4. 1 TINJAUAN UMUM
Analisis data akan membahas mengenai data-data yang ada, meliputi
pengklasifikasian tiap lapisan tanah berdasar pada sifat-sifat fisik tanah (γ, w, Gs, e, n,
Sr), sifat plastisitas (LL, PL, LI, SL, Ac), sifat butiran tanah (Clay, Lime, Sand), sifat
mekanik (c, Ø, qu, CBR) ,sifat konsolidasi dan permeabilitas (Cc, Cv, k, Ch, nv) serta
penyebaran tiap lapisan tanah berdasar hasil pemboran. Stratifikasi tanah akan
memberikan penjelasan gambaran mengenai penyebaran tanah berdasar pada analisa
terhadap data-data yang ada.
Selain data tanah diperlukan juga data yang akan digunakan untuk memodelkan
pembebanan pada struktur perkerasan jalan dan struktur dinding penahan tanahnya. Data
ini akan menghasilkan estimasi berat struktur secara keseluruhan yang membebani lereng
dan menghasilkan model struktur yang akan dikaji dalam analisa pada kondisi awal dan
kondisi setelah terjadi kelongsoran.
4. 2 ANALISA DATA TANAH
Analisis data tanah memberikan penjelasan hasil penyelidikan tanah di sekitar
bukit Gombel yaitu di Lapangan golf gombel Semarang yang meliputi data boring log
yang dilakukan di lokasi tersebut dan pengolahannya dilakukan oleh pihak laboratorium
PT. Selimut Bumi Adhi Cipta. Penyelidikan tanah yang dilakukan berada kurang lebih
200 meter dari lokasi studi dengan asumsi karakteristik tanahnya menyerupai
karakteristik tanah pada lokasi studi. Analisis data tanah diperlukan untuk evaluasi dan
penentuan alternatif penanganan pada kasus ini.
Coklat kekuningan,
0,00 m – 2,60 m 2,60 m Lempung 6
lunak sampai teguh
50
Abu-abu kecoklatan,
2,60 m – 3,10 m 0,50 m Lempung 10
teguh
Abu-abu, kaku sampai
3,10 m – 10,00 m 6,90 m Lempung 16 - 35
sangat kaku
Coklat kekuningan,
0,00 m – 0,50 m 0,50 m Lempung -
lunak
Coklat keabu-abuan,
0,50 m – 2,30 m 1,70 m Lempung 4
lunak sampai teguh,
Abu-abu, kaku sampai
2,30 m – 10,00 m 4,00 m Lempung 8-24
sangat kaku
51
4. 2. 2 Analisa Data Geolistrik
A. Dasar dan Metoda Pengukuran
Pengukuran geolistrik yang dilaksanakan menggunakan metoda pengukuran
Resistivitas Konfigurasi Schlumberger dengan resolusi Vertical Electric Sounding (VES)
dengan panjang bentang pengukuran rata-rata sejauh 400 meter. Dalam pelaksanaan
pengukuran geolistrik, tahanan jenis arus listrik bolak-balik berfrekuensi rendah dialirkan
ke dalam bumi melalui elektrode arus dan distribusi potensial yang dihasilkan akan
diukur melalui elektoda potensial.
Konfigurasi Schlumberger seperti pada Gambar 4.1, jarak elektroda diatur
sehingga r1= R2 = (a-1/2 b) dan r2 = R1 = (a + ½ b), dimana a adalah jarak titik pusat
elektroda arus dan b adalah jarak antara kedua elektroda potensial.
b
C1 P1 P2 C2
a a
R1 R2
52
terhadap aliran arus listrik ( Ω m). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
harga tahanan jenis meliputi :
• Jenis material : semakin mudah menghantarkan arus listrik, semakin kecil tahanan
jenisnya.
• Kandungan air dalam batuan : semakin banyak kandungan air dalam batuan, maka
semakin kecil tahanan jenisnya.
• Porositas batuan : semakin besar porositas batuan semakin kecil tahanan jenisnya
karena makin banyak air yang terkandung.
• Sifat kimiawi air : ion ion (Na+ dan Cl-)akan mudah menghantarkan arus listrik,
sehingga tahanan jenisnya semakin kecil.
Dari data lapangan yang dihasilkan, diolah dan selanjutnya dilakukan interprestasi
dengan cara menyamakan lengkung (Curve Matching) terhadap kurva baku yang telah
dikeluarkan oleh Schlumberger. Penyamaan lengkung ini dilakukan untuk menentukan
parameter tahanan jenis secara matematis pada suatu model perlapisan batuan.
Berdasarkan nilai tahanan jenis untuk setiap lapisan, dilakukan interprestasi jenis litologi
dan kemungkinan merupakan lapisan pembawa air dengan mempertimbangkan dari data-
data geologi.
Demikian pendugaan lapisan tanah atau jenis batuan dengan korelasi terhadap
tahanan jenis (Todd,1980) yang diperlihatkan dalam Gambar 4.2.
