BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan Pemerintah Indonesia mengatur
pelaksanaannya yang dilakukan bersama-sama oleh pemerintah beserta
masyarakat secara serasi dan seimbang, terutama melalui upaya peningkatan dan
pencegahan yang dilakukan secara terpadu dengan upaya penyembuhan serta
pemulihan yang diperlukan. Dengan demikian upaya kesehatan diselenggarakan
dalam suatu tatanan terbuka dan bersifat dinamis, dengan tujuan tercapainya
kemampuan setiap penduduk untuk hidup sehat.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari
pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan
adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal. Pemerintah
menginginkan sebuah kondisi dimana masyarakat Indonesia sadar, mau dan
mampu untuk mengenali, mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang
dihadapi, baik faktor lingkungannya maupun perilakunya.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan
berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu yang
dimulai dari tingkat Puskesmas sebagai penanggung jawab penyelenggara upaya
kesehatan tingkat pertama sampai pada tingkat Rumah Sakit sebagai penanggung
jawab penyelenggaran upaya kesehatan lanjutan. Dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan lanjutan. Dalam upaya kesehatan ini pemerintah Indonesia mengatur
pelaksanaannya yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat secara serasi
dan seimbang, terutama melalui upaya peningkatan dan pencegahan yang
dilakukan secara terpadu dengan upaya penyembuhan serta pemulihan yang
diperlukan. Dengan demikian upaya kesehatan diselenggarakan dalam suatu
tatanan terbuka dan bersifat dinamis, dengan tujuan tercapainya kemampuan
setiap penduduk untuk hidup sehat.
Masyarakat Indonesia sudah mempunyai kemampuan untuk hidup sehat
dimana hal tersebut membawa pengertian masyarakat sebagai subyek dan bukan
hanya sebagai obyek. Dengan demikian upaya kesehatan merupakan upaya yang
Pendidikan Profesi Apoteker atau dapat juga disebut sebagai salah satu bentuk
pengintegrasian kegiatan dilingkungan kerja dan pendidikan. Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) merupakan masa orientasi bagi mahasiswa program
apoteker sebelum bekerja di masyarakat. Selain itu, mahasiswa dilatih untuk
bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memecahkan masalah yang
terjadi dilapangan serta untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh selama mengikuti pendidikan. Pada kesempatan ini diharapkan setiap
mahasiswa secara khusus mampu menerapkan konsep teori dan prinsip ilmu
perilaku, sosial, biomedik dan ilmu kefarmasian dalam melaksanakan pelayanan
kepada masyarakat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan yang diharapkan dalam Praktek Kerja Profesi Apoteker di Dinas
Kesehatan Kota Surakarta, UPT Instalassi Farmasi Kota Surakarta dan UPT
Puskesmas Gambirsari Surakarta adalah:
a. Memberikan gambaran tentang organisasi, struktur, cara, situasi dan kondisi
kerja dari berbagai bentuk lapangan pekerjaan di bidang farmasi sehingga
mendapatkan gambaran mengenai fungsi, peran dan tugas seorang
farmasis/apoteker.
b. Mempersiapkan pada calon Apoteker untuk menjalani profesinya secara
profesional, handal dan mandiri serta mampu menjawab tantangan.
2. Tujuan Khusus
2.1 Mahasiswa-mahasiswi Profesi Apoteker mengetahui tugas-tugas tenaga
kefarmasian di pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surakarta, UPT
Instalasi Farmasi Kota Surakarta dan UPT Puskesmas Gambirsari
Surakarta.
2.2 Mahasiswa-mahasiswi Profesi Apoteker mengetahui alur dan tata cara
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi
perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi di
C. Manfaat
Manfaat dari PKPA dapat memberikan pengalaman pada
mahasiswa untuk memasyarakatkan diri pada suasana lingkungan kerja
dan menumbuhkembangkan serta memantapkan sikap profesional yang
diperlukan mahasiswa untuk memasuki lapangan kerja sesuai bidangnya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Dinas Kesehatan
1. Gambaran Umum
Dinas kesehatan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan
pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas
pembantuan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas Kesehatan,
yang bertanggung jawab kepada Wali Kota melalui Sekretaris Daerah (Peraturan
Walikota Surakarta Nomor 12 tahun 2008 tentang penjabaran tugas pokok, fungsi,
dan tata kerja dinas kesehatan kota surakarta).
Setelah otonomi diberlakukan di Indonesia membawa perubahan terhadap
tatanan penyelenggaraan pemerintah di daerah dimana pemerintah daerah dituntut
lebih profesional didalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Perubahan
tersebut membawa konsekuensi terhadap kewenangan daerah dalam menentukan
berbagai kebijakan sebagai manifestasi otonomi daerah luas dan
bertanggungjawab untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
menurut prakarsa sesuai kondisi dan potensi daerah.
Atas dasar prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah yang luas, nyata dan
sekaligus menjadikan pedoman bagi pemerintah Kota Surakarta untuk menata
susunan organisasi. Penyusunan penataan organisasi ini dimaksudkan sebagai
langkah awal dalam menampung kewenangan, dan urusan yang diberikan kepada
daerah serta disesuaikan dengan kondisi potensi Kota Surakarta.
Dalam penyelenggaraan pelaksanaan kesehatan di Kota Surakarta maka
Dinas Kesehatan Kota Surakarta melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi
(TUPOKSI). TUPOKSI tersebut menjadi dasar dalam pelaksanaan tugas
pekerjaan bagi setiap pegawai di Dinas Kesehatan serta di bawahnya.
2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan Kota Surakarta melaksanakan tugas pokok dan fungsi,
dimana Tugas Pokok Dinas Kesehatan adalah menyelenggarakan urusan
pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan azas otonomi daerah dan
tugas pembantuan, sedangkan fungsi Dinas Kesehatan yaitu sebagai berikut:
2.1 Tugas Pokok Dinas Kesehatan
perbekalan kesehatan yang berasal dari semua sumber anggaran dan menjadi
tanggung jawab Dinas Kesehatan di masing-masing Kabupaten/Kota. Anggaran
Instalasi Farmasi berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah),
APBD PROVINSI dan APBD KOTA.
Pelaksanaan pengelolaan Instalasi Farmasi Kota Surakarta disesuaikan
dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota
Surakarta. Pengelolaan mencakup seluruh obat publik dan perbekalan kesehatan
yang berasal dari semua sumber anggaran dan menjadi tanggung jawab Dinas
Kesehatan di masing-masing.
C. PUSKESMAS
1. Definisi Puskesmas
Menurut Permenkes RI No.75 Tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat
yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya.
Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau
Kotamadya, bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya. Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu
Kecamatan, apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka
tanggung jawab wilayah kerja dibagi antarpuskesmas dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah yaitu Desa atau Kelurahan atau Dusun atau Rukun
Warga. Untuk keperluan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu
ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yaitu Puskesmas
Pembantu dan Puskesmas Keliling.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/Menkes/Sk/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Puskesmas adalah unit pelaksana teknis
dinas kesehatan yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.
1. Unit Pelaksana Teknis
C. Bidan Desa
Pada setiap desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatannya,
ditempatkan seorang Bidan yang bertempat tinggal di Desa tersebut
dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Puskesmas.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas untuk
mendukung terwujudnya Kecamatan sehat. Pusat kesehatan
masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung tombak dari peranan
pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat luas. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang
dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam
kerjanya.
2. Sejarah Perkembangan
Konsep yang merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Konsep Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika dilangsungkan
Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) I di Jakarta. Rakerkesnas I
membicarakan upaya mengorganisir sistem pelayanan kesehatan di tanah air
yang untuk pelayanan kesehatan tingkat I dirasakan kurang menguntungkan.
Rakerkesnas I menimbulkan gagasan untuk menyatukan semua
pelayanan kesehatan tingkat I ke dalam satu pengorganisasian. Organisasi ini
di beri nama Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas pada
Rakerkesnas I dibedakan menjadi 4 macam yaitu Puskesmas Tingkat Desa,
Puskesmas Tingkat Kecamatan, Puskesmas Tingkat Kawedanan dan
Puskesmas Tingkat Kabupaten.
Rakerkesnas II dilangsungkan tahun 1969 untuk memperbaharui
pembagian Puskesmas menjadi 3 macam yaitu Puskesmas type A yaitu
Puskesmas yang dipimpin oleh Dokter penuh, Puskesmas type B yaitu
Puskesmas yang dipimpin oleh Dokter tidak penuh dan Puskesmas type C
yaitu Puskesmas yang dipimpin oleh Tenaga Paramedik.
Rakerkesnas III dilangsungkan tahun 1970 yang menetapkan hanya ada
satu macam Puskesmas, dengan wilayah kerja tingkat kecamatan atau pada
suatu daerah dengan jumlah penduduk antara 30000-50000 jiwa.
3. Tujuan Puskesmas
Tujuan Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional, dengan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah
kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat.
4. Fungsi Puskesmas
Puskesmas menyelenggarakan fungsi:
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan; Menggerakkan masyarakat untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap
tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor
lain terkait;
d. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat;
e. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas;
f. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
h. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu;
b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif;
c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat;
Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan
mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi obat periode
sebelumnya, data mutasi obat, dan rencana pengembangan. Proses seleksi
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat
Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini
harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti Dokter,
Dokter Gigi, Bidan, dan Perawat, serta pengelola program yang berkaitan
dengan pengobatan. Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun
dilakukan secara berjenjang (bottom-up).
Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan
menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi
dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas di wilayah kerjanya,
menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu
kekosongan obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.
b) Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Tujuan permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
memenuhi kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai diPuskesmas,
sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.Permintaan
diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuaidengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan Pemerintah
Daerah setempat.
c) Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan
dalam menerima Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya
adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas. Semua petugas yang terlibat
dalam kegiatan pengelolaan bertanggungjawab atas ketertiban
penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat dan Bahan
Medis Habis Pakai.
BAB III
TINJAUAN TEMPAT
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
SEKSI PROMOSI KESEHATAN DAN SEKSI PELAYANAN KESEHATAN SEKSI SUMBER DAYA MANUSIA
SEKSI PENCEGAHAN PENYAKIT
PEMBERDAYAAN DASAR DYASINE FETRICA, S. STP, MM
MENULAR
AGUS SUBAGYO, S. SiT MOH. ABDUL ROKHIM, SKM AGUS CATUR FAJAR BASUKI, Amd., M.
AGUS HUFRON, S. Kep
AGUS CATUR FAJAR BASUKI, Amd, M. Kes
Kes SEKSI KEFARMASIAN MAKANAN,
SEKSI KESEHATAN KELUARGA DAN SEKSI PENCEGAHAN PENYAKIT MINUMAN DAN PERBEKALAN KES
GIZI TIDAK MENULAR ANOM YULIANSYAH, S.FARM., APT
SEKSI PELAYANAN KESEHATAN
DWI WINARNI, S. SiT dr. SLAMET RIYANTO, MM
RUJUKAN
Drg. AGUS SUSANTO, MM SEKSI SISTEM INFORMASI
SEKSI KESEHATAN LINGKUNGAN SEKSI SURVAILANS DAN KLB MANAJEMEN KESEHATAN
ENDAH WISNU WARDHANI, Bsc ARIF DWI WIDODO, SKM SEKSI PENINGKATAN MUTU ARTHATY MULATSIH, ST. MSi
PELAYANAN KESEHATAN DAN
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
UPT TRI SUYAMTI, SKM
Daerah (NPWRD)
p. Melakukan pembuatan laporan tentang formulir pendaftaran wajib
retribusi daerah
q. Melakukan pemeriksaaan terhadap wajib retribusi dan obyek retribusi
r. Memeriksa dan menilai hasil kerja bawahan secara periodik
s. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran
pelaksanaan tugas dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas
t. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
u. Melakukan tugas tambahan terkait yang diberikan oleh atasan
3.2.3 Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian, penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian,
meliputi : pengelolaan administrasi kepegawaian, hokum, humas,
organisasi dan tatalaksana, ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan
di lingkungan Dinas. Tugas tersebut diuraikan sebagai berikut :
a. Melakukan penyusunan rencana kerja Subbagian Umum dan
Kepegawaian berdasarkan rencana kerja Sekretariat
b. Memberi petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada bawahan
c. Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan,
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kegiatan Dinas
sesuai dengan bidang tugas
d. Mengelola administrasi surat menyurat, peralatan dan perlengkapan
kantor, rumah tangga, dokumentasi dan informasi hukum, kearsipan dan
perpustakaan
e. Melakukan urusan rumah tangga, perjalanan dinas, hubungan
masyarakat, dan protokol
f. Melakukan operasionalisasi dan pemeliharaan perlengkapan dinas serta
kendaraan dinas
kondisi cukup sinar, cukup sirkulasi udara, tidak lembab dan aman.
Obat tersebut ditempatkan di rak dan/atau palet dengan jarak
tembok dan rak + 0,2 meter, kulkas untuk vaksin dan reagen,
almari narkotika untuk codein. Setiap item obat dilengkapi kartu
stok/steling untuk mencatat setiap mutasi.
e. Distribusi
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
pengeluaran dan pengiriman obat-obatan dari Instalasi Farmasi
untuk memenuhi permintaan unit-unit pelayanan kesehatan.
Tujuannya adalah terlaksananya penyebaran obat secara merata
dan teratur dan dapat diperoleh pada saat dibutuhkan serta
terjaminnya mutu, ketepatan, kerasionalan dan efisiensi
penggunaan. Pendistribusian obat untuk 17 Puskesmas
dilaksanakan satu bulan sekali. Apabila dalam keadaan KLB
(kejadian luar biasa), puskesmas dapat mengajukan permintaan
tambahan. Alur pendistribusian obat antara lain:
LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat)
diserahkan ke Instalasi Farmasi sebelum tanggal 5 tiap bulan.
LPLPO diteliti kelengkapannya.
Dialokasikan pemberian obat, sesuai dengan sumber dananya.
LPLPO ditandatangani Kepala UPT Instalasi Farmasi
LPLPO diserahkan ke Dinas Kesehatan untuk mendapatkan
persetujuan Kepala Dinas Kesehatan
Setelah ditandatangani Kepala Dinas Kesehatan, permintaan
dilayani sesuai dengan nomor urut.
Bila obat sudah siap Puskesmas yang bersangkutan dihubungi
untuk mengambil obat.
Pada waktu pengambilan, obat diperiksa oleh petugas Instalasi
Farmasi bersama dengan petugas puskesmas.
Setiap item obat dilengkapi kartu stok/steling untuk mencatat
setiap mutasi. Pada akhir bulan dilakukan stock opname untuk
mencocokkan jumlah obat di kartu steling dengan jumlah fisik
obat.
f. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat merupakan rangkaian
dilaksanakan di pos pelayanan yang telah ada, rumah penduduk, balai desa,
tempat pertemuan RT/RW atau ditempat khusus yang di bangun.
4. Pengelolaan Obat di UPTD Puskesmas Gambirsari
Ruang lingkup pengelolaan obat di Puskesmas mencakup:
1. Perencanaan
Perencanaan adalah perkiraan menyusun perkiraan kebutuhan obat untuk
pemakaiaan di tahun atau waktu yang akan datang.
1) Tujuan perencanaan obat:
a. Tersedianya jenis dan jumlah obat yang tepat
b. Menghindari terjadinya kekosongan obat
2) Kegiatan perencanaan obat meliputi:
a. Pemilihan jenis obat
b. Perhitungan perkiraan kebutuhan
Untuk memperkirakan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode, antara lain:
1) Metode komsumsi
2) Sumber data, yaitu LPLPO, kartu stock dan data lainnya.
Perencanaan Kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai Puskesmas
dilakukan secara berkala yaitu perencanaan bulanan dan perencanaan tahunan.
a) Perencanaan Bulanan
Perencanaan perbekalan farmasi di Puskesmas menggunakan Lembar
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang diajukan setiap
satu bulan sekali serta Lembar Permintaan Tambahan.
Pada Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
terdapat kolom-kolom dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Stok Awal, data stok awal didapatkan dari stok akhir bulan lalu.
2. Penerimaan, data penerimaan didapatkan dari penerimaan dari Instalasi
Farmasi.
3. Persediaan, data persediaan didapatkan dari total penjumlahan Stok
Awal bulan ditambah Penerimaan tiap bulan.
4. Pemakaian, data pemakaian didapatkan dari Data pemakaian obat tiap
bulan yang dapat dilihat di SIMPUS pada data rekapitulasi obat tiap
bulan.
5. Sisa Stok, data sisa stok didapatkan dari total pengurangan Persediaan
tiap bulan dikurang Pemakaian tiap bulan.
3. Penerimaan obat
Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap obat dan Bahan
Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan
jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), ditandatangani
oleh petugas penerima. Bila tidak sesuai, maka petugas penerima dapat
mengkonfirmasikan ke Instalasi Farmasi.
4. Penyimpanan
Maksud dari penyimpanan obat adalah:
a. Untuk menghindari penggunaan obat secara tidak bertanggung jawab
b. Untuk menjaga kelangsungan dalam penyediaan
c. Menghindari dari kerusakan baik secara fisik maupun kimia, serta aman.
d. Mempermudah pengaturan.
Penyimpanan biasa dilakukan dengan sistem FEFO (First Expayed First
Out) dan FIFO (First In First Out), serta mengenai temapat penyimpanan dapat
dilakukan model L, disusun menurut abjad, obat luar dan obat dalam letaknya juga
terpisah, dan untuk cairan diletakan di bagian bawah agar tidak mudah pecah atau
tumpah. Untuk obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus
dengan 2 kunci yang berbeda sesuai dengan perundang-undangan. Obat-obat yang
tidak stabil oleh suhu, disimpan dalam lemari pendingin.
masyarakat.
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
Hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik,
biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana
lingkungan berguna untuk ditingkatkan dan diperbanyak, sedang yang merugikan
diperbaiki atau dihilangkan. Lingkungan yang sehat sangat penting, dan hal
tersebut maka perlu dilaksanakan usaha-usaha sebagai berikut :
1) Menyediakan air untuk rumah tangga yang baik, cukup kualitas maupun
kuantitas
Air merupakan kebutuhan pokok kehidupan, tanpa air tanpa kehidupan.
Manusia sebagian besar tubuhnya terdiri dari 50 - 70 % berat badan adalah air.
Jika manusia kehilangan air 30 % saja dari tubuhnya akan berakibat fatal yaitu
kematian. Oleh karena itu air harus memenuhi syarat kuantitas maupun syarat
kualitas.
a) Syarat kuantitas : Jumlah air untuk rumah tangga per hari harus
cukup, di Indonesia diperkirakan 100 1/hari/kapita
b) Syarat kualitas : Harus memenuhi syarat fisik, khemis dan bactiorologis
2) Mengatur pembuangan sampah, kotoran dan limbah
a) Pembuangan sampah
Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak dipakai lagi baik
berasal dari rumah tangga maupun sisa-sisa proses industri. Pengaturan
pembuangan sampah ini memang harus diperhatikan, karena dengan
pembuangan sampah yang tidak teratur mengakibatkan lingkungan tidak
sehat. Agar sampah ini tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu
pengaturan pembuangan, yaitu : penyimpanan, pengumpulan, pembuangan.
b) Pembuangan kotoran manusia.
Syarat-syarat pembuangan kotoran manusia
Tidak boleh berbau dan mengotori tanah permukaan
Tidak boleh mengotori air permukaan dan air tanah
Tidak boleh menjadi tempat berkembangbiak serangga
Pintu kakus membuka ke dalam
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan sesuai standar pada ibu
mulai 6 jam sampai 43 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi
dini untuk komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemeriksaan terhadap ibu nifas
dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan
waktu :
Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah
persalinan
Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8-14
hari)
Kunjungan nifas ke 3 dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36)-42
hari).
Pelayanan yang diberikan adalah :
1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (infolusi uterus)
3. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervagina lainnya
4. Pemeriksaan payudara dan anjuran asi eksklusif 6 bulan
5. Pemberian vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali pertama segera setelah
melahirkan
6. Pelayanan KB pasca salin
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayan kesehatan ibu nifas
adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
D. Pelayanan kesehatan neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalaah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya
3 kali, sehingga periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas
kesehatan maupun kunjungan rumah.
Plaksanan pelayanan kesehatan neonatus
1. Kunjungi neonatal ke 1 (KN1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam
setelah melahirkan
2. Kunjungi neonatal ke 2 (KN2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3
sampai dengan hari ke 7 setelah melahirkan
3. Kunjungi neonatal ke 3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8
sampai dengan hari ke 28 setelah melahirkan.
dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci
keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya.
Faktor risiko ibu hamil adalah :
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Anak lebih dari 4
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari tahun.
4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 3,5
cm, atau penambahan berat baadan < 9 kg selama masa kehamilan.
5. Anemia dengan Hemoglobin < 11 g/dl.
6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul
dan tulang belakang.
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan
ini.
8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis,
kelaian jantung – ginjal- hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes
Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan.
9. Riwayat kehamilan buruk : keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
kongenital.
10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea,
ekstrksivakum/forseps.
11. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalina, infeksi
masa nifas, psikosi post partum (post partum blues).
12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan
riwayat cacat kongenital.
13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, janin besar.
15. Kelainan letak dan posisi janin : lintang/oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.
Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah 9 – 12 kg
selama masa kehamilan.
mampu PONED dengan target setiap kabupaten/ kota harus mempunyai minimal
4 (empat) puskesmas mampu PONED.
Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki
kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan
terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir
dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/ masyarakat,
bidan di desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS/ RS PONEK pada kasus
yang tidak mampu ditangani.
Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU
Kabupaten/ Kota mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal
emergensi komprehensif (PONEK) yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK,
RSU harus mampu melakukan pelayanan emergensi dasar dan pelayanan operasi
seksio sesaria, perawatan neonatus level II serta transfusi darah.
Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK maka
kasus-kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat ditangani secara optimal
sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan neonatus.
H. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29
hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:
1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari-2 bulan.
2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3-5 bulan.
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6-8 bulan.
4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9-11 bulan.
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan
pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta
peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan
demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan
kesehatan tersebut meliputi:
campak, malaria, kurang gizi dan yang sering mrerupakan kombinasi dari keadaan
tersebut.
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita.
Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan
paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai
dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasi dimulai 1997 dan
saat ini telah mencakup 33 provinsi.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit
dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang
meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat
dalam Buku KIA/ KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran
berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/ KMS.
Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan
anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan
kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan
perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan
kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK
diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar
gedung.
3. Pemberian vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita.
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan
pendekatan MTBS.
J. Pelayanan KB Berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan
menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan
dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu dan menurunkan
tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2
anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin
mempunyai anak.
Tujuan umum :
Meningkatnya dan terbinanya keadaan gizi seluruh masyarakat.
Tujuan Khusus :
1) Timbulnya partisipasi dan pemerataan kegiatan
2) Terwujudnya perilaku yang mendukung perbaikan gizi
3) Perbaikan gizi balita
Kegiatan :
1) Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi dan mengobati mereka
2) Mempelajari keadaan gizi masyarakat dan mengembangkan program
perbaikan gizi
3) Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat
4) Melaksanakan program perbaikan gizi keluarga
5) Memberikan makanan yang mengandung protein, kalori yang cukup
kepada anak dibawah lima tahun dan kepada ibu yang menyusui
6) Memberikan vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun
Gangguan kesehatan karena kekurangan gizi yang terpenting
meliputi : kekurangan kalori, vitamin A, iodium dan zat besi.
1) Kekurangan Vitamin A
Penyebab pada balita : kurang makan sayuran dan buah-buahan
yang banyak mengandung vitamin A. Akibatnya buta senja, kebutaan,
anemia dan menurunkan daya tahan tubuh. Cara pencegahan kekurangan
vitamin A:
a) Tiap hari makan makanan yang mengandung banyak sumber
vitamin A seperti : hati, minyak ikan, lemak binatang dan buah-
buahan yang berwarna merah, jingga dan kuning.
b) Setiap Februari dan Agustus diberi I kapsul vitamin A takaran tinggi
200.000 SI pada anak umur l- 5 tahun.
Tujuan pencegahan untuk menurunkan angka kasus kekurangan
vitamin A.
2) Kekurangan Protein
Protein banyak terdapat pada hewani dan nabati. Kebutuhan
protein setiap hari pada anak-anak 3 gram/kg berat badan dan pada
dewasa 1 gram/kg berat badan.
Akibat kekurangan protein :
a) Pada orang dewasa menyebabkan Honger Oedema (busung lapar)
b) Pada anak-anak terjadi Kwasiokor
Gejala-gejala kekurangan protein :
a) Berat badan dibawah normal
b) Rambut merah, mudah dicabut
c) Lemah, cengeng, apatis
d) Terjadi kelainan pada alat dalam jantung (jantung, hati, ginjal, otak)
3) Kekurangan iodium
Penyebabnya adalah makanan dan air yang tiap hari dikonsumsi
tidak mengandung iodium. Akibat kekurangan iodium :
a) Perkembangan kemampuan dan tingkat kecerdasan anak terhambat
b) Pertumbuhan jasmani terhambat
c) Penderita mengalami pembesaran kelenjar gondok pada leher
Jika ibu kekurangan iodium dapat mengalarm keguguran atau bayinya
akan mati saat meIahirkan. Pencegahannya :
a) Mengkonsumsi garam yang mengandung iodium
b) Untuk daerah gondok yang berat: anak-anak 1- 5 tahun diberi
I kapsul iodium selama 1 tahun
4) Anemia
Adalah keadaan dimana kadar Hb tubuh rendah akibat kekurangan
zat besi yang diperlukan untuk pembentukan tubuh. Penyebab
kekurangan zat besi:
a) Menu sehari-hari kurang mengandung gizi
b) Penyerapan zat besi dalam usus tidak baik
c) Infeksi parasit
d) Jarak kelahiran anak terlalu dekat
Akibat kekurangan zat besi :
a) Ibu tidak kuat bekerja
harganya
Usaha pengobatan
Pengobatan penderita dengan obat demam berdarah di
Puskesmas.
c) Penyakit Lain
Pest, polio, difteri, campak, karena jarang terjadi maka dilakukan
pencegahan rnelalui penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat.
f. Upaya Pengobatan
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
1) Melaksanakan diagnosa sedini mungkin melalui :
a) Mendapatkan riwayat penyakit
b) Mengadakan pemeriksaan fisik dan laboratorium
c) Membuat diagnosa
2) Melaksanakan tindakan pengobatan
3) Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan tersebut berupa
a) Rujukan diagnostik
b) Rujukan pengobatan atau rehabilitasi
c) Rujukan lain
Upaya Kesehatan Pengembangan adalah upaya dilaksanakan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta
yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas Gambirsari meliputi :
1) Usaha Kesehatan Sekolah
Pengertian :
Kesehatan sekolah adalah upaya kesehatan masyarakat yang
dilaksanakan dalam rangka pembinaan kesehatan anak usia sekolah,
sesuai Undang-Undang No. 14 tahun 1979 tentang kesejahteraan
dinyatakan anak adalah orang yang berusia 6- 12 tahun dan belum
menikah.
Tujuan UKS :
a) Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat
kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat,
sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis dan
optimal dalam rangka pembentukan manusia seutuhnya.
b) Tujuan Khusus
Untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi
derajat kesehatan peserta didik yang didalamnya mencakup :
Memiliki pengetahuan sikap dan ketrampilan untuk
melaksanakan prinsip hidup sehat berpartisipasi aktif dalam
usaha peningkatan kesehatan baik di sekolah dan di Perguruan
Tinggi
Sehat baik dalam arti fisik, mental maupun moril
Memiliki daya tangkal narkotik, obat-obatan, dan bahan
berbahaya, alkohol, rokok dan sebagainya.
Sasaran :
Sasaran pelayanan kesehatan adalah peserta didik disekolah
dasar dengan sekolah menengah, termasuk perguruan agama,
sekolah kejuruan dan sekolah luar biasa.
Sasaran pembinaan
Pelayanan kesehatan di sekolah
Lingkungan, khususnya lingkungan sekolah dan rumah
tangga
Kegiatan :
Membina sarana keteladanan di sekolah, berupa sarana
keteladanan gizi berupa kantin dan sarana keteladanan
kebersihan lingkungan
Membina kebersihan perseorangan peserta didik
Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berperan aktif
dalam pelayanan kesehatan melalui kegiatan dokter kecil
d) Sasaran :
Membina peran serta masyarakat dalam pemeliharaan dini
Peran serta masyarakat dalam penyuluhan pengobatan
sederhana, rujukan mencakup 20 % penduduk kalurahan binaan
Frekuensi pembinaan petugas kesehatan di desa dilaksanakan
minimal 3 x dalam setahun
Upaya peningkatan atau pencegahan pada anak sekolah atau
kegiatan menyikat gigi
Upaya pelayanan pengobatan komperhensif pada anak sekolah
mencakup 80 % dari murid kelas selektif yang memerlukan
perawatan.
6) Upaya Kesehatan Jiwa
Pengertian :
Adalah Upaya Kesehatan Jiwa yang dilaksanakan di Tingkat
Puskesmas secara khusus atau terintegrasi dengan kegiatan pokok
puskesmas lainnya, yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
Puskesmas yang ditujukan pada individu, keluarga, masyarakat dan di
utamakan pada masyarakat yang berpenghasilan rendah, khususnya
kelompok rawan tanpa mengabaikan kelompok lainnya dengan
menggunakan teknologi tepat guna yang disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan masyarakat setempat.
Tujuan:
Tercapainya derajat kesehatan jiwa yang optimal seluruh masyarakat.
Kegiatan :
a) Pelayanan kesehatan jiwa
Kegiatan terintegrasi
Kegiatan khusus
Anamnesia : autonamness, alloanamnessis
Pemeriksaan fisik secara umum, pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan laboratorium
Pengobatan
b) Peran serta masyarakat
c) Pengembangan
d) Sistem pencatatan dan pelaporan
7) Upaya Kesehatan Mata Pencegahan Kebutaaan (UKTA/PK)
Pengertian :
Upaya kesehatan mata/pencegahan kebutaaan dasar adalah upaya
kesehatan dasar dibidang UKTA/PK yang dilaksanakan di tingkat
Puskesmas, diselenggarakan secara khusus atau terpadu.
a) Tujuan umum
Meningkatkan derajat kesehatan mata masyarakat secara optimal.
b) Tujuan khusus
Meningkatkan kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat dalam
pemeliharaan kesehatan mata dan pencegahan kebutaan
Penurunan prevalensi kesakitan mata dan kebutaan sehingga
tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat
Meningkatkan jangkauan pelayanan reflaksi sehingga
masyarakat yang mengalami gangguan fungsi penglihatan dapat
terlayani.
Kegiatan :
a) Anamnesa
b) Pemeriksaan virus dan mata luar, tes buta warna, tes tekanan bola
mata, tes saluran air mata, tes lapangan pandang, funduskopi dan
pemeriksaan laboratorium
c) Merujuk kasus yang tidak dapat diatasi
d) Pencatatan dan pelaporan
8) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Pengertian :
Adalah upaya kesehatan paripurna di bidang kesehatan usia lanjut,
yang dilaksanakan dan diselenggarakan secara khusus maupun umum
BAB IV
KEGIATAN PKPA
BAB V
PEMBAHASAN
i. Menyiapkan wadah dan menulis etiket yang terdiri atas nama pasien,
tanggal, aturan pakai dan lain-lain.
j. Mengemas obat dan meneliti ulang obat yang diresepkan
k. Menyerahkan dan memberikan informasi penggunaan obat kepada pasien
l. Menulis laporan petugas yang menyiapkan dan menyerahkan obat kepada
pasien
Selain melayani obat pasien atas resep dokter, juga dipelajari bagaimana
pelaporan penggunaan obat yang disebut dengan Laporan Penerimaan dan Laporan
Penggunaan Obat (LPLPO). LPLPO ini direkap setiap bulan dan dilaporkan ke
UPT InstalasI Farmasi Kota Surakarta sebagai acuan dalam pendistribusian obat ke
Puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat di UPT Puskesmas Gambirsari
menggunakan metode konsumsi dan epidemiologi.
Di UPT Puskesmas Gambirsari, di ajari pula bagaimana mengelola obat
dengan baik, khususnya penyimpanan dan menataan obat. Tujuan dari
penyimpanan dan penataan obat ini untuk memudahkan pengambilan pada saat
melayani resep pasien. Stok obat disimpan dalam gudang Puskesmas, sementara
pemakaian sehari-hari ditata dengan baik di atas meja dan di lemari pelayanan
resep. Masing-masing bentuk sediaan obat dipisahkan tempatnya, misalnya sirup
di lemari yang satu, bentuk salep di lemari yang lain dan bentuk tablet di dalam
kotak tertentu.
Kegiatan pengelolan obat di UPT Puskesmas Gambirsari meliputi
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pelayanan obat
kepada pasien, pencatatan dan pelaporan obat. Penyimpanan obat yang diterima
dari UPT Instalasi Farmasi Kota Surakarta dilakukan secara alfabetis, sebelum
melakukan penyimpanan terlebih dahulu dicek ulang kesesuaian antara permintaan
dan penerimaan obatnya. Pada setiap jenis obat yang disusun terdapat kartu stock
untuk memantau jumlah obat yang masuk dan keluar serta obat yang masih tersisa.
Ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya stock kosong.
Kegiatan lain yang dilakukan adalah melakukan kegiatan Puskesmas
keliling (Pusling) yang rutin dilakukan di posko-posko setiap 2 kali dalam
seminggu yaitu pada hari senin dan kamis. Pasien rata-rata yang berobat ke Pusling
adalah lansia, mereka datang untuk memeriksa dan mengontrol kesehatannya.
Adapun mekanisme pelayanan pada Pusling yaitu:
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari semua kegiatan PKPA pemerintahan yang telah kami laksanakan
mulai dari di Dinas Kesehatan Kota Surakarta, UPT Instalasi Farmasi dan
UPT Puskesmas Gambirsari, kami dapat menyimpulkan bahwa kami selaku
calon farmasis atau apoteker sudah mengetahui bagaimana gambaran struktur
organisasi yang ada di Dinas Kesehatan Kota Surakarta, di Instalasi Farmasi
dan Puskesmas serta tugas-tugas yang dilaksanakan yang nantinya akan
menjadi pembelajaran sehingga dapat menjalankan tugas secara professional
serta handal. Seperti tugas farmasis di Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang
mengatur tentang bagaimana melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang farmasi, makanan,
minuman dan perbekalan kesehatan, begitupun di Instalasi Farmasi, tugasnya
adalah bagaimana proses pengeloaan obat berjalan hingga sampai ke tangan
konsumen serta tugas di Puskesmas, Farmasis lebih berepran aktif dalam
melakukan pelayanan kefarmasian serta mengetahui pengelolaan perbekalan
farmasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
B. Saran
1. Dinas Kesehatan Kota Surakarta diharapkan lebih meningkatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan memperbanyak
penyuluhan kesehatan dengan menyebarkan leaflet dan bosur. Ini
bertujuan agar masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan dalam hal
meningkatkan kualitas hidupnya.
2. Perbekalan farmasi hendaknya lebih meningkatkan kualitas
pelayanannya dalam hal pengadaan obat, dan pendistribusian obat kepada
semua Puskesmas yang ada dalam wilayah kerjanya.
3. Pelayanan kesehatan Puskesmas kepada masyarakat sebaiknya lebih di
tingkatkan lagi, hal ini dapat dicapai dengan penambahan atau perbaikan
fasilitas Puskesmas dan Puskesmas Pembantu serta penyediaan tenaga
kesehatan yang berkompeten di bidangnya.