Anda di halaman 1dari 7

ANALISA KUALITAS BAJA AISI 4130 DENGAN PROSES

HARDENING PADA PLATE CHAIN CONVEYOR DENGAN METODE


BRINELL HARDNESS TEST DAN SIMULASI MENGGUNAKAN ANSYS

Muhammad Ansyari 1, Ir. Junaidi, S.Pd, MM, MT 2


1,2
Jurusan Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan 2016
E-mail : ansyarimuhammad21@yahoo.com

ABSTRAK

Conveyor merupakan peranan terpenting pada pabrik kelapa sawit sebagai alat pengangkut tandan buah segar.
Untuk karakteristik yang berbeda-beda, seperti sifat-sifat fisis, sifat mekanis dan sifat kimia, maka diperlukan
suatu penanganan khusus agar setiap plate rantai conveyor tersebut dapat digunakan sesuai yang diinginkan.
Pada saat pemakain conveyor pada kegiatan proses produks pabrik kelapa sawit, Pada baja AISI 4130 dilakukan
pengerasan (hardening) untuk memperoleh sifat fisis, sifat mekanis dan sifat kimia, maka diperlukan suatu
penanganan khusus agar setiap plate conveyor tersebut dapat digunakan sesuai yang diinginkan. Plate rantai
conveyor yang digunakan pabrik kelapa sawit diharapkan memiliki umur yang lebih lama dari perencanaanya.
Dari hasil pengujian kekerasan dengan empat titik uji, dengan menggunakan gaya sebesar 3000 kg pada alat uji
keras Brinell. Baja AISI 4130 Dengan menggunakan persamaan pengujian kekerasan Brinell, maka nilai
kekerasan awal 285,071 BHN. Hasil Uji Keras dengan proses hardening dari hasil pendinginan oli SAE 40
298,387 BHN dan pendinginan air 529,76 BHN. Struktur mikro pada pengujian ini diambil dengan
menggunakan mikroskop optic dengan pembesaran 500X pada setiap specimen uji, Pada gambar visual struktur
mikro antara baja AISI 4130 sebelum hardening dan proses hardening terlihat jelas perbedaan antara ferrite dan
austenite, sementite.
Kata kunci : Conveyor, baja AISI 4130, media pendingin.

ABSTRACT

Conveyor is a most important role in the palm oil mill as a transporterof fresh fruit bunches. For
different characteristics, such as physical properties, mechanical properties and chemical properties,
it would require a special treatment so that each plate of the conveyor on the activities of the
materials and palm oil mills, on AISI 4130 steel is done hardening to obtain physical properties,
mechanical properties and chemical properties, it would require a special treatment so that each
plate of the conveyor can be used as desired. Plate chain conveyor used palm oil mill is expected to
have a longer life than a plan. From the result of hardness testing with the four-point test, using a
force of 3000 kg on hard Brinell test equipment. AISI 4130 steel by use of the Brinell hardness testing,
then the value of the initial hardness BHN 285,071. Hardware Test Result with the process of
hardening of the result of SAE 40 oil cooling 298,387 BHN and water cooling 529,76 BHN. The
microstructure in this test was taken using an optical microscope with a magnifaction 500 X on each
test specimen, on the visual image of the microstructure of AISI 4130 steel before hardening and
hardening process seem obvious difference between ferrite and austenite, sementite.
Keywords : Conveyor, AISI 4130 steel, the cooling medium.

1
1. Pendahuluan 6. Simulasi menggunakan Ansys 14.5

Latar Belakang

Baja spesifikasi AISI 4130 merupakan baja Tujuan Penelitian


karbon rendah dengan komposisi karbon berkisar
0,25 - 0,28 %. Baja ini umumnya dipakai sebagai a. Tujuan Umum
komponen automotif misalnya untuk komponen
rantai atau roda gigi pada dunia industri yang pada Mengetahui kekuatan baja AISI 4130 setelah
aplikasinya sering mengalami gesekan dan tekanan mengalami proses hardening dengan media
maka ketahanan terhadap aus dan kekerasan sangat pendinginan air dan oli.
diperlukan sekali.
Setiap baja mempunyai karakteristik yang b. Tujuan Khusus
berbeda-beda, seperti sifat-sifat fisis, sifat mekanis
dan sifat kimia, maka diperlukan suatu penanganan Adapun tujuan khusus yang dilakukan dalam
khusus agar setiap plate rantai conveyor tersebut penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut :
dapat digunakan sesuai yang diinginkan.
Dalam bidang material terdapat dua cara 1. Memperoleh nilai kekerasan baja AISI 4130
perlakuan panas untuk meningkatkan nilai setelah mengalami proses hardening dengan
kekerasan baja, yaitu perlakuan panas (heat media pendinginan air dan oli menggunakan
treatment) dan deformasi plastis. Baja karbon yang Brinell Hardness Test.
dipanaskan hingga mencapai suhu austenite 2. Memperoleh nilai kekuatan baja AISI 4130
kemudian didinginkan secara cepat akan terbentuk melalui simulasi mengguakan Ansys 14.5.
struktur martensit yang memiliki kekerasan yang
lebih tinggi dari struktur perilt maupun ferit, proses Manfaat Penelitian
ini dinamakan quenching. Untuk mendapatkan
kekerasan dan ketahanan terhadap aus dari bahan Dari hasil penelitian ini diharapkan
tersebut dapat dilakukan melalui perlakuan panas mendapatkan nilai-nilai kekerasan dari proses
dengan cara hardening yang dilanjutkan dengan perlakuan panas dari baja AISI 4130 pada plate
proses quenching, tujuannya untuk mendapatkan rantai conveyor pabrik kelapa sawit.
struktur martensit yang keras dan memiliki
ketahanan aus yang baik. Pada proses quenching 2. Tinjauan Pustaka
terjadi perpindahan panas dari specimen baja
kelarutan pendingin yang ditandai dengan Conveyor
terjadinya pembentukan gelembung-gelembung
udara yang kemudian berlanjut dengan Conveyor adalah alat pemindahan bahan atau
terbentuknya selubung udara pada permukaan alat transport tandan buah segar (TBS) yang
specimen tersebut. Turunnya laju pendinginan ini digerakkan dengan sistem rantai dengan
dapat menyebabkan tidak tercapainya pembentukan mekanisme mendorong tandan buah kelapa sawit
fasamartensit. Oleh karena itu, untuk pada lintasannya. Mekanisme conveyor pabrik
mempersingkat waktu terbentuknya selubung udara kelapa sawit dirancang sedemikian rupa sehingga
atau meningkatkan laju pendinginan, maka alat tersebut meluncur pada suatu bantalan atau
diperlukan suatu media air dalam alat jalur yang disebut dengan wear block. Kotak luncur
quenchingagitasi. seperti ini diterapkan pada conveyor karena
kontruksinya yang sederhana, lebih sedikit part
Batasan Masalah yang berpindah, lebih ekonomis, dan paling efektif.

Penulis membatasi masalah pada penulisan Jenis – jenis Conveyor


skripsi ini adalah:
Secara garis besar ada 4 macam jenis chain
1. Proses yang dilakukan adalah hardening. conveyor berdasarkan penguat yang digunakannya,
2. Spesimen yang digunakan adalah baja AISI yaitu :
4130.
3. Temperatur pemanasan 850oC. 1. Roller Conveyor
4. Media pendinginan yang digunakan adalah
air, danoli Conveyor ini adalah conveyor yang paling umum
5. Pengujian sifat mekanik yang dilakukan digunakan. Lintasan geraknya tersusun dari
adalah pengujian kekerasan metode brinell. beberapa tabung (roll) yang tegak lurus terhadap

2
arah lintasannya dimana plat datar yang mikro.Struktur mikro pada baja karbon dipengaruhi
ditempatkan untuk menahan beban akan bergerak oleh perlakuan panas dan komposisi baja.
sesuai dengan arah putaran roll. Conveyor ini biasa Berdasarkan kandungan karbon (C), baja
digerakkan dengan rantai atau belt, atau pun karbon dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
dengan menggunakan gaya gravitasi tetapi harus a. Baja karbon rendah (low carbon steel)
juga diperhitungkan kemiringan maksimum. b. Baja karbon sedang (medium carbon steel)
c. Baja karbon tinggi (high carbon steel)
2. Over Head Troley Conveyor
Pengaruh Unsur Campuran Pada Baja
Kereta jenis ini berupa kereta pengangkut yang
berjalan pada relnya yang terletak diatas dan Baja yang hanya mengandung unsur C, tidak
material yang akan dipindahkan tergantung akan memiliki sifat seperti yang diinginkan, tetapi
padanya.sebuah trolley conveyor ini biasnya terdiri dengan menambahkan unsur-unsur paduan seperti
dari beberapa trolley yang seimbang dengan relnya. Si, Mn, V, W, dan lain sebagainya dapat menolong
Rantai atau kabel power biasanya terpasang pada untuk mencapai sifat-sifat yang diinginkan.
roda kemudiannya. Pada trolley ini terdapat hook Penambahan beberapa unsur paduan spesifikasi
(pengait), keranjang, atau benda lain yang bias terhadap sifat baja, antara lain :
mengangkut atau mengait benda yang akan
dipindahkan. a. Unsur Silikon (Si)
b. Unsur Mangan (Mn)
3. Skate Whell Conveyor c. Unsur Nikel (Ni)
d. Unsur Krom (Cr)
Conveyor ini mempunyai perinsip operasi yang e. Unsur Vanadium (V)
hampir sama dengan roller conveyor. Perbedaannya f. Unsur Wolfram (W)
yaitu pada roda skate-nya berputar diatas porosnya
yang berhubungan dengan frame yang digunakan Sifat – sifat Logam
untuk memindahkan beban. Aplikasinya sama
dengan roller conveyor hanya saja digunakanm Dalam penggunaannya, logam yang digunakan
untuk beban yang lebih ringan. akan mengalami gaya luar atau pembebanan. Setiap
logam mempunyai daya tahan terhadap
4. Belt Conveyor pembebanan yang berbeda-beda, perbedaan ini
ditentukan oleh sifat dari logam tersebut. Logam
Belt conveyor adalah conveyor powered paling memiliki sifat-sifat, seperti sifat mekanis, sifat fisis
sering digunakan karena mereka yang paling dan sifat kimia.
fleksibel. Produk disampaikan langsung pada sabuk
sehingga baik teratur dan tidak teratur berbentuk 1. Sifat Mekanis
objek, besar atau kecil, ringan dan berat, dapat
diangkut dengan sukses. Sistem hanya Sifat mekanis adalah kemampuan bahan untuk
menggunakan premium kualitas tertinggi belting menerima pembebanan atau untuk menahan beban
produk, yang mengurangi merenggangkan sabuk yang diterimanya baik beban statis maupun beban
dan hasil dalam pemeliharaan kurang untuk dinamis.
penyesuaian ketegangan. Belt conveyor dapat
digunakan untuk mengangkut produk dalam garis 2. Sifat Fisis
lurus atau melalui perubahan elevasi atau arah.
Dalam aplikasi tertentu mereka juga dapat Sifat fisis adalah kemampuan logam terhadap
digunakan untuk akumulasi statis atau karton. peristiwa-peristiwa fisika.
Dirancang untuk meminimalkan resiko untuk
sabuk, sambatan, dan bersih sendiri. Material yang 3. Sifat Kimia
akan dipindahkan diletak diatas permukaan belt dan
diangkut sepanjang lintasannya. Sifat kimia merupakan kemampuan dari setiap
logam terhadap reaksi-reaksi kimia.Pada umumnya
Baja Karbon sifat ini diindikasikan sebagai daya tahan terhadap
karat pada suatu logam. Secara kimia, sifat logam
Baja merupakan salah satu jenis logam ferro
dikaitkan dengan keelektronegatifan, yaitu
dengan unsur karbon (C) 1,7%. Disamping itu baja
juga mengandung unsur-unsur lain seperti sulfur / kecenderungan melepas elektron membentuk ion
belerang (S), fosfor (P), magnesium (Mg), silicon positif. Jadi, sifat logam tergantung pada energi
(Si), mangan (Mn) dan sebagainya yang jumlahnya ionisasi. Ditinjau dari konfigurasi elektron, unsur-
dibatasi. Sifat baja pada umumnya sangat unsur logam cenderung melepaskan elektron
dipengaruhi oleh persentase karbon dan struktur (memiliki energi ionisasi yang kecil), sedangkan

3
unsur-unsur bukan logam cenderung menangkap kekerasan brinell memakai bola baja untuk
elektron (memiliki keelektronegatifan yang besar). pengujiannya, biasanya yang terbuat dari
baja chrom yang telah disepuh atau ada
juga cementite carbide, bola brinell ini tidak boleh
berdeformasi sama sekali disaat proses penekanan
Perlakuan Panas (Heat Treatment) kepermukaan logam uji. Standar dari
bola brinell yaitu mempunyai Ø 10 mm.
Perlakuan panas atau heat treatment adalah
proses pemanasan dan pendinginan material yang Analisa Ansys
terkontrol dengan maksud merubah sifat fisik untuk
tujuan tertentu. Secara umum proses perlakuan Ansys adalah program paket yang dapat
panas adalah sebagai berikut : memodelkan elemen hingga untuk menyelsaikan
masalah yang berhubungan dengan mekanika,
1. Pemanasan material sampai suhu tertentu termasuk didalam nya masalah statik, dinamik,
dengan kecepatan tertentu pula analisis struktual (baik linier maupun non linier),
masalah perpindahan panas, masalah fluida dan
2. Mempertahankan suhu untuk waktu tertentu juga masalah yang berhubungan dengan akustik
sehingga temperaturnya merata dan elektromagnetik.

3. Pendinginan dengan media pendingin (air, dan 3. Metodelogi Penelitian


oli SAE 40).
Tempat dan Waktu
Hardening
Pengujian ini dilakukan di laboratorium
Hardening adalah suatu proses perlakuan panas Departemen Teknik Mesin USU Medan. Lab.
yang diterapkan untuk menghasilakn benda kerja Mettalurgy. Pengujian ini dilaksanakan pada
yang keras. Perlakuan ini terdiri dari memanaskan tanggal 18 Juli – 31 Agustus 2016.
baja sampai temperatur pengerasan (temperatur
austenisasi) dan menahan pada temperatur tersebut Prosedur Pengujian
untuk jangka waktu tertentu dan kemudian
didinginkan dengan laju pendinginan yang sangat 1. Pembuatan Spesimen
tinggi atau di quench agar diperoleh kekerasan Permukaan specimen diratakan dengan kikir
yang diinginkan. Alasan memanaskan dan agar mendapatkan hasil nilai uji brinell.
menahan pada temperatur austenisasi adalah untuk
melarutkan sementit dalam austenit kemudian 2. Uji kekerasan specimen untuk hasil awal
dilanjutkan dengan proses quench. sebelum melakukan hardening dengan cara :
1. Memasang/meletakkan specimen pada
Media Pendingin dudukan alat uji.
2. Menentukan besar pembebanan sebesar
Tujuan utama dari proses pengerasan adalah 3000 kg.
agar diperoleh struktur martensit yang keras, 3. Menekan tombol untuk menggerakkan
sekurang-kurangnya di permukaan baja. Hal ini penginjak (indentor).
dapat dicapai jika menggunakan medium 4. Tahan tuas setelah jarum pembebanan pada
quenching yang efektif sehingga baja didinginkan beban 1500 kg dengan waktu 30 detik
pada suatu laju yang dapat mencegah terbentuknya 5. Mengukur bekas injakan (indentor) dengan
struktur yang lebih lunak sepertil perlit atau bainit. mistar yang dilihat pada lensa pembesar.
Hal tersebut dapat dicapai dengan cara 6. Menentukan nilai kekerasan dari diameter
menggunakan media quenching yang sesuai bekas injakan sesuai dengan rumus atau
tergantung pada jenis baja yang diproses, tebal table nilai kekerasan mikro.
penampang dan besarnya distorsi yang diijinkan.
Untuk baja karbon medium quenching yang 3. Proses Hardening
digunakan adalah air, sedangkan untuk baja paduan Proses hardening dilakukan pada temperature
medium yang disarankan adalah oli. 850oC dengan harapan struktur yang terbentuk
adalah austenite dan dengan penahanan selama
Uji Keras Brinell (holding time) 42 menit dengan media
pendingin menggunakan air dan oli sae 40.
Uji kekerasan ini berupa pembentukan lekukan Pada perlakuan panas ini, panas merambat dari
pada permukaan logam menggunakan indentor. luar kedalam dengan kecepatan tertentu. Bila
Indentor untuk brinell berbentuk bola dengan pemanasan terlalu cepat, bagian luar akan jauh
diameter 10 mm, Mesin uji

4
lebih panas dari bagian dalam sehingga dapat Kekerasan Spesimen baja AISI 4130 yang
diperoleh struktur-struktur yang merata. dipanaskan pada temperatur 850 dan
4. Pengujian Kekerasan menggunakan media pendinginan oli SAE 40 pada
Pengujian kekerasan ini dilakukan dengan alat titik 1,2,3 dan 4 diperoleh nilai BHN seperti yang
uji kekerasan brinell, pengujian ini dilakukan terlihat pada tabel dibawah :
dengan cara:
1. Permukaan material dihaluskan dengan cara Tabel 2 Nilai BHN Baja AISI 4130
diampelas, dengan urutan ampelas No. 200 Dengan Pendinginan Menggunakan Oli SAE 40
– 400 – 600 – 800 – 1000 – 1500. No Suhu AISI Beban D d Kekerasan
2. Setelah diampelas pada permukaan ºC (F) (mm) (mm) (BHN)
spesimen dipoles sampai mengkilap. (Kg)
3. Memasang/meletakkan specimen pada 1 850 4130 3000 10 3,60 285,071
dudukan alat uji. 2 850 4130 3000 10 3,60 285,071
4. Menentukan besar pembebanan sebesar 3 850 4130 3000 10 3,40 321,305
1500 kg. 4 850 4130 3000 10 3,50 302,104
5. Tahan tuas setelah jarum pembebanan pada Rata-rata 298,387
beban 1500 kg dengan waktu30 detik
6. Menekan tombol untuk menggerakkan
penginjak (indentor). Kekerasan Spesimen baja AISI 4130 yang
7. Mengukur bekas injakan (indentor) dengan
mistar yang dilihat pada lensa pembesar. dipanaskan pada temperatur 850 dan
8. Menentukan nilai kekerasan dari diameter menggunakan media pendinginan air pada titik
bekas injakan sesuai dengan rumus atau 1,2,3 dan 4 diperoleh nilai BHN seperti yang
table nilai kekerasan mikro. terlihat pada tabel dibawah :

4. Analisa Data Dan Pembahasan Tabel 3 Nilai BHN Baja AISI 4130
Dengan Pendinginan Menggunakan Air
Hasil Uji Kekerasan Tanpa Proses Hardening No Suhu AISI Beban D d Kekerasan
ºC (F) (mm) (mm) (BHN)
Dari hasil pengujian kekerasan dengan empat titik (Kg)
uji, dengan menggunakan gaya sebesar 3000 kg 1 850 4130 3000 10 2,70 514,490
pada alat uji keras Brinell. Baja aisi 4130 dengan 2 850 4130 3000 10 2,70 514,490
menggunakan persamaan pengujian kekerasan
3 850 4130 3000 10 2,65 534,470
Brinell, maka nilai BHN pada baja AISI 4130
4 850 4130 3000 10 2,60 555,610
sebelum di hardening (spesimen awal) dapat
Rata-rata 529,765
diperoleh :
Dari hasil uji kekerasan tanpa proses hardening dan
dengan proses hardening yang ada di tabel maka
dimana: BHN = nilai kekerasan brinell dapat diperlihatkan dalam bentuk grafik seperti
P = beban yang diterapkan (kg) dibawah ini
D = diameter bola (mm)
d = diameter lekukan (mm)

Tabel 1 Nilai BHN Baja AISI 4130 Spesimen


Awal
No Suhu AISI Beban D d Kekerasan
ºC (F) (mm) (mm) (BHN)
(Kg)
1 850 4130 3000 10 3,60 285,071
2 850 4130 3000 10 3,60 285,071
3 850 4130 3000 10 3,60 285,071
4 850 4130 3000 10 3,60 285,071
Rata-rata 285,071

Hasil Uji Kekerasan Dengan Proses Hardening

5
Gambar 1. Grafik Nilai Kekerasan Baja AISI 4130
pada tiap specimen uji.

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa kekerasan


baja AISI 4130 mengalami kenaikan. Hal ini sesuai
dengan struktur yang terbentuk pada masing-
masing proses, dimana struktur ferrite bersifat
lunak, kemudian pearlite lebih keras dari ferrite
dan struktur martensite adalah struktur yang keras.
Hal ini berarti bahwa baja AISI 4130 sebagai bahan
baku plate rantai conveyor akan mengalami
peningkatan sifat mekanik jika dikenakan proses
hardening. Gambar 3. Elastic Strain akibat pembebanan

Hasil Simulasi Dengan Menggunakan Ansys


Workbench 14.5

Berdasarkan hasil simulasi menggunakan


Ansys Workbench 14.5 defleksi yang terjadi akibat
pembebanan seperti yang diberikan gambar 4.17
yaitu sebesar 0.014403 m.
Tegangan yang terjadi akibat dari
pembebanan berdasarkan hasil simulasi seperti
diberikan gambar 4.15 yaitu sebesar 969.78 Pa
atau 969.78N/mm2.
Regangan yang terjadi akibat dari
pembebanan berdasarkan hasil simulasi seperti
diberikan gambar 4.16 yaitu sebesar 4.6666e-9 mm

Properti Simulasi
Tegangan 969.78N/mm2 Gambar 4. Total Deformation
Regangan 4.6666×10-9 mm
Defleksi 0.014403 m
Tabel 4 Hasil simulasi Ansys 14.5 5. Kesimpulan Dan Saran

Hasil simulasi yang memperlihatkan simulasi Kesimpulan


pembebanan 1 dan pembebanan 2 diperlihatkan
dari gambar dibawah ini. Dari pembahasan dan pengolahan data pada bab 4,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sifat mekanik dari specimen uji adalah:


a. Sifat mekanik baja AISI 4130 khususnya
nilai kekerasan BHN akan semakin
meningkat jika dipanaskan dengan media
pendingin oli dengan kekerasan 298,387
BHN, dan semakin meningkat kekerasannya
melalui pendinginan media air dengan
529,765 BHN dari specimen awal sebelum
Gambar 2. Von Mises akibat pembebanan dipanaskan adalah 285,071 BHN.

2. Struktur mikro yang terjadi pada specimen


adalah:
a. Struktur mikro yang terbentuk pada baja
AISI 4130 sebelum hardening adalah ferrite
dan setelah di hardening adalah ferrite dan
sementite.

6
Saran

Adapun saran dari pengujian ini adalah :


1. Kekerasan suatu material didefenisikan sebagai
ketahanan material untuk dideformasi plastis
secara lokal, sedangkan kekuatan tarik
didefenisikan sebagai ketahanan material
ddeformasis plastis pada satu kesatuan material
sehingga kekerasan dan kekuatan tarik diartikan
dengan kemampuan material untuk dideformasi
plastis dan dapat disimpulkan bahwa kekerasan
bahwa suatu material dibanding lurus dengan
kekuatan tariknya.
2. Setelah dilakukan pengujian dan analisa data,
tidak disarankan untuk melakukan proses
hardening dengan media pendingin air untuk
meningkatkan kekerasannya karena pada baja
AISI 4130 akan mengalami tekanan yang tinggi
sehingga baja mengalami patah.
3. Perlu dicari alternative lainnya untuk
meningkatkan kekuatan plate rantai conveyor
yang jauh lebih baik.

6. Daftar Pustaka

[1] Anrinal. 2013. Metalurgi Fisik. Padang. CV.


Andi Offset
[2] Amanto, Hari, Daryanto. 1999. Ilmu Bahan.
Jakarta. PT. Bumi Aksara.
[3] Daryanto. 2010. Proses Pengolahan Besi dan
Baja (Ilmu Metalurgi). Bandung. PT. Sarana
Tutorial Nurani Sejahtera.
[4] AJM Vol. 9. 1998. Metalography
Microstructure. New York.
[5] Arikunto. Suharsini. 1997. Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Kelima. Jakarta.
Aneka Cipta.
[6] Van Vlack. Elemen – elemen Ilmu dan
Rekayasa Material. Edisi keenam. Jakarta.
Erlangga.
[7] www.azom.com/articel.aspx?ArticleID=6742.

Anda mungkin juga menyukai