Anda di halaman 1dari 10

PENENTUAN KOSTANTA DISOSIASI METIL MERAH SECARA

SPEKTROFOTOMETRI

Tujuan : Menentukan kostanta disosiasi dari suatu asam secara


spektrofotometri
Hari/tanggal : Kamis, 5 April 2012
Jurusan/Fak : Pendidikan Kimia/MIPA
Nama anggota kelompok : Putu Mentari Armayanti (0913031001)
Ana Imroatun Nafiah (0913031015)
I Ketut Suarta (0913031026)

I. DASAR TEORI
Dalam larutan air, metil merah ditemukan sebagai suatu “zwitter ion”. Dalam suasana
asam senyawa ini berupa HMR (I), yang berwarna merah dan mempunyai dua bentuk
resonansi. Jika ditambahkan basa, sebuah proton hilang dan terjadi anion MR- (II) yang
berwarna kuning. Keadaan kesetimbangan antara kedua bentuk metil merah yang berlainan
warnanya itu ditunjukkan sebagai berikut.

COO- COO-
.. +
CH3 N N N CH3 N N N

CH3 H CH3 H

Gambar 1. Metil merah bentuk asam HMR (merah)

H+ OH-
COO-

CH3 N N N

CH3 H
Gambar 2. Metil merah bentuk basa MR-
Reaksi pengionan metil merah diatas dapat dinyatakan oleh persamaan sederhana,
HMR  H+ + MR-

1
dengan tetapan pengionan
Ka = [H+] [MR-] / [HMR] (persamaan 1)
yang dapat diubah menjadi pKa = pH + log [MR-] / [HMR] (persamaan 2)
Harga tetapan kesetimbangan ini dapat dihitung dengan persamaan (2) dari
pengukuran perbandingan [MR-] / [HMR] pada pH tertentu yang diketahui karena kedua
bentuk metil merah mengadsorpsi kuat daerah cahaya tampak (400-800 nm), maka
perbandingan [MR-] / [HMR] dapat ditentukan secara spektroskopi.
Jika I dan Io masing-masing adalah intensitas cahaya dengan panjang gelombang
tertentu yang telah melalui larutan dan pelarut murni, maka absorbansi optik (A)
didefinisikan oleh hukum Lambert-Beer,
A= -log I/ I0 (persamaan 3)
dan jika hanya zat terlarut saja yang dapat mengadsorpsi cahaya maka,
A= a.b.c (persamaan 4)
Dengan :
a = indeks absorbansi zat terlarut
b = panjang / tebal larutan yang dilewati cahaya
c = konsentrasi zat terlarut
Harga a bergantung pada panjang gelombang cahaya, pada suhu dan pada jenis
pelarut. Pada daerah berlakunya hukum Lambert-Beer, aluran A terhadap konsentrasi berupa
garis lurus. Jika dalam larutan terdapat lebih dari satu zat terlarut dan masing-masing zat
mengadsorpsi secara bebas, maka absorbansi campuran ini bersifat aditif,
A= ∑ A1 = ∑ a1 b c1 (persamaan 5)
Pada percobaan ini pertama-tama ditentukan spektrum absorpsi metil merah bentuk I
(dalam larutan asam) dan bentuk II (dalam larutan basa) dan kemudian dipilih dua panjang
gelombang λ1 dan λ2 untuk kedua larutan sedemikian hingga bentuk asam mengadsorpsi jauh
lebih kuat pada λ1 dibandingkan dengan basanya, dan sebaliknya pada λ2 bentuk basa
mengadsorpsi kuat sedangkan bentuk asam tidak. Secara ideal, λ1 dan λ2 berupa puncak
absorpsi.

2
HMR

MR-

1 2

Gambar 3. Alur absorbansi terhadap panjang gelombang


untuk HMR dan MR-
Dalam suasana sangat asam (seperti dalam HCl) metil merah dapat dianggap hanya
terdapat dalam bentuk asam dan sebaliknya dalam suasana basa (seperti dalam NaOH) metil
merah ditemukan dalam bentuk II.
Indeks absorbansi molar HMR pada λ1 (= a1.HMR) dan pada λ2 (= a2.HMR) dan juga
indeks absorbansi molar MR- pada λ1 (= a1.MR-) dan pada λ2 (= a2.MR-) ditentukan pada
berbagai konsentrasi dengan menggunakan persamaan (4) untuk mengetahui apakah hukum
Beer dipenuhi. Untuk maksud ini dapat juga dibentuk grafik absorbansi A terhadap
konsentrasi. Kemudian komposisi campuran HMR dan MR- pada suatu pH tertentu dihitung
dari absorbansi A1 dan A2, masing-masing pada λ1 dan λ2 dan dengan tebal sel satu cm (b =
1cm) dengan menggunakan persamaan (8) dan persamaan (9)
A1 = a1.HMR [HMR] – a1.MR- [MR-] (persamaan 6)
A2 = a2.HMR [HMR] – a2.MR- [MR-] (persamaan 7)

Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri atas spektrometer dan fotometer.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu
dalam hal ini adalah sinar tampak. Fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi.
Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi (T atau
%T) atau absorbansi (A) suatu cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Absorbsi
cahaya oleh suatu molekul merupakan suatu bentuk interaksi antara gelombang cahaya
(foton) dan atom/molekul. Energi cahaya diserap oleh atom/molekul dan digunakan oleh
elektron di dalam atom/molekul tersebut untuk bertransisi ke tingkat energi elektronik yang

3
lebih tinggi. Absorbsi hanya terjadi jika selisih kedua tingkat energi elektronik tersebut (ΔE =
E2 – E1) bersesuaian dengan energi cahaya (foton) yang datang.
Komponen utama dari spektrofotometer adalah :

Sumber Monokromator Tempat Detektor


Cahaya sampel

Monitor

Tipe Instrumen

Ada empat tipe instrumen ini, yaitu :

1. Single-beam instrument 2. Double-beam in space instrument

3. Double-beam in space instrument 4. Multichannel

(Muderawan,2010)

Komponen instrumentasi dari UV-Vis adalah

Phototube Photovoltaic
4
Cuvette (Sample Container) Monochromator
Dalam menganalisis menggunakan spektrofotrometer UV-VIS harus diperhatikan hal-
hal sebagai berikut:

a. Pembentukan senyawa berwarna


Langkah ini dilakukan apabila senyawa yang dianalisis tidak melakukan penyerapan
didaerah tampak. Dalam hal ini senyawa tersebut harus diubah menjadi senyawa lain
yang dapat melakukan penyerapan atau direaksikan dengan suaut pereaksi
pembentuki warna sehingga dapat m,enyerap sinar tampak. Pereaksi yang
menimbulkan warna, harus memenuhi beberapa persyaratan yakni : reaksinya dengan
zat yang dianalisa harus selektif dan sensitif, tidak membentuk senyawa berwarna
dengan zat-zat lain yang ada dalam larutan, reaksinya dengan zat lain yang dianalisa
harus cepat dan kuantitatif (sempurna), warna atau senyawa yang terbentuk harus
cukup stabil untuk jangka waktu tertentu, dan tidak terlalu cepat berubah dengan
perubahan pH.
b. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang diperlukan dalam suatu analisis kuantitatif secara
spektrofotometri adalah panjang gelombang yang sesuai dengan absorbansi
maksimum (puncak serapan). Hal ini disebabkan karena perubahan absorbansi untuk
setiap satuan konsentrasi adalah paling besar pada panjang gelombang maksimum,
maka akan diperoleh kepekaan yang maksimum pula.

5
Gambar 4. Panjang gelombang yang diperlukan dalam suatu analisis kuantitatif
secara spektrofotometri.
Keterangan:
 Violet : 400 - 420 nm
 Indigo : 420 - 440 nm
 Blue : 440 - 490 nm
 Green : 490 - 570 nm
 Yellow : 570 - 585 nm
 Orange : 585 - 620 nm
 Red : 680 – 780 nm

c. Pembuatan kurva kalibrasi


Untuk kurva kalibrasi, dibuat larutan standar dengan berbagai konsentrasi yang
diketahui. Absorbansi dari larutan standar ini diukur, kemudian dibuat grafik
absorbansi (A) terhadap konsentrasi (C), kurva yang terbentuk disebut kurva kalibrasi.

Dalam analisis menggunakan spektroskopi UV-Vis digunakan hukum dasar Lambert-


Beer. Hukum Lambert-Beer ini menyatakan hubungan antara intensitas sinar yang diserap
dengan konsentrasi dan tebal larutan yang dilalui sinar. Apabila seberkas sinar dengan
panjang tertentu dilewatkan pada larutan yang mengandung zat penyerap, maka sebagiam
sinar tersebut akan diserap dan sbagian sinar diteruskan.