Clay
Soft shale
Hard shale
Tilt
Sand
Sandstone
Porous limestone
Dense limestone
10-1 100 101 102 103 104 105 106
53
Pembagian interval nilai tahanan jenis di Gombel Lama dapat dilihat tabel 4.7 :
Titik Bor
Jenis Pengujian
Satuan B - 30
Parameter 0-2,0 m 2,0-4,0 m 4,0-6,0 m 6,0-7,5 m 7,5-20 m
Indeks Properti
- Kadar Air (w) % 46.08 36.16 37.32 38.42 33.44
- Gs 2.682 2.633 2.605 2.611 2.643
- Berat vol. basah (γwet) KN/m3 16.410 16.860 17.830 17.370 16.450
- Berat vol. kering (γd) KN/m3 11.240 12.719 13.467 12.119 12.330
Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)
- Kohesi (c) KN/m2 21 26 20 19 18.3
- Sudut Geser Dalam (φ) ...º 19 10 16 26 30
Grain Size
- Lolos ayakan no. 200 % 90.35 89.56 100 100 -
- Butiran < 0.002 mm % 30.44 31.25 31.25 30.27 -
Atterberg Limit
- Batas Cair (LL) % 59.80 59.10 60.10 60.20 -
- Batas Plastis (PL) % 28.24 29.06 30.08 30.65 -
- Indeks Plastisitas (PI) % 31.56 30.04 30.02 29.55 -
- Indeks Kekentalan (Ic) 0.435 0.764 0.759 0.737
- Activity (Ac) 1.033 1.156 1.160 1.197
54
Uji Permeabilitas
- Permeabilitas (k) m/hr - - - - -
Kuat Tekan Bebas (Unconfied Compression Test)
- Kuat Tekan (qu) KN/m2 1308.89 1628.20 465.26 266.89 516.90
2
- Modulus Young (E) KN/m 13977.5 11212.5 7779.2 2905.2 19876.9
- Poisson Ratio (v) 0.3 0.3 0.3 0.3 0.208
Indeks Properti
- Kadar Air (w) % 39.05 35.29 38.12 34.31
- Gs 2.584 2.651 2.586 2.637
- Berat vol. basah (γwet) KN/m3 15.91 16.38 15.83 16.48
- Berat vol. kering (γd) KN/m3 11.44 12.11 11.46 12.27
55
Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)
- Kohesi (c) KN/m2 30.2 32.6 30.7 32.8
- Sudut Geser Dalam (φ) ...º 14.53 11.19 13.37 11.61
Grain Size
- Lolos ayakan no. 200 % 89.22 100 90.25 100
- Butiran < 0.002 mm % 31.25 26.35 26.15 24.85
Atterberg Limit
- Batas Cair (LL) % 54.68 49.28 51.26 48.6
- Batas Plastis (PL) % 22.55 22.78 20.37 22.9
- Indeks Plastisitas (PI) % 32.12 26.51 30.89 25.71
- Indeks Kekentalan (Ic) 0.487 0.528 0.425 0.556
- Activity (Ac) 1.028 1.006 1.181 1.035
Uji Permeabilitas
- Permeabilitas (k) m/hr 7.62E-05 1.45E-06 1.24E-05 3.19E-07
Kuat Tekan Bebas (Unconfied Compression Test)
- Kuat Tekan (qu) KN/m2 58.6 68.4 61.6 65.5
- Modulus Young (E) KN/m2 14650 25650 15400 24562.5
- Poisson Ratio (v) 0.3 0.3 0.3 0.3
Tabel 4.11 Nilai-nilai parameter tanah pada B-42 dan B-43
Titik Bor Titik Bor
Jenis Pengujian B - 42 B - 43
Parameter Satuan 1,0-1,5 m 5,5-6,0 m 1,0-1,5 m 5,5-6,0 m
Indeks Properti
- Kadar Air (w) % 37.06 31.25 37.70 36.40
- Gs 2.589 0.733 2.587 2.584
- Berat vol. basah (γwet) KN/m3 16.18 17.24 15.83 15.89
- Berat vol. kering (γd) KN/m3 11.81 13.13 11.49 11.65
Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)
- Kohesi (c) KN/m2 31.1 5.4 31.8 32.1
- Sudut Geser Dalam (φ) ...º 14.47 35.23 12.64 12.37
Grain Size
- Lolos ayakan no. 200 % 87.30 18.28 85.26 100
- Butiran < 0.002 mm 28.26 0 28.26 23.2
Atterberg Limit
- Batas Cair (LL) % 49.24 - 52.62 50.64
- Batas Plastis (PL) % 21.60 - 21.39 22.32
- Indeks Plastisitas (PI) % 27.64 - 31.24 28.32
- Indeks Kekentalan (Ic) 0.44 - 0.48 0.50
- Activity (Ac) 0.978 - 1.105 1.221
Uji Permeabilitas
- Permeabilitas (k) m/hr - - - -
Kuat Tekan Bebas (Unconfied Compression Test)
- Kuat Tekan (qu) KN/m2 60.9 - 61.5 65.4
2
- Modulus Young (E) KN/m 15225 - 15.375 24525
- Poisson Ratio (v) 0.3 0.3 0.3 0.3
Sumber : Laporan Penyelidikan Tanah PT Selimut Bumi Adhi Cipta
56
Rangkuman
Analisa Saringan
Menurut aturan sistem klasifikasi tanah Unified Soil Classification System
(USCS) bahwa tanah digolongkan berbutir halus apabila lebih dari 50% dari berat sample
lolos ayakan no. 200, dan sebaliknya jika lebih dari 50% tertahan saringan no. 200 maka
digolongkan tanah berbutir kasar. Hasil analisa saringan pada sampel tanah B-30, B-33,
B-40, B-41 dan B-43 menunjukkan bahwa lebih dari 50% tanah di setiap kedalaman lolos
ayakan no. 200. Sedangkan pada B-42 pada kedalaman 3,1 meter lebih menunjukkan
bahwa kurang dari 50% dari berat sampel lolos ayakan no 200. Maka sampel tanah B-30,
B-33, B-40, B-41, B-43 dan B-42 untuk kedalaman 0 – 3,1 meter dapat didefinisikan
sebagai tanah berbutir halus.
CH
CL
MH & OH
CL-ML
ML & OL
Gambar 4. 3 Ploting data plasticity index (PI) dan liquid limit (LL) untuk
pengklasifikasian tanah sistem USCS
57
Dari hasil ploting data plasticity index (PI) serta liquid limit (LL) pada bagan
plastisitas maka diperoleh garis besar klasifikasi sample tanah pada masing-masing titik
pemboran secara umum adalah termasuk pada kelompok jenis tanah CL dan CH, yaitu
lempung non-organik dengan plastisitas sedang sampai tinggi.
Indeks Kekentalan ( Ic )
Indeks kekentalan menyatakan perbandingan antara selisih batas cair dan kadar
air tanah asli terhadap indeks plastisitas. Dari nilai Ic didapat kan maka dapat diketahui
konsistensi tanah sebagai berikut:
Tabel 4.12 Nilai Konsistensi Tanah pada Titik Bor
Titik Bor Nilai Ic Konsistensi Tanah
B-30 0.435 – 0.764 Lunak
B-33 0.397 – 0.826 Lunak - Kaku
B-40 0.487 – 0.525 Sangat Lunak -Lunak
B-41 0.425 – 0.556 Sangat Lunak -Lunak
B-42 0.440 Sangat Lunak
B-43 0.480 – 0.500 Sangat Lunak
Activity (Ac)
Konsep tingkat keaktifan dikembangkan oleh Skempton (1953) yang
menunjukkan bahwa suatu jenis lempung tertentu, nilai PI bergantung pada partikel yang
PI
lebih halus dari 0,002 mm (c) dan angka adalah konstan. Berikut ini adalah tingkat
c
keaktifan lempung pada tiap – tiap titik pemboran.
Tabel 4.13 Keaktifan Tanah pada Titik Bor
Titik Bor Nilai Ac Keaktifan Tanah
B-30 1.033 – 1.197 Normal
B-33 1.014 – 1.200 Normal
B-40 1.006 - 1.028 Normal
B-41 1.035 – 1.181 Normal
B-42 0.978 Tidak Aktif
B-43 1.105 – 1.221 Normal
58
Harga N menunjukkan kekuatan tanah, dan menurut Bowles dalam Sifat-Sifat
Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), 1991, harga N dapat dikorelasikan
kembali untuk mendapatkan nilai-nilai parameter tanah seperti yang ditunjukkan dalam
Tabel 4. 14.
59
Tabel 4. 17 Nilai-nilai Kohesi (c) untuk deskripsi tanah
Jenis Tanah Kohesi Jenis Tanah Kohesi
Kerikil Bergradasi Baik * Pasir Berlempung 0,766 ± 0,155
Kerikil Bergradasi Jelek * Lumpur 0,673 ± 0,063
Kerikil Berpasir * Lumpur Berlempung 0,647 ± 0,167
Kerikil Berlempung * Lempung 0,386 ± 0,105
Pasir Bergragasi Baik 0,401 ± 1,042 Lempung Organik *
Pasir Bergragasi Jelek 0,232 ± 0,063 Lumpur Elastis 0,738 ± 0,301
Pasir Berlumpur 0,520 ± 0,063 Lempung Jenuh 1,048 ± 0,345
Pasir Berlempung, Lumpur 0,513 ± 0,218 Tanah Organik *
Parameter tanah untuk tiap lapisan tanah sudah diketahui melalui pemeriksaan di
laboratorium terhadap sampel boring tanah. Pengujian ini mendapatkan parameter tanah
sampai kedalaman –20,00 meter saja. Maka parameter tiap lapisan tanah yang digunakan
untuk input program Plaxis V 8 adalah sebagai berikut :
Lapisan 2 (Lempung)
• Berat volume kering (γd) : 12,224 KN/m3
• Berat volume basah (γwet) : 17,095 KN/m3
• Permeabilitas (k) : 2,52 E-04 m/hari
• Modulus Young (E) : 11212,5 KN/m2
• Kohesi (c) : 19,5 KN/m2
• Sudut geser dalam (φ) : 18,5 ˚
• Angka Poisson (υ) : 0,30
60
Lapisan 3 (Batu Lempung)
• Berat volume kering (γd) : 12,270 KN/m3
• Berat volume basah (γwet) : 16,435 KN/m3
• Permeabilitas (k) : 3,6 E-5 m/hari
• Modulus Young (E) : 22140,0 KN/m2
• Kohesi (c) : 18,25 KN/m2
• Sudut geser dalam (φ) : 30 ˚
• Angka Poisson (υ) : 0,157
Lapisan 2
3,00 m 4,00 m
Lempung
Lapisan 3
14,00 m 10,00 m
Batu Lempung
61
Gambar 4.4 Peta Lokasi Penyelidikan Tanah
62
Gambar 4.6 Potongan Melintang GL-3 dan GL-4
63
Gambar 4.7 Potongan Melintang B-40 dan B-33
64
Gambar 4.9 Potongan Memanjang B-30 dan B-33
65
Gambar 4.10 Potongan Memanjang B-42 dan B-43
66
B. Stratigrafi
Lapisan tanah di daerah Gombel, Semarang Utara termasuk jenis batuan sedimen,
pada Gambar 4.12 dari sumber Peta Geologi Tata Lingkungan Indonesia, Jawa pada
lembar Magelang Semarang yang disusun oleh M. Wahid Tahun 1993 dengan skala 1 :
100.000. Peta diperoleh dari Direktorat Geologi Tata Lingkungan.
C. Struktur Geologi
Lokasi penelitian yang terletak di daerah perbukitan yang terletak di daerah
Semarang Utara Propinsi Jawa Tengah. Daerah Gombel menurut Peta Zona Kerentanan
Gerakan Tanah Lembar Magelang-Semarang Tahun 1991 seperti pada Gambar 4.13
termasuk dalam Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi. Daerah yang mempunyai
tingkat kerentanan tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan
tanah terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, tebing jalan atau jika
lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali akibat curah hujan
yang tinggi. Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 - 15%) sampai sangat terjal
(50 - 70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah sebagai
material pembentuk lereng. Umumnya lereng mempunyai vegetasi penutup kurang.
Lereng pada umumnya dibentuk oleh batuan napal (Tmk), perselingan batu lempung dan
napal (Tmkl), batu pasir tufaan (QTd), breksi volkanik (Qpkg), lava (Qhg) dan lahar
(Qpk).
67
Gambar 4.13 Peta Kerentanan Gerakan Tanah Lembar Semarang – Magelang
68
meter yaitu pada lapisan Lempung mengikuti kontur tanah. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar potongan melintang berikut ini.
Gambar 4.14 Letak Muka Air Tanah untuk input Program Plaxis V.8
Untuk kondisi tanah pada musim penghujan dimana kondisi tanah pada keadaan jenuh,
maka nilai kohesi (c) dan sudut geser (φ) sebagai variabel kekuatan geser tanah dapat berkurang
atau semakin kecil akibat terendam air serta berat jenis tanah akan meningkat. Untuk itu perlu
dilakukan penanganan untuk menstabilkan lereng pada badan jalan tersebut yang rawan longsor
terutama pada saat musim penghujan.
69
Gambar 4.15 Permodelan Lereng
70
1 − sin φ 1 − sin 18,25
Ka2 = = = 0,518
1 + sin φ 1 + sin 18,25
PL = q . Ka . H . 1
= 10,203 × 0,523 × 10 × 1
= 53,362 KN
Sehingga rumus umum kestabilan lereng pada kondisi tanah kering adalah :
∑ Μr (tan φ .∑ Ni + c.Li)Ri tan φ.∑ Ni + c.Li
Fk = = =
∑ Μd ∑ Ti.Ri + PL.r ∑ Ti + PL ( r/Ri )
Dari data-data yang diperoleh sebelumnya pada Tabel 4.19, maka dapat dihitung nilai
angka keamanan lereng masing-masing busur longsor sebagai berikut :
(0,330 × 1637,937) + (0,335 × 387,359) + (19,5 × 33,06)
Fk0 = = 1,820
560,381 + 130,076 + 53,362 × (9,81 / 17,67)
(0,330 × 1500.681) + (0,384 × 128,219) + (19,5 × 30,25)
Fk1 = = 1,508
532,032 + 180,637 + 53.362 × (10,97 / 17,86)
(0,330 × 1295,788) + (0,330 × 2,286) + (19,5 × 27,86)
Fk2 = = 1,775
509,388 + 0,401 + 53,362 × (12,12 / 18,26)
(0,330 × 997,568) + (19,5 × 25,84)
Fk3 = = 1,781
426,545 + 53,362 × (13,27 / 18,87)
(0,330 × 777,722) + (19,25 × 24,15)
Fk4 = = 1,746
373,894 + 53,362 × (14,42 / 19,66)
71
Tabel 4.19 Komponen Gaya Normal (N) Dan Tangensial (T) Irisan Busur Percobaan Untuk Kondisi Kering
Pusat Kurva Oo O1 O2
R θ Lc r R θ Lc r R θ Lc r
Gaya Irisan 17.67 107 33.06 9.81 17.86 97 30.25 10.97 18.26 87 27.86 12.12
A α w N T A α w N T A α w N T
1 10.85 -25 134.204 121.630 -56.717 9.55 -19 118.124 111.688 -38.457 8.44 -11 104.394 102.476 -19.919
2 20.92 -10 258.759 254.828 -44.933 20.67 -5 255.667 254.694 -22.283 19.97 1 247.009 246.971 4.311
3 27.61 3 341.508 341.040 17.873 27.61 8 341.508 338.185 47.529 27.6 13 341.384 332.635 76.795
4 33.65 19 416.217 393.541 135.507 33.33 23 412.259 379.486 161.082 31.45 27 389.005 346.606 176.605
5 31.61 35 390.984 320.275 224.259 31.64 37 391.355 312.550 235.523 25 43 309.225 226.153 210.891
6 28.42 54 351.527 206.622 284.391 14.67 55 181.453 104.077 148.638 5.92 56 73.224 40.947 60.706
7 0.17 -18 2.078 1.976 -0.642 1.74 -2 21.270 21.257 -0.742 0.04 6 0.489 0.486 0.051
8 1.86 -10 22.737 22.391 -3.948 4.22 8 51.585 51.083 7.179 0.15 11 1.834 1.800 0.350
9 8.7 3 106.349 106.203 5.566 3.54 21 43.273 40.399 15.508
10 9.99 16 122.118 117.387 33.660 1.51 33 18.458 15.480 10.053
11 9.53 30 116.495 100.887 58.247
12 4.38 44 53.541 38.514 37.193
JUMLAH 1637.937 560.381 1500.6809 532.03201 1295.788 509.388
387.359 130.076 128.219 180.635 2.286 0.401
Pusat Kurva O3 O4
R θ Lc r R θ Lc r
Gaya Irisan 18.87 78 25.84 13.27 19.66 70 24.15 14.42
A α w N T A α w N T
1 7.44 -5 92.025 91.675 -8.021 6.53 1 80.770 80.757 1.410
2 17.36 6 214.726 213.550 22.445 15.09 11 186.648 183.219 35.614
3 23.72 18 293.393 279.033 90.663 20.1 23 248.617 228.853 97.142
4 25.94 32 320.852 272.098 170.026 20.75 36 256.657 207.640 150.859
5 16.74 47 207.057 141.213 151.432 9.52 49 117.753 77.253 88.869
JUMLAH 997.568 426.545 777.722 373.894
72
B. Kondisi Tanah Jenuh Pada Musim Hujan
Untuk kondisi tanah pada musim penghujan dimana kondisi tanah dalam keadaan
basah, maka nilai kohesi (c) dan sudut geser (φ) sebagai variabel kekuatan geser tanah
berkurang atau semakin kecil akibat terendam air serta berat jenis tanah meningkat.
Untuk kondisi basah tanah lempung kepasiran memiliki nilai kohesi (c) yang sebesar 10
KN/m2 dengan sudut geser (φ) 8° dan γ basah sebesar 17,005 KN/m3. Sedangkan pada
tanah lempung memiliki nilai kohesi (c) yang sebesar 10 KN/m2 dengan sudut geser (φ)
11° dan γdry sebesar 17,095 KN/m3. Beban lalu lintas yang bekerja di kepala lereng
sebagai beban merata sebesar 10,203 KN/m2 merupakan komponen tenaga pendorong
terhadap kestabilan lereng di samping berat sendiri tanah, dimana:
1 − sin φ 1 − sin 8
Ka1 = = = 0,756
1 + sin φ 1 + sin 8
1 − sin φ 1 − sin 11
Ka2 = = = 0,680
1 + sin φ 1 + sin 11
PL = q . Ka . H . 1
= 10,203 × 0,756 × 10 × 1
= 77,135 KN
Dari data-data yang diperoleh sebelumnya pada Tabel 4.20, maka dapat dihitung nilai
angka keamanan lereng masing-masing busur longsor sebagai berikut:
73
Tabel 4.20 Komponen Gaya Normal (N) Dan Tangensial (T) Irisan Busur Percobaan Untuk Kondisi Jenuh
Pusat Kurva Oo O1 O2
R θ Lc r R θ Lc r R θ Lc r
Gaya Irisan 17.67 107 33.06 9.81 17.86 97 30.25 10.97 18.26 87 27.86 12.12
A α w N T A α w N T A α w N T
1 10.85 -25 184.504 167.218 -77.975 9.55 -19 162.398 153.550 -52.872 8.44 -11 143.522 140.885 -27.385
2 20.92 -10 355.745 350.340 -61.774 20.67 -5 351.493 350.156 -30.635 19.97 1 339.590 339.538 5.927
3 27.61 3 469.508 468.865 24.572 27.61 8 469.508 464.939 65.343 27.6 13 469.338 457.309 105.578
4 33.65 19 572.218 541.043 186.296 33.33 23 566.777 521.721 221.457 31.45 27 534.807 476.517 242.797
5 31.61 35 537.528 440.317 308.313 31.64 37 538.038 429.696 323.799 25 43 425.125 310.917 289.935
6 28.42 54 483.282 284.066 390.983 14.67 55 249.463 143.086 204.348 5.92 56 100.670 56.294 83.459
7 0.17 -18 2.906 2.764 -0.898 1.74 -2 29.745 29.727 -1.038 0.04 6 0.684 0.680 0.071
8 1.86 -10 31.797 31.314 -5.521 4.22 8 72.141 71.439 10.040 0.15 11 2.564 2.517 0.489
9 8.7 3 148.727 148.523 7.784 3.54 21 60.516 56.497 21.687
10 9.99 16 170.779 164.163 47.073 1.51 33 25.813 21.649 14.059
11 9.53 30 162.915 141.089 81.458
12 4.38 44 74.876 53.861 52.013
JUMLAH 2251.849 770.416 2063.148 731.442 1781.460 700.310
541.714 181.908 179.312 249.097 3.197 0.561
Pusat Kurva O3 O4
R θ Lc r R θ Lc r
Gaya Irisan 18.87 78 25.84 13.27 19.66 70 24.15 14.42
A α w N T A α w N T
1 7.44 -5 126.517 126.036 -11.027 6.53 1 111.043 111.026 1.938
2 17.36 6 295.207 293.590 30.858 15.09 11 256.605 251.891 48.963
3 23.72 18 403.359 383.617 124.645 20.1 23 341.801 314.629 133.552
4 25.94 32 441.110 374.082 233.753 20.75 36 352.854 285.465 207.402
5 16.74 47 284.664 194.140 208.190 9.52 49 161.888 106.208 122.178
JUMLAH 1371.465 586.418 1069.218 514.033
74
Analisa kestabilan lereng badan Jalan Gombel Lama dilakukan terhadap dua
kondisi lapisan tanah suatu lereng, dimana kondisi tanah diperlakukan dalam keadaan
kering dan basah yang dianggap mendekati keadaan lereng sebenarnya pada musim
kemarau dan musim penghujan.
Dari hasil perhitungan dengan metode Fellinius dapat diketahui nilai Safety
Factor terkecil dan letak bidang longsor yang dapat terjadi seperti pada Gambar 4.17.
Nilai SF akibat gravity loading pada kondisi tanah kering adalah 1,508. Angka ini lebih
besar dibandingkan dengan SF minimal untuk keruntuhan yaitu sebesar 1,5 sehingga
dapat disimpulkan bahwa lereng tetap aman apabila beban akibat berat sendiri bekerja
maksimal baik pada kondisi tanah basah, sedangkan SF akibat gravity loading pada
kondisi tanah jenuh adalah 0,610. Angka ini lebih kecil dibandingkan dengan SF minimal
untuk keruntuhan yaitu sebesar 1,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lereng akan
mengalami failure apabila beban akibat berat sendiri bekerja maksimal baik pada kondisi
tanah kering
75
4.5.2 EVALUASI DINDING PENAHAN TANAH
Dalam mengevaluasi struktur dinding penahan tanah, struktur perkerasan jalan
dimodelkan sebagai beban merata. Pada evaluasi struktur dinding penahan tanah akan
diperhitungkan pengaruh tekanan tanah terhadap DPT.
Gambar 4.18 Konstruksi dinding penahan tanah dan diagram tekanan tanah
Parameter lapisan tanah
Lapisan Lempung kepasiran γ1 = 1700 kg/m3 ; c1 = 1950 kg/m2; φ1 = 18,25 o
Perhitungan koefisien tekanan tanah
Menurut Rankine,1857 besarnya koefisien tekanan tanah aktif (Ka) dan koefisien tekanan
tanah pasif (Kp) adalah :
ϕ1 18,25
Ka1 = tan2 (45 – ) = tan2 (45 – ) = 0,523
2 2
ϕ2 18,25
Kp1 = tan2 (45 + ) = tan2 (45 + ) = 1,911
2 2
Perhitungan Tekanan Tanah
• Tekanan Tanah Aktif
σa1 = γ1 x h1 x Ka1 - 2c1√Ka1 = 1700 x 4 x 0,523 – 2 x 1950 x √0,523
= 735,969 kg/m2
• Tekanan Tanah Pasif
σp1 = γ1 x h4 x Kp1 + 2c1√Kp1
= 1700 x 0,5 x 1,911 + 2 x 195025 x √1,911 = 7015,668 kg/m2
Perhitungan gaya akibat tekanan tanah
• Gaya akibat tekanan tanah aktif
1 1
Pa1 = x σa1 x h1 = x 735,969 x 4 = 1471,938 kg/m
2 2
76
• Gaya akibat tekanan tanah pasif
1 1
Pp1 = x σp1 x h2 = x 7015,668 x 0,5 = 1753,917 kg/m
2 2
Gaya Akibat Tekanan Karena Adanya Beban Lajur
Menurut Jarquio ,1981 besarnya beban lajur (Ph) adalah
q
Ph = [ H ( θ 2 – θ1 )]
90
dimana : Ph = besarnya beban lajur (kg/m)
q = beban merata (kg/m2)
b' 1,6
θ1 = tan-1 ( ) = tan-1 ( ) = 21,801
H 4
⎛ a'+b' ⎞ -1 ⎛ 7 + 1,6 ⎞
θ2 = tan-1 ⎜ ⎟ = tan ⎜ ⎟ = 65,056
⎝ H ⎠ ⎝ 4 ⎠
1020,3
Ph = [ 4 (65,056 – 21,801)] = 1961,470 kg/m
90
Letak titik berat beban lajur (z)
R = (a’ + b’)2 (90 - θ 2 ) = (7 + 1,6)2 (90 – 65,056) = 1844,858
ϕ = b’ 2 (90 - θ1 ) = 1,62 (90 – 21,801) = 174,589
H 2 (θ 2 − θ1 ) + ( R − ϕ ) − 57,3 × a '×H
z =H −
2 H (θ 2 − θ1 )
77
Perhitungan momen akibat tekanan tanah (ΣMp) terhadap titik A
78
Perhitungan beban yang mampu ditahan
c × N C + γ × D × N q + 0,5 × γ × B × N γ
q ult = > q max
SF
dimana : D = kedalaman pondasi (m)
B = lebar pondasi ; diambil ukuran yang paling kecil (m)
SF (safety factor) = 2 – 3 ; diambil SF = 2
Nc ; Nq: Nγ = faktor daya dukung Terzaghi tergantung pada sudut
geser dalam ( ϕ )
Untuk ϕ = 18,25 o
Berdasarkan Tabel 4.24 faktor daya dukung Terzaghi dengan interpolasi didapat
Nc = 16,02 ; Nq = 6,35 ; N γ = 4,125 .
1950 × 16,02 + 1700 × 0,5 × 6,35 + 0,5 × 1700 × 0,6 × 4,125
q ult = > q max
2
= 38740,25 kg/m2 < q max = 317079,33 kg/m2 (tidak aman)
Struktur dinding penahan tanah tidak memenuhi persyaratan kontrol terhadap
geser maupun daya dukung pondasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dinding penahan
tanah tidak mampu menahan tekanan tanah yang terjadi pada lokasi studi.
79
4.5.3 SIMULASI KELONGSORAN DENGAN PROGRAM PLAXIS V.8
Dengan diperolehnya penampang melintang lapisan tanah dari SPT dan
penyelidikan laboratorium, maka dapat diketahui parameter tanah masing-masing lapisan
tersebut untuk keperluan simulasi kelongsoran dengan program Plaxis V 8.
