Kompensasi Bagi Manajemen
Kompensasi Bagi Manajemen
2. Metode bonus didasarkan pada persentase tertentu dari laba setelah tingkat laba per tahun
(EPS) minimum tercapai.
Dana bonus = X5 x (Laba bersih – Total EPS minimum)
Dari contoh sebelumnya, dengan tambahan informasi jumlah lembar saham dan EPS
minimum adalah sebagai berikut:
Estimasi tingkat laba yang diinginkan Rp100 juta
Jumlah bonus yang diinginkan Rp10 juta
Jumlah saham yang beredar Rp10 juta lembar.
Laba per saham minimum sebelum pembayaran bonus adalah Rp5
Dana bonus dihitung dengan formula sebagai berikut:
Dana bonus = X5 x (rp100 juta – (Rp5 x 10juta))
Rp10 juta = Rp50 juta X%
X5 = 20%
Dengan demikian besarnya bonus dihitung dengan mengalikan presentase bonus dengan
laba bersih setelah dikurangi dengan pembayaran sebesar Rp5 per lembar saham.
Metode ini tidak memperhitungkan kenaikan dari laba yang diinvestasikan kembali. Agar
metode ini tetap relevan digunakan, maka laba per lembar saham (EPS) minimum harus
disesuaikan untuk tahun-tahun berikutnya dengan cara meningkatkan angka minimum EPS
dengan presentase tertentu dari kenaikan laba yang ditahan. Dari contoh sebelumnya,
diasumsikan bahwa laba diestimasi sebesar Rp100 juta sebelum bonus dan dividen yang
dibagikan kepada pemgang saham sebesar Rp60 juta. Pajak penghasilan atas bonus 50%.
Rencana ini harus dapat memberikan kembalian minimum (ROI) dari sebesar 6% dari
return tambahan karena tambahan investasi sebelum bonus dibayarkan. Dengan demikian
besarnya laba per lembar saham (EPS) minimum sebesar Rp5 harus disesuaikan untuk
tahun yang akan datang sebagai berikut:
Kenaikan laba ditahan:
= Rp100 juta (laba) – Rp5 juta (bonus setelah pajak) – Rp60 juta (dividen) = Rp35 juta.
3. Metode lain yang menghubungkan laba dengan modal yang digunakan. Modal dalam hal
ini adalah kekayaan pemegang saham ditambah hutang jangka panjang. Bonus dalam hal
ini sama dengan persentase laba sebelum pajak dan bunga ini sama dengan presentase laba
sebelum pajak dan bunga atas utang jangka panjang minus beban modal atas total kekayaan
pemegang saham ditmbah hutang jangka panjang.
Perusahaan yang memakai metode ini mendasari pada alasan bahwa kinerja manajemen
hendaknya didasarkan pada penggunaan asset neto yang menghasilkan laba, dan karena
proporsi utang jangka panjang terhadap modal ditentukan oleh kebijakan keuangan, tidak
hanya oleh manajer operasional, maka proporsi ini seharusnya tidak berpengaruh terhadap
penilaian kinerja operasional.
4. Metode lain yang digunakan adalah sama dengan metode ke-3 tetapi pengertian modal
dalam hal ini sama dengan kekayaan pemegang saham.
Kesulitan dari metode ketiga dan keempat ini adalah jika pada satu tahun mengalami
kerugian akan mengurangi kekayaan pemegang saham, sebaliknya meningkatnya bonus
yang harus dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan.
5. Bonus didasarkan pada kenaikan profitabilitas suatu tahun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
6. Bonus didasarkan pada kemampuan memperoleh laba perusahaan yang relative
dibandingkan dengan kemampuan memperoleh laba industry. Mencari data industry yang
dapat diperbandingkan mungkin saja sulit, karena hanya beberapa perusahaan saja yang
mempunyai campuran produk dan sistem akuntansi yang sama. Akibatnya metode ini dapat
memberikan bonus yang tinggi pada tahun-tahun yang pas-pasan karena salah satu atau
lebih komponen industry pesaing mengalami tahun yang buruk.
CARRYOVERS. (228) Merupakan rencana insentif jangka pendek, dimana diatur agar setiap
tahun selalu dibagi bonus, dan bonus yang dibagikan tidak tergantung pada besarnya laba. Cara
yang biasa dilakukan adalah dengan membentuk rekening khusus dana bonus, dan distribusi yang
merata setiap tahun, misalnya dengan pemberian gaji ke-13 dan 14. Setiap tahun komisi dari dewan
komisaris menentukan berapa besarnya bonus yang ditambahkan pada carryover (dana bonus) dan
berapa banyak carryover diakumulasikan untuk digunakan jika bonus kegiatannya terlalu rendah.
Keuntungan dari metode ini adalah: (1) fleksibel yaitu pemberian bonus tidak ditentukan secara
otomatis lewat formula dan dipengaruhi oleh judgement dewan komsaris, dan (2) mengurangi
anggapan bahwa bonus didasarkan pada formula tertentu. Jadi pada saat tahun baik, bonus yang
dibagi tidak terlalu besar, tetapi pada tahun jelek, sisa bonus tahun baik dapat ditambahkan.
Sedangkan kelemahan metode ini adalah tidak secara langsung menggambarkan kinejra
sesungguhnya saat ini.
KOMPENSASI YANG DITUNDA (229). Jumlah bonus dihitung setiap tahun, pembayarannya
bisa saja dilakukan bebearpa kali sepanjang periode tertentu, misalnya lima tahun. Dengan sistem
ini pegawai hanya menerima seperlima (20%) dari jumlah bonus yang diperoleh pada tahun
pertama, sisanya diterima merata pada empat tahun berikutnya. Tahun kedua, pegawai akan
menerima sebesar seperlima (20%) laba tahun kedua dan 20% dari laba tahun pertama, dan
Seterusnya. Gambar 12.1 menggambarkan penggunaan metode ini. Dari gambar tersebut dapat
diketahui bahwa jumlah bonus tahun pertama akan dibagikan secara merata selama 5 tahun. Tahun
kedua dan seterusnya bonus akan dibagikan secara merata selama 5 tahun.
Penundaan pembayaran seperti ini mempunyai beberapa keuntungan.
Manajer bisa mengestimasi dengan akurasi yang rasional pendapatan tunai mereka untuk
tahun mendatang.
Tahun Bonus Bonus Bonus Bonus Bonus Bonus
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
1 20%
2 20% 20%
3 20% 20% 20%
4 20% 20% 20% 20%
5 20% 20% 20% 20% 20%
6 20% 20% 20% 20% 20%
7 20% 20% 20% 20%
8 20% 20% 20%
9 20% 20%
10 20%
Pembayaran yang ditunda meratakan penerimaan kas manajer, karena pengaruh fluktuasi
siklik
Seorang manajer yang berhenti akan terus menerima pembayaran sampai beberapa tahun
kemudian. Hal ini tidak hanya merupakan tambahan pesangon saja tetapi juga akan
mengurangi beban pajak karena pajak penghasilan atas pesangon biasanya lebih rendah
dari pada selagi bekerja.
Dengan ditundanya waktu pembayaran akan mendorong pemikiran yang lebih jauh untuk
menghasilkan keputusan yang tepat.
Kelemahan metode bonus yang ditunda adalah bahwa bonus yang menjadi hak manajer tidak
sepenuhnya diterima pada tahun bonus dihasilkan. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya
motivasi secara langsung dari insentif, karena bonus tidak berhubungan langsung dengan laba atau
kinerja. Selain itu manajer yang meninggalkan perusahaan secara tiba-tiba tidak akan menerima
sisa bonus yang menjadi haknya.
RENCANA INSENTIF JANGKA PANJANG (230)
Kompensasi insentif jangka panjang dihubungkan dengan nilai atau harga saham di pasar modal.
Alasan mendasar penerapan rencana ini adalah bahwa pertumbuhan dalam nilai modal saham
perusahaan menunjukkan prestasi perusahaan dalam jangka panjang. Ada beberapa tiper rencana
seperti ini.
STOCK OPTIONS. Stock options adalah hak untuk membeli sejumlah saham dengan harga yang
disetujui pada saat itu dilakukan (biasanya harga pasar atau 95% dari harga pasar saat ini) selama
periode tertentu di masa yang akan datang. Keuntungan dengan cara ini bisa mengarahkan
kemampuan manajer ke arah kinerja jangka panjang tanpa mengabaikan jangka pendek.
PHANTOM STOCK. Phantom stock yaitu memberi penghargaan kepada manajer dengan
sejumlah saham secara akuntansi saja. Pada akhir periode yang telah ditentukan (misalnya lima
tahun) manajer diberi hak untuk memperoleh hadiah seimbang dengan kenaikan harga saham
(apresiasi) sejak tanggal pemberian hadiah tersebut. Tidak seperti stock option, phantom stock
tidak mempunyai biaya transaksi. Beberapa rencana stock option menghendaki manajer tersebut
memegang saham tersebut untuk periode tertentu setelah dibeli dan ini mengakibatkan risiko
penurunan harga pasar dan biaya bunga yang bersamaan dengan saham. Risiko dan biaya ini tidak
ada pada rencana phantom stock.
STOCK APPRECIATION RIGHTS. Stock Appreciation Rights merupakan hak untuk menerima
pembayaran kas didasarkan pada peningkatan nilai saham sejak saat pemberian hadiah hingga
periode yang telah ditentukan dimasa mendatang. Baik phantom shares maupun stock appreciation
rights merupakan bentuk pemberian bonus kas yang ditunda, dimana jumlah bonus tersebut
merupakan fungsi harga pasar dari saham perusahaan bersangkutan.
PERFOMANCE SHARES. Rencana Perfomance shares memberikan pengharagaan jumlah saham
tertentu pada manajer apabila tujuan jangka panjang telah tercapai. Biasanya, tujuan yang
dimaksud dalam hal ini adalah persentase tertntu pertumbuhan laba per lembar saham untuk
periode tiga hingga lima tahun; sehingga ia tidak dipengaruhi oleh harga saham. Rencana ini
mempunyai keuntungan karena penghargaan ini didasarkan pada kinerja yang bisa diawasi,
setidaknya oleh pimpinan. Juga penghargaan seperti ini tidak tergantung pada peningkatan harga
saham walaupun peningkatan laba nantinya juga menghasilkan peningkatan harga saham.
Namun cara seperti ini juga mempunyai kelemahan yakni keterbatasan penentuan dasar bonus
untuk menghitung ukuran kinerja, tindakan eksekutif puncak yang menaikkan laba per lembar
saham, untuk beberapa kondisi, tidak mendorong pertumbuhan kekayaan perusahaan.
PERFOMANCE UNITS. Penghargaan atas kinerja yaitu menerima bonus berupa kas atas
tercapainya target jangka panjang tertentu. Rencana ini merupakan kombinasi dari stock
appreciation rights dan performance share. Rencana ini digunakan untuk perusahaan yang tidak
memiliki saham. Keberhasilan dari rencana ini tergantung pada kehati-hatian dalam menetapkan
target jangka panjang.
INSENTIF UNTUK CORPORATE OFFICER (231)
Setiap pemimpin perusahaan, kecuali chief executive office ikut bertanggung jawab, walaupun
sebagian, terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. Pimpinan seperti ini dinilai dan
dimotivasi atas dasar bonus untuk kinerja yang baik. Walaupun bagian kinerja yang mereka
hasilkan tidak bisa diukur.
Untuk mendorong motivasi yang diinginkan, pimpinan puncak biasanya mendasarkan pada
perhitungan kinerja masing-masing orang. Perhitungan seperti itu biasanya tidak terlepas dari
subyektivitas. Beberapa perusahaan menerapkan management by objectives untuk tujuan tertentu
yang disetujui pada awal tahun dan pencapaian tujuan tersebut dihitung oleh pimpinan puncak.
KOMPENSASI CEO (CHIEF EXECUTIFE OFFICER) 232
Kompensasi untuk CEO biasanya didiskusikan oleh panitia kompensasi dari dewan direktur
setelah CEO mempresentasikan rekomendasi kompensasi untuk bawahannya. Dari presentasi ini,
sikap dasar CEO tentang keinginan persentase tertentu atas kompensasi insentif yang diberikan
bisa dilihat nantinya. Dalam keadaan biasa, panitia secara sederhana menerapkan persentase yang
sama untuk kompensasi CEO. Namun, panitia biasanya memberi tanda untuk kinerja CEO yang
berbeda dengan memutuskan apakah memberikan persentase yang lebih tingi atau lebih rendah.
Hal ini, barangkali lebih dari sekedar ungkapan opini dewan direktur, hal ini merupakan pertanda
penting bagaimana dewan direktur menghargai kinerja bawahannya. Hal ini harus disertai
penjelasan yang jelas.
Beberapa orang yang meyakini bahwa kompensasi untuk para eksekutif di Amerika cukup tinggi
dan sering tidak dihubungkan dengan kinerja perusahaan. Direktur yang tidak berhubungan dalam
memutuskan kompensasi merspon bahwa kontribusi dari CEO yang berkinerja luar biasa adalah
bagian kecil saja dari laba yang dihasilkan dari keputusan mereka dan mereka harus menetapkan
kompensasi CEO pada tingkat yang menguntungkan jika dibandingkan dengan perusahaan
pesaing.
Majalah Forbes di AS, tiap tahun menerbitkan daftar kompensasi ratusan CEO yang dibandingkan
dengan laba yang menjadi tanggung jawab CEO tersebut. Walaupun laporan tersebut subyektif,
namun pesan mendasarnya pada beberapa keadaan kompensasi memiliki keterkaitan yang tinggi
dengan kinerja, namun hal ini tidak merupakan pola umum. Lebih lagi, ada perbedaan
pertimbangan dalam pemberian kompensasi. Di setiap kegiatan, yang memberi mereka
kemampuan dan kecakapan yang berbeda, dengan menyatakan kompensasi menurut harga pasar
hamper tidak mungkin.
INSENTIF UNTUK MANAJEMEN UNIT BISNIS
Beberapa bentuk pilihan dalam pengembangan paket kompensasi insentif untuk manajer unit
usaha diuraikan berikut ini:
A. Tipe Insentif
1. Penghargaan keuangan
a. Peningkatan gaji
b. Bonus
c. Kesejahteraan
d. Penghasilan tambahan
2. Penghargaan social dan psikologi
a. Kemungkinan promosi
b. Pemberian tanggung jawab
c. Pemberian otonomi
d. Menempatkan ke wilayah yang lebih baik
e. Pengakuan
B. Ukuran Relatif Bonus Terhadap Gaji
1. Upper cutoffs yakni tingkat prestasi dimana bonus maksimum bisa dicapai
2. Lower cutoffs yakni tingkatan bawah dimana tidak ada bonus yang diberikan.
Keduanya mempunyai efek sampingan yang tidak diinginkan. Apabila manajer unit usaha
mengakui baik jumlah bonus maksimum yang dicapai maupun tidak ada bonus, pengaruh
motivasi atas sistem bonus bisa lain dengan tujuan perusahaan. Karena ingin meningkatkan
laba pada periode berjalan, manajer termotivasi untuk menurunkan tingkat laba pada satu
tahun (dengan cara mengeluarkan lebih banyak biaya kebijakan, seperti iklan dan litbang)
dengan harapan dengan menciptakan kesempatan bonus yang tinggi pada tahun berikutnya.
Walaupun ini hanya masalah waktu pengeluaran biaya, tapi tindakan seperti ini tidak
diperbolehkan.
C. Bonus Atas Dasar
1. Laba unit usaha
2. Laba perusahaan
3. Kombinasi laba unit usaha dan perusahaan
D. Kreteria Kinerja
1. Kriteria keuangan
a. Konstribusi margin
b. Laba langsung unit usaha
c. Laba unit usaha yang bisa dikontrol
d. Laba sebelum pajak
e. Laba bersih
f. Return on investment
g. Residual income
Jika unit usaha adalah pusat laba, pilihan kriteria keuangan termasuk; kontribusi margin,
laba unit usaha langsung, laba unit usaha yang bisa dikontrol, laba sebelum pajak, dan
laba bersih. Jika unit usaha tersebut pusat investasi, maka keputusan yang diambil
tergantung pada 1, definisi pada laba itu sendiri, 2, difinisi investasi, 3, pilihan antara
return on investment atau residual income.
2. Preiode waktu
a. Kinerja keungan tahunan
b. Kinerja keuangan beberapa tahun
4. Beratnya tugas yang dibebankan menurut kriteria keuangan dan non keuangan
5. Pengukur perbandingan
a. Anggaran laba
b. Kinerja masa lalu
c. Kinerja pesaing
Untuk anggaran laba, jika digunakan sebagai pengukur perbandingan maka hal yang
harus diperhatikan adalah partisipasi unit usaha terhadap pencapaian laba yang telah
ditetapkan, kemudian anggaran tersebut harus bisa tercapai.
E. Pendekatan Penentuan Bonus
1. Atas dasar formula
2. Subyektif
3. Kombinasi atas dasar formula ataupun subyektif
Pendekatan subyektif biasanya dilakukan jika pengawasan manajer terhadap kinerja suatu unit
rendah. Pada situasi seperti ini, indicator angka kinerja suatu unit mempunyai validitas yang
rendah sebagai ukuran kinerja manajer. Situasi seperti ini terjadi pada kondisi berikut:
Apabila manajer unit usaha mewarisi masalah yang diciptakan oleh pendahulunya
Apabila unit usaha mempunyai ketergantungan yang tinggi dengan unit usaha oleh
karenanya, kinerjanya dipengaruhi oleh keputusan dan tindakan dari pihak luar.
Apabila strategi yang ditetapkan menginginkan lebih banyak perhatian untuk
kepentingan jangka panjang.