Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH TOKSIKOLOGI

Bahan-bahan Kimia Toksik

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Arif Adriyanto

2. Asri Handayani Pamungkas

3. Sifa Ulpah

4. Yudhitya Aryani

D3 AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANTEN

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang

berjudul “Bahan-bahan Kimia Toksik “. Makalah ini diajukan guna untuk memenuhi tugas mata

kuliah Toksikologi. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, yaitu kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis.

2. Diana Rinawati, S.Si, M.Kes selaku dosen mata kuliah Toksikologi

3. Syarah Anliza,M.Si selaku dosen mata kuliah Toksikologi

4. M. Ridwanullah, S.Pd selaku dosen mata kuliah Toksikologi

5. Sofiatun, S.Pd selaku dosen mata kuliah Toksikologi

6. Orang tua yang selalu mendukung setiap aktivitas penulis.

7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Tangerang,16 Januari 2017

2
DAFTAR ISI

BAB I ( PENDAHULUAN)

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

2.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2

2.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2

BAB II ( PEMBAHASAN)

2.1 Pestisida ..................................................................................................... 3

2.2 Toksik Bersumber Pada Tumbuhan .................................................. 11

2.3 Toksik Bersumber Pada Hewan ......................................................... 17

BAB III (PENUTUP)

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 30

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia. Selain itu

toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada organisme (hewan, tumbuhan,

manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja

efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja

kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan

sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan

ekotoksikologi.

Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama maknanya ini

sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun

kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan

dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup,

khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan

interaksi dengan lingkungan. Dengan demikian ekotoksikologi merupakan bagian dari

toksikologi lingkungan.

Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika, biologi yang akan

menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang meningkat. Buangan ini tentunya

akan menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang mengakibatkan resiko pencemaran,

sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja macam – macam bahan kimia toksik?


4
2. Apa penegertian dari peptisida dan bagaimana klasifikasinya?

3. Apa saja toksik yang bersumber dari tumbuhan?

4. Apa saja toksik yang bersumber dari hewan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan macam- macam bahan kimia toksik.

2. Menjelaskan pengertian dan klasifikasi peptisida.

3. Mengetahui toksik yang bersumber dari tumbuhan.

4. Mengetahui toksik yang bersumber dari hewan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pestisida

Pestisida adalah bahan kimia untuk membunuh hama ( insekta,janur dan gulma).

Sehingga pestisida dikelompokan menjadi Insektisida (pembunuh insekta), Fungisida

(pembunuh jamur), dan Herbisida ( pembunuh tanaman pengganggu).

Penggunaan bahan kimia untuk pengendalian hama serangga telah dimulai sejak lama

dengan menggunakan bahan-bahan kimia anorganik seperti sulfur dan aspalt pada abad-abad

sebelum masehi dan kemudian sifat racun arsenik ditemukan pada abad pertama sesudah

masehi. Perkembangan bahan kimia insektisida mulai melaju dengan pesat dengan

ditemukannya insektisida DDT pada tahun 1939. Pada tahun 1940-an juga berkembang

jenis-jenis insektisida hidrokarbon yang mengandung klorin. Kemudian diikuti dengan

penemuan insektisida organofosfat, karbamat, sulfon, thiosianat, dinitrofenol dan senyawa-

senyawa lainnya yang dikenal dengan insektisida generasi kedua. Setelah itu berkembang

pula insektisida yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, kemudian diikuti dengan penemuan

insektisida penarik dan penolak, meskipun sebenarnya jenis-jenis insektisida yang berasal

dari tumbuh-tumbuhan ini sudah lama digunakan sebagai racun serangga.

Klasifikasi pestisida, bentuk kimia dan bahan aktif yang ada di dalamnya

Klasifikasi Bentuk kimia Bahan aktif Keterangan

Insektisida Botani Carbamat Nikotine Tembakau

3
Organophospat Pyrethrine Pyrtrum

Organochlorin Rotenon - Toksik kontak

Carbaryl - Toksik sistemik

Carbofuran bekerja pada lambung

methiocorb juga moluskisida

Thiocarb toksik kontak

Dichlorovos - Toksik kontak

Dimethoat sistemik,

Palathion - Toksik kontak

Malathion - Toksik kontak Kontak

Diazinon dan ingesti Kontak,

ChlorpyrifosDDT ingesti Persisten

Lindane Dieldrin Persisten Kontak,

Eldrin Endosulfan ingesti Kontak,

gammaHCH ingesti

Herbisida Aset anilid Amida Atachlor Sifat residu Kontak Toksin

Diazinone Propachlor kontak

Carbamate Bentazaone

Triazine Chlorprophan

Triazinone Asulam Athrazin

Metribuzine

Metamitron

Fungisida Inorganik Bordeaux mixture Protektan Proteoktan

4
Benzimidazole Copper oxychlorid

hydrocarbon- Mercurous

phenolik Chloride sulfur Protektan, sistemik

Thiabendazole Tar Protektan, kuratif

oil

1. Jenis-jenis pestisida

Berdasarkan sasaran penggunaannya, maka pestisida dikelompokkan menjadi :

a) Insektisida

Adalah racun yang digunakan untuk mengendalikan hama-hama serangga,

seperti hama wereng, belalang, dsb. Menurut cara masuknya ke dalam tubuh serangga,

insektisida dibagi dalam 3 kelompok :

 Racun perut adalah jenis insektisida yang dimakan oleh serangga dan membunuh

serangga itu khususnya dengan merusak atau mengabsorbsi sistem pencernaan.



kelompok insektisida ini serangga yang bertipe mengunyah makanan. Jenis

insektisida racun perut adalah arsenikal (Pb HasO4), senyawa Fluorin dll.

 Racun kontak adalah jenis insektisida yang diabsorpsi melalui dinding tubuh

sehingga serangga harus mengadakan kontak secara langsung dengan insektisida.

Kelompok insektisida ini untuk serangga penghisap cairan tanaman seperti alphid

dan wereng. Jenis insektisida kontak adalah nikotinoid, pyrethroid, DDT, lidane

heptaklor dan sevin.

5
 Racun fumigan adalah jenis insektisida yang masuk ke dalam serangga melalui

sistem pernapasan dalam bentuk gas. Kelompok insektisida ini untuk hama-hama

gudang. Jenis-jenis fumigan adalah hisrogen sianida dan metil bromida.

Berdasarkan sifat kimianya, insektisida diklasifikasikan dalam 2 bagian:

 Insektisida anorganik, termasuk antara lain jenis-jenis arsenikal, fluorida, merkuri

dan debu.

 Insektisida organik, adalah jenis-jenis hidrokarbon yang mengandung klorin,

senyawa organofosfat , karbamat, botanikal, penarik (attractant), penolak

(repellent) dan lain-lain.



