Anda di halaman 1dari 84

22

Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi


dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan Pemerintah Indonesia mengatur
pelaksanaannya yang dilakukan bersama-sama oleh pemerintah beserta
masyarakat secara serasi dan seimbang, terutama melalui upaya peningkatan dan
pencegahan yang dilakukan secara terpadu dengan upaya penyembuhan serta
pemulihan yang diperlukan. Dengan demikian upaya kesehatan diselenggarakan
dalam suatu tatanan terbuka dan bersifat dinamis, dengan tujuan tercapainya
kemampuan setiap penduduk untuk hidup sehat.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari
pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan
adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal. Pemerintah
menginginkan sebuah kondisi dimana masyarakat Indonesia sadar, mau dan
mampu untuk mengenali, mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang
dihadapi, baik faktor lingkungannya maupun perilakunya.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan
berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu yang
dimulai dari tingkat Puskesmas sebagai penanggung jawab penyelenggara upaya
kesehatan tingkat pertama sampai pada tingkat Rumah Sakit sebagai penanggung
jawab penyelenggaran upaya kesehatan lanjutan. Dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan lanjutan. Dalam upaya kesehatan ini pemerintah Indonesia mengatur
pelaksanaannya yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat secara serasi
dan seimbang, terutama melalui upaya peningkatan dan pencegahan yang
dilakukan secara terpadu dengan upaya penyembuhan serta pemulihan yang
diperlukan. Dengan demikian upaya kesehatan diselenggarakan dalam suatu
tatanan terbuka dan bersifat dinamis, dengan tujuan tercapainya kemampuan
setiap penduduk untuk hidup sehat.
Masyarakat Indonesia sudah mempunyai kemampuan untuk hidup sehat
dimana hal tersebut membawa pengertian masyarakat sebagai subyek dan bukan
hanya sebagai obyek. Dengan demikian upaya kesehatan merupakan upaya yang

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


23
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

berorientasi kepada kesehatan masyarakat bersifat menyeluruh dengan peran serta


aktif masyarakat.
Dalam pelaksanaannya peran serta aktif masyarakat termasuk swasta perlu
diarahkan, dibina dan dikembangkan sehingga dapat melakukan fungsi dan
tanggung jawab sosialnya sebagai mitra pemerintah. Peran pemerintah lebih
dititik beratkan pada pembinaan, pengaturan dan pengawasan untuk terciptanya
pemerataan pelayanan kesehatan dan tercapainya kondisi yang serasi dan
seimbang antara upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan
masyarakat termasuk swasta.
Universitas Setia Budi Surakarta Fakultas Farmasi Program Pendidikan
Profesi Apoteker, mewajibkan setiap mahasiswanya untuk melaksanakan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang bertujuan untuk mendidik calon tenaga
kesehatan yang terampil, cakap, dan profesional sesuai dengan bidang minat
masing-masing.
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Apoteker dan merupakan salah satu
cara yang tepat bagi calon Apoteker untuk mendapatkan pengetahuan mengenai
ruang lingkup Dinas Kesehatan Kota Surakarta secara menyeluruh. Pendidikan
tenaga kesehatan masyarakat merupakan bagian integral dari pendidikan
kefarmasian sebagai pendidikan profesi, memiliki landasan akademik yang kokoh
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang keprofesian. Hal ini
diharapkan mampu mendukung pembangunan nasional bidang kesehatan
masyarakat secara optimal. Untuk menghasilkan seorang Apoteker profesional
maka penyelenggara pendidikan perlu ditingkatkan secara terus menerus baik
kualitas maupun kuantitas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah institusi
pendidikan bekerjasama dengan institusi pelayanan (Rumah Sakit, Puskesmas,
dan Instalasi Farmasi) untuk memberikan pengalaman kerja kepada mahasiswa
melalui program latihan kerja yaitu serangkaian kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan pada tatanan nyata pelayanan kesehatan masyarakat.
Dengan mengikuti Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) diharapkan
calon Apoteker mengetahui, menerima dan menyerap ilmu teknologi kesehatan
yang ada dimasyarakat, kegiatan ini merupakan pendidikan bagi Program

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


24
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

Pendidikan Profesi Apoteker atau dapat juga disebut sebagai salah satu bentuk
pengintegrasian kegiatan dilingkungan kerja dan pendidikan. Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) merupakan masa orientasi bagi mahasiswa program
apoteker sebelum bekerja di masyarakat. Selain itu, mahasiswa dilatih untuk
bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memecahkan masalah yang
terjadi dilapangan serta untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh selama mengikuti pendidikan. Pada kesempatan ini diharapkan setiap
mahasiswa secara khusus mampu menerapkan konsep teori dan prinsip ilmu
perilaku, sosial, biomedik dan ilmu kefarmasian dalam melaksanakan pelayanan
kepada masyarakat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan yang diharapkan dalam Praktek Kerja Profesi Apoteker di Dinas
Kesehatan Kota Surakarta, UPT Instalassi Farmasi Kota Surakarta dan UPT
Puskesmas Gambirsari Surakarta adalah:
a. Memberikan gambaran tentang organisasi, struktur, cara, situasi dan kondisi
kerja dari berbagai bentuk lapangan pekerjaan di bidang farmasi sehingga
mendapatkan gambaran mengenai fungsi, peran dan tugas seorang
farmasis/apoteker.
b. Mempersiapkan pada calon Apoteker untuk menjalani profesinya secara
profesional, handal dan mandiri serta mampu menjawab tantangan.
2. Tujuan Khusus
2.1 Mahasiswa-mahasiswi Profesi Apoteker mengetahui tugas-tugas tenaga
kefarmasian di pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surakarta, UPT
Instalasi Farmasi Kota Surakarta dan UPT Puskesmas Gambirsari
Surakarta.
2.2 Mahasiswa-mahasiswi Profesi Apoteker mengetahui alur dan tata cara
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi
perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi di

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


25
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surakarta, UPT Instalasi


Farmasi Kota Surakarta dan UPT Puskesmas Gambirsari Surakarta.
2.3 Mahasiswa-mahasiswi Profesi Apoteker mengetahui alur dan tata cara
pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian dan pelayanan resep,
pelayanan informasi obat (PIO), konseling, visite pasien (khusus
Puskesmas rawat inap), monitoring efek samping obat (MESO),
pemantauan terapi obat (PTO) dan evaluasi penggunaan obat di UPT
Puskesmas Gambirsari Surakarta.

C. Manfaat
Manfaat dari PKPA dapat memberikan pengalaman pada
mahasiswa untuk memasyarakatkan diri pada suasana lingkungan kerja
dan menumbuhkembangkan serta memantapkan sikap profesional yang
diperlukan mahasiswa untuk memasuki lapangan kerja sesuai bidangnya.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


26
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Dinas Kesehatan
1. Gambaran Umum
Dinas kesehatan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan
pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas
pembantuan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas Kesehatan,
yang bertanggung jawab kepada Wali Kota melalui Sekretaris Daerah (Peraturan
Walikota Surakarta Nomor 12 tahun 2008 tentang penjabaran tugas pokok, fungsi,
dan tata kerja dinas kesehatan kota surakarta).
Setelah otonomi diberlakukan di Indonesia membawa perubahan terhadap
tatanan penyelenggaraan pemerintah di daerah dimana pemerintah daerah dituntut
lebih profesional didalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Perubahan
tersebut membawa konsekuensi terhadap kewenangan daerah dalam menentukan
berbagai kebijakan sebagai manifestasi otonomi daerah luas dan
bertanggungjawab untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
menurut prakarsa sesuai kondisi dan potensi daerah.
Atas dasar prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah yang luas, nyata dan
sekaligus menjadikan pedoman bagi pemerintah Kota Surakarta untuk menata
susunan organisasi. Penyusunan penataan organisasi ini dimaksudkan sebagai
langkah awal dalam menampung kewenangan, dan urusan yang diberikan kepada
daerah serta disesuaikan dengan kondisi potensi Kota Surakarta.
Dalam penyelenggaraan pelaksanaan kesehatan di Kota Surakarta maka
Dinas Kesehatan Kota Surakarta melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi
(TUPOKSI). TUPOKSI tersebut menjadi dasar dalam pelaksanaan tugas
pekerjaan bagi setiap pegawai di Dinas Kesehatan serta di bawahnya.
2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan Kota Surakarta melaksanakan tugas pokok dan fungsi,
dimana Tugas Pokok Dinas Kesehatan adalah menyelenggarakan urusan
pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan azas otonomi daerah dan
tugas pembantuan, sedangkan fungsi Dinas Kesehatan yaitu sebagai berikut:
2.1 Tugas Pokok Dinas Kesehatan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


27
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

1. Melaksanakan kewenangan desentralisasi dibidang kesehatan yang


diserahkan kepada pemerintah yang bersifat lintas Kabupaten atau Kota.
2. Melaksanakan kewenangan di bidang kesehatan yang bersifat lintas
3. Melaksanakan kewenangan di bidang kesehatan yang dikerjasamakan
dengan atau diserahkan kepada provinsi yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4. Melaksanakan kewenangan dekonsentrasi yang dilimpahkan kepada
gubernur dan tugas pembantuan di bidang kesehatan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.2 Fungsi Dinas Kesehatan
Adapun fungsi Dinas Kesehatan dalam melaksanakan tugas antara lain:
1. Menyelenggarakan kesekretariatan dinas
2. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan
3. Penyelenggaraan promosi kesehatan
4. Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
5. Penyelenggaraan upaya kesehatan
6. Penyelenggaraan bina kesehatan
7. Penyelenggaraan dan Pembinaan teknis Rumah Sakit dan kesehatan
khusus
8. Pengawasan dan pengendalian kefarmasian, makanan, minuman, dan
obat tradisional
9. Penyelenggaraan registrasi, akreditasi, dan ijin praktek
10. Peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan
11. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
12. Peningkatan kesehatan Ibu dan Anak
13. Pembinaan kesehatan Remaja dan usia lanjut
14. Penyelenggaraan sosialisasi
15. Pembinaan jabatan fungsional.
16. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis (UPT).

B. UPT Instalasi Farmasi


Instalasi Farmasi dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada tugas
pokok dan fungsi yang telah digariskan. Pembangunan di bidang obat bertujuan
untuk menjamin tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai
kebutuhan dengan mutu terjamin, tersebar secara merata dan teratur, sehingga
mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


28
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

Pengelolaan obat merupakan salah satu pendukung penting dalam


pelayanan kesehatan. Demikian juga halnya pengelolaan obat di pelayanan
kesehatan dasar mempunyai peran sangat signifikan dalam pelayanan kesehatan di
puskesmas. Oleh karena itu pengembangan dan penyempurnaan pengelolaan obat
di kabupaten/kota harus dilakukan secara terus menerus. Hal ini perlu dilakukan
agar dapat mendukung kualitas pelayanan kesehatan dasar. Perbaikan secara
menyeluruh di semua aspek pelayanan kesehatan dasar diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.
Sebelum penerapan UU No. 22 tahun 1999 di Kabupaten/Kota telah
berdiri Gudang Farmasi Kabupaten/Kota (GFK) yang berfungsi sebagai pengelola
obat publik dan perbekalan kesehatan di masing-masing Kabupaten/Kota.
Penerapan Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 yang diperbaharui dengan UU
32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah membawa pengaruh terhadap bentuk
organisasi kesehatan di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sebelum penerapan
Otonomi Daerah seluruh Kabupaten/Kota mempunyai organisasi pengelolaan obat
yang disebut GFK (Gudang Farmasi Kabupaten/Kota), maka dengan
diserahkannya Gudang Farmasi kepada Pemerintah Daerah, organisasi tersebut
tidak selalu eksis di setiap Kabupaten/Kota.
Menurut PP Nomor 41 Tahun 2007 Organisasi Perangkat Daerah
diharapkan organisasi pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan sudah
berbentuk UPT (Unit Pelaksana Teknis). Namun, saat ini bentuk organisasinya
masih sangat beragam mulai dari seksi, UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas),
GFK (Gudang Farmasi Kabupaten/Kota), Instalasi dan sebagainya. Untuk lebih
meningkatkan keberadaan Gudang Farmasi Kabupaten/ Kota dalam rangka
menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, di dalam KONAS (Kebijakan Obat
Nasional) tahun 2005 disebutkan bahwa keberadaan Gudang Farmasi
Kabupaten/Kota diubah namanya menjadi Instalasi Farmasi Kabupaten Kota
(IFK). Adapun fungsi yang harus dijalankan meliputi perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, pencatatan pelaporan, dan evaluasi yang
terintegrasi dengan unit kerja terkait. Kebijakan ini didasarkan kepada efisiensi,
efektivitas dan profesionalisme. Pengelolaan mencakup seluruh obat publik dan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


29
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

perbekalan kesehatan yang berasal dari semua sumber anggaran dan menjadi
tanggung jawab Dinas Kesehatan di masing-masing Kabupaten/Kota. Anggaran
Instalasi Farmasi berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah),
APBD PROVINSI dan APBD KOTA.
Pelaksanaan pengelolaan Instalasi Farmasi Kota Surakarta disesuaikan
dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota
Surakarta. Pengelolaan mencakup seluruh obat publik dan perbekalan kesehatan
yang berasal dari semua sumber anggaran dan menjadi tanggung jawab Dinas
Kesehatan di masing-masing.

C. PUSKESMAS
1. Definisi Puskesmas
Menurut Permenkes RI No.75 Tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat
yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya.
Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau
Kotamadya, bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya. Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu
Kecamatan, apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka
tanggung jawab wilayah kerja dibagi antarpuskesmas dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah yaitu Desa atau Kelurahan atau Dusun atau Rukun
Warga. Untuk keperluan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu
ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yaitu Puskesmas
Pembantu dan Puskesmas Keliling.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/Menkes/Sk/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Puskesmas adalah unit pelaksana teknis
dinas kesehatan yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.
1. Unit Pelaksana Teknis

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


30
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan (UPTD), Puskesmas


berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas
Kesehatan dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung
tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
3. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah adalah Dinas Kesehatan, sedangkan Puskesmas
bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang
dibebankan oleh dinas kesehatan sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu Kecamatan,
tetapi apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari dari satu Puskesmas,
maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas, dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilayah (Desa/Kelurahan atau RW).
Masing-masing Puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab
langsung kepada Dinas Kesehatan.
5. Fasilitas Penunjang
A. Puskesmas Pembantu
Puskesmas Pembantu yang lebih sering dikenal sebagai Pustu atau
Pusban, adalah unit pelayanan kesehatan sederhana dan berfungsi
menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.
B. Puskesmas Keliling
Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan Keliling
yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor roda 4 atau perahu
bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta
sejumlah tenaga dari Puskesmas. Puskesmas Keliling berfungsi
menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan Puskesmas dalam
wilayah kerjanya yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


31
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

C. Bidan Desa
Pada setiap desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatannya,
ditempatkan seorang Bidan yang bertempat tinggal di Desa tersebut
dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Puskesmas.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas untuk
mendukung terwujudnya Kecamatan sehat. Pusat kesehatan
masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung tombak dari peranan
pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat luas. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang
dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam
kerjanya.

