Judul : Pay What You Want: A New Participative Pricing Mechanism
Penulis : Ju-Young Kim 1 , Martin Natter 2 , dan Martin Spann 3
Tahun : 2009 Nama Jurnal : Journal of Marketing, Vol. 73 (January 2009), 44-58 Kata Kunci : pay what you want, pay as you wish, participative pricing, service pricing, voluntary contributions
PENDAHULUAN Elemen penting dari strategi marketing adalah strategi penetapan harga perusahaan. Tujuan utama strategi penetapan harga adalah memaksimalkan keuntungan penjual dengan menangkap heterogenitas penilaian produk yang dilakukan konsumen dan untuk menghadapi persaingan dan kanibalisasi (Tellis 1986). Mekanisme penetapan harga partisipatif seperti lelang dan tentukan harga Anda sendiri (NYOP), dapat dianggap sebagai penetapan harga inovatif dan tidak konvensional karena sistem ini melibatkan konsumen dalam proses pengaturan harga. Penetapan harga partisipatif lainnya adalah pay what you want/bayar sesuai dengan yang Anda inginkan (PWYW). PWYW merupakan model penetapan harga partisipatif dimana pembeli mengendalikan semua pengaturan harga pada level maksimal, konsumen dapat menetapkan harga di bawah atau sama dengan nol, dan penjual tidak dapat menolaknya. Contoh penerapan PWYW salah satunya pada Pakistan Restoran bernama Wiener Deewan yang bertempat di Wina.
RUMUSAN MASALAH Penelitian ini menganggap penetapan harga sebagai faktor penting yang mendukung keberhasilan bisnis sehingga kemudian muncul rumusan permasalahan penelitian. Rumusan
1 Ju-Young Kim adalah seorang asisten peneliti dan kandidat doctor 2 Martin Natter adalah Pimpinan Ritel Hans-Strothoff, Departemen Pemasaran, Universitas Frankfurt, Jerman 3 Martin Spann adalah Profesor Pemasaran dan Inovasi, Sekolah Ekonomi dan Bisnis, Universitas Passau, Jerman
permasalahan penelitian ini diantaranya bahwa peneliti ingin membuktikan apakah harga yang dibayarkan pada PWYW pada interaksi langsung, adalah lebih dari nol. Selanjutnya, peneliti juga ingin mengetahui apakah rasa keadilan, sifat mementingkan kepentingan orang lain (altruisme), kepuasan dan loyalitas memiliki pengaruh yang positif terhadap proporsi harga referensi yang dibayarkan kepada penjual.
TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan perilaku penetapan harga pada sistem penetapan harga pay what you want (PWYW) dan menganalisa dampak PWYW pada penghasilan dan unit penjualan produsen atau penjual.
MODEL ANALISIS (KERANGKA KONSEPTUAL)
Gambar 1.1. Kerangka Konseptual penelitian Kerangka konseptual di atas menggambarkan hubungan kausalitas antar variabel laten yaitu menggambarkan rasa keadilan (fairness), sifat mementingkan kepentingan orang lain (altruism), kepuasan (satisfaction) dan loyalitas (loyalty) memiliki pengaruh yang positif terhadap proporsi harga referensi (reference price) yang dibayarkan kepada penjual. Model analisis tersebut juga menggambarkan hipotesis dari penelitian.
*Price paid > 0
TEORI 1. Landasan Teori Pay What You Want (PWYW) PWYW atau bayar sesuai yang Anda inginkan adalah sebuah mekanisme penetapan harga partisipatif yang memberikan semua penentuan harga pada pembeli dan penjual harus menerima harga pembeli tersebut serta tidak dapat menarik kembali produk yang telah ditawarkan (Kim, Natter dan Spann, 2009). Perilaku pembeli pada PWYW Konsumen dapat menentukan setiap harga produk yang mereka beli. Motif Konsumen berbeda dari asumsi dalam teori ekonomi neoklasik dimana konsumen akan memaksimalkan utilitas (Kim, Natter dan Spann, 2009). Sebagai contoh, perilaku khas pada PWYW, menurut pemilik restoran Wiener Deewan, yang menawarkan makanan dalam kondisi PWYW, harga yang dibayar berkisar dari 0 hingga 20, dengan harga rata-rata 7,49 .
2. Hubungan Antar Variabel (Hipotesis) Motif yang mendasari pembayaran Berdasarkan teori Fiske (1992) tentang hubungan sosial, Heyman dan Ariely (2004) mendefinisikan dua kategori umum untuk menggambarkan hubungan pertukaran: hubungan uang-pasar (money-market relationship) dan hubungan sosial-pasar (social-market relationship). Dalam hubungan uang-pasar, pertukaran diatur dengan menggunakan nilai atau metrik utilitas (misalnya, harga untuk suatu produk). Sebaliknya, pada hubungan sosial-pasar yang ditandai bukan pada pembayaran (nonpayment), dan pertukaran bertindak sesuai dengan norma-norma pertukaran sosial (yaitu, norma timbal balik, norma kerjasama, atau norma- norma distribusi). Oleh karena pada PWYW pembeli dapat membayar harga berapapun, termasuk nol, norma-norma pertukaran pasar lebih sedikit berpengaruh dibandingkan dengan norma-norma pertukaran sosial, yang pada gilirannya mempengaruhi perilaku pembeli (Osterhus 1997). Ini melibatkan norma distribusi, yang berarti bahwa orang mencari alokasi sumber daya yang sama dan khususnya yang kuat dalam masyarakat demokratis (Elster 1989). Melanggar norma-norma pertukaran sosial dalam hal ini pada PWYW, dengan tidak membayar sama sekali dapat mengakibatkan kesulitan dan penolakan sosial oleh orang lain (Ariely, Bracha, dan Meier 2007; Elster 1989; Venkatesan 1966). Oleh karena itu, manfaat membayar harus
lebih besar daripada kesulitan yang akan dihadapi dan resiko penolakan sosial yang berkaitan dengan pelanggaran norma-norma sosial. Kahneman, Knetsch, dan Thaler (1986) menemukan bahwa orang lebih bersedia untuk mengalami kerugian daripada menerima distribusi yang tidak merata. Lynn (1990) memberikan penjelasan tambahan untuk mengapa konsumen bisa membayar lebih dari nol. Ia menemukan bahwa konsumen restoran memilih untuk membayar lebih dari yang mereka butuhkan untuk hidangan mereka telah dikonsumsi. Lynn menyimpulkan bahwa beberapa orang mungkin menggunakan harga sebagai alat manajemen kesan untuk menghindari penilaian sebagai orang yang miskin atau penilaian murah. Berdasar latar belakang teori di atas maka dalam penelitian ini muncul hipotesis 1: Hipotesis 1: harga yang dibayarkan pada PWYW pada interaksi langsung, adalah lebih dari nol Pendorong proporsi referensi harga pembeli yang dibayarkan ke penjual Harga referensi adalah harga yang dirasakan pantas untuk dibayarkan oleh konsumen (Kim, Natter dan Spann, 2009). Baru-baru ini, beberapa penelitian dalam ilmu ekonomi eksperimental telah memberikan bukti bahwa konsumen sangat termotivasi oleh keprihatinan keadilan dan timbal balik (Andreoni dan Miller 2002; Bolton dan Ockenfels 2000; Fehr dan Schmidt 1999, 2003; Rabin 1993). Rabin (1993) mengembangkan konsep keseimbangan keadilan, yang didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang membantu mereka yang baik kepada mereka dan menghukum mereka yang tidak baik. Konsumen bersedia untuk bekerja sama dan bahwa perilaku mereka sangat didorong oleh keprihatinan keadilan. Menurut teori keadilan, keadilan dalam pertukaran sosial menyiratkan alokasi yang proporsional terhadap sumber daya (Adams 1965; Carrell dan Dito 1978). Teori Ekuitas mengakui bahwa faktor individu mempengaruhi penilaian masing-masing konsumen dan persepsi hubungannya dengan mitra relasional (Guerrero, Andersen, dan Afifi 2007). Jika konsumen merasakan rasio input-nya untuk sebuah hasil setara dengan mitra relasionalnya, maka konsumen akan mempertimbangkan bahwa ia telah diperlakukan dengan adil. Sebaliknya, ketika konsumen berpartisipasi dalam hubungan tidak adil, ia akan menjadi tertekan. Berdasarkan landasan teori di atas, maka hipotesis terkait dengan fairness: Hipotesis 2: Keadilan memiliki pengaruh yang positif terhadap proporsi harga referensi yang diberikan kepada penjual.
Referensi harga internal dari pembeli Selain keadilan, pembeli juga membayar harga lebih tinggi karena altruisme (Maner dan Gailliot 2007; Piliavin dan Charng 1990), yang didefinisikan sebagai "perilaku yang dilakukan untuk kemanfaatan orang lain tanpa mengharap penghargaan dari orang lain" (Macaulay dan Berkowitz 1970, p. 3). Altruisme terjadi ketika seseorang tidak peduli untuk hadiah apapun (Andreoni 1990). Hasil penelitian, berasal dari "permainan diktator," juga menekankan pentingnya altruisme untuk menjelaskan perilaku ekonomi (Andreoni dan Miller 2002; Bolton, Katok, dan Zwick 1998; Forsythe et al 1994.). Dalam pertandingan diktator, pengusul menentukan pemecahan uang antara dirinya dan responden tersebut. Berbeda dengan permainan ultimatum, responden tidak memiliki pilihan untuk menolak tawaran itu dan harus menerima usulan apapun. Peran responden adalah sepenuhnya pasif. Beberapa peneliti telah menunjukkan bahwa rata-rata, pengusul mengalokasikan uang kepada responden dan dengan demikian mengurangi keuntungan kesepakatan mereka, yang menunjukkan perilaku altruistik murni. Atas dasar bahwa konsumen menyumbangkan atau mengalokasikan uang untuk orang lain tanpa mengharapkan imbalan, kita dapat menyimpulkan bahwa perilaku altruistik benar-benar ada. Oleh karena itu akhirnya penelitian ini memunculkan hipotesis 3: Hipotesis 3: Altruisme memiliki pengaruh yang positif terhadap proporsi harga referensi yang diberikan kepada penjual.
Terdapat dua jenis kepuasan, kepuasan transaksi-spesifik dan kumulatif dimana kepuasan transaksi-spesifik mengacu pada evaluasi pasca pemilihan konsumen terhadap transaksi produk atau layanan (Jones dan Suh 2000; Olsen dan Johnson 2003). Sebaliknya, kepuasan konsumen kumulatif adalah evaluasi keseluruhan suatu produk atau pelayanan berdasarkan total pembelian konsumen dan pengalaman konsumsi sampai saat ini (Anderson, Fornell, dan Mazvancheryl 2004; Fornell 1992). Dalam penelitian ini, kepuasan mengacu pada evaluasi pasca konsumsi dari konsumen tentang kualitas dan / atau jasa. Jika penjual menawarkan produk dengan kualitas tinggi, kepuasan dan utilitas konsumen akan meningkatkan (Anderson, Fornell, dan Lehmann 1994; Anderson dan Sullivan 1993; Bolton 1998; Fornell 1992; Fornell et al 1996.). Hipotesis 4: Kepuasan memiliki pengaruh yang positif terhadap proporsi harga referensi yang diberikan kepada penjual.
Pembelian berulang di toko yang sama atau hubungan jangka panjang dengan penjual mungkin juga berdampak pada pengambilan keputusan pembeli. Tujuan dari pembelian berulang atau, bahkan lebih kuat, loyalitas pada toko dapat meningkatkan harga yang dibayar sebagai akibat perilaku strategis. Oleh karena itu, pembeli membayar harga lebih tinggi karena (1) mereka ingin penjual bertahan hidup dan (2) mereka takut rasa malu di masa depan ketika mereka membayar harga yang rendah. Untuk itu muncul hipotesis tentang loyalitas: Hipotesis 5: Loyalitas memiliki pengaruh yang positif terhadap proporsi harga referensi yang diberikan kepada penjual.
METODOLOGI Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kausal yaitu metode dengan menekankan pada hubungan kausal; bagaimana satu variabel mempengaruhi, atau bertanggung jawab atas perubahan dalam variabel lainnya (Cooper dan Schindler (2008) dan memiliki desain penelitian kombinasi antara eksperimen dan survei. Terdapat tiga kali eksperimen (study 1, study 2 dan study 3) dan survei juga dilakukan pada masing-masing study. Pada bagian survei, terdapat 6 variabel, yaitu harga referensi (reference price) sebagai variabel dependen, dan rasa keadilan (fairness), sifat mementingkan kepentingan orang lain (altruism), kepuasan (satisfaction) dan loyalitas (loyalty) sebagai variabel independen.