- Organofosfat. Pestisida organofosfat mempengaruhi sistem syaraf dengan

mengganggu enzim yang mengatur asetilkolin, zat penghantar sinyal syaraf.

Ditemukan pada awal abad ke 19, namun efeknya pada serangga dan manusia

baru diketahui pada tahun 1932: organofosfat sama berbahayanya bagi serangga

dan manusia. Beberapa sangat beracun dan digunakan di Perang Dunia II

sebagai senjata. Namun biasanya tidak bersifat persisten di alam.

- Karbamat. Sama seperti organofosfat, namun efeknya bersifat reversible dan

dapat disembuhkan.

- Biopestisida. Biopestisida dikembangkan dari bahan alami, dari hewan,

tumbuhan, bakteri, dan bahan tambang mineral. Contohnya adalah minyak

kanola dan baking soda memiliki kemampuan sebagai pestisida.

b) Fungisida

6
Adalah racun yang digunakan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan

oleh jamur, seperti, penyakit busuk akar yang disebabkan oleh Phytium sp.

Sama halnya dengan insektisida, fungisida dapat berbentuk kontak atau sistemik.

Kebanyakan fungisida dijual dalam bentuk cair dan biasanya ingridient utamanya

adalah belerang. Residu fungisida telah ditemukan dalam makanan terutama jenis-jenis

makanan yang telah mendapat perlakuan dengan fungisida sesudah dipanen. Terdapat

beberapa fungisida yang berbahaya bagi kesehatan seperti vinclozolin yang kini sudah

ditarik dari pemasaran. Jenis-jenis fungisida yang dijual di indonesia diantaranya

adalah

 Score 250 EC, dengan bahan aktif difenokonasol 250 gr. Fungisida ini bersifat

mencegah serangga cendawan, sehingga menghambat atau mencegah cendawan

melakukan penetrasi ke semua bagian tanaman.



 Folicur® 25 WP, dengan bahan aktif Tebuconazole 25%. Hasil interferensi secara

pasti akan menyebabkan kematian untuk jamur berbahaya.



 Cupravit® OB 21, bahan aktif Copper oxychloride 50%. Gejala keracunan adalah

terjadinya Gastroenteritic, kerusakan pada selaput mucous dari sistem

gastrointestisinal, kerusakan pada pembuluh kapiler, dehiddrasi dan kehilangan

elektrolit.

 Bayleton® 250 EC, bahan aktifnya adalah Triadimefon 250 g/l. fungisida ini

mudah terbakar. Dapat berbahaya bagi janin. Berbahaya juga bila terhisap, terjadi

kontak dengan kulit atau tertelan.. gejala keracunan adalah pusing, sakit kepala,

mengantuk dan muntah-muntah.

7
 Antracol® 70 WP. Bahan aktif adalah Propineb 70%. Fungisida ini dianggap tidak

berbahaya. Gejala keracunan adalah sakit kepala, jantung berdebar-debar, pusing,

muntah dan muka pucat.



c) Rodentisida

Adalah racun yang digunakan untuk mengendalikan hama tikus.

Contoh rodentisida, antara lain :

 Logam fosfida : membunuh tikus dengan cepat dalam waktu 1-3 hari. Umpan yang

digunakan biasanya adalah zinc phosphide. Reaksi dalam pencernaan makanan

menghasilkan gas phosphine yang sangat beracun.



 Calciferols, dosis vitamin yang tinggi dapat menjaddi racun pada hewan dan

menyebabkan terjadinya hypervitaminosis yang dapat menyebabkan kematian.



 RatTropik, klerat dan Rodex. Jenis racun tikus ini berbahan aktif bromodiolon

banyak digunakan sebagai pengendali hama tikus.




d) Herbisida

Adalah racun yang digunakan untuk mengendalikan gulma. Terdapat dua

tipe herbisida menurut aplikasinya

- Herbisida pratumbuh, herbisida disebarkan pada lahan setelah dioleh namun

sebelum bibit ditanam atau benih ditebar.

- Herbisida pascatumbuh, herbisida diberikan setelah benih atau bibit telah

‘mengeluarkan daun pertamanya.

8
Dari cara kerjanya terdapat dua jenis herbisida, yaitu :

 Herbisida kontak adalah herbisida untuk menyiang gulma dengan cara langsung

mengganggu tanaman untuk berfotosintesis, sehingga tanaman akan mati.



 Herbisida sistemik adalah herbisida mengganggu enzim yang berperan dalam

membentuk asam amino yang dibutuhkan tanaman dan mudah menyerap ke seluruh

jaringan tanaman, gulma akan mati sampai ke akar-akarnya.

Contoh herbisida yang digunakan petani adalah

- aluminium glufosinat. Jenis herbisida ini menonaktifkan sintesa dari enzim

glutamine, sehingga menghasilkan yang sangat beracun pada tanaman.

- Glifosat. Glisofat menghambat kerja enzim 5-enolpyruvlyshikimate-3-phosphate

synthase (EPSPS) suatu enzim yang terlibat dalam sintesa tiga asam amino.

- Parakuat. Herbisida yang berbahan aktif parakut yaitu Noxone 276AS dan

Gramoxone. Parakuat merupakan herbisida kontak yang mematikan tumbuhan

dengan cara merusak membran sel dengan cepat tanpa merusak bagian sistem

perakaran, stolon, atau batang dalam tanah, sehingga dalam beberapa minggu

setelah aplikasi gulma tumbuh kembali.

- Metilsufuron, bersifat selektif untuk tanaman padi.

- Asam 2,4-dicklorofenoksiasetat, memiliki keracunan akut yang rendah dan hasil

penelitian keracunan kronik dan subkronik memiliki pengaruh negatif yang rendah

terhadap lingkungan.

9
e) Bakterisida : racun yang digunakan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan

oleh bakteri, seperti penyakit kresek pada tanaman padi oleh Xanthomonas sp.

f) Virusida : racun yang digunakan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh

virus seperti virus tungro.

g) Akarisida : racun yang digunakan untuk mengendalikan hama yang disebabkan oleh

tungau atau caplak.

h) Nematosida : racun yang digunakan untuk mengendalikan hama yang disebabkan oleh

cacing nematoda, seperti Meloidogyne sp.

2. Toksisitas Pestisida

Pestisida yang masuk dalam jumlah yang sedikit akan lama kelamaan terkumpul

dalam suatu proses bioakumulasi yang nantinya akan mengakibatkan keracunan kronik.

Pengaruh toksisitas biasa dibagi menjadi dalam 3 bentuk:

 Keracunan akut adalah suatu bentuk keracunan yang memberikan reaksi yang sangat

drastis terhadap toxisitas racun yang demikian dengan kematian yang berlangsung

cepat.

