LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. SM
Umur
: 52 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Bandungan, Semarang
Pekerjaan
: Buruh
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Masuk RS
: 15 September 2016
Ruang
: Rajawali 6A
No CM
: C602425
Masalah Aktif
Klinis Hiperkortisolisme
Stomatitis
Pyuria, Proteinuria,
Tanggal
21/09/16
21/09/16
21/09/16
4
5
Bakteriuria
Obesitas
Hipokalemi
21/09/16
21/09/16
No
Masalah Pasif
Tanggal
Lokasi
Kualitas
Kuantitas
didapat.
Riwayat konsumsi jamu jangka panjang (+) dicurigai jamu mengandung steroid
Riwayat darah tinggi (-)
Riwayat kencing manis (-)
Riwayat sakit jantung (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
ekonomi kurang.
Kesadaran
Tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
N
: 37,7 C (axiller)
BB
: 63 kg
TB
: 155 cm
BMI
: 26,25 kg/m2
Kesan
: Obesitas I
Lingkar pinggang
: 96 cm
Lingkar panggul
: 114 cm
Kepala
Wajah
: Bundar, Facial plethora (+), lanugo facial hair (-) dan kulit
berminyak (+)
Kulit
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorok
Leher
Thorax
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas atas
Paru depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru belakang
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Oedem
Sianosis
Akral dingin
Superior
-/-/-/-
Inferior
+/+
-/-/-
Capillary refill
Clubbing finger
<2/<2
-/-
<2/<2
Atrofi cutan
(+/+)
(-/-)
Gerak
+/+
+/+
Kekuatan
5/5/5 | 5/5/5
5/5/5 | 5/5/5
Tonus
N/N
N/N
Hasil
Nilai Normal
12.1
36.9
4.7
28
12.0-15.0 g/dl
35-47%
4.4-5.9jt/mm3
27.0-32.0 pg
16 September 2016
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
MCH
MCV
MCHC
Leukosit
78
30.1
10.3
76.0-96.0 Fl
29.0-36.0 g/dL
3.6-11 ribu/mm3
Trombosit
304
150-400 ribu/mm3
RDW
MPV
14
8.4
11.6-14.80%
4.00-11.00 fL
Kimia Klinik
Hasil
Nilai Normal
Glukosa sewaktu
76
80-160 mg/dL
SGOT
23
15-35U/L
SGPT
Ureum
41
5
15-60 U/L
15-39 mg/dL
Creatinin
DUOPLO TEST
0,74
0,6-1,3 mg/dL
Natrium
137
136-145 mmol/L
Kalium
3,2
3,5-5,1 mmol/L
Chlorida
107
98-107 mmol/L
16 September 2016
Osmolaritas: 2(Na+K)+(GDS/18)+(ureum/6)
Mikrobiologi
2(137+3.2)+(76/18)+(5/6)=285.45
16 September 2016
Hasil
Nilai rujukan
Swab Lidah
Pengecatan Gram
C. diphteriae
Negatif
Diplococcus
Positif
Positif
Positif
Yeast cell
Positif
Pseudohifa
Positif
Interpretasi
URINALISIS
Hasil
Nilai Normal
Kuning
Agak keruh
1.020
6
25 mg/dl
NEG
NEG
NEG
150 mg/dl
NEG
1.003-1.025
4.8-7.4
NEG
NEG
NEG
NEG
NEG
NEG
18 September 2016
SEKRESI-EKSKRESI
URIN LENGKAP
Warna
Kejernihan
Berat Jenis
Ph
Protein
Reduksi
Urobilinogen
Bilirubin
Aseton
Nitrit
36 /ul
0.2/ul
1,827.6/ul
0.0-40.0 /uL
0.0-6.0 /uL
0.0-20.0 /uL
Eritrosit
Kristal
Sil. Pathologi
Granula Kasar
Granula Halus
Sil. Hialin
Sil. Epitel
Sil. Eritrosit
Sil. Lekosit
Mucus
Yeast cell
Bakteri
Sperma
Kepekatan
15.5/ul
0.1/ul
0.64/ul
NEG
NEG
0.90/ul
NEG
NEG
NEG
1.28/ul
0.00/ul
165.8/ul
0.00/ul
22.6 mS/cm
0.0-25.0 /uL
0.0-10.0/uL
0.0-0.5/Ul
NEG
NEG
0.00-1.20 /uL
NEG/LPK
NEG/LPK
NEG/LPK
