UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
Dokter yang merawat : dr. Endang Widiastuti, Sp.PD Ko-asisten : Aditya Humar Pradipta
D. Anamnesis sistem :
Sistem Saraf Pusat : penurunan kesadaran (+), kejang (-), pusing (-), demam (-)
menggigil (-), nyeri kepala (-)
Sistem Kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-), pucat (-)
Sistem Respirasi : sesak nafas (-), pilek (-), batuk (-), mengi (-)
Sistem Pencernaan : mual (+), muntah (+), diare (-), nyeri perut bagian ulu hati (+),
BAB hitam (-), konstipasi (-)
Sistem Urogenital : sulit BAK (-), BAK sedikit (+), urin berwarna seperti air teh(-),
nyeri boyok (-), nyeri berkemih (-), anyang- anyangan (-), rasa
panas (-), BAK bercampur darah (-)
Sistem Muskuloskeletal : gerakan bebas (+), nyeri otot (-), nyeri sendi (-), nyeri tulang(-),
bengkak sendi (-), peradangan sendi (-)
Sistem Integumentum : biru (-), kuning (-), ruam kemerahan (-), pucat (-), gatal (-)
Sistem Hematologi : mimisan (-), gusi berdarah (-), bintik kemerahan (-)
Status Gizi :
KLASIFIKASI BMI
Underweight < 18,5
Normal 18,5 – 24,9
Pre-obese 25 – 29,9
Obese I 30 – 34,9
Obese II 35 – 39,9
Obese III ≥ 40
Vital sign
Tekanan darah : 150/80 mmHg
Heart Rate : 80 x/ menit, isi tegangan cukup, reguler
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 360C, per aksiller
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan kulit : ikterik (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-), turgor elastisitas
kulit kembali cepat (+), ruam makulopapular (-), bintik merah (-), tanda peradangan (-)
2. Pemeriksaan kepala
- Bentuk kepala : mesocephal
- Rambut : putih sebagian kecil hitam, distribusi merata
3. Pemeriksaan mata
- Palpebra : edema (-/-), ptosis (-/-)
- Konjungtiva : anemis (-/-), hiperemis (-/-)
4
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
5
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Lab :
Tanggal, 11 Juni 2015
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN UNIT
HEMATOLOGY
Leukosit 9.8 4.6-10.6 10e3/ul
Eritrosit 4.04 L 3,90-5,50 10e6/ul
6
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
7
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
8
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
9
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
E. ASSESMENT
Problem sementara :
No Problem Assesment
1 Penurunan Kesadaran Hipoglikemia
Asupan makan tidak adekuat
GDS = 23
2 Mual
3 Muntah
Acute Kidney Injury
4 BAK sedikit
dd
Ureum : 52 (meningkat)
Acute on Chronic Kidney Disease
Creatinin : 2.8 (meningkat)
Stage IV
5 Asam urat 11.3 (meningkat)
6 LFG = 16.01
Hb : 11.3 (menurun)
Anemia Normositik Normokromik
7 MCV : 90.7 (normal)
8 Tekanan darah : 150/80
Hipertensi Stage I
RO thorax: Cardiomegali
dengan aorta sclerosis
10
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
Problem Permanen :
Acute Kidney Injury dd Acute on Chronic Kidney Disease Stage IV
Hipertensi Stage I
Hipertensive Heart Disease (HHD) & Ischemic Heart Disease (IHD)
Infeksi Saluran Kemih
F. PLANNING
1. Hipoglikemia
IP Diagnosis:
Gejala Klinis Penurunan kesadaran, asupan makanan tidak adekuat
Pemeriksaan gula darah Sudah dilakukan (GDS = 23 mg/dL)
IP Terapi :
Mencari Penyebab
Penyebab hipoglikemia umumnya reversibel, sesuai dengan etiologinya. Oleh
karena itu, penting untuk menemukan etiologi hipoglikemia. Etiologi hipoglikemia
pada pasien DM biasanya akibat ketidaksesuaian antara asupan dan dosis obat,
sedangkan pada pasien non-DM bisa berupa asupan makan yang tidak adekuat,
penyakit kritis (gagal hati, ginjal, atau jantung), sepsis, defisiensi hormon.\
Koreksi Hipoglikemia
Pada pasien tidak sadar:
Injeksi Dekstrosa 40% secara bolus intravena
Infus Dekstrosa 10%, 6 jam per kolf untuk rumatan
Periksa glukosa darah sewaktu secara berkala tiap jam. Bolus D40% diberikan
bila GD masih di bawah 100 mg/dL sesuai rendahnya GD:
- GDS <60 mg.dl = Bolus D40% 3 flacon IV
- GDS 60-80 mg.dl = Bolus D40% 2 flacon IV
- GDS 80-100 mg.dl = Bolus D40% 1 flacon IV
11
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
IP Terapi :
Tujuan tata laksana antara lain untuk menghambat penurunan LFG dan mengatasi
komplikasi CKD.
Tata laksana untuk mencegah progresivitas CKD:
Kontrol tekanan darah. Target tekanan darah: <130/80 mmHg (tanpa
proteinuria), <125/75 mmHg (dengan proteinuria). Antihipertensi yang
disarankan adalah ACE Inhibitor, ARB, CCB, dan diuretik.
Restriksi asupan proten. Untuk mencegah risiko malnutrisi.
12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
13
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
Komplikasi
Kardiovaskular, gangguan keseimbangan asam basa, cairan danelektrolit, osteodistrofi renal
dan anemia.
Prognosis
Dubia
14
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
IP Terapi :
HHD adalah kelainan jantung yang disebabkan oleh hipertensi. Hubungan antara
hipertensi dengan kelainan jantung menunjukkan setiap kenaikan tekanan darah 20/10
mmHg akan meningkatkan mortalitas kardiovaskular dua kali lipat.
Kontrol tekanan darah adalah target utama terapi baik dengan medikamentosa, diet,
dan aktivitas fisik. Pada pasien dengan CKD, obat anti hipertensi yang sering digunakan
adalah golongan ARB, CCB dan diuretik. Pada penggunaan ACE-I kita perlu melakuan
evaluasi kreatinin dan kalium serum, bila terdapat peningkatan kreatinin >35% atau timbul
hiperkalemi harus dihentikan. Dalam beberapa jurnal disebutkan bahwa penggunaan ACE-I
dapat menurunkan laju filtrasi glomerulus sehingga dapat memperberat kerusakan ginjal
sehingga penggunaannya tidak direkomendasikan. Target penurunan tekanan darah pada
pasien CKD menurut JNC 8 adalah sistole < 140 mmHg dan diastole < 90 mmHg
15
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
Edukasi
Modifikasi gaya hidup.
16
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
Prognosis
Dubia ad bonam
IP Terapi :
Infeksi saluran kemih adalah invasi mikroorganisme (biasanya bakteri) pada saluran kemih,
mulai dari uretra hingga ginjal. Berdasarkan gambaran klinisnya, ISK dapat diklasifikasikan
menjadi:
- ISK akut nonkomplikata. ISK akut tipe sederhana, dimana merupakan penyakit
ringan dan tidak menyebabkan akibat jangka panjang. ISK akut nonkomplikata sering
terjadi pada wanita dan sering mengalami kekambuhan (rekurens).
- ISK komplikata. Infeksi saluran kemih pada pasien dengan kelainan struktural atau
fungsional yang dapat menurunkan efikasi terapi antibiotik
Tata laksana:
Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian obat pada kelainan fungsi ginjal
adalah penyesuaian dosis obat agar tidak terjadi akumulasi dan intoksikasi obat dan
pemakaian obat yang bersifat nefrotoksik seperti aminoglikosida, Amphotericine B,
Siklosporin
Pada pasien ISK yang terinfeksi bakteri dengan kelainan fungsi ginjal, harus diberikan
antibiotik yang tidak dimetabolisme di ginjal. Beberapa jurnal dan text book mencantumkan
penggunaan Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP – SMX) mempunyai resiko paling
kecil dalam hal gangguan fungsi ginjal. Hanya saja penggunaannya memerlukan dosis yang
lebih kecil dan waktu yang lebih lama.
17
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
Non Farmakologis :
Diet BNRPRGRK (Bubur Nasi Rendah Protein Rendah Garam Rendah Kalium)
Asupan protein : Pasien pre-dialisis 0,6-0,75 g/kgBB ideal/hari
Asupan garam : Pasien pre-dialisis <5g/hari
Asupan kalori : BBR (Berat badan relatif) = BB/(TB-100) x 100% = 45/150 – 100 x 100% =
90%
Intepretasi:
Kurus. BBR < 90%. Kebutuhan kalori = BB x 40 – 60 kal/hari.
Normal. BBR 90 - 100%. Kebutuhan kalori = BB x 30 kal/hari.
Gemuk. BBR > 100%. Kebutuhan kalori = BB x 20 kal/hari
Jadi kebutuhan kalori/hari pada pasien ini = 45 x 30 = 1350 kkal/hari
Edukasi
1. Jangan minum terlalu banyak, karena harus membatasi cairan yng masuk ke dalam tubuh
2. Hindari makanan yang mengandung Kalium tinggi seperti pisang, wortel, kentang, bayam,dll
18
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
19