupuk Udang

8. Pengukusan adonan yang sudah dibentuk bulat panjang.


Proses selanjutnya setelah adonan dibentuk bulat panjang adalah adonan
tersebut dikukus dengan menggunakan wajan yang satu paket dengan
tutupnya. Dalam proses pengukusan pada pinggiran tutup wajan diberi
kain agar uapnya tidak keluar karena akan menyebabkan adonan jadi
lembek dan akan sulit dibentuk. Untuk pengukusan adonan kerupuk
udang ini membutuhkan waktu 60 menit.

Photo 4.5. Proses Pengukusan Batangan Kerupuk Udang

BANK INDONESIA 21
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

9. Pendinginan.
Adonan yang dikukus dan sudah matang diangkat lalu diletakkan di
tempat yang dekat dengan tempat pengukusan. Pada umumnya untuk
mempercepat proses pendinginan digunakan kipas angin, karena jika
tidak dibantu dengan kipas angin akan membutuhkan waktu yang lama.
Setelah didinginkan di tempat terbuka dengan menggunakan alas yang
berupa anyaman dari bambu, maka batangan tersebut akan dibekukan
di lemari pendingin (kulkas) sebelum dilakukan pemotongan. Biasanya
pemotongan dilakukan keesokan harinya.

Photo 4.6. Proses Pendinginan Batangan Kerupuk Udang

10. Proses pemotongan.


Setelah batangan kerupuk udang dibekukan di lemari pendingin, maka
proses selanjutnya adalah pemotongan. Untuk proses pemotongan
karena masih manual yaitu menggunakan pisau dapur biasa sehingga
dibutuhkan beberapa tenaga kerja. Pada umumnya tenaga kerja yang
dibutuhkan adalah untuk proses pemotongan dan pengemasan. Biasanya
4 tenaga kerja untuk proses pemotongan ini. Bentuk potongan kerupuk

22 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

udang ini ada dua bentuk yaitu bentuk bulat dan bentuk batangan seperti
batangan korek api. Keduanya sangat disukai oleh para konsumen, karena
mereka tidak melihat bentuk tetapi lebih terhadap rasa. Sebenarnya
terdapat pisau pemotong yang merupakan bantuan dari Dinas Kelautan
dan Perikanan yang diharapkan dapat mempercepat proses pemotongan.
Namun menurut pengusaha pisau pemotong tersebut sulit digunakan
bahkan bentuk kerupuk jadi rusak. Sehingga sebagian besar alat tersebut
tidak digunakan.

Photo 4.7. Pisau Pemotong Kerupuk Udang

11. Proses penjemuran/pengeringan.


Setelah batangan kerupuk udang dipotong dengan dua bentuk yaitu
bulat dan batang korek api, maka proses selanjutnya adalah penjemuran/
pengeringan. Proses penjemuran ini masih mengandalkan sinar matahari,
belum ada pengusaha yang menggunakan mesin pengering. Proses
pengeringan ini biasanya memakan waktu antara 2 sampai 4 hari
tergantung dari panas tidaknya sinar matahari.

BANK INDONESIA 23
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Photo 4.8. Proses Penjemuran/Pengeringan Kerupuk Udang

12. Proses pengemasan.


Proses terakhir sebelum kerupuk udang siap dijual adalah proses
pembungkusan atau pengemasan. Kemasan yang biasanya dibuat adalah
kemasan 1 kg dan ½ kg, tetapi proporsi yang lebih banyak adalah kemasan
1 kg. Untuk pengemasan diperlukan alat yaitu sealer untuk menutup
plastik sehingga kerupuk dapat tahan lama.

Photo 4.9. Sealer

24 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi

Kerupuk udang yang diproduksi oleh pengusaha sebagian besar tergantung


dari permintaan atau pesanan dari para konsumennya. Walaupun ada beberapa
pengusaha selain make to order (MTO) mereka juga melakukan make to stock (MTS).
Berdasarkan penelitian dan pengamatan di lapang rata-rata sekali berproduksi
pengusaha menghasilkan 29 kg kerupuk udang kering yang siap dipasarkan, rata-
rata mereka melakukan proses produksi dalam satu bulan adalah 20 kali sehingga
total kerupuk yang diproduksi dalam satu bulan adalah 580 kg.

4.8. Produksi Optimum

Tingkat produksi ditentukan oleh ketersedian bahan baku. Bahan baku kerupuk
udang adalah udang yang ketersediaannya sangat tergantung dari hasil tangkapan
nelayan dan musim. Jika air laut pasang maka biasanya nelayan tidak melaut, sehingga
pasokan bahan baku sedikit berkurang. Secara teknis berdasarkan skala usaha yang
ada maka produksi kerupuk udang sebanyak 580 kg per bulan menjadi produksi
optimum usaha ini.

4.9. Kendala Produksi

Faktor kritis industri kerupuk udang ini adalah ketersediaan dan kontinuitas
bahan baku, dimana bila terjadi air pasang dan dalam jangka yang panjang maka
akan sangat mengganggu kelancaran dalam pembuatan kerupuk udang. Dengan
adanya kelangkaan udang pada saat air pasang akan menyebabkan harga udang
juga naik, sehingga sangat dibutuhkan keberadaan lemari es/pendingin sebagai
penyimpan udang. Walaupun udang segar ini dapat disimpan dalam lemari es,
namun memiliki keterbatasan waktu, pada saat udang sudah tercium bau busuk
maka tidak bisa digunakan untuk membuat kerupuk udang ini. Karena hal ini akan
sangat mempengaruhi mutu dari kerupuk udang tersebut.

BANK INDONESIA 25
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

26 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB V
ASPEK KEUANGAN

5.1. Pemilihan Pola Usaha

Pembuatan kerupuk udang dilakukan dalam skala rumah tangga, masih


dalam skala usaha kecil dengan produksi per bulan 580 kg kerupuk udang. Usaha ini
dilakukan oleh 4 orang tenaga kerja yang terdiri dari 2 orang tenaga kerja produksi
dan 2 orang tenaga pengemasan. Satu kali produksi kerupuk udang membutuhkan
bahan baku utama 20 kg tepung sagu dan 20 kg udang yang akan menghasilkan 29
kg kerupuk udang. Pengolahan dilakukan tidak setiap hari, rata-rata hanya 20 hari
produksi. Pembiayaan dari usaha ini dilakukan dari modal sendiri, baik untuk investasi
maupun untuk modal kerja.

5.2. Asumsi dan Parameter Untuk Analisis Keuangan

Untuk penyusunan pola pembiayaan usaha kecil diperlukan adanya beberapa


asumsi mengenai parameter teknologi proses maupun biaya. Beberapa asumsi dalam
penentuan parameter didasarkan pada hasil pengamatan di lapangan, masukan dari
instansi terkait dan pustaka yang mendukung. Asumsi tersebut dapat dilihat pada
Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Asumsi Untuk Analisis Keuangan


No Asumsi Satuan Nilai / Jumlah
1 Periode proyek tahun 3
2 Hari kerja per bulan hari 20
3 Bulan kerja per tahun tahun bulan 12
4 Output, Produksi dan Harga:    
  a. Produksi kerupuk udang per bulan kg 580
  b. Produksi kerupuk udang per tahun kg 6.960
  c. Harga penjualan kerupuk udang Rp/kg 35.000
5 Suku Bunga per Tahun % 14%
6 Jangka Waktu Kredit    
  a. Investasi tahun 3
  b. Modal Kerja tahun 1

BANK INDONESIA 27
ASPEK KEUANGAN

Pemilihan periode proyek selama 3 tahun berdasarkan umur ekonomis


peralatan yang digunakan dalam proses produksi. Hari kerja produktif adalah selama
20 hari, Kerusakan produk selama proses produksi adalah sebesar 0%, hal ini
dikarenakan kerupuk udang dijemur sampai kering. Asumsi dan parameter keuangan
secara lebih rinci terdapat pada Lampiran 1.

5.3. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional

5.3.1. Biaya Investasi

Biaya investasi yang dibutuhkan untuk memulai usaha kerupuk udang


meliputi perizinan, tanah dan bangunan serta mesin dan peralatan. Biaya investasi
harus dikeluarkan pada tahun ke 0 sebelum melakukan usaha. Jumlah biaya investasi
yang diperlukan adalah sebesar Rp 57.860.000. Komponen terbesar adalah tanah
yaitu sebesar 35%. Sedangkan untuk perizinan sebesar 4% (Tabel 5.2.). Kebutuhan
biaya investasi usaha kerupuk udang secara rinci terdapat pada Lampiran 2.

Tabel 5.2. Komposisi Biaya Investasi (Rp)


No Komponen Biaya Jumlah Prosentase
1 Perizinan 2.500.000 4
2 Bangunan 12.500.000 22
3 Tanah 20.000.000 35
4 Alat Produksi dan Pengemas 12.860.000 22
5 Alat Transportasi 10.000.000 17
Jumlah 57.860.000 100

5.3.2. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang diperlukan dalam memproduksi


produk kerupuk udang. Komponen biaya operasional ini meliputi biaya variabel dan
biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan pembantu, biaya

28 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

bahan pengemas dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya tetap meliputi biaya listrik,
telepon, ATK, perawatan alat dan ruangan, serta biaya lainnya sebesar 8,41% dari
biaya tetap. Biaya lainnya ini meliputi, iuran kebersihan, PBB, dan untuk sumbangan.
Total biaya tetap per bulan adalah sebesar Rp.830.000. Besarnya biaya operasional
per bulan dengan kapasitas 100% dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Komposisi Biaya Operasional per Bulan

No Uraian Total Biaya


1 Biaya Variabel
- Biaya bahan baku 10.800.000
- Biaya bahan pembantu 3.580.000
- Biaya bahan pengemas 96.000
- Biaya tenaga kerja langsung 1.500.000
2 Biaya Tetap 830.000
  Jumlah 16.806.000

Pada Tabel 5.3 di atas, terlihat bahwa komponen biaya paling besar adalah
biaya bahan baku yang besarnya mencapai 64% dari seluruh biaya operasional.
Rincian biaya variabel per tahun dapat dilihat pada Lampiran 4 dan rincian biaya tetap
per tahun dapat dilihat pada Lampiran 5.

5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja

Kebutuhan dana usaha kerupuk udang terdiri dari dana investasi dan modal
kerja yang diperoleh dari dana sendiri. Kebutuhan investasi usaha kerupuk udang
adalah sebesar Rp 57.860.000 diasumsikan 60% berasal dari kredit (Rp 34.716.000)
dan sebesar 40% berasal dari modal sendiri (Rp 23.144.000). Sedangkan untuk
kebutuhan modal kerja dibutuhkan dana sebesar Rp 16.806.000 diasumsikan 60%
berasal dari kredit (Rp 10.083.600) dan sebesar 40% (Rp6.722.400) berasal dari modal
sendiri. Kebutuhan modal kerja yang diperlukan selama 1 bulan produksi dengan
pertimbangan penerimaan hasil penjualan diterima setelah 2-3 minggu. Dengan

BANK INDONESIA 29
ASPEK KEUANGAN

pertimbangan tersebut kebutuhan bantuan modal kerja bulan-bulan berikutnya dapat


dipenuhi dari hasil penjualan pada bulan pertama. Rincian komponen dan struktur
biaya proyek dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Komponen dan Struktur Biaya Proyek


No Komponen Biaya Proyek Persentase Total Biaya
1 Biaya Investasi    
  - Bersumber dari kredit 60% 34.716.000
  - Dari dana sendiri 40% 23.144.000
  Total Biaya Investasi   57.860.000
2 Biaya Modal Kerja    
  - Bersumber dari kredit 60% 10.083.600
  - Dari dana sendiri 40% 6.722.400
  Total Biaya Modal Kerja   16.806.000
3 Total Dana Proyek    
  - Bersumber dari kredit 60% 44.799.600
  - Dari dana sendiri 40% 29.866.400
  Jumlah Dana Proyek   57.860.000

5.5. Produksi dan Pendapatan

Produksi kerupuk udang per bulan adalah sebesar 580 kg. Produksi dan
pendapatan usaha diproyeksikan dengan asumsi bahwa pada tahun 1 usaha
beroperasi (berproduksi) pada kapasitas 80%, tahun ke 2 kapasitas 90%, tahun
ke 3 beroperasi pada kapasitas 100%.

Proyeksi pendapatan dengan harga jual Rp 35.000 per kg, maka diperoleh
pendapatan pada tahun 1 adalah sebesar Rp 194.880.000, pada tahun 2 adalah
sebesar Rp 219.240.000, pada tahun ke 3 adalah sebesar Rp 243.600.000. Proyeksi
pendapatan selama 3 tahun dapat dilihat pada Tabel 5.5.

30 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

Tabel 5.5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Usaha

Tahun
No Uraian
1 2 3
1 Kapasitas  80% 90% 100%
2 Penerimaan (Rp) 194.880.000 219.240.000 243.600.000

5.6. Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point

Hasil proyeksi rugi laba menunjukkan usaha kerupuk udang dapat


menghasilkan laba bersih pada tahun 1 pada kapasitas 80% sebesar Rp 29.880.920
dengan nilai profit on sales 15,33%. Laba di tahun 1 lebih tinggi dibandingkan laba
ditahun 2 dan 3 karena beban operasional satu bulan dikeluarkan di tahun ke 0.
Dengan memperhitungkan hasil penjualan, biaya variabel, dan biaya tetap industri
kerupuk udang diperoleh rata-rata BEP sebesar Rp 87.730.631 atau setara dengan
2.507 kg kerupuk udang. Potensi laba bersih tersebut terus meningkat setiap tahun,
hingga tahun ke 3 diperoleh laba sebesar Rp 27.820.888 dengan profit on sales
mencapai 11,42%.

Rata-rata laba bersih usaha kerupuk udang selama periode proyek adalah
Rp 26.578.383 dengan rata-rata profit on sales sebesar12,27%. Berdasarkan informasi
yang disajikan pada Lampiran 8, secara garis besar proyeksi laba rugi usaha dan BEP
usaha dapat dilihat pada Tabel 5.6.

BANK INDONESIA 31
ASPEK KEUANGAN

Tabel 5.6. Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha (Rp)

Tahun
No Uraian
1 2 3
1  Total Penerimaan 194.880.000 219.240.000 243.600.000
 2 Total Pengeluaran 159.725.976 193.318.423 210.869.543
3 R/L Sebelum Pajak 35.154.024 25.921.577 32.730.457
4 Pajak (15%) 5.273.104 3.888.237 4.909.569
5 Laba Setelah Pajak 29.880.920 22.033.340 27.820.888
6 Profit on Sales 15,33% 10,05% 11,42%
7 BEP: Rupiah 75.707.185 97.545.271 89.939.438
8 Kg 2.163 2.787 2.570

5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek

Analisis keuangan digunakan untuk menganalisa kelayakan suatu proyek


dari segi keuangan. Proyek dikatakan layak dari segi keuangan, jika dapat memenuhi
kewajiban finansial serta dapat mendatangkan keuntungan yang layak bagi
perusahaan. Untuk mengkaji kemampuan usaha memenuhi kewajiban finansialnya
disusun proyeksi arus kas yang dapat dilihat pada Lampiran 9.
Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan menilai kriteria investasi untuk
mengukur kelayakan pendirian usaha kerupuk udang yaitu NPV (Net Present Value),
IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit/Cost) Ratio. Nilai NPV usaha kerupuk
udang ini adalah Rp 19.167.531. Nilai IRR adalah 26,45%, yang menunjukkan usaha
ini masih layak sampai pada tingkat suku bunga mencapai 26,45%. Nilai Net B/C
Ratio adalah 1,26 dengan Pay Back Period (PBP) 2,23 tahun, sehingga usaha ini layak
untuk dilaksanakan. Secara ringkas kriteria kelayakan dan nilainya dapat dilihat pada
Tabel 5.7.

32 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

Tabel 5.7. Kelayakan Industri Kerupuk Udang

Justifikasi
Kriteria kelayakan Nilai
Kelayakan
NPV (20%) Rp 19.167.531 >0
IRR 26,45% > 14 %
Net B/C Ratio 1,26 > 1,00
PBP (Tahun) 2,44 <3

5.8. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat seberapa jauh proyek dapat


dilaksanakan mengikuti perubahan harga, baik biaya produksi maupun harga jual
produk ataupun kelemahan estimasi hasil produksi. Analisis sensitivitas dilakukan
pada tiga skenario. Skenario I penurunan harga jual kerupuk udang sementara biaya
investasi dan biaya variabel tetap; skenario II, kenaikan biaya produksi (biaya variabel)
sementara biaya investasi dan penjualan tetap dan skenario III kompilasi skenario I
dan II (kenaikan biaya variabel dan penurunan harga jual kerupuk udang).
Pada skenario I, Pada penurunan pendapatan proyek layak sampai
pendapatan kerupuk udang turun sebesar 5%. Penurunan pendapatan lebih besar
dari 5% menyebabkan proyek sudah tidak layak dilaksanakan. Seperti dapat dilihat
pada Tabel 5.8, penurunan pendapatan kerupuk udang sebesar 6% menyebabkan
nilai NPV negatif, IRR lebih kecil dari 14% dan Net B/C lebih kecil dari 1.

Tabel 5.8. Hasil Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan


No Kriteria Turun 5% Turun 6%
1 NPV (Rp) 3.155.887 -1.477.914
2 IRR (%) 16,11 13,01
3 Net B/C Ratio 1,04 0,98
4 Pay Back Period (tahun) 3,11 3,37

BANK INDONESIA 33
ASPEK KEUANGAN

Pada skenario II, pada saat biaya variabel naik sebesar 7%, sementara
pendapatan tetap, proyek masih layak dilaksanakan. Kenaikan biaya variabel di atas
7% menyebabkan proyek tidak layak lagi dilaksanakan. Pada tabel 5.9 dapat dilihat
kenaikan biaya variabel sebesar 8% menyebabkan nilai NPV negatif, IRR lebih kecil
dari 14%, Net B/C kecil dari 1 dan PBP melebihi umur proyek.

Tabel 5.9. Hasil Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel


No Kriteria Naik 7% Naik 8%
1 NPV (Rp) 1.137.621 - 2.450.469
2 IRR (%) 14,77 12,34
3 Net B/C Ratio 1,02 0,97
4 Pay Back Period (tahun) 3,23 3,45

Pada skenario III, pada saat penurunan pendapatan kerupuk udang dan
kenaikan biaya variabel masing-masing sebesar 3%, usaha tersebut masih layak
dilaksanakan. Pada tabel 5.10 dapat dilihat jika penurunan pendapatan kerupuk
udang turun dan biaya variabel naik masing-masing sebesar 4%, maka usaha ini tidak
layak dilaksanakan karena NPV negatif, IRR lebih kecil dari suku bunga yaitu 14%,
Net B/C Ratio kurang dari satu dan PBP melebihi umur proyek.

Tabel 5.10. Hasil Analisis Sensitivitas Kombinasi


Biaya variabel Biaya variabel
naik 3% dan naik 4% dan
No Kriteria
pendapatan turun pendapatan turun
3% 4%
1 NPV (Rp) 1.420.456 - 6.801.435
2 IRR (%) 14,96 9,38
3 Net B/C Ratio 1,02 0,91
4 Pay Back Period (tahun) 3,21 3,75

34 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB VI
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN
DAMPAK LINGKUNGAN

6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial

Dilihat dari aspek ekonomis, keberadaan industri kerupuk udang di Kabupaten


Tanjung Jabung Barat (Kuala Tungkal) telah membawa dampak positif bagi masyarakat
sekitar, walaupun industri kerupuk udang ini bukanlah usaha yang banyak menyerap
tenaga kerja, karena pada umumnya masih berskala mikro. Di Kuala Tungkal industri
kerupuk udang merupakan usaha yang telah dijalani sebagian masyarakat secara
turun temurun. Untuk masyarakat anggota masyarakat sekitarnya juga memperoleh
dampak positif baik penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan. Secara
ekonomis usaha industri kerupuk udang cukup menguntungkan, dengan demikian
pada dasarnya industri kerupuk udang merupakan alternatif pekerjaan yang baik,
karena bahan baku udang pada dasarnya sangat mudah diperoleh di daerah ini.

6.2 Aspek Dampak Lingkungan

Berbeda dengan industri lainnya, industri kerupuk udang di Kuala Tungkal


ini hampir tidak menghasilkan limbah, karena pada umumnya mereka membeli
udang yang telah di kupas kulitnya, walaupun kadang ada juga udang yang belum
di kupas kulit dan kepalanya dapat dijual lagi pada pengusaha lain untuk di jadikan
terasi, petis dan sebagainya. Maka dari sudut pandang lingkungan, industri ini tidak
membahayakan karena tidak menghasilkan limbah yang berbahaya.

BANK INDONESIA 35
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

36 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

a. Potensi pengembangan industri kerupuk udang di Kuala Tungkal, cukup besar


karena tersedia bahan baku udang yang melimpah di daerah ini. Sampai saat ini
pola pengelolaan industri kerupuk udang umumnya masih bersifat usaha kecil
dengan pola tradisional. Hal ini disebabkan untuk mencapai usaha yang lebih
maju diperlukan modal yang relatif besar.

b. Di wilayah penelitian (Kuala Tungkal) ada satu bank yang memberikan kredit
untuk usaha kerupuk udang yakni BPR Tanggo Radjo. Namun demikian pemberian
kredit tersebut masih belum sepenuhnya berdasarkan industri kerupuk udang
tetapi kredit umum, yakni kredit yang mensyaratkan adanya barang jaminan.

c. Peluang pasar masih sangat terbuka untuk dikembangkan karena kerupuk


udang di Kuala Tungkal ini mempunyai rasa yang khas karena perbandingan
tepung dan udang 1 : 1, jadi rasa udangnya sangat terasa.

d. Secara teknis, industri kerupuk udang masih sederhana. Lebih mengutamakan


tenaga manusia.

e. Berdasarkan analisis kelayakan finansial terhadap industri kerupuk udang


dengan discount rate 14% memberikan NPV sebesar Rp 19.167.531, IRR
sebesar 26,45%, Net B/C ratio sebesar 1,26, dan Pay Back Period ratio selama
2,23 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dibiayai kredit.

f. Untuk analisis sensitivitasnya, pada sisi pendapatan, usaha ini sensitif pada
penurunan pendapatan kerupuk udang sampai 5%. Sedangkan dari sisi kenaikan
biaya variabel, usaha ini sensitif pada kenaikan biaya variabel sampai 3%. Pada

BANK INDONESIA 37
KESIMPULAN DAN SARAN

penurunan pendapatan yang juga diikuti oleh kenaikan biaya variabel usaha
ini sensitif sampai penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel masing-
masing sebesar 3%.

g. Industri kerupuk udang ini tidak menghasilkan limbah berbahaya.

7.2. Saran

a. Industri kerupuk udang memerlukan bantuan modal dalam mengembangkan


usahanya, karena selama ini para pengusaha kesulitan mendapatkan bantuan
modal dari perbankan.

b. Peran pemerintah daerah masih sangat diperlukan dalam pemberian bantuan


peralatan dan penerapan gugus kendali mutu, sehingga pengrajin dapat bekerja
secara efisien dan efektif.

c. Diperlukan sarana yang bisa menghubungkan produsen dan konsumen secara


langsung, karena biasanya produksi dari kerupuk ini di beli langsung oleh
pedagang tertentu dan di buatkan merek tertentu lalu di jual ke pasaran.

d. Diperlukan promosi yang mampu menguatkan daya tawar produk kerupuk


udang Kuala Tungkal karena dari segi kualitas tidak kalah dari produk-produk
daerah lainnya.

38 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DAFTAR PUSTAKA

DKP. Teknologi untuk Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Direktorat Pemberdayaan


Masyarakat Pesisir. 2007.

SNI. SNI 01-2728.2-2006. SNI Persyaratan Bahan Baku Udang Segar.

SNI. SNI 01-2728.3-2006. SNI Penangan dan Pengolahan Udang Segar.

BANK INDONESIA 39
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

40 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


LAMPIRAN

BANK INDONESIA 41
LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran Halaman


1 Asumsi Dan Parameter Untuk Analisa Keuangan ............................... 43
2 Rincian Biaya Investasi ……………………………………………….….. 44
3 Biaya Variabel ……............................................................................ 45
4 Biaya Tetap ………………………………………………………..….…. 46
5 Proyeksi Produksi dan Pendapatan ……………………………….…..... 46
6 Angsuran Kredit Investasi ……………………………………………..... 47
7 Angsuran Kredit Modal Kerja ………………………………………...... 49
8 Proyeksi Rugi Laba Usaha ………………………………………………. 50
9 Proyeksi Arus Kas ……………....……………………………………….. 51
10 Proyeksi Arus Kas Penurunan Pendapatan 5% .................................. 52
11 Proyeksi Arus Kas Penurunan Pendapatan 6% .................................. 53
12 Proyeksi Arus Kas Kenaikan biaya Variabel 7% ................................. 54
13 Proyeksi Arus Kas Kenaikan biaya Variabel 8% ................................. 55
14 Proyeksi Arus Kas Kenaikan biaya Variabel 3% dan Pendapatan Turun
3% ................................................................................................... 56
15 Proyeksi Arus Kas Kenaikan biaya Variabel 4% dan Pendapatan Turun
4% ................................................................................................... 57
16 Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Aspek Keuangan ……... 58

42 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

Lampiran 1. Asumsi Dan Parameter Untuk Analisis Keuangan

No Asumsi Satuan Nilai / Jumlah


1 Periode proyek tahun 3
2 Hari kerja per bulan Hari 20
3 Bulan kerja per tahun Bulan 12
4 Output, Produksi dan Harga:    
  a. Produksi kerupuk udang per bulan Kg 580
  b. Produksi kerupuk udang per tahun Kg 6.960
  c. Harga penjualan kerupuk udang Rp/kg 35.000
5 Kerusakan :    
  a. Produksi % 0%
6 Penggunaan input dan harga:    
  a. Sagu 1 bulan Kg 400
  Harga sagu Rp/kg 7.000
  b. Udang 1 bulan Kg 400
  Harga udang Rp/kg 20.000
  c. Bumbu-bumbu Ons 20
  Harga bumbu-bumbu Rp/kg 15.000
  d. Minyak tanah Liter 400
  Harga minyak tanah Rp/liter 8.000
  e. Es Balok 1 80
  Harga Rp/balok 1.000
7 Suku Bunga per Tahun % 14%
8 Proporsi Modal :    
  a. Kredit % 60%
  b. Modal Sendiri % 40%
9 Jangka Waktu Kredit    
  a. Investasi Tahun 3
  b. Modal Kerja Tahun 1

BANK INDONESIA 43
Lampiran 2. Rincian Biaya Investasi

44
Harga Jumlah Umur Nilai Nilai
Jumlah
LAMPIRAN

No Komponen Biaya Satuan per Satuan Biaya Ekonomis Penyusutan Sisa


Fisik
Rp Rp (tahun) Rp Rp
1 Perizinan 1 2.500.000 2.500.000
2
2 Bangunan m 50 250.000 12.500.000 5 2.500.000 5.000.000
3 Tanah m2 100 200.000 20.000.000 20.000.000

4 Alat Produksi dan Pengemas

  a. Mixer unit 1 800.000 800.000 3 266.667 0


  b. Kompor unit 3 350.000 1.050.000 3 350.000 0

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


  c. Wajan Besar unit 3 250.000 750.000 3 250.000 0
  d. Kulkas unit 1 3.500.000 3.500.000 5 700.000 1.400.000
  e. Kipas Angin unit 1 750.000 750.000 3 250.000 0
  f. Baskom unit 2 50.000 100.000 3 33.333 0
  g. Pisau unit 4 15.000 60.000 3 20.000 0
  h. Rak Penjemuran unit 8 300.000 2.400.000 3 800.000 0
  i. Sealer unit 1 1.000.000 1.000.000 3 333.333 0
  j. Mesin Penggiling unit 1 1.500.000 1.500.000 3 500.000 0
  k. Meja unit 2 250.000 500.000 3 166.667 0
  l. Ember unit 6 50.000 300.000 3 100.000 0
  m. Timbangan unit 1 150.000 150.000 3 50.000 0
n. Alat Transportasi - Motor unit 1 10.000.000 10.000.000 5 2.000.000 4.000.000

Jumlah 57.860.000 8.320.000 30.400.000


INDUSTRI KERUPUK UDANG

Lampiran 3. Biaya Variabel

Biaya Jumlah
Jumlah biaya
Jumlah per biaya
No Struktur Biaya Satuan 1 tahun
Fisik satuan 1 bulan
Rp
Rp Rp
1 Bahan baku
a. Sagu kg 400 7.000 2.800.000 33.600.000
b. Udang kg 400 20.000 8.000.000 96.000.000

2 BahanPembantu
a. Minyak Tanah liter 400 8.000 3.200.000 38.400.000
b. Bumbu-bumbu ons 20 15.000 300.000 3.600.000
c. Biaya Es balok 80 1.000 80.000 960.000

3 BahanPengemasan
a. Pengemas plastik kg 8 12.000 96.000 1.152.000

4 Tenaga Kerja Langsung


a. Produksi Orang 2 500.000 1.000.000 12.000.000
b. Pengemas Orang 2 250.000 500.000 6.000.000
Total Biaya Variabel 15.976..000 191.712.000

BANK INDONESIA 45
LAMPIRAN

Lampiran 4. Biaya Tetap

Biaya Per Total Biaya Total Biaya


No Uraian Jumlah Unit
Unit 1 Bulan 1 Tahun
1 Listrik 1 Bulan 300.000 300.000 3.600.000
2 Telepon 1 Bulan 150.000 150.000 1.800.000
3 ATK 1 Bulan 100.000 100.000 1.200.000
4 Pemeliharaan
a. Alat 1 Bulan 100.000 100.000 1.200.000
b. Ruangan 1 Bulan 50.000 50.000 600.000
5 Bensin 1 Bulan 60.000 60.000 720.000
6 Biaya lainnya 1 Bulan 70.000 70.000 840.000
Total 830.000 9.960.000

Lampiran 5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan

Harga Penjualan Penjualan


NO Produk Volume Unit
Jual 1 Bulan 1 Tahun
1 Produksi Kerupuk Udang 580 kg 35.000 20.300.000 243.600.000
2 Produksi Terjual 580 kg 35.000 20.300.000 243.600.000

46 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

Lampiran 6. Angsuran Kredit Investasi

Bunga : 14% 12 Bulan


Angsuran Saldo Saldo
Periode Kredit Bunga Total
Tetap Awal Akhir
Tahun-0 34.716.000 34.716.000 34.716.000
Bulan-1 964.333 405.020 1.369.353 34.716.000 33.751.667
Bulan-2 964.333 393.769 1.358.103 33.751.667 32.787.333
Bulan-3 964.333 382.519 1.346.852 32.787.333 31.823.000
Bulan-4 964.333 371.268 1.335.602 31.823.000 30.858.667
Bulan-5 964.333 360.018 1.324.351 30.858.667 29.894.333
Bulan-6 964.333 348.767 1.313.101 29.894.333 28.930.000
Bulan-7 964.333 337.517 1.301.850 28.930.000 27.965.667
Bulan-8 964.333 326.266 1.290.599 27.965.667 27.001.333
Bulan-9 964.333 315.016 1.279.349 27.001.333 26.037.000
Bulan-10 964.333 303.765 1.268.098 26.037.000 25.072.667
Bulan-11 964.333 292.514 1.256.848 25.072.667 24.108.333
Bulan-12 964.333 281.264 1.245.597 24.108.333 23.144.000
Tahun-1 11.572.000 4.117.703 15.689.703
Bulan-1 964.333 270.013 1.234.347 23.144.000 22.179.667
Bulan-2 964.333 258.763 1.223.096 22.179.667 21.215.333
Bulan-3 964.333 247.512 1.211.846 21.215.333 20.251.000
Bulan-4 964.333 236.262 1.200.595 20.251.000 19.286.667
Bulan-5 964.333 225.011 1.189.344 19.286.667 18.322.333
Bulan-6 964.333 213.761 1.178.094 18.322.333 17.358.000
Bulan-7 964.333 202.510 1.166.843 17.358.000 16.393.667
Bulan-8 964.333 191.259 1.155.593 16.393.667 15.429.333
Bulan-9 964.333 180.009 1.144.342 15.429.333 14.465.000
Bulan-10 964.333 168.758 1.133.092 14.465.000 13.500.667
Bulan-11 964.333 157.508 1.121.841 13.500.667 12.536.333
Bulan-12 964.333 146.257 1.110.591 12.536.333 11.572.000
Tahun-2 11.572.000 2.497.623 14.069.623
Bulan-1 964.333 135.007 1.099.340 11.572.000 10.607.667
Bulan-2 964.333 123.756 1.088.089 10.607.667 9.643.333
Bulan-3 964.333 112.506 1.076.839 9.643.333 8.679.000
Bulan-4 964.333 101.255 1.065.588 8.679.000 7.714.667

BANK INDONESIA 47
LAMPIRAN

Lampiran 6. Angsuran Kredit Investasi (Lanjutan)

Angsuran
Periode Kredit Bunga Total Saldo Awal Saldo Akhir
Tetap
Bulan-5 964.333 90.004 1.054.338 7.714.667 6.750.333
Bulan-6 964.333 78.754 1.043.087 6.750.333 5.786.000
Bulan-7 964.333 67.503 1.031.837 5.786.000 4.821.667
Bulan-8 964.333 56.253 1.020.586 4.821.667 3.857.333
Bulan-9 964.333 45.002 1.009.336 3.857.333 2.893.000
Bulan-10 964.333 33.752 998.085 2.893.000 1.928.667
Bulan-11 964.333 22.501 986.834 1.928.667 964.333
Bulan-12 964.333 11.251 975.584 964.333 0
Tahun-3 11.572.000 877.543 12.449.543

48 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

Lampiran 7. Angsuran Kredit Modal Kerja

Bunga : 14%
12 bulan
Angsuran Saldo Saldo
Periode Kredit Bunga Total
Tetap Awal Akhir
Tahun-0 10.083.600 10.083.600 10.083.600
Bulan-1 840.300 117.642 957.942 10.083.600 9.243.300
Bulan-2 840.300 107.839 948.139 9.243.300 8.403.000
Bulan-3 840.300 98.035 938.335 8.403.000 7.562.700
Bulan-4 840.300 88.232 928.532 7.562.700 6.722.400
Bulan-5 840.300 78.428 918.728 6.722.400 5.882.100
Bulan-6 840.300 68.625 908.925 5.882.100 5.041.800
Bulan-7 840.300 58.821 899.121 5.041.800 4.201.500
Bulan-8 840.300 49.018 889.318 4.201.500 3.361.200
Bulan-9 840.300 39.214 879.514 3.361.200 2.520.900
Bulan-10 840.300 29.411 869.711 2.520.900 1.680.600
Bulan-11 840.300 19.607 859.907 1.680.600 840.300
Bulan-12 840.300 9.804 850.104 840.300 -
Tahun-1 10.083.600 764.673 10.848.273

BANK INDONESIA 49
LAMPIRAN

Lampiran 8. Proyeksi Rugi Laba Usaha (Rp)

Tahun
No Uraian Rata-rata
1 2 3
80% 90% 100%
A Penerimaan
Total Penerimaan 194.880.000 219.240.000 243.600.000 219.240.000

B Pengeluaran
a. Biaya Variabel 137.393.600 172.540.800 191.712.000 172.540.800
b. Biaya Tetap 9.130.000 9.960.000 9.960.000 9.960.000
c. Depresiasi 8.320.000 8.320.000 8.320.000 8.320.000
d. Angsuran Bunga 4.882.376 2.497.623 877.543 2.752.514
Total Pengeluaran 159.725.976 193.318.423 210.869.543 193.573.314

C R/L Sebelum Pajak 35.154.024 25.921.577 32.730.457 31.268.686


D Pajak(15%) 5.273.104 3.888.237 4.909.569 4.690.303
E Laba Setelah Pajak 29.880.920 22.033.340 27.820.888 26.578.383
F Profit on Sales 15,33% 10,05% 11,42% 12,27%

G BEP: Rupiah 75.707.185 97.545.271 89.939.438 87.730.631


Kg 2.163 2.787 2.570 2.507

50 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

Lampiran 9. Proyeksi Arus Kas


Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 194.880.000 219.240.000 243.600.000
2. Kredit
a. Investasi 34.716.000
b. Moda Kerja 10.083.600
3. Modal Sendiri
a. Investasi 23.144.000
b. Modal Kerja 6.722.400
4. Nilai Sisa Proyek 30.400.000
Total Arus Masuk 74.666.000 194.880.000 219.240.000 274.000.000
Arus Masuk Untuk Menghitung IRR - 178.074.000 219.240.000 274.000.000

B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 57.860.000 - -
2. Biaya Variabel 15.976.000 137.393.600 172.540.800 191.712.000
3. Biaya Tetap 830.000 9.130.000 9.960.000 9.960.000
4. Angsuran Pokok 21.655.600 11.572.000 11.572.000
5. Angsuran Bunga 4.882.376 2.497.623 877.543
6. Pajak 5.273.104 3.888.237 4.909.569
Total Arus Keluar 74.666.000 178.334.680 200.458.660 219.031.112
Arus Keluar Untuk Menghitung IRR 74.666.000 151.796.704 186.389.037 206.581.569

C Arus Bersih (NCF) - 16.545.320 18.781.340 54.968.888

D Cash Flow untuk Menghitung IRR (74.666.000) 26.277.296 32.850.964 67.418.432

Cummulative Cash Flow (74.666.000) (48.388.704) (15.537.740) 51.880.691


Discount Factor (14%) 1,0000 0,8772 0,7695 0,6750
Present Value (74.666.000) 23.050.260 25.277.750 45.505.521
E Cummulative Present Value (74.666.000) (51.615.740) (26.337.990) 19.167.531
F Analisis Kelayakan Usaha
NPV DF 14% (Rp) 19.167.531
IRR 26,45%
Net B/C 1,26
PBP 2,23 tahun

BANK INDONESIA 51
LAMPIRAN

Lampiran 10. Proyeksi Arus Kas Penurunan Pendapatan 5%

Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 185.136.000 208.278.000 231.420.000
2. Kredit
a. Investasi 34.716.000
b. Modal Kerja 10.083.600
3. Modal Sendiri
a. Investasi 23.144.000
b. Modal lKerja 6.722.400
4. Nilai Sisa Proyek 30.400.000
Total Arus Masuk 74.666.000 185.136.000 208.278.000 261.820.000
Arus Masuk untuk Menghitung IRR - 168.330.000 208.278.000 261.820.000

B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 57.860.000 - - -
2. Biaya Variabel 15.976.000 137.393.600 172.540.800 191.712.000
3. Biaya Tetap 830.000 9.130.000 9.960.000 9.960.000
4. Angsuran Pokok 21.655.600 11.572.000 11.572.000
5. Angsuran Bunga 4.882.376 2.497.623 877.543
6. Pajak - 744.410 1.728.428
Total Arus Keluar 74.666.000 173.061.576 197.314.834 215.849.972
Arus Keluar untuk Menghitung IRR 74.666.000 146.523.600 183.245.210 203.400.428

C Arus Bersih (NCF) - 12.074.424 10.963.166 45.970.028

D Cash Flow untuk Menghitung IRR (74.666.000) 21.806.400 25.032.790 58.419.572

Cummulative Cash Flow (74.666.000) (52.859.600) (27.826.810) 30.592.762


Discount Factor (14%) 1,0000 0,8772 0,7695 0,6750
Present Value (74.666.000) 19.128.421 19.261.919 39.431.547
E Cummulative Present Value (74.666.000) (55.537.579) (36.275.660) 3.155.887
F Analisis Kelayakan Usaha
NPV DF 14% (Rp) 3.155.887
IRR 16,11%
Net B/C 1,04
PBP 3,11 tahun

52 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

Lampiran 11. Proyeksi Arus Kas Penurunan Pendapatan 6%

Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 183.187.200 206.085.600 228.984.000
2. Kredit
a. Investasi 34.716.000
b. Modal Kerja 10.083.600
3. Modal Sendiri
a. Investasi 23.144.000
b. Modal Kerja 6.722.400
4. Nilai Sisa Proyek 30.400.000
Total Arus Masuk 74.666.000 183.187.200 206.085.600 259.384.000
Arus Masuk untuk Menghitung IRR - 166.381.200 206.085.600 259.384.000

B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 57.860.000 - - -
2. Biaya Variabel 15.976.000 137.393.600 172.540.800 191.712.000
3. Biaya Tetap 830.000 9.130.000 9.960.000 9.960.000
4. Angsuran Pokok 21.655.600 11.572.000 11.572.000
5. Angsuran Bunga 4.882.376 2.497.623 877.543
6. Pajak - 476.624 1.430.888
Total Arus Keluar 74.666.000 173.061.576 197.047.048 215.552.432

Arus Keluar untuk Menghitung IRR 74.666.000 146.523.600 182.977.424 203.102.888

C Arus Bersih (NCF) - 10.125.624 9.038.552 43.831.568

D Cash Flow untuk Menghitung IRR (74.666.000) 19.857.600 23.108.176 56.281.112

Cummulative Cash Flow (74.666.000) (54.808.400) (31.700.224) 24.580.888


Discount Factor (14%) 1,0000 0,8772 0,7695 0,6750
Present Value (74.666.000) 17.418.947 17.780.991 37.988.147
E Cummulative Present Value (74.666.000) (57.247.053) (39.466.062) (1.477.914)
F Analisis Kelayakan Usaha
NPV DF 14% (Rp) - 1.477.914
IRR 13,01%
Net B/C 0,98
PBP 3,37 tahun

BANK INDONESIA 53
LAMPIRAN

Lampiran 12. Proyeksi Arus Kas Kenaikan Biaya Variabel 7%

Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 194.880.000 219.240.000 243.600.000
2. Kredit
a. Investasi 34.716.000
b. ModalKerja 10.083.600
3. ModalSendiri
a. Investasi 23.144.000
b. ModalKerja 6.722.400
4. Nilai Sisa Proyek 30.400.000
Total Arus Masuk 74.666.000 194.880.000 219.240.000 274.000.000
Arus Masuk untuk Menghitung IRR - 178.074.000 219.240.000 274.000.000

B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 57.860.000 - - -
2. Biaya Variabel 15.976.000 147.011.152 184.618.656 205.131.840
3. Biaya Tetap 830.000 9.130.000 9.960.000 9.960.000
4. Angsuran Pokok 21.655.600 11.572.000 11.572.000
5. Angsuran Bunga 4.882.376 2.497.623 877.543
6. Pajak - 1.029.854 2.045.588
Total Arus Keluar 74.666.000 182.679.128 209.678.134 229.586.972
Arus Keluar untuk Menghitung IRR 74.666.000 156.141.152 195.608.510 217.137.428

C Arus Bersih (NCF) - 12.200.872 9.561.866 44.413.028

D Cash Flow untuk Menghitung IRR (74.666.000) 21.932.848 23.631.490 56.862.572

Cummulative Cash Flow (74.666.000) (52.733.152) (29.101.662) 27.760.910


Discount Factor (14%) 1,0000 0,8772 0,7695 0,6750
Present Value (74.666.000) 19.239.340 18.183.664 38.380.616
E Cummulative Present Value (74.666.000) (55.426.660) (37.242.996) 1.137.621
F Analisis Kelayakan Usaha
NPV DF 14% (Rp) 1.137.621
IRR 14,77%
Net B/C 1,02
PBP 3,23 tahun

54 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

Lampiran 13. Proyeksi Arus Kas Kenaikan Biaya Variabel 8%

Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 194.880.000 219.240.000 243.600.000
2. Kredit
a. Investasi 34.716.000
b. Modal Kerja 10.083.600
3. Modal Sendiri
a. Investasi 23.144.000
b. Moda lKerja 6.722.400
4. Nilai Sisa Proyek 30.400.000
Total Arus Masuk 74.666.000 194.880.000 219.240.000 274.000.000
Arus Masuk untuk Menghitung IRR - 178.074.000 219.240.000 274.000.000

B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 57.860.000 - - -
2. Biaya Variabel 15.976.000 148.385.088 186.344.064 207.048.960
3. Biaya Tetap 830.000 9.130.000 9.960.000 9.960.000
4. Angsuran Pokok 21.655.600 11.572.000 11.572.000
5. Angsuran Bunga 4.882.376 2.497.623 877.543
6. Pajak - 872.714 1.870.988
Total Arus Keluar 74.666.000 184.053.064 211.246.402 231.329.492
Arus Keluar untuk Menghitung IRR 74.666.000 157.515.088 197.176.778 218.879.948

C Arus Bersih (NCF) - 10.826.936 7.993.598 42.670.508

D Cash Flow untuk Menghitung IRR (74.666.000) 20.558.912 22.063.222 55.120.052

Cummulative CashFlow (74.666.000) (54.107.088) (32.043.866) 23.076.186


Discount Factor (14%) 1,0000 0,8772 0,7695 0,6750
Present Value (74.666.000) 18.034.133 16.976.933 37.204.465
E Cummulative Present Value (74.666.000) (56.631.867) (39.654.934) (2.450.469)
F Analisis Kelayakan Usaha
NPV 14% (Rp) - 2.450.469
IRR 12,34%
NetB/C 0,97
PBP 3,45 tahun

BANK INDONESIA 55
LAMPIRAN

Lampiran 14. Proyeksi Arus Kas Kenaikan Biaya Variabel 3% Pendapatan Turun 3%

Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 189.033.600 212.662.800 236.292.000
2. Kredit
a. Investasi 34.716.000
b. Modal Kerja 10.083.600
3. Modal Sendiri
a. Investasi 23.144.000
b. Moda Kerja 6.722.400
4. Nilai Sisa Proyek 30.400.000
Total Arus Masuk 74.666.000 189.033.600 212.662.800 266.692.000
Arus Masuk untuk Menghitung IRR - 172.227.600 212.662.800 266.692.000

B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 57.860.000 - - -
2. Biaya Variabel 15.976.000 141.515.408 177.717.024 197.463.360
3. Biaya Tetap 830.000 9.130.000 9.960.000 9.960.000
4. Angsuran Pokok 21.655.600 11.572.000 11.572.000
5. Angsuran Bunga 4.882.376 2.497.623 877.543
6. Pajak - 965.702 1.974.308
Total Arus Keluar 74.666.000 177.183.384 202.712.350 221.847.212
Arus Keluar untuk Menghitung IRR 74.666.000 150.645.408 188.642.726 209.397.668

C Arus Bersih (NCF) - 11.850.216 9.950.450 44.844.788

D Cash Flow untuk Menghitung IRR (74.666.000) 21.582.192 24.020.074 57.294.332

Cummulative Cash Flow (74.666.000) (53.083.808) (29.063.734) 28.230.598


Discount Factor(14%) 1,0000 0,8772 0,7695 0,6750
Present Value (74.666.000) 18.931.747 18.482.667 38.672.042
E Cummulative Present Value (74.666.000) (55.734.253) (37.251.586) 1.420.456
F Analisis Kelayakan Usaha
NPV DF 14% (Rp) 1.420.456
IRR 14,96%
NetB/C 1,02
PBP 3,21 tahun

56 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

Lampiran 15. Proyeksi Arus Kas Kenaikan Biaya Variabel 4% Pendapatan Turun 4%

Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 187.084.800 210.470.400 233.856.000
2. Kredit
a. Investasi 34.716.000
b. ModalKerja 10.083.600
3. Modal Sendiri
a. Investasi 23.144.000
b. Modal Kerja 6.722.400
4. Nilai Sisa Proyek 30.400.000
Total Arus Masuk 74.666.000 187.084.800 210.470.400 264.256.000
Arus Masuk untuk Menghitung IRR - 170.278.800 210.470.400 264.256.000

B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 57.860.000 - - -
2. Biaya Variabel 15.976.000 142.889.344 179.442.432 199.380.480
3. Biaya Tetap 830.000 9.130.000 9.960.000 9.960.000
4. Angsuran Pokok 21.655.600 11.572.000 11.572.000
5. Angsuran Bunga 4.882.376 2.497.623 877.543
6. Pajak - 540.776 1.502.168
Total Arus Keluar 74.666.000 178.557.320 204.012.832 223.292.192
Arus Keluar untuk Menghitung IRR 74.666.000 152.019.344 189.943.208 210.842.648

C Arus Bersih (NCF) - 8.527.480 6.457.568 40.963.808


D Cash Flow untuk Menghitung IRR (74.666.000) 18.259.456 20.527.192 53.413.352
Cummulative Cash Flow (74.666.000) (56.406.544) (35.879.352) 17.534.000
Discount Factor(14%) 1,0000 0,8772 0,7695 0,6750
Present Value (74.666.000) 16.017.067 15.795.008 36.052.491
E Cummulative Present Value (74.666.000) (58.648.933) (42.853.926) (6.801.435)
F Analisis Kelayakan Usaha
NPV DF 14% (Rp) - 6.801.435
IRR 9,38%
NetB/C 0,91
PBP 3,75 tahun

BANK INDONESIA 57
LAMPIRAN

Lampiran 16. Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Aspek Keuangan

1. Menghitung Jumlah Angsuran.


Angsuran kredit terdiri dari angsuran pokok ditambah dengan pembayaran bunga
pada periode angsuran. Jumlah angsuran pokok tetap setiap bulannya. Periode
angsuran (n) adalah selama 36 bulan untuk kredit investasi dan 12 bulan untuk
kredit modal kerja.
Cicilan pokok = Jumlah Pinjaman dibagi periode angsuran (n).
Bunga = i% x jumlah (sisa) pinjaman.
Jumlah angsuran = Cicilan Pokok + Bunga.

2. Menghitung Jumlah Penyusutan/Depresiasi dengan Metode Garis Lurus


dengan Nilai Sisa 0 (nol).
Penyusutan = Nilai Investasi /Umur Ekonomis.

3. Menghitung Net Present Value (NPV).

NPV merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari
biaya. Adapun rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:
n B1 – Ct
NPV = ∑ –––––––––
t = 1 (1 + i)t
Keterangan :
Bt = Benefit atau manfaat (keuntungan) proyek yang diperoleh pada tahun
ke-t.
Ct = Biaya atau ongkos yang dikeluarkan dari adanya proyek pada tahun ke-t,
tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap merupakan modal atau
dana rutin/operasional.
i = Tingkat suku bunga atau merupakan social opportunity cost of capital.
n = Umur Proyek.

58 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

Untuk menginterpretasikan kelayakan suatu proyek, dapat dilihat dari hasil


perhitungan NPV sebagai berikut:
a. Apabila NPV > 0 berarti proyek layak untuk dilaksanakan secara finansial;
b. Apabila NPV = nol berarti proyek mengembalikan dananya persis sama besar
dengan tingkat suku bunganya (Social Opportunity of Capital-nya).
c. Apabila NPV < 0 berarti proyek tidak layak untuk dilanjutkan karena proyek
tidak dapat menutupi social opportunity cost of capital yang digunakan.

4. Menghitung Internal Rate of Return (IRR).

IRR merupakan nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan
0 (nol). IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi
bersih dari suatu proyek, sepanjang setiap benefit bersih yang diperoleh secara
otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat
keuntungan i yang sama dan diberi bunga selama sisa umur proyek.

Cara perhitungan IRR dapat didekati dengan rumus dibawah ini :


NPV1
IRR = i1 + (i2 – i1) X –––––––––––––
(NPV1 – NPV2)

Keterangan :
IRR = Nilai Internal Rate of Return, dinyatakan dalam %.
NPV1 = Net Present Value pertama pada DF terkecil.
NPV2 = Net Present Value kedua pada DF terbesar.
i1 = Tingkat suku bunga /discount rate pertama.
i2 = Tingkat suku bunga /discount rate kedua.

Kelayakan suatu proyek dapat didekati dengan mempertimbangkan nilai IRR
sebagai berikut:
a. Apabila nilai IRR sama atau lebih besar dari nilai tingkat suku bunganya maka
proyek tersebut layak untuk dikerjakan.

BANK INDONESIA 59
LAMPIRAN

b. Apabila nilai IRR lebih kecil atau kurang dari tingkat suku bunganya maka
proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk dikerjakan.

5. Menghitung Net B/C.


Net benefit-cost ratio atau perbandingan manfaat dan biaya bersih suatu proyek
adalah perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya terdiri atas present
value total dari benefit bersih dalam tahun di mana benefit bersih itu bersifat
positif, sedangkan penyebut terdiri atas present value total dari benefit bersih
dalam tahun di mana benefit itu bersifat negatif.
Cara menghitung Net B/C dapat menggunakan rumus dibawah ini:

NPV B-C Positif


Net B/C = ––––––––––
NPV B-C Negatif

Keterangan :
Net BC = Nilai benefit-cost ratio.
NPV B-C Positif = Net present value positif.
NPV B-C Negatif = Net present value negatif.

Hasil perhitungan Net B/C dapat diterjemahkan sebagai berikut:
a. Apabila nilai Net B/C > 1 maka proyek layak dilaksanakan.
b. Apabila nilai Net B/C < 1 maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

6. Menghitung Titik Impas (Break Even Point).

Titik impas atau titik pulang pokok atau Break Even Point (BEP) adalah suatu
keadaan dimana tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama dengan
besarnya pengeluaran pada suatu proyek, sehingga pada keadaan tersebut
proyek tidak mendapatkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
Terdapat beberapa rumus untuk menghitung titik impas yang dapat dipilih,
namun dalam buku ini digunakan rumus pada huruf a, b dan c di bawah ini :

60 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


INDUSTRI KERUPUK UDANG

Biaya Tetap
a. Titik Impas (Rp.) = —————————————
Total Biaya Variabel
1 - —————————
Hasil Penjualan

Titik Impas (Rp)


b. Titik Impas (satuan) = ——–———————
Harga satuan Produk

c. Jika biaya variabel dan biaya tetap tidak dipisahkan maka pencarian titik
impas dapat menggunakan prinsip total pendapatan = total pengeluaran.
Total Pendapatan = Harga x Jumlah produk yang dihasilkan.
Total Pengeluaran = Jumlah semua biaya yang diperlukan proyek.
Jadi harga produk x jumlah produk yang dihasilkan = Total Pengeluaran.

Titik Impas (Rp.)


d. Titik Impas (n) = —————————— X Total Produksi
Hasil Penjualan (Rp.)

7. Menghitung PBP (Pay Back Period atau Lama Pengembalian Modal)

PBP digunakan untuk memperkirakan lama waktu yang dibutuhkan proyek untuk
mengembalikan investasi dan modal kerja yang ditanam.
Cara menterjemahkan PBP untuk menetapkan kelayakan suatu proyek adalah
sebagai berikut:
a. Apabila nilai PBP lebih pendek dari jangka waktu proyek yang ditetapkan
maka suatu proyek dinyatakan layak.
b. Apabila nilai PBP lebih lama dari jangka waktu proyek maka suatu proyek
dinyatakan tidak layak.

BANK INDONESIA 61
LAMPIRAN

8. Menghitung Discount Factor (DF).

DF dapat didefinisikan sebagai: “Faktor yang dipergunakan untuk


memperhitungkan nilai sekarang dari suatu jumlah yang diterima di masa dengan
mempertimbangkan tingkat bunga yang berlaku atau disebut juga faktor nilai
sekarang (present worth factors)” DF diperhitungkan apabila suatu proyek
bersifat multi-period atau periode lebih dari satu kali. Dalam hal ini periode lazim
diperhitungkan dengan semester atau tahun. Nilai dari DF berkisar dari 0 sampai
dengan 1.

Cara memperhitungkan DF adalah dengan rumus sebagai berikut :

1
Rumus DF per tahun = ———— , dimana
(1+ r) n

r = suku bunga
n = tahun 0, 1, ……….. n ; sesuai dengan tahun proyek

62 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Anda mungkin juga menyukai