 Keracunan subletal adalah suatu bentuk keracunan yang memengaruhi sebagian

populasi karena adanya zat racun dimana masing-masing individu menunjukkan

adanya reaksi klinis.



 Keracunan jangka waktu panjang adalah akibat absorbsi zat racun dalam dosis rendah

dimana pengaruh akumulatif akan mengakibatkan gangguan yang membahayakan.

Toksisitas pestisida terutama insektisida dan fungisida biasanya diukur dengan

LD50 yaitu suatu dosis yang mematikan 50% dari hewan yang diuji cobakan. LD 50

10
dihitung dalam miligram zat racun per kilogram berat tubuh hewan yang diuji (mg/kg).

sering juga digunakan istilah LC50 (Lethal Concentration, Ug/L). Pestisida dapat

diklasifikasi dalam 4 kategori menurut toksisitasnya yaitu (WHO, 1996):

- Sangat beracun (Highly Toxic), oral (melalui mulut) LD50 adalah 0-50 mg/kg, dermal

(melalui kulit) LD50 0-200 mg/kg, inhalasi LD50 adalah 0-2000 ug/L. Tanda pada

label; danger, tanda tengkorak, tulang, bersilang, dan poison (racun).

- Racun sedang (Moderately Toxic),Oral LD50 adalah 51-500 mg/kg, dermal LD50 201-

2000 ug/L; inhalasi adalah 2001-20.000 ug/L. Tanda dalam label : Warnning

(perhatian).

- Agak beracun (Slightly Toxic), Oral LD50 adalah 501-5000 mg/kg. tanda dalam label :

caution (berhati-hati).

- Tidak beracun (Relativrly Non Toxic), oral LD50 adalah 5000 + mg/kg.

- Dermal LD50, 20.000 + Mg/Kg, tanpa tanda khusus dalam label.

Pestisida mempunyai daya racun yang berbeda-beda, baik terhadap serangga ataupun

terhadap mamalia. DDT mempunya LD50 untuk mamalia yang jauh lebih besar dari

aldrin atau dieldrin. Demikian juga paration mempunyai LD50 yang jauh lebih kecil

dari ronnel.

2.2 Toksik Bersumber Pada Tumbuhan

1. Umbi Kayu, Manihot Esculenta (Euphorbiaceae).

Singkong mengandung senyawa sianogenik glukosida, linamarin dan lotaustarin

namun senyawa-senyawa ini dapat diuraikan oleh enzim linamarase yang ada dalam umbi

kayu yang menghasilkan hidrogen sianida. Kultivar ubi kayu manis dapat menghasilkan

20 mg sianida per kg umbi, sedangkan ubi kayu pahit menghasilkan sampai 1 gram per k.

11
dan ubi kayu yang ditanam pada musim kering mengandung sianida tinggi. Hanya dengan

mengkonsumsi 40 gram sianogenik glukosida asli sudaah dapat membunuh seekor sapi.

Racun sianida ini dapat mengakibatkan penyakit pankreas berkalsium pada

manusia. Gejala kronik adalah adanya pengembangan penyakit gondok dan ataxic

neurophaty, yaitu kerusakan saraf yang mengakibatkan seseorang menjadi tidak stabil

dan tanpa koordinasi. Keracunan sianida yang serius terutama selama terjadinya

kelaparan dimana orang-orang akan makan lebih banyak ubi kayu dan sering kurang

dimasak, sehingga mengakibatkan kelumpuhan tidak berbalik (irreversible paralytic

disorder) yang disebut konzo dan dalam kasus-kasus tertentu menyebabkan kematian.

Racun pada ubi diinaktifkan dengan perendaman, pemasakan, pengukusan penggorengan,

fermentasi dan lain-lain.

2. Biji Kasturi, Ricinus Communis

Tumbuhan ini adalah yang paling beracun di dunia. Biji dari tumbuhan ini

mengandung zat risin (ricin) yang dikenal sangat beracun serta senyawa alkaloid dan

minyak jarak. Dilaporkan bahwa dengan mengonsumsi 4-8 biji kasturi akan mematikan

orang dewasa. Namun hasil penelitian yang lain melaporkan dosis fatal untuk anak-anak

adalah 5-8 biji, sedangkan untuk orang dewasa membutuhkan 20 biji untuk

mengakibatkan kematian. Gejala keracunan biasanya timbul sesudah 2-4 jam setelah

dikonsumsi, namun terkadang gejala akan terlihat sesudah 36 jam. Gejala awal adalah

sensasi terbakar pada bagian mulut dan kerongkongan diikuti dengan sakit perut dan diare

12
berdarah, kemudian setelah beberapa hari akan terjadi dehidrasi, tekanan darah turun dan

berkurangnya urin. Kematian dapat terjadi setelah 2-5 hari.

3. Angel’s Trumpet (Terompet Malaikat)

Angel’s trumpet atau terompet malaikat atau disebut juga bunga terompet karena

bentuknya yang menyerupai terompet. Bunga terompet mengandung zat hallucinogen,

yakni zat yang dapat menyebabkan seseoarang mengalami halusinasi. Karena hal inilah

bunga terompet termasuk salah satu narkotika. Kandungan aktifnya dalam bunga

terompet adalah atropine, hyoscyamine dan scopolamine yang diklasifikasikan sebagai

zat penghilang kesadaran atau anticholinergics.

Tingkat toksisitas yang bervariasi tergantung lokasi tanaman, dan bagian ke bagian,

hampir tidak mungkin untuk mengetahui berapa banyak racun yang Anda telan. Karena

hal inilah banyak pengguna yang overdosis dan meninggal.

4. Kentang, Solanum Tuberosum (Solanacea)

Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa kentang mengandung racun

glikoalkaloid terutama solanin dan cakonin. Adanya glikoalkoloid pada kentang terutama

kentang liar akan menunjukkan gejala keracunan pada manusia. Racun ini mengganggu

sistem persarafan yang mengakibatkan sakit kepala, diare, gangguan pencernaan

makanan, kram, tubuh menjadi lemah, sawan dan dalam kasus-kasus tertentu

mengakibatkan koma bahkan kematian. Keracunan dengan mengkonsumsi kentang

komersial sangat jarang karena konsertasi racun terdapat daun. Hijau bertunas dan

kerusakan secara fisik menunjukan glikoalkaloid yang tinggi.

