INDUSTRI
KERUPUK UDANG
BANK INDONESIA
KATA PENGANTAR
BANK INDONESIA i
terkait lainnya, asosiasi dan UMKM. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih atas
segala bantuan dan kerjasamanya selama ini.
Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan bagi
kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini
dapat menghubungi:
Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola
pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi
pembiayaan oleh UMKM pada komoditi tersebut.
Jakarta, Desember 2008
BANK INDONESIA v
DAFTAR ISI
Hal
Gambar Hal
DAFTAR GRAFIK
Grafik Hal
DAFTAR PHOTO
Photo Hal
Tabel Hal
BANK INDONESIA ix
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BANK INDONESIA 1
PENDAHULUAN
Usaha pembuatan kerupuk udang ini pada umumnya dalam skala kecil,
hal ini dikarenakan dalam proses pembuatan kerupuk udang tidak membutuhkan
modal yang besar. Namun jika usaha ini dikembangkan maka akan menjadi usaha
menengah bahkan usaha besar. Minat masyarakat terhadap kerupuk udang juga
cukup tinggi hal ini ditandai dengan tingginya permintaan akan kerupuk udang di
daerah atau lokasi survei. Sehingga potensi pasar untuk usaha ini masih sangat besar
untuk dikembangkan.
Teknologi yang dipergunakan dalam pembuatan kerupuk udang ini masih
mempergunakan teknologi yang sederhana terutama dalam proses pencampuran
bahan-bahan dan pengolahan bahan hanya dengan mempergunakan tenaga
manusia. Teknologi yang dipergunakan adalah pada proses penghancuran udang
yaitu dengan menggunakan mesin penghancur udang, dan proses mencampur udang
dengan bumbu-bumbu mempergunakan mixer khusus. Dalam proses pengeringan
juga masih mengandalkan kekuatan sinar matahari, belum mempergunakan mesin
pengering.
Gambaran tentang industri kerupuk udang yang disajikan dalam buku lending
model berdasarkan survei yang dilakukan di Provinsi Jambi ini meliputi aspek pasar dan
pemasaran, aspek produksi, aspek keuangan, aspek ekonomi dan aspek lingkungan.
Dalam rangka menyebarluaskan hasil-hasil penelitian kepada masyarakat luas, maka
buku pola pembiayaan kerupuk udang ini akan ditransformasi dalam Sistem Informasi
Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (SI-PUK) yang dapat diakses melalui website
Bank Indonesia.
2.1. Profil Usaha
Industri kerupuk udang merupakan salah satu jenis industri makanan yang
umumnya berbentuk usaha perorangan dan usaha dagang berskala mikro dan kecil.
Bahan baku yang dipergunakan dalam industri kerupuk udang ini adalah udang. Bahan
baku lainnya adalah tepung sagu sebagai bahan baku tambahan untuk pembuatan
kerupuk udang.
Di Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan
penghasil udang terbesar di daerah Jambi, sehingga hal ini dipergunakan sebagai
alasan mengapa banyak bermunculan industri-industri kecil yang menghasilkan
kerupuk udang. Pengelola usaha ini umumnya adalah keluarga dengan pelaksana
usaha dilakukan sendiri. Tiap pengusaha rata-rata memiliki 4 orang karyawan (tenaga
kerja) dan sebagian merupakan anggota keluarganya. Terdapat beberapa industri
kecil yang tidak hanya membuat kerupuk udang, tetapi mereka juga membuat terasi
udang, petis, dan udang kering. Tetapi proporsi kerupuk udang merupakan yang
terbesar dibandingkan dengan produk lainnya.
BANK INDONESIA 3
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
karena turun temurun dari para orang tua mereka yang sudah lama menekuni bisnis
tersebut sehingga dilanjutkan oleh anaknya, banyaknya sumberdaya yang mempunyai
keterampilan dalam pembuatan kerupuk udang ini juga merupakan faktor banyaknya
pengrajin kerupuk udang ini, serta dekatnya lokasi pabrik (industri) dengan sumber
bahan baku dan ketersediaan bahan baku selalu ada.
Penanganan industri kerupuk udang ini juga ditunjang dengan adanya sebuah
koperasi yang bernama LEPP Mitra Mandiri. Koperasi tersebut didirikan dengan
maksud agar terjalin kerjasama yang baik antar sesama UMKM penghasil kerupuk
udang. Setiap pertemuan anggota akan membahas permasalahan-permasalahan
yang muncul sehingga antar anggota mempunyai pendapat dalam penyelesaian
masalah. Selain itu diharapkan dengan adanya koperasi ini akan memperluas daerah
pemasaran dan memudahkan pembinaan dari Dinas Perikanan dan Kelautan, dimana
koperasi ini sebagai tempat berkumpulnya para pengusaha UMKM yang mengolah
hasil laut termasuk udang.
Perkembangan industri kerupuk udang menjadikan para nelayan yang
mendapatkan hasil laut seperti udang, mudah untuk memasarkan karena setiap hari
hasil laut yang didapat langsung dapat dipasarkan. Bahkan mereka tidak perlu jauh-
jauh memasarkan karena permintaan akan udang di Kuala Tungkal sangat tinggi, hal
ini dikarenakan banyaknya industri pembuatan kerupuk udang. Jadi masing-masing
kelompok pengrajin kerupuk udang sudah mempunyai pemasok yang tetap, sehingga
mereka tidak kesulitan dalam pengadaan bahan bakunya. Seperti Kelompok Juwita
yang memproduksi kerupuk udang setiap hari membutuhkan 20 kg udang segar.