0.00-0.50/uL
0.0-25.0/uL
0.0-100.0/uL
0.00-3.00/uL
3.00-27.00 mS/cm
Immunoserologi
21 September 2016
HIV Screening
Hasil
Non reaktif
Nilai rujukan
Interpretasi
Non reaktif
Negatif
Rapid test
Anti ds DNA
27.5IU/ml
NEG : 0-200
Equivocal
201-300
Positiif
>
300
ANA
8.8 Unit
NEG : < 20
Equivocal 2060
Positif >60
RESUME
Seorang wanita usia 52 tahun ke RSUP Dr. Kariadi dengan keluhan utama
sarawan. Sariawan dirasakan sejak 1 bulan sebelum masuk RS. sariawan
dirasakan pada pada mukosa mulut, berpindah pindah tempat, lidah nyeri (+),
Sariawan pada mukosa mulut membuat pasien sulit makan dan minum , Sariawan
terasa perih (+) awalnya berjumlah satu buah, kemudian bertambah banyak pada
mukosa mulut dan bawah lidah, sudah diberi obat sariawan
namun tidak
membaik.
Pasien juga merasa mudah cemas (+), lemas seluruh tubuh sejak + 1
minggu SMRS, semakin lama semakin memberat, lemas dirasakan terutama saat
beraktivitas berat dan berkurang jika istirahat. Pasien juga merasa demam (+)
nglemeng, 1 bulan, suhu tidak diukur, membaik dengan kompres dingin. Pasien
merasa mual (+), pipi terasa tebal (+) kemerahan, kenaikan BB (+) namun tidak
tau pasti berapa kilo gram kenaikannya, kaki bengkak (+/+), BAK sering
6-7x/hari dan BAB (+) dalam batas normal.
Sebelumnya pasien sudah pernah periksa di RS Kensaras dan diagnosa
suspek Cushing sindrom berdasarkan tanda klinis yang didapat. Untuk
mendapatkan pengobatan serta pemeriksaan lebih lanjut pasien dirujuk ke Rumah
Sakit DR. Kariadi.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum lemah, kesadaran
compos mentis. Pada Visual Analog Scale dengan score 2. Pada pengukuran BMI
26,25,1 kg/cm2 dan dikategorikan Obesitas I, pada pemeriksaan fisik pasien juga
didapatkan, penipisan rambut (+), wajah bundah (+), facial plethora (+), kulit
wajah tampak berminyak (+), pada mulut terdapat sariawan (+), lesi dangkal,
bentuk oval, batas tegas, multiple. Buffalo hump (+) pada leher posterior. Pada
pepmeriksaan abdomen didapatkan striae (+),. Pada pemeriksaan ekstremitas
didapatkan atrofi cutan pada ekstremitas superior, dan oedema pada ekstremitas
inferior.
Pada pemeriksaan laboratorium darah didapatkan hasil ; GDS 76 mg/dL,
Kalium 3.2 mmol/L, Sedimen Lekosit 1.827/uL, Bakteri 165.8/Ul, pemeriksaan
swab lidah dengan pengecatan gram didapatkan hasil positif terhadap diplococcus
(+), kuman batang gram negative (+), kuman batang gram positif (+), yeast cell
(+), pseudohifa (+).
Gold standard penegakan diagnosis cushing sindrom dengan pemeriksaan
kadar kortisol dengan uji supresi dexamethasone. Namun pada pasin ini belum
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
V. DAFTAR ABNORMALITAS
1. Sariawan
2. Nyeri di lidah
3. Mudah cemas
4. Demam
5. Lemas
6. Pipi terasa tebal
7. Kenaikan BB
8. poliuri
9. Penipisan rambut
10.
11.
Facial Plethora
12.
Kulit berminyak
13.
Buffalo hump
14.
Striae
15.
Atrofi cutan
16.
Udem
17.
18.
Lingkar perut 96
19.
RPP 0,84
20.
21.
22.
Proteinuria 25 mg/dl
23.
Bakteri (165.8/uL)
24. Diplococcus (+), kuman batang gram negative (+), kuman batang gram positif (+),
yeast cell (+), pseudohifa (+).
VI. DAFTAR PROBLEM
No Masalahaktif
1. Hiperkortisolisme
Tgl
21-09-16
2.
Stomatitis
21-09-16
3.
21-09-16
4.
Obesitas I
21-09-16
5.
Hipokalemi
21-09-16
No
Masalah pasif
10
Tgl
Diagnosis
USG abdomen
Profil lipid
Terapi
Monitoring
Edukasi
: Etiologi kuman
Penyakit yang mendasari : HIV, Autoimun
Diagnosis
Terapi
Monitoring
: stomatitis
Edukasi
: Etiologi kuman
Diagnosis
: kultur urine
Terapi
Monitoring
Edukasi
11
Problem 4. Obesitas I
Assesment
Diagnosis
Terapi
Monitoring
Edukasi
Problem 5. Hipokalemi
Assessment
: Absolut
Relatif
IP Dx
: Elektrolit urin
IP Rx
IP Mx
IP Ex
CATATAN KEMAJUAN
Tgl
Catatan Kemajuan
Program
12
21/9/1
Problem 1.
P:
Klinis Hiperkortisolisme
KU,
Progresivitas
penyakit
TV,
HR: 92x/menit
RR: 20x/menit
Uji
supresi
dexamethasone,
T: 36,7C
A: Klinis Hiperkortisolisme
USG abdomen
Profil lipid
Problem 2. Stomatitis
S: kel : mual, lemas
13
A: Stomatitis
Pemeriksaan :
HIV : Non Reaktif
Ds DNA 27.5 mg/dl (neg)
ANA test 8.8 mg/dl (neg)
Problem 3. Piuria + Proteinuria +
bakteriuria
Kultur urine
2
TD: 120/70 mmHg
HR: 92x/menit
RR: 20x/menit
T: 36,7C
A: Piuria + Proteinuria + bakteriuria
P:
Problem 4. Obesitas I
kolesterol
Px
profil
lipid,
GDP,
HR: 92x/menit
RR: 20x/menit
Dislipidemi + obesitas
sindroma metabolic, fatty liver
T: 36,7C
A: Obesitas I
14
Problem 5. Hipokalemi
S: kel : mual, lemas
P:
HR: 92x/menit
RR: 20x/menit
T: 36,7C
A: Hipokalemi
22/9/1
6
kolesterol
1386 Kkal
63 gr/hr
Dislipidemi + obesitas
S: kel : Nyeri
O: KU: Lemah, komposmentis VAS
2
TD: 110/70 mmHg
A: Obesitas I
P:
15
GDP : 105mg/dl
GD2PP : 178mg/dl
kolestero
1386 kkal
63gr/dl
Profil lipid 1 bulan post
Obat pulang :
USG ABDOMEN :
25/9/1
6
Problem 4. Sindroma Metabolik
S: kel : mual
O: KU: Lemah, komposmentis VAS
2
TD: 110/70 mmHg
HR: 88x/menit
RR: 21x/menit
16
T: 36,5C
A: Sindroma Metabolik
BLP
BAB II
PEMBAHASAN
1. HIPERKORTISOLISME
1.1 Definisi
Hiperkortisolisme adalah kondisi kortisol dalam plasma berlebih yang
dapat menyebabkan suatu keadaan yang disebut sebagai Sindrom Cushing.
Sindrom Cushing
(spontan).
Sindrom
cushing
relatif
langka
dan
paling
sering
1.2 Klasifikasi
Sindrom Cushing dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : 2
-
klinis
beragam,
bergantung
pada
derajat
beratnya
Gejala
Distribusi lemak
Pada dewasa
Buffalo hump
Obesitas sentral
Facies pletorik
Moon face
Kenaikan BB
Demineralisasi
osteoporosis
tulang
dan
-
19
Mudah memar
Gangguan mekanisme pertahanan
Edema tunkai
Kelemahan otot proximal
Purpura
Kulit menipis
Striae rubrae
Pada anak-anak
-
Hipertensi
Diabetes
Dislipidemi
Perubahan endokrin
Intoleransi glukosa
Kondisi hiperkoagulasi
Manifestasi kulit
Gangguan neuropsikiatri
-
Depresi mayor
Mania
Psikosis
supraklavikularis).
obesitas sentral dengan jaringan adiposa meningkat di mediastinum dan
peritoneum; peningkatan ratio pinggang-pinggul yakni > 1 pada pria dan
> 0,8
20
Endokrin
- Galaktore dapat terjadi ketika tumor hipofisis anterior menghambat tangkai
-
Rangka / otot
- Dapat terjadi kelemahan otot proksimal.