13
5. Cabai, Capsicum spp. (solanace)

Cabai mengandung capsaicin dan dihydrocapsaicin. Kapsaisin adalah komponen

yang aktif dalam cabai. Kapsaicin terdapat pada bagian jaringan plasenta buah cabai

terutama pada bagian putih dari dinding dalam buah. Senyawa ini dapat menyebabkan

iritasi pada mamalia termasuk manusia. Senyawa ini termasuk dalam kapsaisinoid, yaitu

zat kimia yang menimbulkan rasa pedas yang ada dalam tumbuh-tumbuhan seperti cabai.

Kapsinoid merupakan metabolit sekunder dari cabai mungkin sebagai senjata untuk

melawan serangan herbivore dan infeksi oleh jamur. Kapsaisin bersifat bahan iritan yang

sangat tinggi dan dapat memengaruhi kulit, mata, paru-paru dan sistem pencernaan

makanan bahkan dapat mengakibatkan kematian.

6. Kacang Merah (Phaseolus vulgaris)

Racun alami yang dikandung oleh kacang merah disebut fitohemaglutinin

(phytohaemagglutinin), yang termasuk golongan lektin. Keracunan makanan oleh racun

ini biasanya disebabkan karena konsumsi kacang merah dalam keadaan mentah atau yang

dimasak kurang sempurna. Gejala keracunan yang ditimbulkan antara lain adalah mual,

muntah, dan nyeri perut yang diikuti oleh diare. Telah dilaporkan bahwa pemasakan yang

kurang sempurna dapat meningkatkan toksisitas sehingga jenis pangan ini menjadi lebih

toksik daripada jika dimakan mentah. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

keracunan akibat konsumsi kacang merah, sebaiknya kacang merah mentah direndam

dalam air bersih selama minimal 5 jam, air rendamannya dibuang, lalu direbus dalam air

14
bersih sampai mendidih selama 10 menit, lalu didiamkan selama 45-60 menit sampai

teksturnya lembut.

7. Pucuk Bambu (Rebung)

Racun alami pada pucuk bambu termasuk dalam golongan glikosida sianogenik.

Untuk mencegah keracunan akibat mengkonsumsi pucuk bambu, maka sebaiknya pucuk

bamboo yang akan dimasak terlebih dahulu dibuang daun terluarnya, diiris tipis, lalu

direbus dalam air mendidih dengan penambahan sedikit garam selama 8-10 menit. Gejala

keracunannya mirip dengan gejala keracunan singkong, antara lain meliputi penyempitan

saluran nafas, mual, muntah, dan sakit kepala.

8. Cemara Inggris, Taxus Baccata (Taxaceae)

Sebagian besar pohon ini mengandung zat racun kecuali warna merah di sekeliling

biji. Bagian daun tetap mengandung racun meskipun sudah layu bahkan kadar racun

bertambah pada saat daun tersebut menjadi kering. Daun lebih beracun dari biji.

Toxin utama adalah alkaloid taxine. Dosis letal pada kuda cukup rendah, yaitu 200-

400mg/kg berat badan, sedangkan sapi, babi, dan ternak lainnya kurang dari 200 mg/kg.

gejala keracunan adalah meningkatnya denyutan jantung, tremor otot, sawan, koleps,

kesulitan bernapas, kegagalan sirkulasi dan akhirnya kegagalan jantung. Kematian dapat

terjadi dalam waktu hanya beberapa jam. Gejala keracunan lain adalah mabuk,

kelumpuhan dan serangan jantung.

9. Seledri

15
Seledri mengandung senyawa psoralen, yang termasuk ke dalam golongan kumarin.

Senyawa ini dapat menimbulkan sensitivitas pada kulit jika terkena sinar matahari. Untuk

menghindari efek toksik psoralen, sebaiknya hindari terlalu banyak mengkonsumsi

seledri mentah, dan akan lebih aman jika seledri dimasak sebelum dikonsumsi karena

psoralen dapat terurai melalui proses pemasakan.

10. Bunga Lili, Lilium spp. (Liliaceae)

Terdapat banyak jenis bunga lili, seperti Lili Damai (Peace Lily), Peruvian Lily dan

Calla Lily yang berbahaya karena mengandung kristal oksalat yang tidak larut. Kristal ini

dapat menyebabkan iritasi pada mulut, lidah, faring dan kerongkongan bahkan kadang-

kadang mulut bergabuh dan muntah-muntah. Namun jenis-jenis bunga lili yang lebih

berbahaya adalah Lilium spp. Atau Hemerocallis spp. Jenis-jenis bunga lili seperti lili

harimau, lili hibrida asia, lili merah, lili jepang, lili kayu, lili barat dan terutama lili

paskah, Lilium Longiflorum memiliki racun yang berbahaya pada kucing, namun bukan

tidak mungkin dapat membahayakan manusia atau hewan lain. Dengan mengonsumsi 2-3

petal bunga atau daun atau polennya atau air yang berasal dari vas bunga dapat

mengakibatkan kegagalan ginjal akut

Jenis lili lain yang juga berbahaya adalah lili lembah yang dapat mengganggu

jantung serta mematikan bila dikonsumsi oleh kucing atau anjing.

16
2.3 Toksin Bersumber Pada Hewan

1. Ikan buntal

Ikan buntal berasal dari famili Diodontidae dan berasal dari ordo

Tetraodontiformes. Nama tetraodontifor-mes berasal dari morfologi gigi ikan ini, yaitu

memiliki dua gigi besar pada rahang atas dan bawahnya yang cukup tajam.

Ikan buntal memiliki kandungan meta-bolit primer yang cukup lengkap terutama

asam aminonya, ikan buntal juga memiliki kandungan metabolit sekunder seperti racun

tetrodotoksin (TTX). Racun ini biasanya digunakan sebagai alat pertaha-nan diri dari

serangan predator. Beberapa kasus keracunan yang terjadi di Indonesia diantaranya

pada tahun 2010 dan 2008 di Cirebon. Kasus keracunan ikan buntal juga terjadi di

beberapa daerah seperti Tapanuli tengah, Bengkulu dan Maluku. Meskipun berbahaya,

tetrodoto-xin ternyata dapat dimanfaatkan terutama pada bidang farmasi. Tetrodotoksin

dapat digunakan sebagai obat anastesi lokal (dapat memblok syaraf). Tetrodo-toksin

yang dicampur dengan bupivacaine dan dexamethasone dapat meningkatkan waktu

anastesi. Obat berbahan dasar dari tetrodotoksin yang pertama kali dipasarkan adalah

Tectin, obat ini dikembangkan oleh WEX Pharmaceutical Inc. Dalam dosis kecil, obat

ini sangat mampu mengurangi rasa sakit kronis yang dialami oleh pasien kanker.

