Anda di halaman 1dari 141

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN KERUPUK

RAMBAK KULIT SAPI DAN KULIT KERBAU


(Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak di Kecamatan
Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah)

SKRIPSI

ROCH IKA OKTAFIYANI


H34050890

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN

ROCH IKA OKTAFIYANI. Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kerupuk


Rambak Menggunakan Bahan Baku Kulit Sapi dan Kulit Kerbau (Studi
Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak di Kecamatan Pegandon
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan Tintin
Sarianti)

Sektor UKM merupakan sektor yang memiliki berbagai keunggulan.


Keunggulan ini membuat kontribusi UKM terhadap perekonomian Indonesia pada
tahun 2007 sebesar 53,6 persen. UKM juga memiliki laju pertumbuhan yang lebih
baik jika dibandingkan dengan usaha besar. Keunggulan UKM membuat Pemda
Kabupaten Kendal memberdayakan UKM untuk membangun daerah. Kontribusi
industri pengolahan termasuk UKM sebesar 35,48 persen dari total PDRB di
Kabupaten Kendal. Pemda Kabupaten Kendal telah menetapkan wilayah-wilayah
tertentu sebagai produsen makanan kecil. Salah satu produk yang dikembangkan
adalah kerupuk rambak dengan sentra pembuatannya adalah di Kecamatan
Pegandon. Kerupuk rambak merupakan salah satu jenis kerupuk yang terbuat dari
bahan baku kulit sapi dan kerbau.
Permintaan kerupuk rambak meningkat namun permintaan ini tidak
diimbangi oleh penawaran dari industri kerupuk rambak. Ketidakseimbangan
permintaan dan penawaran ini mengindikasikan masih ada pangsa pasar yang
masih dapat diraih oleh pelaku usaha. Namun, usaha pembuatan kerupuk rambak
dianggap sebagai usaha tradisional yang tidak mendatangkan keuntungan. Selain
itu, usaha kerupuk rambak dipengaruhi oleh bahan baku. Harga kulit kerbau lebih
mahal jika dibandingkan dengan kulit sapi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
analisis kelayakan usaha untuk menilai usaha pembuatan kerupuk rambak serta
analisis bagaimana pengaruh penggunaan bahan baku kulit kerbau sebagai input
produksi kerupuk rambak terhadap kelayakan usaha.
Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi kelayakan pembuatan
usaha kerupuk rambak dilihat dari aspek non finansial, 2) Menganalisis kelayakan
finansial usaha pembuatan kerupuk rambak bahan baku kulit sapi dan kulit
kerbau, 3) Menganalisis kepekaan usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi
dan kulit kerbau, 4) Membandingkan kelayakan finansial usaha pembuatan
kerupuk rambak dengan bahan baku kulit sapi dan kulit kerbau.
Lokasi penelitian dipilih secara purposive. Pengambilan data di lapang
dilaksanakan pada bulan Desember 2008 sampai dengan Maret 2009. Data
diambil dari tiga responden pengusaha kerupuk rambak. Pengambilan sampel
menggunakan metode pengambilan contoh secara simple random sampling untuk
responden pengusaha kerupuk rambak kulit sapi sedangkan untuk pengusaha
kerupuk rambak kulit kerbau dilakukan secara purposive. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara dan studi literatur. Analisis yang digunakan yaitu
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran tentang aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan
aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dalam usaha pembuatan kerupuk rambak.
Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial
menggunakan kriteria Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
Payback Period, Net benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio) dan analisis
switching value. Variabel untuk analisis switching value adalah penurunan
penjualan kemasan besar, penurunan penjualan kemasan kecil, penurunan
penjualan kedua kemasan, kenaikan harga kulit dan kenaikan harga lemak.
Keragaan usaha pembuatan kerupuk rambak jika dilihat dari aspek pasar,
aspek teknis, aspek hukum dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan layak untuk
diusahakan. Namun dari aspek manajemen, usaha pembuatan kerupuk rambak
belum layak karena belum memiliki pembukuan atas penjualan yang dilakukan.
Dari aspek teknis, usaha dinilai lebih layak menggunakan bahan baku kulit sapi
karena ketersediaan kulit sapi yang lebih banyak di pasar.
Hasil analisis finansial usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi
menunjukkan nilai NPV yaitu Rp 271.883.775,00. Nilai IRR sebesar 67,81
persen. Nilai Net B/C sebesar 5,09. Payback Period (PBP) selama 2,83 tahun.
Berdasarkan kriteria kelayakan investasi usaha kerupuk rambak kulit sapi layak
diusahakan. Berdasarkan hasil analisis switching value, perubahan terhadap
penurunan penjualan kerupuk rambak kedua jenis kemasan secara serentak
dikatakan berpengaruh paling besar diantara kondisi lainnya terhadap kelayakan
usaha.
Sedangkan analisis kelayakan finansial kerupuk rambak kulit kerbau
menunjukkan nilai NPV yaitu Rp 89.836.846,00. Nilai IRR sebesar 27,48 persen.
Nilai Net B/C sebesar 2,16. Payback Period (PBP) selama 5,30 tahun.
Berdasarkan kriteria kelayakan investasi usaha pembuatan kerupuk rambak yang
menggunakan bahan baku kulit kerbau layak diusahakan. Berdasarkan hasil
analisis switching value, perubahan terhadap penurunan penjualan kerupuk
rambak kedua jenis kemasan secara serentak dikatakan berpengaruh paling besar
diantara kondisi lainnya terhadap kelayakan usaha.
Perbandingan kelayakan finansial antar kedua usaha menunjukkan bahwa
dari kedua jenis usaha, usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan
bahan baku kulit sapi merupakan usaha yang lebih layak diusahakan. Hal ini dapat
dilihat dari kriteria kelayakan finansial dari usaha kerupuk rambak kulit sapi
memiliki nilai yang lebih baik berdasarkan kriteria investasi dibandingkan usaha
pembuatan kerupuk rambak menggunakan bahan baku kulit kerbau. Perhitungan
laba rugi menunjukkan bahwa usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi
menghasilkan keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan usaha yang
menggunakan kulit kerbau.
Usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit
kerbau memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap perubahan yang disebabkan
oleh keempat variabel dibandingkan dengan usaha kerupuk rambak yang
menggunakan bahan baku kulit sapi.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN KERUPUK
RAMBAK KULIT SAPI DAN KULIT KERBAU
(Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak
di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah)

ROCH IKA OKTAFIYANI


H34050890

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit
Sapi dan Kulit Kerbau (Studi Kasus: Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal
Jawa Tengah)
Nama : Roch Ika Oktafiyani
NRP : H34050890

Disetujui,
Pembimbing

Tintin Sarianti, SP., MM.


NIP. 132 311 854

Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS


NIP. 131 415 082

Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis
Kelayakan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit Sapi dan Kulit Kerbau
adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2009

Roch Ika Oktafiyani


H34050890
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kendal pada tanggal 9 Oktober 1987 sebagai anak
tunggal pasangan Bapak Samsudin dan Ibu Roch Mujiati, SPd. Penulis
menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 01 Gemuhblanten dan lulus pada
tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah
pertama di SMPN 2 Kendal dan lulus pada tahun 2002. Penulis menyelesaikan
pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Kendal dan lulus pada tahun
2005. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Pada tahun
pertama, penulis masuk ke Tingkat Persiapan Bersama karena adanya program
mayor-minor yang mulai diterapkan di IPB dan pada tahun pertama belum
mendapatkan jurusan. Pada tahun kedua penulis, yaitu tahun 2006 penulis
diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa kegiatan organisasi.
Penulis menjabat Sekretaris Departemen Sosial, Lingkungan dan Masyarakat
(Soslingmas) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen
pada tahun 2006-2007 dan Staff Departemen Bisnis HIPMA (Himpunan
Mahasiswa Peminat Agribisnis) pada tahun 2007-2008. Penulis juga aktif di
berbagai kegiatan kepanitiaan. Selain itu, penulis juga menjadi asisten responsi
mata kuliah ekonomi umum pada tahun 2008-2009.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak
Kulit Sapi dan Kulit Kerbau .
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pembuatan
kerupuk rambak yang berbahan baku kulit sapi dan berbahan baku kulit kerbau
serta melakukan perbandingan finansial atas kedua jenis usaha tersebut.
Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu proses penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penelitian ini
masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi
selama penelitian berlangsung.

Bogor, Mei 2009


Roch Ika Oktafiyani
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan barbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Tintin Sarianti, SP., MM. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,
waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini.
2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang
penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran
demi perbaikan skripsi ini.
3. Yanti Nuraeni Muflikh, SP., M.Agribus selaku dosen penguji dari wakil
komisi pendidikan Agribisnis pada ujian sidang penulis yang telah
meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan
skripsi ini.
4. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Agribisnis atas ilmu yang telah
diberikan kepada penulis.
5. Ibu atas segalanya yang telah diberikan kepadaku, untuk segala cinta, kasih
sayang, doa, dukungan, kesabaran serta semangat yang tidak pernah putus.
6. Almarhum Bapak atas pembelajaran hidup yang sangat berarti. Semoga Allah
SWT memberikan tempat terbaik di sisi-Nya.
7. Keluarga besarku: Om Eko sekeluarga, Bulik Eni sekeluarga, Bulik Yum
sekeluarga, Bulik Sri sekeluarga dan Om Dik. Sepupu-sepupuku: Lilis, Imam,
Ajib, Riski, Santos, Irma dan Nanda. Atas segala dukungan yang diberikan.
8. Pemilik Citra Rasa, Pemilik Dwi Joyo, Pemilik Dwi Djaya atas kesediaan
menjadi tempat penelitian penulis, atas waktu, kesempatan, informasi dan
dukungan yang diberikan.
9. Dek Ita dan Mbak Evi atas persahabatan yang sangat indah. Semoga akan
persahabatan ini akan bertahan sampai kapanpun.
10. Hendro Mursalim atas kasih sayang serta dukungan selama ini.
11. Trio Kendal AGB 42 (Twin, Aqsa), Hepi, Wening, Wiwi, Dauz, Cila, Ferdy
Daeng , Dani, Zulvan, Yuzda, Nurul, Tika, Rina, Tiara, Lisda dan AGB 42
lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu. (Go go Gareba AGB
Grooowiiing the future).
12. Debie NFF Napitupulu sebagai pembahas seminar atas masukan dan saran
yang telah diberikan.
13. Temen-temen Fokma Bahurekso Kendal khususnya Fokma 42: Aji, Rifka
Rino, Farikhin, Topik dan yang lain atas kekeluargaan yang sangat berarti
bagi penulis selama merantau disini. Tak Kendal Maka Tak Sayang!
14. Teman-teman kost semua: Mba Putri, Mba Sarah, Mba Dewi, Mba Rahma,
Wendi, Lia, Fery, Retno, Suci, Ranti, Ratih, Riska, Dewi, Icha, Manda, Evi,
Reika, Eni, dan lain-lain.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. xvii
I PENDAHULUAN .............................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................... 1
2.2 Perumusan Masalah ................................................. 6
2.3 Tujuan ..................................................................... 8
2.4 Manfaat ................................................................... 9
2.5 Ruang Lingkup ........................................................ 9
II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 10
2.1 Definisi Usaha Kecil dan Menengah ........................ 10
2.2 Perusahaan Perorangan ............................................ 11
2.3 Kerupuk ................................................................... 13
2.4 Kulit ........................................................................ 14
2.4.1 Pengertian Kulit .............................................. 14
2.4.2 Histologi Kulit ................................................ 15
2.4.3 Kulit Sebagai Bahan Makanan ........................ 15
2.5 Kerupuk Rambak ..................................................... 16
2.5.1 Bahan Baku Pembuatan Rambak ..................... 16
2.5.2 Proses Pembuatan Rambak .............................. 16
2.6 Penelitian Terdahulu ................................................ 17
2.6.1 Analisis Tentang Analisis Kelayakan .............. 17
2.6.2 Analisis Tentang Kerupuk ............................... 20
III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................. 26
3.1 Studi Kelayakan Proyek ........................................... 26
3.2 Aspek Studi Kelayakan ............................................ 28
3.3 Teori Biaya dan Manfaat .......................................... 35
3.4 Analisis Kelayakan Investasi .................................... 36
3.4.1 Analisis Finansial ............................................ 36
3.5 Analisis Switching Value .......................................... 38
3.6 Laporan Rugi Laba .................................................. 39
3.7 Kerangka Pemikiran Operasional ............................. 39
IV METODE PENELITIAN .................................................. 41
4.1 Lokasi dan Waktu .................................................... 41
4.2 Metode Penentuan Sampel ....................................... 41
4.3 Data dan Instrumentasi ............................................. 41
4.4 Metode Pengumpulan Data ...................................... 42
4.5 Metode Pengolahan Data ......................................... 42
4.5.1 Analisis Aspek Finansial ................................. 43
4.5.2 Analisis Switching Value ................................. 46
4.6 Asumsi Dasar yang Digunakan ................................ 46
V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................. 49
5.1 Kabupaten Kendal .................................................... 49
5.1.1 Keadaan Wilayah ............................................ 49
5.1.2 Keadaan Penduduk .......................................... 49
5.1.3 Pertanian ......................................................... 50
5.1.4 Perekonomian Daerah ..................................... 50
5.2 Kecamatan Pegandon ............................................... 52
5.3 Gambaran Umum Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak ................................................................... 53
VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL ............................ 56
6.1 Aspek Pasar ............................................................. 56
6.1.1 Permintaan ...................................................... 56
6.1.2 Penawaran ....................................................... 57
6.1.3 Strategi Pemasaran .......................................... 58
6.1.4 Hasil Analisis Aspek Pasar .............................. 60
6.2 Aspek Teknis ........................................................... 61
6.2.1 Lokasi Usaha ................................................... 61
6.2.2 Bahan Baku ..................................................... 62
6.2.3 Kapasitas Produksi .......................................... 64
6.2.4 Proses Produksi ............................................... 64
6.2.5 Lay Out Usaha ................................................. 67
6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis ............................ 67
6.3 Aspek Manajemen ................................................... 68
6.3.1 Hasil Analisis Aspek Manajemen .................... 68
6.4 Aspek Hukum .......................................................... 69
6.4.1 Bentuk Badan Usaha ....................................... 69
6.4.2 Izin Usaha ....................................................... 69
6.5 Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan .................. 69
VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL ...................................... 71
7.1 Analisis Aspek Finansial Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak Menggunakan Bahan
Baku Kulit Sapi ....................................................... 71
7.1.1 Analisis Inflow Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak Menggunakan
Bahan Baku Kulit Sapi .................................... 71
7.1.2 Analisis Outflow Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak Menggunakan
Bahan Baku Kulit Sapi .................................... 73
7.1.3 Analisis Finansial Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak Menggunakan
Bahan Baku Kulit Sapi .................................... 76
7.1.4 Analisis Switching Value Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak Menggunakan
Bahan Baku Kulit Sapi .................................... 77
7.1.5 Laporan Rugi Laba Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak Menggunakan
Bahan Baku Kulit Sapi ................................... 79
7.2 Analisis Aspek Finansial Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak Menggunakan Bahan
Baku Kulit Kerbau ................................................... 80
7.2.1 Analisis Inflow Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak Menggunakan
Bahan Baku Kulit Kerbau ................................ 81
7.2.2 Analisis Outflow Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak Menggunakan
Bahan Baku Kulit Kerbau ................................ 82
7.2.3 Analisis Finansial Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak Menggunakan
Bahan Baku Kulit Kerbau ................................ 85
7.2.4 Analisis Switching Value Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak Menggunakan
Bahan Baku Kulit Kerbau ................................ 86
7.2.5 Laporan Rugi Laba Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak Menggunakan
Bahan Baku Kulit Kerbau ............................... 88
7.3 Analisis Perbandingan Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Sapi
dan Bahan Baku Kulit Kerbau .................................. 89
VIII KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 92
8.1 Kesimpulan .............................................................. 92
8.2 Saran ....................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 94
LAMPIRAN .................................................................................. 96
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1 Laju Pertumbuhan PDB UKM (2005-2007) ........................ 3
2 Struktur Ekonomi Kabupaten Kendal Atas
Harga Berlaku tahun 2003-2007 ......................................... 4
3 Daerah Pengembangan dan Jenis Produk ............................ 4
4 Kandungan Nilai Gizi Beberapa Jenis
Kerupuk per 100 Gram ....................................................... 14
5 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan
Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kabupaten Kendal Tahun 2004-2007 .................................. 51
6 Luas Wilayah Kecamatan Pegandon Dirinci
Menurut Penggunaan .......................................................... 52
7 Spesifikasi Bahan Baku Kerupuk Rambak .......................... 63
8 Perkiraan Pendapatan Penjualan Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak Kulit Sapi per Tahun .............................. 72
9 Biaya Investasi Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Kulit Sapi ............................................................. 74
10 Rincian Biaya Tetap Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Kulit Sapi ............................................................. 75
11 Rincian Biaya Variabel Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Kulit Sapi ............................................................. 76
12 Hasil Analisis Finansial Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Kulit Sapi ............................................................. 77
13 Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Sapi ........................... 78
14 Perkiraan Pendapatan Penjualan Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak Kulit Kerbau per Tahun .......................... 81
15 Biaya Investasi Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Kulit Kerbau ......................................................... 83
16 Rincian Biaya Tetap Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Kulit Kerbau ......................................................... 84
17 Rincian Biaya Variabel Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Kulit Kerbau ......................................................... 85
18 Hasil Analisis Finansial Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Kulit Kerbau ......................................................... 86
19 Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Kerbau ...................... 87
20 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Sapi
dan Kulit Kerbau ................................................................ 89
21 Perbandingan Nilai Switching Value pada
Kedua Jenis Usaha ............................................................. 90
22 Perbandingan Keuntungan yang Diperoleh
dari Kedua Jenis Usaha ...................................................... 91
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1 Diagram Alir Pembuatan Kerupuk Rambak ........................ 17
2 Kerangka Pemikiran Operasional ....................................... 40
3 Saluran Pemasaran Kerupuk Rambak Saluran I .................. 59
4 Saluran Pemasaran Kerupuk Rambak Saluran II ................. 59
5 Diagram Alir Pembuatan Kerupuk Rambak di Pegandon .... 66
6 Pembagian Produksi Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak .............................................................................. 67
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1 Populasi Kerbau dan Sapi Di Jawa Tengah ......................... 97
2 Cash Flow Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak
Menggunakan Bahan Baku Kulit Sapi ................................ 99
3 Proyeksi Laba Rugi Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Menggunakan Bahan Baku Kulit Sapi .................. 101
4 Cash Flow Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak
Menggunakan Bahan Baku Kulit Kerbau ............................ 102
5 Proyeksi Laba Rugi Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Menggunakan Bahan Baku Kulit Kerbau .............. 104
6 Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Bahan Baku Kulit Sapi Penurunan
Penjualan Kemasan Kecil ................................................... 105
7 Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Bahan Baku Kulit Sapi Penurunan
Penjualan Kemasan Besar .................................................... 107
8 Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Bahan Baku Kulit Sapi Penurunan
Penjualan Kedua Kemasan Serentak ................................... 109
9 Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Bahan Baku Kulit Sapi Kenaikan Harga
Kulit Sapi Basah ................................................................. 111
10 Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak
Bahan Baku Kulit Sapi Kenaikan Harga Lemak ................. 113
11 Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Bahan Baku Kulit Kerbau Penurunan
Penjualan Kemasan Kecil ................................................... 115
12 Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Bahan Baku Kulit Kerbau Penurunan
Penjualan Kemasan Besar ................................................... 117
13 Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Bahan Baku Kulit Kerbau Penurunan
Penjualan Kedua Kemasan Serentak ................................... 119
14 Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Bahan Baku Kulit Kerbau Kenaikan Harga
Kulit Kerbau Basah ............................................................ 121
15 Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk
Rambak Bahan Baku Kulit Kerbau Kenaikan
Harga Lemak ...................................................................... 123
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perekonomian merupakan sektor yang sangat penting dan menjadi salah
satu fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan untuk mencapai
kesejahteraan. Pembangunan pada hakikatnya adalah proses perubahan yang terus
menerus yang menuju ke arah perbaikan cita-cita yang ingin dicapai oleh suatu
bangsa, atau pembangunan ekonomi suatu bangsa ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup rakyat1. Bagi Indonesia, tujuan pembangunan adalah
tercapainya masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual. Sejak
awal tahun 1970, fokus pembangunan perekonomian negara Indonesia adalah
usaha besar dan modern. Pada masa itu, Indonesia mengalami tingkat
pertumbuhan ekonomi yang pesat dari sektor industri besar.
Pada saat krisis moneter yang menerpa perekonomian Indonesia pada
tahun 1997, hampir 80 persen usaha besar mengalami kebangkrutan dan
melakukan PHK massal terhadap karyawannya2. Kemiskinan dan pengangguran
meningkat karena usaha besar banyak yang mengalami kebangkrutan sehingga
harus mengurangi karyawan bahkan harus menutup perusahaannya. Namun,
UKM (Usaha Kecil dan Menengah) mampu bertahan pada masa krisis ini. UKM
merupakan usaha yang memiliki kemandirian dan tidak terlalu bergantung dengan
pemerintah. UKM juga berperan besar dalam mengurangi angka pengangguran,
bahkan fenomena PHK menjadikan para pekerja beralih melirik sektor UKM ini.
Produk-produk UKM bahkan memiliki kemampuan menembus pasar
internasional sehingga memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan nasional.
Berdasarkan Undang-Undang No. 25 tahun 2000, ditetapkan
pengembangan industri nasional lebih diarahkan pada pengembangan usaha
industri kecil melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif. Disamping itu,

1
. Kamaludin, Rustian. Analisis Kelayakan Investasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam
www.jatim.go.id [20 November 2008]
2
Budi, Ariyo. UKM : Benteng Ekonomi Indonesia, antara Dilema dan Relita dalam
www.brotherfatih.multiply.com/journal [20 November 2008]
pengembangan industri lebih diarahkan pada usaha kecil karena dengan modal
yang tidak terlalu besar, usaha ini masih bisa berproduksi. Usaha kecil juga dinilai
memiliki kinerja yang cenderung lebih baik dalam menghasilkan tenaga kerja
produktif. Usaha kecil mampu meningkatkan produktivitas melalui investasi dan
perubahan teknologi serta memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan usaha berskala besar (Brata 2003, diacu dalam Widyastuti
2008). Fakta tersebut tidak mengherankan karena usaha kecil dan menengah
dengan jiwa wirausaha mampu bertahan, berkembang, dan tumbuh di masa sulit
dengan mengandalkan sumberdaya yang terbatas.
Sektor UKM merupakan sektor yang penting untuk diberdayakan.
Terdapat beberapa indikator yang menjelaskan pentingnya pemberdayaan UKM
yaitu pertama UMKM/K merupakan basis usaha yang mampu bertahan dari badai
krisis ekonomi 1997. Kedua, sektor UMKM/K sangat potensial menyerap tenaga
kerja. Ketiga, UMKM/K berperan memberi kontribusi dalam struktur
perekonomian nasional.3
Usaha Kecil Menengah (UKM ) memberikan kontribusi Rp 2.121,3 triliun
atau 53,6 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2007
yang mencapai Rp 3.957,4 triliun. Jumlah populasi UKM pada 2007 mencapai
49,8 juta unit usaha atau 99,99 persen terhadap total unit usaha di Indonesia.
Sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 91,8 juta orang atau 97,3 persen
terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia (BPS 2008)
Sumbangan pertumbuhan PDB UKM lebih tinggi dibandingkan dengan
sumbangan pertumbuhan dari usaha besar. Pada tahun 2000 dari 4,9 persen
pertumbuhan PDB nasional secara total, 2,8 persennya berasal dari pertumbuhan
UKM. Kemudian, di tahun 2003 dari 4,1 persen pertumbuhan PDB nasional
secara total, 2,4 persen diantaranya berasal dari pertumbuhan UKM. Pada tahun
2007, pertumbuhan PDB Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mencapai 6,4 persen
dan Usaha Besar (UB) tumbuh sebesar 6,2 persen. Pertumbuhan PDB tahun 2007
ini lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2006. Pada tahun 2006,
pertumbuhan PDB UKM sebesar 5,7 persen, dan PDB UB sebesar 5,2 persen
(BPS 2008).
3
. Edward, Deddy. Pemberdayaan UMKM/K dan Sektor Riil dalam www.usaha-umkm.blog.com
[20 November 2008]
Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDB UKM 2005-2007 (Persen)
Skala Usaha 2005 2006* 2007**
Usaha Kecil 5,82 5,50 6,18
Usaha Menengah 6,25 6,27 6,84
Usaha Kecil dan Menengah 5,95 5,73 6,38
Usaha Besar 5,37 5,23 6,24
Total 5,69 5,51 6,23
Keterangan : * angka sementara
** angka sangat sementara
Sumber : Berita Resmi Statistik [2008]

Dari Tabel 1 diketahui laju pertumbuhan PDB UKM. Pada tahun 2005 laju
pertumbuhan UKM sebesar 5,95 persen. Laju pertumbuhan PDB UKM ini
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu 5,23 persen pada tahun 2006
dan meningkat lagi pada tahun 2007 sebesar 6,38. Nilai laju pertumbuhan UKM
juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan usaha besar.
Kabupaten Kendal merupakan salah satu daerah yang memberdayakan
UKM sebagai salah satu komponen dalam pembangunan daerah. Kondisi
perekonomian Kabupaten Kendal tahun 2007 ditunjukkan dengan pertumbuhan
ekonomi sebesar 4,28 persen, lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2006 yaitu sebesar 3,66 persen. Sektor industri pengolahan
yang sebagian besar berupa usaha kecil dan menengah dan termasuk di dalamnya
adalah industri makanan dan minuman masih merupakan sektor yang menjadi
andalan terbesar di Kabupaten Kendal (BPS Kabupaten Kendal 2007). Hal ini
ditandai dengan sumbangannya terhadap total PDRB Kabupaten Kendal yang
berkisar di atas 35 persen, merupakan yang paling tinggi jika dibandingkan
dengan sektor lain. Tabel 2 menunjukkan struktur ekonomi Kabupaten Kendal.
Tabel 2. Struktur Ekonomi Kabupaten Kendal Atas Harga Berlaku tahun 2003-
2007 (persen)
Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007
1. Pertanian 23,03 23,92 23,40 24,88 25,05
2. Pertambangan dan
1,00 1,00 1,05 1,11 1,11
penggalian
3. Industri pengolahan 38,46 37,52 37,59 35,57 35,48
4. Listrik, gas dan air minum 1,57 1,38 1,48 1,55 1,71
5. Bangunan 4,06 3,83 3,72 3,92 3,63
6. Perdagangan, hotel dan
17,72 17,68 17,69 17,23 17,33
restoran
7. Pengangkutan dan
2,78 2,72 2,88 3,26 3,27
komunikasi
8. Keuangan, persewaan dan
2,56 2,70 2,77 2,81 2,85
jasa perusahaan
9. Jasa-jasa 8,82 9,25 9,41 9,67 9,58
Produk Domestik Regional
100 100 100 100 100
Bruto (PDRB)
Sumber : BPS Kabupaten Kendal [2007]

Tingginya kontribusi sektor pengolahan termasuk industri makanan dan


minuman membuat Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal mendorong
pertumbuhan industri makanan dan minuman di wilayah tersebut. Pemerintah
Daerah Kabupaten Kendal bahkan telah menetapkan daerah-daerah di wilayah
administratifnya untuk dikembangkan sebagai penghasil produk makanan kecil.

Tabel 3. Daerah Pengembangan dan Jenis Produk


Lokasi Produk
Kec. Kaliwungu - Momoh Jerohan
- Kerupuk Mie
Kec. Cepiring - Terasi
Kec. Kendal - Bandeng Presto
- Kerupuk Petis
- Rangin / Rengginan
Kec. Sukorejo - Kripik Paru
- Kripik Tempe
Kec. Limbangan - Gula Aren
Kec. Weleri - Dawet Gempol
Kec. Pegandon - Krupuk Rambak
Sumber : www.kabupaten-kendal.go.id [2007]

Salah satu jenis produk yang dikembangkan di Kabupaten Kendal adalah


kerupuk rambak. Kerupuk rambak merupakan salah satu jenis makanan yang
terbuat dari bahan baku kulit kerbau atau dari kulit sapi. Usaha pengolahan
kerupuk rambak merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan nilai tambah
bagi komoditi kerbau dan sapi. Hal ini dibuktikan bahwa kerupuk rambak
memiliki nilai jual yang tinggi yaitu sebesar Rp 60.000,00 untuk kemasan 500
gram dan Rp 30.000,00 untuk kemasan 250 gram. Hal ini merupakan suatu
peluang usaha yang baik karena proses produksi kerupuk rambak relatif mudah
dilakukan. Selama ini pemanfaatan utama ternak besar seperti sapi potong dan
kerbau hanya terbatas pada dagingnya saja sementara untuk bagian tubuh yang
lain memiliki nilai jual yang relatif rendah.
Berdasarkan data Dinas Peternakan Jawa Tengah tahun 2006, populasi
kerbau di Kabupaten Kendal pada tahun 2006 sebesar 4.841 ekor dan populasi
sapi potong pada tahun 2006 sebesar 16.547 ekor. Dari Lampiran 1 diketahui
bahwa terjadi peningkatan populasi kerbau dan populasi sapi di Kabupaten
Kendal dari tahun ke tahun. Walaupun peningkatan populasi kerbau dan sapi tidak
terlalu besar, namun kebutuhan bahan baku dapat dipenuhi dari kota lain seperti
Demak dan Pekalongan. Hal ini merupakan suatu peluang bagi pertumbuhan
industri kerupuk rambak di Kabupaten Kendal. Pembukaan usaha kerupuk rambak
ini juga dapat menyerap tenaga kerja di sekitar usaha sehingga dapat mendorong
peningkatan pendapatan masyarakat yang selanjutnya akan meningkatkan
perekonomian daerah di Kabupaten Kendal.
Kecamatan Pegandon merupakan daerah sentra pengembangan produk
kerupuk rambak Kabupaten Kendal. Pengusahaan kerupuk rambak di Pegandon
ini sudah dilakukan cukup lama. Pada umumnya, perusahaan yang ada di
Pegandon menggunakan bahan baku kulit sapi untuk proses produksi kerupuk
rambak.
Namun, pada tahun 2005 ada perusahaan baru yang masuk ke dalam
industri. Perusahaan ini memiliki perbedaan dengan usaha yang telah berjalan.
Perusahaan baru menggunakan bahan baku kulit kerbau sebagai input
produksinya. Dasar pemikiran penggunaan bahan baku kulit kerbau adalah bahan
baku kulit kerbau memiliki daya mengembang yang lebih baik ketika digoreng.
Sementara, para produsen yang telah lama mengusahakan kerupuk rambak
memilih bahan baku kulit sapi karena harga bahan baku kulit sapi yang relatif
lebih murah bila dibandingkan dengan kulit kerbau. Harga bahan baku kulit sapi
yaitu sebesar Rp 12.000,00 per kilogram sedangkan bahan baku kulit kerbau
memiliki harga sebesar Rp 17.000,00 per kilogram.
Produk kerupuk rambak yang terbuat dari kulit sapi dan kulit kerbau
penilaian yang sama dari konsumen dan kedua jenis produk ini juga memiliki
harga yang sama. Sehingga penggunaan bahan baku kerbau akan mempengaruhi
kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak.

1.2. Perumusan Masalah


Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memberdayakan
UKM sebagai salah satu komponen dalam pembangunan ekonomi daerah. Pemda
Kabupaten Kendal terus mendukung tumbuhnya industri-industri baru terutama
industri kecil dan menengah dan juga mendukung perkembangan UKM yang telah
berdiri cukup lama untuk terus mengembangkan usahanya.
Tabel 3 menunjukkan bahwa salah satu jenis produk yang dikembangkan
usahanya di Kabupaten Kendal adalah kerupuk rambak dengan sentra produksi di
Pegandon. Kerupuk rambak ini merupakan kerupuk yang terbuat dari kulit kerbau
atau kulit sapi. Pemanfaatan kerbau dan sapi potong ini selama ini difokuskan
pada dagingnya saja sementara untuk bagian limbahnya seperti kulit kurang
dioptimalkan dan memiliki nilai jual yang murah. Dengan adanya usaha
pengolahan kulit sapi dan kerbau menjadi kerupuk diharapkan akan meningkatkan
nilai tambah dari kulit sapi dan kulit kerbau.
Kecamatan Pegandon merupakan sentra pembuatan kerupuk rambak di
Kabupaten Kendal. Setidaknya telah ada empat pengusaha yang menggeluti usaha
pembuatan kerupuk rambak.
Jumlah permintaan kerupuk rambak saat ini mencapai 1500 kilogram
sampai 1800 kilogram per bulan. Sedangkan hasil produksi industri hanya sebesar
1000 kilogram sampai 1100 kilogram per bulan. Permintaan ini akan melonjak
ketika liburan kenaikan kelas dan Hari Raya Lebaran. Jumlah permintaan kerupuk
rambak pada kedua waktu tersebut dapat mencapai 3000 kilogram sampai 3500
kilogram.
Jumlah permintaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil produksi
membuat usaha sering mengalami over demand terutama pada saat-saat dimana
permintaan melonjak tajam yaitu pada saat liburan dan hari raya.
Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran ini merupakan indikasi
bahwa masih ada pangsa pasar yang dapat diraih oleh pelaku usaha baru. Namun,
usaha pembuatan kerupuk rambak ini kurang menarik para pelaku usaha. Hal ini
terbukti sejak tahun 1990 hingga saat ini hanya ada empat perusahaan yang
menggeluti usaha pembuatan kerupuk rambak secara komersial. Masyarakat
menganggap usaha kerupuk rambak sebagai usaha tradisional yang tidak
menghasilkan keuntungan. Anggapan masyarakat ini juga dipertegas dengan
kondisi tidak adanya pengembangan usaha dari para pengusaha kerupuk rambak.
Dengan demikian analisis kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak
menjadi penting untuk dilakukan. Tujuan kelayakan usaha adalah untuk menilai
apakah usaha pembuatan kerupuk rambak ini layak untuk diusahakan dan dapat
mendatangkan keuntungan bagi pelaku usaha. Jika usaha layak maka pemerintah
dapat merekomendasikan usaha kerupuk rambak ini kepada para pelaku usaha
baru untuk mendirikan usaha maupun kepada pengusaha untuk mengembangkan
usahanya.
Usaha kerupuk rambak ini dipengaruhi oleh harga kulit sapi atau kulit
kerbau sebagai bahan baku utama. Harga kulit kerbau relatif lebih mahal jika
dibandingkan dengan kulit sapi. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis
bagaimana pengaruh penggunaan bahan baku kulit kerbau sebagai input produksi
kerupuk rambak terhadap kelayakan usaha. Hal ini dikarenakan dengan
menggunakan bahan baku yang lebih mahal maka harga pokok penjualan yang
didapat akan lebih tinggi. Produk kerupuk rambak dijual pada tingkat harga yang
sama sehingga akan mengurangi tingkat keuntungan yang diperoleh oleh
pengusaha yang menggunakan bahan baku kulit kerbau.
Untuk menilai kelayakan diperlukan penilaian terhadap aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan serta aspek
finansial. Penilaian terhadap aspek pasar dilakukan untuk mengetahui potensi
pasar akan kerupuk rambak. Penilaian terhadap aspek teknis diperlukan untuk
mengkaji proses pengolahan, penerapan teknologi serta ketersediaan bahan baku.
Sedangkan penilaian terhadap aspek manajemen diperlukan untuk mengkaji
seberapa jauh usaha pembuatan kerupuk rambak dapat dikelola. Penilaian aspek
sosial dan lingkungan diperlukan untuk mengkaji peningkatan pendapatan
pengusaha, perluasan kesempatan kerja serta dampak limbah usaha terhadap
lingkungan sekitar. Secara finansial perlu dikaji apakah usaha layak dilaksanakan
dan menguntungkan karena untuk mendirikan usaha pembuatan kerupuk rambak
diperlukan investasi yang cukup besar.
Dari uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi topik
penelitian ini, adalah:
1. Bagaimana kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak dilihat dari aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial,
ekonomi dan lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan finansial usaha pembuatan kerupuk rambak dengan
bahan baku kulit sapi dan bahan baku kulit kerbau?
3. Bagaimana kepekaan usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi dan kulit
kerbau terjadi perubahan pada faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan
biaya?
4. Bagaimana perbandingan kelayakan finansial usaha pembuatan kerupuk
rambak yang menggunakan bahan baku kulit sapi dan usaha pembuatan
kerupuk rambak yang berasal dari kulit kerbau?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak dilihat dari
aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial
ekonomi dan lingkungan.
2. Menganalisis kelayakan finansial usaha pembuatan kerupuk rambak dengan
bahan baku kulit sapi dan bahan baku kulit kerbau.
3. Menganalisis kepekaan usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi dan kulit
kerbau apabila terjadi perubahan pada faktor yang dapat mempengaruhi
manfaat dan biaya.
4. Membandingkan kelayakan finansial usaha pembuatan kerupuk rambak yang
menggunakan bahan baku kulit sapi dan usaha pembuatan kerupuk rambak
yang berasal dari kulit kerbau.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang
berkepentingan :
1. Pemilik perusahaan, dengan penelitian ini pemilik usaha mengetahui
kelayakan usaha kerupuk rambak dan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan
demi keberlangsungan usahanya.
2. Penulis, penelitian ini merupakan salah satu sarana bagi perusahaan untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.
3. Bagi pemerintah, penelitian ini merupakan salah satu referensi untuk
mengetahui kelayakan usaha kerupuk rambak.
4. Pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca, dan
dapat dijadikan acuan atau perbandingan dalam melakukan studi lanjutan,
khususnya di bidang studi kelayakan bisnis.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis usaha pembuatan kerupuk
rambak yang ada di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal. Usaha yang
dianalisis adalah usaha yang telah memiliki merek pada produk perusahaan dan
berproduksi secara kontinu. Pembahasan penelitian ini hanya mencakup aspek-
aspek yang dianalisis dan yang terjadi di Kecamatan Pegandon Kabupaten
Kendal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Usaha Kecil dan Menengah


Sampai saat ini belum ada definisi maupun kriteria baku mengenai UKM.
Masing-masing institusi atau lembaga pemerintah mempunyai kriteria berbeda
terhadap UKM di Indonesia.
Menurut Departemen Perindustrian RI pada tahun 1991 definisi dari
industri kecil dan kerajinan adalah kelompok perusahaan yang dimiliki penduduk
Indonesia dengan jumlah aset kurang dari Rp 600 juta diluar nilai tanah dan
bangunan yang digunakannya. Kriteria usaha kecil yang tercantum pada pasal 5
Bab III Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 adalah :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta (tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha), atau
2. Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1 milyar per tahun.
3. Dimiliki oleh Warga Negara Indonesia.
4. Berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai dan berafiliasi baik langsung, maupun tidak langsung
dengan usaha menengah atau besar, dan
5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,
atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.
Definisi usaha kecil menurut Bank Indonesia mengacu pada definisi yang
sesuai dengan UU No.9 tahun 1995 karena kriteria usaha kecil dan menengah
dalam peraturan Bank Indonesia yang berkaitan dengan pemberian Kredit Usaha
Kecil (PBI No.3/2/PBI/2001) merujuk pada UU tersebut.
Depperindag menuangkan definisi industri skala kecil menengah dalam
Keputusan Menperindag (Kepmenperindag) No. 257/MPP/Kep/1997 sebagai
suatu usaha dengan nilai investasi maksimal Rp 5 miliar termasuk tanah dan
bangunan (www.depperindag.go.id). Sedangkan BPS (2004) membagi jenis UKM
berdasarkan jumlah tenaga kerja, yaitu:
1. Kerajinan rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja di bawah 3 orang
termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar
2. Usaha kecil, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5-9 orang
3. Usaha menengah, dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang.
Pada tingkat internasional, UKM didefinisikan olah World Bank yang
membagi UKM ke dalam tiga jenis, yaitu:
1. Medium enterprise, dengan kriteria:
a. Jumlah karyawan maksimal 300 orang
b. Pendapatan setahun hingga sejumlah $15 juta, dan
c. Jumlah aset hingga $15 juta
2. Small enterprise, dengan kriteria:
a. Jumlah karyawan kurang dari 30 orang
b. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta, dan
c. Jumlah asset tidak melebihi $3 juta
3. Micro commission, dengan kriteria:
a. Jumlah karyawan kurang dari 10 orang
b. Pendapatan setahun tidak melebihi $100 ribu, dan
c. Jumlah asset tidak melebihi $ 100 ribu
UKM memiliki kekuatan dan kelemahan dalam menjalankan usahanya.
Sebagian dari kelebihan yang dapat menjadi kekuatannya adalah kemampuan
bertahan hidup yang tinggi, kemampuan menggunakan pasokan secara efisien,
motivasi pengusaha yang sangat kuat untuk mempertahankan usahanya,
permintaan pangsa pasar yang dimasuki sangat tinggi, pandai memanfaatkan
pasokan produksi yang murah secara efisien untuk menghasilkan produk dan jasa
yang murah bagi konsumen, serta kemampuan adaptasi yang tinggi dalam
menghadapi perubahan situasi dalam lingkungan usahanya. Sedangkan segi
negatif dalam UKM yang dapat menjadi penghambatnya adalah kelenturan untuk
berganti-ganti bidang usaha dan rekayasa tatanan sistem perekonomian bebas
internasional sehingga tidak mampu bersaing dengan usaha swasta besar baik
domestik maupun asing (Lamadlauw 2006, diacu dalam Widyastuti 2008).

2.2 Perusahaan Perorangan


Usaha perorangan merupakan bentuk badan usaha perorangan yang
dimiliki seseorang dan bertanggung jawab secara penuh terhadap semua risiko
dan kegiatan perusahaan. Di samping itu tidak perlu ijin untuk pendiriannya.
Tidak terdapat kategori khusus tentang bentuk perusahaan ini, sehingga tidak ada
pemisahan hukum antara kepentingan pribadi dengan kepentingan perusahaan.
Semua urusan perusahaan menjadi satu dengan urusan pribadi dari
kepemilikannya. Setiap bentuk usaha memiliki keunggulan dan kelemahan
masing-masing. Beberapa keunggulan usaha perorangan yaitu:
1. Seluruh laba menjadi miliknya
Bentuk usaha ini memungkinkan pemilik menerima seluruh laba yang
dihasilkan oleh perusahaan.
2. Kepuasan pribadi
Prinsip satu pimpinan merupakan alasan yang paling baik untuk mengambil
keputusan dalam pendirian usaha perorangan. Jika usahanya berhasil, insentif
yang diterima akan lebih besar sehingga pemilik akan merasa puas.
3. Kebebasan dan fleksibilitas
Pemilik usaha perorangan tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain untuk
mengambil keputusan. Maka pemilik, juga sebagai pimpinan dapat
mengambil keputusan dengan cepat dalam kesempatan yang pendek.
4. Lebih mudah mendapatkan kredit
Karena tanggung jawabnya tidak terbatas pada modal saja, tetapi juga
kekayaan pribadi dari pemilik, maka risiko kreditnya lebih kecil.
5. Sifat kerahasiaan
Dalam usaha perorangan ini tidak perlu dibuat laporan keuangan atau
informasi yang berhubungan dengan masalah keuangan perusahaan. Dengan
demikian masalah tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh pesaing.
Adapun kelemahan usaha perorangan antara lain:
1. Tanggung jawab pemilik tidak terbatas
Artinya kekayaan pribadinya termasuk sebagai jaminan terhadap seluruh
utang perusahaan.
2. Sumber keuangan terbatas
Karena pemilik hanya satu orang, maka usaha-usaha yang dilakukan untuk
memperoleh sumber dana hanya bergantung pada kemampuannya.
3. Kesulitan dalam manajemen
Semua kegiatan seperti pembelian, penjualan, pembelanjaan, pencarian
kredit, pengaturan karyawan dan sebagainya, dipegang oleh seorang
pimpinan. Hal ini lebih sulit dibandingkan manajemen yang dipegang oleh
beberapa orang.
4. Kelangsungan usaha kurang terjamin
5. Kematian pimpinan atau pemilik, bangkrut atau sebab-sebab lain dapat
menyebabkan usaha perorangan ini berhenti kegiatanya.
6. Kurang memberi kesempatan pada karyawan
Karyawan yang bekerja pada perusahaan ini akan tetap menduduki posisinya
dalam jangka waktu yang relatif lama.

2.3 Kerupuk
Bank Indonesia (2005) mendefinisikan kerupuk sebagai bahan kering
berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan yang bahan utamanya pati.
Kerupuk merupakan salah satu makanan khas Indonesia. Kerupuk biasa
dikonsumsi sebagai makanan kecil, makanan selingan ataupun lauk pauk
walaupun dalam jumlah yang sedikit. Kerupuk dikenal oleh semua usia maupun
tingkat sosial masyarakat. Kerupuk mudah diperoleh di berbagai tempat baik di
warung, supermarket maupun restoran. Kerupuk dapat dibedakan berdasarkan
bahan baku dan cara pengolahannya.
Berdasarkan bahan bakunya kerupuk dapat dibagi menjadi kerupuk udang,
kerupuk ikan, kerupuk bawang dan jenis kerupuk lainnya sesuai dengan bahan
dasar pembuatannya. Menurut cara pengolahannya kerupuk dikelompokkan atas
kerupuk yang digoreng dan kerupuk yang dipanggang atau dibakar (Firmansyah
2007). Selain itu, kerupuk dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu kerupuk yang
bersumber protein baik protein nabati atau hewani dan kerupuk yang tidak
bersumber dari protein. (Sofiah 1995, diacu dalam Firmansyah 2007). Perbedaan
macam dan kadar protein menciptakan berbagai macam kerupuk yang dapat
mempengaruhi mutu dan nilai ekonomisnya. Oleh sebab itu, SII mensyaratkan
kerupuk yang bersumber dari protein harus mengandung protein minimal 5
persen.
Kualitas atau mutu kerupuk dapat dilihat dari keutuhan, keseragaman,
pencetakan dan daya mengembang, dan sifat-sifat yang tidak dapat dilihat seperti
nilai gizi dan rasa. Standar mutu kerupuk di Indonesia didasarkan atas standar
mutu yang dikeluarkan oleh Departemen Industri dan Perdagangan tahun 1990.
Penilaian kerupuk secara non visual dapat dilihat dari kandungan dan nutrisi
bahan-bahan dasar yang dipakai dalam produksi. Tabel 4 menunjukkan nilai gizi
beberapa jenis kerupuk. Penilaian secara visual dapat dilihat setelah kerupuk
digoreng. Bila setelah digoreng kerupuk mengembang dengan sempurna dan
teksturnya tidak keras maka bisa dikategorikan memiliki kualitas yang baik.
Kerupuk dapat mengembang dengan sempurna jika melalui proses penjemuran
yang tepat.

Tabel 4. Kandungan Nilai Gizi Beberapa Jenis Kerupuk per 100 Gram
Kerupuk Kerupuk Kerupuk
Komposisi
Jamur Bawang Ikan
Protein (gr) 1,5 1 1
Lemak (gr) 0,1 0,2 0,2
Karbohidrat (gr) 84,5 90 86
Serat (gr) 0,9 2,4 2,4
Kalori (gr) 362 295 350
Sumber: Wahyono 1996, diacu dalam Firmansyah 2007

2.4 Kulit

2.4.1 Pengertian Kulit


Kulit mentah adalah segala macam bentuk kulit yang berasal dari hewan
baik yang diternakkan maupun hewan liar (Purnomo 1985, diacu dalam Daniar
2008). Kulit mentah juga didefinisikan sebagai kulit hewan yang baru saja
ditanggalkan maupun yang sudah mengalami pengawetan (Suwarasatuti 1992,
diacu dalam Daniar 2008). Kulit yang belum diolah disebut kulit mentah yang
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kulit yang berasal dari hewan besar seperti
sapi, kerbau dan hewan kecil misalnya kambing, domba, kelinci yang dalam
bahasa asing disebut skin.
Kerusakan-kerusakan yang mempengaruhi kualitas kulit mentah dapat
diklasifikasikan dalam dua golongan yaitu kerusakan yang tinggi pada hewan
hidup seperti parasit, umur tua dan sebab mekanik (kerusakan morter) serta
kerusakan yang terjadi pada waktu pengulitan, pengawetan, penyimpanan dan
transportasi (Mann 1981, diacu dalam Daniar 2008). Kulit yang masih segar
mudah rusak bila terkena bahan-bahan kimia seperti asam kuat, basa kuat atau
mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh
kandungan air, lemak, mineral serta protein pada kulit segar tersebut (Purnomo
1985, diacu dalam Daniar 2008). Kulit merupakan hasil ternak yang cukup
penting, kulit tubuh hewan digunakan untuk bahan dasar industri kulit, sedangkan
kulit bagian kepala, leher, ekor, serta kulit yang cacat dapat digunakan dalam
industri biasanya diolah untuk dibuat lem atau gelatin ataupun untuk dibuat
rambak.

2.4.2 Histologi Kulit


Kulit hewan mamalia, secara histologi mempunyai struktur yang sama
yaitu terdiri dari tiga lapisan yang jelas dalam struktur maupun asalnya. Ketiga
lapisan tersebut adalah epidermis, corium (derma), dan hipodermis yang dikenal
pula sebagai lapisan daging atau tenunan lemak (Judoamidjojo 1984, diacu dalam
Daniar 2008). Lapisan epidermis adalah lapisan paling luar dari kulit, terdiri dari
lapisan epitel yang dapat berkembang dengan sendirinya (Mann 1981, diacu
dalam Daniar 2008). Lapisan corium merupakan bagian pokok tenunan kulit yang
diubah menjadi kulit samak. Lapisan hipodermis adalah jaringan tenunan pengikat
longgar yang terdiri dari serabut kolagen dan elastin yang umumnya disebut
lapisan daging. Kulit hewan merupakan suatu organ tubuh yang cukup berat, yaitu
antara 7-10 persen dari berat badan (Ningsih 1991, diacu dalam Daniar 2008).

2.4.3 Kulit sebagai Bahan Makanan


Kulit ternak selain sebagai bahan baku yang penting dalam industri, juga
telah dimanfaatkan oleh penduduk Jawa Tengah atau Jawa Timur yang umumnya
untuk dibuat makanan yang cukup populer yaitu rambak dan kerupuk rambak.
Makanan yang berasal dari kulit ternak ini ternyata dibuat pula oleh penduduk
negara tetangga yaitu Thailand dan Filipina. Di negara-negara tersebut bahan
makanan yang dibuat dari kulit ini dikenal dengan nama Nung Pong atau Fried
Skin (Suwarastuti 1992, diacu dalam Daniar 2008).
Umumnya pengolahan hasil ternak merupakan industri rumah tangga.
Rambak yang dipasarkan ada dua macam yaitu yang digunakan untuk sayur atau
dicampur dalam masakan dan yang langsung dimakan berupa kerupuk.
2.5 Kerupuk Rambak

2.5.1 Bahan Baku Pembuatan Rambak


Rambak yang dibuat dari kulit hewan, dapat berupa kulit sapi, kerbau,
kambing atau babi baik yang masih segar maupun yang sudah diawetkan. Pada
umumnya kulit yang dibuat rambak adalah kulit kering, meskipun kadang-kadang
juga digunakan kulit segar, tetapi jumlahnya terbatas. Kebanyakan kulit segar
yang baik kualitasnya diawetkan untuk bahan industri penyamakan.
Kulit yang digunakan untuk krecek atau rambak adalah kulit yang sudah
tidak dapat digunakan atau sisa-sisa misalnya potongan-potongan kulit bagian
tepi. Kulit kerbau segar yang digunakan sebagai bahan baku kerupuk rambak
menghasilkan pengembangan yang lebih baik. Warna kerupuk yang dihasilkan
relatif lebih putih dan rasa kerupuk lebih enak, terutama kulit kerbau jantan.
Rambak yang berasal dari kulit kerbau lebih disukai oleh konsumen dan memiliki
kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan rambak yang berasal
dari kulit sapi, kambing maupun babi (Ningsih 1991 diacu dalam Daniar 2008).

2.5.2 Proses Pembuatan Rambak


Proses pembuatan rambak baik rambak sayur maupun kerupuk rambak
pada prinsipnya hampir sama yaitu perendaman, proses pengolahan meliputi
pencucian, pengempukan, pengirisan, pemberian bumbu, penjemuran,
pengungkepan, penggorengan dan proses pembungkusan. Pembuatan kerupuk
rambak dapat dibagi menjadi beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut yaitu
pencucian dan penghilangan sisa-sisa lemak atau daging yang masih menempel,
perendaman dalam air hangat atau pembakaran kulit, pengerokan bulu,
pengempukan dengan jalan direbus dalam air panas suhu 90°-100°C selama 50
menit, pengirisan ( diperet ), penjemuran tahap I, pengguntingan (pengirisan)
sesuai dengan keinginan konsumen, penjemuran tahap II, pemberian bumbu,
pengungkepan dengan menggunakan lemak, penjemuran III dan penggorengan
(Ningsih 1991, diacu dalam Daniar, 2008). Adapun secara ringkasnya terdapat
dalam bagan di bawah ini:
Pencucian kulit basah

Penghilangan lemak dan daging

Perendaman atau pembakaran kulit

Pengerokan bulu

Direbus dengan air panas 90-100°C

Pengirisan kulit

Penjemuran tahap I

Pengirisan (pengguntingan)

Penjemuran tahap II

Pemberian bumbu

Pengungkepan

Penjemuran tahap III

Penggorengan

Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Kerupuk Rambak

2.6 Penelitian Terdahulu

2.6.1 Penelitian Tentang Analisis Kelayakan


Penelitian tentang kelayakan usaha dilakukan oleh Maulana (2008) dengan
judul skripsi Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Bandeng Isi pada BANISI di
Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat . Hasil penelitian yang
dilakukan yakni hasil kelayakan non finansial yaitu aspek pasar, bahan baku,
manajemen, hukum, sosial ekonomi dan lingkungan, usaha pembuatan bandeng
isi yang dijalankan oleh BANISI layak untuk dilaksanakan, karena tidak ada
faktor yang menghambat kegiatan produksi BANISI dari tiap-tiap aspek.
Hasil aspek finansial dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga skenario.
Skenario I (tanpa penambahan alat) dengan nilai NPV Rp 13.646.116; Net B/C
rasio 1,2994; IRR 15 persen dan payback period 7 tahun 7 bulan. Selanjutnya
yaitu skenario II (penambahan bahan baku dan alat produksi) dengan nilai NPV
Rp 213.884.273; Net B/C rasio 5,4296; IRR 91 persen dan Payback Period dua
tahun satu bulan. Sedangkan yang terakhir adalah skenario dengan nilai NPV Rp -
527.334.772. Skenario III (bahan baku langsung dari produsen) dinilai tidak layak
karena nilai NPV yang negatif sehingga kriteria kelayakan lainnya dianggap tidak
layak.
Hasil analisis finansial menunjukkan pengusahaan pembuatan bandeng isi
yang dilakukan pada tiga skenario tidak semuanya dapat menghasilkan
keuntungan. Hanya dua dari tiga skenario yang telah dirancang layak untuk
diusahakan yaitu skenario I dan II, sedangkan skenario III tidak layak untuk
dijalankan jika dilihat dari aspek finansialnya. Dari kedua skenario yang layak,
skenario II merupakan skenario yang paling layak untuk dijalankan.
Hasil analisis switching value menunjukkan skenario I yaitu usaha
pembuatan bandeng isi saat ini dijalankan adalah jenis usaha yang paling sensitif
terhadap perubahan baik penurunan harga jual, kenaikan harga bandeng, maupun
penurunan tingkat penjualan. Penurunan harga dan penurunan produksi adalah hal
yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan usaha pembuatan bandeng isi
pada skenario I dan II dibandingkan faktor kenaikan harga bandeng. Untuk
skenario III kenaikan harga jual merupakan faktor yang paling berpengaruh agar
pembuatan bandeng isi ini layak untuk dijalankan dibandingkan dengan
penurunan harga bandeng dan kenaikan tingkat penjualan.
Putera (2006) melakukan penelitian tentang evaluasi kelayakan usaha pada
restoran Mie Kondang, Jakarta Selatan. Dari hasil penelitian diperoleh hasil
bahwa keragaan aspek non finansial pada Restoran Mie Kondang, dilihat dari
aspek pasar, aspek teknis dan produksi, aspek hukum dan aspek manajerial sudah
baik untuk menunjang kinerja restoran. Hal ini ditunjukkan oleh bauran
pemasaran yang dilakukan oleh restoran sudah cukup baik, kemudahan teknologi
yang digunakan oleh restoran tepat guna dan sesuai dengan kebutuhan, aspek
hukum yang mendukung usaha restoran yaitu berupa izin usaha dari pemerintah,
dan struktur manajerial yang ringkas sehingga memudahkan koordinasi antar
bagian organisasi.
Dari hasil analisis secara finansial Restoran Mie Kondang layak untuk
dilaksanakan. Analisis kriteria kelayakan dilihat dari NPV, IRR, Net B/C dan
payback period. Perhitungan menggunakan tingkat diskonto sebesar 11,98 persen
dan diperoleh hasil sebagai berikut nilai NPV sebesar Rp 118.810.854,4; nilai Net
B/C sebesar 1,427, nilai IRR sebesar 18,5 persen, serta payback period selama 3
tahun 5 bulan 25 hari. Hasil switching value menunjukkan bahwa Restoran Mie
Kondang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perubahan nilai penjualan
produk makanan dan terhadap perubahan biaya bahan baku. Penurunan nilai
penjualan produk makanan yang melebihi 5,43 persen atau kenaikan biaya bahan
baku melebihi 5,43 persen akan menyebabkan usaha yang dilakukan oleh
Restoran Mie Kondang menjadi tidak layak untuk dilaksanakan.
Dananjoyo (2006) dalam skripsi berjudul Analisis Kelayakan Finansial
Usaha Tempe (Studi Kasus di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat) juga melakukan
penelitian tentang analisis kelayakan finansial. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis kelayakan finansial usaha pengrajin tempe biasa dan pengrajin
tempa malang, dan menganalisis sensitivitas usaha tempe jika terjadi perubahan
pada manfaat dan biaya. Penelitian dilakukan di Kota Bogor. Teknik pengambilan
contoh secara acek sederhana (simple random sampling) dan secara sengaja
(purposive). Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui aspek finansial
kelyakan usaha. Kriteria investasi yaitu NPV, Net B/C, dan IRR.
Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa NPV pengrajin tempe biasa
positif sebesar Rp 8.805.006,00 dan NPV pengrajin tempe malang Rp
7.157.760,00. IRR pengrajin tempe biasa lebih tinggi dari pengrajin tempe malang
dengan tingkat diskonto 15 persen yaitu 35 persen dan 32 persen. Net B/C pada
tempe biasa dan tempe malang masing-masing adalah 1,59 dan 1,47.
Menurut analisis switching value perubahan yang dapat ditolerir oleh
pengrajin tempe biasa untuk perubahan bahan baku tidak boleh naik lebih dari 5,3
persen dan untuk tempe malang sebesar 6,9 persen. Perubahan harga output yang
masih dapat ditoleransi pada pengrajin tempe biasa sebesar 6,3 persen dan
pengrajin tempe malang sebesar 3,4 persen. Hasil analisis kelayakan finansial
tersebut menunjukkan bahwa usaha tempe biasa dan tempe malang dikatakan
layak untuk diusahakan. Bedasarkan perbandingan atas kriteria kelayakan
menunjukkan bahwa tempe biasa lebih menguntungkan dibandingkan dengan
tempe malang.
Persamaan penelitian analisis kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak
dengan penelitian terdahulu adalah adanya persamaan terhadap penggunaan alat
analisis untuk menentukan kelayakan finansial dan non finansial. Alat analisis
yang digunakan untuk menilai kelayakan finansial adalah Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) dan
Payback Period (PBP), serta digunakan pula analisis nilai pengganti (Switching
Value). Untuk menilai kelayakan non finansial dipergunakan pembahasan dari
aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, serta aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan.
Sedangkan perbedaannya yaitu pada penelitian ini dianalisis mengenai
kelayakan usaha kerupuk rambak sebagai salah satu produk turunan dari kulit
ternak. Selain itu, belum ada penelitian terdahulu mengenai kelayakan usaha
pembuatan kerupuk rambak. Pada penelitian terdahulu produk yang diteliti adalah
kelayakan usaha pembuatan bandeng isi, kelayakan usaha restoran mie dan
kelayakn usaha pembuatan tempe. Perbedaan lainnya adalah perbedaan tempat
serta waktu penelitian.

2.6.2 Penelitian Tentang Kerupuk


Terdapat beberapa judul penelitian yang meneliti tentang kerupuk yaitu
penelitian tentang kelayakan usaha penggorengan kerupuk pernah dilakukan oleh
Widyastono (2006) dengan judul skripsi Analisis Kelayakan Usaha
Penggorengan Kerupuk Studi Kasus Usaha Kecil Sumber Makmur Sentosa di
Darmaga, Kabupaten Bogor dari hasil penelitiannya diperoleh hasil sebagai
berikut dilihat dari aspek pasar, jumlah penggoreng yang bergerak dalam industri
kerupuk di Kabupaten Bogor berjumlah enam orang produsen.
Bauran pemasaran dari usaha penggorengan kerupuk SMS meliputi
produk, harga, tempat serta promosi. Produk yang ditawarkan terbagi menjadi
beberapa jenis berdasarkan bahan inputnya yaitu jenis kerupuk mentahnya. Harga
yang ditetapkan dalam penentuan harga kerupuk SMS ini adalah harga yang
berlaku di pasar. Lokasi yang digunakan untuk melakukan kegiatan penjualan
yaitu pasar-pasar yang terdapat di wilayah Kabupaten Bogor dan waktu yang
dipilih untuk kegiatan penjualan pada umumnya malam hingga pagi hari. Promosi
yang telah digunakan pada awal pendirian usaha ini yaitu dengan memberikan
potongan harga kepada konsumen.
Aspek teknis sarana dan fasilitas-fasilitas yang dipinjamkan oleh pembina
program pelatihan yaitu bangunan yang memadai untuk kegiatan produksi,
gudang bahan baku, dan ruang kantor dengan luas bangunan kurang lebih 192 m2.
Aspek manajemen dan ekonomi sosial merujuk pada fungsi kerja usaha
penggorengan kerupuk SMS yang terdiri dari bagian keuangan, pemasaran dan
produksi. Jabatan yang masih dirangkap menjadi satu adalah jabatan manajerial
dan keuangan yang dipegang oleh pemilik usaha penggorengan. Usaha
penggorengan kerupuk ini banyak menyerap tenaga kerja yang tidak terdidik dan
tidak terampil untuk bekerja di bagian pembungkusan.
Hasil analisis finansial usaha penggorengan kerupuk SMS ini
menunjukkan nilai NPV yang dihasilkan sebesar Rp 222.655.537,00; nilai IRR
yang dihasilkan sebesar 25,96 persen, Net B/C sebesar 2,632 dan masa
pengembalian modal adalah 6 tahun 5 bulan dengan jangka umur proyek selama
10 tahun. Berdasarkan kriteria kelayakan usaha maka usaha penggorengan
kerupuk SMS ini layak untuk dijalankan. Sedangkan hasil analisis sensitivitas
pada usaha penggorengan kerupuk menunjukkan bahwa apabila terjadi
peningkatan biaya operasional variabel sebesar 8,32 persen usaha penggorengan
kerupuk masih layak untuk dijalankan. Berbeda dengan penurunan penjualan
sebesar 10 persen, hasil yang didapatkan adalah usaha tersebut tidak layak untuk
dijalankan.
Penelitian tentang kerupuk pernah dilakukan oleh Tresnaprihandini (2006)
dengan judul Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Kerupuk Udang dan Ikan
pada Perusahaan Candramawa di Kabupaten Indramayu . Berdasarkan hasil
analisis faktor internal dan faktor eksternal yang telah dilakukan pada perusahaan
Candramawa yaitu dilihat dari faktor internal, kekuatan utama yang dimiliki
oleh perusahaan adalah loyalitas distributor, modal yang kuat dan hubungan
dengan pemasok terjalin baik. Sedangkan kelemahan yang utama adalah kapasitas
produksi yang belum optimal, kurangnya promosi dan distribusi produk di
Indramayu belum ada.
Untuk faktor eksternal, yang menjadi peluang utama bagi perusahaan
adalah tingkat konsumsi yang terus meningkat, sedangkan untuk ancaman utama
yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yaitu kenaikan biaya produksi akibat
naiknya tarif listrik dan BBM, kondisi cuaca dan iklim sangat mempengaruhi
proses produksi dan ketersediaan bahan baku, serta ancaman masuk pendatang
baru cukup besar.
Berdasarkan perhitungan matriks IFE didapat total skor 3,107 dan matriks
EFE didapat total skor sebesar 2,051 sehingga jika dipetakan ke dalam matriks IE
posisi perusahaan berada pada sel IV yaitu tumbuh dan bina. Pada sel ini strategi
yang harus dijalankan oleh perusahaan adalah strategi penetrasi pasar, strategi
pengembangan pasar dan strategi pengembangan produk.
Ada 13 buah strategi yang diformulasikan pada matriks SWOT yang
sesuai dengan kondisi lingkungan perusahaan, yaitu: 1) Meningkatkan kualitas
dan kuantitas produk, 2) Menjalin kerjasama dengan perusahaan besar pengekspor
kerupuk, 3) Memperluas wilayah distribusi produk ke wilayah yang potensial dan
belum pernah dijangkau oleh pesaing maupun perusahaan, 4) Bekerjasama dengan
pemerintah daerah setempat untuk mendapatkan kemudahan memperoleh bahan
baku, fasilitas dan perlindungan hukum, 5) Meningkatkan penggunaan teknologi
yang lebih modern dalam proses produksi, 6) Mengefisienkan penggunaan
peralatan produksi untuk menghemat listrik dan BBM, 7) Meningkatkan
pelayanan kepada konsumen, 8) Memperbaiki sistem manajemen perusahaan, 9)
Mencoba memasarkan produk di daerah Indramayu dengan mutu dan kualitas
yang sama dengan pesaing, 10) Mengoptimalkan kapasitas produksi yang ada, 11)
Memperluas hubungan kerjasama dengan pemasok bahan baku ikan, 12)
Memanfaatkan penggunaan oven dan cooling pada saat kondisi cuaca tidak
mendukung, 13) Mengikutsertakan produk perusahaan pada pameran perdagangan
untuk mempromosikan produk. Berdasarkan analisis QSPM maka strategi
prioritas yang dipilih untuk dilakukan perusahaan adalah menjalin kerjasama
dengan perusahaan besar pengekspor kerupuk dengan nilai TAS 6,221.
Penelitian Rosmayanti (2008) dengan judul Pengaruh Kenaikan Harga
Bahan Bakar Minyak terhadap Pendapatan Usaha Kecil dan Menengah, Kasus :
UKM Kerupuk di Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat
ini juga menganalisis tentang kerupuk. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh kenaikan harga BBM terhadap pendapatan, keragaan UKM kerupuk dan
efisiensi faktor-faktor produksi sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM.
Penelitian dilakukan pada April 2008 sampai dengan Mei 2008.
Analisis dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan
analisis imbangan penerimaan dan biaya. Uji beda dua rataan untuk menganalisis
keragaan UKM dan fungsi produksi Cobb Douglass yang dianalisis melalui
metode OLS untuk melihat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah kenaikan harga BBM,
keuntungan UKM kerupuk semakin berkurang. Kenaikan harga BBM
berpengaruh positif terhadap jumlah input produksi (tepung, garam, minyak tanah,
kayu bakar dan tenaga kerja), pengeluaran untuk semua input produksi, jumlah
output, total biaya produksi, dan penerimaan hasil penjualan. Namun berpengaruh
negatif terhadap jumlah input produksi (bawang putih, penyedap rasa dan bahan
baku pembantu), dan pendapatan bersih UKM. Sebelum kenaikan harga BBM,
hanya variabel bahan baku dan kayu bakar yang berpengaruh nyata terhadap
output yang dihasilkan. Sedangkan pada kondisi setelah kenaikan harga BBM,
semua variabel bebas berpengaruh nyata terhadap output. Pada efisiensi teknis,
terjadi perubahan elastisitas semua faktor produksi menjadi lebih efisien. Pada
efisiensi alokasi penggunaan faktor-faktor produksi, belum ada faktor produksi
yang efisien. Sebelum kenaikan BBM, rasio NPM (Nilai Poduk Marjinal) dan
BKM (Biaya Korbanan Marjinal) bahan baku dan kayu bakar kurang dari satu.
Setelah kenaikan harga BBM, rasio NPM dan BKM kurang dari satu sedangkan
minyak tanah, kayu bakar, dan tenaga kerja lebih dari satu, sehingga untuk
mencapai kondisi efisien maka penggunaan variabel tersebut harus ditambah.
Variabel bahan baku lebih efisien sebelum kenaikan harga BBM, sedangkan
variabel kayu bakar lebih efisien setelah kenaikan harga BBM.
Penelitian tentang kerupuk juga dilakukan oleh Rahmawaty (2006). Judul
penelitian adalah Alternatif Strategi Bersaing Perusahaan Dua Gajah Dalam
Industri Kerupuk di Kabupaten Indramayu . Tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal
perusahaan Dua Gajah, merumuskan alternatif strategi bersaing yang sesuai bagi
perusahaan Dua Gajah dalam mengantisipasi persaingan dalam industri kerupuk.
Penelitian dilakukan mulai bulan Maret hingga Juni 2006.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan yaitu faktor kekuatan
adalah modal yang kuat, hubungan perusahaan dan karyawan terjalin dengan baik,
pemasaran yang luas, kualitas produk baik, lokasi perusahaan strategis, dan
pengalaman yang luas dalam bisnis kerupuk. Faktor kelemahan adalah
pembukuan perusahaan belum terlaksana dengan baik, produksi belum dapat
memenuhi seluruh permintaan, kegiatan perusahaan tergantung dari pasokan
bahan baku ikan manyung dan ikan remang.
Faktor peluang adalah pengetahuan masyarakat tentang ikan yang
mengandung gizi omega tiga, iklan tentang makanan bergizi mempengaruhi
persepsi masyarakat dalam mengkonsumsi makanan, perkembangan teknologi
informasi, komunikasi dan produksi, dan kerupuk merupakan industri kecil
Indonesia yang berorientasi ekspor. Faktor ancaman adalah kebijakan pemerintah
mengurangi subsidi BBM, persaingan antara industri kerupuk dan eksportir dalam
mendapatkan pemasok yang loyal, ketatnya persaingan akibat diterapkannya
AFTA dan WTO, dan tawaran harga yang lebih rendah dari produk substitusi.
Berdasarkan analisis IE, perusahaan Dua Gajah sebaiknya melakukan
strategi menumbuhkan dan mengembangkan. Alternatif strategi yang menjadi
prioritas berdasarkan analisis QSPM adalah 1) Membentuk joint venture dengan
pemasok yang dapat diandalkan, 2) Menggunakan alat produksi dengan kapasitas
yang lebih besar dan modern guna meningkatkan hasil produksi sehingga
perusahaan dapat memenuhi seluruh permintaan dan memperluas daerah
pemasaran, 3) Melakukan joint venture terhadap distributor yang murah dan dapat
diandalkan.
Persamaan penelitian analisis kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak
dengan penelitian terdahulu tentang kerupuk adalah adanya persamaan terhadap
obyek yang diteliti yaitu kerupuk. Penelitian tentang kelayakan usaha kerupuk
pernah dilakukan pada salah satu penelitian terdahulu.
Perbedaan penelitian dengan penelitian terdahulu tentang kerupuk adalah
perbedaan topik penelitian. Pada tiga penelitian terdahulu yang menjadi topik
penelitian adalah strategi pengembangan usaha, pengaruh kenaikan BBM terhadap
pendapatan dan strategi bersaing pada perusahaan yang memproduksi kerupuk.
Perbedaan lainnya adalah pada jenis usaha kerupuk yang dianalisis yaitu kerupuk
tapioka, kerupuk ikan, kerupuk udang dan kerupuk tepung. Belum ada penelitian
terdahulu yang menganalisis tentang kerupuk rambak kulit.

.
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Studi Kelayakan Proyek


Kadariah (1999) mendefinisikan proyek sebagai suatu keseluruhan
aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan
(benefit), atau suatu aktivitas di mana dikeluarkan uang dengan harapan untuk
mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, dan dapat direncanakan,
dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Aktivitas suatu proyek selalu
ditujukan untuk mencapai suatu tujuan (objective) dan mempunyai suatu titik
tolak (starting point) dan suatu titik akhir (ending point).
Menurut Gray (2007), proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat
direncanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-
sumber untuk mendapatkan benefit. Sumber-sumber yang digunakan kegiatan
dalam pelaksanaan proyek dapat berupa barang-barang modal, tanah, bahan-bahan
setengah jadi, bahan-bahan mentah, tenaga kerja dan waktu
Gittinger (1986) mendefinisikan proyek pertanian adalah kegiatan usaha
yang rumit karena menggunakan sumber-sumber daya untuk memperoleh
keuntungan atau manfaat. Proyek pertanian merupakan suatu kegiatan investasi
yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang kapital yang
menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa
periode tertentu. Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau
biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan yang secara logika
merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan
dan pelaksanaan dalam satu unit (Gittinger 1986).
Ibrahim (2003) mendefinisikan studi kelayakan bisnis atau proyek sebagai
kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam
melaksanakan suatu kegiatan usaha atau proyek. Studi kelayakan proyek adalah
penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek, biasanya proyek investasi
dilaksanakan dengan berhasil. Dalam arti sempit, keberhasilan ini ditafsirkan
sebagai manfaat ekonomis.
Jika penelitian dari investasi yang dilakukan memberikan manfaat bagi
pelaku investasi maka pelaku akan menjalankan kegiatan investasi tersebut.
Sebaliknya, jika kerugian yang dihasilkan dari investasi ini, maka kegiatan ini
akan ditinggalkan (Husnan dan Muhammad 2000). Kriteria keberhasilan suatu
proyek dapat dilihat dari manfaat investasi yang terdiri dari :
1. Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (sering juga disebut
sebagai manfaat finansial) yang berarti apakah proyek itu dipandang cukup
menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut.
2. Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga
manfaat ekonomi nasional) yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi
ekonomi makro suatu negara.
3. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek.
Tujuan dilakukannya analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat
keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari
pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang
tidak menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang
ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, 4)
menentukan prioritas investasi (Gray et al, 2007).
Menurut Gittinger (1986), pada proyek pertanian ada enam aspek yang
harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu :
1. Aspek teknis
Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek atau penyediaan dan
output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa. Aspek-aspek lain dari
analisis proyek hanya akan dapat berjalan bila analisis secara teknis dapat
dilakukan.
2. Aspek-aspek institusional- organisasi- manajerial
Analisis pada aspek ini adalah analisis mengenai ketepatan dalam penetapan
institusi atau lembaga proyek serta proyek harus sesuai dengan pola sosial,
budaya dan kebiasaan masyarakat setempat. Aspek ini juga meliputi analisis
tentang posisi kerja yang harus diisi dengan pekerja yang ahli.
3. Aspek sosial
Pelaku proyek perlu mempertimbangkan pola dan kebiasaan-kebiasaan sosial
dari pihak yang akan dilayani oleh proyek. Pelaku proyek juga perlu meneliti
secara cermat mengenai implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang
diusulkan.
4. Aspek komersial
Yang termasuk dalam aspek-aspek komersial dari suatu proyek adalah
rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana
penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan
proyek. Analisis pasar untuk output proyek meliputi permintaan, harga yang
menguntungkan, tempat penjualan produk serta market share dari produk
tersebut. Dari sudut pandang input, meliputi rencana-rencana tersedianya
input produksi serta penggunaan teknologi produksi yang tepat termasuk
tersedianya pembiayaan bagi pelaku proyek. Aspek komersial dari suatu
proyek juga termasuk masalah pengaturan usaha-usaha untuk memperoleh
peralatan dan perbekalan proyek (supplies).
5. Aspek finansial
Aspek-aspek finansial dari persiapan dan analisis proyek menerangkan
pengaruh- pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap para
peserta yang tergabung di dalamnya. Analisis finansial meninjau proyek dari
sudut peserta proyek (pelaku proyek) secara individu.
6. Aspek ekonomi
Aspek-aspek ekonomi persiapan dan analisis proyek membutuhkan
pengetahuan mengenai apakah suatu proyek yang diusulkan akan
memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomian
secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar dalam menentukan
penggunaan sumber-sumber daya yang diperlukan. Sudut pandang yang
diambil dalam analisis ekonomi ini adalah masyarakat secara keseluruhan.
Analisis finansial dan ekonomi merupakan pelengkap (complementary).

3.2 Aspek Studi Kelayakan


Menurut Husnan dan Muhammad (2000) secara umum aspek-aspek yang
diteliti dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek
finansial, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan aspek sosial.
Namun, belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti untuk
menentukan layak atau tidaknya suatu proyek, harus dilihat dari berbagai aspek.
Setiap aspek untuk dikatakan layak harus memiliki suatu standar tertentu. Namun,
penilaian tidak hanya dilakukan hanya pada satu aspek saja. Penilaian untuk
menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai,
tidak berdiri sendiri. Jika ada aspek yang kurang layak akan diberikan beberapa
saran perbaikan sehingga memenuhi kriteria yang layak. Namun, apabila tidak
dapat memenuhi kriteria tersebut sebaiknya jangan dijalankan.
a. Aspek pasar
Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek
yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang dan jasa yang dihasilkan
oleh proyek tersebut dan jika pasar yang dituju tidak jelas, prospek bisnis ke
depan pun tidak jelas, maka risiko kegagalan bisnis menjadi besar. Menurut
aspek pasar mempelajari tentang:
1. Permintaan
Permintaan adalah keinginan yang didukung oleh daya beli atau
akses untuk membeli. Hal ini berarti bahwa permintaan akan terjadi
apabila didukung oleh daya kemampuan yang dimiliki konsumen untuk
membeli serta adanya akses untuk memperoleh barang dan jasa yang
ditawarkan. Hal ini pula yang sangat menentukan permintaan itu sendiri.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu
barang dan jasa antara lain harga barang itu sendiri, harga barang lain yang
memiliki hubungan substitusi atau komplementer, pendapatan, selera,
jumlah penduduk dan akses untuk memperoleh barang dan jasa yang
ditawarkan.
2. Penawaran
Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan
produsen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor
yang dapat mempengaruhi penawaran suatu barang atau jasa antara lain
harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan
substitusi atau komplementer, teknologi, harga input, tujuan perusahaan,
atau akses.
3. Program Pemasaran
Program pemasaran meliputi empat aspek bauran pemasaran
(marketing mix) yatu produk (product), harga (price), distribusi (place),
dan promosi (promotion) (Umar 2003).
4. Pangsa pasar (market share) perusahaan
Pangsa pasar (market share) merupakan proporsi dari keseluruhan
pasar potensial yang diharapkan dapat diraih oleh proyek yang
bersangkutan. Pasar potensial adalah keseluruhan jumlah produk atau
sekelompok produk yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu pada
suatu periode tertentu. Dalam hal ini, meliputi variabel yang dapat
dikontrol oleh calon investor, yaitu marketing mix, dan kemampuan
manajemen lainnya, serta variabel yang tidak dapat dikontrol oleh calon
investor (Husnan dan Muhammad 2000).
b. Aspek Teknis
Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan)
dan output (produksi) berupa barang dan jasa. Kerangka kerja proyek harus
dibuat secara jelas agar analisis secara teknis dapat dilakukan dengan teliti.
Aspek-aspek lain dari analisis proyek hanya akan dapat berjalan bila analisis
secara teknis dapat dilakukan (Gittinger 1986).
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan proyek secara teknis dan pengorganisasiannya setelah proyek
tersebut selesai dibangun (Husnan dan Muhammad 2000). Penilaian
kelayakan terhadap aspek ini penting dilakukan sebelum suatu proyek
dijalankan. Penentuan kelayakan teknis perusahaan menyangkut hal-hal yang
berkaitan dengan teknis atau operasi. Sehingga jika tidak dianalisis dengan
baik akan berakibat fatal bagi perusahaan di masa yang akan datang. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam aspek teknis antara lain:
1. Lokasi proyek
Lokasi proyek untuk perusahaan industri mencakup dua
pengertian, yaitu lokasi dan lahan pabrik serta lokasi bukan pabrik.
Pengertian lokasi bukan pabrik mengacu pada lokasi untuk kegiatan yang
secara langsung tidak berkaitan dengan proses produksi, yaitu lokasi
pembangunan adsministrasi perkantoran dan pemasaran. Terdapat
beberapa variabel yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi proyek.
Variabel tersebut dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu variabel
utama (primer) dan variabel bukan utama (sekunder). Penggolongan ke
dalam kedua kelompok tersebut tidak mengandung kekakuan, artinya
dimungkinkan untuk berubah golongan sesuai dengan ciri utama output
atau proyek bersangkutan. Variabel-variabel utama (primer) tersebut yaitu
ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air,
supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Sedangkan variabel-variabel
sekunder terdiri dari hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan
keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat (adat istiadat) dan
perencanaan masa depan perusahaan.
2. Skala Operasional dan Luas Produksi
Skala operasional atau luas produksi adalah jumlah produk yang
seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal.
Pengertian kata seharusnya dan keuntungan yang optimal ,
mengandung maksud untuk mengkombinasikan faktor internal dan faktor
eksternal perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan, persediaan kapasitas
mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses
produksi, kemampuan finansial dan manajemen, serta kemungkinan
adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang.
3. Layout atau Tata Letak Alur Produksi
Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan
penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan
demikian pengertian layout mencakup layout site (layout lokasi proyek),
layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik dan fasilitas-fasilitasnya.
Dalam layout pabrik terdapat dua tipe utama, yaitu layout fungsional
(layout process) dan layout produk (layout garis).
4. Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan
Prinsip-prinsip yang dipegang dalam penentuan jenis teknologi dan
peralatan antara lain seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan,
manfaat ekonomi yang diharapkan, ketepatan teknologi dengan bahan
mentah yang digunakan, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut
ditempat lain yang memiliki ciri-ciri mendekati lokasi proyek, kemampuan
pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat, dan kemungkinan
pengembangannya serta pertimbangan kemungkinan adanya teknologi
lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih sebagai akibat
keusangan.
c. Aspek Manajemen
Analisis terhadap aspek manajemen dilakukan untuk memperoleh
gambaran mengenai kemampuan staf dalam melaksanakan proyek. Dalam
aspek ini perlu dikaji struktur organisasi yang sesuai dengan proyek yang
direncanakan sehingga diketahui mengetahui jumlah kebutuhan, kualifikasi
dan deskripsi tugas individu untuk mengelola proyek (Kadariah et al, 1999)
Husnan dan Muhammad (2000) menyebutkan pengkajian aspek
manajeman pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur
organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan
oleh orang-orang yang profesional mulai dari merencanakan, melaksanakan,
sampai dengan mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan.
Demikian pula dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan
bentuk dan tujuan proyeknya. Hal-hal yang dipelajari dalam aspek
manajemen antara lain :
1. Manajemen dalam Masa Pembangunan Proyek
Manajemen proyek adalah sistem untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengawasi pembangunan proyek dengan efisien.
Manajemen proyek harus dapat menyusun rencana pelaksanaan proyek
dengan mengkoordinasikan berbagai aktivitas atau kegiatan proyek dan
penggunaan sumberdaya agar secara fisik proyek dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen masa
pembangunan proyek, yaitu pelaksana proyek tersebut, jadwal
penyelesaian proyek, dan pihak yang melakukan studi masing-masing
aspek.
2. Manajemen dalam Operasi
Manajemen ini meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang
dipilih, struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi jabatan, anggota
direksi, dan tenaga kunci serta jumlah tenaga kerja yang akan digunakan.
d. Aspek Sosial dan Lingkungan
Analisis terhadap aspek sosial dan lingkungan merupakan suatu
analisis yang berkenaan dengan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi
yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial tersebut harus
dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan ketanggapan suatu proyek
terhadap keadaan sosial yang terjadi (Gittinger, 1986). Contoh pengaruh
proyek terhadap kondisi sosial dan lingkungan diantaranya adalah perluasan
kesempatan kerja, peningkatan pendapatan petani, serta dampak limbah
proyek terhadap lingkungan sekitar.
e. Aspek Finansial
Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara
biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan
menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Muhammad, 2000).
Penelitian dalam aspek finansial dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja
yang akan dihitung dan berapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan.
Kemudian juga meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika
proyek dijalankan. Penelitian ini meliputi lama pengembalian investasi yang
ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan tingkat suku bunga yang
berlaku. Sehingga jika dihitung dengan formula penilaian investasi akan
sangat menguntungkan. Hal-hal yang mendapatkan perhatian dalam
penelitian aspek ini antara lain :
1. Biaya Kebutuhan Investasi
Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk
membeli aset-aset yang dibutuhkan proyek tersebut. Aset-aset ini biasanya
berupa aset tetap yang dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian hingga
dapat dioperasikan. Oleh karena itu, dalam melakukan investasi
dibutuhkan biaya kebutuhan investasi yang digunakan untuk membeli
berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi tersebut.
Biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis
proyek yang akan dijalankan. Secara umum komponen biaya kebutuhan
investasi terdiri dari biaya prainvestasi dan biaya pembelian aktiva tetap
(Husnan dan Muhammad, 2000). Aktiva tetap atau aktiva jangka panjang
terdiri dari tanah dan pengembangan lokasi, bangunan dan
perlengkapannya, pabrik dan mesin, dan aktiva tetap lainnya.
2. Sumber-Sumber Dana
Dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana
yang ada, seperti modal sendiri, modal pinjaman, dan gabungan keduanya.
Pilihan apakah menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman atau
gabungan dari keduanya tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan
dan kebijakan pengusaha. Pada dasarnya pemilihan sumber dana bertujuan
untuk memilih sumber dana yang ada pada akhirnya bisa memberikan
kombinasi dengan biaya terendah, dan tidak menimbulkan likuiditas bagi
proyek atau perusahaan yang mensponsori proyek tersebut (artinya jangka
waktu pengembalian sesuai dengan jangka waktu penggunaan dana).
Sumber-sumber dana yang utama terdiri dari modal sendiri yang
disetor oleh pemilik perusahaan, penerbitan saham atau saham preferen di
pasar modal, obligasi yang diterbitkan oleh penjual dan dijual di pasar
modal, kredit bank, leasing (sewa guna) dari lembaga keuangan nonbank,
dan project finance.
3. Aliran Kas (Cash Flow)
Cash Flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di
perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash Flow menggambarkan
berapa uang yang masuk ke perusahaan dan jenis pemasukan tersebut.
Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar serta jenis-jenis
biaya yang dikeluarkan. Aliran kas penting digunakan dalam akuntansi
karena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk
bersih, dan yang relevan bagi investor adalah kas bukan laba.
Aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat
dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu aliran kas permulaan (initial cash
flow), aliran kas operasional (operational cash flow), dan aliran kas
terminal (terminal cash flow). Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi
pada awal periode merupakan aliran kas permulaan. Aliran kas yang
timbul selama operasi proyek disebut aliran kas operasional. Sedangkan
aliran kas terminal adalah aliran kas yang diperoleh ketika proyek
berakhir. Pada umumnya initial cash flow bernilai negatif, sedangkan
operational dan terminal cash flow bernilai positif. Aliran-aliran kas ini
dinyatakan dengan dasar setelah pajak (Husnan dan Muhammad 2000).

3.3 Teori Biaya dan Manfaat


Dalam analisis proyek, tujuan-tujuan analisis harus disertai dengan definisi
biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang
membantu tujuan (Gittinger 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai
pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap
manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan
sebagai berikut:
1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat
jangka panjang, seperti : tanah, bangunan, pabrik, dan mesin.
2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang
diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti: biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja.
3. Biaya lainnya yaitu pajak, bunga dan pinjaman.
Manfaat dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan
kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat dapat dibedakan menjadi:
1. Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan
dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti: peningkatan pendapatan dan
kesempatan kerja.
2. Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan
tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek,
seperti: rekreasi.
Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan
suatu proyek adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai
manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa
proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan
muncul dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger 1986).

3.4 Analisis Kelayakan Investasi


Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan
biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan proyek
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto
dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep time value of money
yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan
suatu teknik yang dapat menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa yang
akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang, sedangkan
perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu ukuran-ukuran
tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus
manfaat yang diterima (Gittinger 1986).
Konsep nilai waktu uang (time value of money) menyatakan bahwa nilai
sekarang (present value) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa
yang akan datang (future value). Ada dua hal yang menyebabkan hal ini terjadi
yaitu: time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat
ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan
datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat sekarang
memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang
melalui kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun
bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al. 1999).
Kadariah et al. (1999) juga mengungkapkan bahwa kedua unsur tersebut
berhubungan timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga
modal yaitu suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat
dimungkinkan untuk membandingkan arus biaya dan manfaat yang
penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Untuk tujuan itu, tingkat suku
bunga ditentukan melalui proses discounting

3.4.1 Analisis Finansial


Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya
dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama
umur proyek (Husnan dan Muhammad 2000). Analisis finansial terdiri dari:
a. Net Present Value (NPV)
Net present value (NPV) suatu proyek menunjukkan manfaat bersih
yang diterima proyek selama umur proyek pada tingkat suku bunga tertentu.
NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang
ditimbulkan oleh investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat
suku bunga yang relevan. Kriteria kelayakan investasi berdasarkan NPV
yaitu:
• NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan
dapat dilaksanakan.
• NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan
sebaiknya tidak dilaksanakan.
• NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar
modal sosial opportunity cost faktor produksi normal. Dengan kata lain,
proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.
b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)
Net benefit and cost ratio (net B/C Ratio) menyatakan besarnya
pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan
selama umur proyek. Net B/C merupakan angka perbandingan antara present
value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang
negatif. kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah :
• Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan
• Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek merugikan
• Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi
c. Internal Rate Return (IRR)
Internal rate return adalah tingkat bunga yang menyamakan present
value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang
diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan
Net Present Value (NPV) sama dengan nol (0).
Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata
keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan
dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku
bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang
digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari
tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari
tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk
dilaksanakan.
d. Payback Period (PBP)
Payback period atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu
metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk
mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal
itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal
yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan
Muhammad 2000).

3.5 Analisis Switching Value


Analisis switching value merupakan variasi dari analisis sensitivitas.
Analisis dilakukan untuk meneliti kembali analisis kelayakan proyek yang telah
dilakukan. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh yang akan terjadi apabila
keadaan berubah. Hal ini merupakan suatu cara untuk menghadapi ketidakpastian
yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diramalkan (Gittinger 1986).
Menurut Kadariah et al. (1999) analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa
yang akan terjadi terhadap hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau
perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat.
Suatu proyek pada dasarnya menghadapi suatu ketidakpastian karena
dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari sisi penerimaan atau pengeluaran
yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat kelayakan proyek. Dalam analisis
switching value setiap kemungkinan harus dicoba, yang berarti setiap kali harus
dilakukan analisis kembali. Hal ini perlu karena analisis proyek biasanya
didasarkan pada proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan
yang akan terjadi di masa depan.
Semua proyek harus diamati melalui analisis sensitivitas. Pada bidang
pertanian, proyek-proyek sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama,
yaitu :
• Perubahan harga jual
• Keterlambatan pelaksanaan proyek
• Kenaikan biaya
• Perubahan volume produksi

3.6 Laporan Rugi Laba


Laporan rugi laba adalah suatu laporan keuangan yang meringkas
penerimaan dan pengeluaran suatau perusahaan selama periode akuntansi.
Laporan rugi laba juga merupakan suatu laporan yang menunjukkan hasil-hasil
operasi perusahaan selama waktu tersebut (Gittinger 1986). Laporan rugi laba ini
atau usaha yang dijalankan mendapatkan keuntungan ataukah mendapatkan
kerugian selama waktu proyek. Laba ialah apa saja yang tersisa setelah
dikurangkannya pengeluaran-pengeluaran yang timbul di dalam memproduksi
barang atau jasa atau dari penerimaan yang diperoleh dengan menjual barang atau
jasa tersebut.

3.7 Kerangka Pemikiran Operasional


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha yaitu usaha
pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan bahan baku kulit sapi dan
bahan baku kulit kerbau di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal. Analisis
kelayakan dilakukan dengan menganalisis aspek-aspek kelayakan investasi seperti
aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan serta aspek finansial. Analisis finansial mengkaji NPV, IRR, Net B/C
rasio, payback period dan switching value usaha pembuatan kerupuk rambak.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi mengenai
pelaksanaan usaha kepada pengusaha kerupuk rambak. Gambar 2 adalah kerangka
operasional penelitian pada usaha pembuatan kerupuk rambak.
Program Pemberdayaan UKM di Kabupaten Kendal memberikan iklim yang
kondusif bagi pengembangan usaha yang sudah ada maupun pendirian usaha baru

Salah satu produk yang dikembangkan adalah kerupuk rambak

Adanya ketidakseimbangan permintaan dan penawaran kerupuk rambak

Usaha pembuatan kerupuk rambak

Bahan baku kulit sapi Bahan baku kulit kerbau

Analisis Aspek Non Finansial Pembuatan kerupuk


rambak :
Aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek
sosial lingkungan, aspek hukum

Analisis Finansial : Analisis Finansial :


NPV, IRR, Net B/C Ratio, NPV, IRR, Net B/C Ratio,
Payback Period, Analisis Payback Period, Analisis
Switching Value Switching Value

Tidak layak Layak Layak Tidak layak

Usaha tidak baik untuk Melakukan reorientasi alokasi


Baik untuk diusahakan karena
dilaksanakan dan harus sumber daya dan melakukan
dapat menghasilkan keuntungan
melakukan perbaikan usaha dan dapat dilakukan perbaikan usaha
pengembangan usaha

Perbandingan kelayakan finansial untuk


memilih bahan baku yang mendatangkan
keuntungan lebih baik

Perbaikan usaha bagi pemilik usaha yang menghasilkan keuntungan


lebih kecil dengan mengubah jenis bahan baku yang digunakan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu


Penelitian ini dilakukan di usaha pembuatan kerupuk rambak di Desa
Penanggulan Kecamatan Pegandon Kabupatan Kendal. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa
Pegandon merupakan sentra produksi kerupuk rambak di Kabupaten Kendal dan
kerupuk rambak merupakan produk yang akan dikembangkan di Kabupaten
Kendal. Selain itu, perusahaan-perusahaan yang ada di Pegandon belum pernah
melakukan studi kelayakan terhadap usahanya. Pengambilan data di lapang
dilaksanakan pada bulan Desember 2008 sampai dengan Maret 2009. Waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2008 sampai dengan Juni 2009.

4.2 Metode Penentuan Sampel


Pengambilan pengusaha responden berasal dari informasi dari Kantor
Kelurahan setempat. Jumlah pengusaha berjumlah empat orang. Namun, namun
hanya tiga pengusaha yang dijadikan responden karena kemudahan dalam
pengambilan data. Responden yang digunakan adalah dua pengusaha kerupuk
rambak kulit sapi dan satu pengusaha kerupuk rambak kulit kerbau. Pengambilan
sampel responden menggunakan pemilihan secara sengaja (purposive).
Selanjutnya didapat dua kelompok usaha kerupuk rambak yang
berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu kerupuk rambak kulit sapi dan
kerupuk rambak kulit kerbau. Kemudian pada penelitian ini dibandingkan antara
kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak dengan bahan baku kulit sapi dan
usaha pembuatan kerupuk rambak bahan baku kulit kerbau.

4.3 Data dan Instrumentasi


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemilik
usaha, pemasok dan staf Pemerintah Daerah. Wawancara dengan pemilik usaha
mengenai aspek kelayakan dan aspek finansial. Wawancara dengan pemasok
mengenai bahan baku utama yaitu kulit serta wawancara dengan staf Pemerintah
Daerah untuk mengetahui kondisi usaha kecil dan bentuk dukungan pemerintah
daerah terhadap usaha kecil di Kabupaten Kendal. Data sekunder yang digunakan
berasal dari studi literatur berbagai buku, skripsi, internet dan instansi-instansi
terkait seperti Perpustakaan IPB, Badan Pusat Statistik dan Departemen
Perindustrian dan Perdagangan.

4.4 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2008-Maret 2009 atau
selama empat bulan. Lokasi pengumpulan data meliputi perpustakaan IPB, Badan
Pusat Statistik, Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta pengumpulan
data primer di Kecamatan Pegandon. Dalam pengumpulan data primer, data
diperoleh berasal dari para pemilik usaha kerupuk rambak dan pemasok.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara wawancara
langsung, wawancara mendalam dan observasi. Teknik pengumpulan data
tersebut digunakan untuk mengumpulkan data primer. Sedangkan untuk data
sekunder, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur dan
browsing internet.

4.5 Metode Pengolahan Data


Data kuantitatif yang diperoleh selama penelitian diolah dengan
menggunakan program Microsoft Excel 2007. Pemilihan program tersebut karena
merupakan program yang telah lazim digunakan dan relatif mudah untuk
dioperasikan. Sedangkan data kualitatif diolah dan disajikan secara deskriptif.
Analisis yang akan dilakukan selama penelitian ini adalah analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh
gambaran tentang aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan dalam usaha pembuatan kerupuk rambak ini.
Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial dalam
usaha pembuatan kerupuk rambak ini. Analisis kelayakan finansial menggunakan
beberapa kriteria, yaitu: Analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value/NPV),
tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR), masa pengembalian
investasi (Payback Period), Net benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio) atau angka
perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present
value dari net benefit yang negatif, dan analisis switching value.

4.5.1 Analisis Aspek Finansial


Analisis aspek finansial digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha
pembuatan kerupuk rambak. Analisis aspek finansial dilakukan dengan
menggunakan kriteria investasi untuk mengetahui apakah suatu usaha tersebut
layak atau tidak untuk dijalankan. Kriteria kelayakan investasi yang akan
digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), dan
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Period (PBP).

4.5.1.1 Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) suatu proyek atau usaha adalah selisih antara
nilai sekarang (present value) manfaat dengan arus biaya. NPV juga dapat
diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi.
Perhitungan NPV perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan. Rumus
menghitung NPV adalah sebagai berikut :
n
Bt − Ct
NPV = ∑
t =1 (1 + i ) t

Sumber : Kadariah et al (1999)

Keterangan :
Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun
Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun
n = jumlah tahun
i = tingkat suku bunga (diskonto)
Kriteria kelayakan investasi berdasarkan NPV yaitu :
• NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat
dilaksanakan.
• NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya
tidak dilaksanakan.
• NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar
modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain,
proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.
Namun, pada penelitian ini perhitungan NPV tidak dilakukan secara
manual. Perhitungan NPV dilakukan dengan menggunakan formula yang telah
tersedia pada software Microsoft Excel 2007.

4.5.1.2 Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio)


Net benefit and cost ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan
antara jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang
yang bernilai negatif. Rumus untuk menghitung Net B/C adalah :
n
Bt − C t
∑ (1 + i)
t =1
t ( Bt − C t > 0)
Net B/C = Dimana
n
Bt − C t ( Bt − C t < 0)
∑ (1 + i)
t =1
t

Sumber: Kadariah et al (1999)


Keterangan :
Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun
Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun
n = jumlah tahun
i = tingkat bunga (diskonto)
Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah :
• Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan
• Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek merugikan
• Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi
Namun, pada penelitian ini perhitungan Net B/C rasio tidak dilakukan
secara manual. Perhitungan Net B/C rasio dilakukan dengan menggunakan
formula yang telah tersedia pada software Microsoft Excel 2007.

4.5.1.3 Internal Rate of Return (IRR)


IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan
yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR
mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek
untuk sumberdaya yang digunakan. IRR juga merupakan nilai discount rate yang
membuat NPV proyek sama dengan nol. Suatu investasi dianggap layak apabila
nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan tidak layak jika
nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tidak
layak untuk dilaksanakan. Rumus untuk menghitung IRR adalah :

NPV
IRR = i + (i '−i )
NPV − NPV '

Sumber: Kadariah et al (1999)

Keterangan :
i = Discount rate yang menghasilkan NPV positif
= Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV = NPV yang bernilai positif
NPV = NPV yang bernilai negatif
Namun, pada penelitian ini perhitungan IRR tidak dilakukan secara
manual. Perhitungan IRR dilakukan dengan menggunakan formula yang telah
tersedia pada software Microsoft Excel 2007.

4.5.1.4 Tingkat Pengembalian Investasi Diskonto (Discounted Payback


Period)
Untuk melihat jangka waktu pengembalian suatu investasi dilakukan
perhitungan dengan menggunakan metode payback period yang menunjukkan
jangka waktu kembalinya investasi yang dikeluarkan melalui pendapatan bersih
tambahan yang diperoleh dari usaha pembuatan kerupuk rambak. Pada
perhitungan discounted payback period ini telah memasukkan unsur faktor
diskonto sehingga telah mencakup nilai waktu uang. Rumus yang digunakan
untuk menghitung jangka pengembalian investasi adalah :

I
Payback period =
Ab

Sumber : Husnan dan Muhammad, 2000

Keterangan :
I = besarnya investasi yang dibutuhkan
Ab = benefit bersih diskonto yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
Pada dasarnya semakin cepat payback period menandakan semakin kecil
risiko yang dihadapi oleh investor.

4.5.2 Analisis Switching Value


Analisis switching value merupakan variasi dari analisis sensitivitas.
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang
berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis. Tujuan analisis ini adalah untuk
melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas ekonomi,
apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau adanya perubahan di
dalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan
karena dalam kegiatan investasi, perhitungan didasarkan pada proyek-proyek yang
mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu mendatang
(Gittinger 1986)
Pada analisis switching value secara langsung memilih sejumlah nilai yang
dengan nilai tersebut dapat dilakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap
penting pada analisis proyek dan kemudian dapat menentukan pengaruh
perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek.
Dalam penelitian ini, digunakan analisis kepekaan apabila terjadi
perubahan pada kenaikan harga input dan penurunan penjualan.

4.6 Asumsi Dasar yang Digunakan


Analisis usaha pembuatan kerupuk rambak ini menggunakan beberapa
asumsi dasar yaitu:
1. Usaha dilakukan dengan modal sendiri
2. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito
BRI pada bulan Januari 2009 yaitu sebesar 8,38 persen. Pemilihan ini
didasarkan atas bank yang terdekat dengan pengusaha adalah BRI serta modal
usaha pemilik semuanya modal sendiri dan bukan berasal dari pinjaman.
3. Keadaan ekonomi selama proyek berlangsung diasumsikan tetap.
4. Umur proyek adalah 10 tahun, penentuan umur proyek ini didasarkan pada
umur ekonomis investasi yang terlama yaitu bangunan, timbangan, lemari,
pompa air, tungku api, tempat penjemuran dan tabung gas.
5. Harga bahan baku kulit kerbau adalah Rp 17.000,00 per kilogram.
6. Harga bahan baku kulit sapi adalah Rp 12.000,00 per kilogram.
7. Rendemen lemak baik pada kulit sapi basah dan kulit kerbau basah adalah
sebesar 10 persen dari berat total.
8. Skala produksi pada kedua usaha adalah 25 kilogram kerupuk rambak matang
dalam satu periode produksi.
9. Kulit sapi basah dan kulit kerbau basah yang digunakan untuk produksi
adalah jantan.
10. Total produksi adalah jumlah kemasan yang dihasilkan selama satu tahun.
Nilai total penjualan adalah hasil kali antara produksi dan harga jual. Harga
jual yang produk adalah Rp 30.000,00 untuk kerupuk rambak kemasan 250
gram dan Rp 60.000,00 untuk kerupuk rambak kemasan 500 gram.
11. Perbandingan penjualan melalui agen adalah sebesar 35 persen dari total
produksi dan penjualan sendiri ke konsumen adalah sebesar 65 persen dari
total produksi.
12. Kerupuk rambak ukuran 250 gram disebut kemasan kecil dan kerupuk
rambak ukuran 500 gram disebut kemasan besar.
13. Tidak ada produk yang cacat atau gagal dan hasil produksi semuanya habis
terjual.
14. Biaya variabel pada kemasan besar, nilainya diasumsikan sebesar dua kali
dari biaya variabel kemasan kecil.
15. Proses produksi dilakukan setiap tiga hari sekali maka dalam satu bulan
dilakukan sepuluh kali proses produksi. Sehingga dalam satu tahun terdapat
120 kali proses produksi.
16. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pembuatan kerupuk rambak ini terdiri
dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada
tahun ke-1 dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan yang telah habis
umur ekonomisnya.
17. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
18. Nilai penyusutan dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan
menggunakan metode garis lurus di mana harga beli dikurangi dengan nilai
sisa kemudian dibagi dengan umur ekonomis.
19. Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progresif berdasarkan UU No.
17 tahun 2000 Tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Dalam Negeri dan
bentuk Usaha Tetap, yaitu:
• Jika pendapatan < Rp 50.000.000,00 maka pajak yang dibayarkan adalah
10% x pendapatan.
• Jika Rp 50.000.000,00 < pendapatan < Rp 100.000.000,00 maka pajak
yang dibayarkan adalah (10% x Rp 50.000.000,00)+(15% x (pendapatan
Rp 50.000.000,00))
• Jika pendapatan > Rp 100.000.000 maka pajak yang dibayarkan adalah
(10% x Rp 50.000.000,00)+ (15% x Rp 50.000.000,00) + (30% x
(pendapatan Rp 100.000.000,00)).
BAB V
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Kabupaten Kendal

5.1.1 Keadaan Wilayah


Kabupaten Kendal merupakan kabupaten yang terletak di wilayah Provinsi
Jawa Tengah. Kabupaten Kendal memiliki luas wilayah sebesar 1002,23 km2.
Posisi astronomis Kabupaten Kendal terletak pada 109°40 -110°18 Bujur Timur
dan 6°32 -7°24 Lintang Selatan. Di sebelah utara wilayah Kabupaten Kendal
berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara. Di sebelah timur berbatasan
dengan Kota Semarang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Temanggung. Sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Batang.
Topografi Kabupaten Kendal terbagi dalam tiga jenis yaitu daerah
pegunungan yang terletak di bagian paling selatan dengan ketinggian antara 0-
2.579 meter dari permukaan laut. Suhu udara berkisar antara 25°C. kemudian
daerah perbukitan di sebelah tengah dan dataran rendah di sebelah utara dengan
ketinggian 0-10 meter dari permukaan laut dengan suhu berkisar 27°C.
Kabupaten Kendal merupakan kabupaten yang memiliki wilayah agraris.
Hal ini ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang ada di Kabupaten Kendal
yang digunakan untuk mengusahakan pertanian. Luas wilayah yang digunakan
untuk usaha pertanian (sawah, tegalan, tambak dan kolam, hutan serta
perkebunan) adalah sebesar 75,83 persen. Sedangkan sisanya digunakan untuk
pekarangan (lahan untuk bangunan dan halaman sekitarnya), padang rumput dan
lahan yang sementara tidak diusahakan.

5.1.2 Keadaan Penduduk


Jumlah penduduk Kabupaten Kendal pada tahun 2007 tercatat sebanyak
937.420 jiwa terdiri dari 462.612 (49,35 persen) laki-laki dan 474.808 (50,65
persen) perempuan. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Kendal pada tahun 2007
sebesar 2,06 persen. Jumlah penduduk menurut kelompok umur terbanyak berada
pada kelompok usia 10-14 tahun, dengan jumlah 100.916 jiwa. Sedangkan jumlah
penduduk terendah berada pada kelompok umur 60-64 tahun berjumlah 32.501
jiwa. Dilihat dari piramida penduduk Kabupaten Kendal maka kelompok umur
usai produktif lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok usaia tidak
produktif. Persebaran penduduk di Kabupaten Kendal tidak merata. Beberapa
kecamatan mengalami kepadatan penduduk yang cukup tinggi seperti Kecamatan
Weleri dan Kota Kendal. Kepadatan penduduk di Kecamatan Weleri mencapai
1.965 jiwa per kilometer persegi dan di Kecamatan Kendal mencapai 1.896 jiwa
setiap kilometer persegi.

5.1.3 Pertanian
Proporsi terluas penggunaan tanah di Kabupaten Kendal adalah untuk
tanah sawah yaitu 262,13 km2 atau sebesar 26,15 persen dari seluruh luas tanah
yang ada. Hasil utama pertanian adalah padi, palawija dan kacang-kacangan.
Komoditas tanaman buah-buahan yang ada di Kabupaten Kendal adalah
pisang, mangga, nangka, rambutan dan durian. Produksi tanaman buah-buahan
tersebut mengalami fluktuasi setiap tahun. Produksi tanaman sayuran yang
diusahakan di Kabupaten Kendal adalah tanaman buncis, bawang, dan wortel,
bawang merah, kubis, kacang-kacangan dan ketimun.
Komoditas yang diusahakan pada perkebunan adalah tebu, tembakau
rakyat, kopi, kayu manis, panili, kemukus dan kakao. Komoditas lain yang
dihasilkan dari sektor perkebunan ini adalah tanaman karet, tanaman pala, dan
tanaman teh. Sektor kehutanan di Kabupaten Kendal menghasilkan kayu jati, kayu
rimba dan lainnya.
Peternakan di Kabupaten Kendal terbagi menjadi dua yaitu ternak besar
dan ternak kecil. Ternak besar yaitu sapi perah atau sapi potong, kerbau dan kuda.
Populasi terbesar untuk ternak besar ini adalah sapi potong. Ternak kecil meliputi
kambing, domba dan babi. Populasi terbesar untuk ternak kecil ini adalah
kambing. Sedangkan untuk unggas yang diusahakan adalah ayam ras pedaging,
ayam petelur, burung puyuh dan itik. Perikanan di Kabupaten Kendal juga
diusahakan meliputi perikanan darat dan perikanan laut.

5.1.4 Perekonomian Daerah


Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kendal pada
tahun 2007 atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai 4,62 triliun rupiah.
PDRB Kabupaten Kendal mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini
menunjukkan perekonomian Kabupaten Kendal terus tumbuh. Berikut ini adalah
tabel PDRB Kabupaten Kendal atas dasar harga konstan tahun 2000.

Tabel 5. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Kabupaten Kendal Tahun 2004-2007 (dalam juta
rupiah)
No. Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007
1 Pertanian 1.027.499,92 1.027.494,44 1.079.408,71 1.086.655,98
Pertambangan dan
2 penggalian 37.149,42 38.626,20 42.347,62 44.543,40
Industri
3 Pengolahan 1.641.119,86 1.716.524,18 1.756.426,89 1.861.210,22
Listrik, gas dan air
4 minum 44.680,42 45.258,32 48.121,20 56.192,13
5 Bangunan 124.340,62 117.456,49 128.521,63 129.341,53
Perdagangan, Hotel
6 dan Restoran 759.013,37 787.077,76 809.634,64 846.063,53
Pengangkutan dan
7 Komunikasi 98.496,78 101.510,10 106.325,91 117.184,47
Keuangan,
Persewaan dan Jasa
8 Perusahaan 100.996,97 106.959,14 112.158,19 117.828,73
9 Jasa-Jasa 334.328,84 336.447,63 350.854,76 364.558,01
PDRB 4.167.626,20 4.277.354,26 4.433.799,55 4.623.578,00
Sumber : BPS Kabupaten Kendal (2008)

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal pada tahun 2007 mencapai


4,28 persen. Pada tahun 2007 ini pertumbuhan sektor listrik, gas dan air minum
menempati peringkat tertinggi yaitu 16,77 persen. Peringkat kedua sektor
angkutan dan komunikasi yaitu sebesar 10,21 persen.
Dari sembilan sektor ekonomi yang ada pada tahun 2007, struktur
ekonomi atas harga konstan 2000. Kontribusi tertinggi didapat dari sektor industri
pengolahan sebesar 40,25 persen, kemudian pertanian sebesar 23,50 persen, sektor
perdagangan, hotel dan restoran 18,30 persen dan jasa-jasa 7,88 persen. Lima
sektor lainnya hanya menyumbang kurang dari 10 persen dan yang terendah
adalah sektor pertambangan dan penggalian yang menyumbang 0,96 persen. Nilai
PDRB per kapita pada tahun 2007 secara riil naik sebesar 3,89 persen, yaitu dari
4,88 juta rupiah menjadi 5,07 juta rupiah.
Industri pengolahan di Kabupaten Kendal sebagian besar didominasi oleh
usaha kecil dan menengah. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kebupaten Kendal, jumlah unit usaha yang tergolong dalam usaha
kecil dan menengah berjumlah 489 unit usaha. Usaha tersebut terbagi menjadi
usaha yang bergerak dalam bidang makanan dan non makanan. Untuk
mengembangkan usaha kecil dan menengah, Kabupaten Kendal menetapkan
wilayah-wilayah untuk dilakukan sentralisasi pengembangan usaha kecil. Salah
satu hal yang telah dilakukan adalah dengan melakukan sentralisasi
pengembangan usaha kecil dan menengah di bidang makanan sebagaimana telah
tercantum pada Tabel 3. Industri pengolahan makanan terus dikembangkan agar
produk yang dihasilkan dapat menjadi komoditas khas daerah Kendal. Selain itu
pengembangan usaha kecil dan menengah dimaksudkan untuk meningkatkan
pendapatan daerah serta perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat.

5.2 Kecamatan Pegandon


Usaha pembuatan kerupuk rambak terletak di Desa Penanggulan
Kecamatan Pegandon. Kecamatan Pegandon terletak di wilayah administrasi
Kabupaten Kendal dan Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Pegandon memiliki
luas wilayah 31,12 km2. Wilayah Kecamatan Pegandon di sebelah utara adalah
Kecamatan Patebon. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Singorojo,
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gemuh dan sebelah Timur berbatasan
dengan Kecamatan Brangsong. Jarak ibukota Pegandon dengan ibukota provinsi
adalah 38 kilometer, jarak ibukota Pegandon ke ibukota Kabupaten adalah 10
kilometer. Wilayah Kecamatan Pegandon memiliki ketinggian tanah 6 meter dpl.
Suhu udara 27°C. Wilayah Kecamatan Pegandon dibagi menurut penggunaannya.
Pembagian wilayah berdasarkan penggunaan terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Wilayah Kecamatan Pegandon Dirinci Menurut Penggunaan


No Jenis Luas (Km2) Persen (%)
1 Tanah sawah 8,71 27,99
2 Tanah pekarangan 5,12 16,44
3 Tanah tegalan 2,61 8,39
4 Tambak dan kolam 0 0
5 Hutan 12,23 39,32
6 Kehutanan 0 0
7 Lain-lain 2,45 7,89
Total 31,12 100
Sumber : Statistik Kecamatan Pegandon 2008
Jumlah penduduk Kecamatan Pegandon adalah sebesar 36.575 jiwa
dengan pembagian jumlah penduduk perempuan adalah 18.532 jiwa dan jumlah
penduduk laki-laki adalah sebanyak 18.043 jiwa. Kepadatan penduduk di
Kecamatan Pegandon adalah 1.175 jiwa/km2. Pada tahun 2007 perkembangan
penduduk Kecamatan Pegandon adalah sebesar 1,09 persen.

5.3 Gambaran Umum Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak


Usaha pembuatan kerupuk rambak terletak di Desa Penanggulan,
Kecamatan Pegandon. Saat ini tercatat ada empat perusahaan yang bergerak
dalam usaha pembuatan kerupuk rambak yaitu Citra Rasa, Putra Jaya, Dwi Joyo
dan Dwi Djaya. Usaha ini berawal karena di Kecamatan Pegandon terdapat
tempat pemotongan hewan (jagalan) sapi untuk memasok daging sapi ke pasar
tradisional di sekitar Kecamatan Pegandon. Pada saat itu, kulit sapi hanya menjadi
limbah dan menimbulkan bau yang mengganggu ketika kulit membusuk. Hal ini
sangat mengganggu masyarakat sekitar. Pada saat itu, belum ada yang berpikir
untuk mengolah kulit.
Pada tahun 1990, usaha pembuatan kerupuk rambak dipelopori oleh Bapak
Chaeroman. Bapak Chaeroman terinspirasi pada kerupuk kulit yang ada di daerah
Jawa Timur. Kemudian, beliau mendirikan usaha pembuatan kerupuk rambak.
Pada awal pendirian usaha tersebut, usaha masih bersifat rumah tangga dan belum
ada merek dagang pada usaha yang didirikan. Usaha yang digeluti ternyata
berkembang dengan pesat. Bapak Chaeroman melakukan inovasi dengan cara
membuat kemasan yang menarik sehingga nilai jual dapat ditingkatkan karena
selama ini kerupuk produksinya hanya dibungkus plastik saja. Kemudian pemilik
memberi nama Dwijoyo pada kerupuk produksinya dan kerupuk mulai dikemas
ke dalam kardus dan diberi merek.
Usaha pembuatan kerupuk rambak Bapak Chaeroman berkembang dengan
baik dan mulai menarik para pengusaha baru untuk masuk ke dalam industri.
Proses produksi yang relatif mudah dipelajari sehingga mendukung tumbuhnya
pembuatan kerupuk rambak ini. Pada tahun 1993, ada enam usaha pembuatan
kerupuk rambak dengan bahan baku kulit sapi.
Pada saat itu juga terjadi penutupan tempat pemotongan hewan yang ada
di Kecamatan Pegandon sehingga pengusaha mengalami kesulitan dalam
memenuhi bahan baku kulit sapi. Beberapa pengusaha berhasil mendapatkan
pemasok dari luar kota. Namun, sebagian tidak dapat bertahan. Mereka menutup
usaha pembuatan kerupuk rambak dengan alasan kesulitan dalam mendapat bahan
baku. Selain itu, para pengusaha yang menutup usaha juga dikarenakan mereka
kurang telaten dalam proses pembuatan kerupuk. Hal ini dikarenakan walaupun
proses pembuatan mudah namun butuh ketelatenan yang tinggi terutama dalam
proses pengungkepan kulit. Walaupun menyatakan sudah tutup, namun terdapat
dua pengusaha yang masih memproduksi kerupuk walaupun produksinya tidak
kontinu dan tidak bersifat komersial.
Pada tahun 2005, ada perusahaan kerupuk rambak yang masuk ke dalam
industri. Namun, ada perbedaan dengan perusahaan yang terlebih dahulu masuk
ke dalam industri. Perusahaan baru tersebut membuat kerupuk rambak dengan
menggunakan bahan baku kulit kerbau. Alasan perusahaan tersebut menggunakan
bahan baku kulit kerbau dikarenakan kulit kerbau memiliki daya mengembang
yang lebih baik dan rasa yang lebih gurih. Padahal perusahaan lain menggunakan
campuran kulit kerbau saat pasokan kulit sapi mengalami penurunan. Kulit kerbau
memiliki harga yang relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan kulit sapi.
Kerupuk rambak yang dihasilkan oleh perusahaan di dalam industri
memiliki karakteristik yang sama dan dipasarkan dengan bentuk kemasan dan
berat yang sama. Harga yang berlaku juga sama yaitu sebesar Rp 30.000,00 untuk
kemasan 250 gram dan Rp 60.000,00 untuk kemasan 500 gram dan dikemas
dengan menggunakan kardus yang telah diberi label masing-masing perusahaan
yang memproduksinya.
Perkembangan usaha pembuatan kerupuk rambak sangat didukung oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal. Berdasarkan wawancara dengan Wakil
Bupati Kendal dan staff Disperindag Kabupaten Kendal, diperoleh informasi
bahwa kerupuk rambak akan dijadikan komoditas khas daerah yang nantinya akan
menjadi cinderamata dari Kabupaten Kendal.
Perhatian Pemerintah Kabupaten Kendal terhadap usaha pembuatan
kerupuk rambak juga diakui oleh para pengusaha. Menurut para pengusaha,
Pemerintah Kabupaten melalui dinas terkait yaitu Dinas Koperasi dan UKM dan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan mulai memfasilitasi usaha baik dari segi
pemasaran, bantuan teknis seperti perijinan dan bantuan kredit lunak.
BAB VI
ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL

Analisis aspek-aspek non finansial yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek
sosial ekonomi dan lingkungan.

6.1 Aspek Pasar


Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek
yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan oleh
suatu usaha. Pada penelitian ini aspek pasar yang dianalisis meliputi permintaan,
penawaran, serta strategi pemasaran.

6.1.1 Permintaan
Permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan
konsumen yang mempunyai kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat
harga (Umar 2005). Potensi pasar untuk produk kerupuk rambak ini cukup tinggi.
Tingginya potensi pasar untuk produk kerupuk rambak terlihat dari jumlah
permintaan untuk kerupuk rambak yang mengalami peningkatan. Jumlah
permintaan kerupuk rambak ini dapat dilihat dari hasil produksi kerupuk yang
habis terjual. Kerupuk rambak yang dihasilkan oleh industri adalah sekitar 100-
120 kilogram kerupuk rambak matang dalam satu kali periode produksi. Selain
itu, usaha mengalami over demand atau kelebihan permintaan yang tidak mampu
dipenuhi oleh pemilik usaha. Hal ini diperoleh berdasarkan keterangan dari
pemilik usaha bahwa produknya selalu habis terjual dan terjadi kekosongan
produk di agen penjualan. Permintaan jumlah kerupuk rambak ini meningkat
tajam pada saat hari raya Lebaran dan liburan kenaikan kelas. Pada saat Lebaran
dan liburan kenaikan kelas, jumlah permintaan kerupuk rambak meningkat dua
kali lipat.
Peluang pasar akan kerupuk rambak juga didukung oleh nilai budaya
masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia menyukai produk kerupuk yang
disajikan sebagai menu dalam makanan ataupun sebagai kudapan atau camilan
saja. Hampir seluruh lapisan masyarakat mengkonsumsi kerupuk.
Kerupuk kulit sudah menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari lidah
konsumen Indonesia. Konsumennya sangat banyak, yang berasal dari berbagai
kalangan. Konsumsi kerupuk kulit di Indonesia sangat besar. Walaupun secara
statistik belum didapatkan angka pasti mengenai jumlah kuantitatif konsumsi
kerupuk kulit di Indonesia. Tetapi melihat minat masyarakat yang begitu besar
dan keberadaannya yang tersebar luas, dapat diduga bahwa konsumsi kerupuk ini
sangat besar (Tim LPPOM MUI 2009).
Permintaan kerupuk rambak ini biasanya datang dari agen maupun dari
konsumen akhir. Jumlah permintaan juga meningkat tajam pada saat musim
liburan kenaikan kelas dan hari raya Lebaran. Permintaan ini dikarenakan adanya
penambahan jumlah pendatang maupun pengguna jalan yang memasuki kota
Kendal. Kota Kendal yang terletak di jalur Pantura ini memiliki letak yang
strategis untuk pemasaran kerupuk rambak. Peningkatan permintaan pada saat
liburan kenaikan kelas maupun hari raya Lebaran membuat industri kewalahan
dalam memenuhi jumlah permintaan ini sehingga terjadi over demand.

6.1.2 Penawaran
Potensi pasar tidak hanya dilihat dari tingkat permintaan tetapi juga dari
sisi penawaran. Penawaran diartikan sebagai berbagai kuantitas barang yang
ditawarkan di pasar pada berbagai tingkat harga (Umar 2005). Penawaran kerupuk
rambak ini dapat dikatakan masih rendah. Jumlah penawaran industri dapat dilihat
dari jumlah produksi perusahaan karena seluruh hasil produksi perusahaan dijual
ke pasar. Jika diasumsikan masing-masing perusahaan memproduksi 125 kemasan
besar dan 750 kemasan kecil per bulan maka dapat disimpulkan bahwa penawaran
industri setiap bulan sebesar 500 kemasan besar dan 3000 kemasan kecil.
Penawaran kerupuk rambak saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasar
terutama pada saat liburan kenaikan kelas dan hari raya Lebaran tiba.
Dalam industri kerupuk rambak di Kecamatan Pegandon ini hanya
terdapat empat perusahaan yang mengusahakan kerupuk rambak secara komersial.
Keempat perusahaan telah memiliki merek masing-masing bagi produknya.
Keempat perusahaan tersebut menawarkan produk yang sama yaitu kerupuk
rambak siap saji yang dikemas ke dalam kemasan yang sama yaitu 500 gram dan
250 gram dengan harga jual yang sama untuk masing-masing ukuran yaitu Rp
30.000,00 untuk ukuran 250 gram (kemasan kecil) dan Rp 60.000,00 untuk
ukuran 500 gram (kemasan besar). Dengan kata lain produk kerupuk rambak ini
adalah produk yang homogen dan konsumen kerupuk rambak belum memiliki
loyalitas merek pada salah satu perusahaan sehingga produk memiliki daya
substitusi yang sempurna satu sama lain.

6.1.3 Strategi Pemasaran


Stanton (1995) diacu dalam Umar (2005) menyatakan bahwa pemasaran
meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha
yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan
mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan
pembeli, baik aktual maupun yang potensial. Menurut Umar (2005) pemasaran
produk barang, manajemen pemasaran akan dipecah atas empat kebijakan
pemasaran yang lazim disebut sebagai bauran pemasaran (marketing mix) atau 4P
dalam pemasaran yang terdiri dari empat komponen yaitu produk (product), harga
(price), distribusi (place) dan promosi (promotion).

6.1.3.1 Produk
Produk adalah sesuatu yang ditawarkan dan dapat memuaskan keinginan
dan kebutuhan konsumen. Strategi produk didefinisikan sebagai suatu strategi
yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang
ditawarkannya (Utami 2008). Produk yang dihasilkan industri kerupuk di
Pegandon adalah kerupuk rambak. Masing-masing perusahaan telah memberikan
merek dagang pada produk kerupuk rambak. Produk kerupuk rambak dipasarkan
dalam bentuk dua kemasan yaitu kemasan 250 gram (kemasan kecil) dan kemasan
500 gram (kemasan besar). Menurut klasifikasinya, komoditi yang ditawarkan
industri kerupuk rambak yaitu barang konsumsi, karena dibeli oleh konsumen
untuk langsung dikonsumsi.

6.1.3.2 Harga
Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat
memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan
penjual melalui tawar-menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga
yang sama terhadap semua pembeli. Industri kerupuk rambak di Pegandon
memberikan atau menetapkan harga jual yang sama kepada konsumen. Harga jual
berlaku bagi seluruh produk kerupuk rambak yang dihasilkan oleh perusahaan
dalam industri baik yang menggunakan bahan baku kulit kerbau maupun
menggunakan bahan baku kulit sapi. Penetapan harga untuk kerupuk rambak
adalah dengan menambahkan biaya produksi dengan tingkat keuntungan yang
ingin diperoleh oleh perusahaan. Harga produk kerupuk rambak untuk kemasan
250 gram adalah Rp 30.000,00 per kemasan dan kemasan 500 gram dijual dengan
harga Rp 60.000,00.

6.1.3.3 Distribusi
Pemasaran produk kerupuk rambak saat ini hanya dilakukan di daerah
Kendal dan Semarang. Pemasaran belum menjangkau daerah lain. Usaha
pembuatan kerupuk rambak ini belum memiliki rencana melakukan ekspansi ke
daerah lain dengan alasan belum dapat memenuhi permintaan yang ada pada saat
ini.
Terdapat dua saluran distribusi yang digunakan oleh industri kerupuk
rambak di Pegandon Kendal.
Saluran I
Perusahaan Konsumen

Gambar 3. Saluran Pemasaran Kerupuk Rambak Saluran I

Saluran I merupakan salah satu cara produsen kerupuk rambak dalam


memasarkan usahanya. Pada saluran ini produsen langsung menjual produk
kerupuk rambak kepada konsumen secara langsung. Pada saluran ini perusahaan
ini tidak menggunakan perantara. Perusahaan-perusahaan pada umumnya
menggunakan saluran I ini dengan melayani konsumen secara langsung di tempat
usaha ataupun dengan membuka toko atau kios.

Saluran II
Perusahaan Agen/Pengecer Konsumen

Gambar 4. Saluran Pemasaran Kerupuk Rambak Saluran II

Saluran distribusi yang kedua merupakan saluran yang digunakan oleh


perusahaan dengan menggunakan perantara untuk memasarkan produknya.
Keuntungan bagi produsen yang menggunakan saluran distribusi kedua ini adalah
jangkauan daerah pemasaran yang lebih luas jika dibandingkan dengan saluran I.
Hal ini dikarenakan agen bukan hanya berasal dari Pegandon saja namun dari
Kendal dan daerah sekitarnya.
Sistem yang digunakan dalam membangun kerjasama dengan para
pengecer ini adalah dengan sistem konsinyasi dan risiko kerusakan produk
menjadi tanggung jawab produsen karena agen akan mengembalikan kerupuk
yang hampir kadaluarsa ataupun yang mengalami kerusakan dan ditukar dengan
yang baru. Untuk penjualan melalui agen ini perusahaan memberikan bonus
kepada para agen berdasarkan jumlah penjualan produk mereka ke konsumen.
Bonus yang diberikan adalah sebesar Rp 2.500,00 untuk setiap kemasan kecil
yang dijual dan Rp 3.000,00 untuk kemasan besar.
Namun, tidak semua perusahaan menggunakan saluran II atau melalui
agen dalam memasarkan usahanya. Hal ini dikarenakan produsen menilai jika
melakukan pemasaran dengan menggunakan agen akan membuat perputaran uang
lebih lambat dan tingkat keuntungan yang diperoleh akan lebih sedikit jika
dibandingkan melakukan pemasaran dengan saluran I atau melakukan penjualan
kepada konsumen secara langsung. Hal ini menyebabkan penjualan melalui agen
memiliki proporsi yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan penjualan yang
dilakukan secara langsung.

6.1.3.4 Strategi Promosi


Pemasaran tidak hanya membicarakan produk, harga produk, dan
mendistribusikan produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk ini kepada
masyarakat agar produk itu dikenal dan akhirnya dibeli oleh konsumen (Umar,
2005). Sejauh ini, promosi yang dilakukan oleh produsen kerupuk rambak untuk
memasarkan produknya adalah promosi secara tradisional. Pemilik selalu
memperkenalkan produk kepada rekan-rekannya sehingga promosi dilakukan
dengan mouth to mouth. Selain promosi secara langsung, produsen juga
menggunakan pamflet dan leaflet serta rajin mengikuti pameran yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah Kendal.

6.1.4 Hasil Analisis Aspek Pasar


Berdasarkan analisis potensi pasar kerupuk rambak di atas dapat
disimpulkan bahwa pengusahaan kerupuk rambak ini layak untuk diusahakan. Hal
ini dikarenakan potensi pasar untuk produk kerupuk rambak ini masih cukup
tinggi. Potensi pasar untuk produk kerupuk rambak ini dilihat dari sisi permintaan,
penawaran, dan harga. Jumlah permintaan tidak diimbangi oleh jumlah penawaran
menciptakan peluang besar pada pengusahaan kerupuk rambak. Di samping itu,
harga jual yang tinggi juga cukup menjanjikan bahwa usaha pembuatan kerupuk
rambak dapat mendatangkan keuntungan.

6.2 Aspek Teknis


Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut
selesai dibangun. Pada penelitian ini, aspek teknis yang akan dianalisis meliputi

6.2.1 Lokasi Usaha


Lokasi usaha kerupuk rambak adalah di desa Penanggulan Kecamatan
Pegandon. Di desa Penanggulan Pegandon terdapat empat produsen yang
mengusahakan kerupuk rambak. Keempat produsen tersebut telah memberikan
merek pada produknya masing-masing. Keempat perusahaan tersebut adalah Citra
Rasa, Putra Jaya, Dwi Joyo dan Dwi Djaya.
Lokasi usaha kerupuk rambak terpusat di Desa Penanggulan karena lokasi
ini merupakan sentra pembuatan rambak sayur secara turun temurun kemudian
ada produsen yang mengembangkan usaha rambak sayurnya dengan
memproduksi kerupuk rambak. Kemudian usaha kerupuk rambak mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan usaha ini membuat beberapa
produsen tertarik untuk masuk ke dalam usaha pembuatan kerupuk rambak.
Sampai saat ini industri kerupuk rambak di Pegandon hanya terdiri dari empat
produsen yang mengusahakan kerupuk rambak.
Lokasi usaha memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungan berlokasi di
lokasi saat ini adalah kedekatan dengan bahan baku penolong, kedekatan dengan
pasar, ketersediaan fasilitas dan kemudahan transportasi. Namun, kelemahan
lokasi usaha saat ini adalah jauh dari bahan baku utama yaitu kulit kerbau dan
kulit sapi.
Lokasi saat ini menguntungkan dari sisi bahan baku penolong karena
lokasi terletak dekat dengan pasar lokal sehingga mudah dalam penyediaan bahan
baku penolong maupun barang investasi.
Dari sisi kedekatan dengan pasar, lokasi usaha kerupuk rambak tidak jauh
dari pasar sasaran. Tempat usaha pembuatan kerupuk rambak ini juga relatif dekat
dengan Kota Kendal. Kota Kendal yang terletak di jalur Pantura membuat produk
kerupuk rambak lebih banyak terjual terutama pada saat liburan kenaikan kelas
atau hari raya Lebaran. Turis domestik membelinya sebagai buah tangan.
Dari segi fasilitas, lokasi usaha pembuatan kerupuk rambak sudah tersedia
sumber air dan instalasi listrik yang baik. Hal ini membuat produsen kerupuk
rambak tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pemasangan instalasi air dan listrik.
Dari sisi transportasi, letak lokasi usaha mudah dicapai. Lokasi terletak di
pemukiman penduduk dan telah memiliki fasilitas jalan yang telah di aspal dengan
kondisi yang baik. Tidak ada kesulitan untuk menuju lokasi usaha karena fasilitas
jalan yang telah memadai sehingga dapat diakses dengan menggunakan kendaraan
beroda dua atau yang beroda empat.
Lokasi usaha pembuatan kerupuk rambak saat ini memiliki kelemahan
dalam pemenuhan bahan baku karena letaknya yang jauh. Selama ini bahan baku
belum dapat dipenuhi oleh pasar lokal sehingga para produsen menjalin kerjasama
dengan pemasok kulit dari kota lain seperti dari Pekalongan dan Demak.

6.2.2 Bahan Baku


Bahan baku utama usaha pembuatan kerupuk rambak adalah kulit sapi dan
kulit kerbau. Sebagian besar produsen menggunakan bahan baku kulit sapi
sebagai input produksi. Namun, ada produsen yang hanya menggunakan kulit
kerbau sebagai input produksinya.
Walaupun letak lokasi usaha jauh dari pasar bahan baku namun industri
pembuatan kerupuk rambak tidak mengalami masalah dalam pemenuhan bahan
baku. Hal ini dikarenakan para produsen telah memiliki pemasok kulit. Bahan
baku kulit sapi dan kulit kerbau dipenuhi dari Pekalongan dan Demak. Sedangkan
untuk bahan baku penolong, produsen tidak mengalami masalah karena dapat
dipenuhi dari pasar tradisional setempat.
Para produsen telah memiliki standar dan spesifikasi untuk bahan baku
kulit. Adapun standar dan spesifikasi yang ditetapkan adalah:
Tabel 7. Spesifikasi Bahan Baku Kerupuk Rambak
Jenis
Bahan Spesifikasi Keterangan
Baku
Kulit Sapi Berasal dari sapi jantan Kandungan lemak yang lebih rendah
Berat kulit minimal 40 Berkaitan dengan kemudahan dalam
kilogram proses pengerokan
Kulit Berasal dari kerbau jantan Kandungan lemak yang lebih rendah
kerbau Berat kulit minimal 30 Berkaitan dengan kemudahan dalam
kilogram proses pengerokan
Sumber : Data Primer (Diolah)

Spesifikasi bahan baku untuk syarat jenis kelamin dapat berubah karena
jika kulit sapi jantan tidak tersedia, produsen masih bersedia menggunakan kulit
sapi betina.
Bahan baku kulit sapi dan kulit kerbau untuk usaha pembuatan kerupuk
rambak di Pegandon berasal dari Pekalongan dan Demak. Baik di Pekalongan
maupun di Demak bahan baku diperoleh dari tempat penyembelihan hewan di
daerah tersebut. Para pemasok kulit sapi dan kulit kerbau mengumpulkan kulit-
kulit dari tempat-tempat penyembelihan hewan yang ada di daerah tersebut.
Para pemilik usaha kerupuk rambak yang ada di Pegandon memiliki
pemasok kulit yang ada di Pekalongan. Para produsen telah memiliki supplier
masing-masing. Kerjasama dengan pemasok dilakukan dengan sistem pemesanan.
Para produsen memesan kulit melalui telepon, kemudian pemasok akan
mengirimkan kulit kepada produsen sesuai jumlah yang diinginkan. Namun, jika
para supplier tidak dapat memenuhi jumlah permintaan produsen maka produsen
akan membeli kekurangan bahan baku di Demak dengan cara memesan kepada
pemasok atau datang langsung ke tempat penyembelihan (jagalan) di Demak.
Pada saat permintaan meningkat yaitu pada saat liburan kenaikan kelas
dan hari raya Lebaran, bahan baku yang diperlukan juga akan meningkat. Pada
saat itu pula para produsen mengalami kekurangan bahan baku. Namun, para
produsen memiliki strategi khusus untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku
ini yaitu dengan melakukan penyimpanan kerupuk rambak mentah sehingga
lonjakan permintaan dapat diatasi oleh produsen dengan ketersediaan kerupuk
rambak di pasar.
Dari segi ketersediaan bahan baku, kulit sapi lebih banyak tersedia di pasar
dibandingkan dengan kulit kerbau. Oleh karena itu, pengusaha lebih mudah untuk
mendapatkan kulit sapi untuk kebutuhan produksinya. Namun, hingga saat ini
belum ada permasalahan yang berarti pada usaha pembuatan kerupuk rambak
yang menggunakan bahan baku kulit kerbau dalam pemenuhan bahan baku.
Dengan kata lain, usaha kerupuk rambak kulit kerbau masih lancar dalam
memperoleh bahan baku kulit kerbau untuk kelancaran produksinya. Jadi bahan
baku kulit sapi lebih layak untuk dijadikan bahan baku dalam pembuatan kerupuk
rambak karena ketersediaannya di pasar.

6.2.3 Kapasitas Produksi


Kapasitas produksi atau luas produksi adalah jumlah atau volume produk
yang seharusnya dibuat perusahaan (Sumarni dan Soeprihanto dalam Utami,
2008). Usaha pembuatan kerupuk rambak yang diusahakan di Pegandon
merupakan usaha kecil. Saat ini kapasitas produksi produsen kerupuk rambak
pada hari normal berada pada kisaran 20 kilogram sampai dengan 30 kilogram
kerupuk rambak mentah per satu periode produksi. Sehingga dalam satu periode
produksi menghasilkan 10-17 kemasan besar dan 70-85 kemasan kecil. Satu
periode produksi biasanya terdiri dari tiga hari. Jadi dalam satu bulan, kapasitas
produksi kerupuk rambak mentah adalah 200 kilogram sampai dengan 300
kilogram setiap bulan atau setara dengan 100-170 kemasan besar dan 700-850
kemasan kecil.
Jumlah kapasitas produksi akan meningkat tajam pada saat liburan
kenaikan kelas dan hari raya Lebaran. Pada saat liburan dan hari raya Lebaran,
kapasitas produksi usaha kerupuk rambak mentah berkisar antara 400 kilogram
hingga 550 kilogram. Jumlah kerupuk rambak mentah ini setara dengan 250-300
kemasan besar dan 1400-1500 kemasan kecil.

6.2.4 Proses Produksi


Proses produksi kerupuk rambak melalui beberapa tahap mulai dari
persiapan bahan baku sampai proses pengemasan. Berikut adalah tahapan proses
produksi kerupuk rambak:
1. Kulit basah dicuci dahulu agar bersih kemudian dipotong-potong menjadi dua
atau tiga bagian
2. Kemudian kulit direbus dengan air yang tidak begitu panas ±30°C dan diaduk-
aduk atau dibolak-balik sampai rambut dari kulit kerbau yang hitam mudah
dikerok. Jika sudah mudah dikerok maka kulit diangkat dari panci.
3. Kulit dikerok dengan pisau sampai bersih dan tidak ada bulunya lagi dan
dipotong berukuran 20x30 cm
4. Kulit yang sudah dipotong-potong itu direbus sampai matang dengan suhu
±100°C.
5. Kulit yang sudah matang dipotong-potong berukuran 2x8 cm kemudian
dijemur sampai kering.
6. Kulit yang setengah kering diglabati atau dibersihkan sampai bersih karena
untuk membersihkan bulu yang belum bersih dengan menggunakan pisau
kemudian dipotong-potong berukuran 1x1 cm dan dijemur sampai kering 100
persen.
7. Bahan kulit yang sudah kering kemudian direbus dengan menggunakan lemak
sapi selama 20 sampai 22 jam dengan suhu 20°C, kulit yang sudah direbus
kemudian dijemur selama dua hari. Bahan yang sudah dijemur ini disebut
dengan kerupuk rambak mentah
8. Kerupuk rambak mentah digoreng dalam tiga tahap dengan suhu pada setiap
penggorengan berbeda-beda. Adapun tahap penggorengan adalah
penggorengan pertama dengan suhu 20°C, penggorengan kedua dengan suhu
45°C, dan penggorengan ketiga dengan suhu 100°C
9. Kerupuk rambak yang sudah digoreng kemudian diberi bumbu yang berupa
garam dengan cara ditaburkan pada kerupuk-kerupuk yang sudah digoreng
secara merata.
10. Kerupuk yang sudah diberi bumbu kemudian dikemas dengan menggunakan
dua ukuran yaitu 250 gram dan 500 gram.
Berikut ini adalah diagram alir pembuatan kerupuk rambak di industri kerupuk
rambak Pegandon Kendal:
Kulit Basah

Pencucian kulit dan


pemotongan kulit menjadi dua atau tiga

Kulit direbus dalam air dengan suhu 30° C


sampai kulit mudah di kerok

Pengerokan bulu pada kulit dan


pemotongan kulit berukuran 20x30 cm

Perebusan kulit dalam air dengan suhu 100°C

Pemotongan kulit matang dengan ukuran 2x8 cm

Penjemuran kulit

Pembersihan sisa bulu

Pemotongan kulit dengan ukuran 1x1 cm

Penjemuran kulit hingga kering 100%

Pengungkepan kulit dengan lemak sapi

Penjemuran

Penggorengan

Pemberian bumbu

Pengemasan

Gambar 5. Diagram Alir Pembuatan Kerupuk Rambak di Pegandon

Dalam melakukan proses produksinya, usaha pembuatan kerupuk rambak


ini memiliki strategi untuk mengatasi permintaan yang melonjak pada saat-saat
khusus. Para produsen melakukan penimbunan kerupuk rambak yang masih
mentah. Para produsen membeli bahan baku kulit untuk diolah menjadi kerupuk
rambak mentah (proses 1-7). Namun, tidak semua kerupuk rambak mentah
digoreng menjadi kerupuk rambak. Sebagian disimpan untuk mengantisipasi
permintaan pada saat liburan kenaikan kelas dan Hari Raya Lebaran.

Produksi kerupuk kerupuk rambak mentah


rambak setiap tiga
hari sekali

Kerupuk rambak digoreng Kerupuk rambak mentah


dan langsung dikemas disimpan dan digoreng
pada saat permintaan naik

Gambar 6. Pembagian Produksi Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak

6.2.5 Lay Out Usaha


Layout adalah keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Layout perusahaan disesuaikan
dengan sifat proses produksi yang direncanakan untuk proyek yang dilaksanakan
oleh perusahaan (Husnan dan Suwarsono 2000). Usaha pembuatan kerupuk
rambak memiliki luas bangunan antara 50 m2 sampai dengan 55 m2. Lokasi
produksi terletak menyatu dengan kediaman produsen dalam satu bangunan.
Struktur ruangan untuk proses produksi ditata sesuai dengan alur proses produksi.
Ruangan produksi terbagi menjadi empat yaitu ruang pencucian, ruang
penjemuran, ruang pengungkepan dan penggorengan dan ruang pengemasan.

6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis


Berdasarkan hasil analisis, usaha pembuatan kerupuk rambak dapat
dikatakan layak jika dilihat dari aspek teknis. Hal ini mengingat bahwa lokasi
usaha pembuatan kerupuk rambak menunjang keberlangsungan usaha dilihat dari
kedekatan dengan bahan baku penolong, kedekatan dengan pasar dan utilitas serta
kemudahan dalam transportasi. Sedangkan lokasi usaha yang jauh dari bahan baku
tidak terlalu signifikan karena selama ini pemenuhan bahan baku tidak mangalami
kendala dan para produsen telah memiliki supplier kulit dari kota lain. Para
produsen juga telah memiliki spesifikasi pada bahan baku dan memiliki layout
usaha yang mendukung alur produksi. Walaupun secara teknis telah layak namun
usaha dinilai lebih layak secara teknis dengan menggunakan bahan baku kulit sapi
karena ketersedian kulit sapi lebih banyak di pasar.

6.3 Aspek Manajemen


Usaha pembuatan kerupuk rambak merupakan bentuk usaha perorangan.
Para produsen menjalankan usaha kerupuk rambak secara tradisional. Usaha
pembuatan kerupuk rambak merupakan usaha keluarga. Hal ini membuat usaha
dijalankan secara non formal dan belum memiliki struktur organisasi. Pemilik
perusahaan merangkap sebagai pemimpin usaha yang memegang kendali atas
semua keputusan perusahaannya masing-masing.
Meskipun tanpa struktur perusahaan yang lengkap dan jelas, usaha
pembuatan kerupuk rambak memiliki pembagian tugas yang sederhana dan jelas.
Pemilik perusahaan bertugas melakukan tahap pengungkepan, pemberian lemak
sapi serta pemberian garam agar kekonsistenan rasa dapat terjaga. Sementara itu
para pegawainya bertugas pada tahap proses pembersihan bulu, penjemuran,
pemotongan kulit, penggorengan dan pengemasan. Jumlah tenaga kerja yang
digunakan sebanyak 3-5 orang.
Dari segi administrasi, usaha pembuatan kerupuk rambak ini belum
memiliki pembukuan usaha. Seluruh aktivitas usaha tidak dicatat secara terperinci.
Para pemilik usaha hanya melakukan estimasi jumlah penjualan berdasarkan tren
penjualan saja sehingga para pemilik tidak memiliki data penjualan yang tercatat
dan pasti.

6.3.1 Hasil Analisis Aspek Manajemen


Usaha pembuatan kerupuk rambak ini kurang layak untuk diusahakan bila
dilihat dari aspek manajemen. Usaha pembuatan kerupuk rambak memang belum
memiliki struktur organisasi formal, tetapi telah memiliki pembagian tugas yang
jelas antara pemimpin usaha dan karyawan. Hal ini dikarenakan usaha pembuatan
kerupuk rambak ini memiliki skala usaha yang kecil serta merupakan usaha
keluarga. Walaupun masih merupakan usaha keluarga sebaiknya para pemilik
usaha memisahkan harta pribadi dan kekayaan usaha. Dari administrasi usaha ini
juga belum layak karena belum memiliki pembukuan atas aktivitas usaha.
6.4 Aspek Hukum
Pendirian dan beroperasinya suatu usaha akan lebih diketahui serta diakui
keberadaanya oleh pemerintah jika berbentuk badan usaha atau memiliki
perizinan usaha. Suatu perusahaan yang layak, perlu memenuhi persyaratan
legalitas agar mempermudah hubungan ke luar perusahaan, memiliki kekuatan
hukum, diakui serta terikat hukum yang berlaku (Utami 2008).

6.4.1 Bentuk Badan Usaha


Perusahaan-perusahaan yang ada di industri pembuatan kerupuk rambak
memiliki bentuk badan usaha yaitu usaha perorangan. Modal usaha yang
digunakan berasal dari pemilik perusahaan. Keuntungan dari bentuk badan usaha
perorangan adalah dapat menikmati seluruh keuntungan yang diperoleh dari
kegiatan usaha. Sedangkan kelemahannya adalah segala bentuk kerugian atau
beban usaha harus ditanggung sendiri oleh pemilik perusahaan.

6.4.2 Izin Usaha


Dalam menjalankan aktivitas usaha, para produsen telah memiliki izin
usaha dari pemerintah setempat. Izin usaha tersebut adalah izin usaha dari Kepala
Desa Penanggulan, izin usaha dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Kendal dan izin usaha dari Dinas Kesehatan. Seluruh perusahaan
kerupuk rambak yang ada di Desa Penanggulan telah memiliki izin usaha dari
institusi yang telah tersebut di atas.
Berdasarkan aspek hukum usaha pembuatan kerupuk rambak ini layak
untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan usaha telah memiliki perizinan sehingga
usaha memiliki kekuatan secara hukum.

6.5 Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan


Pembangunan suatu usaha atau perusahaan seharusnya memperhatikan
kepentingan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan alam maupun lingkungan
sosial ekonomi. Pembangunan usaha yang baik adalah pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Pembangunan tersebut dapat berwujud apabila semua
komponen dalam perusahaan mengerti pentingnya menjaga keseimbangan
lingkungan dalam setiap tahapan produksinya (Utami 2008).
Usaha pembuatan kerupuk rambak ini memberikan kontribusi bagi
pendapatan daerah. Kontribusi kepada pendapatan daerah berupa produk kerupuk
rambak yang dihasilkan dapat menjadi komponen pendapatan daerah dari
kelompok barang makanan dengan jenis konsumsi lainnya (miscellaneous food
item).
Usaha pembuatan kerupuk rambak ini membuka kesempatan kerja bagi
penduduk sekitar. Para produsen kerupuk rambak ini rata-rata memiliki tenaga
kerja non keluarga sebanyak 3-5 orang. Usaha pembuatan kerupuk rambak ini
telah membuka lapangan usaha bagi tenaga kerja terutama untuk tenaga kerja
tidak terdidik dan tidak terlatih.
Usaha pembuatan kerupuk rambak ini juga dapat dikatakan layak jika
dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Dari lingkungan, walaupun
usaha pembuatan kerupuk rambak ini belum memiliki Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) yang menyatakan bahwa keseimbangan
lingkungan tersebut dapat dijaga dan diatur apabila industri telah memiliki
AMDAL dan perundangan yang berlaku menghendaki setiap usaha memiliki
AMDAL. Namun hal ini dapat diterima dengan pertimbangan bahwa usaha
pembuatan kerupuk rambak tidak menghasilkan limbah dalam jumlah besar dan
limbah yang dihasilkan tidak membahayakan masyarakat. Limbah yang dihasilkan
oleh usaha dapat dikelola oleh pemilik usaha dengan membuat tempat
penampungan limbah pada masing-masing usaha.
BAB VII
ANALISIS ASPEK FINANSIAL

Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu


proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis finansial dilakukan dengan
menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi, yaitu Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback
Period (PBP). Dalam melakukan analisis dengan empat kriteria tersebut
digunakan arus kas untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya
yang dikeluarkan selama periode tertentu.

7.1 Analisis Aspek Finansial Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak


Menggunakan Bahan Baku Kulit Sapi
Usaha pembuatan kerupuk rambak yang berkembang di Pegandon
menggunakan bahan baku kulit sapi sebagai input produksinya. Pada dasarnya
proses pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan kulit sapi dan kulit
kerbau sama saja. Namun, terdapat beberapa perbedaan dalam manfaat dan biaya.
Skala produksi untuk analisis usaha kerupuk rambak kulit sapi ini adalah 25
kilogram kerupuk rambak matang dalam satu periode produksi.

7.1.1 Analisis Inflow Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Menggunakan


Bahan Baku Kulit Sapi
Penerimaan usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi diterima dari
hasil penjualan dan nilai sisa investasi yang telah dilakukan. Pendapatan didapat
dari mengkalikan total penjualan dengan harga jual.
Pada tahun ke-1 dan ke-2, usaha belum mampu berproduksi secara
optimal. Nilai produksi pada tahun ke-1 dan ke-2 masing-masing sebesar 50
persen dan 70 persen. Hal ini dikarenakan usaha masih dalam tahap pengenalan
produk kepada konsumen sehingga usaha membatasi jumlah produksinya.
Sedangkan mulai tahun ke-3 sampai tahun ke-10 jumlah produksi mencapai 100
persen, yaitu sebesar 2100 kemasan kecil dan 9.800 kemasan besar. Harga jual
produk kerupuk rambak adalah Rp 60.000,00 untuk kemasan besar dan Rp
30.000,00 untuk kemasan kecil.
Pada tahun pertama total penerimaan usaha pembuatan kerupuk rambak
kulit sapi adalah sebesar Rp 210.000.000,00. Pada tahun ke-2 total penerimaan
usaha sebesar Rp 294.000.000,00 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10, produksi
sudah mencapai kapasitas optimal sehingga total penerimaannya adalah sebesar
Rp 420.000.000,00. Rincian penerimaan usaha dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perkiraan Pendapatan Penjualan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak


Kulit Sapi per Tahun
Total
Tahun Produksi Harga Pendapatan
Produk Pendapatan
ke- (kemasan) (Rp) (Rp)
(Rp)
Kerupuk Rambak 500
1.050 60.000 63.000.000
gram
1 210.000.000
Kerupuk Rambak 250
4.900 30.000 147.000.000
gram
Kerupuk Rambak 500
1470 60000 88.200.000
gram
2 294.000.000
Kerupuk Rambak 250
6860 30000 205.800.000
gram
Kerupuk Rambak 500
2100 60000 126.000.000
gram
3-10 420.000.000
Kerupuk Rambak 250
9800 30000 294.000.000
gram
Sumber : Dwi Joyo dan Dwi Djaya (2009) (diolah)

Penerimaan lain didapat dari nilai sisa atau salvage value. Nilai sisa
merupakan nilai sisa dari barang modal yang tidak habis terpakai selama umur
proyek berlangsung dan dinilai pada saat umur proyek berakhir. Barang-barang
modal yang memiliki nilai sisa adalah tanah, bakul plastik dan motor.
Lahan memiliki nilai Rp 600.000,00 per m2. Lahan memiliki luas 53 m2.
Lahan yang tidak didirikan bangunan di atasnya digunakan sebagai tempat
penjemuran. Bakul plastik merupakan barang reinvestasi karena barang sudah
tidak memiliki nilai ekonomis sebelum umur proyek berakhir. Oleh sebab itu
perusahaan melakukan pembelian barang pada awal tahun ke-5 dan ke-9.
Reinvestasi bakul plastik pada awal tahun ke-9 membuat barang masih memiliki
manfaat ekonomis pada akhir proyek. Nilai bakul plastik adalah Rp 1.875.000,00
dengan jumlah 75 buah bakul plastik. Sedangkan, motor memiliki nilai Rp
15.500.000,00.
Total nilai sisa adalah sebesar Rp 38.604.167,00. Lahan tidak mengalami
penyusutan, sehingga nilai akhir proyek adalah sama dengan nilai awalnya yaitu
sebesar Rp 31.800.000,00. Motor memiliki nilai sisa pada akhir proyek sebesar
Rp 5.166.667,00. Umur ekonomis motor adalah selama lima belas tahun.
Sedangkan untuk barang reinvestasi bakul plastik memiliki nilai sisa sebesar Rp
937.500,00.

7.1.2 Analisis Outflow Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Menggunakan


Bahan Baku Kulit Sapi
Arus pengeluaran dalam usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi ini
dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya
investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat awal proyek. Namun, jika
terdapat aset yang umur ekonomisnya kurang dari umur proyek, biaya investasi
yang dikeluarkan selama proyek berlangsung disebut biaya reinvestasi. Tabel 9
akan merinci biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk investasi dan harga yang
digunakan adalah harga yang berlaku saat ini.
Selain biaya investasi, pengeluaran usaha juga dilihat dari biaya
operasional. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala
selama usaha berjalan. Biaya operasional terdiri dari dua macam yaitu biaya tetap
dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh
jumlah produk yang dihasilkan dan nilainya sama setiap tahun. Biaya tetap yang
dikeluarkan usaha pembuatan kerupuk rambak adalah biaya transportasi, biaya
listrik dan air, biaya telepon dan upah tenaga kerja. Penjabaran biaya tetap adalah
sebagai berikut :
1. Biaya transpotasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh pemilik usaha untuk
pembelian bahan bakar kendaraan yang digunakan untuk membeli bahan
baku, bahan penolong maupun mendistribusikan produknya. Besarnya biaya
transportasi adalah Rp 300.000,00 per bulan setara dengan Rp 3.600.00,00
per tahun.
2. Biaya listrik dan air sebesar Rp 200.000,00 per bulan atau setara dengan Rp
2.400.000,00 per tahun.
3. Biaya telepon sebesar Rp 150.000,00 per bulan setara dengan Rp
1.800.000,00 per tahun.
4. Upah tenaga kerja yaitu sebayak Rp 700.000,00 per bulan untuk setiap tenaga
kerja. Jadi upah tenaga kerja per bulan sebesar Rp 3.500.000,00 atau sebesar
Rp 42.000.000,00 per tahun.
5. Besar Pajak Bumi dan Bangunan yang dibayarkan adalah sebesar Rp
40.000,00 per tahun.

Tabel 9. Biaya Investasi Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit Sapi


Harga/ Umur
Nilai
Jenis Investasi Satuan Jumlah satuan ekonomis
(Rp)
(Rp) (Tahun)
Lahan m2 53 600.000 31.800.000
Bangunan m2 41 375.000 15.375.000 10
Tempat penampungan
Unit 1 3.000.000 3.000.000 10
limbah
Wajan penggorengan
Unit 6 185.000 1.110.000 5
(besar)
Wajan Penggorengan (kecil) Unit 5 150.000 750.000 5
Dandang Unit 5 215.000 1.075.000 5
Panci Unit 5 175.000 875.000 5
Drum perendam Unit 5 125.000 625.000 5
Sesek (pisau) Unit 15 55.000 825.000 5
Rigen Unit 300 19.000 5.700.000 2
Kompor minyak Unit 4 130.000 520.000 5
Kompor gas Unit 2 410.000 820.000 5
Pengaduk unit 5 55.000 275.000 5
Ember Unit 10 40.000 400.000 2
Gayung Unit 3 10.000 30.000 2
Timbangan Unit 6 200.000 1.200.000 10
Lemari Unit 2 400.000 800.000 10
Bakul plastic unit 75 25.000 1.875.000 4
Tempat jemur m2 12 85.000 1.020.000 10
Pisau besar (golok) unit 5 100.000 500.000 5
Batu Gosok unit 3 40.000 120.000 5
Tungku api unit 5 60.000 300.000 10
Pompa air unit 1 500.000 500.000 10
Selang air unit 1 75.000 75.000 5
Tabung gas unit 2 350.000 700.000
Motor unit 1 15.500.000 15.500.000 15
TOTAL BIAYA INVESTASI 85.770.000
Sumber : Dwi Joyo dan Dwi Djaya (2009) (diolah)
Besarnya biaya tetap per tahun pada usaha pembutan kerupuk rambak
dengan menggunakan kulit sapi adalah sebesar Rp 49.840.000,00. Rincian biaya
tetap terdapat pada Tabel 10

Tabel 10. Rincian Biaya Tetap Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit Sapi
Biaya Tetap Harga/Bulan (Rp) Jumlah/tahun (Rp)
Transportasi 300.000 3.600.000
Listrik 200.000 2.400.000
Telepon 150.000 1.800.000
PBB 40.000
Upah (5 orang) 3.500.000 42.000.000
49.840.000
Sumber : Dwi Joyo dan Dwi Djaya (2009) (diolah)

Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh


jumlah produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Biaya variabel pada usaha
pembuatan kerupuk rambak kulit sapi ini adalah kulit sapi basah, minyak goreng,
kayu bakar, lemak, arang, garam, minyak tanah, kemasan, gas dan bonus kepada
agen. Satu kali produksi terdiri dari tiga hari. Satu kali masa produksi
menghasilkan 15 kemasan besar dan 70 kemasan kecil pada masa normal dan
pada saat permintaan tinggi dalam satu kali produksi dapat menghasilkan 30
kemasan besar dan 140 kemasan kecil. Harga kulit sapi adalah Rp 12.000,00 per
kilogram. Rincian biaya variabel terdapat pada Tabel 11. Beberapa perhitungan
yang dipakai untuk menghitung besarnya biaya variabel usaha pembuatan kerupuk
rambak dengan menggunakan kulit sapi adalah sebagai berikut
1. Satu kwintal kulit sapi basah menghasilkan kerupuk rambak mentah sebanyak
30 kilogram.
2. Satu kilogram kerupuk rambak mentah menghasilkan empat kemasan
kerupuk rambak ukuran kecil.
3. Minyak goreng sebanyak 50 kilogram digunakan untuk menggoreng kerupuk
rambak sebanyak 800 kemasan.
4. Satu blek lemak digunakan untuk memproduksi 20 kemasan kecil kerupuk
rambak.
5. Kebutuhan kayu bakar dan arang masing-masing adalah 1 colt dan satu
kwintal untuk memproduksi 400 kemasan kecil kerupuk rambak.
6. Bonus diberikan ke agen sebesar Rp 2.500,00 untuk kemasan kecil dan Rp
3.000,00 untuk kemasan besar. Jumlah penjualan melalui agen adalah sebesar
35 persen dari total produksi perusahaan.

Tabel 11. Rincian Biaya Variabel Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit Sapi
Harga/ Jumlah/ Jumlah/
Biaya Jumlah/
Satuan satuan Kuantitas Tahun ke-1 tahun ke-2
Variabel tahun (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
Kulit sapi
basah kilogram 12.000 12963 77.778.000 108889200 155.556.000
Minyak
goreng kilogram 13.000 875 5.687.500 7962500 11.375.000
Kayu Bakar colt 450.000 35 7.875.000 11025000 15.750.000
Lemak blek 80.000 700 28.000.000 39200000 56.000.000
Arang kwintal 250.000 35 4.375.000 6125000 8.750.000
Garam kemasan 2.000 240 240.000 336000 480.000
Minyak tanah hari 45.000 120 2.700.000 3780000 5.400.000
Kemasan
besar kemasan 2.800 2100 2.940.000 4116000 5.880.000
Kemasan kecil kemasan 2.400 9800 11.760.000 16464000 23.520.000
Gas tabung 75.000 60 2.250.000 3150000 4.500.000
Bonus agen
(kemasan
besar) kemasan 3.000 735 1.102.500 1543500 2.205.000
Bonus agen
(kemasan
kecil) kemasan 2.500 3430 4.287.500 6002500 8.575.000
JUMLAH 148.995.500 208.593.700 297.991.000
Sumber : Dwi Joyo dan Dwi Djaya (2009) (diolah)

Biaya variabel yang dibutuhkan untuk memproduksi kerupuk rambak


menggunakan bahan baku kulit sapi ini sebesar Rp 297.991.000,00 per tahun.
Pada tahun pertama dan kedua nilainya dikonversi sebesar 50 persen dan 70
persen. Hal ini dikarenakan jumlah produksi pada tahun pertama dan kedua
sebesar 50 persen dan 70 persen dari kapasitas optimal. Jadi pada tahun pertama
dan kedua besarnya biaya variabel masing-masing sebesar Rp 148.995.500,00 dan
Rp 208.593.700,00.

7.1.3 Analisis Finansial Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Menggunakan


Bahan Baku Kulit Sapi
Kelayakan finansial usaha pembuatan kerupuk rambak dengan
menggunakan bahan baku kulit sapi ini dapat dilihat dari beberapa kriteria
penilaian investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of
Return (IRR) dan Payback Period. Hasil cashflow pada usaha yang menggunakan
kulit sapi menunjukkan hasil yang tertera pada Tabel 12. Rincian lebih lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 12. Hasil Analisis Finansial Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit
Sapi
Kriteria Hasil
NPV Rp 267.805.679
IRR 65,49%
NET B/C 4,88
PAYBACK PERIOD 2,89 tahun

Berdasarkan analisis finansial di atas dapat dilihat bahwa usaha pembuatan


kerupuk rambak dengan menggunakan bahan baku kulit sapi akan menghasilkan
nilai NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp 267.805.679,00. Hal ini
menunjukkan usaha pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan bahan
baku kulit sapi yang dilaksanakan akan memberikan manfaat bersih kini sebesar
Rp 267.805.679,00 selama jangka waktu 10 tahun. Dengan demikian, berdasarkan
kriteria NPV usaha ini layak untuk dilaksanakan.
Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 65,49 persen di mana IRR tersebut
lehih besar dari discount factor (rate) yang ditetapkan yaitu sebesar 8,38 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini mampu memberikan hasil sebesar 65,49
persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria IRR usaha pembuatan kerupuk
rambak dengan menggunakan bahan baku kulit sapi layak untuk dilaksanakan.
Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar 4,88. Hal ini berarti setiap Rp
1,00 yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 4,88. Nilai
Net B/C yang diperoleh lebih besar dari 1, sehingga usaha pembuatan kerupuk
rambak dengan menggunakan bahan baku kulit sapi ini layak untuk dilaksanakan.
Payback Period (PBP) yang diperoleh adalah 2,89 tahun atau sama dengan
2 tahun 10 bulan 20 hari. Nilai Payback Period ini cukup singkat sehingga
berdasarkan kriteria Payback Period usaha ini layak untuk dijalankan karena masa
pengembalian tidak melebihi umur proyek atau usaha.
7.1.4 Analisis Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak
Menggunakan Bahan Baku Kulit Sapi
Analisis switching value digunakan untuk mengetahui seberapa besar
perubahan maksimal pada harga output, produksi perusahaan dan harga input
variabel yang paling berpengaruh yang dapat ditoleransi sehingga usaha masih
layak dilaksanakan. Switching value atau nilai pengganti ditentukan dengan uji
coba sehingga menghasilkan nilai NPV sama dengan nol, IRR sama dengan
discount rate, dan nilai Net B/C sama dengan satu.
Variabel yang dibahas dalam analisis switching value adalah variabel yang
dianggap signifikan mempengaruhi usaha atau proyek. Dalam penelitian ini
variabel yang akan dibahas yaitu jumlah produksi kerupuk rambak dari sisi inflow
dan biaya bahan baku yaitu kulit sapi basah dan lemak. Variabel tersebut
digunakan karena berdasarkan data di lapangan yaitu adanya penurunan penjulan
produk sebagai akibat kemungkinan penurunan produksi, usaha yang sangat
bergantung pada kulit sapi sebagai bahan baku utama dan lemak sebagai bahan
baku penolong yang memiliki harga fluktuatif di pasar. Variabel tingkat harga jual
tidak digunakan untuk menganalisis nilai pengganti. Hal ini dikarenakan harga
jual kerupuk rambak selalu mengalami peningkatan dan tidak pernah mengalami
penurunan harga jual. Dasar pemikiran ini berdasarkan fakta yang ada di lokasi
penelitian. Hasil analisis switching value usaha pembuatan kerupuk rambak
dengan menggunakan bahan baku kulit sapi dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak
Bahan Baku Kulit Sapi
IRR Payback
Persentase NPV Net
Perubahan (persen Period
(Persen) (Rp) B/C
) (tahun)
Penurunan penjualan
kerupuk rambak kemasan 15,49 0 1,00 8,38 10
250 gram
Penurunan penjualan
kerupuk rambak kemasan 36,15 0 1,00 8,38
10
500 gram
Penurunan penjualan dua
10,84 0 1,00 8,38 10
kemasan secara serentak
Kenaikan harga kulit sapi
29,28 0 1,00 8,38 10
basah
Kenaikan harga lemak 81,33 0 1,00 8,38 10
Berdasarkan hasil analisis switching value, dapat dilihat perubahan-
perubahan variabel yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Dengan asumsi
cateris paribus, jika salah satu dari perubahan terjadi yaitu penurunan penjualan
kerupuk rambak kemasan kecil sebesar 15,49 persen, penurunan penjualan
kerupuk rambak kemasan besar sebesar 36,15 persen, penurunan penjualan kedua
jenis kemasan secara serentak sebesar 10,84 persen, kenaikan harga kulit sapi
basah sebesar 29,28 persen atau kenaikan harga lemak sebesar 81,33 usaha
pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan bahan baku kulit sapi ini masih
layak dilaksanakan dan memperoleh keuntungan normal.
Perubahan terhadap penurunan penjualan kerupuk rambak kedua jenis
kemasan secara serentak dikatakan berpengaruh paling besar diantara kondisi
lainnya terhadap kelayakan usaha. Berdasarkan hasil analisis switching value,
usaha pembuatan kerupuk rambak masih layak apabila besarnya penurunan
penjualan kerupuk rambak dua jenis kemasan secara serentak tidak melebihi 10,84
persen. Jika penurunan yang terjadi lebih besar dari 10,84 persen, maka usaha
pembuatan kerupuk rambak kulit sapi ini menjadi tidak layak.
Sementara usaha pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan bahan
baku kulit sapi ini masih layak untuk dilakukan apabila penurunan penjualan
kerupuk rambak kemasan kecil tidak melebihi 15,49 persen, penurunan penjualan
kemasan besar tidak melebihi 36,15 persen kenaikan harga kulit sapi basah tidak
melebihi 29,28 persen atau kenaikan harga lemak tidak melebihi 81,33.
Dengan demikian, dapat diihat bahwa usaha pembuatan kerupuk rambak
kulit sapi ini sangat sensitif terhadap penurunan penjualan kedua jenis kemasan
secara serentak. Sedangkan perubahan yang terjadi akibat kenaikan harga lemak
menjadi variabel yang paling rendah pengaruhnya terhadap kelayakan usaha.

7.1.5 Laporan Rugi Laba Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Bahan Baku
Kulit Sapi
Laporan rugi laba berguna untuk melihat berapakah keuntungan yang
diperoleh usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit
sapi setiap tahunnya dalam memproduksi kerupuk rambak. Pada perhitungan rugi
laba perusahaan telah memperhitungkan pajak usaha, namun faktanya perusahaan
tidak membayar pajak usaha kepada pemerintah. Lampiran 3 menunjukkan bahwa
usaha pembuatan kerupuk rambak dengan bahan baku kulit sapi pada tahun
pertama mendapatkan keuntungan sebesar Rp 2.577.525,00. Sedangkan pada
tahun kedua sebesar Rp 24.539.145,00. Tahun ketiga dan tahun selanjutnya
sebesar Rp 56.788.154,00.

7.2 Analisis Aspek Finansial Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak


Menggunakan Bahan Baku Kulit Kerbau
Usaha pembuatan kerupuk rambak di Pegandon ada yang menggunakan
bahan baku kulit kerbau sebagai input produksinya. Pada dasarnya proses
pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan kulit sapi dan kulit kerbau
sama saja. Namun, terdapat beberapa perbedaan dalam manfaat dan biaya. Skala
usaha yang digunakan pada perhitungan analisis usaha pembuatan kerupuk
rambak kulit kerbau ini adalah 25 kilogram kerupuk rambak matang.

7.2.1 Analisis Inflow Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Menggunakan


Bahan Baku Kulit Kerbau
Penerimaan usaha pembuatan kerupuk rambak kulit kerbau diterima dari
hasil penjualan dan nilai sisa investasi yang telah dilakukan. Pendapatan diperoleh
dari mengkalikan total penjualan dengan harga jual.
Pada tahun ke-1 dan ke-2, usaha belum mampu berproduksi secara
optimal. Nilai produksi pada tahun ke-1 dan ke-2 masing-masing sebesar 50
persen dan 70 persen. Hal ini dikarenakan usaha masih dalam tahap pengenalan
produk kepada konsumen sehingga usaha membatasi jumlah produksinya.
Sedangkan mulai tahun ke-3 sampai tahun ke-10 jumlah produksi mencapai 100
persen, yaitu sebesar 1.600 kemasan kecil dan 11.000 kemasan besar per tahun.
Harga jual produk kerupuk rambak bahan baku kulit kerbau ini sama dengan
kerupuk rambak bahan baku kulit sapi yaitu Rp 60.000,00 untuk kemasan besar
dan Rp 30.000,00 untuk kemasan kecil.
Pada tahun pertama total penerimaan usaha pembuatan kerupuk rambak
adalah sebesar Rp 213.000.000,00. Pada tahun ke-2, total penerimaan usaha
sebesar Rp 298.200.000,00 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10, produksi sudah
mencapai kapasitas optimal sehingga total penerimaannya adalah sebesar Rp
426.000.000,00. Rincian penerimaan usaha dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Perkiraan Pendapatan Penjualan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak


Kulit Kerbau per Tahun
Total
Tahun Produksi Harga Pendapatan
Produk Pendapatan
ke- (kemasan) (Rp) (Rp)
(Rp)
Kerupuk Rambak 500
800 60.000 48.000.000
gram
1 213.000.000
Kerupuk Rambak
5.500 30.000 165.000.000
250 gram
Kerupuk Rambak 500
1120 60000 67.200.000
gram
2 298.200.000
Kerupuk Rambak
7700 30000 231.000.000
250 gram
Kerupuk Rambak 500
1600 60000 96.000.000
gram
3-10 426.000.000
Kerupuk Rambak
11000 30000 330.000.000
250 gram
Sumber : Citra Rasa, 2009 (diolah)

Penerimaan lain didapat dari nilai sisa atau salvage value. Nilai sisa
merupakan nilai sisa dari barang modal yang tidak habis terpakai selama umur
proyek berlangsung dan dinilai pada saat umur proyek berakhir. Barang-barang
modal yang memiliki nilai sisa adalah tanah, bakul plastik dan motor.
Lahan memiliki nilai Rp 600.000,00 per m2 sedangkan bangunan memiliki
nilai sebesar Rp 375.000,00 per m2. Lahan memiliki luas 50 m2. Lahan yang tidak
didirikan bangunan di atasnya digunakan sebagai tempat penjemuran. Bakul
plastik merupakan barang reinvestasi karena barang sudah tidak memiliki nilai
ekonomis sebelum umur proyek berakhir. Oleh sebab itu perusahaan melakukan
pembelian barang pada awal tahun ke-5 dan ke-9. Reinvestasi bakul plastik pada
awal tahun ke-9 membuat barang masih memiliki manfaat ekonomis pada akhir
proyek. Nilai bakul plastik adalah Rp 2.000.000,00 dengan jumlah 80 buah bakul
plastik. Sedangkan, motor memiliki nilai Rp 15.500.000,00.
Total nilai sisa adalah sebesar Rp 36.866.667,00. Lahan tidak mengalami
penyusutan, sehingga nilai akhir proyek adalah sama dengan nilai awalnya yaitu
sebesar Rp 30.000.000,00. Motor memiliki nilai sisa pada akhir proyek sebesar
Rp 5.166.667,00. Motor memiliki nilai umur ekonomis selama lima belas tahun.
Sedangkan untuk barang reinvestasi bakul plastik memiliki nilai sisa sebesar Rp
1.000.000,00.

7.2.2 Analisis Outflow Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Menggunakan


Bahan Baku Kulit Kerbau
Arus pengeluaran dalam usaha pembuatan kerupuk rambak kulit kerbau ini
dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya
investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat awal proyek. Namun, jika
terdapat aset yang umur ekonomisnya kurang dari umur proyek, biaya investasi
yang dikeluarkan selama proyek berlangsung disebut biaya reinvestasi. Tabel 15
merinci biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk investasi dan harga yang
digunakan adalah harga yang berlaku saat ini.
Selain biaya investasi, pengeluaran usaha juga dilihat dari biaya
operasional. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala
selama usaha berjalan. Biaya operasional terdiri dari dua macam yaitu biaya tetap
dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh
jumlah produk yang dihasilkan dan nilainya sama setiap tahun. Biaya tetap yang
dikeluarkan usaha pembuatan kerupuk rambak adalah biaya transportasi, biaya
listrik dan air, biaya telepon dan upah tenaga kerja. Penjabaran biaya tetap adalah
sebagai berikut:
1. Biaya transpotasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh pemilik usaha untuk
pembelian bahan bakar kendaraan yang digunakan untuk membeli bahan
baku, bahan penolong maupun mendistribusikan produknya. Besarnya biaya
transportasi adalah Rp 350.000,00 per bulan setara dengan Rp 4.200.000,00
per tahun.
2. Biaya listrik dan air sebesar Rp 180.000,00 per bulan atau setara dengan Rp
2.160.000,00 per tahun.
3. Biaya telepon sebesar Rp 200.000,00 per bulan setara dengan Rp
2.400.000,00 per tahun.
4. Upah tenaga kerja yaitu sebayak Rp 750.000,00 per bulan untuk setiap tenaga
kerja. Jadi upah tenaga kerja per bulan sebesar Rp 3.000.000,00 atau sebesar
Rp 36.000.000,00 per tahun.
5. Besar Pajak Bumi dan Bangunan yang dibayarkan adalah sebesar Rp
37.000,00 per tahun.

Tabel 15. Biaya Investasi Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit Kerbau
Harga/ Umur
Nilai
Jenis Investasi Satuan Jumlah satuan ekonomis
(Rp)
(Rp) (tahun)
Lahan m2 50 600.000 30.000.000
Bangunan m2 40 375.000 15.000.000 15
Tempat penampungan
limbah unit 1 3.000.000 3.000.000 10
Wajan penggorengan
(besar) unit 5 185.000 925.000 5
Wajan Penggorengan
(kecil) unit 4 150.000 600.000 5
Dandang unit 4 215.000 860.000 5
Panci unit 5 175.000 875.000 5
Drum perendam unit 6 125.000 750.000 5
Sesek (pisau) unit 14 55.000 770.000 5
Rigen unit 250 19.000 4.750.000 2
Kompor minyak unit 3 130.000 390.000 5
Kompor gas unit 2 410.000 820.000 5
Pengaduk unit 6 55.000 330.000 5
Ember unit 12 40.000 480.000 2
Gayung unit 3 10.000 30.000 2
Timbangan unit 6 200.000 1.200.000 10
Lemari unit 2 400.000 800.000 10
Bakul plastic unit 80 25.000 2.000.000 4
Tempat jemur m2 10 85.000 850.000 10
Pisau besar (golok) unit 6 100.000 600.000 5
Batu Gosok unit 4 40.000 160.000 5
Tungku api unit 4 60.000 240.000 10
Pompa air unit 1 500.000 500.000 10
Selang air unit 1 75.000 75.000 5
Tabung gas unit 2 350.000 700.000
Motor unit 1 15.500.000 15.500.000 15
JUMLAH 82.205.000
Sumber : Citra Rasa (2009) (diolah)

Besarnya biaya tetap per tahun pada usaha pembutan kerupuk rambak
dengan menggunakan kulit kerbau adalah sebesar Rp 44.797.000,00. Rincian
biaya tetap terdapat pada Tabel 16

Tabel 16. Rincian Biaya Tetap Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit Kerbau
Biaya tetap Harga/Bulan (Rp) Jumlah/tahun (Rp)
Transportasi 350.000 4.200.000
Listrik 180.000 2.160.000
Telepon 200.000 2.400.000
PBB 37.000
Upah (4 orang) 3.000.000 36.000.000
JUMLAH 44.797.000
Sumber : Citra Rasa (2009) (diolah)

Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh


jumlah produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Biaya variabel pada usaha
pembuatan kerupuk rambak kulit kerbau ini adalah kulit kerbau basah, minyak
goreng, kayu bakar, lemak, arang, garam, minyak tanah, kemasan, gas dan bonus
kepada agen. Satu kali produksi terdiri dari tiga hari. Satu kali masa produksi
menghasilkan 10 kemasan besar dan 80 kemasan kecil pada masa normal dan
pada saat permintaan tinggi dalam satu kali produksi dapat menghasilkan 30
kemasan besar dan 150 kemasan kecil. Harga kulit kerbau adalah Rp 17.000,00
per kilogram. Rincian biaya variabel terdapat pada Tabel 17. Beberapa
perhitungan yang dipakai untuk menghitung besarnya biaya variabel usaha
pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan kulit kerbau adalah sebagai
berikut:
1. Satu kwintal kulit kerbau basah menghasilkan kerupuk rambak mentah
sebanyak 30 kilogram.
2. Satu kilogram kerupuk rambak mentah menghasilkan 4-5 kemasan kerupuk
rambak ukuran kecil. Maka pada perhitungan ini diasumsikan satu kilogram
kerupuk rambak mentah menghasilkan 4,5 kemasan kecil.
3. Minyak goreng sebanyak 50 kilogram digunakan untuk menggoreng kerupuk
rambak sebanyak 800 kemasan.
4. Satu blek lemak digunakan untuk memproduksi 20 kemasan kecil kerupuk
rambak.
5. Kebutuhan kayu bakar dan arang masing-masing adalah 1 colt dan 1,25
kwintal untuk memproduksi 400 kemasan kecil kerupuk rambak. Kebutuhan
arang lebih banyak karena pengungkepan kulit kerbau lebih lama jika
dibandingkan dengan kulit sapi.
6. Bonus diberikan ke agen sebesar Rp 2.500,00 untuk kemasan kecil dan Rp
3.000,00 untuk kemasan besar. Jumlah penjualan melalui agen adalah sebesar
35 persen dari total produksi perusahaan.

Tabel 17. Rincian Biaya Variabel Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit
Kerbau
Harga/ Jumlah/ Jumlah/
Jumlah/
Biaya Variabel Satuan satuan Kuantitas Tahun ke-1 tahun ke-2
tahun (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
Kulit kerbau
basah Kilogram 17.000 11687 99.339.500 139.075.300 198.679.000
Minyak goreng Kilogram 12.500 887,5 5.546.875 7.765.625 11.093.750
Kayu Bakar Colt 450.000 36 8.100.000 11.340.000 16.200.000
Lemak blek 80.000 710 28.400.000 39.760.000 56.800.000
Arang kwintal 250.000 44,375 5.546.875 7.765.625 11.093.750
Garam kemasan 2.000 240 240.000 336.000 480.000
Minyak tanah hari 45.000 120 2.700.000 3.780.000 5.400.000
Kemasan besar kemasan 2.700 1600 2.160.000 3.024.000 4.320.000
Kemasan kecil kemasan 2.350 11000 12.925.000 18.095.000 25.850.000
Gas tabung 75.000 55 2.062.500 2.887.500 4.125.000
Bonus agen
(kemasan besar) kemasan 3.000 560 840.000 1176000 1.680.000
Bonus agen
(kemasan kecil) kemasan 2.500 3850 4.812.500 6737500 9.625.000
JUMLAH 172.673.250 241.742.550 345.346.500
Sumber : Citra Rasa (2009) (diolah)

Biaya variabel yang dibutuhkan untuk memproduksi kerupuk rambak


menggunakan bahan baku kulit kerbau ini sebesar Rp 345.346.500,00 per tahun.
Pada tahun pertama dan kedua nilainya dikonversi sebesar 50 persen dan 70
persen. Hal ini dikarenakan jumlah produksi pada tahun pertama dan kedua
sebesar 50 persen dan 70 persen dari kapasitas optimal. Jadi pada tahun pertama
dan kedua besarnya biaya variabel masing-masing sebesar Rp 172.673.250,00 dan
Rp 241.742.550,00.

7.2.3 Analisis Finansial Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Menggunakan


Bahan Baku Kulit Kerbau
Kelayakan finansial usaha pembuatan kerupuk rambak dengan
menggunakan bahan baku kulit kerbau ini dapat dilihat dari beberapa kriteria
penilaian investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of
Return (IRR) dan Payback Period. Hasil cashflow pada usaha yang menggunakan
kulit kerbau menunjukkan hasil yang tertera pada Tabel 18. Rincian lebih lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tabel 18. Hasil Analisis Finansial Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit
Kerbau
Kriteria Hasil
NPV Rp85.560.012
IRR 26,33%
NET B/C 2,07
PAYBACK PERIOD 5,46 tahun

Berdasarkan analisis finansial di atas dapat dilihat bahwa usaha pembuatan


kerupuk rambak dengan menggunakan bahan baku kulit kerbau akan
menghasilkan nilai NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp 85.560.012,00. Hal
ini menunjukkan usaha pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan bahan
baku kulit kerbau yang dilaksanakan akan memberikan manfaat bersih kini
sebesar Rp 85.560.012,00 selama jangka waktu 10 tahun. Dengan demikian,
berdasarkan kriteria NPV usaha ini layak untuk dilaksanakan.
Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 26,33 persen dimana IRR tersebut
lehih besar dari discount factor (rate) yang ditetapkan yaitu sebesar 8,38 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini mampu memberikan hasil sebesar 26,33
persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria IRR usaha pembuatan kerupuk
rambak dengan menggunakan bahan baku kulit kerbau layak untuk dilaksanakan.
Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar 2,07. Hal ini berarti setiap Rp
1,00 yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 2,07. Nilai
Net B/C yang diperoleh lebih besar dari 1, sehingga usaha pembuatan kerupuk
rambak dengan menggunakan bahan baku kulit kerbau ini layak untuk
dilaksanakan.
Payback Period (PBP) yang diperoleh adalah 5,46 tahun atau sama dengan
5 tahun 5 bulan 16 hari. Nilai Payback Period ini menunjukkan bahwa modal
usaha dapat kembali dalam waktu 5 tahun 5 bulan 16 hari.

7.2.4 Analisis Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak


Menggunakan Bahan Baku Kulit Kerbau
Analisis switching value digunakan untuk mengetahui seberapa besar
perubahan maksimal pada harga output, produksi perusahaan dan harga input
variabel yang paling berpengaruh yang dapat ditoleransi sehingga usaha masih
layak dilaksanakan. Switching value atau nilai pengganti ditentukan dengan uji
coba sehingga menghasilkan nilai NPV sama dengan nol, IRR sama dengan
discount rate, dan nilai Net B/C sama dengan satu.
Variabel yang dibahas dalam analisis switching value adalah variabel yang
dianggap signifikan mempengaruhi usaha atau proyek. Dalam penelitian ini
variabel yang dibahas yaitu jumlah produksi kerupuk rambak dari sisi inflow dan
biaya bahan baku yaitu kulit kerbau basah dan lemak. Variabel tersebut digunakan
karena berdasarkan data di lapangan yaitu adanya penurunan penjulan produk
sebagai akibat kemungkinan penurunan produksi, usaha yang sangat bergantung
pada kulit kerbau sebagai bahan baku utama dan lemak sebagai bahan baku
penolong yang memiliki harga fluktuatif di pasar. Variabel tingkat harga jual tidak
digunakan untuk menganalisis nilai pengganti. Hal ini dikarenakan harga jual
kerupuk rambak selalu mengalami peningkatan dan tidak pernah mengalami
penurunan harga jual. Dasar pemikiran ini berdasarkan fakta yang ada di lokasi
penelitian. Hasil analisis switching value usaha pembuatan kerupuk rambak
dengan menggunakan bahan baku kulit kerbau dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak
Bahan Baku Kulit Kerbau
IRR Payback
Persentase NPV Net
Perubahan (persen Period
(Persen) (Rp) B/C
) (tahun)
Penurunan penjualan
4,41 0 1,00 8,38 10
kerupuk rambak kemasan
250 gram
Penurunan penjualan
kerupuk rambak kemasan 15,16 0 1,00 8,38
10
500 gram
Penurunan penjualan dua
3,41 0 1,00 8,38 10
kemasan secara serentak
Kenaikan harga kulit kerbau
7,32 0 1,00 8,38 10
basah
Kenaikan harga lemak 25,62 0 1,00 8,38 10

Berdasarkan hasil analisis switching value, dapat dilihat perubahan-


perubahan variabel yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Dengan asumsi
cateris paribus, jika salah satu dari perubahan terjadi yaitu penurunan penjualan
kerupuk rambak kemasan kecil sebesar 4,41 persen, penurunan penjualan kerupuk
rambak kemasan besar sebesar 15,16 persen, penurunan penjualan kedua jenis
kemasan secara serentak sebesar 3,41 persen, kenaikan harga kulit kerbau basah
sebesar 7,32 persen atau kenaikan harga lemak sebesar 25,62 usaha pembuatan
kerupuk rambak dengan menggunakan bahan baku kulit kerbau ini masih layak
dilaksanakan dan memperoleh keuntungan normal.
Perubahan terhadap penurunan penjualan kerupuk rambak kedua jenis
kemasan secara serentak dikatakan berpengaruh paling besar diantara kondisi
lainnya terhadap kelayakan usaha. Berdasarkan hasil analisis switching value,
usaha pembuatan kerupuk rambak masih layak apabila besarnya penurunan
penjualan kerupuk rambak dua jenis kemasan secara serentak tidak melebihi 3,41
persen. Jika penurunan yang terjadi lebih besar dari 3,41 persen, maka usaha
pembuatan kerupuk rambak kulit kerbau ini menjadi tidak layak.
Sementara usaha pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan bahan
baku kulit kerbau ini masih layak untuk dilakukan apabila penurunan penjualan
kerupuk rambak kemasan kecil tidak melebihi 4,41 persen, penurunan penjualan
kemasan besar tidak melebihi 15,16 persen, kenaikan harga kulit kerbau basah
tidak melebihi 7,32 persen atau kenaikan harga lemak tidak melebihi 25,62.
Dengan demikian, dapat diihat bahwa usaha pembuatan kerupuk rambak
kulit kerbau ini sangat sensitif terhadap penurunan penjualan kedua jenis kemasan
secara serentak. Sedangkan perubahan yang terjadi akibat kenaikan harga lemak
menjadi variabel yang paling rendah pengaruhnya terhadap kelayakan usaha.
7.2.5 Laporan Rugi Laba Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Bahan Baku
Kulit Kerbau
Laporan rugi laba berguna untuk melihat berapakah keuntungan yang
diperoleh usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit
kerbau setiap tahunnya dalam memproduksi kerupuk rambak. Pada perhitungan
rugi laba perusahaan telah memperhitungkan pajak usaha, namun faktanya
perusahaan tidak membayar pajak usaha kepada pemerintah. Lampiran 5
menunjukkan bahwa usaha pembuatan kerupuk rambak dengan bahan baku kulit
kerbau pada tahun pertama justru menderita kerugian sebesar Rp 12.223.583,00.
Sedangkan pada tahun kedua sebesar Rp 3.516.405,00. Tahun ketiga dan tahun
selanjutnya sebesar Rp 25.292.850,00.

7.3 Analisis Perbandingan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Bahan


Baku Kulit Kerbau dan Bahan Baku Kulit Kerbau
Analisis perbandingan dilakukan dengan membandingkan hasil analisis
kelayakan finansial dari kedua jenis usaha dengan bahan baku yang berbeda.
Berdasarkan hasi perhitungan analisis kelayakan finansial pada kedua jenis usaha
tersebut dengan tingkat diskonto 8,38 persen dapat disimpulkan bahwa kedua
usaha tersebut layak untuk diusahakan.

Tabel 20. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak


Bahan Baku Kulit Sapi dan Kulit Kerbau
Bahan Baku Kulit Bahan Baku Kulit
Kriteria
Sapi Kerbau
NPV Rp 267.805.679 Rp85.560.012
IRR 65,49% 26,33%
NET B/C 4,88 2,07
PAYBACK PERIOD 2,89 tahun 5,46 tahun

Hasil perbandingan yang dihasilkan seperti yang ditunjukkan pada Tabel


20 menunjukkan bahwa dari kedua jenis usaha, usaha pembuatan kerupuk rambak
yang menggunakan bahan baku kulit sapi merupakan usaha yang paling layak
diusahakan. Hal ini dapat dilihat dari kriteria kelayakan finansial dari usaha
pembuatan kerupuk rambak menggunakan bahan baku kulit sapi lebih besar
dibandingkan usaha pembuatan kerupuk rambak menggunakan bahan baku kulit
kerbau. Nilai NPV usaha pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan bahan
baku kulit sapi yang diperoleh sebesar Rp 267.805.679,00 lebih besar
dibandingkan usaha pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan kulit
kerbau sehingga usaha yang menggunakan bahan baku kulit sapi memberikan
manfaat bersih yang lebih besar daripada usaha yang menggunakan bahan baku
kulit kerbau. Nilai Net B/C yang diperoleh juga lebih tinggi yaitu sebesar 4,88.
Tingkat pengembalian investasi juga berbeda cukup besar pada tingkat diskonto
8,38 persen.
Nilai payback period usaha pembuatan kerupuk rambak dengan
menggunakan bahan baku kulit sapi memiliki nilai lebih kecil daripada usaha
yang menggunakan kulit kerbau. Hal ini berarti waktu yang diperlukan untuk
menutupi pengeluaran lebih singkat yang berarti usaha dengan menggunakan kulit
sapi lebih layak untuk diusahakan.
Hasil analisis switching value yang dilakukan terhadap kedua usaha
menunjukkan bahwa perubahan yang diakibatkan oleh penurunan jumlah
penjualan kedua kemasan secara serentak merupakan variabel yang paling sensitif
terhadap proyeksi aliran kas. Sedangkan untuk perubahan yang terjadi karena
kenaikan harga lemak menjadi variabel yang kurang berpengaruh terhadap
proyeksi aliran kas. Batas maksimal perubahan yang terjadi pada masing-masing
usaha ditampilkan pada Tabel 21.

Tabel 21. Perbandingan Nilai Switching Value pada Kedua Jenis Usaha
Bahan Baku Bahan Baku
Perubahan Kulit Sapi Kulit Kerbau
(Persen) (Persen)
Penurunan penjualan kerupuk rambak
15,49 4,41
kemasan 250 gram
Penurunan penjualan kerupuk rambak
36,15 15,16
kemasan 500 gram
Penurunan penjualan dua kemasan secara
10,84 3,41
serentak
Kenaikan harga kulit 29,28 7,32
Kenaikan harga lemak 81,33 25,62

Dari Tabel 21 diketahui bahwa usaha pembuatan kerupuk rambak yang


menggunakan bahan baku kulit sapi memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap
perubahan yang disebabkan oleh kelima variabel dibandingkan dengan usaha
kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit kerbau. Jadi usaha
pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan bahan baku kulit kerbau lebih
peka terhadap perubahan.
Perhitungan laba rugi dari kedua jenis usaha menunjukkan bahwa usaha
pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit sapi
menghasilkan keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan usaha yang
menggunakan kulit kerbau. Pada tahun pertama, keuntungan yang dihasilkan pada
usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit sapi
sebesar Rp 2.577.525,00. Keuntungan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
keuntungan yang dihasilkan oleh usaha yang menggunakan bahan baku kulit
kerbau. Tahun pertama, usaha yang menggunakan bahan baku kulit kerbau
menderita kerugian. Begitu pula dengan keuntungan pada tahun-tahun berikutnya,
keuntungan yang dihasilkan oleh usaha yang menggunakan bahan baku kulit sapi
lebih besar daripada usaha yang menggunakan bahan baku kuit kerbau.
Pada tahun kedua, usaha pembuatan kerupuk rambak menggunakan kulit
sapi menghasilkan keuntungan Rp 24.539.145,00. Pada tahun ketiga dan
selanjutnya, keuntungan yang dihasilkan dari usaha pembuatan kerupuk rambak
kulit sapi adalah sebesar Rp 56.788.154,00. Keuntungan dari kedua usaha
ditampilkan pada Tabel 22.

Tabel 22. Perbandingan Keuntungan yang Diperoleh dari Kedua Jenis Usaha
Keuntungan (Rp)
Jenis Bahan Baku
Usaha Kerupuk Rambak Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3
dan selanjutnya
Kulit Sapi 2.577.525 24.539.145 56.788.154
Kulit Kerbau -12.223.583 3.516.405 25.292.850
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada usaha pembuatan kerupuk
rambak baik dari aspek finansial maupun aspek non finansial, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan yaitu:
1. Keragaan usaha pembuatan kerupuk rambak jika dilihat dari aspek pasar,
aspek teknis, aspek hukum dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan layak
untuk diusahakan. Namun dari aspek manajemen, usaha pembuatan kerupuk
rambak belum layak karena belum memiliki pembukuan atas penjualan yang
dilakukan. Dari aspek teknis, usaha dinilai lebih layak menggunakan bahan
baku kulit sapi karena ketersediaan kulit sapi yang lebih banyak di pasar.
2. Analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha pembuatan kerupuk
rambak kulit sapi layak untuk diusahakan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai NPV
sebesar Rp 271.883.775,00. IRR sebesar 67,81 persen, net B/C sebesar 5,09
dan payback period selama 2,83 tahun. Sedangkan untuk usaha pembuatan
kerupuk rambak kulit kerbau juga layak untuk diusahakan. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai NPV sebesar Rp 89.836.846,00. IRR sebesar 27,48
persen, net B/C sebesar 2,16 dan payback period selama 5,30 tahun.
3. Analisis switching value pada kedua usaha menunjukkan bahwa perubahan
yang diakibatkan penurunan penjualan kedua kemasan secara serentak
berpengaruh paling besar terhadap kelayakan usaha dibandingkan dengan
ketiga perubahan lainnya.
4. Analisis perbandingan menunjukkan usaha pembuatan kerupuk rambak yang
menggunakan bahan baku kulit sapi lebih layak diusahakan jika dibandingkan
dengan usaha yang menggunakan bahan baku kulit kerbau. Keuntungan yang
diperoleh pada usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan
baku kulit sapi pun lebih tinggi dibandingkan dengan usaha pembuatan
kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit kerbau.
8.1 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah:
1. Usaha pembuatan kerupuk rambak sebaiknya mulai melakukan pembukuan
usaha yang meliputi data penjualan, data pengeluaran usaha dan data produksi
agar diketahui secara pasti angka penjualan, pemasukan dan pengeluaran dari
perusahaan.
2. Usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit
kerbau sebaiknya mengganti bahan baku dengan kulit sapi. Hal ini terkait
dengan konsumen yang menilai produk kerupuk rambak kulit kerbau sama
saja dengan kerupuk rambak bahan baku kulit sapi. Tidak ada diferensiasi
antara kedua produk. Selain itu, ketersediaan kulit sapi yang lebih banyak di
pasar dan tingkat keuntungan usaha yang lebih tinggi jika menggunakan
bahan baku kulit sapi.
3. Masyarakat yang tertarik pada bisnis pembuatan kerupuk rambak, tidak perlu
khawatir untuk memulai usaha karena usaha pembuatan kerupuk rambak ini
menguntungkan.
4. Pemerintah sebaiknya memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai
usaha pembuatan kerupuk rambak agar semakin banyak masyarakat yang
mengetahui usaha kerupuk rambak dan tertarik untuk mengusahakannya.
Pemerintah juga memberikan pembinaan usaha kepada pengusaha kerupuk
rambak untuk memperbaiki manajemen usaha.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa L. 2008. Analisis strategi pengembangan usaha restoran Cibaru,


Kabupaten Padeglang, Provinsi Banten [skripsi]. Bogor: Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal. 2008. Kendal dalam Angka
2007. Kendal: BPS Kabupaten Kendal
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Berita Resmi Statistik. http://www.bps.go.id.
[27 November 2008]
Budi A. 2006. UKM : Benteng Ekonomi Indonesia, antara Dilema dan Realita.
http://www.brotherfatih.multiply.com/journal. [20 November 2008]
Daniar MA. 2008. Manajemen usaha pembuatan kerupuk rambak di Citra Rasa
Desa Penanggulan Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal [Laporan
Praktek Kerja Lapangan]. Semarang: Fakultas Peternakan, Universitas
Diponegoro.
Dananjoyo A. 2006. Analisis kelayakan finansial usaha tempe (Studi Kasus di
Kota Bogor Provinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.
[Disnak] Dinas Peternakan Jawa Tengah. 2007. Populasi Sapi Potong 2002-2006.
http://www.disnak.jawatengah.go.id. [20 November 2008]
[Disnak] Dinas Peternakan Jawa Tengah. 2007. Populasi Kerbau 2002-2006.
http://www.disnak.jawatengah.go.id. [20 November 2008]
[Disperindag] Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal. 2007.
Produk Kabupaten Kendal. http://www.kabupaten-kendal.go.id. [20
November 2008]
Edward D. 2008. Pemberdayaan UMKM/K dan Sektor Riil. http://www.usaha-
umkm.blog.com. [20 November 2008]
Firmansyah A. 2007. Pengaruh perubahan harga dan teknologi terhadap produksi
dan penggunaan bahan baku di Perusahaan Kerupuk Ratna Sari,
Tangerang [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua.
Slamet Sutomo dan Komet Mangiri. penerjemah Jakarta: Universitas
Indonesia
Gray C, Simanjuntak P, Sabur LK, Maspaitella PFL, Varley RCG. 2007.
Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Husein U. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Husnan S, Muhammad S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Keempat.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Ibrahim J. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta
Kadariah, Karlina L, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
Kamaludin R. 2008. Analisis Kelayakan Investasi Usaha Mikro Kecil dan
Menengah. http://www.jatim.go.id. [20 November 2008].
Maulana MES. 2008. Analisis kelayakan usaha pembuatan bandeng isi pada
BANISI di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Putera TD. 2006. Evaluasi kelayakan usaha pada restoran mie Kondang Jakarta
Selatan [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rahmawaty LA. 2006. Alternatif strategi bersaing perusahaan Dua Gajah dalam
industri kerupuk di Kabupaten Indramayu [skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Rosmayanti M. 2008. Pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap
pendapatan usaha kecil dan menengah, Kasus: UKM Kerupuk di
Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat [skripsi].
Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Swastha B, Sukotjo I. 2000. Pengantar Bisnis Modern. Edisi Ketiga. Yogyakarta:
Liberty
Tim LPPOM MUI. 2009. Kerupuk Kulit.
http://www.republika.co.id/berita/20911/Kerupuk_Kulit. [14 April 2009]
Tresnaprihandini Y. 2006. Formulasi strategi pengembangan usaha kerupuk
udang dan ikan pada perusahaan Candramawa di Kabupaten Indramayu
[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Utami NL. 2008. Analisis kelayakan usaha serbuk minuman instan berbasis
tanaman obat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Widyastono P. 2006. Analisis kelayakan usaha penggorengan kerupuk studi kasus
usaha kecil Sumber Makmur Sentosa di Darmaga, Kabupaten Bogor
[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Widyastuti R. 2008. Memulai dan mengembangkan usaha kecil agribisnis:
pelajaran dari pengalaman pengembangan usaha Murni Orchid Bogor
[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Wijayanto K. 2007. Kerupuk Rambak Tembus Ekspor.
http://www.indosiar.com/news/fokus/57841. [27 November 2008]
_________. 2009. Tingkat Suku Bunga Bank di Indonesia.
http://www.kontan.co.id. [13 Januari 2009]
LAMPIRAN
Lampiran 1. Populasi Kerbau dan Sapi Di Jawa TengahPopulasi Kerbau di Jawa
Tengah 2002-2006
2002 2003 2004 2005 2006 r
No Kab/Kota
(Ekor) (Ekor) (Ekor) (Ekor) (Ekor) (%)
1 Kab. Cilacap 2.441 2.441 2.656 6.677 4.572 16,99
2 Kab. Banyumas 3.226 3.200 3.250 3.540 3.111 (0,90)
3 Kab. Purbalingga 3.694 4.818 4.879 4.978 5.078 8,28
Kab.
4 2.023 2.023 1.936 2.095 2.088 0,79
Banjarnegara
5 Kab. Kebumen 1.031 1.031 1.028 1.019 1.076 1,07
6 Kab. Purworejo 5.206 5.206 3.453 1.958 2.202 (19,35)
7 Kab. Wonosobo 3.542 3.666 3.693 3.844 4.041 3,35
8 Kab. Magelang 12.361 12.527 13.186 13.521 9.171 (7,19)
9 Kab. Boyolali 3.237 3.436 3.460 3.319 3.352 0,88
10 Kab. Klaten 6.842 6.842 5.405 6.254 6.313 (1,99)
11 Kab. Sukoharjo 2.390 2.396 2.398 1.975 1.902 (5,55)
12 Kab. Wonogiri 1.330 1.480 1.310 1.262 1.461 2,38
13 Kab. Karanganyar 1.413 1.397 1.398 1.388 1.353 (1,08)
14 Kab. Sragen 1.173 585 173 157 183 (37,15)
15 Kab. Grobogan 5.369 5.008 4.476 3.537 2.684 (15,91)
16 Kab. Blora 7.010 10.174 2.865 2.911 2.937 (19,55)
17 Kab. Rembang 588 583 346 371 335 (13,12)
18 Kab. Pati 3.729 2.649 2.983 3.047 2.615 (8,49)
19 Kab. Kudus 3.356 3.356 2.503 1.802 1.804 (14,37)
20 Kab. Jepara 3.555 3.555 4.105 4.042 3.977 2,84
21 Kab. Demak 4.922 3.282 2.843 2.770 2.675 (14,14)
22 Kab. Semarang 5.650 5.510 5.561 5.589 5.611 (0,17)
23 Kab. Temanggung 4.245 4.155 2.287 2.303 2.310 (14,11)
24 Kab. Kendal 4.741 4.856 4.824 4.838 4.841 0,52
25 Kab. Batang 4.237 4.237 3.755 3.396 3.880 (2,18)
26 Kab. Pekalongan 11.966 10.983 11.135 11.150 11.106 (1,85)
27 Kab. Pemalang 10.218 10.358 5.814 5.845 6.078 (12,18)
28 Kab. Tegal 7.528 5.010 4.824 4.161 4.009 (14,57)
29 Kab. Brebes 16.980 14.876 14.099 13.504 9.827 (12,78)
30 Kota Magelang 131 132 69 96 122 (1,76)
31 Kota Surakarta 32 30 25 24 19 (12,22)
32 Kota Salatiga 172 198 203 205 185 1,84
33 Kota Semarang 3.768 3.768 2.083 1.552 1.356 (22,55)
34 Kota Pekalongan 536 594 656 665 676 5,97
35 Kota Tegal 23 22 20 20 13 (13,29)
Jumlah 148.665 144.384 123.701 123.815 112.963 (6,64)
Populasi Sapi Potong Di Jawa Tengah Tahun 2002-2006

2002 2003 2004 2005 2006 R


No. Kab/Kota
(Ekor) (Ekor) (Ekor) (Ekor) (Ekor) (%)
1 Kab. Cilacap 6.844 6.844 6.911 8.724 14.146 19,90
2 Kab. Banyumas 14.571 18.136 18.210 18.245 18.360 5,95
3 Kab. Purbalingga 12.747 15.131 16.879 17.435 18.147 9,23
4 Kab. Banjarnegara 35.626 35.626 37.449 37.110 21.596 (11,76)
5 Kab. Kebumen 30.016 30.016 32.041 32.838 33.468 2,76
6 Kab. Purworejo 12.314 12.314 14.545 13.130 13.067 1,49
7 Kab. Wonosobo 35.608 33.652 33.681 34.012 33.427 (1,57)
8 Kab. Magelang 70.285 68.933 68.222 69.964 68.414 (0,67)
9 Kab. Boyolali 93.807 89.122 88.715 88.527 89.412 (1,19)
10 Kab. Klaten 71.267 64.576 68.065 80.925 81.264 3,34
11 Kab. Sukoharjo 25.279 24.781 24.983 25.106 25.489 0,21
12 Kab. Wonogiri 137.768 140.723 144.200 143.995 148.816 1,95
13 Kab. Karanganyar 46.747 46.758 47.785 47.559 47.580 0,44
14 Kab. Sragen 73.311 74.933 76.431 77.225 77.748 1,48
15 Kab. Grobogan 119.401 118.630 105.089 106.155 105.974 (2,94)
16 Kab. Blora 197.392 209.089 215.344 217.497 218.575 2,58
17 Kab. Rembang 91.112 91.112 95.164 97.057 99.385 2,20
18 Kab. Pati 66.636 61.420 61.871 63.813 63.069 (1,37)
19 Kab. Kudus 8.903 8.903 8.303 7.603 8.372 (1,53)
20 Kab. Jepara 23.026 23.026 24.292 24.583 24.880 1,95
21 Kab. Demak 2.220 1.822 2.072 1.897 2.077 (1,65)
22 Kab. Semarang 61.127 60.706 63.076 65.284 64.957 1,53
23 Kab. Temanggung 34.143 34.143 34.986 35.002 35.103 0,70
24 Kab. Kendal 13.121 13.524 15.864 16.144 16.547 5,97
25 Kab. Batang 13.311 13.311 13.955 13.967 14.291 1,79
26 Kab. Pekalongan 10.039 10.031 10.828 11.146 11.460 3,37
27 Kab. Pemalang 5.775 6.715 5.292 5.421 5.714 (0,27)
28 Kab. Tegal 6.406 4.479 6.486 4.874 5.344 (4,43)
29 Kab. Brebes 18.748 19.783 20.199 20.218 18.838 0,12
30 Kota Magelang 164 137 149 221 265 12,75
31 Kota Surakarta 1.147 1.137 1.200 1.159 1.435 5,76
32 Kota Salatiga 2.100 1.593 1.561 1.567 1.625 (6,21)
33 Kota Semarang 3.433 3.783 1.473 1.473 3.409 (0,18)
34 Kota Pekalongan 101 235 285 291 297 30,95
35 Kota Tegal 0 29 42 41 39 #DIV/0!
Jumlah 1.344.495 1.345.153 1.365.650 1.390.408 1.392.590 0,88
Lampiran 2. Cash Flow Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Menggunakan Bahan Baku Kulit Sapi
Tahun ke-
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
Kerupuk Rambak 500 gram 63.000.000 88.200.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000
Kerupuk Rambak 250 gram 147.000.000 205.800.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000
Nilai Sisa 38.604.167
TOTAL INFLOW 210.000.000 294.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 458.604.167
OUTFLOW
1. BIAYA INVESTASI
Lahan 31.800.000
Bangunan 15.375.000
Tempat penampungan limbah 3.000.000
Wajan penggorengan (besar) 1.110.000 1.110.000
Wajan Penggorengan (kecil) 750.000 750.000
Dandang 1.075.000 1.075.000
Panci 875.000 875.000
Drum perendam 625.000 625.000
Sesek (pisau) 825.000 825.000
Rigen 5.700.000 5.700.000 5.700.000 5.700.000 5.700.000
Kompor minyak 520.000 520.000
Kompor gas 820.000 820.000
Pengaduk 275.000 275.000
Ember 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000
Gayung 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
Timbangan 1.200.000
Lemari 800.000
Bakul plastik 1.875.000 1.875.000 1.875.000
Tempat jemur 1.020.000
Pisau besar (golok) 500.000 500.000
Batu Gosok 120.000 120.000
Tungku api 300.000
Pompa air 500.000
Selang air 75.000 75.000
Tabung gas 700.000
99
Motor 15.500.000
TOTAL BIAYA INVESTASI 85.770.000 0 6.130.000 0 8.005.000 7.570.000 6.130.000 0 8.005.000 0
2. BIAYA TETAP
Transportasi 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Listrik 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
Telepon 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
PBB 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000
Upah (5 orang) 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000
TOTAL BIAYA TETAP 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000
3. BIAYA VARIABEL
Kulit sapi basah 77.778.000 108.889.200 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000
Minyak goreng 5.687.500 7.962.500 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000
Kayu Bakar 7.875.000 11.025.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000
Lemak 28.000.000 39.200.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000
Arang 4.375.000 6.125.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000
Garam 240.000 336.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Minyak tanah 2.700.000 3.780.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
Kemasan besar 2.940.000 4.116.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000
Kemasan kecil 11.760.000 16.464.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000
Gas 2.250.000 3.150.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000
Bonus agen (kemasan besar) 1.102.500 1.543.500 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000
Bonus agen (kemasan kecil) 4.287.500 6.002.500 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000
TOTAL BIAYA VARIABEL 148.995.500 208.593.700 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000
Pajak 286.392 2.726.572 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263
TOTAL OUTFLOW 284.891.892 261.160.272 361.041.263 354.911.263 362.916.263 362.481.263 361.041.263 354.911.263 362.916.263 354.911.263
Net Benefit -74.891.892 32.839.728 58.958.738 65.088.738 57.083.738 57.518.738 58.958.738 65.088.738 57.083.738 103.692.904
Discount Factor 8,38% 0,9227 0,8513 0,7855 0,7248 0,6687 0,6170 0,5693 0,5253 0,4847 0,4472
PV/TAHUN -69.101.210 27.957.689 46.312.768 47.174.712 38.173.912 35.490.692 33.566.352 34.191.069 27.667.510 46.372.186
NPV Rp267.805.679
IRR 65,49%
PV POSITIF 336.906.890
PV NEGATIF -69.101.210
NET B/C 4,88
PAYBACK PERIOD 2,89 Tahun

100
Lampiran 3. Proyeksi Laba Rugi Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Menggunakan Bahan Baku Kulit Sapi
TAHUN KE
URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENERIMAAN
Kerupuk Rambak 500 gram 63.000.000 88.200.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000
Kerupuk Rambak 250 gram 147.000.000 205.800.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000
TOTAL PENERIMAAN 210.000.000 294.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000
BIAYA VARIABEL
Kulit sapi basah 77.778.000 108.889.200 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000
Minyak goreng 5.687.500 7.962.500 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000
Kayu Bakar 7.875.000 11.025.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000
Lemak 28.000.000 39.200.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000
Arang 4.375.000 6.125.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000
Garam 240.000 336.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Minyak tanah 2.700.000 3.780.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
Kemasan besar 2.940.000 4.116.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000
Kemasan kecil 11.760.000 16.464.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000
Gas 2.250.000 3.150.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000
Bonus agen (kemasan besar) 1.102.500 1.543.500 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000
Bonus agen (kemasan kecil) 4.287.500 6.002.500 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000
TOTAL BIAYA VARIABEL 148.995.500 208.593.700 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000
LABA KOTOR 61.004.500 85.406.300 122.009.000 122.009.000 122.009.000 122.009.000 122.009.000 122.009.000 122.009.000 122.009.000
BIAYA TETAP
Transportasi 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Listrik 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
Telepon 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
PBB 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000
Upah (5 orang) 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000
TOTAL BIAYA TETAP 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000
Biaya Penyusutan 8.300.583 8.300.583 8.300.583 8.300.583 8.300.583 8.300.583 8.300.583 8.300.583 8.300.583 8.300.583
LABA BERSIH SEBELUM
PAJAK 2.863.917 27.265.717 63.868.417 63.868.417 63.868.417 63.868.417 63.868.417 63.868.417 63.868.417 63.868.417
PAJAK 286.392 2.726.572 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263
LABA BERSIH 2.577.525 24.539.145 56.788.154 56.788.154 56.788.154 56.788.154 56.788.154 56.788.154 56.788.154 56.788.154

101
Lampiran 4. Cash Flow Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Menggunakan Bahan Baku Kulit Kerbau
Tahun ke-
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
Kerupuk Rambak 500 gram 48.000.000 67.200.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000
Kerupuk Rambak 250 gram 165.000.000 231.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000
Nilai Sisa 36.866.667
TOTAL INFLOW 213.000.000 298.200.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 462.866.667
OUTFLOW
1. BIAYA INVESTASI
Lahan 30.000.000
Bangunan 15.000.000
Tempat penampungan limbah 3.000.000
Wajan penggorengan (besar) 925.000 925.000
Wajan Penggorengan (kecil) 600.000 600.000
Dandang 860.000 860.000
Panci 875.000 875.000
Drum perendam 750.000 750.000
Sesek (pisau) 770.000 770.000
Rigen 4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000
Kompor minyak 390.000 390.000
Kompor gas 820.000 820.000
Pengaduk 330.000 330.000
Ember 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Gayung 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
Timbangan 1.200.000
Lemari 800.000
Bakul plastik 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Tempat jemur 850.000
Pisau besar (golok) 600.000 600.000
Batu Gosok 160.000 160.000
Tungku api 240.000
Pompa air 500.000
Selang air 75.000 75.000
Tabung gas 700.000
102
Motor 15.500.000
TOTAL BIAYA INVESTASI 82.205.000 0 5.260.000 0 7.260.000 7.155.000 5.260.000 0 7.260.000 0
2. BIAYA TETAP
Transportasi 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000
Listrik 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000
Telepon 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
PBB 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000
Upah (4 orang) 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
TOTAL BIAYA TETAP 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000
3. BIAYA VARIABEL
Kulit kerbau basah 99.339.500 139.075.300 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000
Minyak goreng 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750
Kayu Bakar 8.100.000 11.340.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000
Lemak 28.400.000 39.760.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000
Arang 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750
Garam 240.000 336.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Minyak tanah 2.700.000 3.780.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
Kemasan besar 2.160.000 3.024.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000
Kemasan kecil 12.925.000 18.095.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000
Gas 2.062.500 2.887.500 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000
Bonus agen (kemasan besar) 840.000 1.176.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000
Bonus agen (kemasan kecil) 4.812.500 6.737.500 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000
TOTAL BIAYA VARIABEL 172.673.250 241.742.550 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500
Pajak 0 390.712 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317
TOTAL OUTFLOW 299.675.250 286.930.262 398.213.817 392.953.817 400.213.817 400.108.817 398.213.817 392.953.817 400.213.817 392.953.817
Net Benefit -86.675.250 11.269.738 27.786.183 33.046.183 25.786.183 25.891.183 27.786.183 33.046.183 25.786.183 69.912.850
Discount Factor 8,38% 0,9227 0,8513 0,7855 0,7248 0,6687 0,6170 0,5693 0,5253 0,4847 0,4472
PV/TAHUN -79.973.473 9.594.350 21.826.367 23.951.059 17.244.132 15.975.594 15.819.213 17.359.137 12.498.122 31.265.512
NPV Rp85.560.012
IRR 26,33%
PV POSITIF 165.533.485
PV NEGATIF -79.973.473
NET B/C 2,07
PAYBACK PERIOD 5,46 Tahun

103
Lampiran 5. Proyeksi Laba Rugi Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Menggunakan Bahan Baku Kulit Kerbau

TAHUN KE
URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENERIMAAN
Kerupuk Rambak 500 gram 48.000.000 67.200.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000
Kerupuk Rambak 250 gram 165.000.000 231.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000
TOTAL PENERIMAAN 213.000.000 298.200.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000
BIAYA VARIABEL
Kulit sapi basah 99.339.500 139.075.300 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000
Minyak goreng 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750
Kayu Bakar 8.100.000 11.340.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000
Lemak 28.400.000 39.760.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000
Arang 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750
Garam 240.000 336.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Minyak tanah 2.700.000 3.780.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
Kemasan besar 2.160.000 3.024.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000
Kemasan kecil 12.925.000 18.095.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000
Gas 2.062.500 2.887.500 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000
Bonus agen (kemasan besar) 840.000 1.176.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000
Bonus agen (kemasan kecil) 4.812.500 6.737.500 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000
TOTAL BIAYA VARIABEL 172.673.250 241.742.550 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500
LABA KOTOR 40.326.750 56.457.450 80.653.500 80.653.500 80.653.500 80.653.500 80.653.500 80.653.500 80.653.500 80.653.500
BIAYA TETAP
Transportasi 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000
Listrik 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000
Telepon 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
PBB 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000
Upah (4 orang) 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
TOTAL BIAYA TETAP 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000
Biaya Penyusutan 7.753.333 7.753.333 7.753.333 7.753.333 7.753.333 7.753.333 7.753.333 7.753.333 7.753.333 7.753.333
LABA BERSIH SEBELUM
PAJAK -12.223.583 3.907.117 28.103.167 28.103.167 28.103.167 28.103.167 28.103.167 28.103.167 28.103.167 28.103.167
PAJAK 0 390.712 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317
LABA BERSIH -12.223.583 3.516.405 25.292.850 25.292.850 25.292.850 25.292.850 25.292.850 25.292.850 25.292.850 25.292.850
104
Lampiran 6. Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Sapi Penurunan Penjualan Kemasan Kecil Sebesar 15,49%
Tahun ke-
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
Kerupuk Rambak 500 gram 63.000.000 88.200.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000
Kerupuk Rambak 250 gram 124.226.769 173.917.477 248.453.538 248.453.538 248.453.538 248.453.538 248.453.538 248.453.538 248.453.538 248.453.538
Nilai Sisa 38.604.167
TOTAL INFLOW 187.226.769 262.117.477 374.453.538 374.453.538 374.453.538 374.453.538 374.453.538 374.453.538 374.453.538 413.057.705
OUTFLOW
1. BIAYA INVESTASI
Lahan 31.800.000
Bangunan 15.375.000
Tempat penampungan limbah 3.000.000
Wajan penggorengan (besar) 1.110.000 1.110.000
Wajan Penggorengan (kecil) 750.000 750.000
Dandang 1.075.000 1.075.000
Panci 875.000 875.000
Drum perendam 625.000 625.000
Sesek (pisau) 825.000 825.000
Rigen 5.700.000 5.700.000 5.700.000 5.700.000 5.700.000
Kompor minyak 520.000 520.000
Kompor gas 820.000 820.000
Pengaduk 275.000 275.000
Ember 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000
Gayung 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
Timbangan 1.200.000
Lemari 800.000
Bakul plastik 1.875.000 1.875.000 1.875.000
Tempat jemur 1.020.000
Pisau besar (golok) 500.000 500.000
Batu Gosok 120.000 120.000
Tungku api 300.000
Pompa air 500.000
Selang air 75.000 75.000

105
Tabung gas 700.000
Motor 15.500.000
TOTAL BIAYA INVESTASI 85.770.000 0 6.130.000 0 8.005.000 7.570.000 6.130.000 0 8.005.000 0
2. BIAYA TETAP
Transportasi 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Listrik 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
Telepon 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
PBB 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000
Upah (5 orang) 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000
TOTAL BIAYA TETAP 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000
3. BIAYA VARIABEL
Kulit sapi basah 77.778.000 108.889.200 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000
Minyak goreng 5.687.500 7.962.500 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000
Kayu Bakar 7.875.000 11.025.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000
Lemak 28.000.000 39.200.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000
Arang 4.375.000 6.125.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000
Garam 240.000 336.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Minyak tanah 2.700.000 3.780.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
Kemasan besar 2.940.000 4.116.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000
Kemasan kecil 11.760.000 16.464.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000
Gas 2.250.000 3.150.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000
Bonus agen (kemasan besar) 1.102.500 1.543.500 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000
Bonus agen (kemasan kecil) 4.287.500 6.002.500 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000
TOTAL BIAYA VARIABEL 148.995.500 208.593.700 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000
Pajak 286.392 2.726.572 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263
TOTAL OUTFLOW 284.891.892 261.160.272 361.041.263 354.911.263 362.916.263 362.481.263 361.041.263 354.911.263 362.916.263 354.911.263
Net Benefit -97.665.123 957.205 13.412.276 19.542.276 11.537.276 11.972.276 13.412.276 19.542.276 11.537.276 58.146.442
Discount Factor 8,38% 0,9227 0,8513 0,7855 0,7248 0,6687 0,6170 0,5693 0,5253 0,4847 0,4472
PV/TAHUN -90.113.603 814.904 10.535.497 14.163.760 7.715.384 7.387.233 7.635.868 10.265.544 5.591.920 26.003.492
NPV Rp0
IRR 8,38%
PV POSITIF 90.113.603
PV NEGATIF -90.113.603
NET B/C 1,00
PAYBACK PERIOD 10 Tahun
106
Lampiran 7. Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Sapi Penurunan Penjualan Kemasan Besar Sebesar 36,15%
Tahun ke-
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
Kerupuk Rambak 500 gram 40.226.769 56.317.477 80.453.538 80.453.538 80.453.538 80.453.538 80.453.538 80.453.538 80.453.538 80.453.538
Kerupuk Rambak 250 gram 147.000.000 205.800.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000
Nilai Sisa 38.604.167
TOTAL INFLOW 187.226.769 262.117.477 374.453.538 374.453.538 374.453.538 374.453.538 374.453.538 374.453.538 374.453.538 413.057.705
OUTFLOW
1. BIAYA INVESTASI
Lahan 31.800.000
Bangunan 15.375.000
Tempat penampungan limbah 3.000.000
Wajan penggorengan (besar) 1.110.000 1.110.000
Wajan Penggorengan (kecil) 750.000 750.000
Dandang 1.075.000 1.075.000
Panci 875.000 875.000
Drum perendam 625.000 625.000
Sesek (pisau) 825.000 825.000
Rigen 5.700.000 5.700.000 5.700.000 5.700.000 5.700.000
Kompor minyak 520.000 520.000
Kompor gas 820.000 820.000
Pengaduk 275.000 275.000
Ember 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000
Gayung 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
Timbangan 1.200.000
Lemari 800.000
Bakul plastik 1.875.000 1.875.000 1.875.000
Tempat jemur 1.020.000
Pisau besar (golok) 500.000 500.000
Batu Gosok 120.000 120.000
Tungku api 300.000
Pompa air 500.000
Selang air 75.000 75.000

107
Tabung gas 700.000
Motor 15.500.000
TOTAL BIAYA INVESTASI 85.770.000 0 6.130.000 0 8.005.000 7.570.000 6.130.000 0 8.005.000 0
2. BIAYA TETAP
Transportasi 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Listrik 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
Telepon 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
PBB 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000
Upah (5 orang) 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000
TOTAL BIAYA TETAP 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000
3. BIAYA VARIABEL
Kulit sapi basah 77.778.000 108.889.200 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000
Minyak goreng 5.687.500 7.962.500 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000
Kayu Bakar 7.875.000 11.025.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000
Lemak 28.000.000 39.200.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000
Arang 4.375.000 6.125.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000
Garam 240.000 336.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Minyak tanah 2.700.000 3.780.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
Kemasan besar 2.940.000 4.116.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000
Kemasan kecil 11.760.000 16.464.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000
Gas 2.250.000 3.150.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000
Bonus agen (kemasan besar) 1.102.500 1.543.500 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000
Bonus agen (kemasan kecil) 4.287.500 6.002.500 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000
TOTAL BIAYA VARIABEL 148.995.500 208.593.700 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000
Pajak 286.392 2.726.572 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263
TOTAL OUTFLOW 284.891.892 261.160.272 361.041.263 354.911.263 362.916.263 362.481.263 361.041.263 354.911.263 362.916.263 354.911.263
Net Benefit -97.665.123 957.205 13.412.276 19.542.276 11.537.276 11.972.276 13.412.276 19.542.276 11.537.276 58.146.442
Discount Factor 8,38% 0,9227 0,8513 0,7855 0,7248 0,6687 0,6170 0,5693 0,5253 0,4847 0,4472
PV/TAHUN -90.113.603 814.904 10.535.497 14.163.760 7.715.384 7.387.233 7.635.868 10.265.544 5.591.920 26.003.492
NPV Rp0
IRR 8,38%
PV POSITIF 90.113.603
PV NEGATIF -90.113.603
NET B/C 1,00
PAYBACK PERIOD 10 Tahun
108
Lampiran 8. Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Sapi Penurunan Penjualan Kedua Kemasan Serentak 10,84%
Tahun ke-
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
Kerupuk Rambak 500 gram 56.168.031 78.635.243 112.336.061 112.336.061 112.336.061 112.336.061 112.336.061 112.336.061 112.336.061 112.336.061
Kerupuk Rambak 250 gram 131.058.738 183.482.234 262.117.477 262.117.477 262.117.477 262.117.477 262.117.477 262.117.477 262.117.477 262.117.477
Nilai Sisa 38.604.167
TOTAL INFLOW 187.226.769 262.117.477 374.453.538 374.453.538 374.453.538 374.453.538 374.453.538 374.453.538 374.453.538 413.057.705
OUTFLOW
1. BIAYA INVESTASI
Lahan 31.800.000
Bangunan 15.375.000
Tempat penampungan limbah 3.000.000
Wajan penggorengan (besar) 1.110.000 1.110.000
Wajan Penggorengan (kecil) 750.000 750.000
Dandang 1.075.000 1.075.000
Panci 875.000 875.000
Drum perendam 625.000 625.000
Sesek (pisau) 825.000 825.000
Rigen 5.700.000 5.700.000 5.700.000 5.700.000 5.700.000
Kompor minyak 520.000 520.000
Kompor gas 820.000 820.000
Pengaduk 275.000 275.000
Ember 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000
Gayung 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
Timbangan 1.200.000
Lemari 800.000
Bakul plastik 1.875.000 1.875.000 1.875.000
Tempat jemur 1.020.000
Pisau besar (golok) 500.000 500.000
Batu Gosok 120.000 120.000
Tungku api 300.000
Pompa air 500.000
Selang air 75.000 75.000

109
Tabung gas 700.000
Motor 15.500.000
TOTAL BIAYA INVESTASI 85.770.000 0 6.130.000 0 8.005.000 7.570.000 6.130.000 0 8.005.000 0
2. BIAYA TETAP
Transportasi 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Listrik 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
Telepon 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
PBB 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000
Upah (5 orang) 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000
TOTAL BIAYA TETAP 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000
3. BIAYA VARIABEL
Kulit sapi basah 77.778.000 108.889.200 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000
Minyak goreng 5.687.500 7.962.500 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000
Kayu Bakar 7.875.000 11.025.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000
Lemak 28.000.000 39.200.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000
Arang 4.375.000 6.125.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000
Garam 240.000 336.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Minyak tanah 2.700.000 3.780.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
Kemasan besar 2.940.000 4.116.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000
Kemasan kecil 11.760.000 16.464.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000
Gas 2.250.000 3.150.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000
Bonus agen (kemasan besar) 1.102.500 1.543.500 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000
Bonus agen (kemasan kecil) 4.287.500 6.002.500 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000
TOTAL BIAYA VARIABEL 148.995.500 208.593.700 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000 297.991.000
Pajak 286.392 2.726.572 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263
TOTAL OUTFLOW 284.891.892 261.160.272 361.041.263 354.911.263 362.916.263 362.481.263 361.041.263 354.911.263 362.916.263 354.911.263
Net Benefit -97.665.123 957.205 13.412.276 19.542.276 11.537.276 11.972.276 13.412.276 19.542.276 11.537.276 58.146.442
Discount Factor 8,38% 0,9227 0,8513 0,7855 0,7248 0,6687 0,6170 0,5693 0,5253 0,4847 0,4472
PV/TAHUN -90.113.603 814.904 10.535.497 14.163.760 7.715.384 7.387.233 7.635.868 10.265.544 5.591.920 26.003.492
NPV Rp0
IRR 8,38%
PV POSITIF 90.113.603
PV NEGATIF -90.113.603
NET B/C 1,00
PAYBACK PERIOD 10 Tahun
110
Lampiran 9. Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Sapi Kenaikan Harga Kulit Sapi Basah 29,28%
Tahun ke-
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
Kerupuk Rambak 500 gram 63.000.000 88.200.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000
Kerupuk Rambak 250 gram 147.000.000 205.800.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000
Nilai Sisa 38.604.167
TOTAL INFLOW 210.000.000 294.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 458.604.167
OUTFLOW
1. BIAYA INVESTASI
Lahan 31.800.000
Bangunan 15.375.000
Tempat penampungan limbah 3.000.000
Wajan penggorengan (besar) 1.110.000 1.110.000
Wajan Penggorengan (kecil) 750.000 750.000
Dandang 1.075.000 1.075.000
Panci 875.000 875.000
Drum perendam 625.000 625.000
Sesek (pisau) 825.000 825.000
Rigen 5.700.000 5.700.000 5.700.000 5.700.000 5.700.000
Kompor minyak 520.000 520.000
Kompor gas 820.000 820.000
Pengaduk 275.000 275.000
Ember 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000
Gayung 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
Timbangan 1.200.000
Lemari 800.000
Bakul plastik 1.875.000 1.875.000 1.875.000
Tempat jemur 1.020.000
Pisau besar (golok) 500.000 500.000
Batu Gosok 120.000 120.000
Tungku api 300.000
Pompa air 500.000
Selang air 75.000 75.000

111
Tabung gas 700.000
Motor 15.500.000
TOTAL BIAYA INVESTASI 85.770.000 0 6.130.000 0 8.005.000 7.570.000 6.130.000 0 8.005.000 0
2. BIAYA TETAP
Transportasi 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Listrik 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
Telepon 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
PBB 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000
Upah (5 orang) 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000
TOTAL BIAYA TETAP 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000
3. BIAYA VARIABEL
Kulit sapi basah 100.551.231 140.771.723 201.102.462 201.102.462 201.102.462 201.102.462 201.102.462 201.102.462 201.102.462 201.102.462
Minyak goreng 5.687.500 7.962.500 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000
Kayu Bakar 7.875.000 11.025.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000
Lemak 28.000.000 39.200.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000 56.000.000
Arang 4.375.000 6.125.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000
Garam 240.000 336.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Minyak tanah 2.700.000 3.780.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
Kemasan besar 2.940.000 4.116.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000
Kemasan kecil 11.760.000 16.464.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000
Gas 2.250.000 3.150.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000
Bonus agen (kemasan besar) 1.102.500 1.543.500 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000
Bonus agen (kemasan kecil) 4.287.500 6.002.500 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000
TOTAL BIAYA VARIABEL 171.768.731 240.476.223 343.537.462 343.537.462 343.537.462 343.537.462 343.537.462 343.537.462 343.537.462 343.537.462
Pajak 286.392 2.726.572 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263
TOTAL OUTFLOW 307.665.123 293.042.795 406.587.724 400.457.724 408.462.724 408.027.724 406.587.724 400.457.724 408.462.724 400.457.724
Net Benefit -97.665.123 957.205 13.412.276 19.542.276 11.537.276 11.972.276 13.412.276 19.542.276 11.537.276 58.146.442
Discount Factor 8,38% 0,9227 0,8513 0,7855 0,7248 0,6687 0,6170 0,5693 0,5253 0,4847 0,4472
PV/TAHUN -90.113.603 814.904 10.535.497 14.163.760 7.715.384 7.387.233 7.635.868 10.265.544 5.591.920 26.003.492
NPV Rp0
IRR 8,38%
PV POSITIF 90.113.603
PV NEGATIF -90.113.603
NET B/C 1,00
PAYBACK PERIOD 10 Tahun
112
Lampiran 10. Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Sapi Kenaikan Harga Lemak 81,33%
Tahun ke-
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
Kerupuk Rambak 500 gram 63.000.000 88.200.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000
Kerupuk Rambak 250 gram 147.000.000 205.800.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000 294.000.000
Nilai Sisa 38.604.167
TOTAL INFLOW 210.000.000 294.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 458.604.167
OUTFLOW
1. BIAYA INVESTASI
Lahan 31.800.000
Bangunan 15.375.000
Tempat penampungan limbah 3.000.000
Wajan penggorengan (besar) 1.110.000 1.110.000
Wajan Penggorengan (kecil) 750.000 750.000
Dandang 1.075.000 1.075.000
Panci 875.000 875.000
Drum perendam 625.000 625.000
Sesek (pisau) 825.000 825.000
Rigen 5.700.000 5.700.000 5.700.000 5.700.000 5.700.000
Kompor minyak 520.000 520.000
Kompor gas 820.000 820.000
Pengaduk 275.000 275.000
Ember 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000
Gayung 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
Timbangan 1.200.000
Lemari 800.000
Bakul plastik 1.875.000 1.875.000 1.875.000
Tempat jemur 1.020.000
Pisau besar (golok) 500.000 500.000
Batu Gosok 120.000 120.000
Tungku api 300.000
Pompa air 500.000
Selang air 75.000 75.000

113
Tabung gas 700.000
Motor 15.500.000
TOTAL BIAYA INVESTASI 85.770.000 0 6.130.000 0 8.005.000 7.570.000 6.130.000 0 8.005.000 0
2. BIAYA TETAP
Transportasi 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Listrik 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
Telepon 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
PBB 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000
Upah (5 orang) 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000 42.000.000
TOTAL BIAYA TETAP 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000 49.840.000
3. BIAYA VARIABEL
Kulit sapi basah 77.778.000 108.889.200 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000 155.556.000
Minyak goreng 5.687.500 7.962.500 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000 11.375.000
Kayu Bakar 7.875.000 11.025.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000
Lemak 50.773.231 71.082.523 101.546.462 101.546.462 101.546.462 101.546.462 101.546.462 101.546.462 101.546.462 101.546.462
Arang 4.375.000 6.125.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000 8.750.000
Garam 240.000 336.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Minyak tanah 2.700.000 3.780.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
Kemasan besar 2.940.000 4.116.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000 5.880.000
Kemasan kecil 11.760.000 16.464.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000 23.520.000
Gas 2.250.000 3.150.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000
Bonus agen (kemasan besar) 1.102.500 1.543.500 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000 2.205.000
Bonus agen (kemasan kecil) 4.287.500 6.002.500 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000 8.575.000
TOTAL BIAYA VARIABEL 171.768.731 240.476.223 343.537.462 343.537.462 343.537.462 343.537.462 343.537.462 343.537.462 343.537.462 343.537.462
Pajak 286.392 2.726.572 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263 7.080.263
TOTAL OUTFLOW 307.665.123 293.042.795 406.587.724 400.457.724 408.462.724 408.027.724 406.587.724 400.457.724 408.462.724 400.457.724
Net Benefit -97.665.123 957.205 13.412.276 19.542.276 11.537.276 11.972.276 13.412.276 19.542.276 11.537.276 58.146.442
Discount Factor 8,38% 0,9227 0,8513 0,7855 0,7248 0,6687 0,6170 0,5693 0,5253 0,4847 0,4472
PV/TAHUN -90.113.603 814.904 10.535.497 14.163.760 7.715.384 7.387.233 7.635.868 10.265.544 5.591.920 26.003.492
NPV Rp0
IRR 8,38%
PV POSITIF 90.113.603
PV NEGATIF -90.113.603
NET B/C 1,00
PAYBACK PERIOD 10 Tahun
114
Lampiran 11. Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Kerbau Penurunan Penjualan Kemasan Kecil Sebesar 4,41%
Tahun ke-
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
Kerupuk Rambak 500 gram 48.000.000 67.200.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000
Kerupuk Rambak 250 gram 157.724.285 220.813.998 315.448.569 315.448.569 315.448.569 315.448.569 315.448.569 315.448.569 315.448.569 315.448.569
Nilai Sisa 36.866.667
TOTAL INFLOW 205.724.285 288.013.998 411.448.569 411.448.569 411.448.569 411.448.569 411.448.569 411.448.569 411.448.569 448.315.236
OUTFLOW
1. BIAYA INVESTASI
Lahan 30.000.000
Bangunan 15.000.000
Tempat penampungan limbah 3.000.000
Wajan penggorengan (besar) 925.000 925.000
Wajan Penggorengan (kecil) 600.000 600.000
Dandang 860.000 860.000
Panci 875.000 875.000
Drum perendam 750.000 750.000
Sesek (pisau) 770.000 770.000
Rigen 4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000
Kompor minyak 390.000 390.000
Kompor gas 820.000 820.000
Pengaduk 330.000 330.000
Ember 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Gayung 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
Timbangan 1.200.000
Lemari 800.000
Bakul plastik 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Tempat jemur 850.000
Pisau besar (golok) 600.000 600.000
Batu Gosok 160.000 160.000
Tungku api 240.000
Pompa air 500.000
Selang air 75.000 75.000

115
Tabung gas 700.000
Motor 15.500.000
TOTAL BIAYA INVESTASI 82.205.000 0 5.260.000 0 7.260.000 7.155.000 5.260.000 0 7.260.000 0
2. BIAYA TETAP
Transportasi 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000
Listrik 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000
Telepon 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
PBB 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000
Upah (4 orang) 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
TOTAL BIAYA TETAP 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000
3. BIAYA VARIABEL
Kulit kerbau basah 99.339.500 139.075.300 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000
Minyak goreng 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750
Kayu Bakar 8.100.000 11.340.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000
Lemak 28.400.000 39.760.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000
Arang 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750
Garam 240.000 336.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Minyak tanah 2.700.000 3.780.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
Kemasan besar 2.160.000 3.024.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000
Kemasan kecil 12.925.000 18.095.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000
Gas 2.062.500 2.887.500 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000
Bonus agen (kemasan besar) 840.000 1.176.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000
Bonus agen (kemasan kecil) 4.812.500 6.737.500 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000
TOTAL BIAYA VARIABEL 172.673.250 241.742.550 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500
Pajak 0 390.712 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317
TOTAL OUTFLOW 299.675.250 286.930.262 398.213.817 392.953.817 400.213.817 400.108.817 398.213.817 392.953.817 400.213.817 392.953.817
Net Benefit -93.950.965 1.083.737 13.234.752 18.494.752 11.234.752 11.339.752 13.234.752 18.494.752 11.234.752 55.361.419
Discount Factor 8,38% 0,9227 0,8513 0,7855 0,7248 0,6687 0,6170 0,5693 0,5253 0,4847 0,4472
PV/TAHUN -86.686.626 922.626 10.396.051 13.404.541 7.513.076 6.996.949 7.534.801 9.715.281 5.445.292 24.758.011
NPV Rp0
IRR 8,38%
PV POSITIF 86.686.626
PV NEGATIF -86.686.626
NET B/C 1,00
PAYBACK PERIOD 10 Tahun
116
Lampiran 12. Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Kerbau Penurunan Penjualan Kemasan Besar Sebesar 15,16%
Tahun ke-
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
Kerupuk Rambak 500 gram 40.724.285 57.013.998 81.448.569 81.448.569 81.448.569 81.448.569 81.448.569 81.448.569 81.448.569 81.448.569
Kerupuk Rambak 250 gram 165.000.000 231.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000
Nilai Sisa 36.866.667
TOTAL INFLOW 205.724.285 288.013.998 411.448.569 411.448.569 411.448.569 411.448.569 411.448.569 411.448.569 411.448.569 448.315.236
OUTFLOW
1. BIAYA INVESTASI
Lahan 30.000.000
Bangunan 15.000.000
Tempat penampungan limbah 3.000.000
Wajan penggorengan (besar) 925.000 925.000
Wajan Penggorengan (kecil) 600.000 600.000
Dandang 860.000 860.000
Panci 875.000 875.000
Drum perendam 750.000 750.000
Sesek (pisau) 770.000 770.000
Rigen 4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000
Kompor minyak 390.000 390.000
Kompor gas 820.000 820.000
Pengaduk 330.000 330.000
Ember 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Gayung 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
Timbangan 1.200.000
Lemari 800.000
Bakul plastik 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Tempat jemur 850.000
Pisau besar (golok) 600.000 600.000
Batu Gosok 160.000 160.000
Tungku api 240.000
Pompa air 500.000
Selang air 75.000 75.000

117
Tabung gas 700.000
Motor 15.500.000
TOTAL BIAYA INVESTASI 82.205.000 0 5.260.000 0 7.260.000 7.155.000 5.260.000 0 7.260.000 0
2. BIAYA TETAP
Transportasi 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000
Listrik 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000
Telepon 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
PBB 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000
Upah (4 orang) 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
TOTAL BIAYA TETAP 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000
3. BIAYA VARIABEL
Kulit kerbau basah 99.339.500 139.075.300 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000
Minyak goreng 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750
Kayu Bakar 8.100.000 11.340.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000
Lemak 28.400.000 39.760.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000
Arang 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750
Garam 240.000 336.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Minyak tanah 2.700.000 3.780.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
Kemasan besar 2.160.000 3.024.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000
Kemasan kecil 12.925.000 18.095.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000
Gas 2.062.500 2.887.500 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000
Bonus agen (kemasan besar) 840.000 1.176.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000
Bonus agen (kemasan kecil) 4.812.500 6.737.500 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000
TOTAL BIAYA VARIABEL 172.673.250 241.742.550 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500
Pajak 0 390.712 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317
TOTAL OUTFLOW 299.675.250 286.930.262 398.213.817 392.953.817 400.213.817 400.108.817 398.213.817 392.953.817 400.213.817 392.953.817
Net Benefit -93.950.965 1.083.737 13.234.752 18.494.752 11.234.752 11.339.752 13.234.752 18.494.752 11.234.752 55.361.419
Discount Factor 8,38% 0,9227 0,8513 0,7855 0,7248 0,6687 0,6170 0,5693 0,5253 0,4847 0,4472
PV/TAHUN -86.686.626 922.626 10.396.051 13.404.541 7.513.076 6.996.949 7.534.801 9.715.281 5.445.292 24.758.011
NPV Rp0
IRR 8,38%
PV POSITIF 86.686.626
PV NEGATIF -86.686.626
NET B/C 1,00
PAYBACK PERIOD 10 Tahun
118
Lampiran 13. Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Kerbau Penurunan Penjualan Kedua Kemasan Serentak 3,41%
Tahun ke-
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
Kerupuk Rambak 500 gram 46.360.402 64.904.563 92.720.804 92.720.804 92.720.804 92.720.804 92.720.804 92.720.804 92.720.804 92.720.804
Kerupuk Rambak 250 gram 159.363.882 223.109.435 318.727.765 318.727.765 318.727.765 318.727.765 318.727.765 318.727.765 318.727.765 318.727.765
Nilai Sisa 36.866.667
TOTAL INFLOW 205.724.285 288.013.998 411.448.569 411.448.569 411.448.569 411.448.569 411.448.569 411.448.569 411.448.569 448.315.236
OUTFLOW
1. BIAYA INVESTASI
Lahan 30.000.000
Bangunan 15.000.000
Tempat penampungan limbah 3.000.000
Wajan penggorengan (besar) 925.000 925.000
Wajan Penggorengan (kecil) 600.000 600.000
Dandang 860.000 860.000
Panci 875.000 875.000
Drum perendam 750.000 750.000
Sesek (pisau) 770.000 770.000
Rigen 4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000
Kompor minyak 390.000 390.000
Kompor gas 820.000 820.000
Pengaduk 330.000 330.000
Ember 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Gayung 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
Timbangan 1.200.000
Lemari 800.000
Bakul plastik 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Tempat jemur 850.000
Pisau besar (golok) 600.000 600.000
Batu Gosok 160.000 160.000
Tungku api 240.000
Pompa air 500.000
Selang air 75.000 75.000

119
Tabung gas 700.000
Motor 15.500.000
TOTAL BIAYA INVESTASI 82.205.000 0 5.260.000 0 7.260.000 7.155.000 5.260.000 0 7.260.000 0
2. BIAYA TETAP
Transportasi 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000
Listrik 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000
Telepon 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
PBB 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000
Upah (4 orang) 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
TOTAL BIAYA TETAP 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000
3. BIAYA VARIABEL
Kulit kerbau basah 99.339.500 139.075.300 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000
Minyak goreng 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750
Kayu Bakar 8.100.000 11.340.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000
Lemak 28.400.000 39.760.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000
Arang 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750
Garam 240.000 336.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Minyak tanah 2.700.000 3.780.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
Kemasan besar 2.160.000 3.024.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000
Kemasan kecil 12.925.000 18.095.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000
Gas 2.062.500 2.887.500 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000
Bonus agen (kemasan besar) 840.000 1.176.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000
Bonus agen (kemasan kecil) 4.812.500 6.737.500 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000
TOTAL BIAYA VARIABEL 172.673.250 241.742.550 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500
Pajak 0 390.712 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317
TOTAL OUTFLOW 299.675.250 286.930.262 398.213.817 392.953.817 400.213.817 400.108.817 398.213.817 392.953.817 400.213.817 392.953.817
Net Benefit -93.950.965 1.083.737 13.234.752 18.494.752 11.234.752 11.339.752 13.234.752 18.494.752 11.234.752 55.361.419
Discount Factor 8,38% 0,9227 0,8513 0,7855 0,7248 0,6687 0,6170 0,5693 0,5253 0,4847 0,4472
PV/TAHUN -86.686.626 922.626 10.396.051 13.404.541 7.513.076 6.996.949 7.534.801 9.715.281 5.445.292 24.758.011
NPV Rp0
IRR 8,38%
PV POSITIF 86.686.626
PV NEGATIF -86.686.626
NET B/C 1,00
PAYBACK PERIOD 10 Tahun
120
Lampiran 14. Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Kerbau Kenaikan Harga Kulit Kerbau Basah Sebesar 7,32%
Tahun ke-
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
Kerupuk Rambak 500 gram 48.000.000 67.200.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000
Kerupuk Rambak 250 gram 165.000.000 231.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000
Nilai Sisa 36.866.667
TOTAL INFLOW 213.000.000 298.200.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 462.866.667
OUTFLOW
1. BIAYA INVESTASI
Lahan 30.000.000
Bangunan 15.000.000
Tempat penampungan limbah 3.000.000
Wajan penggorengan (besar) 925.000 925.000
Wajan Penggorengan (kecil) 600.000 600.000
Dandang 860.000 860.000
Panci 875.000 875.000
Drum perendam 750.000 750.000
Sesek (pisau) 770.000 770.000
Rigen 4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000
Kompor minyak 390.000 390.000
Kompor gas 820.000 820.000
Pengaduk 330.000 330.000
Ember 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Gayung 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
Timbangan 1.200.000
Lemari 800.000
Bakul plastik 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Tempat jemur 850.000
Pisau besar (golok) 600.000 600.000
Batu Gosok 160.000 160.000
Tungku api 240.000
Pompa air 500.000
Selang air 75.000 75.000

121
Tabung gas 700.000
Motor 15.500.000
TOTAL BIAYA INVESTASI 82.205.000 0 5.260.000 0 7.260.000 7.155.000 5.260.000 0 7.260.000 0
2. BIAYA TETAP
Transportasi 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000
Listrik 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000
Telepon 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
PBB 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000
Upah (4 orang) 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
TOTAL BIAYA TETAP 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000
3. BIAYA VARIABEL
Kulit kerbau basah 106.615.215 149.261.302 213.230.431 213.230.431 213.230.431 213.230.431 213.230.431 213.230.431 213.230.431 213.230.431
Minyak goreng 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750
Kayu Bakar 8.100.000 11.340.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000
Lemak 28.400.000 39.760.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000
Arang 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750
Garam 240.000 336.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Minyak tanah 2.700.000 3.780.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
Kemasan besar 2.160.000 3.024.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000
Kemasan kecil 12.925.000 18.095.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000
Gas 2.062.500 2.887.500 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000
Bonus agen (kemasan besar) 840.000 1.176.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000
Bonus agen (kemasan kecil) 4.812.500 6.737.500 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000
TOTAL BIAYA VARIABEL 179.948.965 251.928.552 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931
Pajak 0 390.712 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317
TOTAL OUTFLOW 306.950.965 297.116.263 412.765.248 407.505.248 414.765.248 414.660.248 412.765.248 407.505.248 414.765.248 407.505.248
Net Benefit -93.950.965 1.083.737 13.234.752 18.494.752 11.234.752 11.339.752 13.234.752 18.494.752 11.234.752 55.361.419
Discount Factor 8,38% 0,9227 0,8513 0,7855 0,7248 0,6687 0,6170 0,5693 0,5253 0,4847 0,4472
PV/TAHUN -86.686.626 922.626 10.396.051 13.404.541 7.513.076 6.996.949 7.534.801 9.715.281 5.445.292 24.758.011
NPV Rp0
IRR 8,38%
PV POSITIF 86.686.626
PV NEGATIF -86.686.626
NET B/C 1,00
PAYBACK PERIOD 10 Tahun
122
Lampiran 15. Hasil Switching Value Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Kerbau Kenaikan Harga Lemak Sebesar 25,62%
Tahun ke-
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
Kerupuk Rambak 500 gram 48.000.000 67.200.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000
Kerupuk Rambak 250 gram 165.000.000 231.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000
Nilai Sisa 36.866.667
TOTAL INFLOW 213.000.000 298.200.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 462.866.667
OUTFLOW
1. BIAYA INVESTASI
Lahan 30.000.000
Bangunan 15.000.000
Tempat penampungan limbah 3.000.000
Wajan penggorengan (besar) 925.000 925.000
Wajan Penggorengan (kecil) 600.000 600.000
Dandang 860.000 860.000
Panci 875.000 875.000
Drum perendam 750.000 750.000
Sesek (pisau) 770.000 770.000
Rigen 4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000
Kompor minyak 390.000 390.000
Kompor gas 820.000 820.000
Pengaduk 330.000 330.000
Ember 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Gayung 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
Timbangan 1.200.000
Lemari 800.000
Bakul plastik 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Tempat jemur 850.000
Pisau besar (golok) 600.000 600.000
Batu Gosok 160.000 160.000
Tungku api 240.000
Pompa air 500.000
Selang air 75.000 75.000

123
Tabung gas 700.000
Motor 15.500.000
TOTAL BIAYA INVESTASI 82.205.000 0 5.260.000 0 7.260.000 7.155.000 5.260.000 0 7.260.000 0
2. BIAYA TETAP
Transportasi 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000
Listrik 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000
Telepon 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
PBB 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000
Upah (4 orang) 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
TOTAL BIAYA TETAP 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000
3. BIAYA VARIABEL
Kulit kerbau basah 99.339.500 139.075.300 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000
Minyak goreng 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750
Kayu Bakar 8.100.000 11.340.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000
Lemak 35.675.715 49.946.002 71.351.431 71.351.431 71.351.431 71.351.431 71.351.431 71.351.431 71.351.431 71.351.431
Arang 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750
Garam 240.000 336.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
Minyak tanah 2.700.000 3.780.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
Kemasan besar 2.160.000 3.024.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000
Kemasan kecil 12.925.000 18.095.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000
Gas 2.062.500 2.887.500 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000
Bonus agen (kemasan besar) 840.000 1.176.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000
Bonus agen (kemasan kecil) 4.812.500 6.737.500 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000
TOTAL BIAYA VARIABEL 179.948.965 251.928.552 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931
Pajak 0 390.712 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317
TOTAL OUTFLOW 306.950.965 297.116.263 412.765.248 407.505.248 414.765.248 414.660.248 412.765.248 407.505.248 414.765.248 407.505.248
Net Benefit -93.950.965 1.083.737 13.234.752 18.494.752 11.234.752 11.339.752 13.234.752 18.494.752 11.234.752 55.361.419
Discount Factor 8,38% 0,9227 0,8513 0,7855 0,7248 0,6687 0,6170 0,5693 0,5253 0,4847 0,4472
PV/TAHUN -86.686.626 922.626 10.396.051 13.404.541 7.513.076 6.996.949 7.534.801 9.715.281 5.445.292 24.758.011
NPV Rp0
IRR 8,38%
PV POSITIF 86.686.626
PV NEGATIF -86.686.626
NET B/C 1,00
PAYBACK PERIOD 10 Tahun
124

Anda mungkin juga menyukai