Anda di halaman 1dari 9

Nama : Nurul Maulifatil Jannah

NIM: 08.677

Sariayu Bermula dari Garasi

Martha Tilaar

Dia menjalani hidup dengan penuh keajaiban kuasa Tuhan. Pernah 'divonis'
mandul, namun melahirkan anak pertama di usia 42 tahun setelah 16 tahun menikah.
Dia pun membangun imperium industri jamu dan kosmetika berkelas dunia, bermula
dari grasi rumah ayahnya. Dari sebuah salon kecantikan sederhana, berkembang
menjadi Martha Tilaar Group (MTG), sebuah grup usaha industri jamu dan kosmetika
dengan produk merek dagang Sariayu Martha Tilaar. Grup usaha ini memayungi 11
anak perusahaan dan mempekerjakan sekitar 6.000 karyawan.
Istri pendidik Prof. Dr. H.A.R Tilaar, ibu dari empat orang anak Bryan Emil
Tilaar, Pinkan Tilaar, Wulan Tilaar, Kilala Tilaar dan nenek dari beberapa orang cucu,
ini menyempatkan diri mengambil kuliah kecantikan dan lulus dari Academy of Beauty
Culture, Bloomington, Indiana, AS, saat mengikuti suami tugas belajar. Dia telah
membuat kecantikan dan keayuan wanita Indonesia selalu terpelihara. Lulusan Jurusan
Sejarah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta tahun 1963, ini resmi
mendirikan badan usaha pada tahun 1971.
Peraih gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) dalam bidang “Fashion and
Artistry” dari World University Tuscon, Arizona, AS tahun 1984, ini memulai operasi
bisnisnya dari titik nol. Bermula di garasi rumah ayahnya Yakob Handana, terletak di
Jalan Kusuma Atmaja No. 45 Menteng, Jakarta Pusat. Martha, yang semasa kecilnya
dikenal sebagai gadis tomboy dan ‘elek’ mendirikan sebuah salon kecantikan sederhana
“Martha Salon”, persis pada 3 Januari 1970, di sebuah ruangan berukuran 6 x 4 meter.
Di sini ia sekaligus membuat pula produk-produk kecantikan dari bahan alam.