2. Nephila sp.

Racun Nephila sp. tidak berbahaya bagi manusia dan jarang menggigit meskipun

disentuh dan dirusak jaringnya. Apabila menggigit hanya meninggalkan luka goresan

dikulit. Laba-laba ini lambat apabila berjalan di atas tanah. Cara kerja racun laba-laba

adalah melemahkan (efek primer) kemudian mematikan (efek sekunder). Racun laba-

17
laba bersifat neurotoksin dan nekrotoksin. Neurotoksin menggangu penjalaran impuls

saraf pada saluran ion (ionchannels) dan sinaps, sedangkan nekrotoksin bekerja pada

reaksi yang sistematik misalnya pada ginjal dan darah. Racun laba-laba yang bersifat

neurotoksin lebih banyak dibandingkan nekrotoksin.

menduga bahwa racun laba-laba mengandung penghambat neuron; penghambat

tersebut berisi glutamat sebagai transmitor dan menimbulkan efek paralisis pada

serangga, yakni kondisi tidak dapat bergerak (lumpuh) akibat terganggunya sistem saraf

serangga. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas racun laba-laba berpotensi sebagai

pengendali hayati serangga, namun sampai sekarang belum diketahui apakah racun

laba-laba ini tetap efektif jika diisolasikan kemudian diaplikasikan kembali pada

serangga. Jika racun laba-laba dianalogikan sama dengan senyawa bioaktif yang

dimiliki oleh tanaman yang secara statis dapat berfungsi sebagai alat untuk memproteksi

diri maka perlu diteliti juga potensi racun laba-laba sebagai insektisida alami.

3. Bisa Ular

Gigitan ular adalah salah satu bentuk yang paling umum dari keracunan oleh

racun alami di seluruh dunia. Banyak bisa ular serupa dalam modus tindakan dan

konstituen, menjadi campuran protein atau polipeptida. Racun campuran dan akibatnya

menimbulkan berbagai efek. Misalnya, adanya protein asing dapat menyebabkan reaksi

anafilaksis, meskipun hal ini jarang terjadi dan reaksi alergi tersebut dapat

menyebabkan kematian dalam beberapa menit. Komponen enzim dapat mencerna

berbagai berbagai konstituen jaringan baik di lokasi aksi, menyebabkan nekrosis lokal,

atau di tempat lain menyebabkan efek sistemik.

18
Misalnya, gigitan ular Diamondback, ular yang paling beracun di Amerika

Serikat, memproduksi edema yang sangat menyakitkan dalam beberapa menit. mual,

muntah dan diare dapat terjadi dan efek jantung, seperti penurunan tekanan darah arteri

sistemik dan lemah serta nadi cepat. Sistem saraf pusat dapat dipengaruhi,

menyebabkan kelumpuhan pernapasan. Anemia hemolitik dan haemoglobinuria

kadang-kadang terjadi, dan mungkin ada trombosis dan perdarahan. Permeabilitas

pembuluh darah dan konduksi seraf bisa berubah dan anoksia serebral, edema paru dan

gagal jantung juga berkembang.

Banyak fosfolipida ditemukan dalam racun ular kadang-kadang menyebabkan

intravaskular hemolisis dengan tindakan langsung pada membran sel darah merah.

Sebagian besar bisa ular mengandung phospodiesterase yang menyebabkan

polinukleotida.

4. Macam-macam Jenis Racun yang Dihasilkan Oleh

Hewan a. Tetrodotoxin

Racun ini ditemukan dalam ikan puffer, kadal dan bakteri dan telah dipelajari

secara ekstensif. Ikan dimakan sebagai makanan lezat di Jepang dan asalkan ikan

tersebut dipersiapkan dengan benar sehingga bisa dimakan dan aman. Namun,

kematian yang terjadi yang dihasilkan dari persiapan yang salah pada ikan dan

sekitar 60 persen kasus keracunan yang fatal.

Tetrodotoxin dan ichthyocrinotoxin yang ditemukan alam telur, hati dan kulit

ikan. Tetrodoxin adalah racun saraf yang sangat kuat, mematikan pada dosis sekitar

10 G Kg/1 berat badan.

19
Efek awal adalah kesemutan di mulut diikuti dalam 10-45 menit

dengan otot inkoordinasi, air liur, kulit mati rasa, muntah, diare dan kejang-kejang.

Hasil Kematian dari kelumpuhan otot rangka. Sensorik serta saraf motorik

terpengaruh dan diyakini bahwa tetrodoxin selektif menghambat saluran natrium

sepanjang akson, mencegah potensial aksi.

b. Chlorotoxin

Chlorotoxin (Cltx) adalah senyawa aktif yang ditemukan di racun

kalajengking. Memiliki kemampuan untuk menghambat konduktansi saluran klorida.

Terkena Cltx dalam dosis yang banyak dapat mengakibatkan kelumpuhan melalui

gangguan saluran ion. Mirip dengan toksin botulinm. Cltx telah terbukti memiliki

nilai terapeutik yang signifikan. Bukti menunjukkan bahwa Cltx dapat menghambat

kemampuan untuk glioma untuk menyusup jaringan saraf yang sehat di otak, secara

signifikan mengurangi kerugian invasif potensial yang disebabkan oleh tumor.

c. Conotoxin

Conotoxin mewakili kategori racun yang dihasilkan oleh siput kerucut yang

hidup di laut, dan mampu menghambat aktivitas sejumlah saluran ion seperti

kalsium, natrium, kalium atau saluran. Dalam banyak kasus, racun yang dikeluarkan

oleh berbagai jenis siput kerucut mencakup berbagai conotoxins, yang mungkin

khusus untuk saluran ion yang berbeda, sehingga menciptakan racun yang mampu

meluas gangguan fungsi racun.

20
Salah satu bentuk unik conotoxins,ω-conotoxin (.ω-CgTx) sangat

spesifik untuk saluran Ca dan telah menunjukkan kegunaan dalam mengisolasi racun

dari sistem. Sebagaikalsium fluks diperlukan untuk rangsangan yang tepat dari sel,

setiap penghambat signifikan dapat mencegah sejumlah besar fungsionalitas. Secara

signifikan, ω-CgTx mampu mengikat dan menghambat saluran kalsium yang terletak

di membran neuron tapi bukan dari sel-sel otot.

d. Apitoxin

Apitoxin atau madu racun lebah, adalah cairan tak berwarna dan pahit. Bagian

aktif dari racun adalah campuran kompleks protein, yang menyebabkan peradangan

lokal dan bertindak sebagai antikoagulan. Racun ini diproduksi dalam perut lebah

pekerja dari campuran sekresi asam dan basa. Apitoxin bersifat asam (pH 4,5-5,5).

Sebuah lebah madu dapat menyuntikkan 0,1 mg racun melalui penyengat nya.

Apitoxin mirip dengan jelatang toksin. Diperkirakan bahwa 1% dari populasi alergi

terhadap sengatan lebah. Racun lebah terapi digunakan oleh beberapa sebagai

pengobatan untuk rematik dan penyakit sendi karena antikoagulan dan sifat anti-

inflamasi. Hal ini juga digunakan untuk menurunkan rasa mudah terpengaruh orang

alergi terhadap sengatan serangga. Terapi racun lebah juga dapat disampaikan dalam

bentuk Bee Venom Balm meskipun ini mungkin kurang ampuh daripada

menggunakan sengatan lebah hidup.

Komponen utama yang terdiri dari 52% melittin peptida racun.

 Melittin adalah agen anti-inflamasi yang kuat dan menginduksi produksi

kortisol dalam tubuh.

21
 Apamin meningkatkan produksi kortisol dalam kelenjar adrenal. Apamin adalah

neurotoksin ringan.

 Adolapin, terdiri dari 2-5% dari peptida, bertindak sebagai anti-inflamasi dan

analgesik karena blok siklooksigenase.



 Fosfolipase A2 berjumlah 10-12% dari peptida dan merupakan komponen yang

paling merusak apitoxin. Ini adalah enzim yang merusak fosfolipid membran sel

yang terbuat dari. Hal ini juga menyebabkan penurunan tekanan darah dan

menghambat pembekuan darah. Fosfolipase A2 mengaktifkan asam arakidonat

yang dimetabolisme dalam siklus siklooksigenase untuk membentuk

prostaglandin. Prostaglandin mengatur respon inflamasi tubuh. Toksin dari

tawon mengandung fosfolipase A1.



 Hyaluronidase terdiri 1-3% dari peptida melebarkan kapiler menyebabkan

 Histamin terdiri 0,5-2% dan terlibat dalam respon alergi.

 Dopamin dan noradrenalin yang terdiri 1-2% peningkatan denyut nadi.

 Protease inhibitor terdiri 2% dan bertindak sebagai agen anti-inflamasi

dan menghentikan pendarahan.



 Tertiapin juga merupakan komponen dalam racun lebah.




e. Stromatoxin Apitoxin Conotoxin Chlorotoxin Tetrodotoxin

Pertama kali diidentifikasi dalam racun tarantula Afrika Stromatopelma

calceatum (yang featherleg babon laba-laba). Singkatan teknis untuk toksin adalah

ScTx1. Stromatoxin adalah peptida yang terdiri dari 34 asam amino yang dimiliki

struktural 'inhibitor sistein simpul' peptida laba-laba. Toksin diidentifikasi

22
menggunakan skrining sistematis dari efek racun dari beberapa spesies tarantula pada

KV2-saluran Xenopus laevis (katak bercakar Afrika). Bioassay fraksinasi dipandu

dan kromatografi diidentifikasi stromatoxin sebagai komponen fungsional.

Pengaruh stromatoxin pada saluran kalium, penghambatan maksimal tercapai

antara -30 dan 0 mV, sedangkan penghambatan parsial pada nilai lebih positif dari

+10 mV. Meskipun saluran masih bisa diaktifkan, depolarisasi jauh lebih besar

diperlukan. Dengan menghalangi saluran kalium, stromatoxin memiliki berbagai

macam tindakan. Saluran target dapat ditemukan dalam jaringan jantung, neuron dan

sel-sel otot polos. Dalam sel jantung, peran mereka lebih terfokus pada ketinggian

dan durasi dari fase plateau potensial aksi, repolarisasi membran sel, refractoriness

jantung dan otomatisitas. Dalam sistem saraf, tipe A dan saluran kalium menentukan

membran potensial istirahat, tindakan potensial durasi dan repolarisasi. Jadi, toksin

terlibat dalam rangsangan membran, pelepasan hormon, dan transduksi sinyal dan

pengolahan. Pengaruh toksin sangat bervariasi dengan jaringan di mana saluran

disajikan. Stromatoxin misalnya melarang apoptosis pada enterosit dan menghambat

penyempitan myogenic di (tikus) arteri serebral.

f. Vanillotoxins (VaTxs, subtipe VaTx1, VaTx2, VaTx3)

Vanillotoksin adalah neurotoksin yang ditemukan dalam racun tarantula

Psalmopoeus cambridgei. Vanillotoksin bertindak sebagai agonis untuk reseptor

transien potensial kation saluran subfamili anggota V 1 (TRPV1), mengaktifkan

sistem sensorik nyeri. VaTx1 dan 2 juga bertindak sebagai antagonis

23
untuk KV2-jenis tegangan-gated saluran kalium (KV2), mendorong perilaku

lumpuh pada hewan kecil.

P. cambridgei, tarantula dari Trinidad, menggunakan racun untuk

melumpuhkan mangsanya. Di antara senyawa lain, racun ini memiliki semua tiga

subtipe dari VaTxs: VaTx1, VaTx2, dan VaTx3. Nama racun ini berasal dari reseptor

vanilloid TRPV1, dimana VaTxs mengikat..

Vanillotoxins memiliki homologi dekat dengan inhibitor sistein simpul (ICK)

racun lain. ICK racun yang paling dikenal sebagai blocker saluran kation. Struktur

yang tepat dari VaTxs belum disimpulkan, meskipun beberapa model awal telah

diajukan. VaTxs adalah 53-82% identik dalam urutan asam amino. VaTx1 dan

VaTx2 memiliki struktur hampir sama, sementara VaTx3 menunjukkan beberapa

keragaman yang ekstrusi lingkaran protein.

Pada manusia, efek VaTxs belum sistematis dipelajari. Secara umum, racun P.

cambridgei dikenal untuk menghasilkan rasa sakit, tetapi jumlah toksin yang hadir

dalam gigitan terlalu rendah untuk menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

Efek dari VaTxs pada TRPV1 dan KV2 telah dipelajari dengan menyuntikkan VaTxs

subkutan pada tikus. VaTxs mengikat ke domain pori ekstraselular TRPV1 dalam

sistem saraf perifer menyebabkan pembukaan pori dan kation masuknya, sehingga

memicu aktivasi sistem nyeri. Meskipun arsitektur yang sama dari TRPV1 dan KV2,

VaTx1 dan VaTx2 mengikat ke domain tegangan-sensing dari KV2 daripada pori-

domain. Dengan demikian, mereka meningkatkan potensi ambang tindakan dalam

sambungan neuromuskuler, memunculkan perilaku lumpuh.

24
g. Onchidal

Onchidal adalah racun alami yang diproduksi sebagai sekresi defensif oleh

molusca Onchidella binneyi dan beberapa spesies terkait lainnya di Onchidella.

Onchidal bertindak sebagai inhibitor acetylocholinesterase ireversibel mekanisme

yang sama pada aksi seperti yang dari agen saraf yang mematikan, namun onchidal

bukanlah suatu senyawa organofosfat atau karbamat dan sedikit memiliki kemiripan

dengan senyawa lain.

h. Batrachotoxins (BTX)

BTX sangat ampuh untuk kardiotoksik dan neurotoksik, alkaloid steroid

ditemukan pada spesies tertentu katak (racun katak panah), kumbang, dan burung

(Ifrita kowaldi, Colluricincla megarhyncha). BTX adalah neurotoxin non-peptidal

dikenal paling kuat. Batrachotoxin berasal dari kata Yunani "batrachos" (βάτπαχοπ)

yang berarti katak, dan "toxine" (τοξίνη) yang berarti racun.

Lebih dari 100 racun telah diidentifikasi dari sekresi kulit katak anggota

keluarga Dendrobatidae, terutama Dendrobates dan Phyllobates. Anggota dari genus

Dendrobates, Ranitomeya, dan Oophaga juga dikenal sebagai "racun panah" atau

"racun panah" katak. Namun, hanya katak dari genus Phyllobates menghasilkan

batrachotoxin sangat mematikan. Salah satu contoh ini akan menjadi Phyllobates

terribilis, juga dikenal sebagai Golden Poison katak. Katak ini dianggap oleh

beberapa orang untuk menjadi salah satu hewan paling beracun di dunia. Racun

merembes melalui pori-pori, folikel rambut, dan lecet.

25
Toksin dilepaskan melalui sekret berwarna atau susu dari kelenjar yang terletak

di bagian belakang dan di belakang telinga katak dari Phyllobates. Ketika salah satu

dari katak ini adalah gelisah, merasa terancam atau merasa sakit, toksin refleks dirilis

melalui beberapa kanal.

BTX Sebagai neurotoxin yang mempengaruhi sistem saraf. Fungsi neurologis

tergantung pada depolarisasi saraf dan serat otot akibat peningkatan permeabilitas

ion natrium dari membran sel bersemangat.Racun larut dalam lemak seperti

batrachotoxin tindakan langsung pada saluran ion natrium terlibat dalam generasi

potensial aksi dan dengan memodifikasi baik selektivitas ion dan sensitivitas

tegangan. Ini memiliki efek langsung pada sistem saraf perifer (PNS). Batrachotoxin

di PNS menghasilkan peningkatan permeabilitas (selektif dan ireversibel) dari

membran sel beristirahat untuk ion natrium, kalium tanpa mengubah atau konsentrasi

kalsium. Masuknya natrium depolarizes membran sel sebelumnya terpolarisasi.

Batrachotoxin juga mengubah selektivitas ion dengan meningkatkan permeabilitas

saluran terhadap kation yang lebih besar. Saluran natrium menjadi terus-menerus

aktif pada potensial membran.Batrachotoxin membunuh secara permanen dengan

menghalangi transmisi sinyal saraf ke otot.

Dalam laymans, batrachotoxin mengikat dan tidak membuka saluran natrium

sel saraf tersebut. Neuron ini tidak lagi mampu 'menembak' (mengirim pesan) dan

menyebabkan kelumpuhan. Meskipun umumnya diklasifikasikan sebagai neurotoxin,

batrachotoxin telah menandai efek pada otot-otot jantung.Efek ini mirip dengan efek

kardiotoksik digitalis (digoxin), racun yang ditemukan di pabrik foxglove.

Batrachotoxin mengganggu konduksi jantung, menyebabkan aritmia, ekstrasistol,

26
fibrilasi ventrikel dan perubahan lain yang menyebabkan serangan jantung.

Batrachotoxin menginduksi asetilkolin pada saraf dan otot dan penghancuran vesikel

sinaptik, juga.Batrachotoxin R lebih beracun dibandingkan terkait batrachotoxinin A.

Perubahan struktural dalam saraf dan otot disebabkan oleh arus besar ion natrium,

yang menghasilkan perubahan osmotik. Kegiatan Batrachotoxin bergantung pada

suhu, dengan aktivitas maksimum pada 37°C (99°F). Kegiatannya juga lebih cepat

pada pH basa, yang menunjukkan bahwa bentuk unprotonated mungkin lebih

aktif.

Saat ini tidak ada obat penawar yang efektif ada untuk pengobatan keracunan

batrachotoxin. Veratridine, aconitine dan grayanotoxin seperti batrachotoxin adalah

racun larut dalam lemak yang sama mengubah selektivitas ion dari saluran natrium,

menunjukkan situs umum tindakan. Karena kesamaan ini, pengobatan untuk

keracunan batrachotoxin terbaik mungkin mencontoh, atau berdasarkan, pengobatan

untuk salah satu racun tersebut. Pengobatan juga dapat dimodelkan setelah itu untuk

digitalis, yang menghasilkan efek kardiotoksik agak mirip.

i. Bufotoxins

Bufotoxin adalah keluarga zat beracun yang ditemukan di paratoid kelenjar

kulit dan racun yang banyak ada di kodok (genus Bufo); amfibi lainnya dan beberapa

tanaman jamur. Komposisi yang tepat sangat bervariasi dengan sumber tertentu

toksin. Bufotoxin dapat berisi 5-Meo-DMT, bufagins, butafolin, bufotenine,

bufothionine, epinefrin, norepinefrin, dan serotonin. Istilah bufotoxin juga dapat

27
digunakan secara khusus untuk menggambarkan konjugat dari bufagin

dengan suberylargine.

Kodok yang diketahui mensekresikan bufotoxin adalah antara lain Bufo

alvarius, Bufo americanus, Bufo arenarum, Bufo blombergi, Bufo bufo, Bufo

gargarizans, Bufo formosus, Bufo fowleri, Bufo marinus, Bufo melanostictus, Bufo

peltocephalus, Bufo quercicus, Bufo regularis, Bufo valliceps, Bufo viridis, dan Bufo

vulgaris.

28
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pestisida adalah bahan kimia untuk membunuh hama ( insekta,janur dan gulma).

Sehingga pestisida dikelompokan menjadi Insektisida (pembunuh insekta), Fungisida

(pembunuh jamur), dan Herbisida ( pembunuh tanaman pengganggu).

Toksik bersumber pada hewan diantranya: Umbi Kayu, Manihot Esculenta

(Euphorbiaceae), Biji Kasturi, Ricinus Communis, Angel’s Trumpet (Terompet Malaikat),

Kentang, Solanum Tuberosum (Solanacea), Cabai, Capsicum spp. (solanace), Kacang Merah

(Phaseolus vulgaris), Pucuk Bambu (Rebung), Cemara Inggris, Taxus Baccata (Taxaceae),

Seledri, Bunga Lili, Lilium spp. (Liliaceae)

Toksik bersumber pada tumbuhan diantaranya : Ikan buntal,Nephillia sp,bisa ular.