- Terjadinya osteoporosis dapat menyebabkan patah tulang, kyphosis, kehilangan
tinggi, dan nyeri tulang rangka aksial. 4
Frekuensi Gejala dan tanda Hiperkortisolisme : 1,7
Gejala/Tanda
Obesitas sentral
Moon face
Atrofi kulit dan memar
Hipertensi (TD> 150/90 mmHg)
Diabetes/intoleransi glukosa
Disfungsi gonad
Kelemahan otot
Hirsutisme, jerawat
Gangguan mood
Osteoporosis
Edema
Polidipsi/poliuri
Infeksi jamur
21
1.5 Patofisiologi
Secara fisiologis hipotalamus berada di otak dan kelenjar hipofisis berada
tepat di bawahnya. Inti paraventrikular (PVN) dari hipotalamus melepaskan
Corticotrophin-releasing hormone (CRH), yang merangsang kelenjar hipofisis
untuk melepaskan adrenocorticotropin (ACTH). ACTH bergerak melalui darah
ke kelenjar adrenal kemudian merangsang pelepasan kortisol. Kortisol disekresi
oleh korteks kelenjar adrenal dari daerah yang disebut zona fasciculata sebagai
respons terhadap ACTH. Peningkatan kadar kortisol menyebabkan umpan balik
negatif (negative feedback) pada hipofisis sehingga menurunkan jumlah ACTH
yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis. 5
Hiperkortisolisme berdasarkan
22
sebuah
adenoma
dan
jarang karsinoma.5
Biasanya
Adenoma ini
menyebabkan kadar kortisol dalam darah sangat tinggi, terjadinya umpan balik
negatif terhadap hipofisis dari tingkat kortisol yang tinggi akan menyebabkan
tingkat ACTH sangat rendah.5
Pada kasus lain dengan dependen ACTH,
ACTH
dalam darah meningkat bersamaan dengan kortisol dari kelenjar adrenal. Kadar
ACTH tetap tinggi karena tumor menyebabkan hipofisis menjadi tidak responsif
terhadap umpan balik negatif dari kadar kortisol
yang
dari
lapisan
neuroektodermal
selama
perkembangan
embrional.
Karsinoma sel oat paru, karsinoid bronkus, timoma, dan tumor sel-sel pulau di
pankreas, merupakan contoh-contoh yang paling sering ditemukan. Beberapa
tumor ini mampu menyekresi CRH ektopik. Pada keadaan ini, CRH ektopik
merangsang sekresi ACTH hipofisis, yang menyebabkan terjadinya sekresi
kortisol secara berlebihan oleh korteks adrenal. Jenis
disebabkan
oleh
sekresi
ACTH
yang
23
yang memiliki aktivitas melanotropik. Pigmentasi terdapat pada kulit dan selaput
lendir.2
Hiperplasia
bilateral micronodular
dan
hiperplasia
macronodular
24
25
pemberian deksametason. Atau kortisol plasma menjadi kurang dari 1,8 mg/dl (50
nmol/liter), pada pagi hari setelah dosis terakhir deksametason.7
-
CT scan resolusi
26
1.7 Diagnosis
Alur diagnosis untuk mengevaluasi pasien tersangka menderita sindrom
Cushing. 1,7
Hasil berbeda
Normal
(bukan sindrom cushing)
ABNORMAL
SINDROM CUSHING
Kortisol bebas urin 24 jam Overnight 1 mg DST
Late night salivary
(>2 tes)Cortisol (>2 tes)
Pertimbangkan kontra indikasi sebelum melakukan tiap tes
Tanda-tanda klinis
Gunakan 48 jam, 2 mg-DST pada populasi tertentu
Peningkatan kortisol bebas urin (3 kali pengumpulan urin 24 jam)
Kurangnya supresi kortisol setelah uji dexamethasone dosis rendah
Peningkatan kortisol liur larut malam (tes tidak dinilai komplit)
ABNORMAL
Sindrom Konsultasi
cushing dengan ahli endokrin
1.8 Penatalaksanaan
Neoplasma Adrenal
28
ideal
adalah
pengangkatan.
Kadang-kadang
eksisi
tidak
memungkinkan oleh karena penyakit sudah lanjut. Pada keadaan ini, medik atau
adrenalektomi
bisa
memperbaiki
hiperkortisolisme.
Penghambatan
dengan
adenoma
hipofisis
dapat
memperbesar
progresifitas,
dan/atau
diabetes
melitus
tipe
2,
biasanya
terjadi
hipogonadisme,
dan
perempuan
mengalami
beberapa
pasien.
semakin
mudahnya
infeksi dan sering, kelelahan akibat menurunnya masa dan kekuatan otot.
1.10 Prognosis
Adenoma adrenal yang berhasil diobati dengan pembedahan mempunyai
prognosis baik dan tidak mungkin kekambuhan terjadi. Prognosis bergantung
pada efek jangka lama dari kelebihan kortisol sebelum pengobatan, terutama
aterosklerosis dan osteoporosis.
Prognosis karsinoma adrenal adalah amat jelek, disamping pembedahan.
Laporan-laporan memberi kesan survival 5 tahun sebesar 22 % dan waktu tengah
survival adalah 14 bulan. Usia kurang 40 tahun dan jauhnya metastasis
berhubungan dengan prognosis yang jelek.1
30
2. STOMATITIS
2.1 Definisi
Stomatitis merupakan bahasa awam untuk berbagai macam lesi/benjolan
yang timbul di rongga mulut stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa
mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan. Bercak itu dapat berupa bercak
tunggal maupun berkelompok. Sariawan dapat menyerang selaput lendir pipi
bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam rongga
mulut. Meskipun tidak tergolong berbahaya, namun sariawan sangat mengganggu.
2.2 Etiologi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
g
h
Lesi dangkal
Lesi sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut
34
tidak, mengukur indeks massa tubuh (IMT) saja tidaklah cukup, lebih baik apabila
selain indeks massa tubuh (IMT), juga diukur adanya obes sentral.16,17
Pemeriksaan baku emas obesitas sentral adalah dengan cara pencitraan
yaitu CT-scan, MRI, maupun densitometri (DXA). Sayangnya pemeriksaan
tersebut selain tidak praktis juga membutuhkan biaya mahal. Oleh karena itu
dicari cara lain yaitu dengan cara anthropometris sederhana. Dikenal dua cara
anthropometris yaitu menghitung indeks ratio lingkar pinggang terhadap panggul
(RPP) dan pemeriksaan dengan mengukur lingkar pinggang. Lingkar pinggang
lebih praktis, dan terbukti lebih dapat mendeteksi adanya penimbunan lemak
abdominal dibandingkan RPP . Oleh karena itu, baik WHO maupun National
Cholesterol Education Program (NCEP) Adult Treatment Panel III (ATP III)
merekomendasikan untuk menggunakan pemeriksaan lingkar pinggang .
Kesepakatan oleh WHO bahwa lingkar pinggang yang abnormal untuk orang Asia
adalah > 90 cm untuk pria, dan > 80 cm untuk wanita.17
35
tidak dipengaruhi oleh banyak struktur tulang (hanya vertebrae). Depres dkk
mengevaluasi lingkar pinggang dan lingkar panggul,dan mendapatkan bahwa
dalam kurun waktu 20 tahun baik indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang
dan lingkar panggul bertambah besar, walaupun demikian RPP tetap tidak berubah
sedangkan lingkar pinggang jelas sudah berbeda 20 cm. Dengan demikian jelas
lingkar pinggang lebih menggambarkan perubahan jaringan lemak abdominal
daripada RPP.16
36
jantung,
dan
fungsi
sistem
saraf.
Hipokalemia
adalah
berkeringat.
