Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Makassar merupakan pusat pelayanan jasa perdagangan Kawasan

Timur Indonesia baik berupa perdagangan jasa maupun barang dimana diharapkan

menjadi pioner dalam pembangunan, utamanya pada daerah kepulauan sulawesi

dalam kaitannya perkembangan kota makassar terkait langsung dengan fasilitas

yang telah ada dan pertimbangan efisiensi yang dipunyai suatu wilayah. Sulawesi

Selatan merupakan wilayah yang relatif telah mencapai tingkat kemajuan

pembangunan yang lebih dibandingkan dengan wilayah lain yang ada di Kawasan

Timur Indonesia. Kondisi objektif inilah yang menempatkan Sulawesi Selatan

sebagai wilayah yang paling memungkinkan untuk dijadikan sebagai pioner dalam

pengembangan Kawasan Timur Indonesia.

Menurut Badan Pusat Statistik kota Makassar (2016), pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Selatan mencapai rerata 8,5 persen per tahun, jauh di atas

pertumbuhan ekonomi Nasional 5,9 persen. Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan

bahwa aktifitas perdagangan khususnya bidang perdagangan dan pelayanan jasa

komersil di wilayah kota Makassar, dimasa akan datang akan sangat dibutuhkan

sesuai dengan perkembangan perekonomian kota Makassar. Sektor perdagangan

barang dan pelayanan jasa serta industri adalah kekuatan utama dalam membuat

pondasi perekonomian kota Makassar. Salah satu kecenderungan pesatnya

pertumbuhan jasa perdagangan di Makassar yaitu diperlihatkan dengan berubahnya

wajah kota dan adanya arah perkembangan kota dimana kota Makassar saat ini telah

1
tumbuh perusahaan-perusahaan jasa perkantoran (manufacturing dan perbankan)

dan perusahaan yang bergerak dibidang pertokoan/perbelanjaan serta beralihnya

pusat pemerintahan dan kawasan permukiman ke pinggiran kota.

(www.news.rakyatku.com.2017)

Meningkatnya kegiatan disektor tersebut seringkali tidak disertai dengan

pengadaan wadah yang ideal, menyangkut kondisi bangunan, suasana dan lokasi

yang tidak sesuai dengan kegiatan tersebut. Hal tersebut berbanding lurus dengan

suhu permukaan bumi yang terus meningkat menimbulkan efek yang signifikan

yaitu perubahan iklim yang drastis, atau lebih dikenal dengan pemanasan global.

Eko Agus Prawoto (2016: 38-39) menyatakan bahwa bangunan atau

arsitektur menjadi yang paling banyak mengkonsumsi energi dibanding sektor-

sektor lain seperti sektor industri atau transportasi. Hal tersbut menjadi salah satu

penyebab terjadinya pemanasan global. Menurut Kanoasa Akbar (2014: 41)

pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini tidak dapat hanya dikurangi dengan

upaya penggunaan energi yang efisien saja, tetapi harus ada upaya lain yang

berpihak pada penggunaan sumber daya alam secara keseluruhan dengan menjaga

keberlangsungan sumber daya alam.

Di Kota Makassar terdapat beberapa kantor sewa diantaranya, Graha Pena,

Menara Bosowa, dan Wisma Kalla. Dimana ketiga gedung perkantoran tersebut

memiliki desain arsitektur perkotaan yang tidak tanggap terhadap lingkungan,

terutama terhadap iklim tropis. Bangunan-bangunan ini menggunakan material

kaca pada seluruh bagian luarnya karena dianggap dapat menyelesaikan aspek

estetika bangunan dan mengurangi efek masuknya panas matahari ke dalam

2
ruangan. Namun, hal ini menimbulkan dampak lain berupa efek panas yang lebih

besar karena penggunaan pengkondisian udara buatan (AC) untuk mengkondisikan

suhu ruangan. Selain itu, pemakaian material kaca berdampak pada munculnya

radiasi panas yang ditimbulkan dari pantulan kaca terhadap lingkungan sekitarnya.

Fasad yang merupakan bagian terluar bangunan tidak hanya berfungsi

sebagai identitas saja tetapi juga dapat mengakomodasi keadaan atau kebutuhan

dalam bangunan, seperti halnya kulit yaitu sebagai perantara lansung antara kondisi

alam luar dengan dalam bangunan. Fungsi fasad bisa lebih baik jika fasad

melindungi dari cuaca luar, dan tetap membiarkan bangunan untuk dapat “bernafas”

seperti memasukkan panas matahari tetapi juga dapat menolak pada waktu tertentu.

Perbedaan kebutuhan dari kepentingan fasad ini dapat diseimbangkan atau dipenuhi

tergantung dari fungsi dan waktu. Dengan menggerakkan fasad dan membuatnya

dinamis, fasad dapat “bernafas” atau beradaptasi terhadap kondisi luar dan

mengakomodasi kebutuhan dalam bangunan. Sistem adaptif dan respon lingkungan

dapat dipelajari dari alam seperti bagaimana makhluk hidup dapat beradaptasi

terhadap lingkungan sekitar. Melihat dan mempelajari fenomena alam dan

mengambil prinsipnya untuk kebutuhan fasad bangunan. Maka penggunaan konsep

biomimicry berteknologi fasad kinetik merupakan langkah solutif untuk

menghemat penggunaan energy pada bangunan. Seperti yang dijelaskan dalam

Q.S. Al-An’am /6:99, Allah berfirman:

Q.S. Al-An’am /6:99

‫ت ك ُلِ ش َ ْي ٍء‬ َ ‫َو ه ُ َو ا ل َّ ِذ ي أ َنْ َز لَ ِم َن ال س َّ َم ا ِء َم ا ًء ف َ أ َ ْخ َر ْج ن َ ا ب ِ ِه ن َ ب َ ا‬


‫ج ِم ن ْ ه ُ َح ب ًّ ا ُم ت َ َر ا ِك ب ً ا َو ِم َن ال ن َّ ْخ ِل ِم ْن طَ لْ ِع هَ ا‬ ُ ‫ض ًر ا ن ُ ْخ ِر‬ ِ ‫ف َ أ َ ْخ َر ْج ن َ ا ِم ن ْ ه ُ َخ‬
‫ت ِم ْن أ َعْ ن َ ا ب ٍ َو ال َّز ي ْ ت ُو َن َو ال ُّر َّم ا َن ُم شْ ت َب ِ هً ا َو غَ يْ َر‬ ٍ ‫ق ِ نْ َو ا ٌن دَا ن ِ ي َ ة ٌ َو َج ن َّ ا‬

3
ٍ ‫ُم ت َش َا ب ِ ٍه ۗ ا نْ ظ ُ ُر وا إ ِ ل َ ٰى ث َ َم ِر هِ إ ِ ذ َ ا أ َث ْ َم َر َو ي َ ن ْ ِع ِه ۚ إ ِ َّن ف ِ ي ذٰ َ لِ ك ُ ْم ََل ي َ ا‬
‫ت ل ِ ق َ ْو ٍم‬
‫ي ُ ْؤ ِم ن ُ و َن‬
Terjemahnya:

“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan
dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman
yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-
tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun
dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu
pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang
beriman.”

Surah Al-An’am (6) ayat 99 di atas dalam tafsir Al-Misbah Quraish

Shihab Volume 4: “(Dialah yang menurunkan air hujan dari awan untuk

menumbuhkan berbagai jenis tanaman. Dia mengeluarkan buah-buahan segar dari

bermacam tumbuhan dan berbagai jenis biji-bijian. Dari pucuk pohon korma, Dia

mengeluarkan pelepah kering, mengandung buah yang mudah dipetik. Dengan air

itu, Dia menumbuhkan berbagai macam kebun: anggur, zaitun dan delima. Ada

kebun-kebun yang serupa bentuk buahnya, tetapi berbeda rasa, aroma dan

kegunaannya. Amatilah buah-buahan yang dihasilkannya, dengan penuh

penghayatan dan semangat mencari pelajaran. Juga, amatilah proses

kematangannya yang melalui beberapa fase. Sungguh, itu semua mengandung bukti

yang nyata bagi orang-orang yang mencari, percaya dan tunduk kepada kebenaran.

Ayat tentang tumbuh-tumbuhan ini menerangkan proses penciptaan buah yang

tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase, hingga sampai pada fase

kematangan. Pada saat mencapai fase kematangan itu, suatu jenis buah

mengandung komposisi zat gula, minyak, protein, berbagai zat karbohidrat dan zat

tepung. Semua itu terbentuk atas bantuan cahaya matahari yang masuk melalui

4
klorofil yang pada umumnya terdapat pada bagian pohon yang berwarna hijau,

terutama pada daun. Daun itu ibarat pabrik yang mengolah komposisi zat-zat tadi

untuk didistribusikan ke bagian-bagian pohon yang lain, termasuk biji dan buah.

Lebih dari itu, ayat ini menerangkan bahwa air hujan adalah sumber air bersih satu-

satunya bagi tanah. Sedangkan matahari adalah sumber semua kehidupan. Tetapi,

hanya tumbuh-tumbuhan yang dapat menyimpan daya matahari itu dengan

perantaraan klorofil, untuk kemudian menyerahkannya kepada manusia dan hewan

dalam bentuk bahan makanan organik yang dibentuknya. Kemajuan ilmu

pengetahuan telah dapat membuktikan kemahaesaan Allah. Zat hemoglobin yang

diperlukan untuk pernapasan manusia dan sejumlah besar jenis hewan, berkaitan

erat sekali dengan zat hijau daun…)”

Dari penafsiran ayat diatas oleh M. Quraish Shihab maka kita dapat

mengetahui bagaimana awal proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang

dimulai dari sebiji benih yang kemudian Allah SWT menurunkan hujan untuk

menumbuhkan segala jenis tumbuhan mulai dari munculnya kecamba dari dalam

tanah kemudian melalui berbagai macam proses dengan bantuan cahaya matahari

hingga tanaman tersebut menghasilkan buah yang bermacam-macam bentuk dan

rasa. Hal tersebut bila dikorelasikan dengan perancangan kantor sewa dengan

pendekatan biomimicry berteknologi kinetic fasad, maka kita akan menemukan

hubungan/keterkaitan yang sangat jelas, bahwa teknologi kinetic fasad akan

bergerak/berkembang secara otomatis dengan bantuan sensor cahaya (fotonasti)

apabila terkena panas yang berlebih dari sinar matahari.

5
Kinetic fasade merupakan konsep dimana fasad bangunan responsif

terhadap keadaan lingkungannya. Dari beberapa adaptasi makhluk hidup yang ada,

maka fotonasti dipilih karena secara visual akan lebih terlihat dan lebih banyak

komparasi objek yang ada. Fotonasti adalah gerak dari bagian tumbuhan dalam

menanggapi rangsang tanpa dipengaruhi arah datang rangsang. Dari fotonasti ini

dipilihlah tanaman Portulaca grandiflora atau bunga pukul sembilan. Dengan

mempelajari karakter dari bunga pukul sembilan yang akan mekar pada saat terkena

cahaya pada pukul sembilan, maka diharapkan dapat diaplikasikan pada fasad

bangunan yang akan mengembang ketika mendapat sinar berlebih dari matahari,

sehingga kondisi termal di dalam bangunan tetap nyaman dan tidak memberikan

efek silau pada daerah sekitar bangunan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana acuan perancangan kantor sewa dengan pendekatan

biomimicry berteknologi kinetic fasad?