Hukum Lambert-Beer
Apabila seberkas sinar dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada larutan
yang mengandung zat penyerap, maka sebagian sinar tersebut akan diserap dan sebagian akan

6
diteruskan. Hubungan antara intensitas sinar yang diserap dengan konsentrasi dan tebal
larutan yang dilalui sinar dinyatakan melalui persamaan Lambert-Beer sebagai berikut.
A = -log I/Io = εbC
Dimana, A = absorbansi
I = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh larutan dalam sel
Io = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh pelarut dalam sel pada I yang sama
ε = Koefisien ekstingsi dari spesies penyerap atau konstanta pembanding.
b = Panjang larutan yang dilalui oleh cahaya (umumnya 1 cm)
C = Konsentrasi spesies penyerap dalam unit mol L-1(M)
Semakin besar intensitas sinar yang diserap maka nilai A akan semakin besar dan
intensitas sinar yang diteruskan akan semakin kecil. Sering kali dalam pengukuran secara riil
menghasilkan polt hukum Beer yang tidak linier sepanjang seluruh konsentrasi yang diamayi.
Kelengkungan ini menyatakan bahwa ε bukan suatu tetapan, yang tergantung pada
konsentrasi. Nilai ε diharapkan tergantung pada sifat dasar spesies pengabsropsi dalam
larutan dan pada panjang gelombang radiasi. Dalam praktiknya penyimpangan ini biasanya
disebabkan oleh adanya penyimpangan berdasarkan kimia dan penyimpangan instrumen yang
digunakan.

II. ALAT DAN BAHAN


Nama Alat Jumlah Nama Bahan Jumlah
Spektrofotometer UV VIS 1 buah Metil merah secukupnya
pH meter 1 buah Natrium Asetat secukupnya
Labu ukur 100mL 1 buah Asam asetat secukupnya
Pipet volumetri 10 mL 1 buah Asam klorida secukupnya
Pipet volumetri 25 mL 1 buah Etanol 95% secukupnya
Pipet volumetri 50mL 1 buah
Gelas kimia 100 mL 1 buah
Pipet tetes 3 buah
Kaca arloji 1 buah

7
Prosedur Kerja
No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
1 Pembuatan larutan persediaan metil
merah. Melarutkan 0,5 gram kristal
metal merah dalam 30 mL etanol
95%, kemudian mengencerkan
hingga tepat 50 mL dengan air suling
2 Pembuatan larutan standard metil
merah. Menambahkan sebanyak 0
mL larutan persediaan ke dalam 50
mL etanol 95%, kemudian
mengencerkan dalam labu takar 100
mL dengan air suling hingga tepat
100 mL
3 Spektrum absorspsi asam,
Menentukan HMR dalam larutan
asam klorida, dilakukan dengan
menambahkan 5 mL larutan standard
dengan 10 mL 0,1 M HCl dan
mengencerkan hingga tepat 100 mL
4 Menentukan spektrum absorpsi
bentuk asam, HMR, dalam larutan
natrium hidroksi : 10 mL larutan
standard + 25 mL 0,04 M larutan
NaOH dan kemudian mengencerkan
hingga tepat 100 mL
5 Menentukan absorbansi kedua larutan
asam dan basa di atas pada berbagai
panjang gelombang mulai dari 400
hingga 550 nm. Menggunakan air
suling untuk memudahkan sebagai sel
pembanding. Buat kurva A terhadap λ
dan pilih λ1 dan λ2 yang sesuai (tepat)

8
untuk menganalisis campuran bentuk
asam dan basa.
6 Mengamati absorbansi pada λ1 dan λ2
untuk berbagi konsentrasi metal
merah dalam larutan asam dan basa,
untuk menguji terpenuhinya hukum
lambert-Beer dan menentukan harga-
harga indeks absorpsi molar HMR
dan MR- pada λ1 dan λ2. Berbagai
konsentrasi larutan didapat secara
pengenceran dengan larutan 0,01 N
HCl atau 0,01 NaOH (pengenceran
2x, 4x, 8x), dengan demikian akan
tetap.

7 Membuat tiga larutan untuk 


menentukan tetapan kesetimbangan
ionisasi, ketiga larutan tersebut
adalah sebagai berikut: 5 mL larutan
standard + 25 mL larutan 0,04 M Na
Asetat, kemudian volumenya
dijadikan tepat 100 mL dengan
menambahkan
a. 0,1 M asam asetat untuk
larutan I
b. 0,05 M asam asetat untuk
larutan II
c. 0,01 M asam asetat untuk
larutan III
8 Menentukan absorbansi dan pH
larutan-larutan pada prosedur 7.

9
Singaraja, 5 April 2012
Pengampu I Pengampu 2

Ni Made Wiratini, S.Pd., M.Sc Drs. Nyoman Retug, M.Si


NIP.19830627 200604 2 002 NIP. 19591230 198903 1 002

10

Anda mungkin juga menyukai