Anda di halaman 1dari 33

Jangan malu terlihat miskin, malulah ketika kita berpura-pura kaya :D

 Beranda
 TUGAS KULIAH
 My Profile
 My Account
 Kal-Tim-Sel
 Daftar Isi

Sabtu, 09 Maret 2013


KOHESI DAN KOHERENSI
KOHESI DAN KOHERENSI WACANA

A. Pengertian Kohesi
Kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai penggunaan unsur
bahasa. Konsep kohesi pada dasarnya mengacu kepada hubungan bentuk, artinya unsur-unsur
wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki
keterkaitan secara padu dan utuh (Mulyana, 2005: 26). Contoh kohesi adalah sebagai berikut.
Listrik mempunyai banyak kegunaan. Orang tuaku berlangganan listrik dari PLN. Baru-
baru ini tarif pemakaian listrik naik 25%, sehingga banyak masyarakat yang mengeluh.
Akibatnya, banyak pelanggan listrik yang melakukan penghematan. Jumlah peralatan yang
menggunakan listrik sekarang meningkat. Alat yang banyak menyedot listrik adalah AC atau alat
penyejuk udara. Di kantor-kantor sekarang penggunaan alat penyejuk udara itu sudah biasa saja,
bukan barang mewah.
Contoh wacana di atas dikatakan kohesif, karena menggunakan alat kohesi
pengulangan, misalnya listrik yang diulang beberapa kali. Namun, paragraf tersebut tidak
padu karena bagian-bagian paragraf itu tidak mempunyai kepaduan secara maknawi.

B. Pengertian Koherensi
Koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya,
sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh (Brown dan Yule dalam Mulyana,
2005: 30).
Contoh:

(a) Buah Apel ( Apple ) adalah salah satu buah yang sangat tidak diragukan kelezatan
rasanya. (b) Menurut beberapa penelitian dibalik kelezatan dari rasa buah apel ternyata juga
mengandung banyak zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita. (c) Untuk itu
sangatlah penting untuk mengkonsumsi buah apel. (d) Buah Apel memiliki kandungan
vitamin, mineral dan unsur lain seperti serat, fitokimian, baron, tanin, asam tartar, dan lain
sebagainya. (e) Dengan kandungan zat-zat tersebut buah apel memiliki manfaat yang dapat
mencegah dan menanggulangi berbagai penyakit. (f) Berikut ini adalah beberapa manfaat
buah apel bagi kesehatan yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber yaitu buah apel dapat
mencegah penyakit asma, dapat mengurangi berat badan, melindungi tulang, menurunkan
kadar kolesterol, mencegah kanker hati, kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus,
mengontrol diabetes, membersihkan dan menyegarkan mulut.

Bagian-bagian pada wacana di atas saling mempunyai kaitan secara maknawi, kalimat di atas
menjelaskan secara rinci zat-zat dan manfaat yang terkandung dalam buah apel. Wacana itu
termasuk wacana padu karena hampir setiap kalimat berhubungan padu secara maknawi
dengan bagian lain. Selain itu, wacana itu juga kohesif. Ada beberapa kata yang diulang
(buah apel pada setiap kalimat). Jadi, wacana itu harus kohesif dan dan koherensif. Bahkan
keterpaduanlah (koherensi) yang harus diutamakan.

C. Piranti Kohesi

Menurut Halliday dan Hassan (1976), unsur kohesi terbagi atas dua macam, yaitu unsur
leksikal dan unsur gramatikal. Piranti kohesi gramatikal merupakan piranti atau penanda
kohesi yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa. Piranti kohesi leksikal
adalah kepaduan bentuk sesuai dengan kata.

1. Piranti Kohesi Gramatikal


Pada umumnya, dalam bahasa Indonesia ragam tulis, digunakan piranti kohesi gramatikal
seperti berikut.

a. Referensi
Referensi berarti hubungan antara kata dengan benda. Kata pena misalnya mempunyai
referensi sebuah benda yang memiliki tinta digunakan untuk menulis.
Halliday dan Hasan (1979) membedakan referensi menjadi dua macam, yaitu eksoforis dan
endoforis.

 Referensi eksoforis adalah pengacuan satuan lingual yang terdapat di luar teks wacana.
Contoh: Itu matahari. Kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu
‘benda yang berpijar yang menerangi alam ini.’

 Referensi endofora adalah pengacuan satuan satuan lingual yang terdapat di dalam teks
wacana.
Referensi endofora terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
 Referensi anafora yaitu satuan lingual yang disebut lebih dahulu atau ada pada kalimat yang
lebih dahulu, mengacu pada kalimat awal atau yang sebelah kiri.
Contoh:
(a) Hati Adi terasa berbunga-bunga. (b) Dia yakin Janah menerima lamarannya.
Kata Dia pada kalimat (b) mengacu pada kata Adi.
Pola penunjukkan inilah yang menyebabkan kedua kalimat tersebut berkaitan secara padu
dan saling berhubungan.
 Referensi katafora yaitu satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu pada kalimat
yang sebelah kanan.
Karena bajunya kotor, Gani pulang ke rumah.
Pronomina enklitik-nya pada kalimat pertama mengacu pada antaseden Gani yang terdapat
pada kalimat kedua.

