Anda di halaman 1dari 7

PENERAPAN TEORI KOGNITIF SOSIAL DALAM PENGAJARAN

TUGAS
untuk memenuhi tugas matakuliah
Landasan Kependidikan Fisika
yang dibina oleh Bapak Dr.Koes, M.Si

OLEH
Dewi Wahyu Wijianti 170321863054
Eri Setyo Prabowo 170321863017
Uulia ‘Iffa 170321863027

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN FISIKA
OKTOBER 2017
PENERAPAN TEORI KOGNITIF SOSIAL DALAM PENGAJARAN

Aplikasi Dalam Pembelajaran


Banyak ide-ide dalam teori kognitif sosial memberi kemudahan bagi
pengajaran dan proses belajar siswa. Aplikasi pembelajaran yang melibatkan model-
model, efikasi diri, contoh kerja, dan kegiatan bimbingan (tutoring and mentoring)
merefleksikan prinsip-prinsip teori kognitif sosial.

Models
Guru sebagai model memfasilitasi pembelajaran dan memberikan informasi
tentangefikasidiri (self-efficacy). Siswa yangmengamati ketikaguru menjelaskan dan
mendemonstrasikantentang konsep dan keterampilan cenderung untuk percayabahwa
mereka mampu belajar lebih jauh. Guru juga harusmemberikan formulasi efikasi diri
yang persuasif kepada siswa. Guru yang mengawali pelajaran dengan menyatakan
bahwa semua siswa bisabelajar dan jikamereka bekerja dengan tekun mereka akan
menguasai keterampilan baru,akanmenanamkankepadasiswaefikasidiridalambelajar,
yang dibuktikan saat siswa berhasil mengerjakan tugas tersebut.Dalam studi di mana
model bertindak satu arah dan membuat pengamat untuk bertindak secara berbeda,
anak-anaklebih terpengaruh oleh tindakan daripada ucapan(Bryan & Walbek, 1970).
Guru perlu memastikan bahwa instruksi mereka kepada siswa (misal, "pertahankan
meja anda rapi") konsisten dengantindakanguru sendiri (meja guru rapi).

Dengan penampilan yang serupa, temansebagaimodeldapat meningkatkan


motivasidan pembelajaransiswa. Dibandingkan dengan guru, teman sebaya mungkin
lebih fokus pada "bagaimana melakukannya," sehinggamengembangkan proses
belajarpadapengamat/siswa. Selanjutnya, denganmengamati rekan sebaya berhasil
menanamkan semacamefikasidiriuntukbelajar di dalamdirisiswa/pengamat, yang
divalidasi saat merekamampu tampilsecarabaik (Schunk, 1987).Apabila
menggunakan teman sebaya, keuntungannyabisa memilih model sehingga semua
siswa bisa berhubungan setidaknya dengan satu orang. Ini bisa berarti menggunakan
beberapa modeltemansebaya, di manarekan sebayamenggambarkan berbagai tingkat
keterampilan.

Efikasidiri
Peran efikasi diri dalam pembelajaran telah dibuktikan dengan sangat baik.
Dalam menentukan metode pembelajaran yang digunakan, penting bagi guru untuk
mengukur pengaruhnya terhadap efikasi diri siswa dan juga pembelajaran mereka.
Ada kemungkinan metode yang diterapkan dalam pembelajaran tidak meningkatkan
efikasi diri. Misalnya, memberi siswa banyak bimbingan adalah hal yang tepat untuk
membantu pembelajaran mereka, tetapi tidak akan terlalu mempengaruhi efikasi diri
siswa untuk belajar dan tampil maksimal karena diri mereka sendiri. Seperti yang
direkomendasikan Pak Bandura (1986,1997), diperlukan masa untuk penguasaan diri,
dimana siswa melatih ketrampilan/kemampuan secara mandiri.

Model yang kompeten (Guru) mampu mengajarkan ketrampilan, namun


model yang sepadan (teman sebaya) merupakan model yang paling baik untuk efikasi
diri. Siswa yang pandai di kelas dan mendemonstrasikan operasi matematika
mungkin mampu mengajarkan ketrampilan kepada siswa yang memperhatikan, tetapi
beberapa siswa mungkin tidak merasa berhasil karena mereka percaya bahwa mereka
tidak akan mungkin bisa menyamai teman yang menjadi model. Seringkali siswa
yang pandai mengajari(menjadi tutor) siswa yang berkemampuan kurang, sehingga
dapat memperbaiki pembelajaran tetapi harus disertai dengan latihan mandiri secara
periodik untuk membangun efikasi diri.

Efikasi diri pada guru yang masih praktek dapat dikembangkan melalui
persiapan guru termasuk proses magang dengan guru pamong dimana guru praktek
dapat mengamati dan melatih kemampuan mengajar. Bagi guru yang sudah
bekerja/mengajar, melanjutkan pengembangan profesi dapat membantu mereka
belajar strategi baru untuk menghadapi situasi baru yang menantang, seperti
bagaimana membina pembelajaran pada siswa yang kemampuannya bervariasi,
bagaimana bekerja dengan siswa yang kemampuan bahasanya terbatas/kurang, dan
bagaimana melibatkan orangtua siswa ke dalam pembelajaran anak mereka. Dengan
mengesampingkan halangan pada kegiatan mengajar (misal, kebanyakan
mengerjakan dokumen), administrator mengizinkan guru untuk fokus pada
peningkatan kurikuler dan pembelajaran siswa.

Contoh-Contoh Terapan
Contoh-contoh terapan adalah gambaran-gambaran visual dari solusi
permasalahan (Atkinson, Derry, Renkl & Wortham, 2000). Contoh-contoh terapan
memberikan penyelesaian masalah langkah demi langkah dan sering disertai diagram-
diagram atau suara (narasi). Sebuah contoh terapan menampilkan sebuah model yang
dilengkapi dengan penjelasan yang mengilustrasikan bagaimana seseorang
menyelesaikan masalah yang cakap dalam menjalankan tugasnya. Contoh-contoh
terapan sering digunakan dalam pengajaran untuk bidang studi matematika dan sains
meskipun penggunaannya tidak harus terbatas pada bidang-bidang tersebut.
Landasan-landasan teoretis untuk contoh-contoh terapan diperolehdari teori
pengolahan informasi. Contoh-contoh terapan juga mencerminkan banyak prinsip
teori kognitif sosial. Contoh-contoh terapan menggabungkan model-model kognitif
dan demonstrasi yang disertai dengan penjelasan. Tidak seperti bentuk-bentuk
pembelajaran observasional lainnya yang kompleks, dalam tipe pembelajaran ini
siswa bukan belajar menyelesaikan soal atau permasalahan tertentu tetapi
mempelajari keterampilan-keterampilan dan strategi-strategi umum yang dapat
mereka gunakan untuk menyelesaikan kelompok permasalahan yang lebih besar.
Contoh-contoh terapan juga memberikan manfaat motivasional. Contoh-contoh ini
dapat membantu meningkatkan efikasi-diri dalam diri siswa jika setelah
memperhatikan contoh-contoh tersebut mereka yakin bahwa mereka memahami
model dan dapat menerapkan sendiri keterampilan-keterampilan dan strategi yang
dicontohkan (schunk, 1995).
Prinsip-prinsip tertentu harus diingat ketika menggunakan contohcontoh
terapan. Akan lebih baik jika menggunakan lebih dari satu bentuk penyajian daripada
satu bentuk saja. Maka, sebuah contoh terapan dapat mencakup informasi tekstual
(kata, angka), tampilan visual (panah, grafik), dan suara (bunyi). Namun demikian,
terlalu banyak kompleksitas akan terlalu banyak menjejali perhatian dan kapasitas
memori siswa. Penelitian juga menunjukkan dua contoh lebih baik dari satu contoh
saja; dua contoh yang berbeda lebih baik daripada dua contoh dari tipe yang sama,
dan campuran praktik dengan contoh-contoh terapan menghasilkan pembelajaran
yang lebih baik daripada jika semua contoh disajikan dahulu baru diikuti dengan
praktik (Atkinson et al., 2000). Dengan demikian, seorang guru aljabar yang sedang
mengajar tentang cara menyelesaikan persamaan yang belum dikenal oleh siswa
dapat memberikan dua contoh terapan dari bentuk 4x + 2 = 10 misalnya, dan setelah
itu siswa menjawab soal-soal. Setelah itu guru aljabar dapat menyajikan dua contoh
terapan dari bentuk x ÷ 2 + 1 = 5, dan setelah itu siswa menjawab soal-soal dengan
tipe seperti ini. Contoh-contoh terapannya dapat disertai dengan tampilan-tampilan
visual dan bunyi seperti dalam lingkungan pembelajaran berbasis komputer.

Bimbingan dan Pendampingan

Bimbingan dan pendampingan mencerminkan banyak prinsip kognitif sosial


yang dibahas dalam hal ini bab. Bimbingan berbicara mengacu pada situasi di mana
satu atau lebih orang bertindak sebagai instruksional agen untuk yang lain, biasanya
dalam subjek tertentu atau untuk tujuan tertentu (Stenhoff & Lignugaris / Kraft,
2007). Bila rekan kerja adalah agen instruksional, les adalah bentuk pembelajaran
peer-assisted (Rohrbeck, Ginsburg-Block, Fantuzzo, & Miller, 2003; Bab 6).

Tutor berfungsi sebagai model pembelajaran untuk menjelaskan dan


mendemonstrasikan ketrampilan, operasi, dan strategi yang harus dipelajari oleh
tutor. Baik orang dewasa maupun anak-anak bisa efektif tutor untuk anak-anak.
Seperti dicatat sebelumnya, bagaimanapun, mungkin ada beberapa manfaat motivasi
itu hasil tutor sebaya. Tutor rekan sejawat yang efektif adalah orang-orang yang
menurut persepsi mereka mirip dengan diri mereka sendiri kecuali bahwa tutor lebih
jauh seiring dengan perolehan keterampilan mereka. Persepsidari kesamaan dapat
menyebabkan pembimbing untuk percaya bahwa jika tutor bisa belajar, mereka bisa
seperti itu. Nah, yang bisa meningkatkan keefektifan dan motivasi diri siut.

Periset juga telah meneliti efek les pada tutor. Mirip dengan hasilnya dari self-
efficacy instruksional, tutor dengan self-efficacy yang lebih tinggi untuk bimbingan
lebih tepat mengerahkan usaha, mengatasi materi yang sulit, dan bertahan lebih lama
dengan dari pada tutor dengan menurunkan self-efficacy (Roscoe & Chi, 2007). Ada
juga beberapa bukti bahwa les bisa meningkatkan motivasi tutor dan self-efficacy
(Roscoe & Chi, 2007).

Mentoring melibatkan pembimbingan keterampilan dan strategi kepada siswa


atau profesional lainnya dalam konteks konsultasi dan pelatihan (Mullen, 2005).
Mentoring bisa jadi formal / institusional atau informal / santai. Dalam pengaturan
mentoring formal, sang mentor dapat ditugaskan untuk anak didik berdasarkan
struktur organisasi dan prosedur, sedangkan pengaturan informal terjadi secara
spontan dan cenderung tidak terstruktur secara resmi atau dikelola (Mullen, 2005).
Idealnya mentoring menggabungkan pembelajaran timbal balik dan keterlibatan
antara mentor dan anak didik. Dengan demikian, mentoring lebih lengkap dan
mendalam pengalaman pendidikan daripada les, yang lebih berorientasi magang. Saat
les menekankan instruksi konten dalam jangka waktu singkat, mentoring biasanya
melibatkan meniru bimbingan dan panduan selama waktu yang lebih lama.

Mentoring umum terjadi pada berbagai tingkat pendidikan, seperti dalam


pembelajaran masyarakat, kelompok penyelidikan dan penulisan, kemitraan
universitas-sekolah, pengembangan staf, pendidikan tinggi, dan bimbingan rekan
sejawat (Mullen, 2005). Di perguruan tinggi, mentoring sering terjadi antara profesor
yang lebih banyak dan kurang berpengalaman atau antara professor dan siswa. Dalam
konteks ini, mentoring idealnya menjadi hubungan perkembangan dimana para
profesor yang berpengalaman lebih banyak membagi keahlian mereka dengan dan
menginvestasikan waktu dengan kurang berpengalaman profesor atau siswa untuk
menumbuhkan prestasi dan self-efficacy mereka (Johnson, 2006; Mullen, di media
cetak).

Mentoring mencerminkan banyak prinsip kognitif sosial dan dapat memiliki


instruksional dan manfaat motivasi. Protégés mempelajari keterampilan dan strategi
yang dapat membantu mereka menjadi sukses di lingkungan mereka dari mentor yang
memodelkan, menjelaskan, dan mendemonstrasikannya keterampilan dan strategi.
Protégés yang menganggap diri mereka serupa dengan cara yang penting mentor
dapat mengembangkan self-efficacy yang lebih tinggi karena berhasil melalui
interaksi mereka dengan mentor. Serupa dengan motivasi, mentoring adalah kunci
proses pembelajaran mandiri yang menekankan aktivitas yang diarahkan pada tujuan
dari waktu ke waktu (Mullen, dalam pers). Mentoring doctoral siswa telah
ditunjukkan untuk memperbaiki regulasi diri, self-efficacy, motivasi, dan prestasi
(Mullen, di pers). Mentor juga bisa belajar dan menyempurnakan keterampilan
mereka interaksi mereka dengan anak didik mereka, yang dapat meningkatkan
keefektifan diri mereka untuk melanjutkan untuk berhasil. Konsisten dengan teori
kognitif sosial, hubungan mentoring bisa terjadi dalam manfaat timbal balik bagi
kedua belah pihak.

Sumber Rujukan
Schunk, Dale H. 2012. Learning Theories: An Educational Perspective.
Boston, MA: Pearson.

Anda mungkin juga menyukai