2. Sejarah Perkembangan
Konsep yang merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Konsep Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika dilangsungkan
Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) I di Jakarta. Rakerkesnas I
membicarakan upaya mengorganisir sistem pelayanan kesehatan di tanah air
yang untuk pelayanan kesehatan tingkat I dirasakan kurang menguntungkan.
Rakerkesnas I menimbulkan gagasan untuk menyatukan semua
pelayanan kesehatan tingkat I ke dalam satu pengorganisasian. Organisasi ini
di beri nama Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas pada
Rakerkesnas I dibedakan menjadi 4 macam yaitu Puskesmas Tingkat Desa,
Puskesmas Tingkat Kecamatan, Puskesmas Tingkat Kawedanan dan
Puskesmas Tingkat Kabupaten.
Rakerkesnas II dilangsungkan tahun 1969 untuk memperbaharui
pembagian Puskesmas menjadi 3 macam yaitu Puskesmas type A yaitu
Puskesmas yang dipimpin oleh Dokter penuh, Puskesmas type B yaitu
Puskesmas yang dipimpin oleh Dokter tidak penuh dan Puskesmas type C
yaitu Puskesmas yang dipimpin oleh Tenaga Paramedik.
Rakerkesnas III dilangsungkan tahun 1970 yang menetapkan hanya ada
satu macam Puskesmas, dengan wilayah kerja tingkat kecamatan atau pada
suatu daerah dengan jumlah penduduk antara 30000-50000 jiwa.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


32
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

3. Tujuan Puskesmas
Tujuan Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional, dengan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah
kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat.
4. Fungsi Puskesmas
Puskesmas menyelenggarakan fungsi:
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan; Menggerakkan masyarakat untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap
tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor
lain terkait;
d. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat;
e. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas;
f. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
h. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu;
b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif;
c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat;

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


33
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan


keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antar profesi;
f. Melaksanakan rekam medis;
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses Pelayanan Kesehatan;
h. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
5. Kategori Puskesmas
Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan
pada kebutuhan dan kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan
berdasarkan karakteristik wilayah kerja dan kemampuan penyelenggaraan.
Puskesmas dikategorikan menjadi:
a. Puskesmas kawasan perkotaan;
b. Puskesmas kawasan pedesaan; dan
c. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil.
6. Upaya Kesehatan Puskesmas
Upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang
ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan
Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan tersebut adalah :
a. Upaya Kesehatan Sekolah,
b. Upaya Kesehatan Olah Raga,
c. Upaya Kesehatan Kerja,
d. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut,
e. Upaya Kesehatan Jiwa,
f. Upaya Kesehatan Mata,
g. Upaya Kesehatan Usila Lanjut,
h. Upaya Kesehatan Pengobatan Tradisional
7. Pengelolaan Obat di Puskesmas
Berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, Bab
II Upaya Kesehatan Pasal 38 yaitu Puskesmas harus menyelenggarakan :
a. Manajemen Puskesmas
b. Pelayanan Kefarmasian
c. Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat, dan
d. Pelayanan Laboratorium
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan yaitu tenaga kefarmasian yang memiliki kompetensi dan
kewenangan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian dan sesuai dengan
peraturan perundang undangan yang berlaku.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


34
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan


bertangggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas harus sesuai dengan standar pelayanan
kefarmasian. Hal tersebut ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan
melindungi pasien serta masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (Patient safety)
Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas sesuai dengan
Permenkes No.30 Tahun 2014 meliputi :
8. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah
satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya
adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional,
meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan
sistem informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu
pelayanan. Kegiatan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
meliputi:
a) Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk
mendapatkan:
1. Perkiraan jenis dan jumlah Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang
mendekati kebutuhan;
2. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional; dan
3. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di Puskesmas.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


35
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan
mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi obat periode
sebelumnya, data mutasi obat, dan rencana pengembangan. Proses seleksi
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat
Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini
harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti Dokter,
Dokter Gigi, Bidan, dan Perawat, serta pengelola program yang berkaitan
dengan pengobatan. Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun
dilakukan secara berjenjang (bottom-up).
Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan
menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi
dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas di wilayah kerjanya,
menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu
kekosongan obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.
b) Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Tujuan permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
memenuhi kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai diPuskesmas,
sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.Permintaan
diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuaidengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan Pemerintah
Daerah setempat.
c) Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan
dalam menerima Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya
adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas. Semua petugas yang terlibat
dalam kegiatan pengelolaan bertanggungjawab atas ketertiban
penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat dan Bahan
Medis Habis Pakai.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


36
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap obat dan


Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan mencakup jumlah
kemasan/peti, jenis dan jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi
dokumen (LPLPO), ditandatangani oleh petugas penerima, dan diketahui
oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka petugas
penerima dapat mengajukan keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari
obat yang diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas
ditambah satu bulan.
d) Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu
kegiatan pengaturan terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang),
terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin,
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu
obat yang tersedia di Puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Bentuk dan jenis sediaan;
2. Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban);
3. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar; dan
4. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus

e) Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
kegiatan pengeluaran dan penyerahan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit
farmasi Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Sub-sub unit
di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
1. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;
2. Puskesmas Pembantu;
3. Puskesmas Keliling;
4. Posyandu; dan
5. Polindes.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


37
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain)


dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima
(floorstock), pemberian obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau
kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan
dengan cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floorstock).
f) Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan
dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat
di unit pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian obat terdiri dari:
1. Pengendalian persediaan;
2. Pengendalian penggunaan; dan
3. Penanganan obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa.

g) Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan


Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka penatalaksanaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai secara tertib, baik Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang
diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit
pelayanan lainnya. Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan adalah:
1. Bukti bahwa pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai telah
dilakukan;
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan
3. Sumber data untuk pembuatan laporan
h) Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk mengendalikan dan
menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan obat dan bahan
medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan
pelayanan, Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan obat dan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


38
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

Bahan Medis habis pakai, dan memberikan penilaian terhadap capaian


kinerja pengelolaan.
9. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk :
a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas
b. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin
efektivitas, keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai
c. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan
pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian
d. Melaksanakan kebijakan obat di Puskesmas dalam rangka
meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
A. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat
Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error).
Kegiatan ini untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila
ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep. Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi
persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis
baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat
merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, menyerahkan
sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai
pendokumentasian. Hal ini bertujuan agar pasien memperoleh obat
sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan dan pasien memahami
tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.
B. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


39
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker


untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga
kesehatan lain di lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat,
menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan obat (contoh: kebijakan permintaan obat dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai), dan menunjang penggunaan obat yang rasional.
C. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat
jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya
konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat
kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal
pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda
toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat. Kegiatan konseling
meliputi :
a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan Pasien
b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh Dokter
kepada Pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended
question), misalnya apa yang dikatakan Dokter mengenai obat,
bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari obat
tersebut, dan lain-lain.
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi
dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara
penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
D. Ronde/Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya
terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain. Bertujuan untuk
memeriksa obat pasien, memberikan rekomendasi kepada dokter dalam

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


40
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

pemilihan obat dengan mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis


pasien, memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan
penggunaan obat, berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim
profesi kesehatan dalam terapi pasien. Kegiatan yang dilakukan meliputi
persiapan, pelaksanaan, pembuatan dokumentasi dan rekomendasi.
Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan
terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan obat.
Untuk itu, perlu juga dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home
Pharmacy Care) agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan kemandirian
pasien dalam penggunaan obat sehingga tercapai keberhasilan terapi
obat.
E. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi
atau memodifikasi fungsi fisiologis. Bertujuan untuk menemukan efek
samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan
frekuensinya jarang, dan menentukan frekuensi dan insidensi efek
samping obat yang sudah sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.
F. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan proses yang
memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif,
terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek
samping. Tujuan pemantauan terapi obat adalah untuk mendeteksi
masalah yang terkait dengan obat, memberikan rekomendasi
penyelesaian masalah yang terkait dengan obat.
G. Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang digunakan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional). Tujuan evaluasi
penggunaan obat adalah mendapatkan gambaran pola penggunaan obat
pada kasus tertentu dan melakukan evaluasi secara berkala untuk
penggunaan obat tertentu.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


41
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


42
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

BAB III
TINJAUAN TEMPAT
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

A. Dinas Kesehatan Kota Surakarta


Dinas Kesehatan Kota Surakarta terletak di Jalan Jendral Sudirman, No.
2, Surakarta. Dalam melaksanakan kegiatannya Dinas Kesehatan Kota Surakarta
mempunyai visi dan misi.
1. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Surakarta
Visi Dinas Kesehatan Kota Surakarta adalah “Terwujudnya
Masyarakat Surakarta Yang Sehat, Mandiri dan Berbudaya”.
Misi Dinas Kesehatan Kota Surakarta yaitu :
1. Mengoptimalkan Pelayanan Kesehatan Yang Paripurna.
2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Kesehatan.
3. Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini Penanggulangan Penyakit.
4. Memantapkan Manajemen Kesehatan Yang Efektif, Efisien dan Akuntabel.
5. Meningkatkan Upaya Promotif Preventif Untuk Mewujudkan Budaya Hidup
Bersih dan Sehat Serta Kemandirian Masyarakat.
6. Menggerakkan Kemitraan Dan Peran Serta Masyarakat di Bidang
Kesehatan.
2. Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kota Surakarta
a. Kepala Dinas Kesehatan
b. Sekretariat, yang terdiri dari :
- Sub bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.
- Sub bagian Keuangan.
- Sub bagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Kesehatan Masyarakat yang terdiri dari :
- Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
- Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi.
- Seksi Kesehatan Lingkungan.
d. Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit, yang terdiri dari :
- Seksi Pencegahan Penyakit Menular

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


43
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

- Seksi Pencegahan Penyakit Tidak Menular


- Seksi Surveilans dan Kejadian Luar Biasa (KLB)
e. Bidang Pelayanan Kesehatan, meliputi :
- Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar.
- Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan.
- Seksi Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
f. Bidang Data dan Sumber Daya Kesehatan, yang terdiri dari :
- Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan.
- Seksi Kefarmasian, Makanan, Minuman, dan Perbekalan Kesehatan.
- Seksi Sistem Informasi Manajemen Kesehatan.
g. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPT)
h. Kelompok Jabatan Fungsional

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


24
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi
dan UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
05 Juli 2017, 06 Juli 2017 dan 10-15 Juli 2017

BAGAN ORGANISASI DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA TMT JANUARI 2017


KEPALA DINAS SEKERTARIS
dr. SITI WAHYUNINGSIH, M.Kes PURWANTI, SKM, M.Kes
JABATAN
FUNGSIONAL
SUB.BAG.PERENCANAAN SUB.BAG.UMUM DAN SUB.BAG.KEUANGAN
EVALUASI DAN KEPEGAWAIAN HANDAYA
PELAPORAN Drs. JUNIARTO PATRIATI, SE, MM
BUDIYONO, ST

BIDANG KESEHATAN BIDANG PENCEGAHAN BIDANG BIDANG


MASYARAKAT PENGENDALIAN PENYAKIT PELAYANAN KESEHATAN DATA & SUMBER DAYA KESEHATAN
IDA ANGKLAITA, SKM. M.Si Drg. EFI SETYOWATI PERTIWI dr. DWI MARTYASTUTI Dra. SETYOWATI, APT

SEKSI PROMOSI KESEHATAN DAN SEKSI PELAYANAN KESEHATAN SEKSI SUMBER DAYA MANUSIA
SEKSI PENCEGAHAN PENYAKIT
PEMBERDAYAAN DASAR DYASINE FETRICA, S. STP, MM
MENULAR
AGUS SUBAGYO, S. SiT MOH. ABDUL ROKHIM, SKM AGUS CATUR FAJAR BASUKI, Amd., M.
AGUS HUFRON, S. Kep
AGUS CATUR FAJAR BASUKI, Amd, M. Kes
Kes SEKSI KEFARMASIAN MAKANAN,
SEKSI KESEHATAN KELUARGA DAN SEKSI PENCEGAHAN PENYAKIT MINUMAN DAN PERBEKALAN KES
GIZI TIDAK MENULAR ANOM YULIANSYAH, S.FARM., APT
SEKSI PELAYANAN KESEHATAN
DWI WINARNI, S. SiT dr. SLAMET RIYANTO, MM
RUJUKAN
Drg. AGUS SUSANTO, MM SEKSI SISTEM INFORMASI
SEKSI KESEHATAN LINGKUNGAN SEKSI SURVAILANS DAN KLB MANAJEMEN KESEHATAN
ENDAH WISNU WARDHANI, Bsc ARIF DWI WIDODO, SKM SEKSI PENINGKATAN MUTU ARTHATY MULATSIH, ST. MSi
PELAYANAN KESEHATAN DAN
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
UPT TRI SUYAMTI, SKM

Gambar 1. Bagan Organisasi Dinas Kesehatan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota ,UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5 – 7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

3. Uraian Tugas Kepala Dinas & Bidang Kesehatan Kota Surakarta


3.1. Kepala Dinas Kesehatan
Berdasarkan peraturan walikota Surakarta No. 27-C tahun 2016
tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas, fungsi dan tata kerja perangkat
daerah kota Surakarta, kepala dinas kesehatan kota Surakarta mempunyai
tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang kesehatan. Tugas
tersebut diuraikan diantaranya sebagai berikut:
1. Menyusun rencana strategis dan rencana kerja Dinas.
2. Memberikan petunjuk, arahan, dan mendistribusikan tugas kepada
bawahan.
3. Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan,
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kegiatan Dinas sesuai
dengan bidang tugas.
4. Menyelenggarakan sistem pengendalian intern pelaksanaan kegiatan agar
efektif dan efisien sesuai peraturan perundang-undangan.
5. Menerapkan standart pelayanan minimal.
6. Menyusun dan menerapkan standar operasional prosedur sesuai bidang
tugas.
7. Menyelenggarakan pengelolaan kesekretariatan meliputi: perencanaan,
evaluasi, pelaporan, keuangan, umum, dan kepegawaian.
8. Menyusun kebijakan teknis di bidang bina kesehatan masyarakat.
9. Menyusun kebijakan teknis di bidang pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan.
10. Menyususn kebijakan teknis di bidang pelayanan kesehatan.
11. Menyusun kebijakan teknis di bidang sumber daya kesehatan.
12. Menyelenggarakan urusan pemerintah dan pelayanan umum dan/ atau
perizinan di bidang kesehatan.
13. Menyelenggarakan kerja sama dengan institusi pendidikan dalam rangka
pelaksanaan kerja lapangan siswa/ mahasiswa.
14. Menyelenggarakan kerjasama dengan pihak lain (PMI, Rumah sakit, LSM
peduli kesehatan, dll) untuk peningkatan upaya kesehatan.
3.2 Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara
terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan,
evaluasi dan pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian. Adapun tugas

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


95
96
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

bidang sekretariat meliputi :


1. Menyusun rencana kerja sekretariat berdasarkan rencana strategis dan
rencana kerja Dinas.
2. Mengkoordinasikan penyusunan rencana strategis dan rencana kerja
Dinas.
3. Memberi petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada bawahan.
4. Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan,
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kegiatan Dinas sesuai
dengan bidang tugas.
5. Melaksanakan sistem pengendalian intern pelaksanaan kegiatan agar
efektif dan efisien sesuai peraturan perundang-undangan.
6. Menerapkan standar pelayanan minimal sesuai bidang tugas.
7. Merumuskan kebijakan teknis, pembinaan dan pengkoordinasian
penyelenggaraan urusan kesekretariatan.
8. Mengelola administrasi perencanaan, evaluasi, dan pelaporan.
9. Mengelola administrasi keuangan.
10. Mengelola administrasi umum.
11. Mengelola administrasi kepegawaian
12. Melaksanakan penyusunan indikator dan pengukuran kinerja di bidang
perencanaan, evaluasi, dan pelaporan, keuangan, umum, dan kepegawaian
13. Melaksanakan koordinasi dan verifikasi laporan penyusunan rencana
strategis, rencana kerja, LKJiP, LKPJ, LPPD, dan EKPPD Dinas
14. Memeriksa dan menilai hasil kerja bawahan secara periodik
15. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran
pelaksanaan tugas dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas
16. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas, dan
17. Melaksanakan tugas tambahan terkait yang diberikan oleh atasan.
3.2.1 Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


97
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

pembinaan, pengkoordinasian, penyelenggaraan tugas secara terpadu,


pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi
dan pelaporan, meliputi : koordinasi perencanaan, pemantauan, evaluasi
dan pelaporan di lingkungan Dinas. Tugas tersebut diuraikan sebagai
berikut :
a. Melakukan penyusunan rencana kerja Subbagian Perencanaan,
Evaluasi, dan Pelaporan berdasarkan rencana kerja Sekretariat.
b. Memberi petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada
bawahan
c. Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan,
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kegiatan Dinas
sesuai dengan bidang tugas
d. Menghimpun, mengolah, menyajikan data dan informasi untuk
menyusun rencana strategis, rencana kerja dan penetapan kinerja
Dinas
e. Melakukan monitoring dan pengendalian pelaksanaan rencana
strategis dan rencana kerja Dinas guna evaluasi dan pelaporan
f. Melakukan evaluasi dan analisis hasil kerja guna pengembangan
rencana strategis dan rencana kerja Dinas
g. Menyiapkan dan membuat laporan hasil pelaksanaan rencana
strategis, rencana kerja, LKJiP, LKPJ, LPPD, dan EKPPD Dinas
h. Melakukan penyiapan bahan penyusunan indikator dan pengukuran
kinerja bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan
i. Memeriksa dan menilai hasil kerja bawahan secara periodik
j. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran
pelaksanaan tugas dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas
k. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
l. Melakukan tugas tambahan terkait yang diberikan oleh atasan
3.2.2 Sub Bagian Keuangan
Kepala sub bagian keuangan mempunyai tugas melakukan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


98
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,


pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan. Tugas tersebut
diuraikan sebagai berikut:
a. Melakukan penyusunan rencana kerja Subbagian Keuangan
berdasarkan rencana kerja Sekretariat.
b. Memberi petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada
bawahan
c. Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan,
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kegiatan Dinas
sesuai dengan bidang tugas
d. Menyiapkan bahan penyusunan rencana anggaran dalam Rencana
Kerja Anggaran (RKA) sesuai dengan rencana strategis dan rencaana
kerja Dinas
e. Melakukan pengawasan laporan administrasi keuangan bendahara
f. Menyiapkan bahan rencana usulan kegiatan perubahan anggaran
g. Menyiapkan bahan perhitungan anggaran
h. Melakukan administrasi pembukuan, pertanggungjawaban dan laporan
keuangan
i. Melakukan pembuatan daftar gaji pegawai
j. Melakukan pembayaran gaji pegawai
k. Melakukan penyiapan dan pembuatan Laporan Pajak Pajak Pribadi
(LP2P)
l. Melakukan penyiapan bahan penyusunan indikator dan pengukuran
kinerja bidang keuangan
m. Melakukan penyediaan, pendistribusian dan menerima kembali Surat
Permberitahuan Restribusi Daerah (SPTRD) yang telah diisi oleh
wajib retribusi daerah
n. Melakukan pencatatan nama dan alamat wajib retribusi daerah dalam
formulir pendaftaran wajib retribusi daerah
o. Melakukan pemprosesan penetapan Nomor Pokok Wajib Retribusi

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


99
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

Daerah (NPWRD)
p. Melakukan pembuatan laporan tentang formulir pendaftaran wajib
retribusi daerah
q. Melakukan pemeriksaaan terhadap wajib retribusi dan obyek retribusi
r. Memeriksa dan menilai hasil kerja bawahan secara periodik
s. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran
pelaksanaan tugas dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas
t. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
u. Melakukan tugas tambahan terkait yang diberikan oleh atasan
3.2.3 Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian, penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian,
meliputi : pengelolaan administrasi kepegawaian, hokum, humas,
organisasi dan tatalaksana, ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan
di lingkungan Dinas. Tugas tersebut diuraikan sebagai berikut :
a. Melakukan penyusunan rencana kerja Subbagian Umum dan
Kepegawaian berdasarkan rencana kerja Sekretariat
b. Memberi petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada bawahan
c. Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan,
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kegiatan Dinas
sesuai dengan bidang tugas
d. Mengelola administrasi surat menyurat, peralatan dan perlengkapan
kantor, rumah tangga, dokumentasi dan informasi hukum, kearsipan dan
perpustakaan
e. Melakukan urusan rumah tangga, perjalanan dinas, hubungan
masyarakat, dan protokol
f. Melakukan operasionalisasi dan pemeliharaan perlengkapan dinas serta
kendaraan dinas

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


100
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

g. Menyiapkan dan mengolah bahan penyusunan rencanakebutuhan


pegawai
h. Mengusulkan penempatan tenaga kesehatan strategis, pemindahan
tenaga tertentu tingkat kota
i. Menyiapkan dan mengolah bahan usulan yang meliputi pengangkatan,
kenaikan pangkat, perpindahan, pemberhentian, pensiun, kenaikan gaji
berkala dan tunjangan
j. Mengolah data dan dokumentasi pegawai
k. Mengusulkan calon peserta ujian dinas pegawai
l. Memproses permohonan ijin dan tugas belajar
m. Menyususn Daftar Urut Kepangkatan (DUK)
n. Memproses permohona cuti, dan mengusulkan permohonan kartu
pegawai, kartu isteri/kartu suami, kartu tabungan asuransi pensiun,
kartu asuransi kesehatan dan tabungan perumahan
o. Mengelola penilaian kinerja pegawai
p. Memproses laporan perkawinan, ijin perkawinan dan perceraian
q. Menyiapkan bahan usulan pemberian tanda penghargaan/tanda jasa dan
sanksi
r. Menyiapkan bahan sumpah/janji pegawai negeri sipil
s. Mengelola persensi atau daftar hadir pegawai
t. Melakukan penyiapan bahan penyusunan indikator dan pengukuran
kinerja bidang umum dan kepegawaian
u. Menyiapkan bahan pengadaan tenaga kerja dengan perjanjian kerja
v. Memeriksa dan menilai hasil kerja bawahan secara periodik
w. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran
pelaksanaan tugas dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas
x. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
y. Melakukan tugas tambahan terkait yang diberikan oleh atasan
3.2.4 Bidang Kesehatan Masyarakat
Bidang kesehatan masyarakat mempunyai tugas melaksanakan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


101
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di


bidang promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan, pengembangan kesehatan keluarga dan gizi serta kesehatan
lingkungan. Adapun bidang kesehatan masyarakat terdiri dari :
a. Seksi promosi kesehatan dan pemberdayaan
Kepala seksi promosi kesehatan dan pemberdayaan mempunyai tugas
pokok melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan, dan pelaksanaan di bidang pengembangan promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan, meliputi
fasilitasi, advokasi, dan peomosi kesehatan demi terwujudnya perilaku
hidup bersih dan sehat di masyarakat dan penguatan kapasitas
masyaratkat bidang kesehatan.
b. Seksi kebutuhan keluarga dan gizi
Kepala seksi kesehatan keluarga dan gizi mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang penyelenggaraan upaya kesehatan keluarga dan
gizi meliputi komunikasi, informasi, dan edukasi kesehatan keluarga
dan perbaikan gizi keluarga dan masyarakat.
c. Seksi kesehatan lingkungan
Kepala seksi kesehatan lingkungan mempunyai tugas pokok melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang penyehatan lingkungan, meliputi :
penyelenggaraan pembinaan, pengawasan, penyehatan lingkungan
pemukiman, tempat-tempat umum, industri, penyehatan tempat
pengelolaan pestisida dan pengawasan kualitas air minum dan bersih.
3.2.5 Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit
Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan pencegahan dan pengendalian menular dan penyakit tidak
menular, pelaksanaan surveilans dan Kejadian Luar Biasa (KLB).
a. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular;
Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan
teknis, pembinaan dan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


102
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

penyakit menular dan penyakit tidak menular, pelaksanaan surveilans


dan Kejadian Luar Biasa (KLB).
b. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pencegahan
dan pengendalian penyakit tidak menular, meliputi; pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular.
c. Seksi Surveilans dan Kejadian Luar Biasa (KLB)
Mempunyai tugas pokok melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
pencegahandan pengendalian penyakit menular, meliputi:
penyelenggaraan surveilans, kejadian luar biasa (KLB) dan bencana di
bidang kesehatan.
3.2.6 Bidang Pelayanan Kesehatan
Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan
teknis, pembinaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan dasar, pelayanan
kesehatan rujukan, fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan mutu
pelayanan kesehatan.
3.2.7 Bidang Data dan Sumber Daya Kesehatan
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakn teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang sumber daya
manusia kesehatan, kefarmasian, obat tradisional, makanan, minuman, dan
perbekalan kesehatan, serta pengelolaan sistem informasi manjemen
kesehatan.
3.2.8 Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPT) terdiri dari :
 UPT Puskesmas (17 Puskesmas)
 UPT Instalasi Farmasi.
 UPT Laboratorium Kesehatan.
 UPT PK (Pemeliharaan Kesehatan)
 UPT Kegawatdaruratan
3.2.9 Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari: Dokter, Dokter Gigi,
Apoteker, Perawat, Asisten Apoteker, Sanitarian, Nutrisionis, Bidan,
Perawat Gigi, Pranata Lab Kesehatan dan Pranata Komputer. Uraian Tugas
Kelompok Jabatan Fungsional mengikuti pedoman uraian tugas sesuai
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


103
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

B. UPT Instalasi Farmasi Surakarta


UPT Instalasi Farmasi Kota Surakarta bertempat di Jl.Tentara Pelajar
Kandangsapi RT 1 RW 35, Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota
Suirakarta.
1. Visi dan Misi Instalasi Farmasi
V i s i:
Kecukupan Sediaan Farmasi dalam pengobatan rasional untuk mencapai
Solo sehat.
M i s i:
Memberikan pelayanan prima dengan tersedianya SDM yang berkualitas
didukung informasi data sediaan farmasi yang akurat sehingga kebutuhan
obat, alkes dan reagensia terpenuhi dalam mencapai pengobatan rasional.
2. Kegiatan di UPT Instalasi Farmasi Kota Surakarta adalah :
a. Perencanaan
b. Pengadaan
c. Penerimaan
d. Penyimpanan
e. Pendistribusian
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Monitoring dan evaluasi Pengelolaan Obat di Puskesmas
h. Ketatausahaan
3. Susunan Organisasi UPT Instalasi Farmasi Surakarta

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


104
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

Gambar 2. Bagan Organisasi UPT Instalasi Farmasi


4. Susunan organisasi instalasi farmasi mempuyai tugas masing-
masing, antara lain:
1. Kepala UPT Instalasi Farmasi; Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPT)
Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi Farmasi yang
berada dibawah Kepala Dinas Kesehatan dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Tugas Kepala
Instalasi Farmasi adalah:
 Menyusun rencana kerja UPT Instalasi Farmasi berdasarkan
rencana strategis Dinas.
 Memberi petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada
bawahan.
 Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan,
keputusan, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program
kegiatan Dinas sesuai dengan bidang tugas.
 Menyusun kebijakan teknis penyelenggaraan Instalasi Farmasi.
 Melaksanakan pengelolaan ketatausahaan Instalasi Farmasi.
 Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan untuk
pengendalian pelaksanaan strategis dan rencana kerja UPT
Instalasi Farmasi.
 Melaksanakan evaluasi dan analisis kerja guna pengembangan
rencana strategis dan rencana kerja UPT Instalasi Farmasi.
 Melaksanakan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan
penjagaan mutu obat, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
lainnya.
 Melaksanakan pengamatan, pengawasan dan pemeriksaan mutu
obat, sediaa farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya yang ada di
Instalasi Farmasi.
 Melakukan pencatatan dan pelaporan mengenai ketersediaan dan
penggunaan obat, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di
Instalasi Farmasi.
 Melaksanakan monitoring dan evaluasi, pengolahan data dan
pelaporan ketersediaan dan penggunaan obat, sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan di lingkungan Dinas Kesehatan.
 Melaksanakan pemusnahan dan penghapusan obat, sediaan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


105
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya yang sudah tidak


memenuhi standar sesuai ketentuan yang berlaku.
 Melaksanakan penyusunan indikator dan pengukuran kinerja
penyelenggaraan Instalasi Farmasi.
 Menyusun laporan hasil pelaksanaan rencana strategis, rencana
kerja, LAKIP, LKPJ, LPPD dan EKPPD UPT Instalasi Farmasi.
 Melakanakan sosialisasi pelayanan Instalasi Farmasi.
 Memeriksa dan menilai hasil kerja bawahan secara periodik.
 Memberikan usul dan saran kepada atasan.
 Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.
2. Sub bagian Tata Usaha ;
Dipimpin oleh seorang kepala sub bagian tata usaha yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala UPT Instalasi
Farmasi Tugas Sub Bagian Tata Usaha adalah Melakukan penyiapan
bahan perencanaan, kepegawaian, keuangan, ketatausahaan, rumah
tangga, perlengkapan, evaluasi dan pelaporan.
3. Manajemen Pengelolaan Obat Di Instalasi Farmasi
a. Perencanaan
Obat-obat yang diterima oleh Instalasi Farmasi adalah hasil
perencanaan yang dikerjakan oleh tim perencana obat Dinas
Kesehatan Kota Surakarta yang terdiri dari:
1) Tim Perencana Tingkat Puskesmas
Tim Perencana Tingkat Puskesmas terdiri dari perwakilan
17 Puskesmas, Laboratorium Kesehatan dan Instalasi Farmasi.
Bertugas merencanakan kebutuhan obat, alat kesehatan habis
pakai, obat gigi dan reagen. Hasil dari Tim Perencana Tingkat
Puskesmas diserahkan kepada Tim Perencana Tingkat Kota.
2) Tim Perencana Tingkat Kota
Tim Perencana Tingkat Kota terdiri dari perwakilan
Bidang di Dinas Kesehatan, Puskesmas, Laboratorium
Kesehatan dan Instalasi Farmasi. Banyaknya bagian-bagian
yang terlibat dalam perencanaan obat adalah agar kebutuhan
tiap unit pelayanan dapat terpenuhi.
Dasar pertimbangan pemilihan obat:
 Obat dipilih berdasarkan efek terapi lebih baik

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


106
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

dibandingkan risiko efek samping


 Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin
 Menghindari penggunaan obat kombinasi.
 Memiliki rasio manfaat / biaya yang paling
menguntungkan
b. Pengadaan
Pengadaan adalah suatu proses untuk pengadaan obat yang
dibutuhkan. Tujuannta yaitu tersedianya obat dengan jenis dan
jumlah yang tepat debgan mutu yang tinggi dan dapat diperoleh
pada waktu yang tepat. Pengadaan obat dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015
yaitu melalui pelelangan umum, pelelangan terbatas dan
penunjukkan langsung.
c. Penerimaan dan pemeriksaan
Penerimaan adalah suatu proses dalam menerima obat-obat
dari pemasok ke Instalasi Farmasi dalam rangka memenuhi
pesanan atau permintaan obat. Tujuannya supaya obat yang
diterima baik jenis dan jumlahnya sesuai dengan dokumen yang
menyertainya. Pemeriksaan obat disesuaikan dengan adanya
dokumen yang jelas dan kelengkapannya. Kelengkapan dokumen
meliputi nama pabrik, penandaan, waktu kadaluwarsa, no. batch,
bentuk sediaan dan jumlah. Obat yang tidak sesuai dengan
persyaratan akan dikembalikan untuk diganti dengan yang
memenuhi syarat.
d. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan dengan
cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang
dinilai aman. Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu
obat, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab,
menjaga kelangsungan persediaan, serta memudahkan pencarian.
Obat di Instalasi Farmasi dikelompokkan berdasarkan sumber dana
yaitu dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kota, serta disusun
secara alfabetis mengikuti sistem FIFO (first in first out) dan FEFO
(first expiry fist out) Obat di Instalasi Farmasi disimpan pada

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


107
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

kondisi cukup sinar, cukup sirkulasi udara, tidak lembab dan aman.
Obat tersebut ditempatkan di rak dan/atau palet dengan jarak
tembok dan rak + 0,2 meter, kulkas untuk vaksin dan reagen,
almari narkotika untuk codein. Setiap item obat dilengkapi kartu
stok/steling untuk mencatat setiap mutasi.
e. Distribusi
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
pengeluaran dan pengiriman obat-obatan dari Instalasi Farmasi
untuk memenuhi permintaan unit-unit pelayanan kesehatan.
Tujuannya adalah terlaksananya penyebaran obat secara merata
dan teratur dan dapat diperoleh pada saat dibutuhkan serta
terjaminnya mutu, ketepatan, kerasionalan dan efisiensi
penggunaan. Pendistribusian obat untuk 17 Puskesmas
dilaksanakan satu bulan sekali. Apabila dalam keadaan KLB
(kejadian luar biasa), puskesmas dapat mengajukan permintaan
tambahan. Alur pendistribusian obat antara lain:
 LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat)
diserahkan ke Instalasi Farmasi sebelum tanggal 5 tiap bulan.
 LPLPO diteliti kelengkapannya.
 Dialokasikan pemberian obat, sesuai dengan sumber dananya.
 LPLPO ditandatangani Kepala UPT Instalasi Farmasi
 LPLPO diserahkan ke Dinas Kesehatan untuk mendapatkan
persetujuan Kepala Dinas Kesehatan
 Setelah ditandatangani Kepala Dinas Kesehatan, permintaan
dilayani sesuai dengan nomor urut.
 Bila obat sudah siap Puskesmas yang bersangkutan dihubungi
untuk mengambil obat.
 Pada waktu pengambilan, obat diperiksa oleh petugas Instalasi
Farmasi bersama dengan petugas puskesmas.
Setiap item obat dilengkapi kartu stok/steling untuk mencatat
setiap mutasi. Pada akhir bulan dilakukan stock opname untuk
mencocokkan jumlah obat di kartu steling dengan jumlah fisik
obat.
f. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat merupakan rangkaian

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


108
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

kegiatan dalam rangka penatausahaan obat-obatan secara tertib,


baik obat yang diterima, disimpan, didistribusikan maupun
digunakan di unit-unit pelayanan di puskesmas. Pencatatan dan
pelaporan merupakan sarana perhitungan dalam rangka
pertanggungjawaban obat-obatan yang berada di Instalasi Farmasi
dan merupakan sarana informasi dalam rangka pengendalian
persediaan, perencanaan pengadaan dan perencanaan
pendistribusian. Tujuannya yaitu tersedianya data mengenai jenis
dan jumlah penerimaan, persediaan, pengeluaran atau penggunaan
dan data mengenai waktu dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi
obat. Jumlah item obat dan mutasi dicatat, dilaporkan kemudian di
evaluasi dan pada akhimya digunakan untuk perencanaan yang
akan datang. Laporan ketersediaan obat dilakukan tiap bulan dan
akhir tahun. Pencatatan dan pelaporan di Instalasi Farmasi Kota
Surakarta antara lain: catatan penerimaan, catatan pengeluaran,
catatan ED, neraca obat, kartu steling.
g. Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Obat
Evaluasi adalah suatu rangkaian kegiatan untuk mengetahui
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dan perencanaan sekaligus
untuk mengukur memberi nilai secara obyektif pencapaian hasil
yang telah direncanakan sebelumnya atas seluruh rantai kegiatan
pengelolaan obat dan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia.
Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap pengelolaan
obat di Puskesmas/Puskesmas Pembantu, meliputi perencanaan,
permintaan, penyimpanan, penggunaan, pencatatan dan pelaporan.

C. UPT Puskesmas Gambirsari


Di kota Surakarta ada 17 UPT Puskesmas Induk dan 25 Puskesmas
pembantu serta 54 puskesmas keliling. 17 UPT Puskesmas induk tersebut berlokasi
di daerah Jayengan, Setabelan, Gajahan, Penumping, Banyuanyar, Sangkrah,

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


109
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

Ngoresan, Nusukan, Manahan, Kratonan, Purwodiningrat, Sibela, Pajang,


Gilingan, Pucangsawit, Gambirsari dan Purwosari.
Dalam Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Dinas Kesehatan Kota
Surakarta, kelompok kami melaksanakan di UPT Puskesmas Gambirsari yang
merupakan salah satu Puskesmas Induk dengan 2 (satu) puskesmas pembantu yaitu
Puskesmas pembantu Clolo dan Krembyongan.
1. Visi dan Misi UPT Puskesmas Gambirsari
 Visi
Terwujudnya Indonesia Sehat, Perilaku Sehat, Cakupan Pelayanan kesehatan
yang Bermutu dan Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat.
 Misi
Mendukung tercapainya Pembangunan Kesehatan Nasional, meliputi:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
3. Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat
dan lingkungannya.
2. Geografi dan Demografi UPT Puskesmas Gambirsari
a. Letak wilayah UPT Gambirsari
Puskesmas Gambirsari terletak di Kelurahan kadipiro, Kecamatan
Banjarsari, Kota Surakarta.
b. Batas Daerah UPT Puskesmas Gambirsari
 Sebelah utara : Wilayah Kelurahan Wonorejo
 Sebelah Selatan : Wilayah Kelurahan Nusukan
 Sebelah Timur : Wilayah Kelurahan Mojosongo
 Sebelah Barat : Wilayah Kelurahan Banyuanyar
c. Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gambirsari
Wilayah kerja UPT Puskesmas Gambirsari 808,76 Ha (8,08 km) dengan
jangkauan transportasi yang mudah
d. Pembagian Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Wilayah kerja Puskesmas Gambirsari terdiri dari 1 Desa dengan 33 RW dan
219 RT dengan jumlah seluruh Kepala Keluarga sebanyak 14.760 kk dan
rumah sebanyak 8.235 buah. Jarak yang ditempuh untuk sampai ke
puskesmas Gambirsari dari kantor Kelurahan Kadipro sejauh 1 kilometer
dan membutuhkan waktu tempuh selama 10 menit.
e. Sumber Daya Manusia
Kepala UPT Puskesmas : 1 orang

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


110
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

Kepala Sub Bag. Tata Usaha : 1 orang


Dokter umum : 2 orang
Dokter gigi : 1 orang
Bidan : 4 orang
Perawat : 3 orang
Perawat gigi : 1 orang
Perawat (SPK) : 1 orang
Asisten apoteker : 3 orang
Petugas gizi : 1 orang
Laboratorium : 1 orang
Penyuluh : 1 orang
Rekam medis : 1 orang
Staf : 5 orang
HS : 1 orang
3. Fasilitas Penunjang
1. Puskesmas Pembantu (Pustu)
Puskesmas Pembantu adalah unit pelayanan kesehatan yang
sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih
kecil. Puskesmas Gambirsari sebagai Puskesmas Induk mempunyai 2 (dua)
Puskesmas Pembantu yaitu Clolo dan Krembyongan.
2. Puskesmas Keliling (Pusling)
Puskesmas keliling merupakan unit pelayanan keliling yang di
lengkapi dengan kemdaraan roda empat maupun roda dua, peralatan
komunikasi, juga tangga yang berasal dari puskesmas Puskesmas keliling
berfungsi sebagai penunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan
Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum terjangkau oleh pelayanan
kesehatan. Adapun kegiatan puskesmas keliling yaitu :
a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah yang tidak
terjangkau oleh pelayanan puskesmas atau puskesmas pembantu dengan
waktu pelayanan setiap hari sama dengan puskesmas induk.
b. Mobil Puskesmas / Ambulance dapat dipergunakan sebagai alat transport
penderita dalam rangka rujukan bagi kasus gawat darurat.
c. Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat radio visual.
3. Posyandu

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


111
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

Merupakan kegiatan keterpaduan antara puskesmas dan masyarakat


di tingkat desa yang di wujudkan dalam bentuk pos Pelayanan Terpadu.
Semula posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat
dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan kesehatan, selanjutnya
dikembangkan dengan di bina menjadi forum komunikasi dan pelayanan di
masyarakat, antara sektor yang memadukan kegiatan pembangunan sektoral
dengan kegiatan masyarakat, untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memecahkan masalah. Satu posyandu sebaiknya melayani 100 balita
(120 Kepala keluarga) atau sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan
setempat.
Tujuan Posyandu :
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran
b. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS)
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk kegiatan kesehatan dan
kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan kebutuhan.
Sasaran Posyandu :
a. Ibu hamil beresiko tinggi
b. Ibu menyusui
c. Bayi
d. Balita
Pelaksanaan Posyandu
Posyandu direncanakan dan dikembangkan oleh kader kesehatan desa
bersama kepala desa dan LKMD (seksi KB-kesehatan dan PKK) dengan
bimbingan tim pembina LKMD tingkat kecamatan. Penyelenggaraan
dilakukan oleh kader-kader terlatih di bidang KB-kesehatan, berasal dari
PKK, tokoh masyarakat, pemuda dan lain-lain dengan bimbingan tim
pembina LKMD tingkat kecamatan.
Posyandu dapat melayani semua anggota masyarakat, terutama ibu
hamil, ibu menyusui, bayi dan balita serta pasangan Usia Subur (PUS).
Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah di datangi masyarakt
dan ditentukan oleh masyarakat sendiri. Dengan demikian kegiatan posyandu

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


112
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

dilaksanakan di pos pelayanan yang telah ada, rumah penduduk, balai desa,
tempat pertemuan RT/RW atau ditempat khusus yang di bangun.
4. Pengelolaan Obat di UPTD Puskesmas Gambirsari
Ruang lingkup pengelolaan obat di Puskesmas mencakup:
1. Perencanaan
Perencanaan adalah perkiraan menyusun perkiraan kebutuhan obat untuk
pemakaiaan di tahun atau waktu yang akan datang.
1) Tujuan perencanaan obat:
a. Tersedianya jenis dan jumlah obat yang tepat
b. Menghindari terjadinya kekosongan obat
2) Kegiatan perencanaan obat meliputi:
a. Pemilihan jenis obat
b. Perhitungan perkiraan kebutuhan
Untuk memperkirakan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode, antara lain:
1) Metode komsumsi
2) Sumber data, yaitu LPLPO, kartu stock dan data lainnya.
Perencanaan Kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai Puskesmas
dilakukan secara berkala yaitu perencanaan bulanan dan perencanaan tahunan.

a) Perencanaan Bulanan
Perencanaan perbekalan farmasi di Puskesmas menggunakan Lembar
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang diajukan setiap
satu bulan sekali serta Lembar Permintaan Tambahan.
Pada Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
terdapat kolom-kolom dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Stok Awal, data stok awal didapatkan dari stok akhir bulan lalu.
2. Penerimaan, data penerimaan didapatkan dari penerimaan dari Instalasi
Farmasi.
3. Persediaan, data persediaan didapatkan dari total penjumlahan Stok
Awal bulan ditambah Penerimaan tiap bulan.
4. Pemakaian, data pemakaian didapatkan dari Data pemakaian obat tiap
bulan yang dapat dilihat di SIMPUS pada data rekapitulasi obat tiap
bulan.
5. Sisa Stok, data sisa stok didapatkan dari total pengurangan Persediaan
tiap bulan dikurang Pemakaian tiap bulan.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


113
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

6. Stok Optimum, didapatkan dari total penjumlahan Stok Waktu Kerja


(Pemakaian Obat tiap bulan) ditambah Stok Waktu Tunggu ditambah
Stock Buffer (Penyangga). Ketentuan Pemerintah Surakarta bahwa :
- Buffer Stock atau Penyangga adalah 50% dari Stok Waktu Kerja
(Pemakaian Obat tiap bulan)
- Stok Waktu Tunggu adalah 14 hari dimana hari kerja dihitung
sebanyak 25 hari dalam satu bulan, sehingga perhitungan Stok
Waktu Tunggu sebagai berikut:
x Stok Waktu Kerja
7. Permintaan, didapatkan dari pengurangan Stok Optimum dikurangi Sisa
Stok
Jika hasil perhitungan permintaan adalah Negatif (-), maka Instalasi
Farmasi tidak akan melayani permintaan karena Sisa stok obat masih
banyak sehingga diasumsikan masih bisa mencukupi kebutuhan
pemakaian obat untuk bulan berikutnya.
b) Perencanaan Tahunan
Perencanaan Tahunan ini dilakukan setiap awal tahun untuk
menetukan kebutuhan obat dalam satu setengah tahun ke depan, sehingga
diperlukan data pelaporan obat tahun lalu.
Data yang digunakan untuk Perencanaan Pengadaan Obat Taunan
adalah sebagai berikut:
1. Stok Awal, data stok awal didapatkan dari stok akhir tahun lalu.
2. Penerimaan, data penerimaan didapatkan dari penerimaan dari
Instalasi Farmasi selama satu tahun mulai dari bulan Januari hingga
bulan Desember.
3. Pemakaian, data pemakaian didapatkan dari Data pemakaian obat
selama satu tahun yang dapat dilihat di SIMPUSpada data
rekapitulasi obat total, kemudian dirata-rata pemakaian setiap
bulannya.
4. Perencanaan ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surakarta bahwa
Stock Buffer (Penyangga) yang digunakan adalah untuk 1,5 tahun
ke depan (18 bulan), sehingga perhitungan Stock Buffer Tahunan
sebagai berikut:
18 x Stok Waktu Kerja tiap Tahun (Pemakaian)
2. Pengadaan Obat

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


114
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

Pengadaan dilakukan sesuai dengan metode konsumsi dan epidemiologi.


Pengadaan obat diajukan menggunakan LPLPO untuk permintaan berkala setiap
satu bulan sekali, selain itu permintaan dapat dilakukan di luar jadwal
perencanaan bulanan menggunakan lembar permintaan tambahan.

Lembar Permintaan Tambahan adalah formulir yang digunakan untuk


melakukan permintaan tambahan obat di luar LPLPO. Permintaan tambahan
diperbolehkan apabila stok obat diawal bulan diperkirakan mencukupi kebutuhan
obat selama satu bulan, namun pada pelaksanaannya terjadi stok kosong atau
kehabisan stok karena terjadi Kejadiaan Luar Biasa (KLB) sehingga stok awal
tidak mencukupi kebutuhan obat. Permintaan Tambahan ditandatangani oleh
Kepala Puskesmas kemudiaan diajukan oleh Instalasi Farmasi.

3. Penerimaan obat
Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap obat dan Bahan
Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan
jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), ditandatangani
oleh petugas penerima. Bila tidak sesuai, maka petugas penerima dapat
mengkonfirmasikan ke Instalasi Farmasi.
4. Penyimpanan
Maksud dari penyimpanan obat adalah:
a. Untuk menghindari penggunaan obat secara tidak bertanggung jawab
b. Untuk menjaga kelangsungan dalam penyediaan
c. Menghindari dari kerusakan baik secara fisik maupun kimia, serta aman.
d. Mempermudah pengaturan.
Penyimpanan biasa dilakukan dengan sistem FEFO (First Expayed First
Out) dan FIFO (First In First Out), serta mengenai temapat penyimpanan dapat
dilakukan model L, disusun menurut abjad, obat luar dan obat dalam letaknya juga
terpisah, dan untuk cairan diletakan di bagian bawah agar tidak mudah pecah atau
tumpah. Untuk obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus
dengan 2 kunci yang berbeda sesuai dengan perundang-undangan. Obat-obat yang
tidak stabil oleh suhu, disimpan dalam lemari pendingin.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


115
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

Setiap item obat memiliki kartu stok masing-masing yang diletakkan


berdekatan dengan masing-masing item untuk memudahkan pengecekan dan
pelaporan obat.
Ruang penyimpanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai memiliki suhu 15-
o
25 C yang dikondisikan dengan pemasangan AC untuk menjaga suhu
penyimpanan dan terdapat lembar Check List untuk melakukan pemantauan suhu
ruang penyimpanan.

5. Distribusi dan Penyerahan


Meliputi penyerahan obat, alat kesehatan, bahan gigi, reagensia ke tempat-
tempat unit pelayanan antara lain kamar obat, Laboratorium, Puskesmas keliling,
Pengobatan Gigi, Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, dan lain-lain.
6. Penggunaan Obat
Penggunaan obat adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan peresepan
secara rasional dan pelayanan obat. Langkah-langkah penting dalam penggunaan
obat adalah :
a. Diagnosa yang tepat
b. Peresepan yang efektif dan aman
c. Pelayanan yang baik
d. Kemasan etiket yang baik
Berdasarkan distribusi obat, resep dibagi menjadi :
a. Resep putih.
Digunakan untuk pasien umum yang tidak menggunakan kartu ASKES,
PKMS maupun jamkesmas. Resep putih ini dikenai biaya sebesar Rp
7.500,00
b.Resep kuning
Digunakan untuk pasien yang meimliki kartu ASKES
c. Resep merah muda
Digunakan untuk pasien yang memiliki kartu PKMS
d. Resep hijau
Digunakan untuk pasien yang memiliki kartu Jamkesmas.
7. Pencatatan dan Pelaporan Obat
Penyelenggaraan pencatatan meliputi pencatatan obat di Puskesmas Induk
dan Puskesmas Pembantu. Pencatatan obat dilakukan terhadap :
a. Penerimaan obat-obatan dari Dinas Kesehatan Kota seperti vaksin dan lan-lain

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


116
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

b. Penerimaan obat-obatan dari UPT Instalasi Farmasi


c. Penyimpanan di Gudang Puskesmas
d. Pendistribusian ke Pustu atas permintaan Pustu tersebut.
Pelaporan obat dibagi atas 3 bagian yaitu:
a. Laporan yang dikirim ke Dinas Kesehatan Kota Surakarta
b. Laporan kepada UPT Instalasi Farmasi Kota Surakarta
c. Arsip Puskesmas.
5. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan Farmasi Klinik di Puskesmas Gambirsari meliputi: pengkajian
resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat. Kegiatan pengkajian resep
meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Selanjutnya
dilakukan kajian administrasi meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, berat
badan, nama dokter, tanggal penulisan resep, dan paraf dokter. Kajian kesesuaian
farmasetik yang dilakukan untuk menyesuaikan diantaranya bentuk dan kekuatan
sediaan, stabilitas dan kompaktibilitas obat diharapkan kesesuaian dari semua
aspek yang diresepkan dan yang diterima oleh pasien. Salah satu hal yang paling
penting adalah pertimbangan klinis meliputi ketepatan indikasi, dosis obat, aturan,
cara pakai dan lama penggunaan obat, duplikasi atau polifarmasi, reaksi obat yang
tidak diinginkan seperti alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain,
kontraindikasi dan interaksi.
Pelayanan farmasi klinik selanjutnya yang dilakukan oleh Puskesmas
Gambirsari adalah Pelayanan Iinformasi Obat (PIO). Pelayanan Informasi Obat
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi
mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti
terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien
atau masyarakat. Namun di Puskesmas Gambirsari belum memiliki apoteker,
sehingga PIO diberikan oleh TTK. Informasi mengenai obat termasuk obat resep,
obat bebas dan herbal. Informasi meliputi indikasi, cara pemakaian, dosis, lama
pemakaian, frekuensi, efek samping obat, dan cara penyimpanan.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi menjawab
pertanyaan baik lisan maupun tulisan, membuat dan menyebarkan buletin atau
brosur atau leaflet, pemberdayaan masyarakat (penyuluhan), memberikan
informasi dan edukasi kepada pasien, memberikan pengetahuan dan ketrampilan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


117
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

kepada mahasiswa farmasi yang sedang praktik profesi, melakukan penelitian


penggunaan obat, membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah,
melakukan program jaminan mutu.
6. Upaya Kesehatan UPT Puskesmas Gambirsari
Upaya kesehatan wajib (Basic Six) adalah upaya yang harus
diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya
kesehatan wajib Puskesmas Gambirsari adalah :
a. Upaya Promosi Kesehatan
Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari tiap-tiap program Puskesmas. Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan pada
setiap kesempatan oleh petugas apakah di klinik, rumah dan kelompok
masyarakat. Di Tingkat Puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri, tetapi
di Tingkat Kabupaten diadakan tenaga - tenaga koordinator penyuluhan
kesehatan.
Tujuan :
Merubah perilaku individu, kelompok dan masyarakat dalam membina
dan memelihara perilaku dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Sasaran :
1) Masyarakat umum
2) Masyarakat yang mempunyai pengaruh, pemuka masyarakat
3) Kelompok yang mempunyai potensi dalam kegiatan-kegiatan penyuluhan
(PKK, Karang Taruna dan sebagainya)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan :
1) Memberikan penyuluhan di ruang tunggu pasien
2) Memberikan penyuluhan dengan menggunakan kendaraan roda empat
dan pengeras suara berkeliling di wilayah kerjanya
3) Memberikan penyuluhan di Posyandu
4) Menempelkan poster-poster di tempat-tempat strategis yang berisi pesan
tentang kesehatan
5) Menyebar brosur-brosur yang berisi pesan kesehatan kepada

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


118
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

masyarakat.
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
Hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik,
biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana
lingkungan berguna untuk ditingkatkan dan diperbanyak, sedang yang merugikan
diperbaiki atau dihilangkan. Lingkungan yang sehat sangat penting, dan hal
tersebut maka perlu dilaksanakan usaha-usaha sebagai berikut :
1) Menyediakan air untuk rumah tangga yang baik, cukup kualitas maupun
kuantitas
Air merupakan kebutuhan pokok kehidupan, tanpa air tanpa kehidupan.
Manusia sebagian besar tubuhnya terdiri dari 50 - 70 % berat badan adalah air.
Jika manusia kehilangan air 30 % saja dari tubuhnya akan berakibat fatal yaitu
kematian. Oleh karena itu air harus memenuhi syarat kuantitas maupun syarat
kualitas.
a) Syarat kuantitas : Jumlah air untuk rumah tangga per hari harus
cukup, di Indonesia diperkirakan 100 1/hari/kapita
b) Syarat kualitas : Harus memenuhi syarat fisik, khemis dan bactiorologis
2) Mengatur pembuangan sampah, kotoran dan limbah
a) Pembuangan sampah
Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak dipakai lagi baik
berasal dari rumah tangga maupun sisa-sisa proses industri. Pengaturan
pembuangan sampah ini memang harus diperhatikan, karena dengan
pembuangan sampah yang tidak teratur mengakibatkan lingkungan tidak
sehat. Agar sampah ini tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu
pengaturan pembuangan, yaitu : penyimpanan, pengumpulan, pembuangan.
b) Pembuangan kotoran manusia.
Syarat-syarat pembuangan kotoran manusia
 Tidak boleh berbau dan mengotori tanah permukaan
 Tidak boleh mengotori air permukaan dan air tanah
 Tidak boleh menjadi tempat berkembangbiak serangga
 Pintu kakus membuka ke dalam

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


119
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

c) Pembuangan air limbah


Yang dimaksud air limbah adalah kotoran manusia, kotoran dari dapur,
kamar mandi, perusahaan, air hujan yang mengalir di tanah (air yang habis
digunakan untuk keperluan manusia). Maksud pengaturan pembuangan air
limbah :
 Mencegah pengotoran sumber air rumah tangga
 Menjaga makanan kita misalnya yang hidup dalam kolam
maupun sungai
 Menghindari pengotoran tanah permukaan
 Perlindungan air untuk tanah
 Menghilangkan tempat berkembangbiakan bibit-bibit
penyakit dan bakteri penyebab penyakit
3) Perumahan
Rumah merupakan tempat peristirahatan, maka rumah harus sehat. Rumah
yang sehat harus memenuhi syarat dibawah ini :
a) Memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis
b) Dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan dan penyakit
4) Sanitasi Makanan dan Lingkungan
Untuk dapat hidup sehat, maka perlu diberikan pengarahan terhadap
pembuatan dan penyediaan makanan dan minuman. Untuk menghindarkan
adanya hal lain tidak akan dikehendaki maka dilakukan usaha-usaha :
pendidikan kesehatan, pengawasan terhadap pembuatan makanan dan
minuman.
c. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Bertujuan menetapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutupelayanan
KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan
pada kegiatan pokok sebagai berikut:
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil
disemua fasilitas kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
diarahkan ke fasilitas kesehatan.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


120
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

3. Peningkatanpelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar disemua


fasilitas kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua
fasiltas kesehatan.
5. Peningkatan deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan
neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara
adekuat dan pengamatan secara terus menerus oleh tenaga kesehatan
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar disemua
fasilitas kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar
pelayanan kesehatan.
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.
A. Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan standar antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan
(SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
(umum dan kebidanan) pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta
interfensi umum dan kusus ( sesuai resiko yang ditemukan dalam pemeriksaan).
Dalam penerapan nya terdiri atas :
1. timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai status gizi ( ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur tinggi fundusfuri
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jangtung janin. (DJJ).
6. Skrining status imunisasi, tetanus dan berikan imuni Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan.
7. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
8. Tes laboratorium (rutin dan kusus).
9. Tata laksana kasus
10. Temuwicara (konsuling), termasuk perencanan persalinan dan
pencegahan komplikasi ( p4 k) serta KB paska persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,
hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di
daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berrisiko, pemeriksaan yang

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


121
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis, kekacingan dan


thalasemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut
lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut.
Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali
selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang
dianjurkan sebagai berikut :
 Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
 Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
 Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil,berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan
penanganan komplikasi.
Tenaga kesehatan yang lebih kompeten memberikan pelayanan antenatal kepada
ibu hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
B. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayan prsalinan
yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten, masih terdapat
penolongan persalinan yang bukan tenaga kesehatan oleh karena iyu secara
bertahap seluruh persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan
diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada prinsipnya penolong persalinan harus memperhatikan hal hal sebagai berikut
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar
3. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ketingkat pelayanan yang lebih
tinggi
4. Melaksanakan inisiasi menyusu dinni (IMD)
5. Memberikan injeksi vitamin K1 dan salep mata kepada bayi yang baru
lahir
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan
persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan
C. Pelayanan kesehatan ibu nifas

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


122
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan sesuai standar pada ibu
mulai 6 jam sampai 43 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi
dini untuk komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemeriksaan terhadap ibu nifas
dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan
waktu :
 Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah
persalinan
 Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8-14
hari)
 Kunjungan nifas ke 3 dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36)-42
hari).
Pelayanan yang diberikan adalah :
1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (infolusi uterus)
3. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervagina lainnya
4. Pemeriksaan payudara dan anjuran asi eksklusif 6 bulan
5. Pemberian vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali pertama segera setelah
melahirkan
6. Pelayanan KB pasca salin
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayan kesehatan ibu nifas
adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
D. Pelayanan kesehatan neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalaah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya
3 kali, sehingga periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas
kesehatan maupun kunjungan rumah.
Plaksanan pelayanan kesehatan neonatus
1. Kunjungi neonatal ke 1 (KN1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam
setelah melahirkan
2. Kunjungi neonatal ke 2 (KN2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3
sampai dengan hari ke 7 setelah melahirkan
3. Kunjungi neonatal ke 3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8
sampai dengan hari ke 28 setelah melahirkan.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


123
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus


terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus
terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama
kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan
untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Pelayanan kesehatan neonatal dasar dilakukan secara komprehensif
dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru lahir dan pemeriksaan
menggunaan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk
memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :
1. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir
 Perawatan Tali pusat
 Melaksanakan ASI Eksklusif
 Memastikan bayi telah diberi injeksi Vitamin K1
 Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
 Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
 Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.
 Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu
perawatan bayi baru lahir
 Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi
baru lahir di rumah dengan menggunakan Buku KIA.
 Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
neonatus adalah : dokter spesialis anak, dokter, bidan, dan perawat.
E. Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan
komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal,
tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya
deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


124
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci
keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya.
Faktor risiko ibu hamil adalah :
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Anak lebih dari 4
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari tahun.
4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 3,5
cm, atau penambahan berat baadan < 9 kg selama masa kehamilan.
5. Anemia dengan Hemoglobin < 11 g/dl.
6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul
dan tulang belakang.
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan
ini.
8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis,
kelaian jantung – ginjal- hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes
Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan.
9. Riwayat kehamilan buruk : keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
kongenital.
10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea,
ekstrksivakum/forseps.
11. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalina, infeksi
masa nifas, psikosi post partum (post partum blues).
12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan
riwayat cacat kongenital.
13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, janin besar.
15. Kelainan letak dan posisi janin : lintang/oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.
Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah 9 – 12 kg
selama masa kehamilan.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


125
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :


1. Ketuban pecah dini.
2. Perdarahan pervaginam :
 Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta
 Intra Partum : robekan jalan lahir
 Post Partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasent inkarserata,
kelainan pembekuan darah, subinvolusi uteri
3. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK) : Tekanan darah tinggi (sistolik > 140
mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pre-tibial.
4. Ancaman persalinan prematur.
5. Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis,
Sepsis.
6. Distosia : Persalinan macet, persalinan tak maju.
7. Infeksi masa nifas.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat
penangan yang adekuat di faslitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan
transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus
risiko tinggi. Oleh karenanya Deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh tenaga
kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam
mencegah kematian dan kesakitan ibu.
Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada
ibu hamil. Ibu hamil yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko
terjadinya komplikasi pada neonatus. Deteksi dini untuk komplikasi pada
neonatus dengan melihat tanda – tanda atau gejala – gejala sebagai berikut :
1. Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua
2. Riwayat kejang
3. Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis
4. Frekuensi Napas ≤ 30 X/menit dan ≥ 60 X/menit
5. Suhu tubuh ≤ 35,5° C dan ≥ 37,5° C
6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
7. Merintih

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


126
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

8. Ada pustul kulit


9. Nanah banyak di mata
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
14. BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram
15. Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit - langit.
Komplikasi pada neonatus antara lain :
1. Prematuritas dan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram)
2. Asfiksia
3. Infeksi Bakteri
4. Kejang
5. Ikterus
6. Diare
7. Hipotermia
8. Tetanus neonatorum
9. Masalah pemberian ASI
10. Trauma lahir, Sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll.
F. Penanganan Komplikasi Kebidanan
Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan
komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh
tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan.
Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga
sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangani.
Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi
kebidanan maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu
memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai
dari bidan, puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24 JAM.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


127
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas mampu PONED


meliputi:
1. Pelayanan obstetri :
a. Penanangan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam kehamilan (pre-eklampsi
dan eklampsia)
c. Pencegahan dan penanganan infeksi.
d. Penanganan partus lama/macet.
e. Penanganan abortus
f. Stabilisasi komplikasi obsterik untuk dirujuk dan transportasi rujukan.
2. Pelayanan neonatus :
a. Pencegahan dan penanganan asfiksia
b. Pencegahan dan penanganan hipotermia.
c. Penanganan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
d. Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus
ringan sedang.
f. Stabilisasi komplikasi neonatus untuk dirujuk dan transportasi rujukan.
G. Pelayanan neonatus dengan komplikasi
Pelayanan neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus
dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan
kematian oleh dokter/ bidan/ perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas
PONED, rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta.
Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami
komplikasi neonatal. Hari pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh karena
banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan
di dalam rahim kepada kehidupan di luar rahim. Bayi baru lahir yang mengalami
gejala sakit dapat cepat memburuk sehingga bila tidak ditangani dengan adekuat
dapat terjadi kematian. Kematian bayi sebagian besar terjadi pada hari pertama,
minggu pertama kemudian bulan pertama kehidupannya.
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas
penanganan komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


128
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

mampu PONED dengan target setiap kabupaten/ kota harus mempunyai minimal
4 (empat) puskesmas mampu PONED.
Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki
kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan
terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir
dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/ masyarakat,
bidan di desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS/ RS PONEK pada kasus
yang tidak mampu ditangani.
Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU
Kabupaten/ Kota mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal
emergensi komprehensif (PONEK) yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK,
RSU harus mampu melakukan pelayanan emergensi dasar dan pelayanan operasi
seksio sesaria, perawatan neonatus level II serta transfusi darah.
Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK maka
kasus-kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat ditangani secara optimal
sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan neonatus.
H. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29
hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:
1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari-2 bulan.
2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3-5 bulan.
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6-8 bulan.
4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9-11 bulan.
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan
pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta
peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan
demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan
kesehatan tersebut meliputi:

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


129
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

 Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3,


Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.
 Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
 Pemberian vitamin A 100.000 IU (6-11 bulan).
 Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda-
tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku
KIA.
 Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan bayi
adalah : dokter spesialias anak, dokter, bidan dan perawat.

I. Pelayanan kesehatan anak balita


Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual
berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period
dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta
pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada
masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ
tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar
dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih
berat.
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan
mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang
Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan
jajarannya seperti dokter, bidan, perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan
masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat
kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita
dapat dicegah dengan teknologi sederhana di tingkat pelayanan kesehatan dasar,
salah satunya adalah dengan menerapkan Manajemen Terpadu BalitaSakit
(MTBS), di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Bank dunia, 1993 melaporkan
bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi maslah
kematian balita yang disebabkan oleh infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare,

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


130
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

campak, malaria, kurang gizi dan yang sering mrerupakan kombinasi dari keadaan
tersebut.
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita.
Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan
paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai
dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasi dimulai 1997 dan
saat ini telah mencakup 33 provinsi.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit
dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang
meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat
dalam Buku KIA/ KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran
berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/ KMS.
Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan
anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan
kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan
perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan
kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK
diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar
gedung.
3. Pemberian vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita.
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan
pendekatan MTBS.
J. Pelayanan KB Berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan
menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan
dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu dan menurunkan
tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2
anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin
mempunyai anak.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


131
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan kehamilan. Bagi


Pasangan Usia Subur yang ingin menjarangkan dan/ atau menghentikan
kehamilan, dapat menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi:
 KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus).
 Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
 Metode KB non-hormonal (kondom, AKDFVIUD, vasektomi dan
tubektomi).
Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif (Contraceptive
Prevalence Rate/ CPR) mencapai 61,4% (SDKI 2007) dan angka ini
merupakan pencapaian yang cukup tinggi diantara negara-negara ASEAN.
Namun demikian metode yang dipakai lebih banyak menggunakan metode
jangka pendek seperti pil dan suntik. Menurut data SDKI 2007 akseptor KB
yang menggunakan suntik sebesar 31,6%, pil 13,2%, AKDR 4,8%, susuk 2,8%,
tubektomi 3,1%, vasektomi 0,2% dan kondom 1,3%. Hal ini terkait dengan
tingginya angka putus pemakaian (DO) pada metode jangka pendek sehingga
perlu pemantauan yang terus menerus. Disamping itu pengelola program KB
perlu memfokuskan sasaran pada kategori PUS dengan “4 terlalu” (terlalu
muda, tua, sering dan banyak).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu
diupayakan pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek
kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB. Dari aspek kualitas perlu
diterapkan pelayanan yang sesuai standard dan variasi pilihan metode KB,
sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-klinis secara
berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program KB perlu
melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem
pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan KB kepada
masyarakat adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Pengertian :
Kegiatan masyarakat untuk melembagakan upaya perbaikan gizi
daiam keluarga di Indonesia.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


132
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

Tujuan umum :
Meningkatnya dan terbinanya keadaan gizi seluruh masyarakat.
Tujuan Khusus :
1) Timbulnya partisipasi dan pemerataan kegiatan
2) Terwujudnya perilaku yang mendukung perbaikan gizi
3) Perbaikan gizi balita
Kegiatan :
1) Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi dan mengobati mereka
2) Mempelajari keadaan gizi masyarakat dan mengembangkan program
perbaikan gizi
3) Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat
4) Melaksanakan program perbaikan gizi keluarga
5) Memberikan makanan yang mengandung protein, kalori yang cukup
kepada anak dibawah lima tahun dan kepada ibu yang menyusui
6) Memberikan vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun
Gangguan kesehatan karena kekurangan gizi yang terpenting
meliputi : kekurangan kalori, vitamin A, iodium dan zat besi.
1) Kekurangan Vitamin A
Penyebab pada balita : kurang makan sayuran dan buah-buahan
yang banyak mengandung vitamin A. Akibatnya buta senja, kebutaan,
anemia dan menurunkan daya tahan tubuh. Cara pencegahan kekurangan
vitamin A:
a) Tiap hari makan makanan yang mengandung banyak sumber
vitamin A seperti : hati, minyak ikan, lemak binatang dan buah-
buahan yang berwarna merah, jingga dan kuning.
b) Setiap Februari dan Agustus diberi I kapsul vitamin A takaran tinggi
200.000 SI pada anak umur l- 5 tahun.
Tujuan pencegahan untuk menurunkan angka kasus kekurangan
vitamin A.
2) Kekurangan Protein
Protein banyak terdapat pada hewani dan nabati. Kebutuhan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


133
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

protein setiap hari pada anak-anak 3 gram/kg berat badan dan pada
dewasa 1 gram/kg berat badan.
Akibat kekurangan protein :
a) Pada orang dewasa menyebabkan Honger Oedema (busung lapar)
b) Pada anak-anak terjadi Kwasiokor
Gejala-gejala kekurangan protein :
a) Berat badan dibawah normal
b) Rambut merah, mudah dicabut
c) Lemah, cengeng, apatis
d) Terjadi kelainan pada alat dalam jantung (jantung, hati, ginjal, otak)
3) Kekurangan iodium
Penyebabnya adalah makanan dan air yang tiap hari dikonsumsi
tidak mengandung iodium. Akibat kekurangan iodium :
a) Perkembangan kemampuan dan tingkat kecerdasan anak terhambat
b) Pertumbuhan jasmani terhambat
c) Penderita mengalami pembesaran kelenjar gondok pada leher
Jika ibu kekurangan iodium dapat mengalarm keguguran atau bayinya
akan mati saat meIahirkan. Pencegahannya :
a) Mengkonsumsi garam yang mengandung iodium
b) Untuk daerah gondok yang berat: anak-anak 1- 5 tahun diberi
I kapsul iodium selama 1 tahun
4) Anemia
Adalah keadaan dimana kadar Hb tubuh rendah akibat kekurangan
zat besi yang diperlukan untuk pembentukan tubuh. Penyebab
kekurangan zat besi:
a) Menu sehari-hari kurang mengandung gizi
b) Penyerapan zat besi dalam usus tidak baik
c) Infeksi parasit
d) Jarak kelahiran anak terlalu dekat
Akibat kekurangan zat besi :
a) Ibu tidak kuat bekerja

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


134
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

b) Bayi yang akan dilahirkan biasanya kecil dan lemah


c) Waktu melahirkan kemungkinan ibu dan anaknya dapat meninggal.
Gejala kekurangan zat besi, lemah, badan lesu, cepat lelah, lidah,
bibir, kuku pucat sekali, muka pucat, mata berkunang-kunang.
Cara pencegahan dan menanggulangi :
a) Pencegahan dan penanggulangan anemia
b) Penggalakan penggunaan bahan pangan sumber zat besi
c) Setiap hari ibu hamil minum I pil atau tablet tambah darah sampai
masa nifas
Cara pencegahan dan menanggulangi :
a) FeSO4 tablet untuk ibu hamil dan menyusui
b) Vitamin A dosis tinggi untuk balita
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Kegiatan :
1) Mengumpulkan dan menganalisa data penyakit
2) Melaporkan kasus penyakit menular
3) Menyembuhkan penderita hingga la tidak lagi menjadi sumber infeksi
4) Menyelidiki di lapangan untuk melihat benar atau tidaknya laporan
yang masuk untuk menemukan kasus-kasus baru dan untuk mengetahui
sumber penularan
5) Pemberian imunisasi
6) Pemberantasan vektor
7) Pendidikan kesehatan pada masyarakat
Beberapa penyakit menular yang menjadi perhatian untuk
ditangani di Puskesmas Purwosari beberapa diantaranya adalah diare,
cholera, DHF (Dengue Haeniorhangie Fever), polio, difteri, campak.
1) Pelaksanaan
Untuk mengatasi penyakit tersebut, puskesmas lebih mengutamakan
tindakan-tindakan pencegahan (preventif) dari pada pengobatan.
Beberapa usaha tersebut diantaranya :

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


135
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

a) Diare dan Kholera


Adalah suatu penyakit usus/perut yang menular meiaiui
makanan, minuman dengan gejala berak-berak terus menerus dalam
waktu singkat sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.
 Usaha pencegahan
promosi tentang teknis sanitasi pada masyarakat. Misalnya
usaha desinfeksi berupa pemberian kaporit pada sumur-sumur
masyarakat.
 Usaha pengobatan
 Dengan pemberian oralit atau tablet pencegah diare : AG pada
penderita
 Jika terjadi wabah, dilakukan kegiatan penyelidikain
epidemiologi yaitu terjun langsung ke lapangan.
b) DHF(Dengue Haemorhangie Fever)
Adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.Dengan gejalagejala
demam berkala (2 - 7 hari).
 Usaha pencegahan
Mengadakan kegiatan PJB (Pemberantasan Jentik Berkala) yang
meliputi :
 PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
Contoh : Menguras tandon air
 Abatesasi (pemberian abate) dilakukan secara selektif yaitu
pada tandon air yang positif terdapat jentik jentik nyamuk
yaitu dengan dosis : 10 1/gram dan 1 gentong/1 sendok
makan.
Fogging dengan menggunakan alat Swing Fog.
Bahan-bahan :
 Malation dan solar 1: 20
 ICON dan solar 1: 125, tapi jarang digunakan karena mahal

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


136
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

harganya
 Usaha pengobatan
Pengobatan penderita dengan obat demam berdarah di
Puskesmas.
c) Penyakit Lain
Pest, polio, difteri, campak, karena jarang terjadi maka dilakukan
pencegahan rnelalui penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat.
f. Upaya Pengobatan
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
1) Melaksanakan diagnosa sedini mungkin melalui :
a) Mendapatkan riwayat penyakit
b) Mengadakan pemeriksaan fisik dan laboratorium
c) Membuat diagnosa
2) Melaksanakan tindakan pengobatan
3) Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan tersebut berupa
a) Rujukan diagnostik
b) Rujukan pengobatan atau rehabilitasi
c) Rujukan lain
Upaya Kesehatan Pengembangan adalah upaya dilaksanakan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta
yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas Gambirsari meliputi :
1) Usaha Kesehatan Sekolah
Pengertian :
Kesehatan sekolah adalah upaya kesehatan masyarakat yang
dilaksanakan dalam rangka pembinaan kesehatan anak usia sekolah,
sesuai Undang-Undang No. 14 tahun 1979 tentang kesejahteraan
dinyatakan anak adalah orang yang berusia 6- 12 tahun dan belum
menikah.

Tujuan UKS :

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


137
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

a) Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat
kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat,
sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis dan
optimal dalam rangka pembentukan manusia seutuhnya.
b) Tujuan Khusus
Untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi
derajat kesehatan peserta didik yang didalamnya mencakup :
 Memiliki pengetahuan sikap dan ketrampilan untuk
melaksanakan prinsip hidup sehat berpartisipasi aktif dalam
usaha peningkatan kesehatan baik di sekolah dan di Perguruan
Tinggi
 Sehat baik dalam arti fisik, mental maupun moril
 Memiliki daya tangkal narkotik, obat-obatan, dan bahan
berbahaya, alkohol, rokok dan sebagainya.
Sasaran :
 Sasaran pelayanan kesehatan adalah peserta didik disekolah
dasar dengan sekolah menengah, termasuk perguruan agama,
sekolah kejuruan dan sekolah luar biasa.
 Sasaran pembinaan
 Pelayanan kesehatan di sekolah
 Lingkungan, khususnya lingkungan sekolah dan rumah
tangga
Kegiatan :
 Membina sarana keteladanan di sekolah, berupa sarana
keteladanan gizi berupa kantin dan sarana keteladanan
kebersihan lingkungan
 Membina kebersihan perseorangan peserta didik
 Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berperan aktif
dalam pelayanan kesehatan melalui kegiatan dokter kecil

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


138
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

 Penjaringan kesehatan peserta didik Kelas I


 Pemeriksaan kesehatan periodik sekali setahun untuk Kelas II
sampai VI dan guru berupa pemeriksaan kesehatan sederhana
 Imunisasi peserta didik Kelas I dan VI
 Pengawasan terhadap keadaan air
 Pengobatan ringan pertolongan pertama
 Rujukan medik
 Penanganan kasus anemia gizi
 Pembinaan teknis dan pengawasan di sekolah
 Pencatatan dan pelaporan
2) Usaha Kesehatan Olah Raga
Pengertian :
Arti sehat adalah keadaan sejahtera badan, mental, sosial yang
memungkinkan seseorang hidup produktif sosial dan ekonomi.
Tujuan dan sasaran
a) Tujuan :
 Menunjang upaya peningkatan derajat kesehatan dan kualitas
hidup melalui latihan fisik
 Membantu peningkatan upaya olah raga produktifitas, olah raga
prestasi, olah raga masyarakat dan olah raga tradisional
b) Sasaran :
 Seluruh golongan usia produktif.
 Seluruh kelompok masyarakat usia sekolah melalui upaya
pelaksanaan kurikulum dan program ekstrakurikuler
 Seluruh kelompok olah raga masyarakat dalam bentuk
perkumpulan, klub dan lain-lain
 Pusat-pusat pelayanan kesehatan kesegaran jasmani lain
 Tenaga pemberi pelayanan dalam bidang kesehatan, baik medis
maupun non medis
 Puskesmas sebagai ujung tombak pemberian pelayanan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


139
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

kesehatan olah raga dengan seluruh sistem rujukan


 Golongan penderita penyakit degeneratif .
3) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
Pengertian :
Upaya yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat secara
aktif dan mengutamakan pelayanan, peningkatan dan pencegahan.
Secara berkesinambungan tanpa mengakibatkan pelayanan pengobatan
dan pemilihan secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai suatu kesatuan
untuk melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal sehingga mampu dalam upaya
kegiatannya.
a) Tujuan Umum :
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan
masyarakat secara optimal dan menyeluruh dalam memelihara
kesehatan, untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara
mandiri.
b) Tujuan Khusus :
 Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat
 Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, khusus dan
masyarakat untuk melaksanakan upaya keperawatan dasar dalam
rangka mengatasi masalah kesehatan
 Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan dasar
 Terlayaninya kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih
lanjut dan asuhan keperawatan di rumah dan puskesmas
c) Ruang Lingkup :
 Pelayanan yang diberikan kepada individu baik di Puskesmas
maupun di rumah

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


140
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

 Pelayanan yang diberikan kepada keluarga


 Keluarga dengan status sosial ekonomi kurang
 Keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang sedang
sakit
d) Pelayanan kepada kelompok khusus
 Ibu hamil, bayi lahir, usia sekolah, usia lanjut
 Penderita penyakit menular (TBC, lepra, penyakit kelamin) dan
penyakit lain yang tidak menular (jantung, cacat fisik)
 Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit
 Lembaga sosial, misalnya : Panti Werda, Panti Asuhan, Pusat
Rehabilitasi dan lain-lain
e) Pelayanan pada tingkat masyarakat
Metodologis :
Pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat menggunakan
metode pendekatan keperawatan sesuai dengan tahapnya.
 Tahap pengkajian:
 Tahap perencanaan
 Pelaksanaan
Pola langkah pelaksanaan petugas harus mempertimbangkan aspek
hukum dan etika dan berusaha mencegah komplikasi yang mungkin
timbul dalam asuhan keperawatan yang diberikan.
f) Penilaian
Dalam tahap ini petugas harus membuat pencatatan dan pelaporan
serta identifikasi masalah sebagai bahan pengkajian berikutnya.
4) Upaya Kesehatan Kerja
Merupakan kegiatan pokok Puskesmas yang ditujukan terutama
pada masyarakat pekerja informal di wilayah kerja Puskesmas dalam
rangka upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit serta kecelakaan
yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja.
a) Tujuan Umum

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


141
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

Meningkatkan kemampuan tenaga kerja untuk menolong dirinya


sendiri sehingga terjadi peningkatan status kesehatan dan akhirnya
peningkatan status kesehatan dan akhirnya peningkatan
produktifitas kerja melalui upaya kesehatan kerja.
b) Tujuan Khusus
 Meningkatkan kemampuan masyarakat kerja dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan yang
berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan.
 Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja informal
dan keluarganya yang belum terjangkau selama ini
(underserved).
 Meningkatkan keselamatan kerja dengan mencegah penggunaan
bahan-bahan yang dapat membahayakan lingkungan kerja dan
masyarakat serta penerapan prinsip ergonomik.
Sasaran:
Diarahkan pada tenaga kerja yang mempunyai dampak besar
dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, tetapi kurang memperoleh
pelayanan kesehatan yang memadai.
a) Identifikasi masalah
 Pemeriksaan kesehatan awal dan berkala untuk para pekerja
 Pemeriksaan kasus terhadap pekerja yang datang berobat ke
Puskesmas
b) Kegiatan peningkatan (promotif)
 Perbaikan gizi
 Perbaikan lingkungan kerja
c) Kegiatan pencegahan (preventif)
 Penyuluhan atau latihan kerja
 Kegiatan ergonomik, yaitu kegiatan untuk mencapai kesesuaian
antara alat kerja agar tidak terjadi stres fisik terhadap pekerja
 Kegiatan monitoring bahaya akibat kerja

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


142
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

 Pemakaian alat pelindung


d) Kegiatan pengobatan
Pengobatan medis umumnya menggunakan dua pendekatan :
 Pendekatan sistem alat tubuh (organ system)
 Pendekatan jenis pemampatan (exposure)
e) Kegiatan pemulihan
Untuk memulihkan fungsi tubuh yang cedera akibat kecelakaan
atau penyakit. Fungsi Puskesmas dalam hal ini ialah
mengidentifikasi kasus yang membutuhkan rehabilitasi dan
merujuknya ke rumah sakit.
f) Kegiatan rujukan
Pada dasarnya meliputi kegiatan rujukan medik dan kesehatan.
5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
Pengertian :
Upaya kesehatan gigi ensesial yang terbanyak dibutuhkan oleh
masyarakat meliputi upaya peningkatan, pencegahan yang ditujukan
kepada individu, keluarga dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
dengan prioritas masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya yang
rawan terhadap penyakit gigi dan mulut.
a) Tujuan umum
Tercapainya derajat kesehatan gigi masyarakat yang optimal.
b) Tujuan khusus
 Terhindarnya atau berkurangnya gangguan fungsi kunyah
 Meningkatkan kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat dalam
kemampuan pemeliharaan din di bidang kesehatan gigi dan
mulut, serta mencari pengobatan sedini mungkin
c) Kegiatan :
 Pembinaan atau pengembangan
 Pelayanan asuhan pada kelompok rawan
 Pelayanan medik dasar gigi

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


143
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

d) Sasaran :
 Membina peran serta masyarakat dalam pemeliharaan dini
 Peran serta masyarakat dalam penyuluhan pengobatan
sederhana, rujukan mencakup 20 % penduduk kalurahan binaan
 Frekuensi pembinaan petugas kesehatan di desa dilaksanakan
minimal 3 x dalam setahun
 Upaya peningkatan atau pencegahan pada anak sekolah atau
kegiatan menyikat gigi
 Upaya pelayanan pengobatan komperhensif pada anak sekolah
mencakup 80 % dari murid kelas selektif yang memerlukan
perawatan.
6) Upaya Kesehatan Jiwa
Pengertian :
Adalah Upaya Kesehatan Jiwa yang dilaksanakan di Tingkat
Puskesmas secara khusus atau terintegrasi dengan kegiatan pokok
puskesmas lainnya, yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
Puskesmas yang ditujukan pada individu, keluarga, masyarakat dan di
utamakan pada masyarakat yang berpenghasilan rendah, khususnya
kelompok rawan tanpa mengabaikan kelompok lainnya dengan
menggunakan teknologi tepat guna yang disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan masyarakat setempat.
Tujuan:
Tercapainya derajat kesehatan jiwa yang optimal seluruh masyarakat.
Kegiatan :
a) Pelayanan kesehatan jiwa
 Kegiatan terintegrasi
 Kegiatan khusus
 Anamnesia : autonamness, alloanamnessis
 Pemeriksaan fisik secara umum, pemeriksaan neurologis
 Pemeriksaan laboratorium

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


144
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

 Pengobatan
b) Peran serta masyarakat
c) Pengembangan
d) Sistem pencatatan dan pelaporan
7) Upaya Kesehatan Mata Pencegahan Kebutaaan (UKTA/PK)
Pengertian :
Upaya kesehatan mata/pencegahan kebutaaan dasar adalah upaya
kesehatan dasar dibidang UKTA/PK yang dilaksanakan di tingkat
Puskesmas, diselenggarakan secara khusus atau terpadu.
a) Tujuan umum
Meningkatkan derajat kesehatan mata masyarakat secara optimal.
b) Tujuan khusus
 Meningkatkan kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat dalam
pemeliharaan kesehatan mata dan pencegahan kebutaan
 Penurunan prevalensi kesakitan mata dan kebutaan sehingga
tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat
 Meningkatkan jangkauan pelayanan reflaksi sehingga
masyarakat yang mengalami gangguan fungsi penglihatan dapat
terlayani.
Kegiatan :
a) Anamnesa
b) Pemeriksaan virus dan mata luar, tes buta warna, tes tekanan bola
mata, tes saluran air mata, tes lapangan pandang, funduskopi dan
pemeriksaan laboratorium
c) Merujuk kasus yang tidak dapat diatasi
d) Pencatatan dan pelaporan
8) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Pengertian :
Adalah upaya kesehatan paripurna di bidang kesehatan usia lanjut,
yang dilaksanakan dan diselenggarakan secara khusus maupun umum

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


145
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

yang terintegrasi dengan kegiatan pokok Puskesmas yang lainnya


Tujuan:
a) Tujuan umum
Meningkatkan derajat kesehatan usia lanjut untuk mencapai
masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat sesuai eksistensinya dalam strata kemasyarakatan
dalam mencapai mutu kehidupan usia lanjut yang optimal.
b) Tujuan khusus
 Meningkatkan kesadaran untuk membina kesehatan usia lanjut
 Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam
menghayati dan mengatasi masalah kesehatan usia lanjut secara
optimal
 Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut
 Meningkatkan jenis dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut
c) Sasaran :
 Kelompok usia lanjut dalam masa prasium (55 - 61 tahun)
 Kelompok usia dalam masa virilitas (45 - 54)
d) Kegiatan kesehatan usia lanjut
 Pelayanan kesehatan usia lanjut
 Peningkatan peran serta masyarakat dengan menyelenggarakan
Posyandu Lansia.
 Pengembangan upaya kesehatan usia lanjut
 Pencatatan dan pelaporan
9) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
a) Tujuan Umum
Meningkatkan pendayagunaan obat dan pengobatan
tradisional yang terbukti efektif sebagai bentuk kegiatan perawatan
pertolongan diri di tingkat keluarga, sebelum sempat mengadakan
kontak dengan petugas kesehatan.
b) Tujuan Khusus

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


146
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

 Teridentifikasinya potensi dan efektifitas obat dan pengobatan


tradisional yang ada di wilayah Puskesmas setempat
 Terseleksinya dan terbinanya pendayagunaan obat dan
pengobatan tradisional yang terbukti efektif untuk pemeliharaan
kesehatan di tingkat keluarga.
c) Sasaran:
 Pengobatan tradisional dan pembuatan obat tradisional
 Masyarakat khususnya keluarga dan kelompok dasa wisma.
d) Kegiatan :
 Melestarikan bahan-bahan tanaman yang dapat digunakan untuk
pengobatan tradisional
 Melakukan pembinaan terhadap cara-cara pengobatan tradisional
Upaya Kesehatan Penunjang Puskesmas Gambirsari
Laboratorium Kesehatan
Pemeriksaan yang dilakukan
 Golongan darah
 Pemeriksaan Haemoglobin dengan Paper Skala Haemoglobin
 Pemeriksaan
 Pemeriksaan Mycobacterium TBC (Tuberculosis)
 Pemeriksaan tinja.
 Pemeriksaan HB ibu hamil dan test kehamilan
10) Upaya Pencatatan dan Pelaporan
Laporan dibuat tiap bulan dan paling lambat tanggal 5 diserahkan
ke Dinas Kesehatan Kota. Untuk 10 macam penyakit yang sering
ditangani Puskesmas dilaporkan juga setiap tahun.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


147
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

BAB IV
KEGIATAN PKPA

Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker oleh mahasiswa Universitas Setia


Budi dilakukan di beberapa Instansi Pemerintah. Kegiatan diadakan pada tanggal 5
Juli 2017 sampai 22 Juli 2017 bertempat di Dinas Kesehatan Kota Surakarta, UPT
Instalasi Farmasi Kota Surakarta dan UPT Puskesmas Kota Surakarta. Tujuan dari
kegiatan ini adalah agar mahasiswa mengerti dan memahami tugas-tugas dan
wewenang serta struktur organisasi dan jalur koordinasi lembaga pemerintahan.
Pada tanggal 5 Juli 2017 kegiatan PKPA diadakan di Dinas Kesehatan Kota
Surakarta berupa pengenalan Instansi, tugas dan wewenang dari setiap seksi
organisasi, program-program kesehatan organisasi dan manajemen pengelolaan
obat dimulai dari perencanaan obat hingga monitoring dan evaluasi obat. Semua
tugas dan wewenang bertujuan mewujudkan visi dari Dinas Kesehatan Kota
Surakarta yaitu “Terwujudnya Masyarakat Surakarta yang Sehat, Mandiri dan
Berbudaya”.
PKPA di Instalasi Farmasi Kota Surakarta dilakukan pada tanggal 6 & 7
Juli 2017 berupa penyampaian materi tentang tugas dan wewenang dari setiap
seksi organisasi dan manajemen pengelolaan obat. Pada kunjungan ke Instalasi
Farmasi Kota Surakarta mahasiswa diberi kesempatan untuk melihat secara
langsung manajemen pengelolaan obat dimulai dari perencanaan obat, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, distribusi obat kepada 17 Puskesmas di Kota Surakarta,
pencatatan dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi obat.
Kegiatan pelayanan kefarmasian di UPT Puskesmas pada tanggal 10 Juli
sampai 22 Juli dilakukan di Puskesmas Induk Gambirsari, Puskesmas Pembantu
Clolo, Puskesmas Pembantu Krembyongan dan Puskesmas Keliling. Kegiatannya
meliputi penerimaan resep, skrining resep oleh TTK, penyiapan dan peracikan
obat, penyerahan obat dan pelayanan informasi obat. Selain mengerjakan resep
jumlah obat yang digunakan juga dicatat dalam lembar pencatatan harian, rekapan
maupun SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen Puskesmas). Pencatatan jumlah
obat disesuaikan dengan nama obat yang tertera di resep dan disertakan nama
pasien sesuai dengan jenis kartu puskesmas masing-masing pasien (Umum, JKN
PBI, JKN non PBI, dan resep lain- lain seperti imunisasi). Selain melakukan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


148
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

pelayanan kefarmasian, mahasiswa PKPA melakukan promosi kesehatan dengan


tema Cegah Hipertensi “Kenali Obat Anda, Lakukan Pola Hidup Sehat” pada
tanggal 26 Juli 2017 pukul 09.00-10.00 WIB. Promosi Kesehatan dilakukan di
Puskesmas Induk Gambirsari karena kondisi sarana dan prasarana Puskesmas
Induk Gambirsari yang memadai. Sasarannya adalah pasien yang berobat ke
Puskesmas Induk Gambirsari. Promosi kesehatan ini bertujuan untuk memberikan
informasi kepada masyarakat bagaimana cara pencegahan penyakit hipertensi,
dapat megetahui obat hipertensi secara benar (cara, aturan, waktu pemakaian), dan
mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat memperkirakan
apakah suatu keluhan yang timbul kemudian, merupakan suatu penyakit baru atau
efek samping obat. Promkes ini menjadi sangat penting karena kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang pencegahan hipertensi. Masyarakat juga diberikan
leaflet/brosur berisi informasi Cegah Hipertensi “Kenali Obat Anda, Lakukan Pola
Hidup Sehat” yang telah dipaparkan sehingga diharapkan informasi ini dapat
diingat dan diinformasikan kepada anggota keluarga atau pihak lain.
Pada tanggal 20 juli 2017 mahasiswa PKPA juga melakukan promosi
kesehatan (Promkes) dengan tema Cara Pemakaian Obat yang Baik dan Benar,
tanggal 21 Juli 2017 mengikuti penyuluhan puskesmas di RW 21 nusukan pada
pukul 16.00 WIB dengan tema Kontrasepsi IUD dan setelah itu mahasiswa
melakukan promosi kesehatan juga dengan tema yang sama pada sebelumnya.
Promosi kesehatan masyarakat ini bertujuan untuk menyampaikan pada
masyarakat bagaimana pemakaian obat yang benar dan baik terkain waktu
penggunaan yang benar, cara pemakaiannya, cara penyimpanan, batas penggunaan
obat yang benar. Hari sabtu 22 Juli 2017 mahasiswa PKPA mengikuti kegiatan
puskesmas keliling.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


149
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

BAB V
PEMBAHASAN

Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Angkatan XXXIII


Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta yang di mulai tanggal 5 Juli –
15 Juli 2017 meliputi Dinas Kesehatan Kota Surakarta, UPT Instalasi Farmasi
Surakarta dan UPT Puskesmas Gambirsari.
Diawali pada tanggal 5 Juli 2017 yang bertempat di Dinas Kesehatan
Kota Surakarta kemudian berlanjut tanggal 6 Juli 2017 di UPT Instalasi Farmasi
Kota Surakarta yang dibagi dalam 2 kelompok dan tanggal 10 - 15 Juli 2017 di
UPT Puskesmas Gambirsari.
Kegiatan PKPA ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang
mendalam kepada mahasiswa agar dapat mengerti dan memahami tugas, fungsi,
wewenang, tanggung jawab serta struktur organisasi dan jalur koordinasi lembaga
pemerintahan di Dinas Kesehatan Kota Surakarta, UPT Instalasi Farmasi dan UPT
Puskesmas Gambirsari. Kegitan ini diharapkan kelak ketika mahasiswa terjun ke
dunia kerja khususnya dalam dunia kerja pemerintahan sebagai Apoteker dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai lembaga Pemerintahan yang bergerak
di bidang kesehatan.
A. Dinas Kesehatan Kota Surakarta
Salah satu tugas pokok Dinas Kesehatan Kota yaitu menyelanggarakan
urusan pemerintah daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi daerah dan
tugas pembantuan. Oleh karena itu kegiatan mahasiswa PKPA di Dinas
Kesehatan Kota Surakarta bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan para
calon apoteker dalam pelayanan kesehatan, khususnya di bidang kefarmasian,
perizinan apotek, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, makanan dan
minuman, obat tradisional, registrasi dan akreditasi serta struktur organisasi di
Dinas Kesehatan Kota Surakarta.
Dalam bidang registrasi dan akreditasi, Dinas Kesehatan Kota
menangani tata cara perizinan usaha farmasi yang meliputi izin industri obat
tradisional dan bahan baku farmasi (BBF), izin apotek, izin makanan dan
makanan dan minuman serta penyuluhan alat kesehatan. Salah satu bentuk

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


150
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta


adalah promosi kesehatan (promkes). Promosi kesehatan ini bertujuan untuk
meningkatkan pola hidup sehat masyarakat.
B. UPT Instalasi Farmasi
Pada kegiatan PKPA di UPT Instalasi Farmasi mahasiswa diberi informasi
dan pengarahan tentang hal-hal yang berkaitan dengan sistem pengelolaan obat
serta melihat secara langsung penyimpanan perbekalan farmasi di Instalasi farmasi.
Pengelolaan obat meliputi perencanaan, pengadaan sekaligus penerimaan,
distribusi dan penyimpanan, penggunaan dan evaluasi serta memperkenalkan cara
pencatatan, pelaporan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan habis pakai.
Dalam perencanaan obat di UPT Instalasi farmasi menggunakan metode
konsumsi (berdasarkan analisis data penggunaan obat tahun sebelumnya) dan
metode epidemologi (berdasarkan frekuensi penyakit/jenis penyakit). Perencanaan
dilakukan berdasarkan jumlah penggunaan obat di UPT Puskesmas Kota
Surakarta. Data penggunaan obat di Puskesmas dapat dilihat berdasarkan LPLPO
dari Puskesmas.
Dalam pengadaan sekaligus penerimaan, pengadaan obat saat ini
disesuaikan dengan e-catalog. Jika terjadi kekosongan obat maka pihak Instalasi
Farmasi akan meminta perbekalan obat tambahan dari Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah ataupun melakukan pengadaan/pembelian sendiri dengan atau tanpa
lelang.
Sedangkan dalam penerimaan harus diperhatikan nomor batch harus sama
dan dilampiri dengan dokumen yang jelas (obat diterima baik jenis dan jumlahnya
sesuai dengan dokumen yang menyertainya). Serta harus memperhatikan pula
masa expirednya (masa kadaluarsanya).
Penyimpanan perbekalan farmasi harus memperhatikan kapasitas gudang
penyimpanan, ventilasi, penerangan, suhu keamanan, serta alat-alat yang dibutuhkan
dalam penyimpanan. Dalam proses penyimpanan tiap item dilengkapi dengan kartu
steling, warna kartu bermacam-macam berdasarkan sumber dana yang digunakan. Saat
penyimpanan harus memperhatikan ketentuan yang ada yaitu tidak gelap, tidak
lembab, aman, tidak terkena sinar matahari langsung.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


151
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

Dalam pendistribusian obat, yang harus diperhatikan yaitu harus sesuai


dengan permintaan dari tiap Puskesmas. Apabila stok obat terbatas di UPT
Instalasi Farmasi, maka pendistribusian obat di UPT Puskesmas dibatasi atau
dipilah Puskesmas mana yang jumlah kunjungan pasiennya terbanyak, maka itu
yang harus diprioritaskan lebih banyak pemberian obatnya. Hal ini dimaksudkan
agar stok obat di UPT Instalasi Farmasi Surakarta masih tetap stabil. Semua
permintaan harus selalu dicatat dan di evaluasi agar lebih baik dari tahun
sebelumnya dan untuk perencanaan kedepan. Pembagian obat di UPT Instalasi
farmasi dilakukan setiap bulan atas dasar permintaan yang dilakukan sebelumnya
kecuali untuk Kejadian Luar Biasa (KLB).
C. UPT Puskesmas Gambirsari
Kegiatan mahasiswa PKPA di UPT puskesmas Gambirsari yaitu pelayanan
kesehatan kepada masyarakat baik yang berpusat di puskesmas induk maupun
dipuskesmas pembantu, serta pelayanan kesehatan dengan terjun langsung ke
lingkungan masyarkat seperti puskesmas keliling yang sudah terjadwal waktu dan
tempat pelaksanaan. Kegiatan lainnya yaitu mahasiswa diberi pengarahan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan obat serta melihat secara langsung
penyimpanan. Pengelolaan obat meliputi perencanaan, pengadaan sekaligus
penerimaan, distribusi dan penyimpanan, penggunaan dan evaluasi.
Pengelolaan obat di UPT Puskesmas Gambirsari bertujuan agar tercapainya
persediaan yang rasional dan untuk pengembangan serta peningkatan pelayanan
obat. Kegiatan pengelolaan obat di UPT Puskesmas meliputi : perencanaan
kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pelayanan obat,
pencatatan dan pelaporan.
Sasaran pokok pencacatan, pengolahan dan pelaporan obat di puskesmas
yaitu terlaksananya tertib administrasi dan pengelolaan obat, tersedianya data
yang akurat dan tepat waktu dan tersedianya data untuk melakukan pengaturan
dan pengendalian oleh unit yang lebih tinggi.
Macam-macam format pencacatan dan pelaporan obat di UPT puskesmas
dan sub unit pelayanan kesehatan meliputi kartu stock obat, laporan pemakaian
dan lembar permintaan obat (LPLPO), buku catatan harian penerimaan dan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


152
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

pemakaian obat, buku catatan harian penerimaan resep, laporan obat


rusak/kadaluarsa dan surat pernyataan obat hilang
Perencanaan kebutuhan obat di UPT Puskesmas Gambirsari mengunakan
metode konsumsi dan epidemologi. Pada dasarnya Puskesmas termasuk UPT
Puskesmas Gambirsari tidak melakukan pengadaan obat sendiri, tetapi
memperoleh dari UPT Instalasi Farmasi Kota Surakarta. Sebelumnya UPT
Puskesmas Gambirsari mengajukan daftar kebutuhan obat melalui Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Obat yang diterima UPT
Puskesmas Gambirsari dari UPT Instalasi Farmasi Kota Surakarta berasal dari
berbagai sumber dana, tetapi dalam pemakaiannya tidak memperhatikan asal obat
tersebut. Pendistribusian obat di UPT Puskesmas Gambirsari meliputi penyerahan
obat, alat kesehatan, reagensia, pada puskesmas pembantu dan ketempat unit
pelayanan lain yang dilakukan secara tidak langsung (Posyandu).
Untuk memperlancar administrasi resep yang masuk setiap hari maka
resep direkap dan diklasifikasikan berdasarkan jenis pasien yaitu Umum, PBI, Non
PBI, dan lain-lain. Laporan pemakaian obat di Puskesmas meliputi laporan harian,
bulanan dan tahunan. Evaluasi dilakukan supaya bisa lebih baik dari tahun
sebelumnya.
Penerimaan obat yang diterima dari instalasi farmasi dicek jenis barang,
bentuk, dan jumlah barang, di cek kesesuaian antara dokumen dengan jumlah
yang datang, jika kelebihan barang dikembalikan. Penyimpanan obat yang
diterima dari instalasi farmasi ditempatkan di ruangan denga suhu yang dapat
menjaga stabilitas obat. Pelayanan obat yang dikeluarkan dari kamar obat harus
didasarkan resep supaya tidak terjadi penyalah gunaan obat yang tidak
bertanggung jawab. Pencatatan dan pelaporan bertujuan untuk terlaksananya
proses administrasi yang tertib dalam pengelolaan obat, agar tersedia data yang
akurat dan tepat waktu.
Berikut ini alur pelayanan yang dilakukan di unit farmasi UPT Puskesmas
Gambirsari:
e. Pasien menyerahkan resep dokter
f. Pasien mengambil resep sesuai dengan urutan nomor resep
g. Melakukan skrening resep
h. Mengambil dan menyiapkan obat sesuai resep

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


153
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

i. Menyiapkan wadah dan menulis etiket yang terdiri atas nama pasien,
tanggal, aturan pakai dan lain-lain.
j. Mengemas obat dan meneliti ulang obat yang diresepkan
k. Menyerahkan dan memberikan informasi penggunaan obat kepada pasien
l. Menulis laporan petugas yang menyiapkan dan menyerahkan obat kepada
pasien
Selain melayani obat pasien atas resep dokter, juga dipelajari bagaimana
pelaporan penggunaan obat yang disebut dengan Laporan Penerimaan dan Laporan
Penggunaan Obat (LPLPO). LPLPO ini direkap setiap bulan dan dilaporkan ke
UPT InstalasI Farmasi Kota Surakarta sebagai acuan dalam pendistribusian obat ke
Puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat di UPT Puskesmas Gambirsari
menggunakan metode konsumsi dan epidemiologi.
Di UPT Puskesmas Gambirsari, di ajari pula bagaimana mengelola obat
dengan baik, khususnya penyimpanan dan menataan obat. Tujuan dari
penyimpanan dan penataan obat ini untuk memudahkan pengambilan pada saat
melayani resep pasien. Stok obat disimpan dalam gudang Puskesmas, sementara
pemakaian sehari-hari ditata dengan baik di atas meja dan di lemari pelayanan
resep. Masing-masing bentuk sediaan obat dipisahkan tempatnya, misalnya sirup
di lemari yang satu, bentuk salep di lemari yang lain dan bentuk tablet di dalam
kotak tertentu.
Kegiatan pengelolan obat di UPT Puskesmas Gambirsari meliputi
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pelayanan obat
kepada pasien, pencatatan dan pelaporan obat. Penyimpanan obat yang diterima
dari UPT Instalasi Farmasi Kota Surakarta dilakukan secara alfabetis, sebelum
melakukan penyimpanan terlebih dahulu dicek ulang kesesuaian antara permintaan
dan penerimaan obatnya. Pada setiap jenis obat yang disusun terdapat kartu stock
untuk memantau jumlah obat yang masuk dan keluar serta obat yang masih tersisa.
Ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya stock kosong.
Kegiatan lain yang dilakukan adalah melakukan kegiatan Puskesmas
keliling (Pusling) yang rutin dilakukan di posko-posko setiap 2 kali dalam
seminggu yaitu pada hari senin dan kamis. Pasien rata-rata yang berobat ke Pusling
adalah lansia, mereka datang untuk memeriksa dan mengontrol kesehatannya.
Adapun mekanisme pelayanan pada Pusling yaitu:

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


154
Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5-7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

6. Menyiapkan obat yang diperlukan, yang dilakukan di Puskesmas induk.


7. Menyiapkan rekam medik.
8. Berangkat menuju posko Pusling, kemudian setelah sampai obat ditata.
9. Pasien datang dan diperiksa oleh dokter atau perawat, kemudian
meresepkan obatnya.
10. Resep obat dilayani oleh petugas farmasi dan pemberian obat disertai
dengan informasi obat.
Kegiatan yang lain dilakukan di UPT Puskesmas Gambirsari adalah
melakukan pelayanan obat di Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Di
UPT Puskesmas Gambirsari ada 2 Puskemsmas Pembantu yaitu Puskesmas
Pembantu Clolo dan Puskesmas Pembantu Krembyongan. Di kedua Puskesmas
Pembantu ini kita diajarkan bagaimana melayani obat atas permintaan resep secara
terpadu. Rata-rata pasien di kedua Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling
ini adalah warga masyarakat sekitar.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


Laporan PKPA Dinas Kesehatan Kota ,UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari di Surakarta,
5 – 7 Juli, 10-15 Juli dan 17-22 Juli 2017

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari semua kegiatan PKPA pemerintahan yang telah kami laksanakan
mulai dari di Dinas Kesehatan Kota Surakarta, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari, kami dapat menyimpulkan bahwa kami selaku
calon farmasis atau apoteker sudah mengetahui bagaimana gambaran struktur
organisasi yang ada di Dinas Kesehatan Kota Surakarta, di Instalasi Farmasi
dan Puskesmas serta tugas-tugas yang dilaksanakan yang nantinya akan
menjadi pembelajaran sehingga dapat menjalankan tugas secara professional
serta handal. Seperti tugas farmasis di Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang
mengatur tentang bagaimana melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang farmasi, makanan,
minuman dan perbekalan kesehatan, begitupun di Instalasi Farmasi, tugasnya
adalah bagaimana proses pengeloaan obat berjalan hingga sampai ke tangan
konsumen serta tugas di Puskesmas, Farmasis lebih berepran aktif dalam
melakukan pelayanan kefarmasian serta mengetahui pengelolaan perbekalan
farmasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

B. Saran
1. Dinas Kesehatan Kota Surakarta diharapkan lebih meningkatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan memperbanyak
penyuluhan kesehatan dengan menyebarkan leaflet dan bosur. Ini
bertujuan agar masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan dalam hal
meningkatkan kualitas hidupnya.
2. Perbekalan farmasi hendaknya lebih meningkatkan kualitas
pelayanannya dalam hal pengadaan obat, dan pendistribusian obat kepada
semua Puskesmas yang ada dalam wilayah kerjanya.
3. Pelayanan kesehatan Puskesmas kepada masyarakat sebaiknya lebih di
tingkatkan lagi, hal ini dapat dicapai dengan penambahan atau perbaikan
fasilitas Puskesmas dan Puskesmas Pembantu serta penyediaan tenaga
kesehatan yang berkompeten di bidangnya.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Setia Budi Surakarta


103

Anda mungkin juga menyukai