Endokrin atau hormonal masalah (seperti tingkat aldosteron meningkat) aldosteron adalah hormon yang mengatur kadar potasium. Penyakit tertentu
dari sistem endokrin, seperti aldosteronisme, atau sindrom Cushing, dapat
menyebabkan kehilangan kalium.23
Adapun penyebab lain dari timbulnya penyakit hipokalemia : muntah
38
39
CNS dan neuromuskular; lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam
menghilang.
Pernapasan; otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut)
Saluran cerna; menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual mmuntah.
Kardiovaskuler; hipotensi postural, disritmia, perubahan pada EKG.
Ginjal; poliuria,nokturia.23
40
BAB III
PEMBAHASAN
Problem 1. Hiperkortisolisme
Pasien didiagnosis sebagai Hiperkortisolisme. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang sebagai
gold standard penegakan diagnosis.
Tanda
Gejala
Distribusi lemak
Pada dewasa
Buffalo hump
Obesitas sentral
Facies pletorik
Moon face
Kenaikan BB
dan
-
Demineralisasi
osteoporosis
Mudah memar
Gangguan mekanisme pertahanan Pada anak-anak
Edema tunkai
Kelemahan otot proximal
- Virilasi genital abnormal
Purpura
- Pubertas tertunda
Kulit menipis
- Pertumbuhan terhenti
Striae rubrae
- Pubertas
41
Hipertensi
Diabetes
Dislipidemi
Perubahan endokrin
Intoleransi glukosa
Kondisi hiperkoagulasi
Manifestasi kulit
Pseudoprekoks
Perawatan pendek
Pertumbuhan lambat
Gangguan neuropsikiatri
-
Depresi mayor
Mania
Psikosis
42
tebal (+), Kenaikan BB (+), kaki bengkak (+/+), BAK sering 6-7x/hari dan BAB
(+)dalam batas normal.
Physical findings in Cushing syndrome. 4
Hasil berbeda
ABNORMAL
Normal
(bukan sindrom cushing)
SINDROM CUSHING
Tanda-tanda klinis
Peningkatan kortisol bebas urin (3 kali pengumpulan urin 24 jam)
Kurangnya supresi kortisol setelah uji dexamethasone dosis rendah
Peningkatan kortisol liur larut malam (tes tidak dinilai komplit)
Hiperkortisolisme
Sindrom cushing
ACTHHipofisisEktopik
-ACTHRendahNormal/tingginormal/sangat tinggi
Tes CRHRespon (-)Respon (+)Respon jarang
DEX 8 mg Supresi (-)Supresi (+)Supresi jarang
CT/MRI adrenalMassa (+)normal/hyperplasianormal/hyperplasia
MRI hipofisisNormalTumor (60%)Normal
BIPSSTidak dapatGradien (+) Gradien (-)
Ditetapkan(pituitary/perifer)(pituitary/perifer)
44
Pengobatan
Hiperkortisolisme
tergantung
ACTH
tidak
seragam,
bergantung apakah sumber ACTH adalah hipofisis / ektopik. Jika dijumpai tumor
hipofisis. Sebaiknya diusahakan reseksi tumor. Jika terdapat bukti hiperfungsi
hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan maka sebagai gantinya dapat
dilakukan radiasi pada kelenjar hipofisis. Kelebihan kortisol
juga dapat
45
46
Infeksi virus dan bakteri juga diduga sebagai pencetus timbulnya sariawan
ini. Ada pula yang mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi imunologik
abnormal pada rongga mulut. Dan imunologik sangat erat hubungannya dengan
psikologis (stress). Faktor psikologis (stress) telah diselidiki berhubungan dengan
timbulnya stomatitis (sariawan) di sebagian besar masyarakat.
Pada pasien Cushing sindrom didapatkan daya imunitas yang rendah
sehingga dapat menjadi factor resiko terjadinya infeksi lebih tinggi.
Pada pasien gejala yang didapatkan adalah. sariawan (+) pada mukosa mulut,
dirasakan terus menerus, berpindah-pindah tempat, dirasakan semakin bertambah
banyak, perih (+), Lidah terasa nyeri (+). Pada pemeriksaan fisik sariawan (+) lesi
dangkal, bentuk oval, batas tegas, ,multiple.
Diagnosis Stomatitis dengan dilakukan swab atau kultur pada rongga mulut
Pada pasien ini sudah dilakukan tes swab rongga mulut pengecatan gram dengan
hasil C. dophteriae (-), diplococcus (+), kuman batang gram negatif (+), kuman
batang gram positif (+), yeast cell (+), pseudohifa (+). Dan pada pemeriksaan
HIV didapatkan hasil non reaktif, ds DNA 27,5 mg//dl (negative), ANA test 8,8
mg/dl (negative)
Penatalaksanaan stomatitis dengan :
a) Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi
b) Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya.
c) Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup,
terutama makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi.
d) Hindari stress
e) Pemberian Atibiotik
Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya
f) Terapi
Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa
kasus diperlukan antivirus. Pengobatan stomatitis aphtosa terutama
penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan jangka panjang yang efektif
adalah menghindari faktor pencetus.
47
lebih dari 20.0 /Ul, terdapat proteinuria dalam urin dan bakteri dalam urin >100/ul
Penyebab ISK bermacam-macam, yaitu dapat disebabkan oleh bakteri masuk ke
dalam uretraKelompok beresiko yang rentan terkena ISK :
1. Penderita batu ginjal dan pria yang mengalami pembengkakan kelenjar
2.
3.
4.
5.
prostat
Pemakaian kateter
Kelainan pada struktur kemih
Wanita
Wanita hamil
48
6.
7.
Pendeita Diebetes
Orang dengan system kekebalan tubuh rendah
Manifestasi klinik yang didapatkan pada pasien ini : demam (+) dan
didapatkankadar leukosit 1,827.6/uL dan bakteri dalam urin (+)165,8/uL, Protein
dalam urin 25mg/dl
Pada pasien ini diberikan Terapi antibiotik Injeksi ceftriaxon 2gr/24 jam.
Karena pada pasien ini belum dilakukannya uji sensitifitas antibiotik. Ceftriakson
merukapan pilihan yang tepat sebagai antibiotic spectrum luas dan memiliki
efektifitas tinggi terhadap
diberikan edukasi kepada pasien menampung urin untuk pemeriksaan lebih lanjut
Problem 4. Obesitas
Diagnosis
didasarkan
atas
gejala
klinis
dan
hasil
pemeriksaan
49
50
untuk wanita dan rasio indeks ratio lingkar pinggang terhadap panggul (RPP) 96
cm : 114 cm didapatkan RPP 0,84 sesuai teori yang menyatakan obes sentral jika
RPP > 0,80 pada wanita
Pada pasien dilakukan evaluasi terhadap kadar lipid dan BMI nya untuk
memantau adanya sindroma metabolic dan Faty liver
Dilakukan evaluasi adanya sindroma metabolic karena Sindrom metabolik (SM)
merupakan suatu kondisi dimana seseorang memiliki tekanan darah tinggi,
obesitas sentral dan dislipidemia, dengan atau tanpa hiperglikemik.
51
CNS dan neuromuskular; lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam
menghilang.
Pernapasan; otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut)
Saluran cerna; menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual, muntah.
Kardiovaskuler; hipotensi postural, disritmia, perubahan pada EKG.
Ginjal; poliuria,nokturia.23
52
Pada pasien didapatkan manifestasi klinis, lelah (+), mual (+), polyuria (+). Dan
diberikan terapi KSR tab 600mg/12 jam, monitoring Cek elektrolit 3 hari lagi.
Serta diberika edukasi 3 hari lagi akan dilakukan pemeriksaan darah ulang
LAMPIRAN
USG ABDOMEN
53
54
Pankreas
Ginjal kanan
Ginjal kiri
Lien
Aorta
Vesika urinaria: dinding tak menebal, permukaan rata, tak tampak batu, tak
tampak masa, tak tampak struktur uterus
Tak tampak cairan bebas intra abdomen
Tak tampak cairan bebas supra diagfragma kanan kiri
KESAN :
Fatty liver grade II
Sludge vesika felea
Tak tampak kelainan lain pada sonografi organ-organ intraabdomen lainnya
55
Buffalo hump
Striae abdomen
56
DAFTAR PUSTAKA
57
58
59
60