Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan
yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga
merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang
sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih
dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum
reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan
kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM
pada diri kita sendiri. Hanya saja pemenuhan HAM kadang tidak sesuai dengan apa
yang semestinya dilakukan oleh tiap individu. Maka dari itu, Penulis ingin
menjelaskan dan meninjau kembali hak asasi manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Dan makalah ini dibuat dengan judul “ HaM yang masih perlu ditinjau kembali “

Keseimbangan HAM dengan KAM 1


2. Tujuan

Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan pembaca, Agar pembaca


mengetahui Hak Asasi Manusia dan Kewajiban Asasi Manusia. Selain itu untuk
mengetahui pentingnya Keseimbangan Hak Asasi Manusia dan Kewajiban Asasi
Manusia.

3. Rumusan Masalah

3.1 Pengertian Hak Asasi Manusia


3.2 Pengertian Kewajiban Asasi Manusia
3.3 Mengetahui Keseimbangan HAM dan KAM

Keseimbangan HAM dengan KAM 2


BAB II

PEMBAHASAN

3.1 PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA (HAM)

Hak Asasi Manusia (HAM)

adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39
Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM).

Pelanggaran Hak Asasi Manusia

adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik
disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak
akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum
yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).

Pengadilan Hak Asasi Manusia

adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat.
Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus oleh

Pengadilan HAM meliputi :

1. Kejahatan genosida;
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan

Kejahatan genosida

adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama,
dengan cara :

1. Membunuh anggota kelompok;


2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok;
3. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan
secara fisik baik seluruh atau sebagiannya;
4. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok; atau

Keseimbangan HAM dengan KAM 3


5. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.

Kejahatan terhadap kemanusiaan

adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagian dari serangan yang meluas atau
sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil, berupa :

1. pembunuhan;
2. pemusnahan;
3. perbudakan;
4. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-
wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional;
6. penyiksaan;
7. perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain
yang setara;
8. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau
alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut
hukum internasional;
9. penghilangan orang secara paksa; atau
10. kejahatan apartheid.

(Penjelasan Pasal 7, 8, 9 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM)

Penyiksaan

adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa
sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani, pada seseoarang untuk
memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang dari orang ketiga, dengan
menghukumnya atau suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh
seseorang atau orang ketiga, atau mengancam atau memaksa seseorang atau orang ketiga,
atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit
atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau
sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik (Penjelasan Pasal 1 angka 4 UU No. 39
Tahun 1999 tentang HAM)

Penghilangan orang secara paksa

adalah tindakan yang dilakukan oleh siapapun yang menyebabkan seseorang tidak
diketahui keberadaan dan keadaannya (Penjelasan Pasal 33 ayat 2 UU No. 39 Tahun 1999
tentang HAM)

Keseimbangan HAM dengan KAM 4


3.2 PENGERTIAN KEWAJIBAN ASASI MANUSIA

Hakekatnya dalam kehidupan manusia ada dua dimensi kehidupan yaitu dimensi
individu dan dimensi sosial. Pada tataran individu, seseorang akan membangun pada dirinya
praktek dan pengembangan nilai yang akan mengarahkan berbagai tindakan dirinya dalm
upaya mencapai rasa puas diri. Kewajiban Asasi Manusia.

Walaupun demikian rasa puas diri yang hendak dicapai dapat dibagi dalam dua
gradasi yaitu gradasi pertama adalah adanya kebutuhan dan keinginan yang bersifat individu.
Pada gradasi kedua yang bersifat lebih tinggi adalah kesadaran sosial juga mempunyai jenis
kebutuhan sosial dan keinginan sosial. Pada tataran individu, cara mencapainya tentu tidak
diperkenankan bila kehendak tersebut bila akan dieksekusi sudah jelas akan merugikan orang
lain, demikian pula pada level kehidupan sosial.

Pada tataran praktek, seseorang yang mempunyai self awareness yang akan dapat
membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Peran agama yang merupakan rujukan nilai
yang akan membentuk dan memancarkan perilakunya disamping akar budayanya, bila
diaktualisasikan akan memancarkan pola praktek kewajiban manusia. Dalam konteks atau
semangat ini, maka semua agama telah jelas mengajarkan nilai-nilai toleransi dan pembentuk
motivasi perilaku luhur, baik untuk tujuan ke-akheratan maupun untuk tujuan ke-duniawi-an.
Demikian pula dalam konstruksi hubungan dan perilaku sosial, misalnya, agama Islam telah
memberikan rujukan nilai seperti mekanisme musyawarah dalam menyelesaikan persoalan,
kemudian tolong-menolong dalam hal kebaikan, tanpa melihat perbedaan agama, suku, status
sosial dll. Nilai-nilai seperti ini yang perlu dilakukan re-aktualisasinya dalam konstruksi
hubungan sosial dalam wadah Indonesia ini sehingga menumbuhkan proses-proses sinergitas-
positif. Bila keadaan ini yang terjadi maka proses pensejahteraan bangsa tentu akan lebih
terpacu atau lebih akseleratif. Karenanya dimensi hubungan horizontal dalam nilai-nilai
agama ini yang perlu mendapat prioritas dalam aktualisasi diri, baik sejak pemahamannya
maupun dalam aspek praktikalitasnya. Maka karakter yang membentuk perilaku ini
sesungguhnya merupakan kewajiban asasi manusia (KAM) sebagai makhluk ibadah.

Maka dalam sebuah komunitas yang bernama bangsa yang dibangun atas kesamaan
nilai-nilai budaya, maka dalam wadah kebangsaan perlu dibangun sebuah konstruksi teologi
yang mampu keluar dari kesempitan (aliran) agama dan mampu mendorong umat menyapa
baik komunitas internalnya maupun yang di luarnya. Ada dua hal yang potensial yang dapat
dicapai dalam pengembangan teologi kebangsaan. Pertama, sikap bahwa manusia tidak
mungkin dapat hidup sendiri, maka dalam kesadaran ini “semangat memberi” (giver)
merupakan sikap terbaik sebagai pengganti dari sikap selalu menuntut hak, tanpa diimbangi
dengan pengertian adanya kewajiban (taker). Kedua, dalam beragama dan soal-soal
keagamaan, yang mendorong manusia sebagi makhluk ibadah untuk selalu berbuat
baik dapat dikembangkan menjadi perilaku yang baku dan menjadi sikap yang tidak ter-
buru-buru atau mudah menggunakan alasan agama untuk menghakimi orang lain.

Untuk itu, bila dengan berbagai kejadian yang ada didunia ini dapat dianggap sebagai
sedang terjadinya krisis nilai, yang merupakan akar dari berbagai krisis yang ada, maka bila
digunakan teori seven habit-nya Covey, maka pada tataran : Kemauan – Mengutamakan yang
Utama (First Thing First- Yang penting dan mendesak) dengan penjelasan sebgai berikut :

Kemampuan manusia berupa kemauan apabila diaktualkan secara optimal akan


menghasilkan kebiasaan hidup teratur – mengutamakan yang utama, dan penuh displin dalam

Keseimbangan HAM dengan KAM 5


membuat tata letak antara prioritas utama, kepentingan, dan urgensitas. Keteraturan dan
displin tidak dapat diraih tanpa kemauan keras untuk merebut tanggung jawab. Orang yang
tahu tata letak akan membuat kebiasaan hidup efektif.

Pada level aktualisasi yang rendah, kemampuan ini akan menghasilkan kebiasaan
hidup berupa mentalitas jalan-pintas, atau the simple answer, menolak tanggung jawab hidup
sehingga tidak terjadi keteraturan. Membesar-besarkan hal yang kecil dan mengabaikan hal
yang menjadi benih-benih peristiwa besar (kebocoran atau kemampetan talang). Orang
yang malas tidak berarti hidupnya efektif meskipun ia menolak bertanggung jawab karena
pada dasarnya hidup ini tidak memberi pilihan antara bertanggung jawab atau tidak,
melainkan harus bertanggung jawab. Maka dalam hal ini dalam asumsi sedang terjad
globalisasi krisis nilai, maka nilai utama atau First Thing First yang harus ditegakkan saat ini
adalah mulai dengan menegakkan dan mempraktekkan “kewajiban asasi manusia” atau
(KAM). Marilah bangsa indonesia membangun identitas karakternya dengan semaraknya
praktek moralitas giver, sebagai manifestasi ari kesadaran nilai KAM

Keseimbangan HAM dengan KAM 6


3.3 KESEIMBANGAN HAM DAN KAM

Penerapan HAM pada dasarnya tidak ada yg absolut, karena dibalik HAM pasti ada
kewajiban asasi (KAM) yg harus kita tunaikan terhadap pihak/orang lain.

KAM adalah bentuk pasif dari tanggung jawab. Sesuatu yg dilakukan karena
tanggung jawab asasi adalah kewajiban asasi. Kewajiban tidak memperhitungkan untung atau
balasan. Ia dilakukan karena tuntutan suara hati (nurani), bukan karena pertimbangan pikiran.
Ia adalah suruhan dari dalam. Misalnya orang tua bersusah payah mengasuh anaknya, karena
kewajiban asasi.

Menurut Filsafat Pancasila (Dasar Negara dan Ideologi Negara) memberikan


kedudukan yang tinggi dan mulia atas martabat manusia, sebagai pancaran asas moral (sila I
dan II); karenanya ajaran HAM berdasarkan filsafat Pancasila yang bersumber asas normatif
theism religious, secara fundamental sbb:

1. Bawa HAM adalah karunia dan anugerah Maha Pencipta (sila I dan II : hidup,
kemerdekaan dan hak milik/rezki) sekaligus untuk dinikmati dan disyukuri oleh umat
manusia.
2. Bahwa menegakkan HAM senantiasa berdasarkan asas keseimbangan dengan
kewajiban asasi manusia (KAM). Artinya HAM akan tegak hanya berkat (umat)
manusia menunaikan KAM sebagai amanat Maha Pencipta.
3. Kewajiban asasi manusia (KAM) berdasarkan filsafat Pancasila ialah :
a. Manusia wajib mengakui sumber (HAM:life, liberty, property) adalah Tuhan
Maha Pencipta (Sila ke 1)
b. Manusia wajib mengakui dan menerima kedaulatan Maha Pencipta atas
Semesta, termasuk atas nasib dan takdir manusia
c. Manusia wajib berterima kasih dan berkhidmat kepada Maha Pencipta (Tuhan
Yang Maha Esa) atas anugerah dan amanat yang dipercayakan kepada
(kepribadian). Manusia terikat dengan hokum alam dan hokum moral

Tegaknya ajaran HAM ditentukan oleh tegaknya asas keseimbangan HAM dan KAM
, sekaligus sebagai derajat (kualitas) moral dan martabat manusia.

Keseimbangan HAM dengan KAM 7


BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
 HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap
orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia
 HAM dan KAM sangat terikat satu sama lainnya, keseimbangan antara HAM dan
KAM harus selalu terjaga karena Tegaknya ajaran HAM ditentukan oleh tegaknya
asas keseimbangan HAM dan KAM , sekaligus sebagai derajat (kualitas) moral dan
martabat manusia.

Keseimbangan HAM dengan KAM 8


DAFTAR PUSTAKA

Pengertian HAM. Diambil 29 Mei 2012. http://gurupkn.wordpress.com

Pengertian KAM Diambil 29 Mei 2012 http://intuisiblog.com

Hubungan HAM dan KAM Diambil 29 Mei 2012 http://fkunand2010.files.wordpress.com

Keseimbangan HAM dengan KAM 9

Anda mungkin juga menyukai