Operasionalisasi eksperimen dan survei: Study 1 Setting Penelitian. Eksperimen dilakukan pada restoran Persia yang berada di Downtown Frankfurt, Jerman, merupakan restoran dengan harga kelas menengah dengan kapasitas 60 orang tamu. Waktu. Dilakukan pada saat bulan November dan Desember 2007. Eksperimen tepat 9 bulan setelah restoran dibuka, eksperiman juga dilakukan sebagai promosi restoran. Populasi. Populasi adalah seluruh pelanggan restoran.
Sampel. Dari 253 pelanggan restoran, 172 pelanggan diminta untuk membayar makanan sesuai dengan kehendak mereka sendiri (68% response rate). Survei. Sampel yang ada juga diminta untuk mengisi kuesioner pertanyaan dengan skala likert 5 poin untuk variabel: fairness, altruism, loyalty, price consciousness, dan satisfaction. Pendekatan Penelitian dan Teknik Analisis. Analisis Deskriptif, analisis reliabilitas dan validitas (untuk instrument penelitian, dan regresi linier berganda (untuk menguji model dan hubungan antar variabel). Study 2 Setting Penelitian. Eksperimen dilakukan pada Bioskop Multiplex Cinema di sebuah kota didekat Franfurt kapasitas antara 99 sampai 255 penonton. Waktu. Dilakukan pada bulan November 2007. Populasi. Populasi adalah seluruh pelanggan bioskop. Sampel. Sampel sebanyak 247 orang. Survei. Sampel yang ada juga diminta untuk mengisi kuesioner pertanyaan dengan skala likert 5 poin untuk variabel satisfaction (friendliness of cashiers, atmosphere, cleanliness of cinema, movie). Pendekatan Penelitian dan Teknik Analisis. Analisis Deskriptif, analisis reliabilitas dan validitas (untuk instrument penelitian, dan regresi linier berganda (untuk menguji model dan hubungan antar variabel) Study 3 Setting Penelitian. Eksperimen dilakukan pada kedai minuman (terutama minuman panas seperti wine, chocolate, antipasti, sandwiches) di daerah Wiesbadden, Frankfurt, Jerman dengan kapasitas pengunjung 15 20 pelanggan. Waktu. Dilakukan pada bulan Juli 2006 Populasi. Populasi adalah seluruh pengunjung kedai. Sampel. Sampel sebanyak 271 pelanggan Survei. Sampel yang ada juga diminta untuk mengisi kuesioner pertanyaan dengan skala likert 5 poin untuk variabel: fairness, altruism, loyalty, price consciousness, dan satisfaction.
Pendekatan Penelitian dan Teknik Analisis. Analisis Deskriptif, analisis reliabilitas dan validitas (untuk instrument penelitian, dan regresi linier berganda (untuk menguji model dan hubungan antar variabel)
Definisi Operasional dan Instrumen Penelitian pada Survei Penelitian ini menggunakan konstruk dari beberapa penelitian sebelumnya sehingga didapatkan instrument penelitian sebagai berikut:
Tabel 1. Konstruk Penelitian
HASIL PENELITIAN
Konsisten dengan H1, harga yang dibayar secara signifikan berbeda dari nol (p <.01) dalam ketiga studi. PWYW harga rata-rata dibayar di studi 3 secara signifikan lebih tinggi (p <.01) dibandingkan harga biasa rata-rata. Secara keseluruhan, pelanggan membayar 10,62% (p <.01) harga yang lebih tinggi untuk harga minuman, minus 28,72% (p <.01) untuk tiket bioskop, dan minus 19,37% (p <.01) untuk makan siang restoran prasmanan dibandingkan dengan harga reguler. Data survei menunjukkan bahwa rata-rata, konsumen membayar sekitar 86% dari harga referensi ke penjual. Di restoran, para tamu membayar rata-rata 82% dari harga referensi mereka untuk makan siang prasmanan.
Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Pada analisis validitas dan reliabilitas, terlihat nilai Alfa Cronbachs yang tinggi (di atas 0,7), hal ini menunjukkan validitas dan reliabilitas yang baik (Nunally 1978).
Analisis Struktural (Uji Model) Analisis menggunakan regresi linear berganda. Data diambil dengan menggunakan kuesioner sebanyak 690 kuesioner; 169 dari restoran, 171 dari bioskop dan 270 dari kedai minuman. Variabel dependen adalah harga yang dibayarkan PWYW, sedangkan variabel independen: Fairness, Altruism, Satisfaction, Loyalty. Variabel kontrol: price consciousness, income. Berikut hasil uji model:
Nilai R-square menunjukkan bahwa model yang diusulkan kami menjelaskan 62% dari variasi perilaku pembeli di seluruh studi lapangan dan 38% dijelaskan oleh variabel di luar model. Menurut hasil estimasi, harga final yang telah dibayarkan konsumen didorong terutama oleh apa yang konsumen anggap sebagai adil, oleh kepuasan mereka terhadap produk atau jasa, oleh kesadaran harga, dan oleh laba bersih. Selain itu, harga referensi eksternal yang disediakan oleh penjual dapat memiliki dampak positif pada harga final yang telah dibayar. Sebaliknya, altruisme dan loyalitas hanya mempengaruhi sebagian harga produk ketika konsumen memiliki kesempatan untuk membayar apa yang mereka inginkan.
DISKUSI DAN IMPLIKASI MANAJERIAL Temuan menunjukkan bahwa harga final yang telah dibayar secara signifikan (p <.01) lebih besar dari nol untuk ketiga kasus. Harga akhir yang dibayar tergantung pada harga referensi internal pembeli dan proporsi berapa banyak pembeli bersedia untuk sharing keuntungan dengan penjual. Proporsi ini terutama didorong oleh keadilan, kepuasan, kesadaran harga, dan pendapatan. Tujuh bulan setelah memperkenalkan PWYW permanen untuk makan siang prasmanan, pemilik masih melaporkan hasil yang positif dan bahkan berencana untuk membuka restoran lain dengan mekanisme harga yang sama. Dengan menerapkan PWYW, pemilik restoran menarik lebih banyak pelanggan dan pendapatan meningkat. Hal ini mengejutkan bahwa harga rata-rata dibayar lebih tinggi dari harga biasa di toko makanan itu. Harga-harga yang lebih tinggi di PWYW menyiratkan kesempatan untuk menaikkan harga produk dalam harga tinggi. PWYW menimbulkan risiko bahwa harga yang dibayar oleh pembeli akan lebih rendah dari harga penjual, atau bahkan sama dengan nol.
KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN PENELITIAN MENDATANG Penelitian ini memiliki keterbatasan terkait dengan beberapa hal. Menurut pemilik restoran, pendapatan hampir dua kali lipat di malam hari setelah kami melakukan percobaan lapangan. Tampaknya jelas bahwa PWYW juga memiliki dampak pada penjualan malam, tetapi karena kekhawatiran pemilik bahwa pelanggan malam mungkin terganggu oleh survei, jadi survei tidak bisa mengumpulkan data pada malam hari untuk menganalisis pengaruh ini. Efek yang sama mungkin terjadi di bioskop dan toko makanan. Penelitian ini dari estimasi model menunjukkan bahwa faktor-faktor lain, tergantung pada kategori produk atau pengaturan tertentu, mungkin berdampak pada harga final yang dibayarkan. Kami melakukan tiga penelitian di industri yang berbeda, tapi ini semua adalah pada sektor jasa. Meskipun sektor jasa sudah penyumbang dominan terhadap produk domestik bruto negara-negara industry, namun temuan ini tidak dapat disamaratakan untuk industri lain. Karena PWYW adalah mekanisme penetapan harga baru, beberapa arah untuk penelitian lebih lanjut dapat diidentifikasi. Hal yang dapat dipertimbangkan adalah analisis dan perbandingan berbagai desain mekanisme harga berkenaan dengan tujuan penjual dalam studi eksperimental. Penelitian lebih lanjut juga harus dilakukan di bidang kegiatan promosi penjualan produk (misalnya, apakah PWYW adalah sebuah alternatif untuk sampel gratis). Jika pembeli membayar harga yang lebih besar dari nol, PWYW mungkin lebih murah daripada memberikan sampel gratis. Yang juga menarik adalah apakah penjual bisa menerapkan jaminan uang kembali ketika PWYW diterapkan. Serupa dengan jaminan uang kembali, pembeli bisa mengkompensasi persepsi kualitas rendah dengan mengurangi harga yang dibayarkan. Analisis perbedaan antar budaya dalam perilaku pembeli adalah peluang pengembangan penelitian ini. Perbedaan budaya dan tingkat demokrasi di masyarakat cenderung mempengaruhi proporsi share keuntungan konsumen terhadap penjual melalui harga yang dibayarkan. Penerapan PWYW tampaknya tidak cocok untuk semua jalur distribusi. Perbandingan kesesuaian saluran distribusi yang berbeda adalah aspek lain untuk penelitian lebih lanjut.
