Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Koping
Koping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur
kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan
mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut (Lazarus & Folkman, 1985). Koping
menurut Lasaruz juga terdiri atas usaha kognitif dan prilaku dilakukan untuk
mengatur kebutuhan eksternal dan internal tertentu yang membatasi sumber
seseorang. Koping dapat berfokus pada emosi atau berfokus pada masalah
(smeltzer & Bare, 2001). Koping merupakan upaya prilaku dan kognitif seseorang
dalam menghadapi ancaman fisik dan psikososial (Stuart & Laraia, 2005).
Berdasarkan ketiga definisi diatas maka yang dimaksudkan dengan koping
adalah usaha kognitif dan prilaku seseorang sebagai proses untuk mengatur
kesenjangan dalam menghadapi situasi yang menekan yang berupa ancaman fisik
dan psikososial dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut
dapat berfokus pada emosi atau masalah.

B. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah suatu keadaan dimana seseorang harus bisa
menyesuaikan diri terhadap masalah yang dihadapinya (Stuart & Laraia, 2005).
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang
mengancam (Keliat, 1999). Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya
dibagi menjadi dua (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu :
1. Mekanisme Koping Adaptif.
Mekanisme, koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar
dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain,
memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan
aktivitas konstruktif. Adaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut :

4
a. Masih mengontrol emosi pada dirinya.
b. Memiliki kewaspadaan yang tinggi, lebih perhatian pada masalah.
c. Memiliki persepsi yang luas
d. Dapat menerima dukungan dari oang lain
2. Mekanisme Koping Maladaptif.
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cendrung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah makan berlebihan atau tidak makan, bekerja berlebihan,
menghindar. Maladaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Tidak mampu berfikir apa-apa atau disorientasi
b. Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Prilakunya cenderung merusak
Sedangkan Stuart dan laraia (2005) menyebut penggolongan dua mekanisme
koping ini sebagai mekanisme koping positif dan mekanisme koping negatif.

C. Strategi Koping
Beradaptasi terhadap masalah memerlukan berbagai strategi, tergantung
keterampilan koping yang biasa digunakan dalam menghadapi situasi sulit.
Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau
situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan/dihadapi (Rasmun,
2004). Menurut National Safety Council (2005), strategi koping yang berhasil
mengatasi stres harus mempunyai 4 komponen yaitu :
1. Peningkatan kesadaran terhadap masalah : fokus objektif yang jelas dan
prespektif yang utuh terhadap situasi yang tengah berlangsung.
2. Pengolahan informasi: situasi pendekatan yang mengharuskan anda
mengalihkan persepsi sehingga ancaman dapat diredam. Pengelolaan
informasi juga meliputi pengumpulan informasi dan pengkajian semua
sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah.

5
3. Pengubahan prilaku: tindakan yang dipilih secara sadar yang dilakukan
bersama sikap yang positif dapat meminimalkan atau menghilangkan
stressor.
4. Resolusi damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil diatasi.

Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek yaitu fisilogis dan psikologis. Koping
yang efektif menghasilkan adaptasi sedangkan koping yang tidak efektif
berakhir dengan maladaptif (Kelliat,1999). Karakteristik mekanisme koping
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) adalah :
Menurut Stuart dan Laraia (2005), koping dapat dikaji melalui berbagai
aspek antara lain, fisiologis dan psikososial.
1. Reaksi fisiologis
Tanda dan gejala fisiologis merupakan manifestasi tubuh terhadap
stres dimana pupil melebar, keringat meningkat untuk mengontrol
peningkatan suhu tubuh, denyut nadi meningkat, kulit dingin, tekanan
darah meningkat, mulut kering, peristaltik menurun, pengeluaran urin
menurun, kewaspadaan mental meningkat terhadap ancaman yang serius,
ketegangan otot meningkat. Reaksi fisiologis merupakan indikasi klien
dalam keadaan stres. Manifestasi stress pada aspek fisik tergantung pada:
a. Persepsi/penerimaan individu pada stress
b. Keefektifan strategi koping
2. Reaksi psikososial:
a. Reaksi yang berorientasi pada ego (ego oriented reaction) yang sering
disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Reaksi ini berguna
untuk melindungi diri yang merupakan garis pertahanan jiwa pertama.
1) Denial (menyangkal), menghindarkan realitas ketidaksetujuan dengan
mengabaikan atau menolak untuk mengenalinya.
2) Projeksi, mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin
sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri
sendiri pada orang lain.

6
3) Regresi, menghindarkan stres terhadap karakteristik perilaku dari
tahap perkembangan yang lebih awal.
4) Displacement (mengisar), mengalihkan emosi yang seharusnya
diarahkan pada orang atau benda tertentu ke benda atau orang yang
netral atau tidak membahayakan.
5) Mencari dukungan sosial, keluarga mencari dukungan atau bantuan
dari keluarga, tetangga, teman atau keluarga jauh.
6) Reframing, mengkaji ulang kejadian stres agar lebih dapat
menanganinya dan menerimanya
7) Mencari dukungan spiritual, mencari dan berusaha secara spiritual,
berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah.
8) Menggerakkan keluarga untuk dapat menerima bantuan, keluarga
berusaha mencari sumber-sumber komunitas dan menerima bantuan
orang lain.
b. Reaksi berorientasi pada tugas (task oriented reaction)
Reaksi berorientasi pada tugas merupakan reaksi yang berorientasi
terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stres secara
realistis, dapat berupa konstruktif maupun destruktif, misalnya:
1) Perilaku menyerang (agresif), dimana reaksi yang ditampilkan oleh
individu dalam menghadapi masalah dapat konstruktif atau destruktif.
Tindakan konstruktif misalnya penyelesaian masalah dengan tekhnik
asertif, yaitu tindakan yang dilakukan secara terus-terang tentang
ketidaksukaan terhadap perlakuan yang tidak menyenangkan baginya,
sedangkan tindakan destruktif yaitu individu melakukan tindakan
penyerangan terhadap stressor dapat juga merugikan dirinya sendiri,
orang lain atau lingkungannya.
2) Perilaku menarik diri, dimana reaksi yang ditampilkan dapat berupa
reaksi fisik maupun psikologis. Reaksi fisik yaitu individu pergi atau
menghindari stressor, sedangkan reaksi psikologis berupa perilaku

7
apatis, isolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan
berlebihan.
3) Perilaku kompromi yaitu cara yang konstruktif yang digunakan oleh
individu dimana dalam menyelesaikan masalahnya individu tersebut
melakukan pendekatan negosiasi atau bermusyawarah.

Menurut Moos (1984) dalam Brunner dan Suddarth (2002),


menguraikan tujuh kategori keterampilan koping, yaitu: menyangkal, mencari
informasi, meminta dukungan emosional, pembelajaran merawat diri,
menetapkan tujuan terbatas yang konkret, mengulang hasil alternatif, dan
pencarian makna dalam suatu masalah. Individu dalam menghadapi berbagai
tahapan masalah, salah satu atau beberapa keahlian menghadapi masalah akan
menonjol. Berikut akan diuraikan secara rinci tentang strategi koping.
a. Menyangkal
Menyangkal merupakan penolakan untuk menerima atau
menghargai keseriusan penyakit. Pendekatan ini akan menyamarkan
gejala yang merupakan bukti suatu penyakit atau mengacuhkan beratnya
diagnosis. Menyangkal dapat membantu memelihara kesetimbangan
psikologis, namun dapat berbahaya bila mengarah pada perilaku,
menghindar seperti tidak menepati janji atau menolak menjalankan
pengobatan yang telah ditentukan.
Keceriaan yang tidak pada tempatnya dan tidak adanya perhatian
terhadap gejala menunjukan adanya penyangkalan. Jika ansietas, depresi,
dan kemarahan tidak terekspresikan pada situasi dimana seharusnya
terjadi, orang tersebut mungkin saja telah menggunakan penolakan atau
penyangkalan sebagai perlindungan diri atau perlindungan bagi orng lain.
Perlindungan bagi orang lain terjadi bahwa bila pasien tahu bahwa dirinya
sekarat namun merasa lebih baik bila keluarganya tidak mengetahui
kenyataan tersebut.

8
Intervensi keperawatan dapat dimulai dengan mengkaji sejauh
mana penyangkalan itu berbahaya atau menguntungkan, karena
penyangkalan merupakan mekanisme pertahanan diri maka, akan sangat
baik jika perawat tidak menentangnya secara langsung, namun jangan pula
di dukung. Memperlihatkan kemauan untuk mendiskusikan masalah dapat
memberikan kesempatan untuk membicarakan penyangkalan itu sendiri.
Menggunakan pertanyaan eksplorasi yang tidak mengancam dapat
membantu pasien menerima realitas. Bila tahap ini sudah tercapai,
dukungan lebih lanjut diperlukan untuk membantu menerima reaksi
emosional yang terjadi saat pasien berhenti menyangkal dan menerima
kenyataan.
b. Mencari informasi
Keterampilan koping dalam mencari informasi mencakup:
1) Pengumpulan informasi yang berkaitan yang dapat menghilangkan
ansietas yang disebabkan oleh salah dan ketidakpastian.
2) Menggunakan sumber intelektual secara efektif.
Pasien dan keluarganya sering merasa terhibur oleh informasi
mengenai penyakit, pengobatannya dan perjalanan penyakit yang
diperkirakan terjadi. Kepedulian ini memberikan suatu kerangka untuk
menyusun rencana dan melakukan tindakan yang efektif. Mengetahui
bahwa orang lain dengan kondisi serupa yang telah berhasil diobati
memberikan suatu keberanian dan harapan. Miskonsepsi diluruskan
dan makna sebenarnya diungkapkan. Orang yang mendapatkan
informasi akan lebih mampu berpartisipasi dalam pengobatannya.
c. Meminta dukungan emosional
Kemampuan untuk mendapat dukungan emosional dari keluarga,
sahabat, dan pelayan kesehatan sementara memelihara rasa kemampuan
diri sangat penting. Penyakit sering mengakibatkan ketakutan dan ansietas
serta rasa terasing. Keterampilan koping yang bermakna adalah dapat
merai bantuan dari orang lain, sehingga akan memelihara harapan melalui

9
dukungan. Apakah penyakit itu hanya mengakibatkan keterbatasan
sementara maupun menetap, orang harus memiliki rasa berkuasa atas
hidupnya. Dukungan dapat diperoleh dangan cara berbicara dengan orang
lain yang mengalami kondisi serupa. Kelompok pendukung sangat penting
untuk mendorong ekspresi perasaan, berbagai masalah praktis dan
meneruskan koping efektif secara bersama.
d. Pembelajaran merawat diri
Belajar merawat diri sendiri menunjukan kemampuan dan
efektifitas seseorang. Orang dapat belajar merawat diri sendiri bahkan
setelah terjadinya bencana penyakit dan cedera. Ketidakberdayaan akan
berkurang karena rasa bangga dalam pencapaian membantu memulihkan
atau memelihara harga diri. Anggota keluarga berperan penting dalam
merawat klien, sehingga mereka juga harus diikut sertakan dalam merawat
pasien dan di tunjukan bagaimana cara melakukan prosedur tertentu dalam
memberikan perawatan yang efektif.
e. Menetapkan tujuan terbatas yang konkret
Keseluruhan tugas beradaptasi terhadap penyakit serius tampak
membingungkan pada awalnya, namun tugas-tugas tersebut dapat
dikuasai. Membagi tugas-tugas tersebut menjadi tujuan yang lebih kecil
dan dapat ditangani akhirnya akan mengarah pada keberhasilan, dengan
cara ini motivasi tetap dijaga dan perasaan ketidakberdayaan dikurangi.
Klien akan mampu mengambil tindakan yang efektif dan bukannya cemas.
Prinsip belajar sangat penting untuk menyelesaikan tujuan jangka panjang.
f. Mengulang hasil alternatif
Keterampilan koping ini sering digunakan dalam kaitannya dengan
pencarian informasi. Koping tersebut membentu mengurangi ansietas
dengan cara mempersiapkan hari esok, dengan mengingat kembali
bagaimana pasien mampu mengatasi kesulitan masa lalu akan menguatkan
percaya diri. Bila terdapat beberapa piluhan modalitas pengobatan,
mendiskusikan alternatif merupakan bagian penting dari penentuan

10
mandiri. Profesional kesehatan tidak selalu tahu mana yang terbaik.
Mereka dapat memberikan informasi didasarkan pada pengetahuan dan
pengalaman masa lalu, keputusan terakhir tetap ada ditangan klien dan
keluarganya. Keterampilan dalam mengulang alternatif sangat penting
bagi mereka yang kehilangan bagian tubuh atau fungsinya. Mereka harus
mengulang apa yang dilakukan dalam beragam situasi sosial. Kelompok
orang dengan kondisi serupa dapat dibantu dengan bermain peran tentang
situasi.
g. Menemukan makna dari suatu masalah atau penyakit
Suatu masalah merupakan pengalaman manusia. Kebanyakan
orang menganggap masalah atau penyakit serius merupakan titik balik
kehidupan mereka, baik spiritual maupun filosofis. Terkadang orang
menemukan kepuasan dalam kepercayaan mereka bahwa penderitaan
mereka mungkin mempunyai makana atau berguna bagi orang lain.
Mereka dapat berpartisipasi dalam proyek penelitian atau program
pelatihan untuk saat ini. Keluarga dapat berkumpul akibat adanya penyakit
meskipun menyakitkan dengan cara yang sangat berarti, dengan demikian
pasien merasa berharga seperti orang lain juga.
Banyak penderita penyakit serius yang sudah sembuh melaporkan
bahwa mereka mengalami perubahan dalam nilai-nilai dan prioritas,
perhatian yang lebih besar terhadap orang lain dan meningkatnya
apresiasiasi terhadap keindahan alam. Setelah sembuh dari penyakit
serius, banyak orang menemukan makna dalam membantu orang lain
melalui kelompok pendukung atau sebagai sukarelawan untuk organisasi
yang berhubungan denga kesehatan atau kelompok aksi politik. Selain
strategi koping di atas masih ada strategi koping yang di kemukakan oleh
bebrapa ahli yang lain. Menurut Lazarus & Folkman, (1984), dalam Rice
(2000) berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa individu
menggunakan koping untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan

11
dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari. Strategi koping yang
biasanya digunakan oleh individu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Koping berpusat pada masalah (problem focused coping), dimana
individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk
menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress.
2. Koping berpusat pada emosi (emotion focused coping), dimana
individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam
rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan
oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan.

D. Faktor yang Mempengaruhi Koping

Menurut Stuart dan Laraia (2005), cara individu menangani situasi yang
mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi
kesehatan fisik atau energi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan
sosial dan dukungan sosial dan materi. Brunner & Suddarth (2001)
mengelompokkannya dalam dua kelompok besar yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
1. Faktor Internal
Yaitu karakter internal seseorang atau sumber daya individu dalam menangani
situasi yang mengandung tekanan, yang meliputi:
a. Kesehatan dan energi
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha
mengatasi stres individu dituntut untuk dapat mengerahkan tenaga yang
cukup besar.
b. Sistem kepercayaan seseorang termasuk kepercayaan eksistensial (iman,
kepercayaan agama). Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang
sangat penting, seperti keyakinan akan nasib yang mengarahkan individu
pada penilaian ketidakberdayaan yang akan menurunkan kemampuan
strategi koping.

12
c. Komitmen atau tujuan hidup (property motivasional).
d. Perasaan seseorang seperti harga diri, control dan kemahiran
e. Pengetahuan dan keterampilan memecahkan masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,
menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk
menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan
alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada
akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang
tepat.
f. Keterampilan sosial (kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan
orang lain).
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan
bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial
yang berlaku dimasyarakat.
2. Faktor eksternal
a. Dukungan sosial
Adalah sumber daya eksternal utama. Sifat dukungan social pada
penyelesaian masalah telah diteliti secara ekstensif dan telah terbukti
sebagai moderator stress kehidupan yang efektif.
b. Sumber Material
Adalah sumber eksternal yang meliputi barang dan jasa yang dapat dibeli.
Mengatasi keterbatasan masalah lingkungan akan lebih mudah bagi
individu yang mempunyai sumber financial yang memadai karena perasaan
ketidakberdayaan terhadap ancaman menjadi berkurang.

E. Peningkatan Koping
McCloskey & Bulechek (1992) dalam Brunner & Suddarth (2001)
menemukan “peningkatan koping“ sebagai intervensi keperawatan dan
mendefinisikannya dengan membantu pasien beradaptasi terhadap stressor yang
dirasakan, perubahan dan ancaman yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan

13
hidup dan peran. Peningkatan koping dapat digunakan oleh perawat untuk
memperbaiki koping seseorang termasuk penilaian terhadap sumber pribadinya
sendiri. Cara yang dipilih dalam peningkatan koping menggunakan sumber
internal dan sumber eksternal.
1. Sumber Internal
a. Gaya hidup peningkatan-kesehatan meliputi penilaian resiko kesehatan
adalah metode pengkajian yang dirancang untuk meningkatkan
kesehatan dengan cara memeriksa kebiasaan pribadi individu dan
menganjurkan perubahan bila ditemukan resiko kesehatan.
b. Latihan relaksasi
Tehnik relaksasi sebagai metode utama untuk menghilangkan stress.
Tehnik yang biasa digunakan adalah relaksasi otot, relaksasi dengan
imajinasi terbimbing dan respon relaksasi dari Benson. Respon
relaksasi Benson:
Langkah pertama; pilih satu frase atau kalimat yang mencerminkan
sistem keyakinan anda.
Langkah kedua; pilih posisi yang nyaman
Langkah ketiga; pejamkan mata anda
Langkah keempat; rilekskan otot-otot anda
Langkah kelima; rasakan napas anda, dan mulailah mengucapkan
kata-kata fokus yang anda pilih.
Langkah keenam; pertahankan sikap pasif
Langkah ketujuh; teruskan selama satu set periode waktu
Langkah kedelapan; lakukan tehnik ini dua kali sehari.
c. Memberikan informasi sensori dan Prosedural
dua bentuk intervensi keperawatan yang biasa diminta, yakni
informasi sensori dan informasi procedural ( seperti penyuluhan
perioperatif) bertujuan untuk memperbaiki kemampuan koping klien.
d. Pendidikan persiapan
Pendidikan persiapan meliputi memberikan materi tertentu seperti;

14
pelajaran persiapan melahirkan bagi calon orang tua atau materi
kardiovaskuler bagi penderita penyakit jantung. Hal ini juga
mengurangi respon emosional sehingga pasien mampu berkonsentrasi
lebih efektif, dan keterampilan pemecahan masalahnya menjadi lebih
baik.
2. Sumber Internal yaitu dukungan social. Fungsinya untuk ;
a. Pemeliharaan identitas sosial yang positif
b. Pemberian dukungan emosi
c. Pemberian bantuan material dan pelayanan nyata
d. Akses ke informasi
e. Akses ke hubungan sosial dan peran sosial yang baru.
Meskipun perawat dapat memberikan dukungan tersebut, tetapi
harus diusahakan untuk mencari sistem dukungan sosial pasien sendiri
dan mendorong untuk menggunakannya. Orang yang hidup menyendiri
atau terasing, atau yang menutup diri, pada saat stress akan mempunyai
resiko tinggi mengalami kegagalan koping. Nasehat dari orang lain dapat
membantu menganalisa ancaman yang timbul dan mengembangangkan
strategi untuk menanganinya. Membentuk kelompok pendukung dan
terapi. Menjadi anggota kelompok dengan masalah atau tujuan yang
sama mempunyai efek pelepasan bagi orang yang akan meningkatkan
kebebasan ekspresi dan pertukaran gagasan.
Contoh peningkatan koping yang dapat dilakukan oleh perawat :
a) Hargai penyesuaian pasien terhadap perubahan citra tubuh sesuai
yang diperlukan.
b) Bantulah pasien dalam mengembangkan penilaian obyektif
tentang kejadian.
c) Berikan dorongan penerimaan keterbatasan orang lain.
d) Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang
konstruktif,dll.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah,menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang
mengancam. Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat
beradaptasi terhadap perubahan atau bebantersebut. Mekanisme koping terbentuk
melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai sejak awaltimbulnya stresor dan
saat mulai disadari dampak stresor tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada
kondisi eksternal dan internal, sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana
lingkunganmembentuk stresor tetapi juga kondisi temperamen individu, persepsi,
serta kognisi terhadap stresor tersebut.
B. Saran
Melalui makalah ini, penulis menyarankan pada pembaca agar dapat
mengaplikasikan mekanisme dan strategi koping secara tepat dalam masalah di
kehidupan sehari-hari. Aplikasi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, tentunya
harus dengan pemahaman konsep terlebih dahulu. Untuk itu, sebaiknya pembaca
dapat memahami konsep mekanisme koping dari berbagai sumber, salah satunya
makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. (1999). Penatalaksanaan stres. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran:


EGC.

Lazarus, S.R. dan Folkman, S. (1985). Stress appraisal and coping. New York:
Publishing Company.

Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing.
Sixth edition. St. Louis : Mosby Year Book.

Townsend, M.C. (1996). Psychiatric mental health nursing: concepts of care. Second
edition. Philadelphia: F.A. Davis Company.

Smeltzer, Suzanna C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah, Brunner &
Suddarth; Ed.8 Vol.1 (terjemahan). Jakarta; EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai