Anda di halaman 1dari 6

Laporan Studi Kasus

“Pt. Blue Bird”

Oleh :
Muhammad Evirustandi
11160930000011

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
A. Tentang PT. Blue Bird

Blue Bird Group merupakan sebuah perusahaan transportasi asal Indonesia. Perusahaan
ini didirikan pada tahun 1972 di Jakarta. Perusahaan ini melayani jasa pariwisata dan
transportasi. Cabang Blue Bird Group di Indonesia ialah Jakarta, Bekasi, Bandung, Surabaya,
Cilegon, Semarang, Manado, Makassar, Denpasar, Mataram, Medan, Pekanbaru, Batam,
Palembang, dan Padang. Lokasi: Kantor Pusat. Gedung Blue Bird di Jl. Mampang Prapatan
Raya No.60, Jakarta 12790, Indonesia. Telp. (021) 7989000, 7989111 Pool (Jabodetabek )
Kemayoran, Mampang, Ciputat, Kramat Jati, Cimanggis, Raden Inten, Penggilingan, Kelapa
Gading, Daan Mogot, Puri Indah, Pondok Cabe I, Pondok Cabe II, Bintaro, Halim, Narogong,
Japos.
PT. Blue Bird Group didirikan oleh Nyonya Mutiara Djokosoetono, SH. Saat itu
namanya belumlah Blue Bird, melainkan Chandra Taksi dan target pasar yang dibidik adalah
rental mobil khusus untuk para jurnalis dan pengunjung dari atau ke hotel dan airport. Saat itu
hanya terdapat 25 mobil yang digunakan untuk beroperasi. Chandra Taksi inilah yang
kemudian dikenal sebagai Taksi Blue Bird. Dari embrio taksi inilah berkembang sebuah
perusahaan besar yang sekarang membawahi sekitar 20 anak perusahaan yang bergerak tidak
hanya di bidang transportasi, tetapi juga merambah usaha manufaktur, properti, dan support
services.
Khusus untuk bidang transportasi sendiri, PT. Blue Bird Group telah mengakui sisi
beberapa perusahaan taksi, beberapa di antaranya berada di bawah payung Pusaka Group.
Untuk usaha transportasi khusus penumpang, PT. Blue Bird Group mengkategorikan jasanya
ke dalam beberapa anak perusahaan untuk target market yang berbeda. Secara umum, taksi
yang memiliki warna biru atau biru metallic ditargetkan untuk segmen masyarakat umum.
Dalam kategori ini, ada beberapa anak perusahaan dimana setiap anak perusahaan memiliki
nama dan logo yang berbeda.
Anak perusahaan tersebut antara lain Pusaka Satria, Pusaka Nuri, Pusaka Biru,Pusaka
Citra, Pusaka Lintas, Pusaka Prima, Morante Jaya, Lintas Buana,Cendrawasih, dan Blue Bird
sendiri. Mengapa semuanya tidak memiliki satu nama Blue Bird saja? Masalah sebenarnya
bukannya tidak bisa, melainkan terkait dengan masalah perijinan yang menyebabkan sebuah
perusahaan taksi tidak bisa menjalankan banyak armadanya sekaligus.
Di segmen Eksekutif, PT. Blue Bird Group menyediakan Silver Bird dengan armadanya
yang berwarna hitam. Jauh berbeda dengan taksi reguler yang berwarna biru, taksi eksekutif
ini memberikan 3 keistimewaan utama, yaitu Comfort, Convenience, dan Safety. Mobil yang
dipergunakan pun terbilang lebih mewah daritaksi reguler, tapi tentu saja masih ada lampu
tanda taksi di atasnya. Dan yang terakhir untuk segmen transportasi penumpang, yaitu kategori
limousine yang didalam grup ini dikenal dengan Golden Bird. Masuk dalam kategori ini adalah
mobil-mobil mewah seperti Toyota Twin Cam, Opel Vectra, Corona Absolute, Volvo 740,960,
Mercedes C180, E220, E230 dan New Eyes, hingga van mewah Mazda E2000.Berbeda dengan
dua kategori taksi sebelumnya, taksi ini menggunakan plat nomorkendaraan berwarna hitam,
yang artinya tentu saja mobil pribadi. Taksi ini ditujukan untuk orang-orang kelas atas atau
VIP. Golden Bird yang disewakan ini sangat tepat bagi perusahaan yang menginginkan mobil
mewah dalam operasional kantornya, mengingat biaya operasional dan depresiasi akan bisa
diminimalkan.
Taksi Golden Bird ini memang tidak tampak seperti taksi pada umumnya. Hanya ada
tambahan label / stiker logo Blue Bird di bagian kaca depan sopir. Jadi bila anda melihat sebuah
mobil Mercy di depan anda, perhatikanlah dengan teliti sebelum anda menilai penumpang yang
ada di dalamnya, karena barangkali mobil yang dinaiki bukanlah mobil miliknya sendiri,
melainkan mobil Golden Bird.
Selain taksi, untuk jasa angkutan penumpang PT. Blue Bird Group juga menyediakan
sarana angkutan masal berupa bis carter, yaitu Big Bird. Dengan area pelayanan transportasi
meliputi Jawa, Bali, dan Sumatera. Big Bird juga melayani transportasi bagi anak sekolah, di
antaranya adalah British International School,Jakarta Japanese School, Korean International
School dan German International School.

B. Studi Kasus
Menetukan posisi daya saing taksi Blue Bird dengan Analisa five porter’s forces dalam
menghadapi perubahan bisnis.

C. Pembahasan

Analisa five porter’s forces merupakan sebuah kerangka yang digunakan untuk menganalisis
industri dan perkembangan strategi bisnis yang dikemukakan oleh Michael Porter pada tahun
1979. Kelima analisis tersebut, yaitu:

A. Threat Of New Entrants ( Ancaman pendatang baru)

Kebutuhan akan sarana transportasi mengakibatkan munculnya para pemain baru. Apalagi
dengan berkembangnya layanan transportasi yang menggunakan aplikasi ponsel. Dari jenis
taksi ada Taksi Uber, Grab Car hingga GoCar. Kehadiran taksi online sangat menarik pangsa
pasar karena mereka mengikuti trend saat ini yaitu memanfaatkan teknologi dalam stategi
bisnisnya.
Diferensiasi produk. Blue Bird telah meningkatkan pelayananan dari segi teknologi, yaitu
reservasi yang dapat dilakukan via Call Center atau aplikasi mobile My Bluebird. Kini armada
Blue Bird juga memiliki MPV pertama, yaitu Honda Mobilio sehingga daya angkut lebih
banyak namun tetap nyaman. Blue Bird juga tetap mengutamakan supir yang menjemput tepat
waktu dan aman dalam berkendara.

Kebutuhan Modal. Blue Bird masih unggul dalam cara memperoleh modal karena telah Go
Publik dibanding taksi online dan armada yang dimiliki Blue Bird adalah aset perusahaan yang
bukan merupakan kendaraan rental, walaupun keuntungan yang didapat tidak akan maksimal
atas biaya minimum order taksi, dikarenakan para penyedia taksi online menawarkan layanan
tanpa menetapkan pembayaran minimum order yang biasa dilakukan perusahaan taksi pada
umumnya.
Regulasi pemerintah. Berdasarkan batas tarif bawah yg ditetapkan pemmerintah dan Organda,
sejak tahun 2014 tarif batas bawah Blue Bird sebesar Rp7500 untuk tarif awal dan Rp4000
untuk argo/KM dimana sama besar dengan tarif Taksi Express. Akan sulit bagi Blue Bird untuk
bersaing dengan taksi lainnya, sebagaimana Taksi Uber memiliki tarif yang lebih murah yaitu
Rp3000 untuk tarif awal Uber X dan Rp7000 untuk tarif awal Uber Black, serta Rp2850 untuk
argo/KM nya. Tarif taksi lain seperti Grab pun masih rendah, yaitu Rp2800 untuk argo/KM
dengan tarif minimum Rp10000.

B. Threat Of Substitute Product (Ancaman produk pengganti)

Substitute product adalah produk atau jasa yang dapat menggantikan produk tersebut dengan
memberikan kepuasan yang lebih kepada konsumen. Produk pengganti untuk Blue Bird Taxi
adalah ojek atau ojek online seperti Gojek, Grab, dan Uber. Maraknya aplikasi pemesanan
layanan kendaraan penumpang, tidak lagi taksi yang dapat menghampiri pelanggan tetapi ojek
juga bisa memenuhi permintaan tersebut. Selain itu penumpang juga memiliki pilihan
transportasi masal lain seperti bus, kereta api, atau angkot dengan tarif yang lebih murah dan
dapat menghindari kemacetan. Ancaman akan barang subtitusi tinggi, dilihat dari :

1. Produk pengganti
Ada banyak pilihan kendaraan masal darat yang menjadi pilihan. Jika penumpang mencari
kendaraan ber AC seperti taksi, mereka dapat memilih taksi atau bus trans kota yang juga
memiliki armada yang nyaman.
2. Tarif produk pengganti
Pemerintah terus memperbaiki fasilitas kendaraan masal termasuk penetapan harga yang
lebih ekonomis, sehingga menjadi alternatif bagi penumpang dan dapat mengancam
industri taksi seperti Blue Bird Taxi.
3. Pangsa pasar
Pangsa pasar damri/bus trans kota memiliki pangsa pasar lebih baik dibanding taksi karena
harga yang murah. Dengan fasilitas yang baik saat ini damri/bus trans menjadi pilihan tidak
hanya untuk pangsa pasar menengah.

C. Bargaining Power Of Buyer (Kekuatan tawar-menawar pembeli)


Buyers atau dalam hal ini adalah penumpang taksi sebagai palanggan memiliki banyak pilihan
kendaraan yang dapat disewa selain Blue Bird. Banyaknya pilihan memberi kekuatan kepada
pelanggan beralih dari Blue Bird ke pilihan lain jika Pelanggan tidak puas dengan layanan yang
diberikan. Segmentasi Pasar melalui penumpang dapat menjadi keunggulan perusahaan.
Seperti, untuk segmen kelas atas tersedia Silver Bird sehingga menjawab permintaan pembeli.
Selain itu, Blue Bird sebagai pemain lama dapat memperoleh keuntungan dikarenakan sudah
dikenal dengan brand image yang aman dan nyaman. Namun, switching cost yang rendah tetap
mempengaruhi Bargaining Power of Buyers. Dapat disimpulkan bahwa Bargaining Power of
Buyers dalam ketgori sedang.

D. Bargaining Power Of Supplier (Kekuatan tawar menawar pemasok )

Supplier dalam bisnis ini merupakan dealer mobil. Harga suku cadang kendaraan yang sangat
mahal membuat pengaruh supplier terhadap Blue Bird sangat besar. Kondisi ini sedikit tidak
menguntungkan pihak Blue Bird apalagi pembiayaan pemeliharaan armada besar persentase
nya dilakukan mandiri oleh Blue Bird. Bargaining power of supplier Blue Bird dalam kategori
sedang.

E. Rivalry Among Existing Competitors (Persaingan antar pesaing industri


yang sama)
Persaingan pada Industri Transportasi sangat Tinggi. Industri saat ini memiliki beragam
tantangan yang timbul mulai dari melambatnya perekonomian, baik dari sisi global maupun
domestik hingga bermuculan taxi online. Pesaing Blue Bird dalam industri ini adalah Taksi
Express dikarenakan PT Express Transindo Utama Tbk sebagai pemain dalam industri taksi
yang sama-sama telah go public seperti Blue Bird Grup Tbk. Dari total armada yang dimiliki
Blue Bird sebanyak 23.932 unit. Persaingan yang berdasar jumlah armada didominasi oleh
Blue Bird karena Taksi Express hanya memiliki armada sebanyak 10.550 unit. Namun, dari
segi diferensiasi produk antara Blue Bird dan perusahaan lainnya tidak memiliki perbedaan
yang signifikan. Dengan jumlah armada yang lebih banyak tentunya Blue Bird memiliki Fixed
Cost yang juga lebih banyak seperti untuk memenuhi gaji karyawan, maintenance armada yang
dimiliki serta tempat atau lahan yang luas untuk menyimpan armada tersebut. Rivalry Among
Existing Competitors Blue Bird dalam posisi tinggi.

D. Kesimpulan
Posisi daya saing taksi Blue Bird saat ini dalam posisi Sedang atau Blue Bird berada pada posisi
yang masih baik dalam menjalankan bisnis dan menghadapi perubahan bisnis. Namun bukan
berarti blue bird hanya berdiam diri saja, Blue Bird sampai saat ini terus berbenah dan
mengevaluasi system salah satunya yaitu meningkatkan aplikasi My Blue Bird dengan
menambah transaksi notunai menggunakan kartu kredit. Selain itu Blue Bird juga
menggandeng pesaing nya yaitu Go-Jek dalam upaya menghadapi perubahan ini serta juga
untuk mengakomodasi kebutuhan pelanggan melalui multi-channel access, sehingga nantinya
taksi blue bird bukan hanya bisa dipesan di aplikasi My Blue Bird tapi bisa juga di aplikasi Go-
jek.

Anda mungkin juga menyukai