Untuk menjamin ketersediaan bahan baku, maka biasanya mereka menyimpan udang
tersebut dalam freezer, menyiasati pada saat musim-musim udang sepi, sehingga
mereka bisa terus berproduksi.
2.2. Pola Pembiayaan
Pola pembiayaan usaha kerupuk udang dapat berasal dari pengusaha sendiri,
dana bergulir dari dinas terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) maupun
dari kredit bank dengan proporsi yang sangat beragam antar pengusaha. Dana bergulir
yang rata-rata diterima oleh para pengusaha UMKM kerupuk udang adalah berkisar
Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000, dimana proses pengembaliannya adalah dalam jangka
waktu 5 tahun, namun tidak ditentukan secara pasti cicilan per bulannya, karena
tergantung dari perolehan pendapatan pengusaha. Sebagian besar dana bergulir
tersebut dipergunakan untuk modal kerja. DKP selain memberikan dana bergulir
juga memberikan pinjaman alat berupa mesin penggiling. Sedangkan investasi yang
lain sebagian besar berasal dari modal sendiri. Pengembalian dana bergulir biasanya
dilakukan setiap bulan sekali, mereka diwajibkan membuat pencatatan, berapa
banyak kerupuk yang diproduksi dan dijual, kemudian berapa nilai penjualan, berapa
biaya produksi dan berapa keuntungan yang diperoleh.
Adapun persayaratan UMKM yang mendapat bantuan dana bergulir adalah
kelompok yang sudah memiliki usaha, merupakan binaan DKP dan selalu mengikuti
pembinaan, menjadi anggota koperasi dan khusus untuk mesin penggiling adalah
untuk pengusaha kerupuk udang, namun karena jumlah mesin penggiling baru
tersedia 15 sehingga baru 15 kelompok yang mendapat pinjaman mesin penggiling.
Skim kredit yang tersedia pada lokasi usaha antara lain skim kredit usaha
Kecil (KUK) dan KMKP dari BPR Tanggo Radjo yang merupakan BPR yang dimiliki oleh
Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah memberikan kredit kepada beberapa pengrajin
kerupuk udang. Skim KUK yang diberikan adalah untuk kredit modal kerja dan atau
modal investasi. Bank juga mempunyai persepsi bahwa usaha ini layak dibiayai karena
prospeknya sangat baik.
Berdasarkan pengalaman beberapa pengusaha UMKM kerupuk udang
yang sudah mendapatkan kredit selama ini belum pernah terjadi penunggakan
pembayaran angsuran kreditnya. Dengan adanya pinjaman ini para pengusaha
UMKM kerupuk udang dapat meningkatkan produksinya, sehingga meningkatkan
pula penjualannya.
Bank tidak mensyaratkan secara khusus untuk usaha kerupuk udang ini, jadi
prosedur sama dengan pengajuan pinjaman lainnya. Adapun beberapa prosedur yang
harus dilalui dalam calon nasabah memperoleh kredit, adapun prosedur yang harus
dilalui adalah sebagai berikut :
BANK INDONESIA 5
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
Persyaratan lain yang perlu dilakukan oleh debitur adalah mereka harus
mempunyai rekening di bank tersebut, hal ini untuk mempermudah pencairan
dan pembayaran pinjaman. Biaya yang ditanggung oleh debitur adalah biaya
pengikatan jaminan yang besarnya antara Rp100.000 – Rp210.000, biaya provisi
sebesar 1%, biaya administrasi sebesar 0,5% dan biaya notaris. Kriteria yang menjadi
pertimbangan bank dalam melakukan analisis kredit kepada debitur adalah 5C yaitu
Character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral (jaminan)
dan condition (kondisi).
3.1.1. Permintaan
Permintaan produk ini sangat besar, hal ini ditandai dengan banyaknya pesanan
yang datang kepada para pengrajin kerupuk udang. Para pengrajin kerupuk udang lebih
banyak menerima pesanan dibandingkan dengan produksi untuk persediaan. Hanya
terdapat satu UMKM yang membuat dalam jumlah yang banyak selain dari pesanan
yang ada. Dalam industri ini terdapat beberapa kelompok kerja. Salah satu kelompok
kerja dalam industri ini yang bernama Juwita setiap hari memproduksi dengan kapasitas
29 kg dimana merupakan hasil pencampuran 20 kg udang dan 20 kg tepung sagu.
Data mengenai permintaan kerupuk udang secara kuantitatif belum dilakukan,
sehingga permintaan lebih banyak karena para pengusaha setiap hari berproduksi dan
setelah menjadi kerupuk udang kering sudah datang para pemesan dan pedagang
yang akan membawa produk mereka ke luar dari Kuala Tungkal. Berdasarkan data
pesanan yang datang kepada para pengusaha UMKM kerupuk udang dari tahun 2003
– 2007 semakin meningkat, dari mulai 100 kg per bulan menjadi 350 di tahun 2007,
sedangkan tahun 2008 meningkat menjadi 580 kg per bulan (Grafik 1). Kenaikan
permintaan kerupuk udang di tahun 2008 disebabkan permintaan dari pusat oleh-
oleh dan intensifnya keikutsertaan pengusaha dalam pameran diluar daerah dengan
pembinaan dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP). Para pengusaha UMKM kerupuk
udang setiap berproduksi selalu habis terjual karena sebagian besar adalah pesanan.
BANK INDONESIA 7
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
600
500
400
100
0
1 2 3 4 5 6
Tahun
3.1.2. Penawaran
pengusaha sudah memiliki pemesan dan pelanggan yang loyal maka diantara mereka
bahkan saling mendukung, disamping itu mereka juga dalam pembinaan instansi
yang sama yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Perluasan pasar umumnya dilakukan dengan pencarian pelanggan baru. Hal
ini dilakukan dengan cara mengikuti pameran yang sering dilakukan oleh dinas-
dinas terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, dan Dinas Koperasi. Pameran
yang dilakukan sampai ke luar Propinsi Jambi seperti di Batam, Jakarta, dan kota-
kota lainnya untuk memperkenalkan kerupuk udang ini ke luar Jambi. Hal ini terbukti
setelah banyak pameran yang dilakukan banyak pesanan dari daerah. Disamping itu
yang menjadi keunggulan adalah karena rasa kerupuk udang Jambi sangat berbeda
dengan di daerah lain.
3.2.1. Harga
Harga dari kerupuk udang semakin tahun semakin naik, hal ini dikarenakan
kenaikan dari bahan baku dan bahan pembantu. Kenaikan harga berkisar Rp 5.000 –
Rp10.000 per tahun (Tabel 3.1). Kenaikan harga pada tahun 2008 lebih dipicu karena
kenaikan bahan bakar.
BANK INDONESIA 9
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Dari ketiga jenis pemasaran di atas, di daerah penelitian selama ini para
pengusaha tidak dikenakan biaya transportasi, karena para pemesan dan konsumen
akhir langsung datang ke tempat produksi kerupuk udang ini. Namun bisa juga pada
saat pelanggan tidak bisa mengambil maka produk diantar ke tempat si pemesan,
sehingga memerlukan biaya transportasi. Pembayaran yang dilakukan oleh para
pemesan biasanya memberikan uang muka sebesar 30% dari total harga pesanan,
kemudian sisanya akan dibayar setelah produk diterima. Jalur pemasaran kerupuk
udang secara rinci dapat dilihat pada gambar 3.1.
Pedagang
Produsen pusat Konsumen
oleh-oleh
Instansi perusahaan
Kendala pemasaran yang dihadapi oleh industri kerupuk udang adalah adanya
para pedagang yang mengambil kerupuk udang dan dijual kembali dengan merek
dari para pedagang sehingga daerah asal pembuatan kerupuk udang tidak dikenal
oleh konsumen akhir. Di samping itu belum banyak agen penjualan di luar Propinsi
Jambi, sehingga daerah pemasaran belum terlalu luas, maka biasanya disiasati oleh
para pengrajin dengan mengikuti pameran yang dilakukan di luar Propinsi Jambi
untuk memperkenalkan produknya, namun masih kurang efektif karena frekuensi
dari pameran masih kurang, dalam satu tahun hanya 2 – 4 kali saja.
BANK INDONESIA 11
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BANK INDONESIA 13
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Bahan baku utama industri kerupuk udang adalah udang dan tepung sagu.
Untuk bahan baku udang diperoleh atau dibeli dari para nelayan yang baru pulang
dari laut dan langsung memasarkan udangnya dalam bentuk udang kupas, namun
ada juga para nelayan yang menjual udang belum dikupas kepada beberapa pengrajin
kerupuk udang. Untuk menjaga mutu dari kerupuk udang yang dihasilkan, maka
bahan baku kerupuk udang umumnya berupa udang segar dan tepung sagu yang
memiliki kualitas baik. Karena kualitas dari udang dan tepung sagu akan sangat
mempengaruhi kualitas dari kerupuk udang itu sendiri. Adapun bahan penolong
dalam pembuatan kerupuk udang ini adalah bumbu-bumbu, cabe, dan seledri.
Standar mutu udang segar adalah bahan baku harus bersih, bebas dari
setiap bau yang menandakan pembusukan, bebas dari tanda dekomposisi dan
pemalsuan, bebas dari sifat-sifat alamiah lain yang dapat menurunkan mutu serta
tidak membahayakan kesehatan. Secara organoleptik bahan baku harus mempunyai
karakteristik kesegaran seperti berikut :
Untuk penyimpanan udang segar harus disimpan dalam wadah yang baik dan
tetap dipertahankan suhunya dengan menggunakan es curai sehingga suhu bahan
baku mencapai suhu maksimal 50C, saniter dan higienis (SNI 01-2728.3-2006).
Peralatan yang digunakan dalam pengolahan udang segar harus memiliki
persyaratan mempunyai permukaan yang halus dan rata, tidak mengelupas, tidak
berkarat, tidak merupakan sumber cemaran jasad renik, tidak retak dan mudah
dibersihkan. Semua peralatan dalam keadaan bersih, sebelum, selama dan sesudah
digunakan.
Tenaga kerja yang terlibat dalam industri kerupuk udang sebanyak 2 sampai
4 orang dengan upah Rp 25.000 per hari/produksi. Pada umumnya tenaga kerja
tersebut berasal dari daerah sekitar lokasi usaha (ada ikatan keluarga atau tetangga).
Hal ini menjadikan pengangguran di daerah sekitar industri berkurang. Tenaga kerja
yang terlibat tidak harus memiliki keterampilan khusus, karena sebagian besar adalah
untuk bagian pemotongan dan pengemasan sehingga tidak memerlukan keahlian
khusus. Disamping itu sangat mudah mendapatkan tenaga kerja di daerah sekitar
industri kerupuk udang ini.
BANK INDONESIA 15
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
4.5. Teknologi
dipasarkan adalah 4-5 hari. Untuk proses penjemuran karena mengandalkan sinar
matahari sehingga dapat 2 hari atau bahkan sampai 4 hari, tergantung dari panas
atau teriknya sinar matahari. Untuk lebih jelasnya seperti terlihat dalam gambar 4.1.
2. Udang segar dibekukan jika tidak langsung diproses, jika langsung maka
udang segar digiling.
Jika udang yang sudah dikupas dan dicuci bersih tidak langsung hari itu
diproses, maka akan disimpan di freezer terlebih dahulu. Namun jika
setelah dikupas dan dicuci bersih akan langsung diproses, maka tidak
perlu dilakukan penyimpanan di freezer.
BANK INDONESIA 17
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
udang segar
pembekuan udang
penggilingan udang
Pendinginan
Pemotongan
Penjemuran/Pengeringan
Pengemasan Kerupuk
Photo 4.2. Proses Pencampuran Udang dengan Bumbu dan Bahan Pelengkap
BANK INDONESIA 19
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
6. Penghalusan adonan.
Adonan yang merupakan campuran antara udang berbumbu dengan
tepung sagu kemudian diaduk dan diuleni supaya menjadi adonan yang
halus agar dapat dibentuk bulatan panjang. Proses ini juga menggunakan
tenaga manusia. Disamping itu proses ini adalah agar semua bahan
tercampur dengan merata sehingga rasa dari semua kerupuk udang sama.
Proses ini membutuhkan waktu 20 menit.
BANK INDONESIA 21
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
9. Pendinginan.
Adonan yang dikukus dan sudah matang diangkat lalu diletakkan di
tempat yang dekat dengan tempat pengukusan. Pada umumnya untuk
mempercepat proses pendinginan digunakan kipas angin, karena jika
tidak dibantu dengan kipas angin akan membutuhkan waktu yang lama.
Setelah didinginkan di tempat terbuka dengan menggunakan alas yang
berupa anyaman dari bambu, maka batangan tersebut akan dibekukan
di lemari pendingin (kulkas) sebelum dilakukan pemotongan. Biasanya
pemotongan dilakukan keesokan harinya.
udang ini ada dua bentuk yaitu bentuk bulat dan bentuk batangan seperti
batangan korek api. Keduanya sangat disukai oleh para konsumen, karena
mereka tidak melihat bentuk tetapi lebih terhadap rasa. Sebenarnya
terdapat pisau pemotong yang merupakan bantuan dari Dinas Kelautan
dan Perikanan yang diharapkan dapat mempercepat proses pemotongan.
Namun menurut pengusaha pisau pemotong tersebut sulit digunakan
bahkan bentuk kerupuk jadi rusak. Sehingga sebagian besar alat tersebut
tidak digunakan.
BANK INDONESIA 23
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Tingkat produksi ditentukan oleh ketersedian bahan baku. Bahan baku kerupuk
udang adalah udang yang ketersediaannya sangat tergantung dari hasil tangkapan
nelayan dan musim. Jika air laut pasang maka biasanya nelayan tidak melaut, sehingga
pasokan bahan baku sedikit berkurang. Secara teknis berdasarkan skala usaha yang
ada maka produksi kerupuk udang sebanyak 580 kg per bulan menjadi produksi
optimum usaha ini.
Faktor kritis industri kerupuk udang ini adalah ketersediaan dan kontinuitas
bahan baku, dimana bila terjadi air pasang dan dalam jangka yang panjang maka
akan sangat mengganggu kelancaran dalam pembuatan kerupuk udang. Dengan
adanya kelangkaan udang pada saat air pasang akan menyebabkan harga udang
juga naik, sehingga sangat dibutuhkan keberadaan lemari es/pendingin sebagai
penyimpan udang. Walaupun udang segar ini dapat disimpan dalam lemari es,
namun memiliki keterbatasan waktu, pada saat udang sudah tercium bau busuk
maka tidak bisa digunakan untuk membuat kerupuk udang ini. Karena hal ini akan
sangat mempengaruhi mutu dari kerupuk udang tersebut.
BANK INDONESIA 25
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BANK INDONESIA 27
ASPEK KEUANGAN
bahan pengemas dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya tetap meliputi biaya listrik,
telepon, ATK, perawatan alat dan ruangan, serta biaya lainnya sebesar 8,41% dari
biaya tetap. Biaya lainnya ini meliputi, iuran kebersihan, PBB, dan untuk sumbangan.
Total biaya tetap per bulan adalah sebesar Rp.830.000. Besarnya biaya operasional
per bulan dengan kapasitas 100% dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Kebutuhan dana usaha kerupuk udang terdiri dari dana investasi dan modal
kerja yang diperoleh dari dana sendiri. Kebutuhan investasi usaha kerupuk udang
adalah sebesar Rp 57.860.000 diasumsikan 60% berasal dari kredit (Rp 34.716.000)
dan sebesar 40% berasal dari modal sendiri (Rp 23.144.000). Sedangkan untuk
kebutuhan modal kerja dibutuhkan dana sebesar Rp 16.806.000 diasumsikan 60%
berasal dari kredit (Rp 10.083.600) dan sebesar 40% (Rp6.722.400) berasal dari modal
sendiri. Kebutuhan modal kerja yang diperlukan selama 1 bulan produksi dengan
pertimbangan penerimaan hasil penjualan diterima setelah 2-3 minggu. Dengan
BANK INDONESIA 29
ASPEK KEUANGAN
Produksi kerupuk udang per bulan adalah sebesar 580 kg. Produksi dan
pendapatan usaha diproyeksikan dengan asumsi bahwa pada tahun 1 usaha
beroperasi (berproduksi) pada kapasitas 80%, tahun ke 2 kapasitas 90%, tahun
ke 3 beroperasi pada kapasitas 100%.
Proyeksi pendapatan dengan harga jual Rp 35.000 per kg, maka diperoleh
pendapatan pada tahun 1 adalah sebesar Rp 194.880.000, pada tahun 2 adalah
sebesar Rp 219.240.000, pada tahun ke 3 adalah sebesar Rp 243.600.000. Proyeksi
pendapatan selama 3 tahun dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tahun
No Uraian
1 2 3
1 Kapasitas 80% 90% 100%
2 Penerimaan (Rp) 194.880.000 219.240.000 243.600.000
Rata-rata laba bersih usaha kerupuk udang selama periode proyek adalah
Rp 26.578.383 dengan rata-rata profit on sales sebesar12,27%. Berdasarkan informasi
yang disajikan pada Lampiran 8, secara garis besar proyeksi laba rugi usaha dan BEP
usaha dapat dilihat pada Tabel 5.6.
BANK INDONESIA 31
ASPEK KEUANGAN
Tahun
No Uraian
1 2 3
1 Total Penerimaan 194.880.000 219.240.000 243.600.000
2 Total Pengeluaran 159.725.976 193.318.423 210.869.543
3 R/L Sebelum Pajak 35.154.024 25.921.577 32.730.457
4 Pajak (15%) 5.273.104 3.888.237 4.909.569
5 Laba Setelah Pajak 29.880.920 22.033.340 27.820.888
6 Profit on Sales 15,33% 10,05% 11,42%
7 BEP: Rupiah 75.707.185 97.545.271 89.939.438
8 Kg 2.163 2.787 2.570
Justifikasi
Kriteria kelayakan Nilai
Kelayakan
NPV (20%) Rp 19.167.531 >0
IRR 26,45% > 14 %
Net B/C Ratio 1,26 > 1,00
PBP (Tahun) 2,44 <3
BANK INDONESIA 33
ASPEK KEUANGAN
Pada skenario II, pada saat biaya variabel naik sebesar 7%, sementara
pendapatan tetap, proyek masih layak dilaksanakan. Kenaikan biaya variabel di atas
7% menyebabkan proyek tidak layak lagi dilaksanakan. Pada tabel 5.9 dapat dilihat
kenaikan biaya variabel sebesar 8% menyebabkan nilai NPV negatif, IRR lebih kecil
dari 14%, Net B/C kecil dari 1 dan PBP melebihi umur proyek.
Pada skenario III, pada saat penurunan pendapatan kerupuk udang dan
kenaikan biaya variabel masing-masing sebesar 3%, usaha tersebut masih layak
dilaksanakan. Pada tabel 5.10 dapat dilihat jika penurunan pendapatan kerupuk
udang turun dan biaya variabel naik masing-masing sebesar 4%, maka usaha ini tidak
layak dilaksanakan karena NPV negatif, IRR lebih kecil dari suku bunga yaitu 14%,
Net B/C Ratio kurang dari satu dan PBP melebihi umur proyek.
BANK INDONESIA 35
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
7.1. Kesimpulan
b. Di wilayah penelitian (Kuala Tungkal) ada satu bank yang memberikan kredit
untuk usaha kerupuk udang yakni BPR Tanggo Radjo. Namun demikian pemberian
kredit tersebut masih belum sepenuhnya berdasarkan industri kerupuk udang
tetapi kredit umum, yakni kredit yang mensyaratkan adanya barang jaminan.
f. Untuk analisis sensitivitasnya, pada sisi pendapatan, usaha ini sensitif pada
penurunan pendapatan kerupuk udang sampai 5%. Sedangkan dari sisi kenaikan
biaya variabel, usaha ini sensitif pada kenaikan biaya variabel sampai 3%. Pada
BANK INDONESIA 37
KESIMPULAN DAN SARAN
penurunan pendapatan yang juga diikuti oleh kenaikan biaya variabel usaha
ini sensitif sampai penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel masing-
masing sebesar 3%.
7.2. Saran
BANK INDONESIA 39
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BANK INDONESIA 41
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Asumsi Dan Parameter Untuk Analisa Keuangan ............................... 43
2 Rincian Biaya Investasi ……………………………………………….….. 44
3 Biaya Variabel ……............................................................................ 45
4 Biaya Tetap ………………………………………………………..….…. 46
5 Proyeksi Produksi dan Pendapatan ……………………………….…..... 46
6 Angsuran Kredit Investasi ……………………………………………..... 47
7 Angsuran Kredit Modal Kerja ………………………………………...... 49
8 Proyeksi Rugi Laba Usaha ………………………………………………. 50
9 Proyeksi Arus Kas ……………....……………………………………….. 51
10 Proyeksi Arus Kas Penurunan Pendapatan 5% .................................. 52
11 Proyeksi Arus Kas Penurunan Pendapatan 6% .................................. 53
12 Proyeksi Arus Kas Kenaikan biaya Variabel 7% ................................. 54
13 Proyeksi Arus Kas Kenaikan biaya Variabel 8% ................................. 55
14 Proyeksi Arus Kas Kenaikan biaya Variabel 3% dan Pendapatan Turun
3% ................................................................................................... 56
15 Proyeksi Arus Kas Kenaikan biaya Variabel 4% dan Pendapatan Turun
4% ................................................................................................... 57
16 Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Aspek Keuangan ……... 58
BANK INDONESIA 43
Lampiran 2. Rincian Biaya Investasi
44
Harga Jumlah Umur Nilai Nilai
Jumlah
LAMPIRAN
Biaya Jumlah
Jumlah biaya
Jumlah per biaya
No Struktur Biaya Satuan 1 tahun
Fisik satuan 1 bulan
Rp
Rp Rp
1 Bahan baku
a. Sagu kg 400 7.000 2.800.000 33.600.000
b. Udang kg 400 20.000 8.000.000 96.000.000
2 BahanPembantu
a. Minyak Tanah liter 400 8.000 3.200.000 38.400.000
b. Bumbu-bumbu ons 20 15.000 300.000 3.600.000
c. Biaya Es balok 80 1.000 80.000 960.000
3 BahanPengemasan
a. Pengemas plastik kg 8 12.000 96.000 1.152.000
BANK INDONESIA 45
LAMPIRAN
BANK INDONESIA 47
LAMPIRAN
Angsuran
Periode Kredit Bunga Total Saldo Awal Saldo Akhir
Tetap
Bulan-5 964.333 90.004 1.054.338 7.714.667 6.750.333
Bulan-6 964.333 78.754 1.043.087 6.750.333 5.786.000
Bulan-7 964.333 67.503 1.031.837 5.786.000 4.821.667
Bulan-8 964.333 56.253 1.020.586 4.821.667 3.857.333
Bulan-9 964.333 45.002 1.009.336 3.857.333 2.893.000
Bulan-10 964.333 33.752 998.085 2.893.000 1.928.667
Bulan-11 964.333 22.501 986.834 1.928.667 964.333
Bulan-12 964.333 11.251 975.584 964.333 0
Tahun-3 11.572.000 877.543 12.449.543
Bunga : 14%
12 bulan
Angsuran Saldo Saldo
Periode Kredit Bunga Total
Tetap Awal Akhir
Tahun-0 10.083.600 10.083.600 10.083.600
Bulan-1 840.300 117.642 957.942 10.083.600 9.243.300
Bulan-2 840.300 107.839 948.139 9.243.300 8.403.000
Bulan-3 840.300 98.035 938.335 8.403.000 7.562.700
Bulan-4 840.300 88.232 928.532 7.562.700 6.722.400
Bulan-5 840.300 78.428 918.728 6.722.400 5.882.100
Bulan-6 840.300 68.625 908.925 5.882.100 5.041.800
Bulan-7 840.300 58.821 899.121 5.041.800 4.201.500
Bulan-8 840.300 49.018 889.318 4.201.500 3.361.200
Bulan-9 840.300 39.214 879.514 3.361.200 2.520.900
Bulan-10 840.300 29.411 869.711 2.520.900 1.680.600
Bulan-11 840.300 19.607 859.907 1.680.600 840.300
Bulan-12 840.300 9.804 850.104 840.300 -
Tahun-1 10.083.600 764.673 10.848.273
BANK INDONESIA 49
LAMPIRAN
Tahun
No Uraian Rata-rata
1 2 3
80% 90% 100%
A Penerimaan
Total Penerimaan 194.880.000 219.240.000 243.600.000 219.240.000
B Pengeluaran
a. Biaya Variabel 137.393.600 172.540.800 191.712.000 172.540.800
b. Biaya Tetap 9.130.000 9.960.000 9.960.000 9.960.000
c. Depresiasi 8.320.000 8.320.000 8.320.000 8.320.000
d. Angsuran Bunga 4.882.376 2.497.623 877.543 2.752.514
Total Pengeluaran 159.725.976 193.318.423 210.869.543 193.573.314
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 57.860.000 - -
2. Biaya Variabel 15.976.000 137.393.600 172.540.800 191.712.000
3. Biaya Tetap 830.000 9.130.000 9.960.000 9.960.000
4. Angsuran Pokok 21.655.600 11.572.000 11.572.000
5. Angsuran Bunga 4.882.376 2.497.623 877.543
6. Pajak 5.273.104 3.888.237 4.909.569
Total Arus Keluar 74.666.000 178.334.680 200.458.660 219.031.112
Arus Keluar Untuk Menghitung IRR 74.666.000 151.796.704 186.389.037 206.581.569
BANK INDONESIA 51
LAMPIRAN
Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 185.136.000 208.278.000 231.420.000
2. Kredit
a. Investasi 34.716.000
b. Modal Kerja 10.083.600
3. Modal Sendiri
a. Investasi 23.144.000
b. Modal lKerja 6.722.400
4. Nilai Sisa Proyek 30.400.000
Total Arus Masuk 74.666.000 185.136.000 208.278.000 261.820.000
Arus Masuk untuk Menghitung IRR - 168.330.000 208.278.000 261.820.000
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 57.860.000 - - -
2. Biaya Variabel 15.976.000 137.393.600 172.540.800 191.712.000
3. Biaya Tetap 830.000 9.130.000 9.960.000 9.960.000
4. Angsuran Pokok 21.655.600 11.572.000 11.572.000
5. Angsuran Bunga 4.882.376 2.497.623 877.543
6. Pajak - 744.410 1.728.428
Total Arus Keluar 74.666.000 173.061.576 197.314.834 215.849.972
Arus Keluar untuk Menghitung IRR 74.666.000 146.523.600 183.245.210 203.400.428
Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 183.187.200 206.085.600 228.984.000
2. Kredit
a. Investasi 34.716.000
b. Modal Kerja 10.083.600
3. Modal Sendiri
a. Investasi 23.144.000
b. Modal Kerja 6.722.400
4. Nilai Sisa Proyek 30.400.000
Total Arus Masuk 74.666.000 183.187.200 206.085.600 259.384.000
Arus Masuk untuk Menghitung IRR - 166.381.200 206.085.600 259.384.000
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 57.860.000 - - -
2. Biaya Variabel 15.976.000 137.393.600 172.540.800 191.712.000
3. Biaya Tetap 830.000 9.130.000 9.960.000 9.960.000
4. Angsuran Pokok 21.655.600 11.572.000 11.572.000
5. Angsuran Bunga 4.882.376 2.497.623 877.543
6. Pajak - 476.624 1.430.888
Total Arus Keluar 74.666.000 173.061.576 197.047.048 215.552.432
BANK INDONESIA 53
LAMPIRAN
Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 194.880.000 219.240.000 243.600.000
2. Kredit
a. Investasi 34.716.000
b. ModalKerja 10.083.600
3. ModalSendiri
a. Investasi 23.144.000
b. ModalKerja 6.722.400
4. Nilai Sisa Proyek 30.400.000
Total Arus Masuk 74.666.000 194.880.000 219.240.000 274.000.000
Arus Masuk untuk Menghitung IRR - 178.074.000 219.240.000 274.000.000
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 57.860.000 - - -
2. Biaya Variabel 15.976.000 147.011.152 184.618.656 205.131.840
3. Biaya Tetap 830.000 9.130.000 9.960.000 9.960.000
4. Angsuran Pokok 21.655.600 11.572.000 11.572.000
5. Angsuran Bunga 4.882.376 2.497.623 877.543
6. Pajak - 1.029.854 2.045.588
Total Arus Keluar 74.666.000 182.679.128 209.678.134 229.586.972
Arus Keluar untuk Menghitung IRR 74.666.000 156.141.152 195.608.510 217.137.428
Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 194.880.000 219.240.000 243.600.000
2. Kredit
a. Investasi 34.716.000
b. Modal Kerja 10.083.600
3. Modal Sendiri
a. Investasi 23.144.000
b. Moda lKerja 6.722.400
4. Nilai Sisa Proyek 30.400.000
Total Arus Masuk 74.666.000 194.880.000 219.240.000 274.000.000
Arus Masuk untuk Menghitung IRR - 178.074.000 219.240.000 274.000.000
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 57.860.000 - - -
2. Biaya Variabel 15.976.000 148.385.088 186.344.064 207.048.960
3. Biaya Tetap 830.000 9.130.000 9.960.000 9.960.000
4. Angsuran Pokok 21.655.600 11.572.000 11.572.000
5. Angsuran Bunga 4.882.376 2.497.623 877.543
6. Pajak - 872.714 1.870.988
Total Arus Keluar 74.666.000 184.053.064 211.246.402 231.329.492
Arus Keluar untuk Menghitung IRR 74.666.000 157.515.088 197.176.778 218.879.948
BANK INDONESIA 55
LAMPIRAN
Lampiran 14. Proyeksi Arus Kas Kenaikan Biaya Variabel 3% Pendapatan Turun 3%
Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 189.033.600 212.662.800 236.292.000
2. Kredit
a. Investasi 34.716.000
b. Modal Kerja 10.083.600
3. Modal Sendiri
a. Investasi 23.144.000
b. Moda Kerja 6.722.400
4. Nilai Sisa Proyek 30.400.000
Total Arus Masuk 74.666.000 189.033.600 212.662.800 266.692.000
Arus Masuk untuk Menghitung IRR - 172.227.600 212.662.800 266.692.000
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 57.860.000 - - -
2. Biaya Variabel 15.976.000 141.515.408 177.717.024 197.463.360
3. Biaya Tetap 830.000 9.130.000 9.960.000 9.960.000
4. Angsuran Pokok 21.655.600 11.572.000 11.572.000
5. Angsuran Bunga 4.882.376 2.497.623 877.543
6. Pajak - 965.702 1.974.308
Total Arus Keluar 74.666.000 177.183.384 202.712.350 221.847.212
Arus Keluar untuk Menghitung IRR 74.666.000 150.645.408 188.642.726 209.397.668
Lampiran 15. Proyeksi Arus Kas Kenaikan Biaya Variabel 4% Pendapatan Turun 4%
Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 187.084.800 210.470.400 233.856.000
2. Kredit
a. Investasi 34.716.000
b. ModalKerja 10.083.600
3. Modal Sendiri
a. Investasi 23.144.000
b. Modal Kerja 6.722.400
4. Nilai Sisa Proyek 30.400.000
Total Arus Masuk 74.666.000 187.084.800 210.470.400 264.256.000
Arus Masuk untuk Menghitung IRR - 170.278.800 210.470.400 264.256.000
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 57.860.000 - - -
2. Biaya Variabel 15.976.000 142.889.344 179.442.432 199.380.480
3. Biaya Tetap 830.000 9.130.000 9.960.000 9.960.000
4. Angsuran Pokok 21.655.600 11.572.000 11.572.000
5. Angsuran Bunga 4.882.376 2.497.623 877.543
6. Pajak - 540.776 1.502.168
Total Arus Keluar 74.666.000 178.557.320 204.012.832 223.292.192
Arus Keluar untuk Menghitung IRR 74.666.000 152.019.344 189.943.208 210.842.648
BANK INDONESIA 57
LAMPIRAN
Lampiran 16. Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Aspek Keuangan
NPV merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari
biaya. Adapun rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:
n B1 – Ct
NPV = ∑ –––––––––
t = 1 (1 + i)t
Keterangan :
Bt = Benefit atau manfaat (keuntungan) proyek yang diperoleh pada tahun
ke-t.
Ct = Biaya atau ongkos yang dikeluarkan dari adanya proyek pada tahun ke-t,
tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap merupakan modal atau
dana rutin/operasional.
i = Tingkat suku bunga atau merupakan social opportunity cost of capital.
n = Umur Proyek.
IRR merupakan nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan
0 (nol). IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi
bersih dari suatu proyek, sepanjang setiap benefit bersih yang diperoleh secara
otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat
keuntungan i yang sama dan diberi bunga selama sisa umur proyek.
Keterangan :
IRR = Nilai Internal Rate of Return, dinyatakan dalam %.
NPV1 = Net Present Value pertama pada DF terkecil.
NPV2 = Net Present Value kedua pada DF terbesar.
i1 = Tingkat suku bunga /discount rate pertama.
i2 = Tingkat suku bunga /discount rate kedua.
Kelayakan suatu proyek dapat didekati dengan mempertimbangkan nilai IRR
sebagai berikut:
a. Apabila nilai IRR sama atau lebih besar dari nilai tingkat suku bunganya maka
proyek tersebut layak untuk dikerjakan.
BANK INDONESIA 59
LAMPIRAN
b. Apabila nilai IRR lebih kecil atau kurang dari tingkat suku bunganya maka
proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk dikerjakan.
Keterangan :
Net BC = Nilai benefit-cost ratio.
NPV B-C Positif = Net present value positif.
NPV B-C Negatif = Net present value negatif.
Hasil perhitungan Net B/C dapat diterjemahkan sebagai berikut:
a. Apabila nilai Net B/C > 1 maka proyek layak dilaksanakan.
b. Apabila nilai Net B/C < 1 maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
Titik impas atau titik pulang pokok atau Break Even Point (BEP) adalah suatu
keadaan dimana tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama dengan
besarnya pengeluaran pada suatu proyek, sehingga pada keadaan tersebut
proyek tidak mendapatkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
Terdapat beberapa rumus untuk menghitung titik impas yang dapat dipilih,
namun dalam buku ini digunakan rumus pada huruf a, b dan c di bawah ini :
Biaya Tetap
a. Titik Impas (Rp.) = —————————————
Total Biaya Variabel
1 - —————————
Hasil Penjualan
c. Jika biaya variabel dan biaya tetap tidak dipisahkan maka pencarian titik
impas dapat menggunakan prinsip total pendapatan = total pengeluaran.
Total Pendapatan = Harga x Jumlah produk yang dihasilkan.
Total Pengeluaran = Jumlah semua biaya yang diperlukan proyek.
Jadi harga produk x jumlah produk yang dihasilkan = Total Pengeluaran.
PBP digunakan untuk memperkirakan lama waktu yang dibutuhkan proyek untuk
mengembalikan investasi dan modal kerja yang ditanam.
Cara menterjemahkan PBP untuk menetapkan kelayakan suatu proyek adalah
sebagai berikut:
a. Apabila nilai PBP lebih pendek dari jangka waktu proyek yang ditetapkan
maka suatu proyek dinyatakan layak.
b. Apabila nilai PBP lebih lama dari jangka waktu proyek maka suatu proyek
dinyatakan tidak layak.
BANK INDONESIA 61
LAMPIRAN
1
Rumus DF per tahun = ———— , dimana
(1+ r) n
r = suku bunga
n = tahun 0, 1, ……….. n ; sesuai dengan tahun proyek