Anda di halaman 1dari 3

Laba Sari Roti dan Buntut Aksi 212

Reporter: Andrian Pratama Taher


06 Desember, 2016

Gaya komunikasi produsen Sari Roti mendapat respons negatif netizen soal reaksi mereka
terhadap kegiatan pembagian roti gratis saat aksi 212 pekan lalu. Sebagai perusahaan terbuka,
Sari Roti memang sangat berhati-hati untuk urusan brand mereka.

tirto.id - Produsen roti Sari Roti menjadi viral di dunia maya sejak Jumat (2/12/2016). Lantaran
sejumlah pedagang Sari Roti membagikan roti gratis kepada massa peserta Aksi Bela Islam III di
Monas, Jakarta pekan lalu.

Sejumlah foto di media sosial menunjukkan gerobak Sari Roti tertulis “GRATIS UNTUK
MUJAHID”. Kehebohan ini langsung direspons oleh PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI),
selaku pemilik merek dagang Sari Roti.

Pada Sabtu (3/12/2016) Sari Roti merilis pernyataan resmi bahwa Sari Roti mengapresiasi Aksi
Bela Islam III atau aksi 212. Namun, Sari Roti menegaskan bahwa mereka tidak terlibat dalam
aksi politik.

“Dengan ini kami sampaikan bahwa PT Nippon Indosari Corpindo Tbk tidak terlibat dalam
semua kegiatan politik. Kemunculan informasi mengenai pembagian produk Sari Roti secara
gratis oleh penjual roti keliling (hawker tricycle), merupakan kejadian yang berada di luar
kebijakan dan tanpa seizin PT Nippon Indosari Corpindo Tbk,” jelas pihak Sari Roti dalam
keterangan resminya.

Pihak Sari Roti menjelaskan produk Sari Roti dibeli oleh seorang konsumen melalui salah satu
agen mereka yang berada di Jakarta. Intinya, pihak Sori Roti menegaskan kegiatan pembagian
roti gratis tak sepengetahuan mereka.
Gaya komunikasi Sari Roti semacam ini justru direspons negatif oleh para netizen. Sejumlah
netizen kecewa karena Sari Roti justru bersikap terlalu berlebihan. Beberapa di antaranya:

Sari Roti perusahaan asal jepang, mrk tidak ada terima kasih terangkat harum di 212, mrk
ternyata lebih memilih bau sampah

#BoikotSariRoti Kalau umat bersatu pasti kuat, sari roti gak bakal nuduh lagi aksi 212 sebagai
aktivitas politik. Ayo boikot!

Upaya Sari Roti mengklarifikasi kenetralannya ternyata memunculkan masalah baru. Klarifikasi
itu berakhir dengan, di antaranya, seruan boikot produk-produk Sari Roti.

Brand Kuat dan Kinerja Kinclong

Di luar persoalan kontroversi yang menghinggapinya terkait aksi 212, Sari Roti merupakan
produsen roti yang kinerjanya cukup cemerlang. Ia merupakan perusahaan roti pertama
yang memberanikan diri melantai di bursa sejak 28 Juni 2010. Kinerjanya tak pernah
menunjukkan tanda-tanda penurunan meski harus berhadapan dengan banyak pesaing.

Pada 2011, mereka meraup penjualan Rp813,3 miliar, dengan torehan laba Rp115,93 miliar.
Penjualan Sari Roti menembus Rp2,17 triliun dengan laba Rp 270,5 miliar pada tahun lalu.
Tahun ini pun mereka mencatatkan kinerja yang positif, dalam sembilan bulan Sari Roti sudah
meraup keuntungan Rp203,9 miliar, sebuah capaian yang luar biasa untuk sebuah pabrik roti.

Kinerja yang berkembang pesat ini berimbas pada harga saham perseroan. Saat PT Nippon
Indosari Corpindo, melantai di bursa Juni 2010 harga saham perdana yang ditawarkan masih
Rp1.275 per saham. Bandingkan dengan harga saham Sari Roti per 5 Desember 2016 yang
sudah mencapai Rp1.530 per saham.
Pesatnya bisnis Sari Roti tak terlepas ditopang oleh industri makanan yang terus tumbuh karena
pasar kelas menengah Indonesia yang menghendaki kepraktisan dalam mengkonsumsi produk
termasuk roti. Kinerja yang positif ini membuat mereka terus memperluas pabrik mereka.

Sari Roti telah memiliki 10 pabrik yang berlokasi di Cikarang, Pasuruan, Semarang, Medan,
Palembang, Makassar, Cikande dan Purwakarta. Hingga triwulan I-2016, kapasitas produksi Sari
Roti mencapai 4,2 juta potong roti per hari. Sari Roti sedang mengkaji untuk memperluas
pangsa pasar di luar negeri.

"Ada rencana ke negara lain, peluangnya sedang kita pelajari, namun sekarang kami masih
fokus di Indonesia dan Filipina," kata Direktur Independen Chin Yuen Loke dikutip dari Antara.

Apakah seruan boikot karena klarifikasi Sari Roti itu akan berdampak pada kinerja perusahaan?
Entahlah. Butuh waktu untuk melihat dampaknya. Ini sangat bergantung efektivitas tindakan
boikot. Jika pun tidak berdampak, itu pun tidak mengherankan. Cukup banyak kasus-kasus
seruan boikot yang tidak berdampak massif pada kinerja perusahaan.

https://tirto.id/laba-sari-roti-dan-buntut-aksi-212-b76o

Anda mungkin juga menyukai