Plaxis V.8 adalah program analisa geoteknik, terutama untuk analisa stabilitas
tanah dengan menggunakan metode elemen hingga yang mampu melakukan analisa yang
dapat mendekati perilaku sebenarnya. Geometri tanah yang akan dianalisa
memungkinkan untuk diinput dengan cukup teliti. Selain itu Plaxis V.8 menyediakan
berbagai analisa tentang displacement, tegangan-tegangan yang terjadi pada tanah, faktor
keamanan lereng dan lain-lain. Untuk melakukan analisis dari penampang melintang
lereng daerah Gombel, digunakan metode elemen hingga dengan kondisi plane strain
(regangan bidang). Model plane strain digunakan dengan asumsi bahwa sepanjang
sumbu potongan melintang lereng relatif sama dan peralihan dalam arah tegak lurus
potongan tersebut dianggap tidak terjadi.
Program komputer ini menggunakan elemen segitiga dengan pilihan 6 nodes
(titik) atau 15 titik. Pada analisis ini digunakan elemen segitiga dengan 6 titik. Dengan
menggunakan elemen 6 titik, agar dapat dilakukan interpolasi dari peralihan noda dengan
mengugunakan turunan berderajat dua. Selain itu komputer menggunakan memori yang
lebih kecil daripada 15 noda akan tetapi hasilnya analisis sudah cukup akurat dan dapat
diandalkan.
80
Nilai nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam ( φ ) didapat dari hasil pengujian tanah
direct shear ( geser langsung ), dikarenakan elemen tanah telah mengalami deformasi
jauh melewati tegangan puncak sehingga tegangan yang tersisa adalah tegangan sisa
(residual strength). Dalam hal ini kuat geser yang representatif adalah kuat geser
residual. Sedangkan modulus Young ( Eref ) didapat dari pengujian Unconfined
Compression Test. Nilai Poisson’s ratio untuk tanah lempung adalah berkisar antara 0,3 -
0,35. Dengan menggunakan model Mohr-Coloumb nilai Poisson’s ratio diambil nilai
0,30. Sedang nilai sudut dilatansi ( ψ ) = 0o, untuk nilai sudut geser kurang dari 30o. Pada
Tabel 4.25 diberikan penjelasan mengenai parameter parameter tanah yang digunakan
pada analisa stabilitas lereng.
81
4.5.5 TAHAP-TAHAP PERHITUNGAN PLAXIS
Langkah-langkah simulasi kelongsoran pada program Plaxis V 8 dijelaskan
sebagai berikut :
PLAXIS INPUT V 8
Membuat file baru dengan cara klik File - New, kemudian isilah menu General
Setting Project dan Dimensions seperti pada gambar 4.19 dan 4.20
.
Gambar 4.19 General Setting – Project
82
sama dengan nol dan terjadi kondisi bebas bergerak. Kondisi batas yang digunakan
adalah standard fixities (kekakuan standar) yang memodelkan lapisan bawah tanah
terjepit sempurna atau tidak bergerak sama sekali, sedangkan untuk bagian samping kiri-
kanan memungkinkan untuk bergerak secara vertikal (Ux=0; Uy= bebas). Kekakuan
standar diberikan dengan toolbar sehingga terbentuk suatu model seperti gambar di
bawah.
83
Untuk beban lalu lintas dimodelkan sebagai beban merata dalam Plaxis V.8
dengan mengklik toolbar Material Sets . Kemudian drag data set tiap lapisan dari
jendela Material Sets ke area lapisan tanah yang diikuti oleh perubahan warna pada
model geometri.
84
Proses berikutnya adalah melakukan meshing generation untuk membagi material
tanah ke dalam elemen-elemen diskret yang berhingga, dengan menggunakan toolbar
Geometri initial stress, dengan menekan toolbar untuk menuju model Geometry
klik .
85
Gambar 4.25 Tampilan Setelah Menetapkan Kondisi Awal
Tahapan perhitungan selanjutnya adalah mengidentifikasikan, mendefinisikan,
dan mengeksekusi tahapan fase-fase perhitungan untuk memperoleh output program yang
86
Pada perhitungan faktor keamanan (SF) digunakan metode Phi-c reduction. Phi-c
reduction adalah option yang tersedia dalam Plaxis untuk menghitung faktor keamanan
(SF). Option ini hanya tersedia untuk tipe perhitungan secara Plastic menggunakan
Manual control atau dengan prosedur Load advencement number of steps. Dalam Phi-c
reduction dilakukan pendekatan parameter-parameter kekuatan tanah tan φ dan c dengan
mengurangi nilainya sampai tercapainya keadaan dimana kegagalan struktur terjadi.
Jumlah pengali ΣMsf digunakan untuk mendefinisikan harga dari parameter-parameter
kekuatan tanah.
tan ϕ input cinput
ΣMsf = =
tan ϕ reduced creduced
Parameter-parameter kekuatan tanah secara otomatis dikurangi sampai tercapainya
kegagalan struktur.
σ available
SF = = harga ΣMsf saat kegagalan
σ failure
Langkah-langkah perhitungan pada Plaxis Calculations adalah sebagai berikut :
1. Tahap Gravity Loading
Pada window General pilih Plastic pada combo box (kotak kombo) pertama dari
Calculation type dan Load adv. ultimate level pada kotak kombo kedua. Ada kotak
Number/ID beri nama fase 1 dengan Gravity Loading. Calculation type : plastic/ load
adv. ultimate level. Start from phase : 0 - Initial Phase.
Tahap awal dari analisis digunakan untuk menghitung tegangan-tegangan awal
akibat berat sendiri massa tanah dan tegangan horizontal. Untuk mencari tegangan dan
regangan awalnya digunakan cara gravity loading. Metode ini digunakan untuk
menghitung tegangan awal dengan cara memasukkan beban tanah pada tahap
perhitungan, oleh karena itu bawaan dari program yang memakai persamaan Jacky (Ko =
1 – sin φ ) tidak diperlukan dalam mencari regangan dan tegangan awal dari model
elemen hingga.
87
Gambar 4.26 Window General Pada Fase Gravity Loading
Tekan tahap <Parameter>, pada tahapan ini terdapat parameter-parameter untuk
mengontrol perhitungan. Pada kotak kombo Additional step = 100 dan klik delete
intermediate step. Pada kotak Loading input pilih Staged construction, kemudian tekan
tombol Define. Akan tampil geometry input, pilih geometry input yang akan
dinonaktifkan dengan cara diklik pada bagian yang dimaksud.
88
option staged construction dipilih user, kemudian tekan <Next> untuk memasuki fase
perhitungan kedua.
89
Gambar 4.30 Window General Pada Fase SF Gravity Loading
Pada window Parameters, terdapat parameter-parameter untuk mengontrol
perhitungan. Pada kotak kombo Additional steps = 100 untuk memberikan gambaran
detail pada output. Dan klik reset displacements to zero, kemudian pilih Incremental
multipliers pada Loading input, lalu tekan <Define>.
90
Gambar 4.32 Window Multiplier Pada Fase SF Gravity Loading
91
intermediate step. Pada kotak Loading input pilih Stage construction, kemudian tekan
tombol Define.
Tahapan multiplier akan terpilih setelah menekan tombol Define. Pada window
Multipliers secara otomatis akan ditutup oleh program sehingga yang aktif hanya Σ-
Mweight dengan nilai 1. Jadi secara default program akan mengaktifkan gravity loading jika
option staged construction dipilih user, kemudian tekan <Next>.
92
Gambar 4.36 Window Input Gambar Pada Fase Vertical Loading
93
Pada tahap <Parameter>, pada tahapan ini terdapat parameter-parameter untuk
mengontrol perhitungan. Pada kotak kombo Additional step =100 dan klik reset
displacements to zero, kemudian pilih Incremental multipliers pada Loading input, lalu
tekan <Define>.
94
5. Tahap DPT
Pada kotak Number/ID beri nama phase 5 dengan DPT. Calculation type :
plastic/load adv. ultimate level. Start from phase : 3 – Vertical Loading.
95
Pada window Multipliers secara otomatis akan ditutup oleh program sehingga
yang aktif hanya Σ-Mweight dengan nilai 1. Jadi secara default program akan mengaktifkan
gravity loading jika option staged construction dipilih user, kemudian tekan <Next>
untuk memasuki fase perhitungan selanjutnya
96
6. Tahap Safety Factor akibat DPT
Pada Phase box Number/ID beri nama untuk fase perhitungan keenam sebagai SF
DPT untuk mencari angka keamanan tubuh lereng akibat DPT dengan Phi-c reduction.
Fase keenam ini dimulai dari fase kelima (DPT), untuk mendefinisikannya klik start from
phase : 5-DPT.
97
Pada tahapan multipliers biarkan semua nilai bawaan yang ada. Nilai MSF pada
Incremental loading = 0.1
98
Gambar 4.48 Proses Kalkulasi
PLAXIS OUTPUT V 8
99
1. Tahap Gravity Loading
Pada tahap ini menunjukkan hasil bahwa dengan berat sendiri tanah, pada bagian
badan jalan mengalami pergerakan sebesar 7,100 cm.
Gambar 4.50 Arah gerakan tanah dan penurunan akibat Gravity Loading
100
2. Tahap Vertical Loading
Pada tahap ini, tanah menerima beban struktur perkerasan jalan yang dimodelkan
sebagai beban merata (tractions). Tanah mengalami deformasi yaitu sebesar 7,177 cm.
Gambar 4.52 Arah gerakan tanah dan penurunan akibat Vertical Loading
101
3. Tahap DPT
Pada tahap ini, dengan konstuksi dengan dinding penahan tanah lereng tetap
mengalami deformasi sebesar 7,351 cm.
Gambar 4.54 Arah gerakan tanah dan penurunan Setelah pemasangan DPT
102
PLAXIS CURVES V 8
Gambar 4.55 Angka keamanan akibat gravity loading dan vertical loading
1. Tahap Gravity Loading
Dari Gambar 4.55 dapat diketahui bahwa SF akibat gravity loading adalah 1,537.
Angka ini lebih kecil dibandingkan dengan SF minimal untuk keruntuhan yaitu
sebesar 1,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lereng akan mengalami failure jika
beban akibat berat sendiri bekerja maksimal.
2. Tahap Vertical Loading
Dari Gambar 4.55 dapat diketahui bahwa SF akibat vertical loading adalah 1,475.
Angka ini lebih kecil dibandingkan dengan SF minimal untuk keruntuhan yaitu
sebesar 1,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lereng akan mengalami failure jika
gravity loading dan vertical loading bekerja maksimal.
3. Tahap DPT
Dari Gambar 4.55 dapat diketahui bahwa SF akibat vertical loading adalah 1,423.
Angka ini lebih kecil dibandingkan dengan SF minimal untuk keruntuhan yaitu
sebesar 1,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lereng akan mengalami failure jika
gravity loading dan vertical loading bekerja maksimal.
103
4. Bidang Longsor
Untuk mengetahui bidang longsor yang terjadi pada lokasi studi, dapat dilihat pada
output SF Vertical Loading dengan memilih toolbar Total Incremental
Displacement seperti pada Gambar 4.56. Penanganan yang dilakukan harus sampai
memotong bagian di bawah bidang Longsor.
104