Macam-macam, jenis racun yang dihasilkan hewan: Tetrodotoxcin ,Chlorotoxin ,Conotxin

,Apitoxin, Stromatoxin,Apitoxin Conotoxin Chlorotoxin, Tetrodotoxin,Vanilotoxins,

Vanillotoxins (VaTxs, subtipe VaTx1, VaTx2, VaTx3),Onchidal,Batradotoxins

(BTX),Bufotoxins.

29
DAFTAR PUSTAKA

Askurrahman. 2010. Isolasi Dan Karakterisasi Linamarase Hasil Dari Umbi Singkong (

Manihot Esculenta Crantz ). Vol. 4, No.2 : 138 – 145.

Darmono. 2008. Farmasi Forensik dan Toksikologi. Jakarta: UI-Press

E Deskawati, Sri Purwaningsih dan Purwantiningsih. 2014. Karakterisasi dan uji toksisitas

ikan buntal dari perairan pamengpeuk, jawa barat. Vol. 6, No.1 : 101-107

Manyur, 2002. Toksiklogi agent-agent toksis & pemaparan. USU digital library. Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Maryana Raini. 2007. Toksikologi Pestisida Dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida. Vol.

17, No. 3 : 10-18.

Sembel, Dantje Terno. 2015. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta : CV. Andi Ofset

Timbrell, John. 2003. Introduction to Toxicology Third Edition. New york: Taylor and Francis

Inc
Slide 1

Toksikologi
Klinik
Arif Adriyanto
Asri Handayani
Pamungkas
Sifa Ulpah
Bahan- Yudhitya Aryani
bahan Kimia
Toksik

Slide 2
Bahan Kimia
Toksik

Bersumber Hewan
Bersumber Tumbuhan
Pestisida

Slide 3

Pestisida
Slide 4 Insektisida
Fungisida

Pestisida Herbisida
Rodentisia

Bahan kimia untuk Bakterisida


membunuh hama
(insekta,jamur dan Virusida
gulma)
Akarisida
Nematosid
a

Slide 5 Orga
nofosf
at
Orga
Karba
noklor
mat
in
Toksik
Pestisida
Piretro Sulfon
id ilurea
Biope
stisida

Slide 6
Insektisida
anorganik, : Jenis-
Insektisida jenis arsenikal,
fluorida, merkuri
dan debu.

racun yang Insektisida


digunakan untuk organik :
mengendalikan mengandung
hama-hama klorin, senyawa
serangga organofosfat ,
karbamat,
botanikal.
Slide 7

Fungisida
racun yang
digunakan untuk
mengendalikan
penyakit yang
disebabkan oleh
jamur

Slide 8
Rodentisia Herbisida
Racun yang Racun yang
digunakan untuk digunakan untuk
mengendalikan mengendalikan
hama tikus gulma

- Logam fosfida - aluminium


- Calciferols glufosinat
- RatTropik, klerat - Glifosat.
dan Rodex - Parakuat

Slide 9

Bakterisida Virusida
racun untuk
racun untuk
mengendalikan
mengendalikan
penyakit 
penyakit  virus
bakteri
Slide 10
•racun yang digunakan
untuk mengendalikan
Akarisida hama  tungau atau
caplak.

•racun yang digunakan


untuk mengendalikan
Nematosida hama  cacing
nematoda

Slide 11

Toksik Bersumber dari


Tumbuhan

Slide 12
Toksin bersumber dari
tumbuhan
Umbi
kayu
Angels’s
trumpet
dan cemara

Biji kasturi
Kentang
Dan Bunga dan cabai
Lili

Kacang
merah

Zucchini Pucuk
dan seledri bambu
Slide 13
Umbi kayu

•Toksin : zat sianida


 kerusakan
sistem syaraf

Biji kasturi

•Toksin : zat risin


(ricin)

Slide 14 Angel’s Trumpet


(Bunga Trompet)
•mengandung zat hallucinogen :
halusinasi.
•Kandungan aktif : atropine,
hyoscyamine dan scopolamine
 zat penghilang kesadaran

Cabai, Capsicum spp.

•Mengandung capsaicin dan


dihydrocapsaicin
•Bersifat iritan : kulit, mata, paru-
paru dan sistem pencernaan

Slide 15 Kentang
(Solanum
tuberosum)
•Toksin : Glikoalkaloid
 mengganggu sistem
syaraf

Kacang Merah
(Phaseolus vulgaris)

•Toksin :
Fitohemaglutinin
Slide 16 Pucuk Bambu (Rebung)

• Toksin alami : golongan glikosida


sianogenik

Cemara Inggris, Taxus baccata

• Toksin utama : alkaloid taxine

Seledri

• mengandung senyawa
psoralen
 sensitivitas pada kulit
jika terkena sinar matahari

Slide 17

Zucchini (Semacam Ketimun)

• Toksin alami : kukurbitasin


 menimbulkan rasa pahit

Bunga Lili , Lilium spp.

• Lili Damai (Peace Lily), Peruvian Lily


dan Calla Lily
: kristal oksalat  bersifat iritatif

Slide 18

Toksik Bersumber dari


Hewan
Slide 19
Toksin
Bersumber
dari Hewan
- - Apitoxin - Onchidal
Tetrodotoxin - -
- Stromatoxin Batrachotoxi
Chlorotoxin - ns (BTX)
- Conotoxin Vanillotoxins - Bufotoxins

Slide 20
• Ditemukan dalam ikan puffer
Tetrodoto • Racun saraf yang sangat kuat
xin

• Senyawa aktif,ditemukan
di racun kalajengking.
Chlorotoxin • Kerusakan sistem syaraf

• Dihasilkan oleh siput kerucut


• Menghambat aktivitas
Conotoxin sejumlah saluran ion

Slide 21 • Racun lebah : cairan tak


berwarna dan pahit serta asam.
• Peradangan lokal dan
Apitoxin bertindak sebagai antikoagulan

• Racun tarantula
• Mempengaruhi saluran kalium
Stromatoxin

• Neurotoksin : ditemukan
dalam racun
tarantula
Vanillotoxins
Psalmopoeus cambridgei
Slide 22
• racun alami : diproduksi oleh
molusca Onchidella binneyi
Onchidal

• ditemukan pada spesies katak tertentu


(racun katak panah), kumbang, dan
Batracho burung (Ifrita kowaldi, Colluricincla
toxins megarhyncha)
(BTX) • Bersifat kardiotoksik dan neurotoksik

• Ditemukan di paratoid kelenjar


kulit pada kodok (genus Bufo)
Bufotoxins

30

Anda mungkin juga menyukai