PENDAPAT INDIVIDU TERHADAP ARTIKEL Secara umum penelitian ini sangat menarik dengan judul artikel yang sangat eye catching Pay What You Want: A New Participative Pricing Mechanism. Sebuah penelitian tentang sistem penetapan harga baru yang inkonvensional. Hasil penelitian dapat menjadi rekomendasi yang bagus bagi dunia usaha, dalam kaitannya dengan penerapan harga. Menurut saya belum banyak, terutama di Indonesia, unit usaha yang menerapkan sistem penetapan harga seperti yang digambarkan dalam penelitian ini. Objek Penelitian dan Sampel Penelitian menggunakan tiga macam objek penelitian restoran, bioskop dan kedai minuman. Ketiga objek ini merupakan usaha dalam bidang jasa. Menurut pendapat saya, hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada semua bidang bisnis. Selanjutnya, penelitian tidak mempertimbangkan masalah budaya atau karakter konsumen. Beberapa daerah, wilayah atau negara memiliki kemungkinan memiliki perbedaan karakter. Misalnya restoran di daerah lingkungan kampus dengan perkotaan akan memiliki perbedaan perilaku dalam pembelian, dan ini akan mempengaruhi hasil penelitian, demikian juga satu negara memiliki budaya dan karakter individu yang harus dipertimbangkan ketikan sistem penetapan harga ini diterapkan. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian dalam penelitian diadopsi dari berbagai penelitian sebelumnya. Saya melihat konstruk keadilan (fairness) sebaiknya menggunakan jumlah item pertanyaan yang lebih banyak. Dalam penelitian ini konstruk fairness hanya memiliki satu item pertanyaan, hal ini akan mempengaruhi keakuratan, objektivitas, dan kemampuan generalisasi hasil penelitian. Operasionalisasi Penelitian Penelitian yang dilakukan pada sektor jasa, menurut saya harus dilakukan dengan perlakuan yang berbeda. Penelitian ini mengambil setting di restoran, bioskop dan kedai minuman. Jika survei atau pelaksanaan penelitian tidak dilakukan dengan baik, tanpa mengindahkan waktu yang tepat, maka responden dimungkinkan akan memberikan feedback yang kurang baik karena merasa privasi mereka terganggu. Desain survei dan kompensasi untuk responden sebaiknya harus sangat dipertimbangkan.
Hasil Penelitian dan Diskusi Hasil penelitian, terutama pada hasil estimasi model, terlihat bahwa pada keseluruhan, dari 5 variabel independen, hanya 3 variabel saja yang signifikan mempengaruhi variabel dependen. Lebih jauh lagi, ketika analisis diperdalam, pada restauran hanya dua yang signifikan, di bioskop hanya tiga dan di kedai minuman hanya dua, masing-masing variabel yang signifikan berbeda pada tiap-tiap setting penelitian. Hal ini membingungkan bagi pembaca. Kemampuan generalisasi dari hasil penelitian ini akan bias. Menurut pendapat saya, sebaiknya hasil penelitian memiliki konsistensi hasil pada setiap bagian penelitian. Rekomendasi Penelitian ini merupakan bagian dari terobosan baru strategi penerapan harga. Penelitian ini akan lebih bermanfaat jika mewakili baik itu usaha bidang jasa maupun usaha yang menjual produk. Karena setiap individu di lokasi, wilayah maupun negara memiliki karakteristik, perilaku dan budaya yang berbeda, maka sebaiknya penelitian ini memasukkan unsur- unsur tersebut sebagai variabel moderator Dalam kaitannya dengan kemampuan generalisasi, durasi penelitian, jumlah sampel dan cakupan bidang usaha dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan.