Anda di halaman 1dari 8

KARAKTERISTIK PETANI DAN PEMASARAN GULA AREN DI BANTEN

Farmers’ Characteristics and Palm Sugar Marketing in Banten

Benny Rachman

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian


Jl. A. Yani No. 70, Bogor 16161

ABSTRACT

The Arenga pinnata palm trees do not only produce sap but also multipurpose products, such as edible
fruits, building materials, fibers, and wax. Palm sugar agribusiness development copes with both technical and
non technical constraint, e.g. low-skilled farmers, low yield, and less value added. To improve farmer’s capacity
there are some steps to take, namely: (a) technical and management training, (b) provision of improved seed and
processing unit equipments, (c) institutional and marketing empowerment, and (d) implementing better aren
farming system. Furthermore, to increase farmer’s bargaining position it is essential to strengthen farmers’ groups
through collective marketing system with farmers’ groups association, as well as farmers’ skill enhancement.

Key words : arenga pinnata, palm sugar, marketing, culture

ABSTRAK

Aren, Arenga pinnata merupakan tanaman serbaguna yang tidak hanya menghasilkan nira tetapi juga
buah aren, bahan bangunan, ijuk dan sapu. Pengembangan agribisnis gula aren di Banten masih menghadapi
hambatan teknis dan non teknis, seperti rendahnya keterampilan petani, rendahnya hasil produksi dan nilai
tambah. Untuk itu, perlu dilakukan langkah-langkah operasional yaitu : (a) pelatihan teknis dan manajemen, (b)
penyediaan bibit, sarana dan prasarana pengolahan, (c) penguatan kelembagaan dan pemasaran, dan (d)
penerapan budidaya aren secara sistematis. Untuk meningkatkan posisi tawar petani dapat ditempuh melalui
pemberdayaan kelompok tani aren dengan mewujudkan sistem pemasaran secara kolektif dengan koperasi atau
Gabungan Kelompok tani (Gapoktan), disertai dengan peningkatan keterampilan petani.

Kata kunci : aren, gula aren, pemasaran, kultur

PENDAHULUAN produksi pertanian utama di Banten yang


sudah diproduksi secara tradisional semenjak
dahulu, secara turun temurun. Pada beberapa
Aren atau enau (Arenga pinnata Merr) daerah di Banten, aren sangat dominan
merupakan salah satu jenis tanaman palma bahkan menjadi satu-satunya komoditas
yang potensial dan dapat tumbuh dengan baik pertanian sebagai sumber ekonomi rumah
di daerah tropis, termasuk di Indonesia. Dalam tangga. Pohon aren memiliki manfaat dan nilai
literatur bahasa Inggris disebut sugar palm, ekonomi yang tinggi, selain sebagai tanaman
gomuti palm, dan aren palm. Sesungguhnya konservasi, hampir seluruh bagian tanaman ini
tanaman aren (Arenga pinnata) sudah sangat dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk
lama dikenal di Indonesia dan tingkat dunia. Di seperti, gula aren, sumber pati (aci) dan bahan
Indonesia aren diberi nama yang berbeda kerajinan/perabotan rumah tangga (Listyati,
antar daerah, misalnya di Sunda disebut 1994). Oleh karenanya, aren dijadikan sebagai
kawung, aren di Jawa dan Madura, serta bak komoditas unggulan di Provinsi Banten yang
juk di Aceh, sementara untuk masyarakat penting peranannya dalam menunjang per-
minangkabau disebut anau (Hastuti, 2000). ekonomian daerah.
Gula aren yang dihasilkan dari pohon Selama ini, pengembangan aren belum
enau atau kawung ini merupakan salah satu diupayakan secara optimal dikarenakan

KARAKTERISTIK PETANI DAN PEMASARAN GULA AREN DI BANTEN Benny Rachman

53
berbagai kendala teknis maupun non teknis. harganya murah, permintaan pasar terbatas
Permasalahan pokok selama ini adalah hanya pada waktu-waktu tertentu.
pengetahuan yang masih terbatas pada aren Lebih lanjut, Muchari dan Rachman
dan khususnya sebagai produk utamanya. (2006) mengungkapkan bahwa rata-rata ang-
Disadari bahwa dalam pengelolaan aren perlu gota rumah tangga tani yang termasuk kelom-
ditinjau tidak hanya dari aspek ekonomi, tetapi pok usia produktif sekitar 5 orang, sedangkan
juga dari aspek sosial dan lingkungan. Oleh yang terlibat dalam kegiatan produksi aren
karena itu, perlu adanya perhatian dukungan sekitar 2 orang (40%), yaitu dilakukan oleh
yang proporsional dalam menunjang pengem- kepala keluarga dan istri. Sebaran curahan
bangan sistem agribisnis aren di Banten jam kerja menurut jenis kegiatan dari proses
secara kontinyu dan sistematis melalui pem- penderesan sampai menghasilkan gula cetak
binaan yang lebih intensif (Sinar Tani, 2004). dapat dijelaskan sebagai berikut : dari
Dalam hubungannya, tulisan ini mencoba penderesan (4 pohon) sampai menjadi gula
mengkaji dan menginformasikan kondisi cetak (8 kg) dibutuhkan waktu sekitar 6,5 jam.
sistem agribisnis aren dan potensi pengem- Alokasi waktu terbanyak yang dibutuhkan
bangan aren, khususnya di wilayah Banten. adalah untuk kegiatan memasak mencapai 4
jam/hari (61,5%). Waktu yang dibutuhkan
untuk memanjat dan mengangkut nira relatif
KARAKTERISTIK DAN KULTUR PETANI sama masing-masing 0,25 jam/hari (3,8%).
AREN Sedangkan untuk mencetak dan membungkus
gula cetak masing-masing 1 jam/hari (15,4%).
Kegiatan memanjat dan mengangkut nira
Karakteristik Petani Aren
dilakukan oleh tenaga laki-laki, sementara ke-
Tanaman aren di Kabupaten Lebak giatan memasak, mencetak dan membungkus
merupakan tanaman yang tidak dibudidaya- gula cetak dilakukan oleh laki-laki dan
kan, dengan kata lain merupakan tanaman liar perempuan.
yang penyebaran pertumbuhannya dilakukan
oleh binatang liar terutama musang. Belum
ada petani yang membudidayakannya, Kultur Petani Aren
sehingga petani tidak tahu secara pasti berapa Pada masyarakat yang sumber ekonomi
jumlah pohon aren yang mereka miliki. Rata- utamanya berasal dari usaha tani aren, maka
rata pemilikan tanaman aren produktif sekitar tanaman aren secara tidak langsung telah
11 pohon. Tanaman aren yang termasuk mempengaruhi sistem dan kultur masyarakat
produktif berumur antara 7-23 tahun, sedang- tersebut. Untuk masyarakat Banten, pohon
kan tanaman aren yang sudah bisa dideres aren diberi penghargaan yang tinggi, misalnya
atau disadap berumur 7-8 tahun dengan lama salah satu tata nilai yang berbentuk nasehat
penyadapan berkisar 7-15 tahun (Dishutbun yang umum dikenal masyarakat setempat
Kabupaten Lebak, 2005). adalah ‘hirup kudu masagi kawung’ dengan
makna bahwa setiap manusia harus menjalani
Lokasi pohon aren cenderung menyebar kehidupan sebagai pohon aren yang mampu
dan bahkan banyak yang berada pada tebing- memberi banyak manfaat kepada alam (BPTP
tebing terjal, sehingga tanaman aren produktif Banten, 2005).
yang bisa disadap setiap rumah tangga tani
Pada kalangan ahli sosial, kultur diberi
hanya sekitar 36,6 persen (Muchari dan
arti yang sangat luas yaitu : seluruh dari total
Rachman, 2006). Selain itu, pekerjaan
pikiran, karya dan hasil karya dari manusia
menyadap pada umumnya terbatas pada
yang tidak berakar dari nalurinya, dan hanya
kelompok petani yang berumur tua, sementara
bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu
kalangan anak-anak muda lebih memilih untuk
proses belajar (Koentjaraningrat,1992). Jadi
bekerja ke luar desa di sektor nonpertanian. kultur atau kebudayaan merupakan panda-
Keterbatasan tenaga kerja ini menyebabkan ngan yang menyeluruh menyangkut panda-
banyak pohon produktif yang tidak disadap, ngan hidup, sikap, dan nilai dalam kehidupan.
bahkan untuk memanen buah kolang kaling Dengan kata lain, kebudayaan merupakan
sekalipun tidak diakukan karena selain instrumen atau alat dalam kehidupan masya-

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 27 No. 1, Juli 2009 : 53 - 60

54
rakat, dimana nilai-nilai yang terkandung Pada sebagian masyarakat, aren meru-
dalam kebudayaan menjadi acuan sekaligus pakan satu-satunya sumber ekonomi, misal-
tujuan hidup. Dalam bentuk batasan yang lebih nya pada masyarakat Suku Baduy Dalam,
sederhana, menurut Koentjaraningrat (1992), yang berdomisili di Desa Kanekes, Kecamatan
kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu : (1) Leuwi Damar, Kabupaten Lebak. Di wilayah
wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ini, aren dapat dikuasai secara bebas, dalam
dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma arti seluruh anggota masyarakatnya dapat
peraturan, dan sebagainya, (2) wujud kebuda- mengolahnya (Hastuti, 2000). Kemampuan
yaan sebagai suatu kompleks aktifitas kela- membuat gula aren telah diturunkan dari
kuan berpola dari manusia dalam masyarakat generasi ke generasi, namun dengan tingkat
yang disebut sebagai wujud sistem sosial atau teknologi yang hampir tidak berkembang.
wujud kelakuan kebudayaan, dan (3) wujud Sebagai sumber ekonomi utama, aren
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya telah menyumbangkan beberapa komponen
manusia atau disebut dengan wujud fisik dari seluruh sistem kebudayaan masyarakat-
kebudayaan nya. Sikap yang menghargai aren terlihat
Dengan batasan diatas, maka membica- misalnya saat meninggur (memukul-mukul
rakan kultur masyarakat petani aren di Banten lengan aren setiap pagi selama seminggu
pada hakekatnya adalah memaparkan bagai- sebelum memproduksi nira), dimana harus
mana struktur masyarakat yang terbangun, dilakukan lembut dan penuh kehati-hatian
baik dari sisi ekonomi dan sosial akibat (KSU Sukajaya, 2005). Sebagian petani aren
pengusahaan aren, serta bagaimana sikap, ada yang mengelola pohon aren milik orang
pengetahuan dan perilaku hidup keseharian lain, dengan sistem bagi hasil. Pola bagi hasil
masyarakat berkaitan dengan pengusahaan yang umum adalah 3 bagian untuk penderes
aren. Artinya konteks kultur disini dibatasi dan 2 bagian untuk pemilik pohon. Ber-
hanya pada berbagai komponen kultur yang kembangnya sistem bagi hasil dapat dimaknai
terkait langsung dengan pengusahaan tana- sebagai sebuah bentuk kekayaan budaya
man aren. karena sistem tradisional hanya dapat
Jika kebudayaan dipandang sebagai berkembang bila dalam masyarakat tersebut
produk, yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang terdapat nilai-nilai kerjasama, saling berbagi
mantap, baku dan mandiri, maka diasumsikan dan kebersamaan. Hal ini merupakan sisi
bahwa kultur petani aren sudah berhenti sam- positif dari kultur masyarakat petani aren.
pai saat ini, dan hanya tinggal meneruskan Komoditas gula aren merupakan salah
saja oleh generasi berikutnya. Namun jika satu komoditas unggulan dan berperan pen-
kebudayaan dipandang sebagai sebuah ting di Provinsi Banten, yaitu : (1) sebagai
proses berarti bentuk dan isi kebudayaan input produksi dan lapangan kerja, (2) sumber
mereka masih sedang dibentuk, dan akan pandapatan bagi masyarakat, (3) meningkat-
terus dibentuk lagi. Berbagai bentuk tata nilai kan produktivitas lahan marjinal, (4) sebagai
dan norma positif yang saat ini diterapkan komoditas komersial yang dapat menggerak-
timbul dari pola pengusahaan aren, diantara- kan perekonomian wilayah, dan (5) mengu-
nya adalah sikap santun dan menyayangi alam rangi kesenjangan ekonomi masyarakat
dengan segala pemberiannya. Aren yang (Dishutbun Lebak, 2005). Berbagai produk dari
menjadi sumber mata pencaharian mereka tanaman aren yaitu : nira untuk bahan gula
ternyata hampir tidak dibudidayakan sendiri, aren, ijuk, pati dari pohon aren, lidi serta
namun tumbuh secara liar sesuai mekanisme batang aren.
alamiah. Pola pengusahaan gula aren yang Kajian BPTP Banten (2005) menunjuk-
harus dideres setiap hari, karena jika berhenti kan bahwa kontribusi pendapatan rumah
dideres, maka nira akan berhenti pula, tangga dari usaha tani aren mencapai 61
tampaknya telah menimbulkan sikap disiplin persen, sedangkan sisanya (39%) berasal dari
dalam bekerja dan menjalani hidup. Selain itu, usaha tani lainnya, seperti palawija dan
nira yang selalu menetes setiap hari ternak.Rata-rata pendapatan rumah tangga
tampaknya telah memberi keyakinan kepada petani aren di Kabupaten Lebak sebesar Rp
petani bahwa hidup akan dapat terus mengalir 7.642.500 per tahun. Dari total pendapatan
jika kita tetap bekerja. rumah tangga tersebut, sebesar Rp 4.656.000

KARAKTERISTIK PETANI DAN PEMASARAN GULA AREN DI BANTEN Benny Rachman

55
(60,92%) bersumber dari usaha tani aren, dan Batang. Batang aren dapat digunakan
dari usaha pertanian lainnya (pangan, ternak, untuk berbagai keperluan antara lain: peng-
kebun) sebesar Rp 1.325.000 (17,47%), dan hasil tepung (pati aren), jembatan, dan saluran
nonpertanian sebesar Rp 1.651.500 (21,61%). air yang umumnya dipakai masyarakat Jawa
Hal ini mengindikasikan bahwa usaha tani Barat. Pati aren termasuk non waxy atau high
aren memiliki kontribusi yang signifikan dalam amilose dengan kadar amilose 10-30 persen
menyumbang pendapatan rumah tangga (Hendrarsono,1984).
petani. Ijuk. Ijuk aren yang baik berasal dari
tanaman yang belum berbunga, yaitu ketika
JENIS PRODUK AREN tanaman aren berumur 4-5 tahun. Apabila
tanaman aren telah berbunga, mutu ijuknya
menurun menjadi kasar. Ijuk merupakan
Pada dasarnya ada tiga jenis tanaman bahan baku untuk membuat sapu, sikat, tali
aren yang dikenal di Indonesia (Sunanto, dan atap rumah tradisional.
1992). Ketiga jenis tanaman aren tersebut
yaitu : aren (Arenga pinnata), aren gelora
(Arenga undulatifolia), dan aren sagu (Arenga TEKNOLOGI PENGOLAHAN GULA AREN
microcarpa). Jenis aren (Arenga pinnata)
paling banyak tumbuh dan diusahakan di
Secara umum petani aren di Kabupaten
Banten karena mempunyai manfaat yang
Lebak melakukan pengolahan gula aren
serbaguna, antara lain tandan bunga, daun,
sendiri. Kemampuan menyadap pohon aren
batang dan ijuk (Sunanto, 1992; Puslitbangtri,
dalam sehari sekitar 5 pohon per orang,
1993; Listyati, 1994; Suwartapradja, 1996).
dengan hasil nira sekitar 40 liter, dan untuk
Tandan Bunga. Tanaman aren siap menghasilkan 1 kg gula aren (gula cetakan
disadap pada umur 5-12 tahun. Tandan bunga batok) dibutuhkan 7 liter nira, sedangkan untuk
yang disadap dan diambil niranya adalah menghasilkan 1 kg gula semut (gula batok
tandan bunga jantan, sementara tandan bunga yang dihaluskan) diperlukan sekitar 11 liter
betina akan menghasilkan aren yang dapat nira (KSU Sukajaya, 2005). Pembuatan gula
diolah menjadi kolang kaling. Dalam setahun, merah (gula batok) meliputi proses : (1)
setiap pohon aren dapat memproduksi 3-4 penampungan nira, (2) penyaringan nira, (3)
tandan bunga, dimana setiap tandan bunga pemasakan, dan (4) pencetakan. Jika yang
mampu menghasilkan nira 300-400 liter diinginkan produk akhirnya adalah gula cetak,
permusim bunga (3-4 bulan), sehingga untuk maka nira yang sudah dimasak akan dituang-
satu pohon aren mampu menghasilkan nira kan (dicetak) dalam batok tempurung kelapa.
900-1.600 liter per tahun. Untuk setiap 1 liter Sedangkan untuk mendapatkan gula semut,
nira dapat diolah menjadi gula merah sekitar nira yang sudah dimasak diaduk secara per-
135-272 kg per tahun. lahan-lahan sampai berbentuk butiran, kemu-
Buah. Buah aren yang masih muda dian diayak.
dengan teknologi yang sederhana dapat diolah Untuk memperoleh gula aren yang
menjadi bahan makanan yang disebut kolang berkualitas tinggi tentunya sangat tergantung
kaling. Selain untuk memenuhi konsumsi pada kualitas nira yang diproses. Menurut
dalam negeri, kolang kaling juga merupakan Joseph et al. (1994), nira yang disadap pada
komoditas non migas yang memiliki prospek pagi hari memiliki pH lebih rendah dari nira
untuk diekspor dan banyak digemari di pasar yang ditampung pada sore hari. Nira yang
internasional (Saefuddin et al., 1990). disadap pada pagi hari kadar sukrosanya lebih
Daun. Daun aren dapat digunakan untuk rendah dari nira yang disadap sore hari. Hal ini
berbagai keperluan. Daun yang muda dapat karena pada siang hari penguapan lebih besar
digunakan untuk pembungkus rokok dan gula dibanding pada malam hari. Hasil analisis
aren, sedang daun yang tua dapat digunakan Joseph et al. (1994) mengungkapkan bahwa
untuk bahan atap rumah atau pembungkus perlakuan terhadap penampungan berpenga-
buah durian. Lidinya dapat dibuat sapu atau ruh nyata terhadap kadar sukrosa nira yang
barang anyaman. disadap pada sore hari, tetapi tidak ber-

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 27 No. 1, Juli 2009 : 53 - 60

56
pengaruh nyata pada sukrosa yang disadap semut dilakukan pengayakan dengan ukuran
pada pagi hari. Nira yang digunakan sebagai ayakan 20 mesh.
bahan baku gula sebaiknya berkadar sukrosa Di tingkat petani saat ini mutu gula
di atas 12 persen. merah yang dihasilkan bervariasi, sehingga
Kekhasan gula merah (aren) dari segi pedagang yang membeli produk gula merah ini
kimianya dibandingkan dengan gula lainnya terutama gula semut perlu melakukan
adalah bahwa gula aren mengandung sukrosa penyaringan lagi. Berikut disajikan diagram
lebih tinggi (84%) dibanding dengan gula tebu alur pembuatan gula merah cetak dan semut
(20%) dan gula bit (17%). Dari segi kandungan oleh petani (Gambar 1).
gizinya, gula aren mengandung protein, lemak,
kalium dan fosfor yang lebih tinggi dibanding
dengan tebu dan gula bit (Rumokoi, 1990). PEMASARAN GULA AREN
Demikian pula jika dibandingkan dengan nira
dari pohon kelapa, nira aren lebih manis dan Sebagian besar produksi gula aren dari
aromanya lebih menyengat. Banyak keung- petani berupa gula cetak atau gula batok, dan
gulan gula aren dibandingkan dengan gula hanya sebagian kecil berupa gula semut.
kelapa, diantaranya adalah (Dyanti, 2002) Selama ini produksi gula semut dilakukan oleh
kadar gula pereduksinya lebih rendah (10,31% industri pengolahan yang mengolah kembali
vs 11,72%) sehingga hasil gulanya menjadi gula cetak menjadi gula semut. Daerah sentra
lebih keras dan kering dan kadar sukrosa gula penghasil gula aren di Banten hampir
aren juga lebih tinggi. seluruhnya terkonsentrasi di Kabupaten
Selanjutnya, urutan teknologi pembuat- Lebak. Gula aren cetak dari sentra produksi
an gula merah (aren) adalah sebagai berikut: mengalir ke pasar-pasar kecamatan terutama
pertama, Penyaringan Nira dari Kotoran, pasar Kupa (di Cijaku), pasar Cisiih dan
sebelum dimasak, nira perlu disaring lebih Sukahaji (di Panggarangan), dan pasar
dahulu untuk menghilangkan kotoran. Penya- Sareweh (di Bojong Manik). Gula aren cetak
ringan dilakukan dua kali: (1) penyaringan biasanya dibungkus dengan daun aren
terhadap kotoran kasar, dan (2) penyaringan menjadi sebuah ‘torosan’ (istilah setempat).
terhadap kotoran halus yang dilakukan saat Satu toros terdiri dari 25 buah aren cetak.
masak, dimana kotoran terkumpul dipermuka- Petani umumnya membawa 1-2 pikul setiap
an. Kedua, Pemasakan, biasanya pemasakan pekan pasar (hari Sabtu). Satu pikul gula aren
dilakukan dengan penggorengan di atas cetak mencapai 100 buah. Harga jual gula
tungku api dengan bahan bakar kayu. Untuk aren cetak di tingkat petani sekitar Rp.180.000
menguapkan air dalam nira diperlukan waktu per pikul (berat 1 buah gula aren cetak sekitar
pemasakan 3-4 jam. Untuk mengetahui 0,30 kg). Jadi dalam 1 pikul beratnya
kemasakan nira biasanya dilakukan dengan mencapai 30 kg, dan harga gula aren di tingkat
cara meneteskan ke dalam air dingin. Bila petani sekitar Rp.6.000 per kg (Rachman,
tetesan itu meluncur dengan panjang 2 cm 2007).
berarti nira sudah masak. Lebih lanjut, dari kajian BPTP Banten
Kedua, Pencetakan, dalam pencetakan (2005) dan Rachman (2007) dapat diungkap-
biasanya alat cetak (kojor) direndam dulu kan sebagai berikut : transaksi pembayaran
dalam air untuk memudahkan pelepasan gula, antara petani dan pedagang pengumpul
kemudian pekatan nira diaduk dan selanjutnya dilakukan secara tunai, dalam 1 minggu gula
dituangkan ke dalam cetakan. Sementara aren cetak diangkut petani ke pasar Kupa
untuk memperoleh gula semut, maka pekatan berkisar 30.000 – 40.000 buah, sehingga
nira dalam penggorengan didinginkan sekitar volume perdagangan gula aren cetak di pasar
10 menit tanpa diaduk. Selanjutnya dilakukan Kupa - Cijaku berkisar 9 – 12 ton per minggu.
pengadukan dengan menggunakan garpu Pasar lainnya berkisar 6-8 ton. Para Pedagang
secara perlahan. Setelah terjadi pengkristalan, Pengumpul (PP) I, selanjutnya menjual gula
pengadukan dipercepat sehingga diperoleh aren ke PP II (bandar) dengan harga
gula berbentuk serbuk yang disebut gula Rp.210.000 per pikul (100 butir) atau sekitar
semut. Untuk memperoleh keseragaman gula Rp.7.000 per kg.

KARAKTERISTIK PETANI DAN PEMASARAN GULA AREN DI BANTEN Benny Rachman

57
Nira
(pH 6,0-7,0)

Penyaringan I (menyisakan
kotoran kasar)

Pemasakan (ditambah minyak kelapa)


dan penyaringan II (menyisakan buih
dan kotoran halus)

Pekatan nira (peet) Didinginkan 10 menit


tanpa diaduk

Pengadukan
Pencetakan dalam kojor

Pensterilan
Pendinginan

Pengadukan dipercepat

Gula semut Gula semut

Gambar 1. Diagram Alur Proses Pembuatan Gula Merah Cetak dan Semut oleh Petani

Selanjutnya, PP II (bandar) menjual gula 800/kg), sementara PB dan industri


aren cetak ke pedagang besar (PB) di kota pengolahan memperoleh marjin pemasaran
Kabupaten. Harga jual gula aren cetak dari PP masing-masing Rp 650/kg dan Rp 700/kg.
II ke PB sekitar Rp 225.000 per pikul (100 Pedagang Pengumpul I dan PP II ada kalanya
buah) atau Rp 7.500 per kg. Para PB menjual gula aren cetak ke industri
umumnya memiliki gudang penyimpanan gula pengolahan gula semut. Marjin pengolahan
aren. Gula aren dari pedagang besar dijual yang diperoleh industri sebesar Rp 660/kg.
untuk pasaran lokal di Banten dan juga ke Selengkapnya alur pemasaran gula aren
Jakarta. Marjin pemasaran tertinggi diperoleh disajikan pada Gambar 2.
PP II sebesar Rp 1.100/kg, kemudian PP I (Rp

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 27 No. 1, Juli 2009 : 53 - 60

58
Petani penderes

Pedagang Pengumpul
Tk. I di desa

Pedagang Pengumpul Pedagang Pengumpul


Tk. II dipasar Bojongmanik, Tk. II di Ps Cianjar, Cipalabuh
Cijaku, dan Cangarangan dan Cibeureum

Pedagang Besar/ Bandar Pedagang Besar/ Bandar


di Labuan, Menes di Rangkas Bitung

Pedagang dari Jakarta


dan Tangerang

Pasar Lokal di Banten

Industri Pengolahan gula


Semut di Banten
(2 Industri )

Gambar 2. Alur Pemasaran Komoditas Gula Aren di Kabupaten Lebak, Tahun 2005

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN optimal. Upaya budidaya tanaman aren belum
berjalan secara terencana dimana pengusa-
haan aren masih bersifat eksploitasi tanaman
Aren sebagai komoditas unggulan di liar. Demikian pula sistem usaha pengolahan
Provinsi Banten belum mendapatkan perhatian gula aren yang merupakan industri rumah
yang memadai dari pemerintah daerah, tangga masih menghadapi hambatan teknis
sehingga perkembangannya masih belum dan non teknis, seperti rendahnya keteram-