Baik referensi yang bersifat anafora maupun katafora mengunakan pronomina persona,
pronomina penunjuk, dan pronomina komparatif.
Pronomina Persona adalah pengacuan secara berganti-ganti bergantung yang
memerankannya.

Dalam bahasa Indonesia, pronominal persona diperinci sebagai berikut.

Tunggal Jamak
Persona pertama Aku, saya Kami, kita
Persona kedua Kamu, engkau, anda Kalian, kami sekalian
Persona ketiga Dia, ia, beliau Mereka

Contoh:
a) Ida, kamu harus belajar. (referensi bersifat anfora)
b) Kamu sekarang harus lari! Ayo, Okta cepatlah! (referensi bersifat katafora)

 Pronomina demonstrasi yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk menunjuk.
Biasanya menggunakan kata: ini, itu, kini, sekarang, saat ini, saat itu, di sini, di situ, di
sana dan sebagainya.
Contoh: (a) “Di sini saya dilahirkan. (b) Di rumah inilah saya dibesarkan,” kata Ani.
Pronominal di sini pada kalimat (a) mengacu secara katafora terhadap antesedan rumah pada
kalimat (b).
 Pronomina komparatif adalah deiktis yang menjadi bandingan bagi antasedennya.
Kata-kata yang termasuk kategori pronominal komparatif antara lain: sama, persis, identik,
serupa, segitu serupa, selain, berbeda, tidak beda jauh, dan sebagainya.
Contoh:
Dani mirip dengan Ali karena mereka bersaudara.

b. Substitusi (penggantian)

Penggantian adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur yang lain yang acuannya
tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata, atau bentuk lain yang lebih besar daripada
kata, seperti frasa atau klausa (Halliday dan Hassan, 1979: 88; Quirk, 1985: 863).
Secara umum, penggantian itu dapat berupa kata ganti orang, kata ganti tempat, dan kata
ganti sesuatu hal.
1. Kata ganti orang merupakan kata yang dapat menggantikan nama orang atau beberapa orang.
Contoh: Nurul mengikuti olimpiade matematika. Ia mewakili Kalimantan Selatan.
2. Kata ganti tempat adalah kata yang dapat menggantikan kata yang menunjuk pada tempat
tertentu.
Contoh: Kabupaten Paser merupakan penghasil minyak terbesar di Kalimantan Timur. Di
sana banyak terdapat pabrik sawit sebagai alat untuk mengolah buah sawit menjadi minyak
mentah.
3. Dalam pemakaian Bahasa untuk mempersingkat suatu ujaran yang panjang yang digunakan
lagi, dapat dilakukan dengan menggunakan kata ganti hal. Sesuatu yang diuraikan dengan
panjang lebar dapat digantikan dengan sebuah atau beberapa buah kata.
Contoh:
Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menyatakan bahwa Pancasila adalah dasar negara.
Dengan demikian, Pancasila merupakan nilai dasar yang normatif terhadap seluruh
penyelenggaraan negara Repubublik Indonesia.
Kata demikian pada contoh di atas merupakan kata ganti hal yang menggantikan seluruh
preposisi yang disebutkan sebelumnya.

c. Elipsis (penghilangan/ pelepasan)


Elipsis adalah proses penghilangan kata atau satuan-satuan kebahasaan lain. Elipsis juga
merupakan penggantian unsur kosong (zero), yaitu unsur yang sebenarnya ada tetapi sengaja
dihilangkan atau disembunyikan.
Contoh:
Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat- saat yang
menentukan dalam penyusunan skripsi ini. (Saya mengucapkan) terima kasih Tuhan.

d. Piranti Konjungsi (kata sambung)


Konjungsi termasuk salah satu jenis kata yang digunakan untuk menghubungkan kalimat.
Piranti konjungsi dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai
berikut.

a. Piranti urutan waktu


Proposisi-proposisi yang menunjukkan tahapan-tahapan seperti awal, pelaksanaan, dan
penyelesaian dapat disusun dengan menggunakan urutan waktu. Berikut ini beberapa
konjungsi urutan waktu. Setelah itu, sebelum itu, sesudah itu, lalu, kemudian, akhirnya,
waktu itu, sejak itu dan ketika itu.
Contoh:
Ani memberikan sambutan di Kantor Walikota Balikpapan. Setelah itu dia akan berkunjung
ke Pulau Kumala.

b. Piranti Pilihan
Untuk menyatakan dua proposisi berurutan yang menunjukan hubungan pilihan.
Contoh:
Pergi ke Pasar Lama atau ke Pasar Baru.

c. Piranti Alahan
Hubungan alahan antara dua proposisi dihubungkan dengan frasa-frasa seperti meski(pun)
demikian, meski(pun) begitu, kedati(pun) demikian, kedatipun begitu, biarpun
demikian, dan biarpun begitu.
Contoh:
Rumi tetap pergi ke Kampus, meskipun hujan.

d. Piranti Parafrase
Parafrase merupakan suatu ungkapan lain yang lebih mudah dimengerti.
Contoh:
Perlu juga diperhatikan bahwa sejumlah teori dan pendekatan yang ada tersebut, bagi
pembaca justru saling melengkapi. Dengan kata lain, apabila tujuan pembaca ingin
memahami keseluruhan aspek dalam karya satra, tidak mungkin mereka hanya memiliki satu
pendekatan.

e. Piranti Ketidaserasian
Ketidakserasian itu pada umumnya ditandai dengan perbedaan proposisi yang terkandung di
dalamnya, bahkan sampai pada pertentangan.
Contoh:
Nyasar di Martapura, padahal saya sudah melihat penunjuk jalan.
f. Piranti Serasian
Piranti keserasian digunakan apabila dua buah ide atau proposisi itu menunjukkan hubungan
yang selaras atau sama.
Contoh:
Nia sangat dermawan, demikian juga dengan ibunya.

g. Piranti Tambahan (Aditif)


Piranti Tambahan berguna untuk menghubungkan bagian yang bersifat menambahkan
informasi dan pada umumnya digunakan untuk merangkaikan dua proposisi atau lebih.
Piranti konjungsi tambahan antara lain: pula, juga, selanjutnya, dan, di samping itu,
tambahan lagi, dan selain itu.
Contoh:
Masukkan kentang dan wortel, selanjutnya beri garam dan gula secukupnya.Selain
itu, kita juga bisa menambahkan brokoli dan jagung manis.

h. Piranti Pertentangan (Kontras)


Piranti ini digunakan untuk menghubungkan proposisi yang bertentangan atau kontras dengan
bagian lain. Piranti yang biasa digunakan misalnya (akan) tetapi, sebaliknya, namun, dsb.
Contoh:
Perkembangan kognitif anak sudah baik. Namun, harus tetap berlatih agar tidak terjadi
penurunan.

Diky sangat nakal, tetapi ia pintar.

i. Piranti Perbandingan (Komparatif)


Piranti ini digunakan untuk menunjukkan dua proposisi yang menunjukkan perbandingan.
Untuk mengatakan hubungan secara eksplisit sering digunakan kata penghubung antara
lain: sama halnya, berbeda dengan itu, seperti, dalam hal seperti itu, serupa dengan
itu, dan sejalan dengan itu.
Contoh:
Pantun, puisi asli Indonesia, berbeda dengan syair. Pantun mempunyai dua bagian setiap
bait, yaitu bagian sampiran dan isi. Sampiran terdapat dua baris pertama, sedangkan isinya
terkandung pada dua baris terakhir.

j. Piranti Sebab-akibat
Sebab dan akibat merupakan dua kondisi yang berhubungan. Hubungan sebab-akibat terjadi
apabila salah satu proposisi menunjukkan sebab terjadinya suatu kondisi tertentu yang
merupakan akibat atau sebaliknya.
Contoh:
Karena sering membuang sampah ke Sungai akibatnya rumah warga di sepanjang Jl. Yos
Sudarso terendam banjir.

k. Piranti Harapan (Optatif)


Hubungan optatif terjadi apabila ada ide atau proposisi yang mengandung suatu harapan atau
doa.
Contoh:
- Mudah-mudahan kejadian seperti itu tidak terulang kembali.
- Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca.
l. Piranti Ringkasan dan Simpulan
Piranti tersebut berguna untuk mengantarkan ringkasan dari bagian yang berisi uraian.
Contoh:
Demikianlah beberapa informasi memngenai manfaat buah apel bagi kesehatan yang telah
saya sampaikan pada artikel ini. Jadi, mulai sekarang sering-seringlah mengkonsumsi buah
apel.

m. Piranti Misalan atau Contohan


Contohan atau misalan itu berfungsi untuk memperjelas suatu uraian, khususnya uraian yang
bersifat abstrak. Biasanya, kata yang digunakan adalah contohnya, misalnya, umpanya, dsb.
Contoh:
Kata ganti orang pertama tunggal. Contohnya hamba, saya, beta, aku, daku, dan sebagainya.

n. Piranti Keragu-raguan (Dubitatif)


Piranti tersebut digunakan untuk mengantarkan bagian yang masih menimbulkan keraguan.
Kata yang digunakan adalah jangan-jangan, barangkali, mungkin, kemungkinan besar, dan
sebagainya.
Contoh:

Mungkin dia sedang sedih.

o. Piranti Konsesi: memang, tentu saja


Dalam memberikan penjelasan, adakalanya, pengirim pesan mengakui sesuatu
kelemahan atau kekurangan yang terjadi di luar jalur yang dibicarakan. Pengakuan itu
dapat dinyatakan dengan kata memang atau tentu saja.
Contoh:
Memang benar dia pintar.

p. Piranti Tegasan
Proposisi yang telah disebutkan perlu ditegaskan lagi agar dapat segera dipahami dan di
resapi.
Contoh:
Untuk makan sehari-hari saja susah apalagi untuk membeli rumah.

q. Piranti Jelasan
Piranti ini digunakan untuk memberikan penjelasan yang berupa proposisi (pikiran, perasaan,
peristiwa, keadaan, dan sesuatu hal) lanjutan.
Contoh:
Yang dimaksud braille adalah sistem tulisan dan cetakan untuk orang buta.

2. Piranti Kohesi Leksikal


Secara umum, piranti kohesi leksikal berupa kata atau frasa bebas yang mampu
mempertahankan hubungan kohesif dengan kalimat mendahului atau mengikuti. Menurut
Rentel (1986: 268-289), piranti kohesi leksikal terdiri atas dua macam yaitu:

a. Reiterasi (pengulangan)
Reiterasi merupakan cara untuk menciptakan hubungan yang kohesif.
Jenis-jenis reiterasi itu meliputi:
1. Repetisi Ulangan
Repetisi atau ulangan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hubungan kohesif
antarkaliamat. Macam-macam ulangan atau repetisi berdasarkan data pemakaian bahasa
Indonesia seperti berikut.
a) Ulangan Penuh
Ulangan penuh berarti mengulang satu fungsi dalam kalimat secara penuh, tanpa
pengurangan dan perubahan bentuk.
Contoh:
Buah Apel adalah salah satu buah yang sangat tidak diragukan kelezatan rasanya. Buah
Apel memiliki kandungan vitamin, mineral dan unsur lain seperti serat, fitokimian, baron,
tanin, asam tartar, dan lain sebagainya.

b) Ulangan dengan bentuk lain


Terjadi apabila sebuah kata diulang dengan konstruksi atau bentuk kata lain yang masih
mempunyai bentuk dasar yang sama.
Contoh:
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu
dan fisafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang
telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.

c) Ulangan dengan Penggantian


Pengulangan dapat dilakukan dengan mengganti bentuk lain seperti dengan kata ganti.
Contoh:
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang
tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya.

d) Ulangan dengan hiponim


Contoh:
Bila musim kemarau tiba, tanaman di halaman rumah mulai mengering
. Bunga tidak mekar seperti biasanya.
2. Kolokasi
Suatu hal yang selalu berdekatan atau berdampingan dengan yang lain, biasanya
diasosiasikan sebagai kesatuan.
Contoh:
UUD 1945 dan Pancasila.
Ada ikan ada air.

D. Piranti Koherensi

Istilah koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang terselubung
disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan ilokusinya dalam membentuk sebuah
wacana. Proposisi-proposisi di dalam suatu wacana dapat membentuk suatu wacana yang
runtut (koheren) meskipun tidak terdapat pemerkah penghubung kalimat yang di gunakan.

Contoh:
(a) Guntur kembali bergema dan hujan menderas lebih hebat lagi. (b) Hati Darsa makin kecut.

Biarpun tidak terdapat pemerkah hubungan yang jelas antara kalimat (a) dan (b), tiap
pembaca akan menafsirkan makna kalimat (b) mengikuti kalimat (a). Pembaca mengandaikan
adanya ‘hubungan semantik’ antara kalimat-kalimat itu, biarpun tidak terdapat pemerkah
eksplisit yang menyatakan hubungan seperti itu.

Berikut ini adalah contoh wacana yang mempunyai koherensi baik, tetapi tidak tampak
hubungan kohesifnya.

A: “ada telepon.”
B: “saya sedang mandi.”
C: “baiklah.”

Widdowson (1979).

Sebagai sebuah wacana, contoh percakapan di atas tidak dapat pemerkah kohesif. Untuk
memahami tuturan tersebut, kita harus menggunakan informasi yang terkandung di dalam
ujaran-ujaran yang di ungkapkan dan juga sesuatu yang lain yang dilibatkan dalam penafsiran
wacana itu. Percakapan semacam itu akan dapat dipahami dengan baik melalui tindakan-
tindakan konvensional yang dilakukan oleh partisipan dalam percakapan itu.

Daftar Pustaka

Rani, Dkk. 2004. Analisis wacana. Malang: Bayumodia Publishing.


Mulyana. 2005. Kajian Wacana.Yogyakarta: Tiara Wacana.

Diposkan oleh Nur Hidayati di 04.48


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Tugas Kuliah
28 komentar:
1.

Okta Maria9 Maret 2013 07.01


Okta Maria Ulva
Nim A1B110216

Dalam materi ini Anda menyajikan mengenai kohesi dan khorensi.Dimana


didalamnya telah anda paparkan mengenai kedua materi tersebut, salah satunya
mengenai elipsis. Disini anda mengatakan bahwa elipsis merupakan suatu proses
penghilangan kata atau pengantian unsur kosong. Yang ingin saya tanyakan hal yang
seperti apa yang dapat dihilangkan atau diganti?.....
Terimakasih.
Balas
Balasan

1.
Nur Hidayati9 Maret 2013 18.43
Elipsis merupakan bagian dari kohesi gramatikal. Menurut saya
bagian yang dapat dihilangkan adalah bagian yang tidak terlalu
penting dalam sebuah kalimat dan jika bagian itu dihilangkan tidak
merubah makna atau maksud kalimat tersebut.

Perhatikan contoh di bawah ini

Saya berbelanja di Super Market baru kemarin. Di sana (lengkap)


menjual kebutuhan sehari-hari.
Kabupaten Paser merupakan penghasil minyak terbesar di Kalimantan
Timur. Di sana banyak terdapat pabrik sawit (sebagai alat) untuk
mengolah buah sawit menjadi minyak mentah.

Kata yang berada di dalam kurung dapat dihilangkan karena tanpa


kata tersebut pendengar atau pembaca sudah tahu dan sudah paham
maksudnya. Elipsis itu digunakan untuk menjadikan bahasa lebih
singkat, padat, dan mudah dimengerti dengan cepat.

2.

Okta Maria10 Maret 2013 04.14

Berarti elipsis itu sendiri difungsikan untuk menjadikan bahasa lebih


singkat, padat, dan mudah dimengerti oleh pembcaca?

3.

Nur Hidayati10 Maret 2013 04.48


Iya. Elipsis itu adalah proses penghilangan atau pengganti unsur
kosong yang fungsinya telah disebutkan di atas agar tidak terjadi
pemborosan kata.
4.

Okta Maria10 Maret 2013 05.01

Terimakasih atas penjelasan Anda


Balas

2.

sri andini9 Maret 2013 14.21

SAPERIAH
NIM A1B110243

Dalam materi yang Anda sajikan terdapat pernyataan "Wacana itu harus kohesif dan
dan koherensif. Bahkan keterpaduanlah (koherensi) yang harus diutamakan".

Pertanyaan saya, mengapa yang diutamakan itu adalah koherensi? Mengapa bukan
kohesi yang diutamakan?

Terima kasih.
Balas
Balasan
1.
Nur Hidayati9 Maret 2013 18.37
Koherensi memiliki keterkaitan makna antara satu bagian dengan
bagian yang lain. Sedangkan konsep kohesi mengacu kepada
hubungan bentuk secara padu dan utuh. Koherensi lebih diutamakan
karena tujuannya agar mitra tuturnya paham dengan apa yang
dimaksud penutur. Wacana yang memiliki keterpaduan makna akan
lebih mudah dipahami, sedangkan wacana yang memiliki keterpaduan
bentuk lebih sulit dipahami oleh mitra tutur.

Perhatikan contoh di bawah ini!

1) Contoh wacana koheren tetapi tidak koherensi

Listrik mempunyai banyak kegunaan. Orang tuaku berlangganan


listrik dari PLN. Baru-baru ini tarif pemakaian listrik naik 25%,
sehingga banyak masyarakat yang mengeluh. Akibatnya, banyak
pelanggan listrik yang melakukan penghematan. Jumlah peralatan
yang menggunakan listrik sekarang meningkat. Alat yang banyak
menyedot listrik adalah AC atau alat penyejuk udara. Di kantor-kantor
sekarang penggunaan alat penyejuk udara itu sudah biasa saja, bukan
barang mewah.
Dilihat dari bentuknya paragraf tersebut memang padu karena topik
yang dibahas mengenai listrik dan kata listrik disebutkan berulang-
ulang. Namun, dilihat dari maknanya paragraf tersebut tidak padu
karena diawal paragraf disebutkan kegunaan listrik tetapi kalimat
selanjutnya tidak sesuai dengan kalimat utama yang membahas
kegunaan listrik.

2)Contoh wacana koherensi tetapi tidak kohesi

A: “ada telepon.”
B: “saya sedang mandi.”
C: “beres.”

Widdowson (1979).

Dilihat dari bentuknya percakapan itu tidak padu karena tidak ada alat
penghubung antarbagian dalam percakapan itu. Namun, dari segi
makna percakapan tersebut dapat dipahami oleh pendengar.

Demikian alasan mengapa yang di utamakan itu adalah koherensi


bukan kohesi. Akan lebih baik sebuah wacana itu bersifat kohesif dan
koherensif seperti contoh Manfaat Buah Apel yang Saya posting di
atas. :D

2.
Nur Hidayati9 Maret 2013 19.01
Maaf maksud saya

Wacana yang memiliki keterpaduan makna (koherensi) saja tanpa


keterpaduan bentuk (kohesi) akan lebih mudah dipahami, daripada
wacana yang memiliki keterpaduan bentuk (kohesi)tanpa keterpaduan
makna (koherensi) lebih sulit dipahami oleh mitra tutur.
Balas

3.

Pola Alih Tutur dan Unsur-Unsur Wacana10 Maret 2013 17.24

Nurul Hidayah
NIM A1B110224

Anda telah menjelaskan tentang kolokasi, yakni suatu hal yang selalu berdekatan
atau berdampingan dengan yang lain dan diasosiasikan sebagai sebuah kesatuan.
Saya ingin bertanya, di mana letak kesatuan dari contoh yang Anda berikan?
Terima kasih.
Balas
Balasan
1.
Nur Hidayati11 Maret 2013 04.12
Sebelum saya menjawab pertanyaan anda saya akan menjelaskan
mengenai bagian dari piranti kohesi leksikal ini yaitu kolokasi.

Kolokasi atau yang juga dikenal dengan nama lain sanding kata
merupakan penggunaan kata yang cenderung digunakan secara
berdampingan. Kata-kata yang berkolokasi adalah kata-kata yang
dipakai dalam suatu jaringan tertentu. Misalnya, dalam jaringan
pendidikan akan digunakan kata-kata yang berkaitan dengan masalah
pendidikan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, di dalam
jaringan usaha atau pasar akan digunakan kata-kata yang berkaitan
dengan permasalahan pasar dan orang-orang yang berperan di
dalamnya.
Contoh kolokasi:
- Perubahan kurikulum dan guru
- Guru dan siswa
- Dosen dan mahasiswa

Letak kesatuannya dari ketiga contoh itu sama-sama berada pada


jaringan pendidikan.
Contoh:
- UUD 1945 dan Pancasila.
- Ada ikan ada air.

Letak kesatuan dari contoh UUD 1945 dan Pancasila


Kolokasi itu sendiri juga dikenal dengan nama sanding kata yang
tentunya memiliki kesatuan dan keterkaitan diantara keduanya,
bertujuan untuk mendukung kepaduan wacana. Seperti contoh UUD
1945 dan Pancasila yang saya temukan dibuku Analisis Wacana karya
Abd. Rani dkk, Pancasila itu merupakan dasar Negara dan UUD 1945
sebagai dasar hukum yang keduanya memiliki keterkaitan. Menurut
saya letak kesatuan/ keterkaitannya itu ada di dalam UUD 1945
Alinea terakhir yang menyebutkan lima dasar Negara (Pancasila) dan
UUD 1945 lahir . Dalam pembahasan di buku-buku pembahasan
Pancasila tentu tidak dapat dipisahkan dengan UUD 1945 karena
kedua hal itu merupakan suatu kolokasi.

Letak kesatuan dari contoh ada ikan ada air


Setiap orang mengenal yang namanya ikan. Ikan tinggalnya di air,
tidak ada ikan yang tinggal di darat :D hehehe kecuali ikannya mati.
Menurut saya ikan dan air memiliki kesatuan dan saling berkaitan.
Letak keterkaitannya itu ada pada ikan yang hidupnya bergantung
pada air. Jika air tidak ada maka ikan tidak dapat hidup. Yang jelas
keduanya merupakan suatu kolokusi. Itu menurut pendapat saya :D
Balas
4.

Janah AzZura10 Maret 2013 23.58

Raudatul Janah
NIM A1B110255

Anda membuatkan contoh pada referensi anafora dan substitusi (penggantian), pada
contoh-contoh tersebut sama-sama menggunakan kata ganti. Saya ingin bertanya,
apakah contoh referensi anafora dan substitusi memang memiliki kesamaan atau
perbedaan? Kalau berbeda, di mana letak perbedaan kedua contoh tersebut? Terima
kasih:)
Balas
Balasan
1.
Nur Hidayati11 Maret 2013 09.49
Penggunaan piranti kohesi yang berupa kata ganti pada dasarnya
sama.
Referensi anafora dan subtitusi (penggantian) memang memiliki
kesamaan yaitu sama-sama menggunakan kata ganti dan sama-sama
berada pada bagian piranti atau kohesi gramatikal.

Contoh referensi anafora


(a)Hati Adi terasa berbunga-bunga. (b) Dia yakin Janah menerima
lamarannya.

Contoh Subtitusi (penggantian)


(a)Nurul mengikuti olimpiade matematika. Ia mewakili Kalimantan
Selatan.

Perbedaan antara referensi anafora dan subtitusi (penggantian) itu


terletak pada bentuknya yang berbeda. Subtitusi menggunakan satuan
yang lebih besar dari pada kata, seperti frasa atau klausa. Sedangkan
referensi anafora adalah acuan pada kalimat awal dalam bentuk kata.
mohon maaf dengan contoh subtitusi yang saya buat pada bagian (a),
menurut saya itu lebih tepat jika dimasukkan ke dalam referensi
anafora.

Contoh subtitusi yang lebih tepat dari yang sebelumnya saya buat:

(a)Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya


penulis sampaikan kepada pembinmbing skripsi, yaitu Prof. Dr.
Jumadi dan Dwi Wahyu Candra Dewi, M. Pd. Atas bimbingan beliau
berdua penulis mampu…

Frasa beliau berdua pada kalimat kedua merupakan bentuk yang


menggantikan unsur lain yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu
pembimbing skripsi.

(b)Kabupaten Paser merupakan penghasil minyak terbesar di


Kalimantan Timur. Di sana banyak terdapat pabrik sawit sebagai alat
untuk mengolah buah sawit menjadi minyak mentah.

Frasa di sana pada kalimat kedua merupakan bentuk yang


menggantikan unsur lain yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu
kabupaten Paser.
Balas

5.

Norhalimah11 Maret 2013 01.16

Norhalimah
NIM A1B110239

Pada referensi Anda telah menyebutkan referensi eksoforis adalah pengacuan satuan
lingual yang terdapat di luar teks wacana dan contohnya adalah Itu matahari, saya
masih kurang mengerti dengan penjelasan satuan di luar teks wacana itu seperti apa?
Dan juga saya masih kurang mengerti dengan contoh yang Anda buat pada repetesi
ulangan dengan hiponim yaitu, Bila musim kemarau tiba, tanaman di halaman
rumah mulai mengering . Bunga tidak mekar seperti biasanya. Terima kasih
Balas
Balasan
1.
Nur Hidayati11 Maret 2013 10.49
Contoh referensi eksoforis
- Itu matahari
Penanda referensial matahari, mengacu pada benda yang berpijar yang
menerangi alam ini, mataharinya jauh di sana . Maksudnya
mataharinya jauh yang acuannya di luar teks.

Contoh referensi eksoforis yang lain

- Jika ‘Anda’ berkunjung ke kedai Bunda Flamboyan di Jalan


Cendana I Banjarmasin, maka ‘Anda’ akan melewati Asrama Putri
Petong.

Referensi eksofora adalah relasi pengacuan yang acuannya berada


atau terdapat di luar bahasa . Dengan kata lain, anteseden (referensi
yang diacu) berada di luar bahasa.
Penanda referensial ‘Anda’, mengacu terhadap pembaca wacana.
Pembaca merupakan acuan yang berada di luar bahasa. Berdasarkan
ciri-ciri seperti yang disebutkan maka Anda dalam tuturan merupakan
penanda referensial yang bersifat eksofora (acuannya berada di luar
teks).
Contoh repetisi ulangan dengan hiponim
Bila musim kemarau tiba, ‘tanaman’ di halaman rumah mulai
mengering . ‘Bunga’ tidak mekar seperti biasanya.

Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan bahasa (kata, frasa, kalimat)


yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan
lingual yang lain. Unsur atau satuan lingual yang mencakup beberapa
unsur atau satuan lingual yang berhiponim itu disebut “hipernim,”
atau “superordinat”

Hipernim >>> tanaman (kata umum)


Hiponim >>> bunga, pohon jambu, dsb (anggota dari hipernim)

Contoh

Okta menyiram bunga di halaman asrama. Karena disiram secara


teratur pacar air, mawar, kenanga, dan melati tumbuh subur.

Hipernimnya bunga dan hiponimnya adalah anggota dari hipernim


yaitu pacar air, mawar, dan melati.
Demikianlah maksud dari repitisi ulangan dengan hiponim.
Balas

6.

Model-Model Struktur Wacana11 Maret 2013 07.15

KUSNIATI ANDRIANI
NIM A1B110215
Pada materi Anda dipaparkan piranti kohesi gramatikal digunakan dalam bahasa
Indonesia ragam tulis, salah satunya Elipsis adalah satuan-satuan kebahasaan lain.
Elipsis juga merupakan penggantian unsur kosong (zero), yaitu unsur yang
sebenarnya ada tetapi sengaja dihilangkan atau disembunyikan.
Contoh:
Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat- saat
yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini. (Saya mengucapkan) terima kasih
Tuhan.

Pada contoh Anda di atas yang ada di dalam kurung proses penghilangan katanya.
unsurnya ada tetapi sengaja dihlangkan jelaskan mengapa unsurnya sengaja
dihilangkan?
Balas
7.

Nur Hidayati11 Maret 2013 10.58


Unsurnya sengaja dihilangkan karena tanpa frasa 'saya mengucapkan' si mitra tutur
sudah dapat memahami pernyataan tersebut bahwa si penutur/ penulis telah
mengucapkan syukur kepada Tuhan.
Balas

8.

sri andini11 Maret 2013 22.10

Madirah Sri Andini


NIM A1B109251

Saya ingin diberikan contoh referensi anafora dan referensi katafora selain contoh
yang anda sebutkan di atas. Terima kasih.
Balas
9.

Nur Hidayati11 Maret 2013 23.10


Contoh referensi anfora

Dina belum mandi. Dia sibuk memasak.

Contoh Katafora

Berdasarkan penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai


'berikut'.

a. Makanan siap saji yang telah diuji di laboratorium layak dikonsumsi.


b. Makanan tidak mengandung zat berbahaya.

Bentuk 'berikut' mengacu atau menunjuk pada hal lain yang dijelaskan sesudahnya,
yaitu pada poin (a) dan (b)
Balas
10.

Rumiati PBSI11 Maret 2013 23.26

RUMIATI
NIM A1B110226
Istilah koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang
terselubung disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan ilokusinya dalam
membentuk sebuah wacana. Proposisi-proposisi di dalam suatu wacana dapat
membentuk suatu wacana yang runtut (koheren) meskipun tidak terdapat pemerkah
penghubung kalimat yang di gunakan.
Saya masih belum mengerti tentang paparan di atas, mohon jelaskan agar lebih
mudah dimengerti lagi beserta contohnya yang lain.
terima kasih
Balas
11.

Nur Hidayati12 Maret 2013 03.18


Koherensi itu mengacu pada aspek tuturan, ujaran, perkataan. Terselubung
maksudnnya di situ adalah ujaran/ ungkapan yang tidak di tuturkan atau dijabarkan
langsung, walaupun ungkapan itu terselubung mitra tutur dapat menafsirkannya
sendiri.

Contoh:

Ketika seseorang di warung makan mengatakan:

"soto, es jeruk dua."

Ucapan itu dapat dipahami mitra tutur, walaupun ada ungkapan terselubung di
dalamnya yang jika di jabarkan menjadi:

Soto dua dan es jeruk dua.

-------------------------------------------------
Proposisi-proposisi di dalam suatu wacana dapat membentuk suatu wacana yang
runtut (koheren) meskipun tidak terdapat pemerkah penghubung kalimat yang di
gunakan.
Ungkapan di dalam wacana bisa saja runtut (koheren) walaupun tidak menggunakan
konjungsi/ penghubung seperti contoh di atas.

Contoh lain:

Tahun ini mereka bertekat membangun rumah sendiri.


Sudah lama sekali mereka numpang di rumah saudara.

Contoh di atas tidak ada penghubngnya namun tetap dapat menjadi suatu wacana
yang runtut.
Balas

12.

Abdul Gani12 Maret 2013 05.07

Abdul Gani
NIM A1B108256

Saya ingin di berikan contoh tentang kohesi dan koherensi, tapi dalam bentuk teks
percakapan! Terima kasih.
Balas
Balasan
1.
Nur Hidayati12 Maret 2013 06.58
Contoh Kohesi dan koherensi dalam bentuk percakapan.

A: “Hei, apa kabar?”


B: “Oh, kamu. Kabar baik. Tinggal di mana? Masih di tempat yang
dulu?”
A: “Iya, di situlah saya tinggal sampai sekarang.”
Balas

13.

Petir Fenomenal29 Mei 2013 00.33

Sangat membantu dan bermanfaat, sukses buat Bu Dosen yang punya situs
Balas
14.

Nur Hidayati13 Juni 2013 07.12


Petir Fenomenal: Terima Kasih atas kunjungannya. haha dikatai Bu Dosen, masih
calon guru kok. Aminkan sajalah semoga jadi kenyataan :D
Balas
15.

yudi ananda24 November 2013 06.41

makasih
Balas
16.

Nur Hidayati28 Januari 2014 19.35


Yudi Ananda: kembali kasih... semoga bermanfaat :)
Balas

17.

puisi jalan cerita hati.11 Mei 2014 06.00

Terima Kasih wacananya.. saya Ijin Copas.. salam kenal!


Balas
18.

Nur Hidayati17 Juni 2014 02.18


puisi jalan cerita hati: Kembali kasih...salam kenal jg :)
Balas

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Kategori

 My Account (1)

 Tugas Kuliah (2)


Arsip Blog

 September (1)

 Agustus (2)
 Maret (1)
 Februari (2)
 Agustus (1)

 Maret (2)
Copyscape

Facebook
Idha Warphiadie

Buat Lencana Anda

Kamu Pengunjung Ke-

34986
About Me

Nur Hidayati
Lihat profil lengkapku
My Twitter

Janganlah terburu-buru biarkan cinta bicara dengan logika


Pengikut

Background

Share It

my bee
Banjarmasin

cursor

Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai