KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala anugrah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tepat pada
waktunya. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh kakak asisten
dosen LDB Fisika II selaku pembimbing. Dan juga kepada teman – teman yang sudah
mendukung penulis sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.
Makalah ini disusun berdasarkan tugas yang telah diberikan oleh asisten praktek
fisika dasar selaku pembimbing. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang
harus penulis selesaikan sebagai syarat recovery mata kuliah praktek fisika dasar II.
Penulis berusaha menyajikan makalah ini semudah mungkin agar makalah ini
mudah dimengerti. Pemahaman inilah yang penulis harapkan, agar memudahkan rekan-
rekan untuk mengetahui Jembatan Wheatstone
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan 3
1.3 Manfaat 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori Jemabatan Wheatstone 4
2.2 Hukum Kirchoff I 9
2.3 Hukum Kirchoff II 9
2.4 Pengukuran Resistansi Sedang 10
2.5 Pengukuran Resistansi Kecil 10
2.6 Prinsip Kerja Jembatan Wheatstone 12
2.7 Aplikasi Jembatan Wheatstone 12
2.8 Kelebihan Jembatan Wheatstone 13
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan 13
3.2 Prosedur Percobaan 13
BAB 4 DATA DAN HASIL PENGAMATAN
4.1 Data Percobaan 14
4.2 Pengolahan Data 15
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Analisa 17
5.2 Evaluasi 18
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 19
6.2 Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang ditemukan oleh Samuel Hunter Christie
pada 1833 dan meningkat dan dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone pada tahun
1843. Dalam umumnya Jembatan Wheatstone dipergunakan untuk memperoleh
ketelitian dalam melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya
relative kecil sekali umpamanya saja suatu kebocoran dari kabel tanah/ kortsluiting dan
sebagainya. Rangkaian ini dibentuk oleh empat buah tahanan (R) yag merupakan
segiempat A-B-C-D dalam hal mana rangkaian ini dihubungkan dengan sumber
tegangan dan sebuah galvanometer nol (0). Kalau tahanan-tahanan itu diatur sedemikian
rupa sehingga galvanometer itu tidak akan mengadakan suatu hubungan antara keempat
tahanan tersebut.
1.2 Tujuan
1. Memahami prinsip-prinsip jembatan Wheatstone
2. Mengukur suatu hambatan dengan menggunakan metode jembatan Wheatstone
1.3 Manfaat
1. Dapat mengaplikasikan jembatan Wheatstone dalam bekerja.
2. Bisa memamhami materi yang dibesrikan oleh Dosen
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mengukur resistansi sebuah komponen, kita perlu melewatkan arus dan
mengukur tegangan jatuhnya. Resistansi diperoleh dengan membagi kedua bilangan
yanng didapat. Untuk mengukur nilai resistansi yang kecil, cara demikian tidak efektif
mengingat tegangan jatuh yang didapat juga akan bernilai kecil. Pada kasus yang
demikian itu dapat digunakan metode jembatan Thomson. Sementara itu, untuk
melakukan pengukuran resistansi sedang, kita dapat menggunakan metode jembatan
Wheatstone.
Salah satu aplikasi dari pengukuran resistansi sedang adalah untuk mendeteksi
gangguan hubung-singkat kawat fasa ke tanah dan gangguan antar kawat fasa.
Buktikan bahwa pengukuran yang dilakukan seperti pada gambar 1 seperti pada
persamaan (1.1).
𝑉
𝑅 = ( 𝐼 𝐴𝐶 ) − 𝑅𝐴 (1.1)
𝐴𝐶
5
R
V
C
A
a b
IR IR
Gambar 1 : pengukuran hambatan cara pertama
V
R
A
a b
𝐼𝑅 𝐼𝐴
capai saat galvanometer G tak teraliri arus, artinya tak ada beda potensial antara titik C
dan D. Dengan demikian akan berlaku persamaan :
𝑅
𝑅𝑥 = 𝑅𝑎 𝑅𝑠 (1.3)
𝑏
𝑅𝑎 𝑅𝑥
A C
G
𝑅𝑏 𝑅𝑠
D
+ − S
Pada kawat pengantar AB diberikan kontak geser yang berasal dari ujung galvanometer,
gunanya untuk mengatur agar tercapai pengukuran panjang 𝐿1 dan 𝐿2 yang akan
menghasilkan arus di galvanometer sama dengan nol. Oleh karena itu pada kawat AB
perlu dilengkapi skala ukur panjang. Dengan menggunakan persamaan (1.3) dengan
persamaan (1.4) diperoleh hasil berikut :
𝐿
𝑅𝑥 = 𝐿1 𝑅𝑎 (1.4)
2
∑ 𝐼𝑛 = 0 (1.5)
Disini 𝐼𝑛 adalah arus yang menuju atau meninggalkan titik percabangan. Hal itu berarti
jumlah arus yang masuk sama dengan jumlah arus yang keluar.
Hukum Kirchoff kedua menyatkan bahwa dalam suatu rangkaian tertutup
jumlah potensial sama dengan nol atau dapat ditulis dalam bentuk :
∑ 𝑉𝑛 = 0 (1.6)
Apabila terdapat titik-titik a,b,c,d, . . . . maka 𝑉𝑎𝑎 = 𝑉𝑎𝑏 + 𝑉𝑏𝑐 + 𝑉𝑐𝑑 + ⋯ + 𝑉..𝑎 .
Hukum Kirchoof II ini berlaku pada jaringan pengantar linier dan pada setiap kondisi
material tidak reaktif. Ungkapan lain dari Hukum Kirchoff yang melibatkan arus dan
tegangan serta konvesi tanda yang benar dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
∑(𝐼𝑛 𝑅𝑛 𝑉𝑛 ) = 0 (1.7)
𝑅𝑎 𝑅𝑥
G
A B
𝐿1 𝐿2
+ −
𝑅 𝐿
𝑅𝑥 = 𝑅 𝑅1 = 𝑅 𝐿1 (1.8)
2 2
8
Untuk suatu konduktor homogen dengan panjang L dan luas penampang A, besar
hambatannya adalah :
𝐿
𝑅=𝜌 (1.9)
𝐴
Dari hukum Ohm, hambatan total untuk rangkaian terhubung seri dapat ditulis
sebagai :
𝑅𝑡𝑜𝑡 = ∑ 𝑅𝑛 (1.10)
1 1
=∑ (1.11)
𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑅𝑛
Sirkuit listrik yang terdiri dari empat tahahan, sumber tegangan yang
dihubungkan melalui dua titik diagonal, dan pada kedua titik diagonal yang lain
Galvanometer ditempatkan (seperti pada gambar 3) disebut rangkaian jembatan
Wheatstone. Misalkan 𝐾1 tetap tertutup dan 𝐾2 terbuka, tegangan melalui terminal A-B
pada saat itu adalah 𝑉𝑎𝑏 , tegangan melalui C-B dan tegangan melalui D-B masing-
masing dapat ditentukan.
Dengan mengatur S, dimungkinkan untuk membuat 𝑉𝑐𝑏 = 𝑉𝑑𝑏 , bila hal itu
dipenuhi, tidak ada arus yang mengalir melalui galvanometer, meskipun 𝐾2 ditutup,
maka dikatakan bahwa jembatan Wheatstone dalaam keadaan setimbang. Jadi harga
tahanan yang diketahui bisa didapatkan dengan menyeimbangakan jembatan bila rasio
tahanan-tahanan 𝑞 ⁄𝑝 dengan harga S diketahui. Hubungan yang dinyatakan oleh pers. 3
disebut syarat keseimbangan untuk jembatan.
3. Galvanometer hanya diperlukan untuk melihat bahwa tidak ada arus yang
mengalir melalui sirkuitnya, jadi tidak perlu membaca harga arus pada skala.
Bila digambarkan dalam bentuk rangkaian bercabang maka akan diperoleh sebagai
berikut :
𝐼1
𝑰𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3
𝐼
𝐼2
𝐼3
Hukum Kirchoff secara keseluruhan ada dua, setelah yang diatas dijelaskan
tentang hukum kirchoof I. Hukum Kirchoff II dipakai untuk menentukan kuat arus yang
mengalir pada rangkaian bercabang dalam keadaan tertutup (saklar dalam keadaan
tertutup). Perhatikan gambar berikut !
𝐸1 𝐸2
I 𝑅2 II
𝑅1 𝐼2
𝐼3
𝐼1 𝑅3
10
Hukum Kirchoff II berbunyi “Dalam rangkaian tertutup, jumlah aljabar GGL (E)
dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol”. Maksud dari jumlah penurunan
potensial sama dengan nol adalah tidak ada energi listrik yang hilang dalam rangkaian
tersebut atau dalam arti semua energi listrik bisa digunakan atau diserap.
Dari gambar diatas kuar arus yang mengalir dapat ditentukan dengan
menggunakan beberapa aturan sebagai berikut :
perbandingan antara tahanan M-N dan P-Q untuk mendapatkan jembatan dalam
keadaan setimbang yang bisa di lihat pada Galvanometer.
𝑀 𝑃
− =0
𝑁 𝑄
Pada keadaan setimbang, arus yang melewati X akan sama dengan arus yang melewati
R. Dari data yang diperoleh, kita dapat menentukan resistansi jenis dari bahan
konduktor tersebut, yang kemudian dapat ditentukan pulajenis konduktor yang dipakai
pada jembatan Thomson.
Nilai resistansi yang berkisar 1 ohm sampai 1 megaohm bisa diukur dengan
akurasi mencapai 0,1%. Tetapi yang sulit adalah ketika resistansi yang sangat tinggi dan
sangat rendah, diukur. Resistansi yang kurang dari 1 ohm sangat sulit untuk diukur
dengat tepat. Ini disebabkan karena adanya ketidakpastian yang timbul dari hubungan
resistansi antara resistor yang ingin diukur dan konektor jembatannya. Pengukuran
resistansi yang lebih dari 1 Megaohm menjadi sulit karena adanya dua faktor: pertama,
perbandingan dari resistansi standar Ra dan Rb meliputi sebuah perbandingan pada
urutan 1000 ke 1; kedua, voltase yang diset pada jembatan harus meningkat secara
substansial untuk memperoleh nilai terentu pada galvanometer. Hasilnya adalah bahwa
12
peningkatan suplai tegangan yang meningkatkan disipasi daya dari resistor jembatan.
Perubahan pada resistor Ra oleh panas adalah cukup untuk menghasilkan kesalahan
yang cukup besar. Jembatan Thomson sangat dianjurkar untuk mengukur resistansi di
bawah 1 ohm. Sedangkan Multimeter digunakan sebagai pengukur alat pada jembatan
yang digunakan untuk mengukur resistansi besar.
Hukum Ohm yang menjelaskan tentang hubungan antara hambatan, tegangan dan
arus listrik. Yang mana besar arus yang mengalir pada galvanometer diakibatkan oleh
adanya suatu hambatan.
Hukum Kirchoff 1 dan 2, yang mana sesuai dari hukum ini menjelaskan jembatan
dalam keadaan seimbang karena besar arus pada ke-2 ujung galvanometer sama besar
sehingga saling meniadakan
Salah satunya adalah dalam percobaan mengukur regangan pada benda uji
berupa beton atau baja. Dalam percobaan kita gunakan strain gauge, yaitu semacam pita
13
yang terdiri dari rangkaian listrik untuk mengukur dilatasi benda uji berdasarkan
perubahan hambatan penghantar di dalam strain gauge. Strain gauge ini direkatkan kuat
pada benda uji sehingga deformasi pada benda uji akan sama dengan deformasi pada
strain gauge. Seperti kita ketahui, jika suatu material ditarik atau ditekan, maka terjadi
perubahan dimensi dari material tersebut sesuai dengan sifat2 elastisitas benda.
Perubahan dimensi pada penghantar akan menyebabkan perubahan hambatan listrik,
ingat persamaan R = ρ.L/A. Perubahan hambatan ini sedemikian kecilnya, sehingga
untuk mendapatkan hasil eksaknya harus dimasukkan kedalam rangkaian jembatan
Wheatstone. Rangkaian listrik beserta jembatan Wheatstonenya sudah ada di dalam
strain gauge.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
1. Papan sirkuit
2. Power Suplai (Catu daya)
3. Avometer digital
4. Hambatan Bangku
5. Kabel berwarna
BAB IV
Kelistrikan Rangkaian :
Jembatan whetstone dalam keadaan setimbang, nilai arus yang mengalir pada
titik potong AC (titik B) adalah nol, sehingga dapat diformulasikan dalam keadaan
setimbang karena itu.
𝑅𝑋 𝑅𝐵𝐶 = 𝑅𝐵 𝑅𝐴𝐵
𝑙𝐵𝐶
𝑅𝐵 = 𝑅𝑋
𝑙𝐴𝐵
Linearitas Data
Gradien/kemiringan garis (𝑚) dalam persamaan grafik adalah nilai tahanan jenis
𝑅𝑥 yaitu :
𝑙𝐵𝐶
∑𝑅 2591,54
𝑙𝐴𝐵
𝑚= 2 = 107,50 = 13,82
𝑙
∑ ( 𝐵𝐶 )
𝑙𝐴𝐵
Gambar : Grafik 𝑅𝐵 terhadap 𝑙𝐵𝐶 ⁄𝑙𝐴𝐵 dari data linearitas hasil percobaan
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Analisa
Pada percobaan yang dilakukan kali ini yaitu mengenai jembatan, tegangan yang
digunakan adalah tegangan arus DC dan besarnya tegangan dari Power suply
adalah sebesar 3 volt dan multitester DC Amperemeter dengan skala ukur
maksimal 20 ampere. Kita juga menggunakan hambatan baku yang diukur dari 0,
10, 20 hingga 100 ohm. Resistor dihubungkan dengan kabel dipapan lalu power
suply dinyalakan. Setelah itu diukur 𝑙𝐵𝐶 dan 𝑙𝐴𝐵 -nya dengan cara menyentuhkan
bagian logam dari ujung kabel ke kawat tembaga, usahakan agar arus pada
multitester berubah menjadi 0 (nol). Setelah itu dinaikan hambatan menjadi 20
ohm dan diukur arusnya. Setelah itu dilakukan juga pada hambatan 30 Ω, 40 Ω,
50 Ω sampai dengan 100 Ω. Setelah mendapatkan bahwa arus pada multitester
sama dengan nol. Berdasarkan percobaan didapatkan bahwa 𝑙𝐵𝐶 yang ditambah
sama dengan 100.
Dalam pengukuran, cara mengetahui kapan arus itu sama dengan nol, kita tidak
perlu lagi menggunakan alat yang berlebihan (voltmeter dan amperemeter), cukup
dengan satu galvanometer untuk melihat apakah ada arus listrik yang melalui
rangkaian. Setelah melihat pengukuran galvanometer barulah kita bisa
memasukkan persamaan
18
Untuk percobaan di atas kita hitung dan di dapatkan hasil dengan KR (Kesalahan
Relatif ) adalah antara -1.7% sampai 4.7%. Dengan hasil seperti di atas maka
praktek tersebut bias dikatakan berhasil. Namun hasil praktek ini agak sedikit
menyimpang dengan teori yang sebenarnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa
sebab seperti waktu kami menghitung R standar masih ada arus yang mengalir
pada galvanometer, penyebab lainnya adalah 𝑅𝑥 yang tidak dapat mengimbangi
beban dari R standar yang menyebabkan hasil 𝑅𝑥 praktek berbeda jauh hasil
𝑅𝑥 teori. Atau nilai tahanan resistor yang sudah turun akibat usia atau karena sudah
sering dipakai dan dialiri arus listrik. Jika kita kaji lebih dalam lagi kita ketahui
bahwa R standar berbanding lurus dengan 𝑅𝑥 dan 𝑙𝐵𝐶 , berbanding terbalik dengan
𝑙𝐴𝐵 . Hal ini membuktikan bahwa kita dapat menyimpulkan kalau semakin panjang
𝑙𝐵𝐶 semakin besar pula nilai R standar, begitu juga dengan sebaliknya semakin
besar 𝑙𝐴𝐵 maka semakin kecil 𝑅𝑥
5.2 Evaluasi
1. Seandainya nilai tegangan dinaikkan/diturunkan dari nilai tegangan sumber
saat ini, menurut pendapat anda, berubahkah posisi titik potong B, pada saat
jembatan Wheatstone dalam keadaan setimbang ? Ya/Tidak. Sebab ?
3. Jika diketahui 𝑅𝑥 dan 𝑅𝐵 sebesar 3K3 Ω dan 1K2 Ω maka tentukan nilai 𝑙𝐵𝐶
dan 𝑙𝐴𝐵 , dengan catatan kawat skala yang digunakan sama dengan yang
digunakan pada percobaan yang dilakukan.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
1. Nilai dari 𝑙𝐵𝐶 dengan nilai dari 𝑙𝐴𝐵 selalu berbanding terbalik dikarenakan
jumlah antara 𝑙𝐵𝐶 dan 𝑙𝐴𝐵 adalah 100 berdasarkan panjang mistar disamping
kawat tembaga.
2. Arus yang masuk pada titik percabangan maka jumlah arus yang keluar dari
percabangan tersebut adalah sama dengan yang masuk.
3. Hambatan pada rangkaian sangat mempengaruhi arus yang mengalir pada
rangkaian tersebut. Hambatan juga berbanding lurus dengan nilai 𝑙𝐵𝐶 .
6.2 Saran
Alat peraga atau yang berhubungan dengan praktikum agar lebih disempuranakan,
dilengkapi, dan di perbanyak lagi, sehingga dalam praktikum seorang praktikan
mendapatkan hasil yang sebaik mungkin.
20
DAFTAR PUSTAKA
Bueche, Fredick J. dan Eugene Hecht. 2006. Fisika Universitas. Jakarta :Erlangga.
Flink, R.J dan O.G Brink. 1984. Dasar-dasar Ilmu Instrumen. Jakarta : Binacipta.