KARAKTERISTIK PETANI DAN PEMASARAN GULA AREN DI BANTEN Benny Rachman

59
pilan petani, rendahnya hasil produksi dan nilai Penganekaragaman Produk Aren, Lontar,
tambah. Hal ini memerlukan pembinaan yang Pinang dan Sagu.
terarah melalui langkah-langkah operasional : Kardiyono, B. Rachman, B., dan Pepi, N. 2007.
(a) pelatihan teknis, manajemen dan pasar, Kelembagaan Usaha tani Aren di Provinsi
(b) penyediaan bibit, sarana dan prasarana Banten. Balai Pengkajian Teknologi Banten.
pengolahan, (c) penguatan kelembagaan dan Koentjaraningrat. 1992. Kebudayaan, Mentalitas
pemasaran, dan (d) pemulihan populasi dan Pembangunan. PT. Gramedia Pustaka
melalui penerapan budidaya aren secara Utama, Jakarta. 151 halaman.
terencana dan sistematis. KSU Sukajaya. 2005. Pengolahan, Produksi dan
Melalui pembinaan yang sistematis akan Pemasaran Gula Aren. Rangkas Bitung,
meningkatkan produk gula yang lebih ber- Banten.
kualitas dan berdaya saing, sekaligus mening- Listyati. 1994. Tanaman Aren dan Pemanfaatannya.
katkan posisi tawar petani dan perluasan Buletin Balitbun. Badan Litbang Pertanian.
pasar. Hal ini perlu disertai dengan penguatan Muchari dan Rachman, B. 2006. Keragaan
kelembagaan melalui pemberdayaan petani/ Teknologi Pasca Panen dan Kelayakan
kelompok tani aren dengan mewujudkan Usaha Tani Aren di Banten. Balai Pengkajian
sistem pemasaran secara kolektif dalam Teknologi Pertanian, Banten
wadah koperasi atau Gabungan Kelompok tani Puslitbangtri. 1993. Aren : Budidaya dan Multi-
(Gapoktan), dan sistem pemasaran melalui gunanya. Penerbit Kanisius, Jakarta
pola kemitraan. Rachman, Benny. 2007. Kajian Pemasaran Gula
Aren. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,
Banten.
DAFTAR PUSTAKA
Rumokoi. 1990. Manfaat Tanaman Aren. Buletin
Balitka, Badan Litbang Pertanian.
BPTP-Banten. 2005. Kajian Sosial Ekonomi Aren di Saefudin, Manoi dan Lantungan. 1990. Budidaya
Banten. Balai Pengkajian Teknologi dan Pasca Panen Tanaman Aren dan Sagu.
Pertanian Banten. Prosiding Temu Tugas Perkebunan/
Dishutbun Kabupaten Lebak. 2005. Rancangan Tanaman Industri . Balai Penelitian Tanaman
Teknis Pengembangan Komoditas Unggulan Rempah dan Obat. Bogor.
Perkebunan di Kabupaten Lebak. Siahaan, T. 1984. Prinsip Dalihan-Na-Tolu dan
Ditjen Perkebunan. 2005. Statistik Perkebunan Gotong Royong pada Masyarakat Batak-
Indonesia : Gula Merah. Departemen Toba dalam Masalah-masalah Pemba-
Pertanian. ngunan: Bunga Rampai Antropologi Terapan
(Penyunting Koentjoroningrat). Lembaga
Dyanti, Riana. 2002. Studi Komparatif Gula Merah Penelitian, Pendidikan dan Penerangan
Kelapa dan Gula Merah Aren. Skripsi pada Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta.
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi.
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Sinar Tani. 2004. Peluang Pasar Gula Semut dari
Pertanian Bogor. Nipah. Edisi 30 Juni – 6 Juli 2004.

Hastuti, Joenita. 2000. Etnobotani Aren pada Soekarno. 1963. Dibawah Bendera Revolusi. Djilid
Masyarakat Baduy di Banten. Skripsi pada Pertama. Panitia Penerbit Dibawah Bendera
Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Revolusi. Jakarta.
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Sunanto. 1992. Aren : Budidaya dan Multigunanya.
Hendrarsono. 1984. Produktivitas dan Sifat Fisika Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Kimia Pati Aren di Pengolahan Suwartapraja. 1996. Arenga Pinnata : Case Study
Kedunghalang, Kabupaten Bogor. Institut of Indegenous Knowledge on The Utilization
Pertanian Bogor. of a Wild Plant in West Java. Padjadjaran
Joseph, G.H., Rumokoi dan Kembuan. 1994. University.
Perbaikan Teknik Pengolahan dan

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 27 No. 1, Juli 2009 : 53 - 60

60

Anda mungkin juga menyukai