Anda di halaman 1dari 20

1

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala anugrah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tepat pada
waktunya. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh kakak asisten
dosen LDB Fisika II selaku pembimbing. Dan juga kepada teman – teman yang sudah
mendukung penulis sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.

Makalah ini disusun berdasarkan tugas yang telah diberikan oleh asisten praktek
fisika dasar selaku pembimbing. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang
harus penulis selesaikan sebagai syarat recovery mata kuliah praktek fisika dasar II.

Penulis berusaha menyajikan makalah ini semudah mungkin agar makalah ini
mudah dimengerti. Pemahaman inilah yang penulis harapkan, agar memudahkan rekan-
rekan untuk mengetahui Jembatan Wheatstone

Penulis berharap makalah ini tidak hanya menambah pengetahuan rekan-rekan


sekalian, tetapi juga dapat merangsang daya motivasi dan kreativitas rekan-rekan
sekalian. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari rekan-
rekan dan asisten dosen selaku pembimbing yang selanjutnya menuju kearah yang lebih
baik

Palembang, 17 April 2015

Penulis
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan 3
1.3 Manfaat 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori Jemabatan Wheatstone 4
2.2 Hukum Kirchoff I 9
2.3 Hukum Kirchoff II 9
2.4 Pengukuran Resistansi Sedang 10
2.5 Pengukuran Resistansi Kecil 10
2.6 Prinsip Kerja Jembatan Wheatstone 12
2.7 Aplikasi Jembatan Wheatstone 12
2.8 Kelebihan Jembatan Wheatstone 13
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan 13
3.2 Prosedur Percobaan 13
BAB 4 DATA DAN HASIL PENGAMATAN
4.1 Data Percobaan 14
4.2 Pengolahan Data 15
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Analisa 17
5.2 Evaluasi 18
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 19
6.2 Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang ditemukan oleh Samuel Hunter Christie
pada 1833 dan meningkat dan dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone pada tahun
1843. Dalam umumnya Jembatan Wheatstone dipergunakan untuk memperoleh
ketelitian dalam melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya
relative kecil sekali umpamanya saja suatu kebocoran dari kabel tanah/ kortsluiting dan
sebagainya. Rangkaian ini dibentuk oleh empat buah tahanan (R) yag merupakan
segiempat A-B-C-D dalam hal mana rangkaian ini dihubungkan dengan sumber
tegangan dan sebuah galvanometer nol (0). Kalau tahanan-tahanan itu diatur sedemikian
rupa sehingga galvanometer itu tidak akan mengadakan suatu hubungan antara keempat
tahanan tersebut.

Jembatan Wheatstone merupakan suatu susunan rangkaian listrik untuk mengukur


suatu tahanan yang tidak diketahui harganya (besarannya). Kegunaan dari Jembatan
Wheatstone adalah untuk mengukur nilai suatu hambatan dengan cara arus yang
mengalir pada galvanometer sama dengan nol (karena potensial ujung-ujungnya sama
besar). Sehingga dapat dirumuskan dengan perkalian silang. Cara kerjanya adalah
sirkuit listrik dalam empat tahanan dan sumber tegangan yang dihubungkan melalui dua
titik diagonal dan pada kedua diagonal yang lain dimana galvanometer ditempalkan
seperti yang diperlihatkan pada jembatan wheatstone.

1.2 Tujuan
1. Memahami prinsip-prinsip jembatan Wheatstone
2. Mengukur suatu hambatan dengan menggunakan metode jembatan Wheatstone
1.3 Manfaat
1. Dapat mengaplikasikan jembatan Wheatstone dalam bekerja.
2. Bisa memamhami materi yang dibesrikan oleh Dosen
4

3. Mengerti pringsip-prinsip jembatan wheatstone

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori Jembatan Wheatstone

Jembatan Wheatstone merupakan rangkaian listrik yang dapat berfungsi untuk


mengukur suatu hambatan/tahanan yang tidak diketahui harganya (besarnya). Hambatan
listrik merupakan karakteristik suatu bahan pengantar listrik/konduktor yang dapat
digunakan untuk mengatur besarnya arus listrik yang melewati suatu rangkaian.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya suatu hambatan dengan
menggunakan metode jembatan Wheatstone yang didasarkan pada hukum Ohm, dan
menentukan harga tahanan sebagai fungsi perubahan suhu.

Untuk mengukur resistansi sebuah komponen, kita perlu melewatkan arus dan
mengukur tegangan jatuhnya. Resistansi diperoleh dengan membagi kedua bilangan
yanng didapat. Untuk mengukur nilai resistansi yang kecil, cara demikian tidak efektif
mengingat tegangan jatuh yang didapat juga akan bernilai kecil. Pada kasus yang
demikian itu dapat digunakan metode jembatan Thomson. Sementara itu, untuk
melakukan pengukuran resistansi sedang, kita dapat menggunakan metode jembatan
Wheatstone.

Salah satu aplikasi dari pengukuran resistansi sedang adalah untuk mendeteksi
gangguan hubung-singkat kawat fasa ke tanah dan gangguan antar kawat fasa.

Pengukuran hambatan listrik dengan voltmeter dan amperemeter dapat


dilakukan dengan menggunakan rangkaian seperti gambar 1 dan gambar 2.

Buktikan bahwa pengukuran yang dilakukan seperti pada gambar 1 seperti pada
persamaan (1.1).

𝑉
𝑅 = ( 𝐼 𝐴𝐶 ) − 𝑅𝐴 (1.1)
𝐴𝐶
5

R
V
C
A
a b
IR IR
Gambar 1 : pengukuran hambatan cara pertama

Buktikan bahwa pengukuran yang dilakukan seperti pada gambar 2


menghasilkan R seperti pada persamaan (1.2).
𝑉𝐴𝐵
𝑅=𝐼 (1.2)
𝐴 −(𝑉𝐴𝐵 ⁄𝑅𝑉 )

V
R
A
a b
𝐼𝑅 𝐼𝐴

Gambar 2 : pengukuran hambatan cara kedua

Metode jembatan Wheatstone dapat digunakan untuk mengukur hambatan


listrik. Pengukuran dengan cara ini tidak memerlukan alat ukur voltmeter dan
amperemeter, melainkan cukup dengan satu galvanometer untuk melihat apakah ada
arus listrik yang melalui rangkaian. Pringsip rangkaian jembatan Wheatstone dapat
diperlihatkan pada gambar 3.
Saat saklar S ditutup, arus akan melewati rangkaian. Jika jarum galvanometer
menyimpang artinya ada arus yang melewatinya, yaitu anatara titik C dan D ada beda
potensial. Dengan mengatur besarnya 𝑅𝑎 dan 𝑅𝑏 juga hambatan geser 𝑅𝑠 akan dapat di
6

capai saat galvanometer G tak teraliri arus, artinya tak ada beda potensial antara titik C
dan D. Dengan demikian akan berlaku persamaan :
𝑅
𝑅𝑥 = 𝑅𝑎 𝑅𝑠 (1.3)
𝑏

Penyederhanaan rangkaian dan penentuan besarnya R tergantung pada panjang


pengantar, untuk itu rangkaian jembatan Wheatstone dapat diubah dengan
menggunakan kawat pengantar seperti yang ditunjukan pada gambar 4.

𝑅𝑎 𝑅𝑥

A C
G

𝑅𝑏 𝑅𝑠
D

+ − S

Gambar 3 : rangkaian jembatan Wheatstone 1

Pada kawat pengantar AB diberikan kontak geser yang berasal dari ujung galvanometer,
gunanya untuk mengatur agar tercapai pengukuran panjang 𝐿1 dan 𝐿2 yang akan
menghasilkan arus di galvanometer sama dengan nol. Oleh karena itu pada kawat AB
perlu dilengkapi skala ukur panjang. Dengan menggunakan persamaan (1.3) dengan
persamaan (1.4) diperoleh hasil berikut :

𝐿
𝑅𝑥 = 𝐿1 𝑅𝑎 (1.4)
2

Hukum Kirchoff pertama menyatakan bahwa pada setiap titik percabangan


jumlah aljabar arusnya adalah nol :
7

∑ 𝐼𝑛 = 0 (1.5)

Disini 𝐼𝑛 adalah arus yang menuju atau meninggalkan titik percabangan. Hal itu berarti
jumlah arus yang masuk sama dengan jumlah arus yang keluar.
Hukum Kirchoff kedua menyatkan bahwa dalam suatu rangkaian tertutup
jumlah potensial sama dengan nol atau dapat ditulis dalam bentuk :

∑ 𝑉𝑛 = 0 (1.6)

Apabila terdapat titik-titik a,b,c,d, . . . . maka 𝑉𝑎𝑎 = 𝑉𝑎𝑏 + 𝑉𝑏𝑐 + 𝑉𝑐𝑑 + ⋯ + 𝑉..𝑎 .
Hukum Kirchoof II ini berlaku pada jaringan pengantar linier dan pada setiap kondisi
material tidak reaktif. Ungkapan lain dari Hukum Kirchoff yang melibatkan arus dan
tegangan serta konvesi tanda yang benar dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

∑(𝐼𝑛 𝑅𝑛 𝑉𝑛 ) = 0 (1.7)

Disini 𝑅𝑛 adalah hambatan dari pengantar 𝑘𝑛 , sedangkan 𝑉𝑛 adalah besar tegangannya.

𝑅𝑎 𝑅𝑥
G

A B
𝐿1 𝐿2

+ −

Gambar 4 : Rangkaian jembatan Wheatstone 2

Untuk rangkaian jembatan Wheatstone seperti pada gambar 4, diperoleh :

𝑅 𝐿
𝑅𝑥 = 𝑅 𝑅1 = 𝑅 𝐿1 (1.8)
2 2
8

Untuk suatu konduktor homogen dengan panjang L dan luas penampang A, besar
hambatannya adalah :

𝐿
𝑅=𝜌 (1.9)
𝐴

Dari hukum Ohm, hambatan total untuk rangkaian terhubung seri dapat ditulis
sebagai :

𝑅𝑡𝑜𝑡 = ∑ 𝑅𝑛 (1.10)

Sedangkan hambatan yang terhubung paralel dapat dinyatakan sebagai :

1 1
=∑ (1.11)
𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑅𝑛

Sirkuit listrik yang terdiri dari empat tahahan, sumber tegangan yang
dihubungkan melalui dua titik diagonal, dan pada kedua titik diagonal yang lain
Galvanometer ditempatkan (seperti pada gambar 3) disebut rangkaian jembatan
Wheatstone. Misalkan 𝐾1 tetap tertutup dan 𝐾2 terbuka, tegangan melalui terminal A-B
pada saat itu adalah 𝑉𝑎𝑏 , tegangan melalui C-B dan tegangan melalui D-B masing-
masing dapat ditentukan.

Dengan mengatur S, dimungkinkan untuk membuat 𝑉𝑐𝑏 = 𝑉𝑑𝑏 , bila hal itu
dipenuhi, tidak ada arus yang mengalir melalui galvanometer, meskipun 𝐾2 ditutup,
maka dikatakan bahwa jembatan Wheatstone dalaam keadaan setimbang. Jadi harga
tahanan yang diketahui bisa didapatkan dengan menyeimbangakan jembatan bila rasio
tahanan-tahanan 𝑞 ⁄𝑝 dengan harga S diketahui. Hubungan yang dinyatakan oleh pers. 3
disebut syarat keseimbangan untuk jembatan.

Terkait dengan kesetimbangan diatas terdapat tiga hal penting, yaitu :

1. Keadaan keseimbangan tidak dipengaruhi oleh pergantian posisi sumber


tegangan dan galvanometer.
2. Kondisi keseimbangan tidak dipengaruhi oleh perubahan tegangan sumber.
9

3. Galvanometer hanya diperlukan untuk melihat bahwa tidak ada arus yang
mengalir melalui sirkuitnya, jadi tidak perlu membaca harga arus pada skala.

2.2 Hukum Kirchoff I

Dipertengahan abad 19 Gustav Robert Kirchoff (1824-1887) menemukan cara


untuk menentukan arus listrik pada rangkaian bercabang yang kemudian di kenal
dengan hukum Kirchoff. Hukum Kirchoff I berbunyi “Jumlah kuat arus yang masuk
dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik
percabangan”. Yang kemudian di kenal sebagai hukum kirchoff I. Secara matematis
dinyatakan :

𝐼𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝐼𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∑ 𝐼𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = ∑ 𝐼𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟

Bila digambarkan dalam bentuk rangkaian bercabang maka akan diperoleh sebagai
berikut :
𝐼1
𝑰𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3
𝐼
𝐼2
𝐼3

2.3 Hukum Kirchoff II

Hukum Kirchoff secara keseluruhan ada dua, setelah yang diatas dijelaskan
tentang hukum kirchoof I. Hukum Kirchoff II dipakai untuk menentukan kuat arus yang
mengalir pada rangkaian bercabang dalam keadaan tertutup (saklar dalam keadaan
tertutup). Perhatikan gambar berikut !

𝐸1 𝐸2

I 𝑅2 II
𝑅1 𝐼2

𝐼3
𝐼1 𝑅3
10

Hukum Kirchoff II berbunyi “Dalam rangkaian tertutup, jumlah aljabar GGL (E)
dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol”. Maksud dari jumlah penurunan
potensial sama dengan nol adalah tidak ada energi listrik yang hilang dalam rangkaian
tersebut atau dalam arti semua energi listrik bisa digunakan atau diserap.

Dari gambar diatas kuar arus yang mengalir dapat ditentukan dengan
menggunakan beberapa aturan sebagai berikut :

1) Tentukan arah putaran arusnya untuk masing-masing loop.


2) Arus yang searah dengan arah perumpamaan dianggap memiliki nilai positif.
3) Arus yang mengalir dari kutub negatif ke kutub positif didalam elemen dianggap
positif.
4) Pada loop dari satu titik cabang ke titik cabang berikutnya kuat arusnya sama.
5) Jika hasil perhitungan kuat arus positif maka arah perumpamaannya benar, bila
negatif berarti arah arus berlawanan dengan araah perumpamaan.

2.4 Pengukuran Resitansi Sedang

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, untuk mengukur resistansi sedang


dapat digunakan jembatan Wheatstone. Dari data percobaan yang telah dipraktikan
dapatkan dapat dilihat bahwa yang paling mendekati hubungan di atas adalah ketika
besarnya resistansi a adalah sama dengan resistansi b. Semakin kecil resistansi baku,
semakin baik hasil yang didapatkan.

2.5 Pengukuran Resistansi Kecil

Kalau jembatan Whetastone dapat mengukur resistansi sedang, jembatan


Thomson dapat mengukur resistansi kecil. Dalam jembatan Thomson terdapat
11

perbandingan antara tahanan M-N dan P-Q untuk mendapatkan jembatan dalam
keadaan setimbang yang bisa di lihat pada Galvanometer.

𝑀 𝑃
− =0
𝑁 𝑄

Pada keadaan setimbang, arus yang melewati X akan sama dengan arus yang melewati
R. Dari data yang diperoleh, kita dapat menentukan resistansi jenis dari bahan
konduktor tersebut, yang kemudian dapat ditentukan pulajenis konduktor yang dipakai
pada jembatan Thomson.

Jembatan Thomson (di beberapa negara disebut Jembatan Kelvin) adalah


modifikasi dari Jembatan Wheatstone, dimana terpasang dua pasang ratio arm (lengan
rasio). Jembatan Thomson ditemukan oleh William Thomson. Jembatan ini biasanya
digunakan untuk mengukur tahanan yang kurang dari 1 ohm, dan cara kerjanya sama
dengan jembatan Wheatstone.

Pada Jembatan Thomson terdapat resistor tambahan yang nilainya rendah.


Resistor tambahan ini dan pengaturan internal dari jembatan, adalah pengubahan yang
digunakan untuk secara substansial mengurangi kesalahan pengukuran yang diakibatkan
oleh turunnya voltase pada arus tinggi (hambatan rendah) pada lengan jembatan. Ini
terdiri dari dua set lengan rasio. Perangkat luar yang pertama dari lengan rasio adalah
resistor yang biasa dikenal dan lengan rasio di bagian dalam menolong menghubungkan
satu terminal dari Galvanometer pada titik yang sesuai.

Nilai resistansi yang berkisar 1 ohm sampai 1 megaohm bisa diukur dengan
akurasi mencapai 0,1%. Tetapi yang sulit adalah ketika resistansi yang sangat tinggi dan
sangat rendah, diukur. Resistansi yang kurang dari 1 ohm sangat sulit untuk diukur
dengat tepat. Ini disebabkan karena adanya ketidakpastian yang timbul dari hubungan
resistansi antara resistor yang ingin diukur dan konektor jembatannya. Pengukuran
resistansi yang lebih dari 1 Megaohm menjadi sulit karena adanya dua faktor: pertama,
perbandingan dari resistansi standar Ra dan Rb meliputi sebuah perbandingan pada
urutan 1000 ke 1; kedua, voltase yang diset pada jembatan harus meningkat secara
substansial untuk memperoleh nilai terentu pada galvanometer. Hasilnya adalah bahwa
12

peningkatan suplai tegangan yang meningkatkan disipasi daya dari resistor jembatan.
Perubahan pada resistor Ra oleh panas adalah cukup untuk menghasilkan kesalahan
yang cukup besar. Jembatan Thomson sangat dianjurkar untuk mengukur resistansi di
bawah 1 ohm. Sedangkan Multimeter digunakan sebagai pengukur alat pada jembatan
yang digunakan untuk mengukur resistansi besar.

Hasil perhitungan nilai x yang kecil menunjukkan bahwa Jembatan Thomson


berfungsi dengan baik. Karena Jembatan Thomson memang diutamakan untuk
mengukur nilai hambatan yang kurang dari 1 Ohm. Dalam praktikum ini, Galvanometer
berfungsi mendeteksi arus di cabang yang menghubungkan titik (jembatan) antara
resistor penyeimbang jembatan. Jarum Galvanometer pada setiap nomor pengukuran
selalu menyimpang walaupun sangat sedikit. Hal ini disebabkan perbandingan antara
resistor-resistor penyeimbang jembatan yang kurang pas. Tetapi ini dapat diabaikan
karena nilainya sangat kecil.

2.6 Prinsip Kerja Jembatan Wheatstone


 Hubungan antara resitivitas dan hambatan, yang berarti setiap penghantar memiliki
besar hambatan tertentu. Dan juga menentukan hambatan sebagai fungsi dari perubahan
suhu.

 Hukum Ohm yang menjelaskan tentang hubungan antara hambatan, tegangan dan
arus listrik. Yang mana besar arus yang mengalir pada galvanometer diakibatkan oleh
adanya suatu hambatan.

 Hukum Kirchoff 1 dan 2, yang mana sesuai dari hukum ini menjelaskan jembatan
dalam keadaan seimbang karena besar arus pada ke-2 ujung galvanometer sama besar
sehingga saling meniadakan

2.7 Aplikasi Jembatan Wheatstone

Salah satunya adalah dalam percobaan mengukur regangan pada benda uji
berupa beton atau baja. Dalam percobaan kita gunakan strain gauge, yaitu semacam pita
13

yang terdiri dari rangkaian listrik untuk mengukur dilatasi benda uji berdasarkan
perubahan hambatan penghantar di dalam strain gauge. Strain gauge ini direkatkan kuat
pada benda uji sehingga deformasi pada benda uji akan sama dengan deformasi pada
strain gauge. Seperti kita ketahui, jika suatu material ditarik atau ditekan, maka terjadi
perubahan dimensi dari material tersebut sesuai dengan sifat2 elastisitas benda.
Perubahan dimensi pada penghantar akan menyebabkan perubahan hambatan listrik,
ingat persamaan R = ρ.L/A. Perubahan hambatan ini sedemikian kecilnya, sehingga
untuk mendapatkan hasil eksaknya harus dimasukkan kedalam rangkaian jembatan
Wheatstone. Rangkaian listrik beserta jembatan Wheatstonenya sudah ada di dalam
strain gauge.

2.8 Kelebihan Jembatan Wheatstone


Dapat mengukur perubahan hambatan yang sangat kecil pada penghantar.
Contoh aplikasi : strain gauge, yang digunakan untuk mengukur regangan material (baja
atau beton) didasarkan pada perubahan kecil penghantar yang berdeformasi akibat gaya
eksperimen. Perubahan kecil dimensi penampang dihitung dari peribahan hambatan
pada rangkaian jembatan wheatstone yang dihubungkan sensor ke alat pencatat data
logger untuk setiap transducer.

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

1. Papan sirkuit
2. Power Suplai (Catu daya)
3. Avometer digital
4. Hambatan Bangku
5. Kabel berwarna

3.2 Prosedur Percobaan


14

1. Susun rangkaian seperti pada gambar 3.5. seperti percobaan sebelumnya,


seluruh perangkat elektronik jangan dahulu di nyalakan pada saat membuat
rangkaian percobaan. Yakinkan dahulu rangkaian sudah terpasang dengan benar,
jika perlu konsultasikan dengan asisten pendamping.
2. Atur tegangan sumber (catu daya) sebesar 3V, dengan memutar saklar putar
yang menunjukan nilai tegangan keluaran dari catu daya yang digunakan (lihat
gambar 2.2)
3. Fungsikan multitester menjadi DC Amperemeter dengan skala ukur maksimal
20 ampere yang nantinya berkedudukan sebagai galvanometer, yaitu penunjuk
kondisi setimbang jembatan wheatstone yang ditunjukan dengan nilai arus yang
terukur 0 (nol) ampere (lihat gambar 2.3)
4. Atur hambatan bangku (𝑅𝐵 ) pada nilai-nilai resistansi yang di inginkan, sebagai
nilai awal adalah 10Ω, yaitu seperti gambar 3.6.
5. Setelah rangkaian percobaan siap, nyalakan catu daya, geser/gerakkan terminal
B (sisi positif dari amperemeter) sampai nilai arus yang terukur adalah 0 (nol)
ampere.
6. Catat jarak AB dan BC, ulangi langkah 4 dan 5 untuk 𝑅𝐵 20Ω, 30Ω dan
seterusnya sampai dengan 100Ω.

BAB IV

DATA DAN HASIL PENGAMATAN

4.1 Data Percobaan

Kelistrikan Rangkaian :

Tegangan Sumber (𝑉𝑠 ) = 3 Volt

Rangkaian dalam keadaan setimbang


15

Tabel 3.1 : Data hasil pengamatan; 𝑅𝐵 (dalam Ω), panjang AB

(𝑙𝐴𝐵 ) dalam cm, dan panjang BC (𝑙𝐵𝐶 ) dalam cm.

No. 𝑅𝐵 𝑙𝐴𝐵 𝑙𝐵𝐶 No. 𝑅𝐵 𝑙𝐴𝐵 𝑙𝐵𝐶


1 10 70 30 6 60 27 73
2 20 55 45 7 70 20 80
3 30 45 55 8 80 19 81
4 40 35 65 9 90 12 88
5 50 30 70 10 100 10 90

4.2 Pengolahan Data

Jembatan whetstone dalam keadaan setimbang, nilai arus yang mengalir pada
titik potong AC (titik B) adalah nol, sehingga dapat diformulasikan dalam keadaan
setimbang karena itu.

𝑅𝑋 𝑅𝐵𝐶 = 𝑅𝐵 𝑅𝐴𝐵

Sehingga nilai RB dalam keadaan setimbang adalah

𝑙𝐵𝐶
𝑅𝐵 = 𝑅𝑋
𝑙𝐴𝐵

Tabel 3.2 : Perhitungan dan Nilai Hambatan

No. 𝑙𝐵𝐶 ⁄𝑙𝐴𝐵 𝑅𝐵 (Ω) No. 𝑙𝐵𝐶 ⁄𝑙𝐴𝐵 𝑅𝐵 (Ω)


1 0,43 10 6 2,7 60
2 0,83 20 7 4 70
3 1,22 30 8 4,26 80
4 1,86 40 9 7,33 90
5 2,33 50 10 9 100
16

Linearitas Data

 Gradien/kemiringan garis (𝑚) dalam persamaan grafik adalah nilai tahanan jenis
𝑅𝑥 yaitu :

𝑙𝐵𝐶
∑𝑅 2591,54
𝑙𝐴𝐵
𝑚= 2 = 107,50 = 13,82
𝑙
∑ ( 𝐵𝐶 )
𝑙𝐴𝐵

Gambar : Grafik 𝑅𝐵 terhadap 𝑙𝐵𝐶 ⁄𝑙𝐴𝐵 dari data linearitas hasil percobaan

 Koefisien korelasinya (dari data percobaan dan linieritasnya) adalah :


𝑙𝐵𝐶
∑ 𝑅 2591,54
𝑙𝐴𝐵
𝑟= 1/2
= = 0,67
𝑙 2 3855,81
(∑ ( 𝐵𝐶 ) 𝑅 2 )
𝑙𝐴𝐵
17

 Besarnya standar kesalahan yang terjadi adalah :


1/2
(1 − 𝑟 2 ) ∑ 𝑅 2
𝑆𝑛 = ( ) = (0,1369)1/2 = 0,37
(𝑛 − 2) ∑(𝑙𝐵𝐶 ⁄𝑙𝐴𝐵 )2
 Nilai hambatan 𝑅𝑥 = 𝑚 = 13,82 Ω
 Kesalahan absolut (𝐾𝐴) = ±𝑆𝑛 = ± 0,37
 Kesalahan relatif (𝐾𝑅) = (𝑆𝑛 ⁄𝑅𝑥 ) × 100% = 2,677 %
 Nilai Terbaik hasil pengukuran= 𝑅𝑥 ± 𝑆𝑛 = 13,82 ± 0,37

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisa

Pada percobaan yang dilakukan kali ini yaitu mengenai jembatan, tegangan yang
digunakan adalah tegangan arus DC dan besarnya tegangan dari Power suply
adalah sebesar 3 volt dan multitester DC Amperemeter dengan skala ukur
maksimal 20 ampere. Kita juga menggunakan hambatan baku yang diukur dari 0,
10, 20 hingga 100 ohm. Resistor dihubungkan dengan kabel dipapan lalu power
suply dinyalakan. Setelah itu diukur 𝑙𝐵𝐶 dan 𝑙𝐴𝐵 -nya dengan cara menyentuhkan
bagian logam dari ujung kabel ke kawat tembaga, usahakan agar arus pada
multitester berubah menjadi 0 (nol). Setelah itu dinaikan hambatan menjadi 20
ohm dan diukur arusnya. Setelah itu dilakukan juga pada hambatan 30 Ω, 40 Ω,
50 Ω sampai dengan 100 Ω. Setelah mendapatkan bahwa arus pada multitester
sama dengan nol. Berdasarkan percobaan didapatkan bahwa 𝑙𝐵𝐶 yang ditambah
sama dengan 100.

Dalam pengukuran, cara mengetahui kapan arus itu sama dengan nol, kita tidak
perlu lagi menggunakan alat yang berlebihan (voltmeter dan amperemeter), cukup
dengan satu galvanometer untuk melihat apakah ada arus listrik yang melalui
rangkaian. Setelah melihat pengukuran galvanometer barulah kita bisa
memasukkan persamaan
18

yang kemudian dengan perbandingan tersebut kita dapat menentukan besarnya 𝑅𝑥

Untuk percobaan di atas kita hitung dan di dapatkan hasil dengan KR (Kesalahan
Relatif ) adalah antara -1.7% sampai 4.7%. Dengan hasil seperti di atas maka
praktek tersebut bias dikatakan berhasil. Namun hasil praktek ini agak sedikit
menyimpang dengan teori yang sebenarnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa
sebab seperti waktu kami menghitung R standar masih ada arus yang mengalir
pada galvanometer, penyebab lainnya adalah 𝑅𝑥 yang tidak dapat mengimbangi
beban dari R standar yang menyebabkan hasil 𝑅𝑥 praktek berbeda jauh hasil
𝑅𝑥 teori. Atau nilai tahanan resistor yang sudah turun akibat usia atau karena sudah
sering dipakai dan dialiri arus listrik. Jika kita kaji lebih dalam lagi kita ketahui
bahwa R standar berbanding lurus dengan 𝑅𝑥 dan 𝑙𝐵𝐶 , berbanding terbalik dengan
𝑙𝐴𝐵 . Hal ini membuktikan bahwa kita dapat menyimpulkan kalau semakin panjang
𝑙𝐵𝐶 semakin besar pula nilai R standar, begitu juga dengan sebaliknya semakin
besar 𝑙𝐴𝐵 maka semakin kecil 𝑅𝑥

5.2 Evaluasi
1. Seandainya nilai tegangan dinaikkan/diturunkan dari nilai tegangan sumber
saat ini, menurut pendapat anda, berubahkah posisi titik potong B, pada saat
jembatan Wheatstone dalam keadaan setimbang ? Ya/Tidak. Sebab ?

2. Berkaitan dengan hubungan rumusan (3.15), mengapa pada pengolahan data


dan penentuan nilai 𝑅𝐵 rasio/perbandingan hambatan digantikan dengan
perbandingan jarak antara titik potong ? (kaitkan hal ini dengan percobaan
sebelumnya).
Jawab :
Hal itu dikarenakan hambatan pada titik 𝑅𝐴𝐵 dan di titik 𝑅𝐵𝐶 diganti dengan
kawat lurus yang sama. Pada percobaan tersebut nilai R konstan.
19

3. Jika diketahui 𝑅𝑥 dan 𝑅𝐵 sebesar 3K3 Ω dan 1K2 Ω maka tentukan nilai 𝑙𝐵𝐶
dan 𝑙𝐴𝐵 , dengan catatan kawat skala yang digunakan sama dengan yang
digunakan pada percobaan yang dilakukan.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Nilai dari 𝑙𝐵𝐶 dengan nilai dari 𝑙𝐴𝐵 selalu berbanding terbalik dikarenakan
jumlah antara 𝑙𝐵𝐶 dan 𝑙𝐴𝐵 adalah 100 berdasarkan panjang mistar disamping
kawat tembaga.
2. Arus yang masuk pada titik percabangan maka jumlah arus yang keluar dari
percabangan tersebut adalah sama dengan yang masuk.
3. Hambatan pada rangkaian sangat mempengaruhi arus yang mengalir pada
rangkaian tersebut. Hambatan juga berbanding lurus dengan nilai 𝑙𝐵𝐶 .

6.2 Saran

Alat peraga atau yang berhubungan dengan praktikum agar lebih disempuranakan,
dilengkapi, dan di perbanyak lagi, sehingga dalam praktikum seorang praktikan
mendapatkan hasil yang sebaik mungkin.
20

DAFTAR PUSTAKA
Bueche, Fredick J. dan Eugene Hecht. 2006. Fisika Universitas. Jakarta :Erlangga.

Bilal. 2014. Laporan Praktikum Jembatan Wheatstone. http://bilal-


gamers.blogspot.com/2014/04/laporan-pratikum-jembatan-wheat-stone.html

Flink, R.J dan O.G Brink. 1984. Dasar-dasar Ilmu Instrumen. Jakarta : Binacipta.

Lister, Eugene C. 1993. Mesin dan Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga.

Mars. 2010. Jembatan Wheatstone. http://marausna.wordpress.com/.

Suryatmo, F. 1986. Teknik Listrik Pengukuran. Jakarta : Bina aksara.

Van der wol, G. 1985. Rangkaian Eletro Teknik. Jakarta : Erlangga.

Wikipedia. 2010. Hambatan Listrik. http://id.wikipedia.org.com/wiki/hambatan-listrik.

Anda mungkin juga menyukai