Titik-picu 1987
Cerita lebih lanjut mengenai keberhasilan Martha Tilaar menjadi pengusaha
papan atas, yang tetap komit mencintai produk dalam negeri demi membangun
kemandirian bangsa khususnya di bidang jamu dan kosmetika, memulai titik-picu yang
sesungguhnya pada tahun 1987. Ketika itu secara cerdik dan unik ia mempopulerkan
“Senja di Sriwedari” sebagai trend tata rias baru, sebuah ide yang diilhami oleh
kekayaan alam dan budaya Indonesia.
Sejak itulah Martha Tilaar selalu mempersuntingkan nama tempat dan unsur
budaya suatu daerah, yang dipadukan dengan trend busana daerah, ke setiap produk
Sariayu Martha Tilaar. Sariayu berhasil tampil sebagai trendsetter tata rias wajah wanita
Indonesia. Martha Tilaar sangat menghargai produk dalam negeri, seperti busana
misalnya. Buktinya, setiap hari ia selalu lekat dengan busana buatan dalam negeri. Ia
kerap menggunakan kebaya, batik, atau berbagai busana daerah Indonesia.
Pemerhati tata rias sangatlah paham benar akan apa yang disebut dengan konsep
Gaya Warna Disainer (1998) sebuah tata rias yang mengambil unsur budaya Jawa Barat
dan Kalimantan, Sumatera Bergaya (1989) dari Sumatera, Puri Prameswari (1990)
mengambil dari etnik Cirebon dan Bali, Senandung Nyiur (1991) dari Pantai Indonesia,
Riwayat Asmat (1992) dari Irian Jaya/Papua, Rama-Rama Toraja (1993), serta konsep-
konsep dari berbagai daerah lain seperti Banda/Ambon, Jakarta, Aceh. Dan, puncaknya
adalah trend warna Pusako Minang dari Minangkabu.
Berdasarkan strategi pendekatan etnik Martha Tilaar berhasil menjalin hubungan
emosional dengan konsumen, bahkan berhasil menyelamatkan biduk bisnisnya dari
hantaman krisis ekonomi. Sebab dengan konsep baru itu Martha Tilaar berhasil meraih
penjualan besar bahkan bisnisnya pernah bertumbuh hingga 400 persen.
Perjalanan bisnis Martha Tilaar tidak selamanya mulus. Ia pernah mengalami
jatuh-bangun atau pasang-surut usaha. Pernah, suatu ketika, bendera usaha Martha
Tilaar sudah sedang berkibar orang masih saja memandangnya sebelah mata. Maklum,
produk jamu kosmetika Sariayu Martha Tilaar sangat identik sekali sebagai produk
lokal. Orang tahunya demikian saja tanpa mau mengenal bahwa produk Martha Tilaar
sesungguhnya sudah mendunia, berkualitas, dan bergengsi. Bahkan, Sariayu Martha
Tilaar sudah menjadi sebuah ikon produk lokal yang mendunia. Sebagai misal, Sariayu
Martha Tilaar memiliki produk kosmetika berkelas Biokos, Belia, Caring Colours,
Professional Artist Cosmetics (PAC), Aromatic, Jamu Garden dan lain-lain yang sudah
terkenal sampai ke mancanegara.
Produk-produk itu dipasarkan di kantor-kantor pemasaran Martha Tilaar di luar
negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, bahkan ke Los Angeles, AS.
Ditambah di Paris, Perancis ia memiliki sebuah laboratorium penelitian parfum. Martha
Tilaar juga memiliki puluhan spa di luar negeri yang tetap menempelkan merek dagang
Martha Tilaar. Seperti di Malaysia, bertempat di Crown Princess Kuala Lumpur
pembukaan spa Martha Tilaar dihadiri oleh Permaisuri Agung Siti Aishah. Spa ini
didirikan khusus untuk memenuhi banyaknya permintaan terutama pelanggan dari salon
di City Square, Kuala Lumpur.
Kembali ke kisah bagaimana dahulu orang memandang Sariayu Martha Tilaar
masih sebelah mata. Walau bergemilang sukses dan bersohor nama di negeri asing,
Martha Tilaar justru pernah merasakan sebuah kepahitan di tanah air. Itu, terjadi tatkala
ia hendak menyewa dan membuka gerai jamu dan kosmetika di beberapa mall dan plaza
terkemuka di Jakarta, persis di pusat perkantoran dan rumah tinggal kalangan berduit. Ia
ditolak menyewa tempat. ”Dulu kalau saya mau sewa tempat diusir. Mereka hanya mau
menjual produk branded. Dibilang standar plazanya akan turun karena dianggap tidak
ada image,” kata Martha Tilaar, yang dalam hidup tak pernah mau menyerah apalagi
berputus asa.
Respon atas penolakan itu Martha Tilaar menyegerakan mendirikan Puri Ayu
Martha Tilaar, sejak Mei 1995, sebagai gerai jamu dan kosmetika Sariayu sekaligus
berfungsi sebagai pusat pelayanan konsumen. Gerai dan pusat pelayanan konsumen ini
berada dalam bendera usaha PT Martha Beauty Galery. Gerai Puri Ayu Martha Tilaar
pertamakali berdiri di Graha Irama, di kawasan elit Kuningan, Jakarta Selatan, lalu
berkembang pesat memasuki kota-kota besar lain di Indonesia.
Investasi Riset
Martha Tilaar mempunyai komitmen tinggi membangun industri kosmetika. Ia
investasi besar di bidang riset dan pengembangan (R&D). Ia mau mengirim staf ahli
farmasinya belajar ke luar negeri, atau mengikuti berbagai pameran di luar negeri. Ia
memiliki dua orang staf ahli farmasi bergelar doktor, sejumlah magister dan sarjana
strata satu lainnya. Berdasar komitmen kuat itu Martha ingin menunjukkan kepada
bangsa-bangsa di dunia bahwa Indonesia bisa unjuk diri dan tidaklah ketinggalan di
bidang kosmetika dan tata rias.
R&D memberi hasil lain. Martha Tilaar perlahan-lahan berhasil mengurangi
ketergantungan kandungan bahan baku impor, berganti dengan bahan baku lokal di
setiap produknya. Hasil lain lagi, ini yang lebih mencengangkan, pada bulan Juli 2002
Sekjen PBB Kofi Annan mengundang Martha Tilaar hadir dalam forum Global
Compact, di New York, AS.
Di forum itu para pengusaha yang diundang diminta mempromosikan praktik
berbisnis yang baik dalam bidang hak asasi manusia, tenaga kerja, dan lingkungan, yang
telah dipraktikkan. Tujuannya agar setiap pengusaha menempatkan masalah
sumberdaya manusia, sumberdaya alam, lingkungan, dan hak-hak asasi manusia sebagai
prioritas penanganan dunia usaha.
Ketika berbicara pada pertemuan Komite Pengarah Nasional Global
Environment Facility (GEF)/Small Grant Program, di Jakarta, 5 Oktober 2004, Martha
Tilaar kembali mengangkat ulang komitmennya yang tinggi terhadap produk lokal
dalam nada berbeda. Martha sangat menyayangkan betapa produk-produk lokal yang
selama ini diklaim sebagai warisan budaya, seperti rendang masakan Padang, atau
songket kain dari Pelembang, itu ternyata sudah didaftar-patenkan oleh tetangga negeri
serumpun Malaysia. Ia pun khawatir akan jamu, yang dari zaman kapanpun kita merasa
itu milik kita, keburu dipatenkan pihak asing.

Keajaiban Tuhan
Martha agaknya menjadi salah seorang wanita Indonesia yang sangat diurapi
Tuhan. Ahli obstetri dan ginekologi dalam dan luar negeri pernah memvonisnya
mandul. Sudah 11 tahun menikah keinginan kuat untuk segera mempunyai anak tak
kunjung terwujud. Dokter-dokter mancanegara di Skotlandia, Belanda, hingga Amerika
Serikat rela ia kunjungi untuk berobat medis. Semua memberi kesimpulan vonis mandul
kepada Martha.
Untung Martha mempunyai seorang nenek ahli membuat jamu, yang meminta
diberi kesempatan mengobati kemandulan dengan jejamuan. Sang nenek, Ny. Pranoto
dengan telaten dan penuh kasih sayang memberi jamu penyubur peranakan. Jamu itu
diolah sederhana hanya direbus. Martha Tilaar yang berusia 37 tahun namun belum
mempunyai anak, saat itu diurut dua kali seminggu dan diberi tapel. Tiba tepat pada usia
41 Martha Tilaar ketahuan tak mengalami masa haid. Ia tak datang bulan atau
menstruasi. Ia melapor ke profesor dokter yang biasa memeriksanya, mengatakan sudah
hamil sebab berhenti menstruasi. Profesor malah mengatakan kalau Martha tengah
mengalami masa menopouse.
Hati Martha menjadi sedih dan menangis dalam perjalanan pulang ke rumah,
sambil membayangkan wajah suaminya, Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, seorang akademisi dan
tokoh pendidikan yang sangat senang terhadap anak. Pasrah saja, “Sesampainya di
rumah saya langsung katakan pada suami bahwa saya sudah mandul, kalau mau kawin
lagi silakan, tapi dengan hati hancur. Tetapi, suami saya mengatakan, jangan khawatir
saya sudah mempunyai isteri kedua yaitu buku-buku,” kenang Martha, menjelaskan saat
menjalani masa-masa pergumulan hidupnya yang terpenting.
Walau sedih Martha tak putus harapan. Ia berinisiatif memeriksakan diri ke
laboratorium. Dan hasilnya positif hamil. Dokter tetap saja tak percaya. Ia disuruh
menunggu lagi selama 120 hari untuk memperoleh kepastian. Maklum, saat itu belum
ada pemeriksaan model ultrasonografi (USG). “Setelah 120 hari menunggu, saya
diperiksa ternyata ada denyut jantung anak saya. Ini keajaiban Tuhan. Dia lahir cantik
dan setelah kuliah dia lulus summa cum laude,” kata Martha, yang melahirkan anak
pertama di usia 42 tahun lama menunggu setelah 16 tahun menikah.
Pada usia ke-46 tahun Martha kembali berkesempatan melahirkan anak kedua,
hingga keluarga ini genap dikaruniai empat orang anak. Semuanya tumbuh cerdas dan
pintar. Anak pertamanya yang berhasil lulus dengan predikat summa cum laude, di
Amerika Serikat, itu membuat Martha menangis terharu karena merasa dirinya sampai
saat itu bukanlah apa-apa.
Perjalanan bisnis Martha Tilaar agaknya tak juga lepas dari keajaiban pekerjaan
tangan Tuhan. Walau pernah mengalami nyaris bangkrut, atau pecah kongsi, biduk
usahanya tetap terpelihara baik. Tahun 1970 ia mendirikan salon kecil Martha Salon, di
garasi rumah ayahnya sekaligus mencoba membuat produk-produk kecantikan dari
bahan alam. Tak lama, dua tahun kemudian 1972 ia membuka salon kedua di Jalan
Anggur No. 3 Cipete, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, sambil memulai penggunaan
merek dagang baru Sariayu Martha Tilaar, merek yang jika diartikan “Sarinya Wong
Ayu”.
Menginjak tahun 1977 Martha Tilaar menjajaki kerjasama dengan Theresia
Harsini Setiady, dari PT Kalbe Farma sekaligus pemiliknya. Mereka sepakat membuat
perusahaan kosmetika dan jamu, namanya PT Martina Berto, dan meluncurkan Sariayu
Martha Tilaar sebagai produk pertama. Pada 22 Desember 1981 PT Martina Berto
membuka pabrik kosmetika pertama di Jalan Pulo Ayang, Kawasan Industri Pulo
Gadung, Jakarta Timur diresmikan oleh Ny Nelly Adam Malik saat itu istri Wakil
Presiden Adam Malik. Tahun 1983 Martha Tilaar mendirikan PT Sari Ayu Indonesia,
khusus sebagai distributor produk kosmetika Sariayu Martha Tilaar. Tahun 1986 Martha
Tilaar kembali membuka pabrik kedua, kali ini di Jalan Pulokambing II/1, masih di
areal sama Kawasan Industri Pulogadung yang kali ini diresmikan oleh Ny. Karlinah
Umar Wirahadikusumah, istri Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah.
Sepanjang tahun 1988-1995 PT Martina Berto berkesempatan mengakuisisi
sejumlah perusahaan, seperti PT Kurnia Harapan Raya, PT Cempaka Belkosindo Indah,
PT Cedefindo, PT Estrella Lab, dan PT Kreasi Boga. Kemudian, pada tahun 1999
Martha Tilaar beserta anggota keluarga berkesempatan membeli seluruh saham PT
Kalbe Farma yang ada pada PT Martine Berto.
Sejak saat itulah Martha Tilaar dan keluarga menguasai sepenuhnya saham PT
Martina Berto. Bersamaan itu dilakukanlah konsolidasi perusahaan digabungkan ke
dalam Martha Tilaar Group. Anak perusahaan Martha Tilaar Group terdiri PT Martina
Berto dan PT Tiara Permata Sari (sebagai pemanufaktur dan pemasar produk Sariayu
Martha Tilaar, Biokos Martha Tilaar, Belia Martha Tilaar, Berto Martha Tilaar, Aromatic
Oil Of Java Martha Tilaar, Dewi Sri Spa Martha Tilaar, Jamu Garden Martha Tilaar).
Kemudian, PT Cedefindo (pemanufaktur dan pemasar produk Rudy
Hadisuwarno Cosmetics, Madonna), PT Cempaka Belkosindo Indah (pemanufaktur dan
pemasar produk Mirabella dan Cempaka), PT Sari Ayu Indonesia (distributor semua
produk PT Martina Berto dan PT Tiara Permata Sari, produk Cempaka Belkosindo
Indah, kecuali produk Cempaka), PT Martha Beauty Gallery (perusahaan jasa untuk
Martha Tilaar Salon, Martha Tilaar Salon & Day Spa, Cipta Busana Martha Tilaar, Art
& Beauty Martha Tilaar, Puspita Martha Tilaar).

Anak Tomboy
Martha Tilaar yang memproduksi beragam jamu dan kosmetika untuk
mempercantik wanita Indonesia, ternyata, pada masa mudanya adalah seorang wanita
yang begitu tomboy dan bahkan ‘elek’.
Martha Tilaar sebagai bayi dilahirkan dalam keadaan fisik yang tidak begitu
sehat. Sedang berada dalam kandungan, sang ibunda seringkali mengalami beragam
masalah dengan kesehatannya. Seperti tidak mau melihat sinar matahari, tidak mau
bergerak, dan terutama tidak mau makan karena perut terasa mual terus-menerus. Bayi
Martha pun tumbuh tidak sehat sebab sering terserang peyakit. Tak kurang tersedia 13
orang dokter yang merawatnya.
Oleh Sang Ibu, sejak dini kepada Martha diajarkan cara hidup how to solve the problem.
Martha dibekali beragam keterampilan seperti berjualan kecil-kecilan, disuruh
menghitung uang, hingga memilih dan memastikan mana telur segar dan mana yang
busuk. Sang Ibunda tetap saja dihinggapi rasa kekuatiran perkembangan Martha kecil
akan lambat sebagai pengaruh kurang sehat selama dalam kandungan. Nyatanya Martha
tumbuh menjadi anak yang sehat.
Martha Tilaar remaja adalah gadis yang tomboy. Tidak pernah bisa tinggal diam.
Tingkah laku dan cara berpakaiannya seperti anak lelaki kebanyakan. Meski rumah
eyangnya berpagar tinggi ia tetap saja bisa menyelinap keluar untuk pergi bermain
layang-layang, menikmati pemandangan desa, atau menikmati sawah-sawah yang
menghampar hijau. Ia bahkan tak ragu mencebur ke dalam sungai yang mengalir untuk
berenang.
Kenakalannya sebagai anak-anak salah satunya adalah suka mencuri uang
ibunya. Biasanya, uang itu digunakannya untuk jajan membeli makanan yang enak.
Ketika aksinya ketahuan ibunya menasehati, jika ingin punya uang banyak untuk jajan
Martha harus bekerja keras.
Nasehati itu dituruti benar. Bermodalkan uang jajan pemberian orangtua Martha
kecil membeli jajanan di toko, seperti kacang, lalu dibungkusnya kecil-kecil untuk
kemudian dijual kembali kepada teman-teman sekolah. Ia memperoleh uang jajan lebih
jadinya. Demikian pula terhadap tanaman Sogok Telik dan Jali-jali Putih, yang tumbuh
subur di tanah milik eyangnya, ia rangkai menjadi satu paduan yang bagus. Perhiasan
berupa kalung dan gelang yang ia rangkai sendiri dari kedua jenis tanaman tadi, Martha
jual kepada teman-temannya di sekolah. Kedua tanaman tersebut sangat bernilai dalam
kehidupan masa kecil Martha

Martha adalah anak yang paling 'elek' (bahasa Jawa = 'jelek'), paling bandel, dan
sangat tidak suka merawat diri jika dibandingkan saudara lainnya. Hobi berenang
membuat kulit Martha tidak sehat, rambut yang panjang memerah semua, wajah pun tak
karuan. Ibunya seringkali menegur mengingatkan Martha agar lebih peduli merawat
diri. Apalagi Martha, yang kuliah mengambil Jurusan Sejarah IKIP Negeri Jakarta dan
lulus tahun 1963, sebagai seorang guru diingatkan akan sering bertemu dan tampil di
hadapan murid-murid. Dengan diantar Sang Ibu Martha Tilaar “dipaksa” mengikuti les
tata kecantikan ke Titi Purwosoenoe. Yang menjadi unik, sejak saat itulah Martha mulai
jatuh cinta terhadap kecantikan.

Martha Tilaar sesuai kodratnya sebagai perempuan dan istri dari Prof Dr. H.A.R.
Tilaar mau berdiam di negeri Paman Sam mengikuti sang suami yang sedang menjalani
tugas belajar. Kesempatan itu digunakannya untuk belajar kecantikan di Academy of
Beauty Culture, Bloomington, Indiana, AS. Begitu lulus dari akademi kecantikan
Martha segera membuka praktek salon kecantikan di negeri Paman Sam itu. Ia membuat
selebaran semacam brosur sederhana, mempromosikan jasa layanan salonnya. Berbagai
usaha promosi dilakukan seperti masuk ke kampus-kampus, mendatangi rumah-rumah
mantan dosen untuk mendandani para istrinya. Begitu pula kepada mahasiswa-
mahasiswa Indonesia, atau ibu-ibu yang mengikuti suaminya tugas di luar negeri.
Martha juga menyempatkan diri melamar bekerja sebagai salesgirl produk kosmetika
Avon. Setiap sore ia keluar masuk asrama mahasiswa dan mengetuk pintu untuk lalu
berteriak lantang, “Avon Calling!”
Ketika kembali ke Indonesia Martha segera ingin membuka salon. Karena belum
mempunyai rumah sendiri “Martha Salon” miliknya yang pertama menumpang di garasi
rumah orangtuanya, di Jalan Kusuma Atmaja No. 47, Menteng, Jakarta Pusat di sebuah
ruangan berukuran 6x4 meter. Martha Salon ia dirikan persis tanggal 3 Januari 1970.
Martha Tilaar di tahun 1970-an itu masih bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, sangat
berbeda jauh dengan kondisi kekinian.
Martha Tilaar sesudah di puncak kesuksesan karir dan usaha ingin berbuat
banyak kepada masyarakat. Ia tak tega merasakan ketika sedang berada di Yogyakarta
menyaksikan langsung seorang ibu berusia muda menyusui anaknya kelihatan berwajah
sudah seperti sangat tua. Beban persoalan hidup yang menghimpit ibu muda itu untuk
harus bekerja keras menafkahi keluarga, telah menggerogoti kecantikan usia mudanya.
Melihat itu Martha berpikir harus segera melakukan sesuatu. Lalu lahirlah konsep
community trade, salah satu bentuk pengembangan masyarakat melalui industri
kerajinan. Komunitas ini telah berhasil mengumpulkan 142 perajin di Sentolo,
Yogyakarta bernama Prama Pratiwi Martha Gallery.
Martha melahirkan konsep community trade bersama rekannya Emmy Pratiwi,
karena itu namanya disebut Prama Pratiwi Martha Gallery yang menyediakan segala
fasilitas produksi industri kerajinan. Hasilnya sangat memuaskan. Ketekunan para
perajin dan tekad mau berkembang membuat mereka cepat berhasil. Produk dari para
perajin sebagian besar ditujukan untuk pasar ekspor ke Perancis, Australia, dan
Amerika.
Martha juga mendirikan Yayasan Martha Tilaar. Ia mendidik banyak wanita dan
ibu-ibu tentang kecantikan. Tujuannya agar mereka mengerti kecantikan sehingga bisa
merawat diri. Namun yang terutama agar mereka mempunyai keterampilan tentang
kecantikan, sesuatu yang pernah banyak menolong wanita di saat krisis multidimensi
melanda bangsa termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan wanita
maupun laki-laki di banyak perusahan lain. Bagi Martha Tilaar perempuan adalah
pemersatu yang sangat besar perannya bagi keutuhan bangsa. Karena itu ia tak ingin
perempuan terbelakang dalam soal pendidikan.
Bagi Martha di era modern seperti sekarang makna emansipasi bukan semata
dimaknai untuk memperoleh persamaan hak dengan kaum pria. Melainkan jauh lebih
besar dari itu berjuang demi memperoleh hak memilih dan menentukan nasib sendiri.
“Sebenarnya yang perlu dituntut kaum perempuan, bukan hanya persamaan hak, tapi
juga hak memilih dan menentukan nasib sendiri,” kata Martha Tilaar.

http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/m/martha-tilaar/index.shtml
ANALISA

Marta Tilaar DR (H.C.) Martha Tilaar lahir di Kebumen, Jateng, 4 September


1937.Sekarang tinggal di Gedung PT Martina Berto Jalan Pulo Kambing II No. 1
Kawasan Indusri Pulogadung, Jakarta Timur 13930.Istri dari Prof. Dr. H.A.R. Tilaar dan
ibu dari Bryan Emil Tilaar,Pinkan Tilaar, Wulan Tilaar, Kilala Tilaar
dulunya adlah seorang anak yang tomboi dan tidak mengenal tatrias/ kosmetik. Karena
tuntutan kedepan dari mata kuliah yang diambilnya,orang tuanya memaksanya untuk
belajar tentang ilmu kecantikan dengan mengikuti les tata kecantikan ke Titi
Purwosoenoe.
Mahasiswa lulusan IKIP Negeri Jakarta, Jurusan Sejarah, tahun 1963
dan Academy of Beauty Culture, Bloomington, Indiana, AS itu memulai karirnya
dengan usaha kecilnya membuka salon kecantikan digarasi rumahnya dengan berbekal
ilmu kecantikan yang diperolehnya saat mengikuti les tata kecantikan dan kuliah
kecantikan di AS. Selanjutnya dia mencoba untuk meluaskan usahanya dengan
membuka beberapa salon baru.Dengan komitmenya mengangkat nilai luhur budaya
Daerah di Indonesia dia bergerak maju meluaskan sayapnya mendirikan berbagai
industri kosmetik/kecantikan Martat Tilaar yang namanya tetap tenar sampai sekarang
ini.
Didalam hidupnya marta tilaar sangat memperhatikan kehidupan seorang wanita dengan
mendirikan Yayasan Martha Tilaar yang mengajarkan agar wanita mengerti kecantikan
sehingga bisa merawat diri

Hasil analisa saya, kunci keberhasilan seorang Marta Tilaar terletak pada hal
sebagai berikut:
1. Kreatif,menciptakan tren atau model-model baru.
2. Komitmen tinggi untuk membangun dan memajukan industri kosmetika dengan
mempertahankan unsure-unsur budaya Indonesia didalamnya.
3. Tidak pernah mau menyerah dan putus asa.
4. Berani mencoba dan berangkat dari hal yang kecil.
Selain kunci keberhasilan itu,kesuksesan seorang Marta tilaar tak lepas juga dari
keajaiban/ karunia dan berkah Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai