SUPERVISOR:
dr. Nino Nasution, Sp.OT(K)
PENYUSUN:
Cennikon Pakpahan 110100299
Agnes Thasia Parhusip 110100284
Anika Restu Pradini 110100143
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper
yang berjudul “Pemriksaan Sendi Bahu”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada supervisor
kami dr. Nino Nasution, Sp.OT(K) yang telah meluangkan waktu dan memberi
masukan dalam penyusunan paper ini sehingga penulis dapat menyelesaikannya
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan dalam penulisan paper selanjutnya. Semoga paper ini
bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan ...........................................................................................2
1.3. Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB 3 KESIMPULAN........................................................................................32
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pergerakan dan stabilitas skapula. Skapula bergerak dengan bebas, karena dibantu
oleh empat otot ini. Skapula mempunyai 4 prosesus: spine, akromion, korakoid,
dan glenoid. Kavitas glenoid (atau fossa glenoid) diatur untuk memperluas sudut
lateral skapula. Kavitas glenoid berbentuk oval tidak beraturan dan sering
dikatakan berbentuk seperti koma. Kavitas ini berartrikulasi dengan kepala
humerus, membentuk sendi glenohumeral, yang membentuk sendi utama dari
bahu.
2. Klavikula
Klavikula adalah tulang berbentuk S yang membentuk bagian anterior dan bahu
yang menjaga jarak tangan dari tubuh sehingga dapat bergerak bebas. Sendi
sternoklavikular dibentuk pada bagian medial klavikula yang bersendi dengan
manubrium sternum. Bagian ini merupakan satu-satunya hubungan tulang antara
tulang skeletal dan ekstremitas atas. Selain itu, klavikula menyediakan
perlindungan pada arteri subklavikula, vena subklavikula, dan pleksus brakial
posterior dan inferior.
3. Kepala Humerus
Permukaan proksimal sendi dari humerus disebut sebagai kepala humerus.
Kepala humerus berartrikulasi terhadap bagian dangkal dari kavitas glenoid.
Hanya 25% dari permukaan kepala humerus membuat hubungan dengan kavitas
glenoid. Labrum glenoid, cincin fibrikartilago yang menempel pada bagial luar
dari kavitas glenoid, menyediakan stabilitas dan kedalaman tambahan.
Persendian terjadi antara kepala humerus yang bulat dengan kavitas glenoidalis
skapula yang dangkal dan berbentuk seperti buah pir. Fasies artikularis diliputi oleh
rawan sendi hialin, dan kavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya bibir
fibrokartilago yang dinamakan labrum glenoidale. Tipe sendi ialah sendi sinovial
“ball and socket”. Kapsula artikularis meliputi sendi dan di medial melekat pada
pinggir kavitas glenoidalis di luar labrum; di lateral kapsula melekat pada kolum
anatomikum humerus. Kapsula artikularis ini tipis dan lemas, memungkinkan gerakan
yang luas. Kapsula artikularis diperkuat oleh lembaran fibrosa yang berasal dari
tendon otot subskapularis, supraspinatus, infraspinatus, dan teres minor (otot-otot
manset rotator).2
1. Sendi Sternoklavikula
Sendi sternoklavikula adalah satu-astunya hubungan antara tulang skeletal dan
ekstremitas atas. Sendi sternoklavikular melakukan gerakan elevasi ke atas 30-
350, 300 pergerakan anteroposterior, dan 44-500 rotasi aksis panjang klavikula.
7
2. Sendi Akromioklavikula
Sendi akromioklavikula adalah satu-satunya artikulasi antara klavikula dan
skapula. Sendi ini dibentuk oleh distal klavikula berartikulasi dengan akromion
dari skapula. Sedikit pergerakan dalam sendi ini. Sendi akromioklavikular adalah
sendi diartrodial berkapsul yang berjalan bersama dengan ligamen
korakoakromial: ligamen trapezoid dan konoid.
3. Sendi glenohumeral
Sendi glenohumeral adalah sendi utama dari sendi bahu. Sendi ini adalah sendi
sinovial ball and socket yang dibentuk oleh permukaan artikular kavitas glenoid
dan kepala humerus. Kedalaman kavitas glenoid ditingkatkan oleh lingkaran
fibrokartilago yang mengelilinginya. Lingkaran fibrokartilago ini merupakan
labrum glenoid.1
b) Pemeriksaan Lokalis
Pemeriksaan dilakukan secara sitematis dengan urutan-urutan sebagai berikut:
Inspeksi (Look)
13
Palpasi (Feel)
Kekuatan otot (Power)
Penilaian gerakan sendi baik pergerakan aktif maupun pasif (Move)
Auskultasi
Uji-uji fisik khusus
1. Inspeksi (Look)
Inspeksi sebenarnya telah dimulai ketika penderita memasuki ruangan periksa.
Pada inspeksi secara umum diperhatikan raut muka penderita, apakah terlihat
kesakitan. Cara berjalan sekurang-kurangnya 20 langkah, cara duduk dan cara tidur.
Inspeksi dilakukan secara sistematik dan perhatian terutama ditujukan pada :
a. Kulit, meliputi warna kulit dan tekstur kulit.
b. Jaringan lunak yaitu pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamen, jaringan
lemak, fasia, kelenjar limfe.
c. Tulang dan Sendi
d. Sinus dan jaringan parut
Apakah sinus berasal dari permukaan saja, dari dalam tulang atau
dalam sendi.
Apakah jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma atau supurasi.
Gambar 2.5. Inspeksi pada sendi bahu (A) Anterior, (B) Posterior, dan (C)
Lateral.6
Gambar 2.8. Inspeksi Sendi Bahu Tampak Posterior (A) Bahu pada saat Istirahat (B)
Tampak seperti sayap pada skapula saat tangan didorong ke depan, (C) Tampak sayap
pada saat ekstremitas diadduksi. 6
2. Palpasi (Feel)
Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah:
a. Suhu kulit, apakah lebih panas/dingin dari biasanya, apakah denyutan arteri
dapat diraba atau tidak.
b. Jaringan lunak; palpasi jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui adanya
spasme otot, atrofi otot, keadaan membran sinovia, penebalan membran
jaringan sinovia, adanya tumor dan sifatnya, adanya cairan di dalam/ di luar
sendi atau adanya pembengkakan.
c. Nyeri tekan; perlu diketahui lokalisasi yang tepat dari nyeri, apakah nyeri
setempat atau nyeri yang bersifat kiriman dari tempat lain (referred pain).
d. Tulang; diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang
atau adanya gangguan di dalam hubungan yang normal antara tulang yang
satu dengan lainnya.
e. Pengukuran panjang anggota gerak Pengukuran juga berguna untuk
mengetahui adanya atrofi/pembengkakan otot dengan membandingkan
dengan anggota gerak yang sehat.
f. Penilaian deformitas yang menetap;pemeriksaan ini dilakukan apabila sendi
tidak dapat diletakkan pada posisi anatomis yang normal.
3. Pergerakan (Move)
Pada pergerakan sendi dikenal dua istilah pergerakan yang aktif merupakan
pergerakan sendi yang dilakukan oleh penderita sendiri dan pergerakan pasif yaitu
pergerakan sendi dengan bantuan pemeriksa.
Pada pergerakan dapat diperoleh informasi mengenai:
a. Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif
Apakah gerakan ini menimbulkan rasa sakit
Apakah gerakan ini disertai dengan adanya krepitasi
b. Stabilitas sendi
Terutama ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan keadaan ligamen
yang mempertahankan sendi. Pemeriksaan stabilitas sendi dapat dilakukan
dengan memberikan tekanan pada ligamen dan gerakan sendi diamati.
c. Pemeriksaan ROM (Range of Join Movement)
Pemeriksaan batas gerakan sendi harus dicatat pada setiap pemeriksaan ortopedi
yang meliputi batas gerakan aktif dan batas gerakan pasif.
Setiap sendi mempunyai nilai batas gerakan normal yang merupakan patokan
untuk gerakan abnormal dari sendi. Dikenal beberapa macam gerakan pada sendi,
yaitu : abduksi, adduksi, ekstensi, fleksi, rotasi eksterna, rotasi interna, pronasi,
supinasi, fleksi lateral, dorso fleksi, plantar fleksi, inversi dan eversi.
Pemeriksaan Sendi Bahu6
Sendi bahu merupakan suatu sendi yang secara mekanik sangat kompleks dan
terdiri atas tiga komponen persendian yaitu sendi glenohumeral, sendi
akromioklavikular, sendi sternoklavikular. Sendi glenohumeral memungkinkan
untuk gerakan abduksi, fleksi dan rotasi di bawah kontrol otot skapulohumeral.
Kedua sendi lainnya bersama-sama memberikan pergerakan 90° berupa rotasi
skapula terhadap toraks dan sedikit perputaran anteroposterior skapula. Nyeri
pada bahu dan lengan harus dibedakan dengan seksama apakah kelainan ini
berasal dari bahu sendiri atau nyeri yang berasal dari vertebra servikalis atau
toraks.
Pemriksaan dapat terdiri dari :
1. Pergerakan Aktif
Pemriksaan pergerakan aktif pertama kali dilakukan untuk menilai
persendian dan gerakan bahu. Pemeriksaan aktif untuk membedakan
pergerakan yang berasal dari scapula atau glenohumeral. Pemeriksaan
pergerakan skapula terkadang menajdi kompensasi untuk kelemahan
pergerakan pada sendi glenohumeral. Berikut adalah daftar pergerakan
aktif yang dapat dilakukan.
-
Elevasi melalui abduksi terlebih dahulu (1700-1800)
-
Elevasi melalui fleksi ke depan (1600-1800)
-
Elevasi melalui skapula (1700-1800)
-
Lateral (Eksternal Rotasi) (800-900)
-
Medial (Internal Rotasi) (600-1000)
-
Adduksi (50-750)
-
Adduksi Horizontal
-
Sirkumduksi
-
Protraksi Skapula
-
Retraksi Skapula
-
Kombinasi Gerakan dan Gerakan Berulan
-
Pemriksaan Aktif pada sendi Bahu. 6
Gambar 2.9. Pemeriksaan Fisik Pada Bahu
2. Pemeriksaan Pasif
Pemeriksaan ini dilakukan ketika ada ROM menurun, dan pemeriksan
merasakan apakah ada restriksi gerakan. Berikut adalah gerakan pasif yang
dapat dikerjakan :
- Elevasi melalui fleksi ke depan oleh lengan atas (tissue sretch)
- Elevasi dengan abduksi lengan atas ( bone-to-bone atau tissue sretch)
- Elevasi dengan abduksi glenohumeral joint (bone-to-bone atau tissue
sretch)
- Rotasi lateral lengan atas
- Rotasi Medial lengan atas
- Ekstensi lengan atas
- Adduksi lengan atas
- Adduksi Horizontal (tissue stretch atau aproksimasi)
- Quadrant test
Pada bursitis subcoracoid terdapat keterbatasan pada gerak rotasi lateral. Pada
bursitis subacromion terdapat keterbatasan pada gerak abduksi. Jika dijumpai
keterbatasn gerak rotasi lateral, pemeriksa harus melakukan supinasi pada lengan
bawah dengan memflexikan lengan 90 derajat . pasien yang mengalami dislokasi
sendi glenohumeral posterior akan mengalami keterbtasan gerak rotasi lateral dan
supinasi saat fleksi.
Gambar 2.15 Pemeriksaan abduksi pasif sendi glenohumeral6
DAFTAR PUSTAKA
1. Kishener, S, 2015. Shoulder Joint Anatomy. Available at:
www.medscape.com/article/1899211-overview#a1 [ accessed at: 18
September 2016]
2. Snell, R, 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC
3. Solomon, L, Warwick, D, Nayagam, S, 2010. Apley’s System of Orthopaedics
and Fractures Ninth Editioni. UK: Hodder Arnold.
4. Sjamsyuhidayat, Jong D. Buku Ajar Ilmu Bedah. In: ChairudDIN Rasjad,
Soelarto Soprodjo (alm), Syaiful Anwar Hadi et al, Hamami AH, Pieter John,
Tjambolang Tadjuddin Ahmadsyah Ibrahim. Sistem Muskuloskletal . Jakarta:
EGC, 2013. 951-962.
5. Bickley,S. Lynn. Bate’s Physical Examination and history taking 11th edition.
Lipincott & Williams : Philadelphia
6. Rasjad, Chairuddin, Prof.MD.PhD. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi Cetakan
Kelima. 2007. Yarsif Watampone : Jakarta.
7. Magee, David J. Orthopedic Physical Assesment Enhanced Edition 4th
edition.2006. Elsevier : Canada .