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan

1. Tujuan

Untuk mendapatkan acuan perancangan kantor sewa dengan

pendekatan biomimicry berteknologi kinetic yang dapat diterapkan pada

fasad gedung.

2. Sasaran pembahasan

a. Pengolahan tapak.

b. Pemrograman ruang.

c. Pengolahan bentuk.

6
d. Pendukung dan kelengkapan bangunan.

e. Penerapan desai biomimicry pada fasad bangunan kantor sewa.

D. Batasan Pembahasan

Perancangan kantor sewa yang berlokasi di Makassar ini menggunakan

pendekatan biomimicry. Biomimicry adalah suatu pendekatan yang mengambil

ilham/pelajaran dari karate mahluk hidup. Dalam proses perancangan akan dikaji

lebih dalam mengenai potensi yang dapat dikembangkan dari pendekatan

biomimicry.

Perancangan akan difokuskan untuk mengkaji bunga pukul sembilan

(Portulaca grandiflora) sebagai perwakilan pendekatan biomimicry dan akan

diaplikasikan pada fasad bangunan berteknologi kinetic. Luas lahan yang terbangun

memiliki perbandingan 60:40, dimana 60% adalah bangunan dan 40% adalah ruang

terbuka hijau.

E. Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang digunakan adalah metode analisis deskriptif,

yaitu metode pembahasan dengan menguraikan komponen masalah dan kaitannya

secara keseluruhan, dengan cara mengidentifikasi masalah yang ada,

menganalisanya, lalu kemudian menyimpulkannya berdasarkan studi pustaka,

survey dan wawancara.

1. Survey

Survey dilakuakan untuk menemukan masalah-masalah yang

terdapat pada bangunan kantor sewa.

7
2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode yakni

dengan metode wawancara, survey, studi literature, studi preseden.

3. Merumuska Konsep

Setelah data dikumpulkan maka dibutuhkan konsep perancangan

yang akan menjawab permasalahan yang terjadi pada objek pembahasan

dan didukung oleh konsep utama judul yaitu konsep biomimicry.

4. Hasil

Setelah menemukan konsep yang akan diterapkan, maka akan

dihasilkan output berupa karya dalam bentuk gambar 2D, banner, animasi,

dan maket.

F. Sistem Pembahsan

Dalam system pembahasan terdapat enam BAB yaitu sebagai berikut:

BAB 1 : Pendahuluan

Mengemukakan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

dan sasaran pembahasan.

BAB 2 : Tinjauan Pustaka

Mencakup kajian teori-teori berdasarkan kepustakaan kantor sewa

dan arsitektur dengan pendekatan biomimicry serta studi preseden.

BAB 3 : Tinjauan Khusus

Melihat kondisi rill dan menganalisis lebih mendalam mengenai

objek yang akan dikaji untuk menemukan potensi ideal perencanaan.

8
BAB 4 : Pendekatan Konsep Perencanaan

Data kondisi rill dan hasil analisis kemudian diperbandingkan untuk

menemukan gagasan yang dibutuhkan dalam membuat konsep

perancangan.

BAB 5 : Transformasi Konsep

Merupakan proses konseptual perancangan yang dihasilkan dari

pendekatan konsep perencanaan, untuk ditransformasikan kedalam

gagasan fisik bangunan.

BAB 6 : Hasil Desain

Merupakan hasil dari perancangan berupa gambar dua dimensi,

gambar tiga dimensi, animasi, banner, dan maket.

9
BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Tinjauan Kantor Sewa

1. Pengertian Kantor Sewa

Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (2008), kantor adalah

balai (gedung, ruang, rumah) tempat mengurus suatu pekerjaan

(perusahaan, dsb). Berdasarkan Dictionary of Architecture and

Construction (1975), kantor adalah suatu bangunan yang digunakan untuk

tujuan profesional atau berhubungan dengan pekerjaan administrasi,

bukan bagian dari yang digunakan untuk tujuan hidup, kecuali oleh

keluarga penjaga bangunan.

Sewa Menurut W.J.S Poerwodarminto dalam Kamus Umum

Bahasa Indonesia adalah pemakaian sesuatu dengan membayar uang.

Pemakaian, peminjaman sesuatu dengan membayar uang, yang boleh

dipakai. Santoso, (2002:526). kantor atau “office building” adalah suatu

tempat yang digunakan untuk kegiatan bisnis atau suatu profesi yang

dibedakan dari bangunan tempat tinggal, komersial atau ruang yang

disewakan, bangunan industry atau fasilitas rekreasi. Menurut Panduan

Perancangan Bangunan Komersial (2008). kantor sewa adalah suatu

bangunan yang mewadahi transaksi bisnis dan pelayanan secara

profesional. Ruang-ruang dalamnya terdiri dari ruang-ruang dengan fungsi

yang sama, yaitu fungsi kantor dengan fasilitas pemakai sebagai penyewa

atas ruang yang digunakannya.

10
Dari definisi kantor sewa diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian dari kantor sewa adalah ruang atau bangunan/gedung sebagai

tempat untuk melaksanakan kegiatan administrasi bagi setiap perusahaan

atau pemakai, yang pengadaannya dimaksudkan untuk disewakan kepada

perusahaan/pemakai dalam jangka waktu tertentu pula sesuai kesepakatan

bersama antara pemakai(penyewa) dengan pemilik(pengelola). Atau dapat

juga diartikan sebagai bangunan atau wadah bagi kegiatan pekerja kantor

yang dapat dipergunakan oleh siapapun yang berminat dengan cara

membayar harga.

2. Fungsi dan Tuntutan

Deddy Rai (2013:228) Perkantoran atau yang disebut pula dengan

kantor sewa adalah merupakan sarana perdagangan jasa dimana

didalamnya terdapat lembaga-lembaga yang bergerak dibidang pelayanan

jasa (kantor, toko, retail) yang dikelola secara komersial. Pada dasarnya

bentuk-bentuk pelayanan jasa yang ada dapat berupa pelayan jasa

pengacara hukum, jasa konsultan arsitektur, jasa manufacture, jasa

konsultan finansial, fasilitas hiburan, dsb.

Dalam perkembangannya, bangunan ini tumbuh berkembang

sesuai dengan tuntutan masyarakat yang berkembang saat ini, khususnya

dipusat-pusat kota dimana sudah sangat susah dalam memperoleh lahan

yang digunakansebagai tempat usaha yang layak sesuai dengan

peruntukan fungsi bangunan.

11
Meningkatnya kebutuhan akan fasilitas ruang bagi tiap

pengusaha, kemudahan akses ke semua pendukung / penunjang kemajuan

usaha, tingginya bangkitan arus kendaraan dari dalam menuju kota

ataupun sebaliknya sehingga menimbulkan arus padat lalu lintas serta

semakin sulitnya mendapatkan lahan hingga membuat niali lahan semakin

mahal sehingga mendorong untuk membuat sebuah perkantoran sewa

dengan mengelompokkan berbagai jenis kegiatan yang saling berkaitan

satu sama lain.

Beberapa fungsi perkantoran / kantor sewa dapat dilihat dari

beberapa segi diantaranya adalah :

a. Dari segi ekonomi

Dapat meningkatkan sektor perekonomian baik untuk kota tersebut,

maupun untuk tingkat nasional. Hal ini disebabkan karena terjadinya adanya

bentuk transaksi jasa, distribusi jasa antara pihak pengguna jasa (konsumen)

dengan pihak pemberi jasa.

b. Dari segi sosial dan politik

Perkantoran adalah sarana fisik yang tumbuh akibat tuntutan

masyarakat akan pemasaran produk jasa maupun barang yang dinilai ideal

sehingga diharapkan mampu meminimaliasi pertumbuhan kios-kios liar

sehingga mudah untuk dikontrol.

12
c. Dari segi perkotaan

Akan menambah nilai kota sebagai akibat mendukung pertumbuhan

kota karena adanya bentuk-bentuk transaksi serta menjadi salah satu elemen

pengisi kota yang berfungsi penambah daya tarik kota.

d. Dari segi komersial

Perkantoran dalam dunia perniagaan memiliki nilai ekonomi yang

bersifat kompetitif dan reperesentatif bagi dunia perdagangan jasa dan barang.

Wibowo (2013:229), Kantor sewa bertujuan untuk menampung

kegiatan administratif sebuah badan usaha ataupun perorangan baik berupa

pelayanan jasa, penjualan secara makro dengan menggunakan list,

penyimpanan uang(pengawasan keuangan), mencatat keterangan, menjamin

aktiva-aktiva dan lainnya.

Tuntutan perancangan dari sebuah kantor sewa dapat dilihat dari:

a. Pengelola

Motivasi pengelola adalah untuk mencari keuntungan sebesar-

besarnya dengan cara menyediakan tempat / ruang ataupun bangunan yang

difungsikan sebagai kantor dengan strandar dan ukuran tertentu sesuai dengan

modul – modul yang telah ditetapkan dan dapat disewakan seluas-luasnya.

Yang perlu diperhatikan dalam perancangan kantor sewa adalah :

1) luasan lantai

2) efisiensi energy

3) sistem informasi

4) sistem komunikasi

13
5) sistem utilitas

6) fasilitas eksekutif

7) tempat makan dan sosialisasi

8) standby listrik

b. Penyewa

Sesuai dengan aktivitasnya sebagai penyewa, maka yang diinginkan

oleh penyewa adalah :

1) Penampilan bangunan yang memiliki nilai estetik dan representatif . Hal

ini sangat dibutuhkan sebagai bukti dan untuk memberikan rasa

kepercayaan terhadap penyewa untuk menghadapi klien-klien dari

masing-masing penyewa.

2) Suasana kerja yang nyaman yang diciptakan untuk meningkatkan

produktifitas kerja hingga mampu mendorong kemajuan kantor.

3) Fleksibilitas dari modul ruang yang disewakan sesuai dengan tingkat

kebutuhan penyewa sesuai dengan jumlah pegawai, jenis kantor dan

aktivitas yang berlangsung serta asumsi kebutuhan luas kantor yang selalu

berubah sesuai dengan tingkat kemajuan perusahaan.

4) Para penyewa tidak perlu mengeluarkan biya ulang untuk maintenance

bangunan.

5) Tingkat keamanan dan keselamatan.

3. Spesifikasi Kantor Sewa

Tommy Yanuar (2014:36)Spesifikasi kantor sewa dapat digolongkan

berdasarkan kegiatan yang terjadi dikantor sewa tersebut, diantaranya :

14
a. Berdasarkan Bentuk Usaha Penyewa

1) Kantor sewa yang usahanya sejenis (single use building)

Adalah kantor sewa yang terdiri dari sejumlah perwakilan kantor-

kantor yang menyewa yang terdiri dari satu jenis usaha dan memiliki

keterkaitan satu sama lain.

2) Kantor Usaha yang usahanya berbagai macam / campuran (mixed use

building)

Adalah kantor sewa dimana kantor yang menyewa terdiri dari

berbagai macam jenis usaha (usaha campuran) dan murni bersifat bisnis

dan tidak ada ikatan satu dengan lainnya.

b. Berdasarkan Sistem Kepemilikan

1) Kelompok Kantor Pemerintah

2) Kelompok kantor Non Pemerintah / Swasta

c. Berdasarkan Jenis Usaha Penyewa

1) Accountant

2) Banking

3) Consultant

4) Publishing

5) Manufacture

6) Trade Assosiation

7) Financial

8) Advertising

15
d. Berdasarkan Tingkat Usaha Penyewa

1) Kantor Pusat (head office)

2) Kantor Cabang (branch office)

3) Kantor Perwakilan (liason representative office)

e. Berdasarkan Status Kepemilikan

1) Kantor yang disewakan

Kantor sewa jenis ini memberikan keleluasaan bagi pengguna

(user) untuk menyewa sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan

berdasarkan besar dan jenis usaha sesuai dengan kemampuan

penyewaannya.

2) Kantor yang disewa-belikan

Kantor sewa jenis ini adalah kantor sewa yang dapat dimiliki oleh

penyewanya (user) apabila ada perjanjian pembelian bangunan dengan

cara mengangsur sesuai dengan perjanjian yang dibuat antar pihak

pengelola dengan penyewa (user).

B. Klasifikasi Kantor Sewa

1. Skala Pelayanan Regional

Louis G. Redstone, FAIA, New York Dimension in Office and

Shoping Centre (2001), Perkantoran dengan skala pelayanan regional

minimal memiliki ± 480.000 jiwa dan melayani wilayah perkotaan dimana

lokasi berada di kawasan central bussines distric (CBD) dan memiliki

fasilitas minimal 1 departement store, 1-3 junior departement store, 1

16
supermarket, 80-100 toko eceran / retail, perkantoran komersil, restaurant,

fasilitas entertain dan fasilitas jasa, serta fasilitas parkir.

2. Skala Pelayanan Wilayah

Louis G. Redstone, FAIA, New York Dimension in Office and

Shoping Centre (2001), Perkantoran dengan skala pelayanan wilayah

terletak pada daerah distrik kota yaitu berada pada wilayah kecamatan

dengan potensi pendukung ± 120.000 jiwa dengan fasilitas yang dimiliki

minimal 20-50 toko dan biro perkantoran komersial (branch office),

fasilitas hiburan dan restaurant.

C. Bentuk Usaha Dalam Kantor Sewa

Viviana Esthi (2010:19) Bentuk usaha dalam perkantoran adalah

berupa perdagangan jasa / pelayanan jasa serta barang, diantaranya :

1. Kantor Sewa

Kantor sewa adalah bentuk dari jenis usaha pelayanan jasa

pengelolaan administrasi dimana kantor sewa ini disediakan untuk para

pengusaha dimana rata-rata pengguna perkantoran umumnya bergerak

dibidang pelayanan jasa perbankan serta perusahaan yang berhubungan

erat dengan pertokoan.

2. Perdagangan Jasa dan Hiburan

Perdagangan jasa dan fasilitas hiburan dalam perkantoran adalah

bentuk usaha yang digunakan sebagai pemberi daya tarik bagi konsumen

terhadap keberadaan perkantoran tersebut. Jenis pelayanan jasa

diantaranya :

17
a. cinema / bioskop

b. restaurant

c. pujasera

d. fitness centre

e. coffe shop

f. saloon

g. children playground

3. Perdagangan Barang

Perdagangan barang yang terjadi pada sebuah perkantoran

diantara terdapat pada :

a. Pertokoan

Perkantoran modern dewasa ini ditambahkan beberapa fungsi

diantaranya dengan perbelanjaan sehingga disebut bangunan multi fungsi.

Toko yang berada pada bangunan multi fungsi ini ±80 – 100 toko, mulai

dari shopping goodssampai specially goods.

b. Pasar swalayan

Pasar swalayan adalah bentuk perdagangan barang yang menjual

barang-barang kebutuhan sehari-hari dan beberapa kebutuhan berkala.

c. Departement store

Departement store adalah bentuk perdagangan barang-barang berkala

dan kebutuhan khusus.

18
D. Sistem Penyewaan Ruang Dalam Kantor Sewa

Dalam http://www.interiorkantor.id (2017) membagi beberapa poin

dalam system penyewaan ruang kantor sewa:

1. Sistem Penyewaan Ruang

Dalam http://www.interiorkantor.id (2017) Sistem penyewaan

ruang pada sebuah kantor sewa yang dilengkapi beberapa fasilitas seperti

cinema / bioskop, restaurant, pujasera, fitness centre, coffe shop, saloon,

retail, ataupun beberapa kios untuk mendukung keberadaan sebuah

perkantoran meliputi :

a. Ruang perkantoran yang disewakan dengan area terbuka

Yang dimaksud dengan kantor sewa yang disewakan dengan area

terbuka adalah ruang perkantoran yang disewa oleh sebuah perusahaan

berdasarkan luas lantai untuk mndapatkan kebebasan dan fleksibilitas dalam

penataan ruangannya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan perusahaan yang

mnyewanya, dimana kemungkinan penyewanya adalah perusahaan yang

tergolong besar.

b. Ruang toko / retail yang disewakan dengan area terbagi

Yang dimaksud dengan ruang toko / retail yang disewakan dengan

luasan area yang telah terbagi adalah luasan ruang yang telah dibagi

berdasarkan unit-unit terkecil sampai yang terbesar dengan menggunakan

dinding pemisah, baik berupa beton, partisi, ataupun yang lain berdasarkan

kebutuhan penyewa dimana ruangan-ruangan ini dibagi

c. Ruang yang dipakai bersama dan tidak disewakan

19
1) Common Floor Area

Merupakan area yang digunakan bersama-sama oleh pihak

penyewa, akan tetapi tetap dikenakan biaya kepada seluruh pihak penyewa

sesuai perjanjian dengan pihak pengelola. Area / ruangan tersebut

diantaranya adalah hall, lift (area core), selasar (sirkulasi) dsb.

2) Service Floor Area

Merupakan area yang sifatnya berupa pelayanan dan digunakan

secara bersama-sama oleh pihak pengelola, dianataranya adalah: daerah

parkir kendaraan, area sirkulasi vertikal, ruang service engineering, ruang

properti, ruang direksi dsb.

2. Jangka Waktu Sewa dan Kontrak

Sudikno Mertokusumo dalam Hukum Acara Perdata Indonesia

(Edisi ke-3, Yogyakarta 1998:116), Jangka sewa kontrak yang

diberlakukan pada sebuah kantor sewa didasarkan pada lamanya waktu

penyewaan diatur oleh pihak pengelola / pemilik sesuai denga perjanjian

dengan pihak penyewa. Berdasarkan jangka waktu kontrak untuk yang

area disewakan, dapat dikategorikan :

a. Kontrak jangka pendek

Kontrak jangka pendek adalah lamanya waktu penyewaan ruangan

yang hanya berlangsung beberapa bulan dan ruangan-ruangan ini diantaranya

exhibition hall, show room, dsb.

20
b. Kontrak jangka panjang

Kontrak jangka panjang biasanya waktu penyewaan berlaku antara

satu tahun hingga beberapa tahun tergantung perjanjian dengan pihak

pengelola. Sewa kontrak tersebut meliputu rentable area pada perkantoran.

3. Luas Unit yang disewakan

Tommy Yanuar (2014:39), Luasan unit yang disewakan pada

sebuah gedung kantor sewa didasarkan pada :

a. Penyewaan ruang perlantai yang biasanya dilakukan oleh perusahaan-

perusahaan besar.

b. Penyewaan ruang dengan kelipatan unit-unit terkecil yang telah disediakan

yang biasanya dilakukan oleh perusahaan kelas menengah.

c. Penyewaan ruang berdasarkan unit terkecil yang disediakan oleh pihak

pengelola / pemilik bangunan.

E. Unsur Pelaku Dalam Kantor Sewa

Tommy Yanuar (2014:36), Beberapa unsur pelaku kegiatan yang

berada disebuah kantor sewa diantaranya adalah :

1. Pihak pengelola / pemilik

Pihak pengelola / pemilik bangunan kantor sewa tugasnya adalah

mengelola kantor sewa dengan menyediakan beberapa fasilitas-fasilitas

penunjang yang akan memberi nilai tersendiri terhadap keberadaan

bangunannya dan memiliki motivasi bisnis agar ruangan-ruangan yang

disewakan pada bangunan kantor sewanya laku dipihak penyewa.

21
2. Pihak penyewa / user

Pihak penyewa menyediakan fasilitas ruang yang lebih lengkap

dan representatif yang akan menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen

untuk menggunakan jasa pelayanan dan penjualan barang sehingga akan

mampu untuk mendapatkan keuntungan perusahaan disamping untuk

membiayai penyewaan ruang pada bangunan kantor sewa.

3. Pihak pengguna jasa / konsumen

Pihak konsumen adalah pelaku kegiatan yang menggunakan

jasa (membutuhkan pelayanan jasa) dan perdagangan barang dari pihak

penyewa.

F. Fungsi Dan Hubungan

Keterkaitan antara satu sama lain (pengelola, penyewa serta

konsumen) didasarkan pada adanya persamaan kepentingan dan saling

ketergantungan dalam menunjang aktifitas. Adanya persamaan kepentingan

dan hubungan yang saling mendukung inilah yang menciptakan hubungan erat

antar pelaku kegiatan hubungan antar pelaku kegiatan ini dapat dilihat sebagai

berikut.

Fungsi pelayanan berdasarkan pada kepentingan masing-masing

aktifitas pelaku dapat diapat dibagi

1. Aktifitas utama yang dilakukan oleh pelaku adalah aktifitas perkantoran,

baik itu berupa pekerjaan administrasi, ataupun yang lainnya.

22
2. Aktifitas penunjang lainnya berupa kegiatan pelayanan jasa maupun jual

beli barang yang berlangsung di dalam gedung serta opesaional dan

pemeliharaannya.

3. Aktifitas yang tidak langsung adalah kegiatan yang tidak langsung

menunjang kegiatan utama yaitu model manajemen yang ditangani oleh

pihak-pihak / badan property.

G. Motivasi Pengadaan Kantor Sewa

Iva Susanti dalam Kantor Sewa di Ponegoro (2009:23), Motivasi

pengadaan kantor sewa didasarkan pada kebutuhan akibat perkembangan

ekonomi, baik dari ekonomi tingkat daerah maupun di tingkat pusat, khususnya

Kota Makassar sendiri yang berarti akan membutuhkan suatu wadah / tempat

yang cukup representatif disamping keberadaan akomodasi fasilitas penunjang

lainnya, diantaranya :

1. Bangunan

Bangunan yang representatif (memiliki berbagai fasilitas

penunjang) akan sangat membantu dalam pelaksanaan kegiatan utama

dalam suatu bangunan perkantoran karena memiliki suasana yang nyaman,

adanya ketenangan dalam bekerja serta banyak para penyewa (pengusaha)

mencari bangunan yang representatif sebagai salah satu daya tarik

konsumen pengguna jasa karena memiliki daya saing dan daya jual.

2. Lokasi

Berdasarkan kepentingan bersama akibat saling ketergantungan

satu sama lain, disamping efisiensi penggunaan energi (aktifitas) maka

23
para penyewa menginginkan agar lokasi kantornya saling berdekatan satu

sama lain.

3. Lahan

Harga lahan / tanah yang terus meningkat, ditambah dengan

kelangkaan tanah di kota-kota besar, letak yang strategis yang menjadikan

para penyewa (pengusaha) berusaha untuk menghemat dari sisi ekonomis

dengan menyewa dimensi ruang pada sebuah kantor sewa.

4. Sewa

Faktor finansial pada sebuah badan property / badan usaha yang

mengharuskan mempertimbangkan antara biaya menyewa ruangan

disebuah perkantoran atau mendirikan bangunan, hingga para pengusaha

cenderung untuk memilih menyewa ruangan pada sebuah kantor sewa.

H. Faktor Pengaruh Dalam Kantor Sewa

1. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Iva Susanti dalam Kantor Sewa di Ponegoro (2009:28), Kondisi

sosial ekonomi masyarakat sangat menentukan dalam kelayakan sebuah

kantor sewa dimana akan mempengaruhi pendapatan daerah, pola

konsumtif serta daya beli masyarakat terhadap produk jasa dan barang,

juga akan menentukan tingkat kebutuhan sebuah perkantoran akibat

tingkat kebutuhan masyarakat serta peningkatan kualitas pelayanan sesuai

dengan keberadaan masyarakat.

24
2. Kondisi Bidang-bidang Usaha

Iva Susanti dalam Kantor Sewa di Ponegoro (2009:26),

Keberadaan bidang-bidang usaha dalam kota ataupun luar kota daerah

pelayanan dalam perkembangannya akan mempengaruhi tingkat

pengadaan wadah (kantor sewa) dimana hubungannya berkenaan dengan

pemakaian dan tingkat kebutuhan ruang sesuai kapsitas yang

direncanakan.

I. Tinjauan Koordinasi Modular Pada Bangunan Bertingkat Tinggi

1. Pengertian Modulasi

Duffy, Francis, Collin Cave & John W, Planning Office Space

(2003), Banyak bangunan tinggi diberbagai macam kota menggunakan

pola-pola yang yang berulang. Penggunaan pola-pola yang berulang ini

untuk lebih mengefisiensikan, memudahkan serta lebih kepada

memperhitungkan kekuatan struktur bangunan sebagai penopang pada

bangunan tinggi. Penggunaan pola-pola yang berulang ini disebut pula

dengan modul pada bangunan. Jadi yang dimaksud dengan modul adalah

satuan metrik yang menggunakan pola berulang dan beraturan. Modul

inilah yang biasanya dijadikan patokan ukuran dalam pembangunan suatu

gedung, apalagi pada bangunan bertingkat tinggi.

Sedangkan yang dimaksud dengan sistem koordinasi modulasr

adalah suatu sistem dimensional yang bertujuan untuk menyederhanakan

dan memberikan batas variabel dimensi dari suatu bangunan dengan

prinsip menggunakan unit terkecil ukuran / luasan yang dapat

25
mengkoordinasikan dimensi-dimensi lain berdasarkan fungsi-fungsi

variasi yang lainnya, baik berupa struktur, konstruksi, ruang dsb.

Penentuan penggunaan modul pada pembangunan biasanya

dipertimbangkan pada fungsi bangunan, material bangunan yang

digunakan, perabot yang digunakan dalam bangunan, aktifitas serta

perilaku orang (pelaku), kecenderungan penggunaan kekuatan / daya tahan

struktur pada bangunan, baik tahan terhadap gaya tekan yang

mengakibatkan lendutan ataupun gaya tarik yang mengakibatkan patahan.

Oleh karenanya penggunaan modul yang tepat merupakan slah satu

langkah yang cermat untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan

bangunan.

2. Tujuan Penggunaan Modulasi

Hanif Marsa dalam Kantor Sewa (2016:35), Tujuan utama dari

penentuan dan penggunaan modul yang tepat pada bangunan, khususnya

pada bangunan tinggi adalah :

a. Mengefisiensikan dan mengefektifkan luasan bangunan yang terbangun dan

terpakai, utamanya pada kantor sewa.

b. Menciptakan fleksibilitas yang tinggi terhadap bangunan karena telah memiliki

luasan ruangan yang terkecil sesuai dengan modul terkecil yang ada untuk

suatu ruangan.

c. Memudahkan dalam pembangunan karena telah memiliki jarak-jarak tertentu

yang berulang sehingga memudahkan dalam pengerjaan dan perhitungan.

26
d. Lebih mempertimbangkan keberadaan pengguna (manusiawi) karena adanya

pertimbangan aktifitas yang dilakukan baik dalam bangunan maupun di luar

bangunan.

e. Penggunaan perabot yang terpilih dalam suatu ruangan yang harus disesuaikan

dengan pola aktifitas serta besaran ruangan yang ada sesuai dengan modul

ruangan yang tercipta.

f. Lebih menghemat terhadap pemakaian bahan / material bangunan karena pada

material-material yang digunakan pada dasarnya disesuaikan dengan modul

umum yang terpakai.

g. Disesuaikan dengan kemampuan analisis struktur bangunan yang dipakai

dalam pembangunan suatu gedung.

h. Modul ditentukan berdasarkan pada besaran ruang yang diinginkan sesuai

dengan kebutuhan ruang dan fungsi bangunan.

3. Modul Perilaku

Modul perilaku didasarkan pada gerak aktifitas yang dilakukan

oleh pengguna bangunan. Beberapa modul perilaku yang didasarkan pada

gerak aktifitas pengguna bangunan / user dapat dicontohkan, diantaranya

adalah:

27
Gambar II 01: Modul gerak manusia pada sebuah perkantoran
Sumber : Data Arsitek, jilid II, hal 12

4. Modul Perabot

Hanif Marsa dalam Kantor Sewa (2016:39), perabot merupakan

salah satu elemen pengisi ruangan yang sangat mempengaruhi tingkat

kenyamanan pemakaian sebuah ruangan. Kadang kala perabot juga

digunakan sebagai elemen estetik, disamping digunakan sesuai dengan

fungsinya.

Dalam suatu desain bangunan, perabot juga berperan didalam

penentuan modul yang akan digunakan perancangan. Hal ini disebabkan

dimensi dari perabot yang digunakan akan mempengaruhi tingkat

efektifitas dan kenyamanan sebuah ruangan. Ini dapat dicontohkan,

apabila dalam sebuah ruang rapat dikantor menggunakan sofa sebagai alat

duduk, maka yang terjadi adalah adanya kenyamanan yang dirasakan

apabila duduk, akan tetapi tidak adanya keleluasan dalam bergerak apabila

melakukan aktifitas, misalnya berdiri untuk mempresentasikan

28
pekerjaannya. Dari contoh ini, dengan jelas kita dapat melihat bahwa

fungsi perabot akan mempengaruhi besaran / dimensi perabot yang berarti

pula akan mempengaruhi besaran ruangan, dan ini berdampak pada

penggunaan modul dalam mendesain suatu bangunan.

Beberapa modul perabot yang digunakan dalam sebuah kantor

sewa, diantaranya :

Gambar II 02: Beberapa jenis perabot yang memiliki besaran tertentu


Sumber : Data Arsitek, jilid II, hal 20

5. Modul Bahan / Material

Hanif, Marsa dalam Kantor Sewa (2016:43), modul bahan /

material adalah modul yang didasarkan pada bahan / material yang telah

ada, baik material yang diproduksi oleh pabrikan bahan-bahan bangunan

ataupun dalam bentuk pemesanan sesuai dengan yang diinginkan.

Modul bahan juga sangat mempengaruhi desain suatu bangunan,

utamanya pada bangunan yang difungsikan sebagai kantor sewa, hal

disebabkan dari sisi ekonomis penghematahan material yang digunakan.

29
Semakin sedikit material yang terbuang dalam suatu pembangunan kantor

sewa, maka akan semakin tinggi nilai ekonomis dan efektif pembangunan

kantor sewa tersebut. Ini juga terkait dengan bagaimanakah seorang arsitek

dapat mendesain bangunan dengan mempertimbangkan modul-modul dari

suatu bahan / material yang telah ada dipasaran.

Umumnya yang sering kita jumpai di lapangan adalah

penggunaan modul material yang menggunakan kelipatan angka 20 cm

dan 30 cm dimana modul ini dibuat untuk mengantisipasi desain bangunan

yang dibuat dengan ukuran yang merupakan kelipatan 20 cm dan 30 cm.

6. Modul Fungsi

Hanif Marsa dalam Kantor Sewa (2016:46), sebuah bangunan

sangat berpengaruh pada tingkat efektifitas, efisiensi serta fleksibilitas

suatu bangunan. Prinsip dasar sebuah kantor sewa adalah untuk mencapai

tingkatan tersebut. Salah satu yang mempengaruhi dan paling mendasar

adalah fungsi dari sebuah bangunan itu sendiri. Form follow function

adalah salah satu bentuk ungkapan seorang arsitek yang mengatakan

bahwa bentuk tercipta dengan mengikuti fungsibangunan. Bangunan

terkadang kehilangan jati dirinya akibat fungsi bangunan yang tidak jelas

dan tidak tergambar pada desain.

30
Gambar II 03: Pembagian modul untuk perkantoran
Sumber : Data Arsitek, jilid II, hal 16

Penentuan penggunaan modul pada suatu bangunan, utamanya

pada kantor sewa sangat berpengaruh pada beberapa tingkatan yang

disebutkan sebelumnya. Variabel-variabel yang ada seperti aktifitas

pelaku, pola hubungan ruang, material serta perabot yang digunakan,

besaran mobil dsb merupakan bentuk turunan dari keberadaan dari fungsi

bangunan itu sendiri. Pada bangunan yang berfungsi sebagai kantor sewa,

31
penentuan modul untuk mendapatkan unit terkecil dari sebuah kantor sewa

akan memepengaruhi nilai ekonomis bangunan.

Unit terkecil dari sebuah ruangan kantor sewa inilah nantinya

yang akan menjadi pengontrol dari dimensi lainnya, baik ke arah

horizontal maupun ke arah vertikal bangunan, serta menjadi patokan

dalam menyewakan suatu luasan dalam sebuah bangunan kantor sewa.

Untuk modul fungsi ke arah horizontal biasanya menggunakan ukuran /

dimensi kelipatan dasar 20 cm dan 30 cm, misalnya : 200 cm, 300 cm, 360

cm, 500 cm, 600 cm, 660 cm, 720 cm, 800 cmm, 810 cm dst. Sedangkan

untuk modul vertikal, perhitungan jarak antar modul didasarkan paralatan

dan perabotan vertikal yang digunakan dalam bangunan dengan

menggunakan jarak jangkauan maksimal, dengan memperhitungkan pula

sistem utilitas, plafon, kenyamanan dsb.

7. Modul Struktur

Hanif Marsa dalam Kantor Sewa (2016:48),Modul struktur

ditentukan berdasarkan prioritas kebutuhan, fungsi serta sifat / perilaku

struktur yang disesuaikan pada bangunan. Sistem struktur yang digunakan

sangat berperan dalam menentukan jarak-jarak modul yang digunakan,

misalnya : dengan menggunakan sistem struktur rangka dengan modul

struktur yang berjarak 600 cm, 720 cm, 800 cm, 810, 840 cm dimana jarak-

jarak ini merupakan jarak kolom yang efektif agar mengurangi terjadi

lendutan akibat momen besar yang ditimbulkan oleh beban yang dipikul

oleh bangunan.

32
Penggunaan jarak modul terhadap sistem struktur yang digunakan

pada suatu bangunan sangat penting diperhitungkan karena disamping

mempengaruhi kekuatan dari bangunan itu sendiri juga merupakan modul

yang diharapkan mampu memiliki fleksibilitas yang tinggi terhadap fungsi

ruangan itu sendiri utamnya untuk sebuah kantor sewa.

Penggunaan jarak modul terhadap sistem struktur dapat dapat

dicontohkan sebagai berikut :

a. Core

Core adalah inti bangunan yang berfungsi sebagai rangka utama pada

bangunan berlantai banyak (bangunan tinggi). Selain sebagai fungsi

struktural, core juga berpengaruh pada suhu dalam bangunan, bentuk

penampilan bangunan, serta memberikan bentuk fasade bangunan apabila core

terletak disisi bangunan (pada bagian luar).

Penempatan dan ukuran dari inti (core) dalam suatu bangunan

bertingkat sebagian besar diatur dengan pertimbangan yang meliputi

kebutuhan pokok peraturan fire-egress, menuju keberhasilan dan bentuk

efisiensi dasar di (dalam) pergerakan manusia, dan menciptakan suatu tata

ruang internal efisien. Tata ruang pada gilirannya, perlu melayani untuk

memaksimalkan kembalian dan untuk mencukupi kebutuhan pengangkutan

vertikal dan dengan menggunakan shaft-shaft pada vertical untuk keperluan

tertentu. (Yeang, Ken. Highrise Elevator Cores, Building Departement,

Juni2002, halB2.2, www.architecture Week.com).

33
Untuk perletakan core pada bangunan tinggi dapat dibagi dalam 3 tipe,

diantaranya:

1) Single side core adalah core tunggal yang berada diletakkan pada salah

satu sisi bangunan.

2) Double side core adalah core ganda yang diletakkan pada kedua sis

bangunan yang saling berhadapan.

3) Central core adalah core tunggal yang berada di pusat bangunan sekaligus

sebagai inti rangka bangunan.

4) Konfigurasi shaft pada core bangunan sangat diutamakan untuk

mendapatkan efisiensi dan efektifitas. Di dalam menentukan bentuk wujud

internal dari inti bangunan (core), salah satu dari yang perlu

dipertimbangkan adalah untuk area mana pengangkutan vertikal akan

diberikan di dalam bangunan. Suatu bangunan bertingkat memerlukan satu

set elevator dan oleh karena itu suatu konsultan spesialis elevator ikut

dalam mendesain bangunan.

5) Arsitek akan melihat kebutuhan elevator dan akan menggolongkan serta

mengatur antara shaft-shaft dalam core serta elevator sesuai dengan

kebutuhan bangunan, termasuk lift untuk orang-orang, lift barang, shaft

api, shaft plumbing dsb untuk jalur transportasi vertikal. (Yeang, Ken.

Highrise Elevator Cores, Building Departement, Juni2002, halB2.2,

www.architecture Week.com).

6) Pada bangunan yang terletak di iklim tropis, penggunaan core akan sangat

bermanfaat apabila diletakkan pada sisi barat dan timur dari bangunan

34
karena digunakan sebagai pelindung radiasi matahari sehingga

meminimalkan penggunaan AC secara berlebihan, disamping karena

struktur dan material dari core yang lebih tahan terhadap perubahan cuaca

iklim tropis yang berfluktuasi.

b. Dinding dan Kolom

Dinding pada bangunan bertingkat tinggi selain sebagai pelindung

dari radiasi sinar matahari dan pembentuk bangunan juga digunakan sebagai

penampang daerah tangkapan sinar matahari yang digunakan untuk

melekatnya panel pengumpul sinar matahari yang diubah menjadi energi listrik

dengan menggunakan alat panel solar sel fotovoltage.

Dinding ini dapat menggunakan material kaca ataupun berupa yang

lain dimana dapat memberikan penerangan alami secara maksimal sehingga

mengurangi energi penerangan secara motorik, sedangkan kolom merupakan

bentuk dari pembagian modul yang telah diperkirakan mampu untuk

menciptakan ruang yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan ruang dan standar

gerak manusia / pelaku kegiatan.

c. Material

Pemilihan material menjadi salah satu hal yang terpenting dalam

mendesain sebuah bangunan tinggi, utamanya bila menggunakan konsep

“bangunan pintar”. Penggunaan material-material yang dilengkapi dengan

pengubah energi matahari menjadi energi listrik ataupun yang lain diharapkan

mampu mengurangi penggunaan energi buatan yang tak tergantikan,

35
penggunaan recycling material serta material yang bersifat alami menjadi salah

satu aspek pemilihan pada pembangunan dewasa ini.

Kerangka struktural bangunan terdiri atas beton: suatu unsur

kumpulan (sulit/keras) buat dari semen, limau/kapur perekat, menghancurkan

batu karang atau pasir, air, dan zat additive lain. Perilaku beton memiliki

kekuatan luar biasa di apabila mengalami gaya tekan, tetapi tidak dengan baik

diberikan tegangan tarik akan sangat berpengaruh terhadap konstruksi

bangunan, oleh karenanya beton diperkuat dengan batang-baja yang berfungsi

untuk memperkuat gaya tarik pada bangunan. (Concrete Structure, Oktober

2003, skyscrapers.com)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan material yang akan

digunakan dalam pembangunan bangunan tinggi adalah :

1) Mampu bertahan lama terhadap pengaruh lingkungan setempat, dimana

dapat berupa : iklim, cuaca, kelembaban, angin, hujan, panas matahari, air

asin, dsb.

2) Mudah dalam pengerjaan dilapangan dan mudah dalam perawatan

(maintenance).

3) Material mudah didapat di sekitar lokasi pembangunan (dilapangan),

mudah tergantikan (mudah diperbaharui).

4) Penggunaan teknologi yang mudah diterapkan oleh para pekerja setempat

(lokal).

5) Tahan terhadap tumbuhan dan hewan perusak

6) Warna, sifat dan kerapatan bahan serta penggunaan dalam bangunan.

36
Penggunaan “fasad pintar” merupakan suatu konsep teknologi

mutakhir dengan menggunakan dinding tirai yang menggabungkan penerapan

konsep ekologi bangunan dengan penghematan energi penerangan (ekonomis)

dimana dengan penggunaan fasad pintar ini dapat mengurangi pantulan panas

matahari yang dapat menyebabkan efek rumah kaca (green house effect) pada

bangunan tinggi, mampu mengurangi efek panas yang menyebabkan

meningkatnya temperatur lingkungan perkotaan (heat island effect) serta

mengurangi pemanasan global pada bumi. Disamping itu juga ia mampu untuk

mereduksi penggunaan energi yang dipakai untuk sistem tata udara dengan

cara mengeliminir beban pendingin eksternal.

Kemampuan beradaptasi dengan pergantian cuaca dan cahaya

matahari secara otomatis pada bangunan yang menggunakan fasade pintar akan

mengurangi pemakaian energi yang tak terbarui serta akan memiliki kegunaan

yang sangat besar dan penting dalam melindungi lingkungan global kita.

(Teknologi inofatif bangunan tinggi hemat energi. Jimmy

Priatman. www.puslit.petra.ac.id)

Gambar II 04: Salah satu bangunan yang menggunakan konsep kinetic fasad
(Sumber : Internet, situs Architecture.com.2017)

37
Majalah konstruksi, (Desember 1996, hal. 63-64) Penggunaan fasad

kinetik pada dinding bangunan pada high rise building akan memberikan efek

window wall dimana diharapkan dengan pemasangan curtain wall akan

memberikan pemanfaatan penghematan energi surya yang cukup besar

terhadap bangunan dengan adanya penerangan secara alamiah.

J. Tinjauan Arsitektur Dengan Pendekatan Biomimicry

Ensiklopedia Encarta (2005), Sebelum ilmuwan serta pakar penelitian

dan pengembangan memulai suatu proyek baru, mereka biasanya mencari

contoh atau model pada makhluk hidup, dan meniru sistem dan desain makhluk

hidup tersebut. Dengan kata lain, mereka mengamati dan mempelajari

rancangan-rancangan yang diciptakan di alam oleh Allah, dan, setelah

terilhami olehnya, mereka pun lalu mengembangkan teknologi baru mereka

sendiri.

Pendekatan rancangan dengan biomimicry memiliki level atau tingkat

pemahaman yang berbeda. Tingkat yang pertama melibatkan organisme yaitu

mengacu pada organisme tertentu seperti binatang dan tanaman yang mungkin

meniru keseluruhan atau bagian dari organisme. Tingkat berikutnya adalah

mengacu meniru perilaku yang menerjemahkan proses dan aspek organisme

dalam berperilaku terkait dengan konteks yang lebih besar. Tingkat akhir

biomimikry adalah meniru dari seluruh ekosistem dan prinsip-prinsip umum

yang membuat mereka berhasil berfungsi. Dari beberapa tingkatan tersebut,

kemungkinan desain dapat terinspirasi dari segibentuk, material yang

digunakan, bagaimana proses konstruksinya.

38
Pendekatan ini telah melahirkan biomimetics (biomimetika), cabang

baru ilmu pengetahuan yang mencoba meniru makhluk hidup. Cabang ilmu

pengetahuan ini telah secara luas diterapkan dalam dunia teknologi.

Digunakannya kata “ibratan,” (untuk mengambil pelajaran dari, nasehat, nilai

penting, hal penting, atau contoh atau model).

Kanoasa Akbar dalam Penerapan Kinetik Façade dengan pendekatan

Biomimicry pada pusat robotika Surabaya (2014:67), Biomimicry mengacu

pada seluruh bahan, perlengkapan, cara kerja, dan sistem yang dibuat manusia

untuk meniru sistem yang ada di alam. Masyarakat ilmiah sangat merasakan

kebutuhan yang sangat besar terhadap perangkat semacam itu, khususnya

dalam bidang nanoteknologi, teknologi robot, kecerdasan buatan, kedokteran,

dan militer.

Andrian Ariosto dalam Rest Area Trans Sulawesi Antara Provinsi

Arsitektur Biomimicry (2014:169), biomimicry pertama kali dikemukakan

oleh Janine M. Benyus, seorang penulis dan pengamat ilmiah dari Montana.

Gagasan ini kemudian dikaji oleh banyak orang dan mulai dapat diterapkan

dalam sejumlah hal.

David Oakey (2007) “Pokok bahasan tentang "biomimikri" adalah

bahwa kita dapat belajar banyak dari dunia makhluk hidup, sebagai acuan,

rujukan, dan guru. Apa yang sama-sama dimiliki oleh para peneliti (di bidang)

ini adalah pengakuan terhadap desain pada makhluk hidup, dan gagasan yang

muncul untuk menerapkannya dalam memecahkan permasalahan umat

manusia.”

39
perancang strategi produk untuk Interface Inc., sebuah perusahaan

yang menerapkan desain di alam untuk meningkatkan mutu produk dan

produktivitas (2004), mengatakan: “Alam adalah guru saya untuk bisnis dan

desain, sebuah panutan cara hidup. Sistem yang dimiliki alam telah bekerja

dengan baik selama jutaan tahun Biomimikri adalah sebuah cara belajar dari

alam.”

Kanoasa Akbar dalam Penerapan Kinetik Façade dengan pendekatan

Biomimicry pada pusat robotika Surabaya (2014:66), Desain dari alam

memberikan contoh-contoh acuan bagi penelitian teknologi, dikarenakan

produktivitasnya yang maksimal dengan bahan baku dan energi paling sedikit,

serta perawatan mandiri, ramah lingkungan, tanpa suara, menarik dilihat dari

sisi keindahannya, kuat dan awet.

Surat kabar The High Country News (2004) menjelaskan biomimicry

sebagai "sebuah pergerakan ilmiah, dengan menggunakan sistem di alam

sebagai contoh acuan, kita dapat menciptakan teknologi yang lebih ramah

lingkungan dibandingkan dengan yang digunakan saat ini”

Janine M. Benyus, yang percaya bahwa model-model di alam

sepatutnya ditiru, dan memberikan sejumlah contoh dalam bukunya,

Biomimicry: Innovation Inspired by Nature [Biomimikri: Karya Baru yang

Terilhami oleh Alam] (Perennial: 2002)

Cara kerja dan rancangan makhluk hidup di alam yang mengagumkan

ini, sebagian kecil di antaranya telah kita sebut, berkemungkinan

dikembangkan untuk memperkaya teknologi di beragam bidang. Kemungkinan

40
pengembangan ini menjadi semakin tampak nyata seiring dengan semakin

bertambahnya perbendaharaan pengetahuan dan sarana teknologi.

Seluruh satwa memiliki banyak ciri dan sifat yang memukau manusia.

Sebagian memiliki bentuk hidrodinamik yang sangat baik yang memungkinkan

mereka bergerak di perairan, dan sebagian lagi menggunakan pengindraan

yang terlihat sangat asing bagi manusia. Kebanyakan dari ini semua adalah

sifat-sifat yang baru ditemukan pertama kali oleh para peneliti. Seringkali, para

ilmuwan terkemuka dari bidang-bidang seperti teknologi komputer, teknik

mesin, elektronika, matematika, fisika, kimia, dan biologi sangat dibutuhkan

untuk saling dipertemukan dalam rangka meniru satu sifat saja dari suatu

makhluk hidup.

Erviro Ermark dalam Implementasi Konsep Arsitektur Biomimetik

Pada Desain Gelanggang Olahraga di Minahasa Selatan (2012:34), Para

ilmuwan takjub ketika menghadapi kenyataan bahwa rancang bangun dan

sistem tak tertandingi yang mereka temukan dengan mewujudkan kekaguman

ini dan menjadi terilhami untuk membuat beragam teknologi baru untuk

kemaslahatan umat manusia. Sadar bahwa sistem sempurna dan teknik luar

biasa yang sudah ada di alam jauh lebih hebat daripada pengetahuan dan

kecerdasan manusia, para ilmuwan menjadi paham tentang cara-cara

pemecahan yang tak tertandingi terhadap masalah yang telah ada ini dan kini

berpaling kepada penggunaan rancangan-rancangan yang ada di alam untuk

memecahkan permasalahan yang sulit ditangani selama bertahun-tahun.

41
Kini sangat banyak teknologi yang sedang berkembang, yang sedikit

demi sedikit menemukan keajaiban-keajaiban penciptaan dan menerapkan

desain luar biasa yang dimiliki makhluk hidup, sebagaimana yang terjadi pada

biomimicry, untuk kepentingan umat manusia. Benyus (2002) menyatakan

bahwa “Melakukannya dengan cara yang ada di alam memiliki potensi untuk

mengubah cara kita menanam tanaman pangan, membuat material,

mendapatkan energi, memulihkan kesehatan kita sendiri, menyimpan

informasi, dan melakukan praktek bisnis.”

Berikut beberapa karya yang mengambil ilham dari mahluk hidup

sebagai acuan perancangan:

1. Teratai dan Gedung Pencakar Langit

Gambar II 05: Teratai dan Gedung Pencakar Langit


Sumber: Internet, rusdisyarif.blogspot.com, 2017
Gedung pencakar langit merupakan kebanggaan abad ke-21.

Namun bangunan megah ini memunculkan satu masalah baru yang

memeras otak para arsitek dan insinyur, yakni bagaimana menjaga bagian

luar gedung tinggi agar tetap bersih.

Banyak perusahaan di seluruh dunia melakukan penelitian dan

mencoba mencari jalan keluar permasalahan ini. Ternyata, jawaban itu tak

datang dari laboratorium dan teknologi, tapi dari tempat yang sangat akrab

yaitu alam.

42
Gambar II 06: Sistem kerja bunga tratai
Sumber: Internet, rusdisyarif.blogspot.com, 2017

Bunga teratai yang dikenal sebagai lili putih tumbuh di

lingkungan kotor berlumpur. Meskipun begitu, daunnya selalu bersih,

butiran debu pada permukaan teratai akan dihilangkan dengan cara paling

menarik. Teratai mengalirkan tetesan air hujan pada permukaan daunnya

ke arah butiran debu. Tetesan air hujan menghimpun seluruh debu,

membawanya mengalir ke bawah dan jatuh ke permukaan tanah.

Akhirnya, daun pun kembali bersih tanpa noda. Inilah mengapa teratai

selalu tetap bersih.

Sifat teratai ini, kini digunakan dalam perancangan bagian luar

gedung. Sebuah perusahaan, ISPO, bahkan membuat bahan pelapis luar

yang disebut Lotusan (“Lotus” berarti “teratai”). Perbedaan antara dua

permukaan yang dilapisi dan yang tidak dilapisi Lotusan dapat dilihat

jelas. Permukaan yang dilapisi Lotusan mampu membersihkan

permukaannya sendiri dengan tetesan air hujan, persis seperti teratai.

https://pii.or.id/biomimicry-untuk-inovasi-produk-industri

43
2. Duri Semak dan Sistem Perban Velcro

Gambar II 07: tanaman semak dan pakaian astronot


Sumber: Internet, rusdisyarif.blogspot.com, 2017

Insinyur Swiss Georges De mestral menemukan sistem kancing

yang disebut perban Velcro dengan meniru duri semak setelah bersusah

membuang bagian-bagian tanaman ini yang menempel pada sepatunya.

Mestral berfikir untuk menggunakan sistem tanaman ini pada industri

pakaian. Ia membuat sistem tempel yang sama pada sebuah mantel yang

terdiri dari secarik nilon dengan kumparan dan secarik lainnya dengan

pengait. Karena kumparan dan lengkungan yang lentur, sistem ini dengan

mudah menempel dan terlepas tanpa robek. Itulah mengapa pakaian

astronot saat ini dilengkapi dengan perban Velcro.

https://pii.or.id/biomimicry-untuk-inovasi-produk-industri.

3. Lensa Permukaan dan Tanaman Venus

Gambar II 08: tanaman Venus


Sumber: Internet, rusdisyarif.blogspot.com, 2017

44
Tanaman penangkap lalat Venus atau Dionaea muscipula, adalah

tanaman karnivora yang hidup di lahan basah subtropis di Pantai Timur

Amerika Serikat. Menangkap mangsa-terutama serangga dan arakhnida

dengan struktur perangkap yang dibentuk oleh bagian terminal dari

masing-masing daun tanaman dan dipicu oleh rambut-rambut kecil pada

permukaannya.

Terinspirasi tanaman yang yang memiliki kemampuan untuk

mengubah dari cembung ke cekung untuk menjebak mangsa, sebuah

permukaan polimer baru dikembangkan. Permukaan polimer yang

dimaksud tercakup dalam lensa kecil yang dapat dipicu untuk mengubah

dari cembung ke cekung dan memiliki potensi untuk menjadi fleksibel.

https://pii.or.id/biomimicry-untuk-inovasi-produk-industri.

K. Studi Preseden

1. Al Bahr Tower di Abu Dhabi

Arsitek : Aedas dari AHR sebuah jasa konsultasi arsitektur asal Inggris

Lokasi : Abu Dhabi, Uni Emirat Arab

Konstruksi : Al-Futtaim Carillion

Tahun : 2012

45
Gambar II. 09: Menara Al Bahr
(Sumber: https://www.ikons.id/mashrabiya-menerjemahkan-tradisi-ke-dalam-fasad-
dinamis/, diakses pada tanggal 31 oktober 2017)

Al Bahr Towers diselesaikan pembangunannya pada tahun 2012.

Al Bahar Towers adalah dua bangunan dengan 29 lantai, menara

perkantoran yang dirancang berdasarkan mosaik geometris Islam,

menggunakan tessellation bentuk sederhana untuk menopang struktur.

Bentuknya yang silinder memaksimalkan volume dan lantai ke area

dinding sambil menawarkan pemandangan ke segala arah.

Dua gedung pencakar langit ini bertinggi 145 meter. Terletak di

kota Abu Dhabi, ibu kota Uni Emirat Arab, tepat pada persimpangan jalan

Al Saada dan Al Salam. Gedung ini dilengkapi dengan sejenis ‘kulit’

berbentuk geometri dengan panel triagular yang dapat mengatur

masuknya cahaya matahari ke dalam gedung kantor.

46
Satu gedung digunakan oleh Abu Dhabi Investment Council

(ADIC), salah satu lembaga investasi milik pemerintah kota Abu Dhabi.

Sedangkan satu gedung lainnya ditempati oleh Bank Al Hilal.

Gedung ini di desain oleh AHR, jasa konsultasi arsitektur asal

Inggris. Konstruksinya di kerjakan oleh Al-Futtaim Carillion, jasa

kontraktor asal Dubai yang memang fokus dalam bidang pembangunan

infrastruktur. (compositesandarchitecture.com, 2014).

Uni Emirat Arab sangat panas, bahkan pada tahun 2002 pernah

mencapai panas yang sangat ekstrim hingga 51,2 ⁰C. Masalah lainnya,

pendingin ruangan adalah teknologi yang mahal dan sangat boros.

(edditiveblog.wordpress.com, 2012)

Dari situlah konsep gedung ini bermula. Kulit pintar yang

menutupi gedung hingga 50% ini dapat diatur secara otomatis lewat

teknologi komputerisasi yang terdapat di dalam gedung.

Setiap segitiga dilengkapi dengan fiberglaas yang diprogram

secara otomatis untuk merespon pergerakan matahari. Umumnya pada

siang hari seluruh kulit segitiga ini terbuka secara penuh. Saat malam hari

seluruh kulit akan tertutup. Jadi pengguna gedung tetap dapat

menyaksikan suasana malam kota metropolitan Abu Dhabi yang

memesona. Konsep kulit penutup ini terinspirasi dari bunga yang dapat

mekar dan menguncup secara cepat, juga terinspirasi

dari mashrabiya. Mashrabiya adalah penghalang cahaya yang dipasang di

jendela, terbuat dari kayu.

47
Gambar II. 10: Sistem Kerja Kinetik Fasad pada AL Bahr Tower
(Sumber: https://www.ikons.id/mashrabiya-menerjemahkan-tradisi-ke-dalam-fasad-
dinamis/, diakses pada tanggal 31 oktober 2017)

Desain bangunan ini juga membuka interior ke faktor keuntungan

yang sangat besar dimana matahari yang merupakan masalah besar dalam

iklim ekstrim lokal. Mengikuti kisi kayu layar tradisional yang

disebut Mashrabiya menggunakan kemampuan teknologi saat ini

mengakibatkan kulit luar sistem layar segitiga diatur dalam serangkaian

segi enam scalable melipat untuk menciptakan sebuah penghalang

matahari yang solid.

Gambar II. 11: Sistem Struktur pada AL Bahr Tower


(Sumber: http://architectureyp.com/2011/05/abu-dhabi-investment-council-
hq.html, diakses pada tanggal 31 oktober 2017)

48
Masing-masing 1000 panel terhubung ke aktuator linier yang

memungkinkan untuk berfungsi dalam menanggapi posisi matahari,

efektif mengurangi keuntungan panas dan silau dengan 50% sementara

memberikan vernakular islamic representasi kontemporer, tampak cerdas,

bersama-sama dengan panel surya termal untuk pemanas air panas dan

panel photovoltaic di atap, meminimalkan kebutuhan untuk penerangan

internal dan pendinginan, sekaligus mengurangi jumlah emisi karbon

dioksida oleh lebih dari 1.750 ton per tahun.

(http://edupaint.com/jelajah/arsitektur-nusantara, 2013)

Gambar II. 12 :Pemanfaatan Udara Alami pada gedung AL Bahr Tower


(Sumber: http://architectureyp.com/2011/05/abu-dhabi-investment-council-
hq.html, diakses pada tanggal 31 oktober 2017)

2. ONE OCEAN, Thematic Pavilion EXPO 2012 Yeosu

Arsitek : Soma, Austria

Lokasi : Yeosu, South Korea

Luas area : 6900 M2

Konstruksi : Al-Futtaim Carillion

Tahun : September 2010-Februari 2012

49
Gambar II. 13: ONE OCEAN, Thematic Pavilion EXPO 2012 Yeosu
(Sumber: https://www.archdaily.com/236979/one-ocean-thematic-pavilion-expo-2012-
soma, diakses pada tanggal 01 November 2017)

Bangunan pavilion yeosu expo di pesisir pantai Kore ini

menggunakan prinsip tema oceanic sebagai fasilitas utama dan permanen.

Tematik pavilion mewujudkan tema Expo “The Living Ocean and Coast”

dengan cara bermacam-macam. Samudra sebagai permukaan dan

perspektif tenggelam sebagai kedalaman. Dualitas mendalam samudra itu

memotivasi konsep tata ruang dan organisasi bangunan. Permukaan terus

menerus memutar dari veryikal ke horizontal dan mendefinisikan semua

ruang interior yang signifikan. Kerucut vertikalmendorong pengunjung

untuk terbawa kadalam pameran tematik. Mereka berkembang menjadi

tingkat horizontal yang mencakup foyer dan menjadi panggung fleksibel

untuk best practice di area. (https://www.archdaily.com/236979/one-

ocean-thematic-pavilion-expo-2012-soma,2012)

50
Gambar II. 14: Interior One Ocean, Thematic Pavilion EXPO 2012 Yeosu
(Sumber: https://www.archdaily.com/236979/one-ocean-thematic-pavilion-expo-2012-
soma, diakses pada tanggal 01 November 2017)

Transisi berkelanjutan antara pesisir dan lautan yang sangat

kontras juga membentuk penampilan laiut pavilion. Menuju laut

konglomeraasi kerucut vertical padat menentukan garis pantai berkelok-

kelok dan lembut antara air dan pasir.

(https://www.archdaily.com/236979/one-ocean-thematic-pavilion-expo-

2012-soma,2012)

Gambar II. 15: Exterior One Ocean, Thematic Pavilion EXPO 2012 Yeosu
(Sumber: https://www.archdaily.com/236979/one-ocean-thematic-pavilion-expo-2012-
soma, diakses pada tanggal 01 November 2017)

51
Gambar II. 16: Exterior One Ocean, Thematic Pavilion EXPO 2012 Yeosu
(Sumber: https://www.archdaily.com/236979/one-ocean-thematic-pavilion-expo-2012-
soma, diakses pada tanggal 01 November 2017)

Bangunan pavilion Yeosu Expo mengambil desain dari elemen

hidup di lautan dan pantai kemudian mengubahnya kedalam sebuah

arsitektur multi-layered. Hal ini sebagian besar dikenal dengan

karakteristik seperti ikan yang diciptakan oleh sistem fasade mutakhir

yang terbuat dari serat kaca yang diperkuat polimer (GFRP) yang mampu

diubah menjadi sejumlah pola animasi dan membuatnya elastis serta

mampu berubah bentuk tanpa pecah. Dengan prinsip bangunan yang

bertanggung jawab menggunakan sumber daya alam dan melestarikan

keadaan alam sekitar melalui pendekatan ekologi dari desain fasad yang

dapat bergerak dinamis memanfaatkan potensi alam berupa angina yang

dapat mengkondisikan suhu ruangan pavilion. (https://www.detail-

online.com/article/one-ocean-thematic-pavilion-for-expo-2012-

16339/,2012)

52
Gambar II. 17: Kinetik Fasad One Ocean, Thematic Pavilion EXPO 2012 Yeosu
(Sumber: https://www.archdaily.com/236979/one-ocean-thematic-pavilion-
expo-2012-soma, diakses pada tanggal 01 November 2017)

Gambar II. 18: Fasad One Ocean, Thematic Pavilion EXPO 2012 Yeosu
(Sumber: https://www.archdaily.com/236979/one-ocean-thematic-pavilion-
expo-2012-soma, diakses pada tanggal 01 November 2017)

Programdan sirkulasi pintu masuk utama adalah laut yang terletak

di plaza, dimana terdapat area teduh sebagai fasilitas di luar ruangan.

(https://www.detail-online.com/article/one-ocean-thematic-pavilion-for-

expo-2012-16339/,2012)

3. Stasiun Lyon TGV

Arsitek : Santiago Calatrava

Lokasi : Lyon, Perancis

Selesai Project :1994

Fungsi : Stasiun

53
a. Sejarah

Kota Lyon terhubung ke bandara Satolas melalui rel kereta api

sedangkan kota-kota yang lebih jauh dihubungkan langsung ke bandara melalui

jalur rel kereta api cepat. Stasiun Lyon adalah pemberhentian terakhir dari

kereta-kereta TGV yang menghubungkan bandara ke kota Lyon sejauh 30 km

arah Selatan.

Proyek Lyon TGV sendiri merupakan sebuah kompetisi yang

dimenangkan oleh Santiago Calatrava. Klien dalam kompetisi ini mencari

struktur simbolik yang menarik sebagai landmark tapi tetap nyaman untuk

digunakan.

Proyek stasiun Lyon-Satolas TGV ini merupakan platform untuk

melayani gabungan antara maskapai penerbangan, jalan raya, jaringan rel

kereta api, yang ditandai dengan kesatuan tindakan, kesatuan tempat dan

kesatuan waktu. Rencana awal adalah untuk membuat stasiun bawah tanah,

sampai akhirnya terpilih desain dari Santiago Calatrava, yang langsung

membuat proses kontstruksinya secara langsung. Dengan menggabungkan besi

sebagai atap, lalu kerangka logam yang membentuk sayap serta kaca di bagian

dinding dan atap, oleh karena itu proyek stasiun Lyon-Satolas ini disebut berani

dan ekstrim. (https://www.scribd.com/document/358666533/stasiun-lyon-tgv.

2017.)

Stasiun TGV yang terletak di Lyon, Perancis, adalah salah satu contoh

karya arsitektur yang menggunakan gaya bahasa metafora konkrit karena

menggunakan kiasan obyek benda nyata (tangible). Stasiun TGV ini dirancang

54
oleh Santiago Calatrava, seorang arsitek kelahiran Spanyol. Melalui

pendekatan tektonika struktur, Santiago Calatrava merancang Stasiun TGV

dengan konsep metafora seekor burung. Bentuk Stasiun TGV ini didesain

menyerupai seekor burung. Bagian depan bangunan ini runcing seperti bentuk

paruh burung. Dan sisi-sisi bangunannya pun dirancang menyerupai bentuk

sayap burung.

b. Lokasi

Stasiun ini terletak di negara Perancis, Kota Lyon 30 km ke arah selatan.

Gambar II. 19: Lokasi stasiun lyon-TGV


(sumber : https://www.scribd.com/document/358666533/stasiun-lyon-tgv, diakses pada
tanggal 22 November 2017)

c. Konsep disain

Santiago Calatrava merancang stasiun kereta TGV ini sebagai

penghubung antara bandara ke pusat kota Lyon. Desainnya terlihat seperti

metamorfosis dari sayap burung yang terbuka. Selain itu, Calatrava juga ingin

menjelaskan bahwa dia mendapat inspirasi itu dari bentuk mata manusia.

55
Gambar II. 20: Filosofi Bentuk Stasiun lyon-TGV
(sumber : https://www.scribd.com/document/358666533/stasiun-lyon-tgv, diakses pada
tanggal 22 November 2017)

Pintu masuk yang menyambut pengunjung dibuat dengan beton

bentuk “V” yang menghubungkan dengan empat lengkungan dari bangunan

yang terbentuk sebagai patung paruh burung.

Gambar II. 21: Bentuk Tiang Stasiun lyon-TGV


(sumber : https://www.scribd.com/document/358666533/stasiun-lyon-tgv, diakses pada
tanggal 22 November 2017)

Untuk bagian tengah diciptakan sebuah pusat bangunan yang

melengkung dan terbuat dari kaca untuk pencahayaan alami bangunan pada

siang hari. Sisi lengkung bangunan yang membentuk sayap terbuat dari

material baja dan kaca yang didukung oleh struktur beton bertulang.

56
Gambar II. 22: Bentuk Fasad Stasiun lyon-TGV
(sumber : https://www.scribd.com/document/358666533/stasiun-lyon-tgv, diakses pada
tanggal 22 November 2017)

Bentuk dipilih yang ekspresif tapi mudah dipahami dengan citra yang

bisa langsung diasosiasikan dengan lingkungan sekitar ketika dilihat baik

melalui darat maupun udara. Bentuk tersebut melambangkan ide dari

penerbangan itu sendiri, karakter dari pemandangan gunung dan perwujudan

gagasan yang tinggi.

Kompleksitas yang ada melahirkan ide untuk pencahayaan meskipun

menggunakan material-material yang berat seperti baja dan beton. Penumpang

akan langsung dapat merasakan bahwa mereka memang sudah di bandara

ketika baru saja tiba dari penerbangannya. Oleh sebab itu, platform atap dibuat

rendah untuk memberikan pandangan yang bebas menuju background dari

bangunan bandara tersebut, dan akses lalu lintas diatur sedemikian rupa agar

mengarah ke bangunan utama melalui bagian depan untuk menonjolkan

tampilan luar dan fungsi bangunan.

Calatrava juga menentukan pergerakan apa saja yang berlangsung di

sana: perlintasan kereta, bus, mobil, dan pejalan kaki. Ada ketentuan khusus

berkaitan dengan pergerakan tersebut, yakni orientasi penumpang yang baik.

57
Ukuran dan arah dari volume bangunan membuat penumpang tetap

terorientasi dengan baik. Atap menjadi penyelesaian terbaik dari bangunan ini,

dirancang rumit sehingga mudah ditemukan, dilihat, dan diingat. Bentuknya

mencerminkan siluet seekor burung raksasa yang mengembangkan sayapnya

di atas platform bangunan.

Gambar II. 23: Tampak Stasiun lyon-TGV


(sumber : https://www.scribd.com/document/358666533/stasiun-lyon-tgv, diakses pada
tanggal 22 November 2017)
d. Program ruang

Gambar II. 24: Program Ruang Stasiun lyon-TGV


(sumber : https://www.scribd.com/document/358666533/stasiun-lyon-tgv, diakses pada
tanggal 22 November 2017)

58
Santiago Calatrava juga telah menentukan ruang-ruang dalam stasiun

Lyon-TVG, yaitu :

1) Bangunan stasiun Lyon TGV ini terdiri dari dua elemen :

2) Lorong untuk jalur kereta (terbuat dari beton bertulang)

3) Akses yang besar dengan ruang distribusi di atasnya (dibangun dari

struktur logam)

Gambar II. 25: Fungsi Ruang Stasiun lyon-TGV


(sumber : https://www.scribd.com/document/358666533/stasiun-lyon-tgv, diakses pada
tanggal 22 November 2017)

4) Hall stasiun ditempatkan secara simetris di atas lintasan.

5) Terdapat peron kereta yang tertutup sepanjang 500 meter.

6) Hall stasiun ini terhubung ke bandara melalui sebuah galeri baja tertutup

7) Terminal bus dan taksi berada di sisi Barat hall stasiun.

8) Stasiun ini memiliki enam lintasan kereta. Dua lintasan tengah dibangun

melewati sebuah caisson (struktur kedap air) untuk kereta-kereta cepat

dengan jadwal nonstop.

59
Gambar II. 26: Fungsi Ruang Stasiun lyon-TGV
(sumber : https://www.scribd.com/document/358666533/stasiun-lyon-tgv, diakses pada
tanggal 22 November 2017)
e. Struktur stasiun lyon-TGV

Gambar II. 27: Struktur Stasiun lyon-TGV


(sumber : https://www.scribd.com/document/358666533/stasiun-lyon-tgv, diakses pada
tanggal 22 November 2017)

Keterangan :

a. Terbuat dari baja yang diekspos

b. Konsep estetika pada bangunan ini menggunakan fungsi array atau

pengulangan

c. Struktur seperti bentuk tubuh manusia

60
d. Atap terbuat dari pabrikasi yang ditutupi aluminium

Adapun struktur penyusun lainya adalah sebagai berikut :

1. Terowongan kereta dirancang dengan elemen-elemen modular pada

struktur beton bertulang, dibangun pada lahan dengan bentukan baja.

2. Ruangan dasar memiliki tinggi 9 meter yang setara dengan panjang dari

satu kereta.

3. Struktur terowongan dibuat semakin terbuka ketika sudah mendekati

bagian luar.

4. Struktur pendukung platform atas dirakit seperti huruf V yang

mempertemukan setiap ujung dari lengkungan-lengkungan baja pada atap.

5. Bagian tengah dari struktur beton selebar 53 meter ini mengkilap dari arah

pergerakan penumpang sehingga langsung dapat ditangkap oleh mata.

6. Atap hall stasiun ditopang oleh dua lengkungan baja.

7. Dua balok baja lengkung lainnya mengikuti garis tengah pada rangka atap.

8. Keempat balok lengkung tersebut membentang sejauh 100 meter, ditopang

oleh sebuah pembatas dari beton di sisi barat.

9. Penutup yang mengkilap diletakkan pada lengkungan beton besar yang

mencakup lebar dari stasiun sementara di bawahnya lengkungan yang

lebih kecil mulai dari portal ke trotoar stasiun.

10. Ruang antara lengkungan dilengkapi dengan lembaran kaca yang dapat

diputar untuk ventilasi.

61
f. Detail struktur stasiun lyon-TGV

Masuk ke aula utama melalui “Gateway” yang terbentuk oleh

penyangga beton berbentuk“V” yang digabung dengan empat ujung

lengkungan baja menimbulkan kesan seperti tulang belakang seekor burung.

Sepasang lengkungan itu mengikuti garis atap untuk membentuk dua

lengkungan sayap yang simetris.

Bagian segitiga pada aula utama, pusat lengkungannya dibentuk oleh

tiga lengkungan yang diikat bersama balok diagonal. Sementara dua kantilever

besar di antara balkon dibuat seakan menembus ruang.Bangunan pusat layanan

penumpang terbuat dari beton berbatasan langsung dengan dinding baja dan

kaca yang menghadap ke aula utama. Di dalam aula utama, ada dua kantilever

dengan bentang sepanjang 25 meter yang ditopang oleh struktur pada bagian

belakang, yang juga menopang serambi yang menghubungkan dari stasiun

kereta api ke bandara.

Gambar II. 28: Struktur Stasiun lyon-TGV


(sumber : https://www.scribd.com/document/358666533/stasiun-lyon-tgv, diakses pada
tanggal 22 November 2017)

Struktur bagian belakang ditopang oleh massa beton di bagian timur

sedangkan dua lainnya diintegrasikan untuk menopang lift di bagian barat. Di

62
bagian atas dari lengkungan adalah sebuah kotak baja di berbentuk segitiga

sedangkan dua lengkungan lainnya terbuat dari tabung baja. Kemudia semua

elemen tersebut saling menguatkan dengan bentuk silang-silang yang

bervariasi yang dirakit di sekitar pusat tabung.

Dari aula utama, dimana semua layanan stasiun kereta api dan bandara

berada, terdapat dua kubah kaca dan sayap baja yang terhubung ke platform

kereta. Berdasarkan elemen beton yang menopang atap utama dan secara visual

didukung oleh atap modul di area terminal utama. Salah satu atap dibuat

mengkilap atau diisi dengan bagian beton pre fabrikasi.

Gambar II. 29: Struktur Stasiun lyon-TGV


(sumber : https://www.scribd.com/document/358666533/stasiun-lyon-tgv, diakses pada
tanggal 22 November 2017)

Di aula utama, bersebrangan dengan pintu masuk, ada serambi

sepanjang 180 meter yang menghubungkan stasiun ke bandara. Serambi itu

juga dapat diakses langsung area parkir.

g. Interior stasiun lyon-TGV


Saat memasuki aula utama dengan pintu gerbang yang dibentuk oleh

sebuah jembatan beton V-shaped yang menyatu dengan ujung empat bangunan

baja lengkung, maka akan terlihat sebuah pusat banguna melengkung

63
mengikuti baris atap berbentuk seperti tulang belakang. bentuk balok

dibengkokkan dengan bagian luar memutar di atas dua buah sayap yang ditutup

dengan kaca. struktur tulang belakang di dukung oleh sebuah beton bagian

timur dengan dua buah pendukung yang membuat kesatuan dengan menara

dibagian barat bangunan.

Dua buah balkon cantilever besar menembus ruangan itu. bangunan

beton yang ditengahnya menyatu dengan struktur baja dan jendela kaca. Dari

bagian belakang pintu masuk, terdapat sebuah galeri sepanjang 180 meter yang

menghubungkan stasiun dengan terminal pelabuhan udara.

Gambar II. 30: Interior Stasiun lyon-TGV


(sumber : https://www.scribd.com/document/358666533/stasiun-lyon-tgv, diakses pada
tanggal 22 November 2017)

Stasiun yang terhubung dengan bandara dengan bentuk kedua sayap

yang berfungsi sebagai jalur menuju stasiun yang terhubung dengan escalator.

(https://www.scribd.com/document/358666533/stasiun-lyon-tgv. 2017.)

64
Gambar II. 31: Interior lyon-TGV
(sumber : https://www.scribd.com/document/358666533/stasiun-lyon-tgv, diakses pada
tanggal 22 November 2017)

Dari aula utama, dimana semua layanan stasiun kereta api dan bandara

berada, terdapat dua kubah kaca dan sayap baja yang terhubung ke platform

kereta. Berdasarkan elemen beton yang menopang atap utama dan secara visual

didukung oleh atap modul di area terminal utama. Salah satu atap dibuat

mengkilap atau diisi dengan bagian beton pre fabrikasi. Di mana hall juga

berfungsi sebagai loket penukar tiket dan menuju ke gerbang Bandara.

Gambar II. 32: Interior Stasiun lyon-TGV


(sumber : https://www.scribd.com/document/358666533/stasiun-lyon-tgv, diakses pada
tanggal 22 November 2017)

65

Anda mungkin juga menyukai