Anda di halaman 1dari 29

Nama Peserta: Suharmono Hadi

Nama Wahana : RSUD Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo


Topik : Ileus Obstruktif
Pendamping : Pembimbing :
dr. Sofie Giantari & dr. Islah Harwityastika dr. Totok Mardiyanto Sp.B
Tanggal Presentasi : 21 November 2017 Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan
Objektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Ketrampilan □ Penyegaran □Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Bahan Bahasan : □ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara Menbahas : □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ Email □ Pos
Data Pasien : Nama : Tn. GS No. Registrasi : 292379
Nama Klinik : RSUD Waluyo Jati Telp : - Terdaftar: -
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Tn. GS, 43 tahun dibawa ke IGD RSUD Waluyo Jati Kraksaan dengan keluhan
nyeri perut atas.
2. Riwayat Pengobatan : Pasien pernah berobat ke dokter sebelumnya
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit : Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga yang memiliki gejala yang sama
5. Riwayat Pekerjaan : Pasien adalah seorang pekerja swasta
6. Lain – Lain : -
Daftar Pustaka :

1. Faradilla, Nova. 2009. Ileus Obstruksi. http://www.scribd.com/ileus_obstruktif.

2. Guyton A.C., Hall J.E. 1997a. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta :
EGC.

3. Manif Niko, Kartadinata. 2008. Obstruksi Ileus. Cermin Dunia Kedokteran No.29.
http://www.portalkalbe.com/files/obstruksiileus.pdf.

4. Maulana, Razi. 2011. Ileus Obstruktif. http://razimaulana.wordpress.com.

5. Middlemiss, J.H. 1949. Radiological Diagnosis of Intestinal Obstruction by Means


of Direct Radiography. Volume XXII No. 253.

6. Sari, Dina Kartika dkk. 2005. Chirurgica. Yogyakarta : Tosca Enterprise. pp : 32-
26.

1
7. Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta : EGC. Hal : 623.

8. Sutton, David. 2003. Textbook of Radiology and Imaging Volume 1. Edisi 7.


London : Churchill Livingstone.

Hasil Pembelajaran :
1. Mendiagnosis awal pasien dengan Ileus Obstruktif
2. Memberikan penanganan dan rujukan yang tepat
Catatan:
Subyektif
Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut atas hilang timbul sejak ±
3mgg sebelum masuk rumah sakit waluyo jati kraksaan. Pada awalnya nyeri
dirasakan di bagian ulu hati, kemudian pindah ke perut bagian bawah dan
menyebar ke seluruh area perut. Nyeri di rasakan semakin lama semakin
bertambah nyeri. Nyeri juga bertambah ketika pasien bergerak, sehingga susah
beraktivitas. Pasien juga mengatakan kondisi perutnya yang bertambah besar
dari hari ke hari (paling terlihat sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit).
Pasien mengeluh tidak nafsu makan sejak 2 minggu yang lalu, perut terasa
mual, pasien tidak muntah, pasien mengeluh sesak sejak 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit waluyo jati kraksaan. Tidak ada luka di perut. BAB jarang,
kadang 3-4 hari sekali sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, tidak bisa
BAB ± 1mgg sebelum masuk rumah sakit, BAK lancar.

Obyektif

Pemeriksaan Fisik:
a) Keadaan Umum : pasien tampak sakit, keadaan gizi cukup, kesadaran compos
mentis.
b) Tanda-tanda vital : HR: 130/90 mmhg; suhu 37,90 C; RR 20 x/ menit; nadi 88 x/menit
c) BB : 55 kg; TB : 170 cm – BMI :19.03 ( Normal )
d) Keadaan Tubuh
 Kepala : mesosefal
 Kulit : turgor baik, pucat (-), sianosis (-), ikterik (-)
 Mata : konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, reflek pupil (+/+), ikterik (-/-)
 Hidung : sekret (-/-)

2
 Telinga : discharge (-/-)
 Mulut : kering (-), sianosis (-)
 Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
 Thoraks
o Paru-paru
Pemeriksaan Depan Belakang
Kanan Kiri Kanan Kiri
INSPEKSI
Bentuk Simetris + + + +
Pergerakan Simetris + + + +
PALPASI
Pergerakan Simetris + + + +
ICS Simetris + + + +
PERKUSI
Suara Ketok Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
AUSKULTASI
Suara Nafas Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Ronkhi - - - -
- - - -
- - - -
- - - -
Wheezing - - - -
- - - -
- - - -
- - - -

o Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas atas jantung : ICS II linea parasternalis sinistra
batas pinggang jantung: ICS II midclavicularis sinistra
batas kanan bawah jantung : ICS IV linea sternalis
dextra
batas kiri jantung : ICS V 2 cm medial linea
midclavicularis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, frekuensi 88 x/menit,
bising (-), gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : distended, darm contour(+), darm steifung(+), bekas luka operasi(-)
Auskultasi : bising usus (+) 14x/menit
Perkusi : timpani, meteorismus(+), shifting dullness (-)
Palpasi : nyeri tekan terutama dibagian atas(+), defans muskular (+), hepar &

3
lien sulit teraba, turgor cukup

 Sistema Genitalia : ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-).


 Ekstremitas
Akral dingin - - Oedem - -
- - - -

Pemeriksaan Penunjang:

Laboratorium (30-08-17)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


a. Darah Lengkap

Leukosit 15.640 4.8 - 10.8 10^3/uL


Eritrosit 4.83 4.2 – 6.1 10^6 uL
Hemoglobin 14.3 12 – 18 g/dL
Hematokrit 40.7 37 – 52 %
Trombosit 386 150 – 450 10^3/uL
MCV 84.3 80 - 96
MCH 29.9 27.5 – 33.2
MCHC 35.4 33.4 – 49
NEUT# 87.1 1.5 – 7
Lymph# 4.3 1- 3.7
MONO# 8.4 0.16 - 1
ALBUMIN 2.6 3.5-5.0 g%
b. Tes Faal Hemostasis

PTT 12.1 11 – 16 detik


APTT 28.8 25 – 36 detik
c. Gula Darah

Gula Darah Sewaktu 102 <200 mg/dl

d. Faal Hati

SGOT 35 L <37, P<31


SGPT 55 L< 42, P< 32

4
Radiologis
Thorax PA

kesimpulan : tampak jantung, paru dalam batas normal

BOF/LLD

5
Kesimpulan : tampak distended dari usus besar dan sebagian usus halus
dengan air fluid level, tampak bayangan ground glass di cavum abdomen,
tampak gas bebas pada posisi LLD.

Diagnosis : Ileus obstruktif + peritonitis ec perforasi colon


Differential diagnosis :
1. Gastritis erosiva
2. Ileus paralitik
Planning:
1. Diagnosis
- Laboratorium
a. Darah Lengkap
b. GDA
c. OT/PT
d. BUN/CREAT
- Radiologis
a. Thorax PA
b. BOF 3 Posisi
2. Terapi
- Pasang NGT
- Pasang DC
- Infus RL 20tpm
- Inj. Metronidazole 3x1 amp.iv
- Inj Ceftriaxon 2x1 amp.iv > skin test dulu

6
- Puasa
3. Monitoring
- Vital Sign
- Tanda-tanda dehidrasi
- Tanda-tanda akut abdomen
4. Edukasi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang diderita,
pemeriksaan yang perlu dilakukan, terapi yang direncanakan, komplikasi dan
prognosisnya.

Follow up :
30-Agustus-2017
S: Nyeri diseluruh lapang perut (+), nyeri gerak(+), demam(+), Sesak(+)
O : Abdomen : distended(+),defans muskuler (+), nyeri tekan seluruh lapang
perut(+), DC(+), NGT(+) TD : 150/90, N : 98x/m, S : 37,7C, RR : 20x/m
A : suspect ileus obstruktif perforasi + peritonitis
Cek USG Abdomen, EKG
P: Inf Aminofluid : RD5 2:2
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Inj OMZ 2x1amp
Cek albumin

31-Agustus-2017
pagi
S : Nyeri diseluruh lapang perut (+), demam berkurang
O : Abdomen : distended(+), defans muskuler(+), nyeri tekan seluruh lapang
perut(+) DC(+) NGT(+) TD : 140/90, N : 88x/m, S : 37,4C, RR : 20x/m
A : Diagnosa suspect ileus obstruktif perforasi + peritonitis
P: Inf Aminofluid : RD5 2:2
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Inj OMZ 2x1amp
Pro operasi besok

31-agustus-2017

7
Malam hari pasien di puasakan untuk rencana operasi laparotomi besok

1-September-2017
Pasien post operasi masuk RR pukul 20.30
S : Pasien tidak sadar, bed rest, puasa
O : TD : 140/80, N : 78x/m, S : 37,2C, RR : 19x/m DC(+) NGT(+)
A : post laparotomi ileus obstruktif total ec ca colon tranversum
P: Terpasang Kolostomi bag
Inf Aminofluid : RD5 2:2
Inj ceftriaxone 2x1gr
Inj omeprazole 2x1amp
Inj metronidazole 3x1
Inj Ketorolac 2x1amp
Pukul 22.00 pasien mulai sadar

2-September-2016
Pasien pindah keruangan asoka dengan
S:-
O : KU lemah, kesadaran apatis, distended(-) terpasang DC (+), terpasang
NGT, pasien puasa(+), , TD : 120/80, N : 78x/m, S : 37,2C, RR : 20x/m
A : Post op laparatomi ileus obstruktif total ec ca colon tranversum
P: Terpasang Kolostomi bag
Inf Aminofluid : RD5 2:2
Inj ceftriaxone 2x1gr
Inj omeprazole 2x1amp
Inj metronidazole 3x1
Inj Ketorolac 2x1amp
Lab Leukosit 7400 GDA 115, Albumin serum 3,5

3-September-2017
Pagi
S : pasien mulai dapat berkomunikasi, masih nyeri luka bekas operasi
O : KU cukup, distended(-) terpasang DC (+), terpasang NGT, pasien
8
puasa(+),
TD : 110/70, N : 78x/m, S : 36,8C, RR : 22x/m
A: Post op laparatomi ileus obstruktif total ec ca colon tranversum
P: Terpasang Kolostomi bag
Inf Aminofluid : RD5 2:2
Inj ceftriaxone 2x1gr
Inj omeprazole 2x1 amp
Inj metronidazole 3x1
Inj Ketorolac 2x1amp
Rawat luka

4-September-2017
S : Pasien mengeluh nyeri perut sudah berkurang, nyeri luka operasi
berkurang, sudah BAB, kentut(+)
O : KU cukup, distended(-) terpasang DC (+), terpasang NGT, pasien
puasa(+),
TD : 130/70, N : 86, S : 37, RR :20
A : Post op laparatomi ileus obstruktif total ec ca colon tranversum
P: Terpasang Kolostomi bag
Inf Aminofluid : RD5 2:2
Inj ceftriaxone 2x1gr
Inj omeprazole 2x1 amp
Inj metronidazole 3x1
Inj Ketorolac 2x1amp
Pasien rencana KRS besok
Kontrol poli bedah

BAB I

PENDAHULUAN

9
Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh
gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik. Penyumbatan dapat
terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus harus dibedakan lagi obstruksi
sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi,
adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau
askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi.

Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh cacat
lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya berputar (volvulus).
Invaginasi merupakan penyebab tersering dari sumbatan usus akut pada anak, dan sumbatan
usus akut ini merupakan salah satu tindakan bedah darurat yang sering terjadi pada anak.

Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma terutama pada daerah
rektosigmoid dan kolon kiri distal. Tanda obstruksi usus merupakan tanda lanjut (late sign)
dari karsinoma kolon. Obstruksi ini adalah obstruksi usus mekanik total yang tidak dapat
ditolong dengan cara pemasangan tube lambung, puasa dan infus. Akan tetapi harus segera
ditolong dengan operasi (laparatomi). Umumnya gejala pertama timbul karena penyulit yaitu
gangguan faal usus berupa gangguan sistem saluran cerna, sumbatan usus, perdarahan atau
akibat penyebaran tumor. Biasanya nyeri hilang timbul akibat adanya sumbatan usus dan
diikuti muntah-muntah dan perut menjadi distensi/kembung. Bila ada perdarahan yang
tersembunyi, biasanya gejala yang muncul anemia, hal ini sering terjadi pada tumor yang
letaknya pada usus besar sebelah kanan.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan. Ileus ada 2 macam,
yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik.
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan/hambatan
mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang
menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose
segmen usus tersebut.
Sedangkan ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal/
tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya akibat kegagalan
neurogenik atau hilangnya peristaltik usus tanpa adanya obstruksi mekanik.

B. ANATOMI USUS
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari
pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki
pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung
proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis
tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.

Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dani le um. Pembagian ini agak tidak
tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur, dan yang relatif lebih penting
berdasarkan perbedaan fungsi. Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus
sampai kepada jejenum. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum treitz,
suatu pita muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus esofagus
dan berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum. Ligamentum ini berperan sebagai
ligamentum suspensorium (penggantung). Kira-kira duaperlima dari sisa usus halus adalah
jejenum, dan tiga perlima terminalnya adalah ileum. Jejenum terletak di regio abdominalis
media sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung terletak di region abdominalis bawah kanan.
Jejunum mulai pada juncture denojejunalis dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis.

11
Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding posterior abdomen dengan
perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai messenterium
usus halus. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai peritoneum parietal pada
dinding posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke bawah dan ke kenan dari kiri vertebra
lumbalis kedua ke daerah articulatio sacroiliaca kanan. Akar mesenterium memungkinkan
keluar dan masuknya cabang-cabang arteri vena mesenterica superior antara kedua lapisan
peritoneum yang membentuk messenterium.

Gambar 1. Sistem saluran pencernaan

Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah
pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin
dekat anus semakin kecil.

Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Padase k um terdapat katup
ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati dekitar dua
atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum
ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid.
Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan hati,
menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon ascendens
membelok ke kiri, membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum
menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli

12
sinistra. Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah,
membentuk fleksura koli sinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon
descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan
lanjutan kolon descendens. Ia tergantung ke bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk
lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum menduduki
bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan
turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Disisni rektum
melanjutkan diri sebagai anus dalan perineum.

C. FISIOLOGI USUS
Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorpsi bahan- bahan
nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam
klorida, dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum
terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan
protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas
membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi
empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehimgga
memberikan permukaan lebih luas bagi kerja lipase pankreas. Proses pencernaan
disempurnakan oleh sejumnlah enzim dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak di antara
enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat-zat makanan sambil
diabsorpsi.
Isi usus digerakkan oleh peristalsis yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu
segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon. Pergerakan
segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar,
dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain
dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai kontinu isi lambung.
Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan
protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asa-asam amino) melalui dinding usus ke
sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sesl-sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan
vitamin juga diabsorpsi. Absoprpsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor
aktif dan pasif yang sebagian kurang dimengerti.
Lemak dalam bentuk trigliserida dihidrodrolisa oleh enzim lipase pankreas ; hasilnya
bergabung dengan garam empedu membentuk misel. Misel kemudian memasuki membran sel
secara pasif dengan difusif, kemudian mengalami disagregasi, melepaskan garam empedu

13
yang kembali ke dalam lumen usus dan asam lemak serta monogliserida ke dalam sel. Sel
kemudian membentuk kembali trigliserida dan digabungkan dengan kolesterol, fosfolipid,
dan apoprotein untuk membentuk kilomikron, yang keluar dari sel dan memasuki lakteal.
Asam lemak kecil dapat memasuki kapiler dan secara langsung menuju ke vena porta. Garam
empedu diabsorpsi ke dalam sirkulasi enterohepatik dalam ileum distalis. Dari kumpulan 5
gram garam empedu yang memasuki kantung empedu, sekitar 0,5 gram hilang setiap hari;
kumpulan ini bersirkulasi ulang 6 kali dalam 24 jam.
Protein oleh asam lambung di denaturasi, pepsin memulai proses proteolisis. Enzim
protease pankreas (tripsinogen yang diaktifkan oleh enterokinase menjadi tripsin, dan
endopeptidase, eksopeptidase) melanjutkan proses pencernaan protein, menghasilkan asam
amino dan 2 sampai 6 residu peptida. Transport aktif membawa dipeptida dan tripeptida ke
dalam sel untuk diabsorpsi.
Karbohidrat, metabolisme awalnya dimulai dengan dengan menghidrolisis pati
menjadi maltosa (atau isomaltosa), yang merupakan disakarida. Kemudian disakarida ini,
bersama dengan disakarida utama lain, laktosa dan sukrosa, dihidrolisis menjadi
monosakarida glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Enzim laktase, sukrase, maltase, dan
isimaltase untuk pemecaha disakarida terletak di dalam mikrovili ’brush border’ sel epitel.
Disakarida ini dicerna menjadi monosakarida sewaktu berkontak dengan mikrovili ini atau
sewaktu mereka berdifusi ke dalam mikrovili. Produk pencernaan, monosakarida, glukosa,
galaktosa, dan fruktosa, kemudian segera disbsorpsi ke dala darah porta.
Air dan elektrolit, cairan empedu, cairan lambung, saliva, dan cairan duodenum
menyokong sekitar 8-10 L/hari cairan tubuh, kebanyakan diabsorpsi. Air secar osmotik dan
secara hidrostatik diabsorpsi atau melalui difusi pasif. Natrium dan khlorida diabsorpsi
dengan pemasangan zat telarut organik atau secara transport aktif. Bikarbonat diabsorpsi
secara pertukaran natrium/hidrogen. Kalsium diabsorpsi melalui transport aktif dalam
duodenum dan jejenum, dipercepat oleh hormon parathormon (PTH) dan vitamin D. Kalium
diabsorpsi secara difusi pasif.
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir
isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang
sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir
yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta
mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan air
adan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500 ml/hari, semua, kecualim100-
200 ml diabsorpsi, paling banyak di proksimal. Kapasitas sekitar 5 l/hari.

14
Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan,
meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum,
mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh antikolinergik, meningkat
oleh makanan, kolinergik. Gerakan massa merupakan pola yang kurang umum, pendorong
antegrad melibatkan segmen panjang 0,5-1,0 cm/detik, 20-30 detik panjang, tekanan 100-200
mmHg, tiga sampai empat kali sehari, terjadi dengan defekasi.
Sepertiga berat feses kering adalah bakterri; 10¹¹-10¹²/gram. Anaerob > aerob.B akter
oide s paling umum, Escherichia coli berikutnya. Umber penting vitamin K.
Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi dari darah, produksi intralumen.
Nitrogen, oksigen, karbon dioksida, hidrogen, metan. Bakteri membentuk hidrogen dan
metan dari protein dan karbohidrat yang tidak tercerna. Normalnya 600 ml/hari.

D. EPIDEMIOLOGI

Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai oleh dokter
bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Mc Iver mencatat 44% dari
obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang mengalami strangulasi. Di
RSCM, pada tahun 1989, Kartowisastro dan Wiriasoekarta melaporkan 58% kasus obstruksi
mekanik usus halus disebabkan oleh hernia.
Sutjipto (1990) dalam penelitiannya mengungkapkan indikasi relaparatomi karena
obstruksi usus akibat adhesi sebesar 17,7%. Walaupun di negara berkembang seperti di
Indonesia, adhesi bukanlah sebagai penyebab utama terjadinya obstruksi usus. Penyebab
tersering obstruksi usus di Indonesia, khususnya di RSUPNCM, adalah hernia, baik sebagai
penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi usus strangulasi (63%).

Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan, sebagai
akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari laporan terakhir pasien
yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra abdomen, akan berkembang adhesi satu
hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang
penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen merupakan penyebab terbanyak terjadinya
obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan tindakan reoperasi, 30-41%
disebabkan obstruksi usus akibat adhesi. Untuk obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat
hingga 65-75%.

15
E. KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik dibedakan
menjadi, antara lain :
1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai ileum
terminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum terminal sampai
rectum).
Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antara lain :
(chirurgica)
1. Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga makanan
masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
2. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi/sumbatan yang tidak disertai
terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
3. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan terjepitnya
pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau
gangren.

F. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain :
1. Hernia inkarserata : usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat
dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan
reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi
segera.

2. Non hernia inkarserata, antara lain :


a. Adhesi atau perlekatan usus
Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa perlengketan
mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat atau luas. Umunya
berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum. Ileus
karena adhesi biasanya tidak disertai strangulasi.
b. Invaginasi

16
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang
muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatik karena tidak
diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang
masuk naik ke kolon ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini
dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan
komplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas
pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan pemeriksaan Roentgen dengan pemberian
enema barium. Invaginasi pada orang muda dan dewasa jarang idiopatik, umumnya
ujung invaginatum merupakan polip atau tumor lain di usus halus. Pada anak, apabila
keadaan umumnya mengizinkan, maka dapat dilakukan reposisi hidrostatik yang
dapat dilakukan sekaligus sewaktu diagnosis Roentgen ditegakkan. Namun, apabila
tidak berhasil, harus dilakukan reposisi operarif. Sedangkan pada orang dewasa,
terapi reposisi hidrostatik umumnya tidak mungkin dilakukan karena jarang
merupakan invaginasi ileosekal.
c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya puluhan
hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus halus, tetapi
biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi
umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan
puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing.
Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus,
strangulasi, dan perforasi.
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal dari
segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap
aksis radii mesenterii sehingga pasase makanan terganggu. Pada usus halus agak
jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan
mudah mengalami strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus obstruksi
tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi.
e. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika ia
menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma ovarium dan
karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal ini terutama disebabkan
oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus.
17
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu
ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus
gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada
bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.

Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma, terutama pada daerah
rektosigmoid dan kolon kiri distal. Selain itu, obstruksi dapat pula disebabkan oleh
divertikulitis, striktur rektum, stenosis anus, volvulus sigmoid, dan penyakit Hirschprung.

G. PATOGENESIS

Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang
berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh
menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik), dapat
terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena obstruksi menyebabkan perubahan
ekologi, kuman tumbuh berlebihan sehingga potensial untuk terjadi translokasi kuman.
Gangguan vaskularisasi menyebabkan mortalitas yang tinggi, air dan elektrolit dapat lolos
dari tubuh karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik, absorbsi dari toksin pada usus
yang mengalami strangulasi.

Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau
ruptur. Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding sekum merupakan
bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu tegang. Gejala
dan tanda obstruksi usus halus atau usus besar tergantung kompetensi valvula Bauhini.
Bila terjadi insufisiensi katup, timbul refluks dari kolon ke ileum terminal sehingga ileum
turut membesar.

Pengaruh obstruksi kolon tidak sehebat pengaruh pada obstruksi usus halus karena
pada obstruksi kolon, kecuali pada volvulus, hampir tidak pernah terjadi strangulasi.
Kolon merupakan alat penyimpanan feses sehingga secara relatif fungsi kolon sebagai
alat penyerap sedikit sekali. Oleh karena itu kehilangan cairan dan elektrolit berjalan
lambat pada obstruksi kolon distal.

18
H. MANIFESTASI KLINIS

1. Obstruksi sederhana

Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral dari
obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut,
disertai kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang
banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa
berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut
bagian atas. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen.

Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi abdomen
dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada
sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar
sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.

2. Obstruksi disertai proses strangulasi

Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri
hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila
dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat hebat,
menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah
terjadinya nekrosis usus.

3. Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan biasanya
terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau
peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau
obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada
penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal
mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan
tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan
valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum
karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan

19
menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang
kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya
massa menunjukkan adanya strangulasi.

I. DIAGNOSIS

Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya berupa
adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala umum berupa syok,
oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan meteorismus dan kelebihan cairan di
usus, hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual dan muntah. Kolik tersebut
terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi
sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Penderita
tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali defekasi tidak ada lagi
flatus atau defekasi. Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuan untuk mencari
adanya nyeri tumpul dan pembengkakan atau massa yang abnormal. Gejala permulaan pada
obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan buang air besar terutama berupa obstipasi dan
kembung yang kadang disertai kolik pada perut bagian bawah. Pada inspeksi diperhatikan
pembesaran perut yang tidak pada tempatnya misalnya pembesaran setempat karena
peristaltis yang hebat sehingga terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding
perut. Biasanya distensi terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian ini
mudah membesar.

Dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi (bising usus).
Pada penyakit ini, bising usus mungkin terdengar sangat keras dan bernada tinggi, atau tidak
terdengar sama sekali.

Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi,


leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada pemeriksaan radiologis, dengan posisi tegak,
terlentang dan lateral dekubitus menunjukkan gambaran anak tangga dari usus kecil yang
mengalami dilatasi dengan air fluid level. Pemberian kontras akan menunjukkan adanya
obstruksi mekanis dan letaknya. Pada ileus obstruktif letak rendah jangan lupa untuk
melakukan pemeriksaan rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur dan barium in
loop) untuk mencari penyebabnya. Periksa pula kemungkinan terjadi hernia.

20
Pada saat sekarang ini radiologi memainkan peranan penting dalam mendiagnosis
secara awal ileus obstruktifus secara dini.

J. GAMBARAN RADIOLOGI

Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan foto abdomen
3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini antara lain :
1. Ileus obstruksi letak tinggi :
- Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal junction) dan
kolaps usus di bagian distal sumbatan.
- Coil spring appearance
- Herring bone appearance
- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)
2. Ileus obstruksi letak rendah :
- Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
- Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen
- Air fluid level yang panjang-panjang di kolon
Sedangkan pada ileus paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang menyeluruh
dari gaster sampai rectum.
Gambaran radiologis ileus obstruktif dibandingkan dengan ileus paralitik :

21
Gambar 2. Ileus Obstruktif . Tampak coil
spring dan herring bone appearance

Gambar 3. Ileus Paralitik. Tampak


dilatasi usus keseluruhan.

22
Gambar 4. Gambaran air fluid level pada ileus obstruktif

23
Gambar 5. Ileus Obstruktif karena adanya
volvulus

Gambar 6. Ascariasis yang bisa


menyebabkan ileus obstruktif

24
Gambar 7. Ileus obstruktif yang
disebabkan oleh massa tumor
extraintestinal

Gambar 8. Gallstone ileus. Tampak Rigler’s


Triad : 1. Pneumobilia; 2. Obstruksi usus
halus; 3. Bayangan radioopaque yang
merupakan batu empedu.

25
K. DIAGNOSIS BANDING

Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan terjadi
distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak terjadi ketegangan
dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut, akan ada tanda dan gejala
dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut, apendisitis akut, dan pankreatitis akut
juga dapat menyerupai obstruksi usus sederhana.

L. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada urinalisa, berat


jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya dehidrasi dan asidosis
metabolik. Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika sudah tinggi kemungkinan sudah
terjadi peritonitis. Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.

Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnosa ileus obstruksi.
Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar mendatar. Posisi datar perlu untuk
melihat distribusi gas, sedangkan sikap tegak untuk melihat batas udara dan air serta letak
obstruksi. Secara normal lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas tetapi pada usus halus
biasanya tidak tampak.

Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid level,
distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus halus. Obstruksi
kolon biasanya terlihat sebagai distensi usus yang terbatas dengan gambaran haustra, kadang-
kadang gambaran massa dapat terlihat. Pada gambaran radiologi, kolon yang mengalami
distensi menunjukkan gambaran seperti ‘pigura’ dari dinding abdomen.

Kemampuan diagnostik kolonoskopi lebih baik dibandingkan pemeriksaan barium


kontras ganda. Kolonoskopi lebih sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis neoplasma dan
bahkan bisa langsung dilakukan biopsi.

M. KOMPLIKASI

Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir dengan
perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat peritonitis umum.

26
N. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi


untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan
penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita
penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit.

1. Persiapan

Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan
mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan
juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan
optimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau
karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif.

2. Operasi

Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan
sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :

- Strangulasi

- Obstruksi lengkap

- Hernia inkarserata

- Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT, infus,
oksigen dan kateter)

3. Pasca Bedah

Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit.
Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang
cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik.

27
O. PROGNOSIS

Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi, tempat
dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka toleransinya
terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah sehingga
meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan
obstruksi usus halus.

28
BAB III

KESIMPULAN

Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan
dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi
pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.

Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh adhesi, hernia inkarserata, neoplasma,
intususepsi, volvulus, benda asing, kumpulan cacing askaris, sedangkan obstruksi usus besar
penyebabnya adalah karsinoma, volvulus, divertikulum Meckel, penyakit Hirschsprung,
inflamasi, tumor jinak, impaksi fekal.

Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Bising
usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri
pada obstruksi di daerah distal. Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit.
Kolik dapat terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada
auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada
tinggi. Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang
berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh
menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik), dapat
terjadi perforasi. Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid
level, distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus halus.

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi


untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.

29

Anda mungkin juga menyukai