Anda di halaman 1dari 35

2

PERILAKU SOSIAL EKONOMI INDUSTRI RUMAH


TANGGA

(STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA RUBIK


GANEPO YANTI DI JORONG PADANG KANDI KANAGARIAN
VII KOTO TALAGO, KECAMATAN GUGUAK KABUPATEN
LIMA PULUH KOTA)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyarata Meperoleh
Gelar Sarjana (S1)

Oleh:
HANIE HIDAYATI
2016/16058087

PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jorong Padang Kandi adalah salah satu Jorong di Kanagarian VII

Koto Talago Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan

salah satu jorong yang mempunyai banyak industri rumah tangga rubik

ganepo. Rubik ganepo merupakan makanan khas dari Jorong Padang Kandi

yang berasal dari bahan baku ubi kayu dumai yang di potong-potong

berbentuk persegi kemudian di olah menjadi rubik atau keripik yang di beri

bumbu dari rempah-rempah yaitu kunyit, bawang putih, bawang merah,

garam dan bumbu penyedap lainnya. Kehadiran makanan khas ini memicu

tumbuh dan berkembangnya cikal bakal industri makanan di Jorong Padang

Kandi khususnya dan Kanagarian VII Koto Talago pada umumnya.

Menurut Undang- Undang nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), usaha mikro merupakan usaha

produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang

memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana yang diatur dalam Undang-

Undang ini1. Adapun kriteria dari usaha mikro adalah memiliki kekayaan

bersih paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan

paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).

Industri kecil identik dengan industri rumah tangga, untuk itu ada

1
UU No. 20 Tahun 2008 (Kementrian Koperasi dan UMKM).
2

dua defenisi mengenai industri kecil. Pertama, defenisi usah kecil menurut

Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang industri kecil adalah kegiatan

ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal

Rp. 1 milyar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha, paling banyak Rp.200 juta. Kedua menurut kategori

Badan Pusat Statistik (BPS) usah kecil identik dengan industri kecil dan

industri rumah tangga, untuk itu BPS mengklasifikasikan industri

berdasarkan jumlah pekerjanya yaitu 1) industri rumah tangga dengan

pekerja 1-4 orang, 2) Industri kecil dengan pekerja 5-19 orang, 3) Industri

menengah dengan pekerja 20-99 orang, 4) Industri besar dengan pekerja 100

orang atau lebih2.

Usaha mikro dan kecil memiliki kelebihan seperti kemampuan

menyerap tenaga kerja, menggunakan sumber daya lokal, dan pengentasan

rakyat dari kemiskinan serta bersifat lebih fleksibel. Oleh karena itu usaha

ini menjadi pilar utama ekonomi di Indonesia3. Selain itu usaha kecil dan

mikro merupakan kegiatan usaha yang berperan dalam proses pemerataan

dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi

dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional4. Oleh sebab itu, melihat

peran strategis tersebut, maka usaha mikro kecil perlu didukung karena

dapat menjadi penopang perekonomian negara.

Untuk mengembangkan UMKM telah banyak cara yang dilakukan

2
Kuncoro, Mudrajad. 2007. Ekonomika Industri Indonesia Menuju Negara Industri Baru 2030?.
FISIP UI Press, Hal 365
3
Supriyanto. 2006. “Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Sebagai Salah
Satu Cara Penanggulangan Kemiskinan”. Vol.3 No(1). Hal: 1-16
4
Ismail. 2011. Perbankan syariah. Jakarta: Penerbit kencana, Hal 25
32

oleh pemerintah pusat dan daerah, seperti yang tertuang di dalam Undang-

Undang nomor 20 tahun 2008 diatas tentang UMKM yang menyatakan

bahwa, pemerintah pusat dan daerah secara bersama-sama memberdayakan

dan mengembangkan UMKM yang ada.

Ubi yang dijadikan sebagai rubik ganepo tersebut berasal dari Dumai

Provinsi Riau yang dibawa oleh salah seorang masyarakat perantau yaitu ibu

Erlisma, kemudian ubi tersebut dibudidayakan di jorong Padang Kandi

hingga berkembang sampai sekarang, karena itulah ubi tersebut terkenal

dengan ubi dumai. Karena rasanya yang empuk dan dan gurih jika diolah

menjadi rubik ganepo, maka ibu Erlisma termotivasi untuk mengolahnya

menjadi rubik ganepo secara kecil-kecilan yang bersifat perorangan.

Akhirnya keberadaan usaha inipun diterima dan disambut baik oleh

masyarakat sekitar.

Terdapat cukup banyak industri ganepo yang ada di Jorong Padang

Kandi pada tahun 2019 ada 39. Dalam menjalankan usahanya terdapat

berbagai hambatan yang dirasakan oleh pengusaha yang tertulis didalam

profil kelompok UP3HP Senior Ganepo seperti kesulitan mendapatkan pasar,

ubi dumai sebagai bahan baku utama dan lainnya5. Saat ini terdapat 20-an

industri rumah tangga yang mendapatkan izin pemasaran, selebihnya ada

yang tidak mengurus surat izin karena mengaku agak rumit mengurusnya

dan sebagian besar pengusaha lainnya enggan untuk mengurus hal tersebut

karena mereka memasarkan produknya di sekitar daerah saja sehingga

5
Makalah Profil UP3HP Senior Ganepo Tahun 2013.
42

berkurang keinginan mereka untuk mengurus surat izin tersebut.

Tenaga kerja yang dipergunakan merupakan kerabat/keluarga dan

warga asli Jorong Padang Kandi sendiri. Sebagian rumah tangga yang

memproduksi ganepo ini hanya sebagai pencari bahan baku atau sebagai

ganepo setengah jadi dan nantinya akan dijual kepada industri yang sudah

mempunyai merek dan sudah mempunyai izin industri rumahan dari

pemerintah. Para pengusaha ini saling bekerjasama dalam usaha mereka

tersebut.

Rubik ganepo ini sudah memiliki pasar yang sangat luas, bahkan

sudah sampai di pulau Jawa dan luar negeri seperti ke Malaysia dan lain-

lain6. Walaupun di Kota Padang sendiri memang sedikit susah menjumpai

rubik ganepo asli dari Jorong Padang Kandi ini. Yanti seorang pengusaha

rubik ganepo (dalam koran sinamar edisi/110/ XII/ 28 Februari 2014)

mengatakan bahwa:

“Ganepo saya baru diketahui pedagang asal Kota

Bukittinggi di kedai Yolanda, tertarik dengan rasa ganepo itu,

pedagang tersebut mencoba menjualnya ke Pekanbaru dan

ternyata cukup laku keras. Sejak saat itu pedagang tersebut dan

pedangang lainnya mulai berebut memasarkan kerupuk Yanti.

Tak hanya di berbagai daerah dan kota di Propinsi Sumatera Barat

6
Di Nagari VII Koto Talago rubik ganepo (cemilan kecil yang terbuat dari ubi dumai). Daerah
Jorong Padang Kandi, merupaka salah satu daerah yang memproduksi rubik ganepo terbesar di
Kabupaten Lima Puluh Kota. Salah satunya Industri Rumah Tangga di Jorong Padang Kandi
adalah rubik ganepo Yanti. Hasil produksi dari Industri Rumah Tangga rubik ganepo ini sudah
memiliki pasaran yang luas, sudah sampai pulau Jawa dan Luar Negeri seperti Malaysia.
52

dan Riau, ganepo Yanti juga sudah memiliki pasar tetap hingga

ke Jakarta, Surabaya dan Bandung. Bahkan sejak tahun 2000

ganepo ini mampu menembus pasar luar negeri seperti Malaysia

dan Singapura.“Untuk Malaysia biasanya dikirim sekali sebulan,”

tuturnya.Yanti tidak sendirian, ternyata selain dia juga ada 50

keluarga lainnya di Padang Kandi yang juga menekuni usaha

kerupuk ganepo. Untuk bisa lebih berkembang, para pengrajin

tersebut sangat berharap bantuan pihak pemerintah kebupaten

untuk mencarikan pasar yang lebih luas, jangan hanya

berdasarkan dengan pasar yang sudah ada selama ini.

Dalam menjalankan suatu usaha tentu terdapat berbagai macam

kendala yang dihadapi begitupun dengan pengusaha rubik ganepo. Ini. Ada

beberapa masalah yang umumnya dirasakan oleh pengusaha rubik ganepo

UP3HP Senior Ganepo bahwa :

1. Belum tersedianya bahan baku ubi dumai untuk diolah secara

berkesinambungan.

2. Masih kurangnya sumberdaya manusia dalam mengolah usaha secara

bisnis. Sehingga peluang-peluang pasar belum dapat diisi secara optimal.

3. Tidak adanya promosi yang dilakukan Yanti Ganepo terlihat dari

penjualan produk hanya dilakukan dengan menitipkan produknya ke

pemasok.

4. Belum adanya penetapan harga yang jelas sehingga terjadi persaingan

harga dengan home indunstry lainnya.


62

5. Kurangnya modal untuk membeli bahan baku dan bahan pelengkap

lainnya.

6. Belum tersedianya kemasan atau pakeging yang lebih menarik untuk

pasar modern/moll.

Usaha home industry sebagai usaha rumah tangga. Selain dapat

menyerap tenaga kerja, secara sosial ekonomi juga dapat membantu

meningkatkan kesejahteraan terhadap bukan saja kepada pelaku namun juga

pada masyarakat sekitarnya. Karena usaha rumah tangga akan melibatkan

masyarakat sekitar untuk proses produksinya dan pemasarannya. Meskipun

usaha industri rumah tangga (home industry) itu termasuk usaha mikro yang

tidak terkena pajak, pada kenyataannya juga dapat meningkatkan pendapatan

asli daerah melalui kunjungan para wisatawan kota. Banyak dari wisatawan

kota yang berbelanja oleh-oleh khas suatu daerah dengan beraneka macam

pilihan. Perubahan pola perilaku sosial ekonomi akibat keberadaan industri

rumah tangga dirasakan langsung oleh masyarakat khususnya oleh pekerja di

rubik ganepo.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Rubik ganepo di Jorong Padang Kandi hasil produksinya saat ini

sudah diekspor ke beberapa Negara seperti Malaysia, Singapura, Kuwait,

sehingga dari tahun ke tahun tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat

begitu juga dengan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lima Puluh Kota di

sektor industri rumah tangga. Pada saat sekarang ini sudah banyak usaha

makanan lainnya yang juga terdapat di Kabupaten Lima Puluh Kota, seperti :
72

rendang telur, jagung manis dan cemilan lainnya. Dengan kata lain

banyaknya usaha industri makanan tersebut maka akan menimbulkan

persaingan yang sangat ketat di antara mereka.

Apabila kita mendengar kata “rubik ganepo” maka dari namanya saja

sebagian besar orang mungkin bertanya-tanya apa itu rubik ganepo, bahkan

ada pula yang mengatakan bahwa rubik ganepo itu sama dengan berjualan

ubi yang biasanya dijual tempo dulu, dan masih banyak argumen lainnya

yang menganggap usaha rubik ganepo ini kurang diminati oleh masyarakat

pada umumnya. Apalagi saat ini sudah banyak makanan terkenal yang

digemari atau disukai oleh banyak orang dan beraneka ragam jenisnya,

sebagai akibat dari adanya globalisasi serta didukung dengan kecanggihan

teknologi yang memungkinkan kita dengan mudah dapat memperoleh

berbagai makanan tersebut, seperti dengan berbelanja melalui online shop.

Dari sekian banyak rumah tangga yang memproduksi rubik ganepo ada

beberapa industri yang gulung tikar atau hanya memproduksi dalam jumlah

yang kecil saja karena kekurangan modal dan kalah dari persaingan sesama

pengusaha dalam mengembangkan usaha mereka. Selain itu mengingat

berbagai argumen mayoritas orang mengenai rubik ganepo ini maka

seyogianya usaha rubik ganepo ini besar kemungkinannya gulung tikar

karena pada era ini orang jarang yang tahu tentang makanan tersebut dan juga

seringkali menyamakannya dengan ubi (makanan orang dahulu), dan sering

beragumen negatif lainnya. Namun dibalik itu semua usaha rubik ganepo ini

terus berkembang dan sukses seperti yang dapat kita lihat rubik ganepo ini
82

masih tetap diekspor keluar negeri (glolokal) dari dulu sampai sekarang.

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang diangkat adalah perilaku

sosial ekonomi industri rumah tangga?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perilaku

sosial ekonomi dalam pengembangan usaha rubik ganepo Yanti di Jorong

Padang Kandi Kanagarian VII Koto Talago, Kecamatan Guguak Kabupaten

Lima Puluh Kota.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan Penelitian di atas, adapun manfaat penelitian ini

adalah:

1. Manfaat Teoritis

Menghasilkan karya ilmiah mengenai Perilaku sosial ekonomi

masyarakat terhadap industri rumah tangga dalam mendorong

perkembangan industri rumah tangga. (studi kasus home industry Rubik

ganepo di Jorong Padang Kandi Kanagarian VII Koto Talago, Kecamatan

Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota)”

2. Manfaat Praktis

Mengenai topik dan permasalahan yang sama melalui sudut

pandang sosiologis. Bagi pihak internal (pengusaha/wirausaha) sebagai

salah satu alat ukur untuk mengetahui tentang perilaku sosial ekonomi

yang dimilikinya dalam berwirausaha, sedangkan bagi pihak eksternal

(umum) memberikan gambaran tentang pentingnya perilaku sosial


92

ekonomi dalam pengembangan usaha industri rumag tangga.

E. Kerangka Teori Mikro

Teori ini merupakan teori yang topik kajiannya menetapkan waktu dan

ruang mempunyai pengaruh terhadapat manusia. Seperti yang telah saya

nyatakan di atas bahwa teori mikro, mezo bahkan makro tidak dapat berdiri

sendiri namun berapa kupasan teori mikro patut dijadikan perhatian dalam

pelaksanaan pembangunan. Salah satu contoh yang dapat dijadikan tema

pembahasan bagaimana teori mikro dapat digunakan adalah dalam melihat

apa yang dinamakan modal sosial (social capital). Telah banyak kajian-kajian

yang menunjukkan pentingnya modal sosial dalam pembangunan. Konsep

modal sosial muncul dari pemikiran bahawa individu-individu dalam

masyarakat tidak mungkin menyelesaikan masalah sendiri-sendiri melainkan

perlunya kebersamaan dari segenap anggota masyarakat untuk

menyelesaikannya. Pemikiran seperti inilah yang mengilhami Lyda Judson

Hanifan untuk memperkenalkan modal sosial pertama kalinya lewat bukunya

The Rural School Community Center pada tahun 1916 (Rusydi Syahra,

2003)7. Modal sosial bukanlah modal dalam arti biasa seperti kekayaaan atau

uang, tetapi lebih mengandung arti kiasan, namun merupakan aset atau modal

nyata yang penting dalam masyarakat. Dalam modal sosial termasuk

kemauan baik, rasa bersabahat, saling simpati, serta hubungan sosial dan

kerjasama yang erat antara individu dan keluarga yang membentuk suatu

kelompok sosial.
7
Rusydi Syahra. 2003. Modal Sosial: Konsep dan Aplikasi. Jurnal Masyarakat dan Budaya, Vol.
V No. 1, 1-22
102

F. Devenisi Konseptual.

1. Industri Rumah Tangga

Industri adalah suatu peristiwa atau proses yang berturut-turut dari

merubah sesuatu bahan, atau benda, mencampurkan atau tidak

mencampurkan, dengan bantuan panas atau tidak, untuk dapat dijadikan

sesuatu barang ataupun bahan, yang setelah jadi akan berubah hujud dan

bentuknya, dan lebih tinggi nilai penggunaannya. Usaha produksi/industri

adalah jenis usaha yang terutama bergerak dalam kegiatan proses

pengubahan suatu bahan/barang menjadi bahan/barang lain yang berbeda

bentuk atau sifatnya dan mempunyai nilai tambah. Kegiatan ini dapat

berupa produksi/industri pangan, pakaian, peralatan rumah tangga,

kerajinan, bahan bangunan, dan sebagainya. Dalam hal ini, kegiatan dalam

budidaya sektor pertanian/perkebunan termasuk jenis usaha produksi.

Sedangkan menurut undang-undang no 20 tahun 2008 bahwa usaha kecil

adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang di lakukan oleh

orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak,

perusahaan atau bukan cabang usaha yang dimiliki, kuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau

usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dalam

undang-undang8. Besar kecilnya usaha yang dimaksud bisa ditentukan

dengan melihat besar kecilnya modal usaha yang digunakan. Perusahaan

dikatan kecil jika :


8
Haslinda, 2018, prilaku sosial ekonomi pada usaha home industry tahu di Kecamatan Tomoni
Kabupaten Luwu Timur, Skripsi Fakultas Ilmi Sosial Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Negeri Makasar: Makasar
112

a. Usaha perdagangan/jasa yang dijalankan memiliki modal tidak lebih

dari RP 10 juta (sepuluh puluh juta rupiah).

b. Usaha produksi/industri atau jasa konstruksi yang mempunyai modal

tidak lebih dari Rp 20 juta (dua puluh juta rupiah).

Industri juga dapat digolongkan berdasarkan jumlah tenaga kerja,

jumlah investasi dan jenis komoditi yang dihasilkan. Berdasarkan jumlah

tenaga kerja, industri dapat dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu;

a. Jumlah tenaga kerja 1-5 orang untuk industri rumah tangga.

b. Jumlah tenaga kerja 6-19 orang untuk industri kecil.

Home Industry (industri rumah tangga) adalah tempat tinggal yang

merangkap tempat usaha, baik itu berupa usaha jasa, kantor hingga

perdagangan. Menurut Alkir (2005: 3) “Industri kecil dan rumah tangga

(IKRT) memiliki peranan yang cukup besar dalam sector manufaktur

dilihat dari sisi jumlah unit usaha dan daya serapnya terhadap tenaga

kerja, namun lemah dalam menyambung nilai tambah.” Karakteristik

Home Industry menurut Frida (2012:9) “Karakteristik ciri-ciri usaha kecil

meliputi beberapa karakteristik antara lain:

1. Dikelola oleh pemiliknya

2. Usaha dilakukan dirumah

3. Produksi dan pemasaran dilakukan dirumah pemilik usaha

4. Modal terbatas

5. Jumlah tenaga kerja terbatas

6. Berbasis keluarga atau rumah tangga


122

7. Lemah dalam pembukuan

8. Sangat diperlukan manajemen pemilik

Menurut UU Nomor 5 Tahun 1984 “industri adalah kegiatan

ekonomi yang mengelola bahan baku, barang setengah jadi atau barang

jadi yang memiliki nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya.” Pada

saat ini industri rumah tangga (Home Industry) Kabupaten 50 Kota

khususnya di Provinsi Sumatera Barat di domanasi oleh produksi

makanan ringan rubik ganepo. Landasan hukum Home Industry (usaha

kecil) menurut Trade dikutip dari Fuandy (2008: 134).

Adapun yang menjadi landasan hukum usaha kecil adalah sebagai

berikut:

1. Kegiatan usaha Home Industry ataupun perdagangan di Indonesia

diatur oleh UU No.1 tahun 1985

2. Untuk usaha kecil industry diatur oleh UU No.9 tahun 1995.

3. Bentuk badan hukum usaha industri dan perdagangan diatur dalam UU

No.1 tahun 1985 tentang perseroan terbatas.

4. Perizinan usaha kecil dan menengah dan besar khususnya industri

tertuang dalam surat keputusan menteri perindustrian dan perdagangan

dan tanda daftar industri.

5. Tata cara perizinan usaha perdagangan di atur dalam surat keputusan

menteri perindustrian dan perdagangan No. 591/MPR/Kep/99 tentang

tata cara pemberian surat izin usaha perdagangan (SIUP).


132

Industri rubik ganepo di Jorong Padang Kandi, Kanagarian VII Koto

Talago, Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota, usaha ini

merupakan usaha home industry menurut klasifikasi BPS yang

menggunakan tenaga kerja lima sampai sebilan belas orang, ussaha tersebut

adalah salah satu usaha makanan khas/tradisional dari zaman dahulu dan

memberikan keuntungan yang cukup bagi para pengusahanya, dengan

sumber bahan baku lokal yaitunya ubi kayu dumai.

2. Perubahan Perilaku Sosial Ekonomi

Analisa dengan teori weber dalam kontek perilaku sosial

ekonomi. Perilaku sosial ekonomi adalah memahami perilaku setiap

individu maupun kelompok bahwa masing-masing memiliki motif dan

tujuan yang berbeda terhadap sebuah tindakan yang dilakukan. Dengan

memahami perilaku setiap individu maupun kelompok, sama halnya kita

telah menghargai dan memahami alasan-alasan mereka dalam melakukan

suatu tindakan. Sebagaimana diungkapkan oleh Weber, cara terbaik untuk

memahami berbagai kelompok adalah menghargai bentuk-bentuk tipikal

tindakan yang menjadi ciri khasnya.

Adanya perubahan sosial yang dapat memahami alasan-alasan

mengapa warga masyarakat tersebut bertindak9. Menurut Thoha dalam

Wildan Zulkarnain perilaku manusia adalah suatu fungsi dari interaksi

antara individu dengan lingkungannya. Individu satu dengan individu yang

lain memungkinkan berperilaku berbeda karena lingkungan yang

9
Pip Jones, Pengantar Teori-Teori Social: Dari Teori Fungsionalisme Hingga Post
Modernisme, (trj.) Saifuddin (Jakarta: Pustaka Obor, 2003), hlm. 115.
142

berbeda10. Industri rumah tangga rubik ganepo di Jorong Padang Kandi

tidak menutup kemungkinan akan mengakibatkan perubahan sosial

ekonomi masyarakat setempat, baik dalam bentuk perubahan mata

pencaharian, tingkah laku, lembaga-lembaga sosial maupun perubahan dan

pergeseran sistem nilai.

G. Kerangka Berfikir

Industri rumah tangga (Home Industry) mempunyai beberapa bagian

yaitu :

1. Bahan baku, seperti ubi dumai, bumbu dari rempah-rempah yaitu kunyit,

bawang putih, bawang merah, garam dan bumbu penyedap lainnya.

2. Teknologi yang di gunakan yaitu, berupa mesin pengaduk bumbu dan mesin

siler untuk membungkus rubik ganepo tersebut

3. Pemasaran, pemasarannya melalui media sosial seperti whathsapp, instagram

Wildan Zulkarnain. 2014. Dinamika Kelompok Latihan Kepemimpinan Pendidikan. Cetakan


10

Ke-2. Jakarta: Bumi Aksara, hal.45.


152

dan facebook.

Diantara penjelasan yang tiga di atas tersebut masih mempunyai dua

pengertianlain yaitu perkembangan industri rumah tangga dan peningkatan

ekonomi masyarakat.Selanjutnya perilaku sosial ekonomi, memahami perilaku

setiap individu maupun kelompok bahwa masing-masing memiliki motif dan

tujuan yang berbeda.

H. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Tipe Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Dimana penelitian ini tidak mencari hubungan antar variabel, tetapi hanya

melihat satuan-satuan gejala atau fenomena yang ada dalam kehidupan

manusia. Metode ini dipakai untuk mendapatkan data yang mendalam dan

berusaha untuk mengunggkapkan realitas sosial,

Pendekata kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan

kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung

hubungan antar peneliti dengan subyek. Ketiga, metode ini lebih peka dan

lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh

bersama terhadap pola nilai yang dihadapi11. Fokus dalam penelitian ini

yaitu melihat Manfaat perilaku sosial ekonomi masyarakat dan industri

rumah tangga. (Studi kasus: Home Industry rubik ganepo di Jorong

Padang Kandi Kanagarian VII Koto Talago Kecamatan Guguak

Kabupaten Lima Puluh Kota).

11
Moleong, L.J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya.
162

Tipe penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus

adalah rancangan penelitian yang mengembangkan analisis mendalam

atas suatu kasus. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas serta

peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan

berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang

ditentukan12. Tipe studi kasus yang digunakan adalah tipe studi kasus

intrinsik. Studi kasus intrinsik menekankan pada pemahaman (verstehen)

yang mendalam tidak dimaksudkan untuk memahami konstruk abstrak

atau fenomena umum yang bisa digeneralisasikan, tapi lebih

mementingkan kepentingan intrinsik dan tidak dimaksudkan untuk

membentuk teori baru13.

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan teknik analisis deskriptif. Analisis data kualitatif

memberikan hasil penelitian untuk memperoleh gambaran terhadap proses

yang diteliti dan juga menganalisis makna yang ada di balik informasi,

data dan proses tersebut. Analisis data kualitatif tidak sekedar

menjelaskan fenomena yang ada, melainkan menjelaskan makna yang

ada dari data yang di peroleh dalam lapangan.

12
John, W. Cresswell. 2016. Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran.
Yogyakarta: Pustaka Belajar, hal: 19
13
Muhammad, Idrus. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga, hal: 58
172

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga Jorong Padang

Kandi, Kanagarian VII Koto Talago, Kecamatan Guguak Kabupaten Lima

Puluh Kota. Alasan pemilihan lokasi ini di karenakan di Jorong Padang

Kandi ini merupakan industri rumah tangga yang sebagian besar

masyarakatnya memproduksi rubik ganepo.

3. Teknik Pemilihan Informan Penelitian

Informan penelitian ini teknik purposive sampling, yakni dengan

cara mencari informan-informan yang sesuai dengan kriteria yang telah di

tetapkan oleh penulis. Menyebutnya sebagai mekanisme disengaja yang

berarti belum sebelum melakukan penelitian para peneliti menetapkan

kriteria tertentu yang mesti dipenuhi oleh orang yang dijadikan sumber

informasi14. Berdasarkan kriteria yang telah fitetapkan, peneliti telah

mengetahui identitas orang-orang yang dijadikan informan penelitiannya

sebelum penelitian dilakukan.

I. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah strategis pada penelitian,

karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui

teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan15. Dalam penelitian kualitatif,

pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah),

14
Afrizal, 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Suatu Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian
Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, Jakarta : PT. Raja Grifindo Persada, hal : 140
15
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta, hal:
224
182

sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada

observasi berperan serta (partisipant observation), wawancara mendalam (in

depth interview)16. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Penagamatan (Observasi)

Observasi dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi pasif.

Dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi

tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut17. Melalui observasi inilah kita

apat melihat, mendengar apa yang sebenarnya terjadi. Data observasi

berupa data faktual, cermat dan terperinci tentang keadaan dilapangan,

observasi yang digunakan adalah observasi tidak terlibat yaitu penelitian

memberi tahu maksud dan tujuan pada kelompok yang diteliti18.

2. Wawancara

Menurut Estenberg, wawancara merupakan pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu19. Wawancara dilakukan

untuk mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam. Pada

penelitian kualitatif adalah informan yang dari padanya pengetahuan dan

pemahaman yang diperoleh20. Peneliti melakukan wawancara secara

terstruktur untuk mengetahui dengan pasti informasi mengenai Prilaku

16
Ibid., hal: 225
17
Ibid., hal: 227
18
Ritzer, George. 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Paradigma Ganda. Jakarta: Grafindo
Persada, hal. 74
19
Ibid.,hal: 231
20
Djam’an Satori dan Aan Komariah. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2013,
hal, 148
192

sosial ekonomi industri rumah tangga (Studi kasus: Industri rumah tangga

rubik ganepo di Desa Padang Kandi Kanagarian VII Koto Talago

Kecamatan Guguak Kab. 50 Kota).

Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah menyiapkan instrumen

penilaian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif

jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap

responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti mencatatnya. Selain

membawa instrumen penelitian, peneliti juga dapat menggunakan alat

bantu lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar21.

J. Triangulasi Data

Agar data yang diperoleh bisa dipercaya (absah), maka dalam penelitian

ini dilakukan triangulasi sumber. Pertanyaan dikembangkan dari pedoman

wawancara yang diberikan kepada informan yang telah ditentukan berdasarkan

kriteria sampai diperoleh data yang valid, baru setelah itu penelitian dihentikan.

Data dianggap valid apabila dari pertanyaan yang diajukan sudah terdapat

jawaban yang sama dari berbagai informan, data yang sudah valid kemudian akan

dilakukan analisis sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian22. Triangulasi

sumber dilakukan dengan cara membandingkan hasil observasi dengan hasil

wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

apa yang dikatakannya secara pribadi, membandingkan keadaan dan perspektif

seseorng dengan pendapat dan pandangan orang seperti masyarakat biasa dan

berpendidikan.

Ibid.,hal: 233
21
22
Burhan Bungin. 2010. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Perseda.Hal 203.
202

Jika ada perbed aan data yang diperolah oleh peneliti melalui observasi

dan wawancara, maka data yang dipakai yaitu data yang diperoleh dari hasil

observasi23.

K. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis data dengan model Miles dan

Huberman. Analisis data dalam penelititan kualitatif, dilakukan saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu. Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas

dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh24.

Langkah-langkah analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data.

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu perlu dicatat secara rinci dan teliti. Perlu dilakukan analisis data

melalui reduksi data. Mereduksi data berarti mencatat, merangkum,

memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang dianggap

penting serta dicari tema dan polanya25. Reduksi data merupakan proses

berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta

kedalaman wawasan yang tinggi.

Reduksi data dapat dilakukan dengan mendiskusikan hasil temuan pada

teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi, maka

wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data


23
Ibid. Hal 204.
24
Ibid, hal: 246
25
Ibid., hal: 247
212

yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan26.

2. Penyajian data.

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah data

disajikan dalam bentuk uraian singkat atau dalam bentuk teks yang

bersifat narasi dan deskripsi. Melalui penyajian data akan terorganisasi,

tersusun dan akan mudah untuk dipaham27.

3. Verifikasi data.

Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang diperoleh masih merupakan dugaan sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada

saat pengumpulan data. Tetapi apabila kesimpulan awal didukung oleh

bukti-bukti valid dan konsisten saat mengumpulkan data di lapangan, maka

kesimpulan yang sudah dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel28. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang

belum pernah ada sebelumnya. Temuan dapat berupa deskripsi suatu

fenomena yang sebelumnya masih belum jelas, sehingga setelah dilakukan

penelitian maka akan menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau

interaktif, hipotesis atau teori.

26
Ibid, hal: 249
27
Ibid
28
Ibid, hal:252
222

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. SEJARAH SINGKAT NAGARI TUJUAH KOTO TALAGO

Sejarah Nagari Koto Talago. Menurut Dt. Tumbi, masyarakat Nagari

Tujuah Koto Talago berasal dari Pariangan Padang Panjang. Pada waktu itu,

sekelompok orang dari Pariangan turun ke Gunung Sago. Tidak disebut

kapan persisnya mereka mulai turun ke Gunung Sago.

Dalam perspektif kosmogoni, gunung yang di anggap sakral selalu

memiliki makna mendaki yang berarti tinggi jika dipandang dari tempat

lainnya. Di lereng Gunung Sago ada satu nagari yang disebut Padang Siontah.

Dari Padang Siontah masyarakat kemudian menyebar kebeberapa wilayah.

Ada yang sampai ke Rumbio Riau, Solo, Air Teritis, Bangkinang dan Kuok.

Diatantara itu ada 24 orang yang sampai ke daerah Talago. Pada waktu itu

tentu saja belum ada nagari dalam pengertian yang utuh. Rombongan

orang-orang tersebut dipimpin Datuak Bandaro. Sesampainya ditempat itu,

masyarakat mulai menatap dan terbentuklah teratak, dusun, koto, akhirnya

menajadi nagari.

Kemudian mereka membuat semacam struktuk pemerintahan yang

sangat sederhana. Pucuk pimpinan adat dipegang Datuak Panduko Tuan.

Setelah berkembang di Talago, kemudian kelompok masyarakat tersebut

pindah ke Ampang Gadang. Disini mereka mendirikan pucuk adat sendiri

yang dipimpin oleg seorang Datuak pucuk yang bernama Datuk Karaing.
232

Kebesan Datuk Karaiang ditunjukkan melalui kekuasaannya atas wilayah

atau rimbo. Jadi, untuk setiap penggunaan tanah di Nagari Tujuah Koto

Talago, haruslah mendapat izin dari Datuk Karaiang terlebih dahulu.

Datuak Pucuk di daerah ini bernama Bosea nan Elok. Setelah itu

munculah Koto Baru yang dinamakan Koto Kaciak. Datuak Pucuk bernama

Datuak Tan Marajo. Akhirnya tumbuh koto baru yang diberi nama sipingai.

Kekuasaan Datuk Tan Marajo meliputi Koto Kaciak dan Sipingai, sedangkan

Datuk Karaiang berkuasa atas Padang Kandi, Padang Jorong dan Ampang

Gadang. Sampai sekarang ninik mamak yang ada di Nagari Tujuah Koto

Talago berjumlah sekitar 255 orang. Mereka berada dibawah kaompek suku

nagari yang terdiri dari Datuk Panduko Tuan, Datuak Karaiang, Datuak Basa

nan Elok dan Datuak Tan Marajo.

Rajo adat adalah Bandaro Nan Hitam. Asal usul nama Talago

dihubungkan dengan unsur alam. Pada masa dahulu, di daerah ini, terdapat

mata air yang disebut talago. Talago merupakan satu kumpulan, yakni

kumpulan adat. Pusatnya di Talago. “ Gantiang itu putih, biang itu cabiak”.

Jika sesuatu itu tidak putih (tidak bisa diselesaikan) maka dibawa ke Aie

Tabik. Di Aie Tabik ini ada Balai Jariang yang fungsinya untuk menjaring

hal-hal yang tidak bisa diselesaikan. Hubungan dengan Aie Tabik ini

berkaitan dengan Rajo Nan Balimo, yang terdiri dari :

1. Rajo di Ronah yang berada di Talago

2. Rajo di Hulu yang berada di Situjuh

3. Rajo di Lareh yang berada di Sitonang


242

4. Rajo di Sondi yang berada di Payakumbuh

5. Rajo di Luak berada di Aie Tabik.

Pada masa kolonialisme belanda, di Nagari Tujuah Koto Talago ada

seseorang pejuang yang gagah berani. Namanya Sijambi, bergelar Angku

Nan Biru. Dia masih keturunan Datuk Bandaro. Sijambi merupakan penganut

agama Islam yang fanatik. Menurut kisah, dia orang yang kebal terhadapat

peluru hingga penjajah sulit untuk membunuhnya. Akhirnya dia terbunuh

dengan sebilah pisau itu terdapat dalam tubuhnya yang bakaruang. Jadi itulah

yang dimaksud gelanggang si jambi atau gelanggang Angku nan Biru.

Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, Nagari Tujuah

Koto Talago tercatat dalam sejarah. Daerah ini termasuk rute perjalanan

PDRI, di bawah pimpinan Syafruddin Prawiranegara. Beliau bergerilya dari

satu tempat ke tempat lain setelah Jokyakarta, ibukota negara jatuh ke tangan

Belanda. Tugu PDRI yang beridiri tegak disamping Koto Kaciak menjadi

bukti peristiwa bersejarah tersebut.

Ikatan cultural masih terjali dengan erat antar desa. Contoh yang paling

nyata darihal ini adalah menyangkut dengan kepemilikan tanah khususnya

tanah ulayat. Tanah orang Koto Kaciak banyak terdapat di Sipingai,

sedangkan tanah orang Ampang Godang berada di Padang Kandi, sawah

orang Sipingai ada di daerah Talago demikian seterusnya.

Dengan seiring perjalanan waktu dan bertambahnya penduduk, maka

bertambah pula terbentuknya koto yang baru yaitu yang diberi nama Sipingai,

kekuasaan Dt Tan marajo meliputi Koto Kociak dan Sipingai. Datuak


252

Karaiang berkuasa atas Padang Kandi, Padang Jopang, dan Ampang Gadang

dengan adanya Tujuah Koto, maka pemuka adat semasa itu memberi nama

dengan Nagari Tujuah Koto Talago.

Nagari Tujuah Koto Talago dibatasi oleh wilayah disebelah Utara yaitu

Nagari Jopang Manganti dan Talang Maur Kecamatan Mungka, disebelah

selatan dengan Nagari Kubang Kecamatan Guguak dan sebelah Barat

berbatasan dengan Nagari Limbanang Kecamatan Suliki, disebelah Timur

berbatasan dengan Guguak VIII Koto Kecamatan Guguak. Luas daerah 21

kilometer Persegi atau seluas 21.000 Hektar, dari luas tersebut 409 Ha

Kolam/Tambak ikan dan sisanya merupakan tanah perbukitan yang belum

dimanfaatkan 121 Ha.

B. KEADAAN GEOGRAFIS

Dataran Tinggi Nagari Tujuah Koto Talago secara Geografis terdiri atas

wilayah perbukitan bergelombang yaitu Jorong Padang Kandi, Jorong

Sipingai, dan Jorong Tanjung Jati. Dataran yaitu Talago, Ampang Godang,

Koto Kociak, dan Padang Jopang. Ketinggian daerah sekitar 500-600 meter

di atas permukaan laut.

Dan pada tahun 1979 sampai 2000 sistim Pemerintahan Desa waktu itu

teridri dari 7 Desa yaitu : desa Talago, Desa Ampang Gadang, Desa Tanjung

Jati, Desa Koto Kaciak, Desa Padang Kandi, Desa Sipingai dan Desa Padang

Jopang. Pada tahun 2001 terjadi perobahan Pemerintah dari Desa kembali

Kenagari sesuai dengan peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota

Nomaor 1 tahun 2001 dan terjadilah pemekaran 7 Desa menjadi 7 Jorong satu
262

Kanagarian yaitu Nagari Tujuah Koto Talago pada 29 febuari 2001.

Jumlah jorong : 7 (Tujuh)

1. Jorong Talago

2. Jorong Ampang Gadang

3. Jorong Tanjung Jati

4. Jorong Koto Kociak

5. Jorong Padang Kandi

6. Jorong Sipingai

7. Jorong Padang Jopang


272

Tabel 2.1

NAMA-NAMA NAGARI TUJUAH KOTO TALAGO SAMPAI

SEKARANG

NO NAMA/ GELAR ASAL JORONG

1. Tunus Dt. Bandaro Panjang (Tuk Palo) Tanjung Jati

2. Achmad Chatib Dt. R. Pangulu (Wali Perang) Ampang Gadang

3. Saadut Dt. Bandaro Hitam Talago

4. Idrus Dt. Tas Emas Padang Jopang

5. H.Ahmad Khatib Dt. Putih Ampang Godang

6. Syarkawi Zaini Koto Kociak

7. Sofyan Sipingai

8. Radilas Ampang Godang

9. H. Al Murni Sipingai

10. H.Zawawi Salim Koto Kociak

11. Drs. Syaiful Bardi Dt. Mangguang Koto Kociak

12. Yon Hendri, SS (Pjs) Ampang Gadang

13. Drs, Hasbi Zuhdi Tanjuang Jati

14. Khairul Andri (Pjs) Koto Kociak

15. Yon Hendri, SS Ampang Gadang

Tabel 1 Sejarah Pemerintahan Nagari


282

C. EKONOMI MASYARAKAT

a. Angka Pengangguran

Jumlah pengangguran di Nagari Tujuah Koto Talago tidak banyak,

dimana masyarakat Tujuah Koto Talago banyak merantau dan membuka

usaha dirantau dan membawa sanak saudara untuk bekerja disana

sehingga membuat angka pengangguran Tujuah Koto Talago menjadi

rendah. Masyarakat Tujuah Koto Talago merantau keberbagai daerah

melalui dari Kota Payakumbuh, Kota Padang dan Luar Provinsi Seperti

Pekanbaru, Jambi, Jakarta, dan Daerah lainnya yang membawa

konstribusi perekonomian masyarakat yang ada dikampung, karena

mereka ada yang menginvestasikan uangnya dikampung dengan membeli

ternak untuk seduan, memberi modal usaha industri urmah tangga untuk

saudaranya dan membuka usaha perternakan dan investasi lainnya.


292

Tabel 2.16

Data Pengangguran Berdasarkan Pendidikan

Pengangguran Jumlah Jumlah Angkatan Persentase

berdasarkan tingkat Kerja

pendidikan

Tamatan SD 7 1.223 0,6%

Tamatan SLTP 5 950 0,5%

Tamata SLTA 7 1.547 0,5%

Tamatan Diploma 0 282 0%

Tamatan Perguruan tinggi 0 375 0%

Jumlah 19 4.377 0,4%

b. Prasarana dan Sarana Fisik Perekonomian

Untuk memenuhi kebutuhan pokok pangan, sandang dan pakaian

masayarakat Tujuah Koto Talago bisa mendapatkannya di wilayah Nagari

karena adanya fasilitas pasar nagari yang berjualan setiap hari senin dan

kalaupun keluar ada pasar setiap hari kamis dan sabtu yang hanya berjarak

2-3 Km dari nagari Tujuah Koto Talago selain itu tersedianya Pajak/ Warung/

Toko juga menunjang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat

selain itu pasar swalayanpun ada di Tujuah Koto Talago. Hal ini membuat

masyarakat tidak kesulitan dalam mendapatkan kebutuhan pokok.


302

Tabel 2.18

Data Pasar Nagari, Mini Market, Warung

Jenis Sarana Jumlah

Pasar Nagari 2

Mini Market 1

Warung 146

Pangkalan ojek 2

D. MATA PENCARIAN

Sudah adanya beberapa kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan

P2A dan Gakosta dimana kedua kelompok ini telah dibentuk pula LKMA

yang merupakan Lembaga keuangan Mikro Agribisnis dan telah

mendapatkan kucuran dana dari Pemerintah masing-masing seratus juta

rupiah hal ini bertujuan untuk membantu petani dalam meningkatkan

penghasilahnnya.

Melalui kelompok tani ini juga telah dilakukan berbagai macam

penyuluhan di bidang pertanian maupun pengolahan hasil tani. Mayoritas

mata pencaharian penduduk adalah petani dan buruh tani. Hal ini disebabkan

karena sudah turun temurun sejak dulu bahkan pegawai Negeri pun juga

banyak yang menjadi petani.


312

Penyaluran dana kredit mikro Nagari sebesar 300 juta kepada

Masyarakat yang dikelola oleh Pokja yang telah dibentuk. Dari penyaluran

kredit mikro ini sangat membantu masyarakat petani kita dalam mengatasi

permasalahan permodalan.

E. PERILAKU SOSIAL

1. Pengertian Perilaku Sosial

Sebelum membahas tentang perilaku sosial, perlu diketahui

pengertian perilaku itu sendiri. Perilaku biasanya disamakan dengan

istilah sikap (arritude). berikut ini beberapa defenisi sikap yang di

kemukakan oleh para ahli, menurut Ngalim Purwanto “sikap dalam

bahasa inggris disebut attitude, adalah suatu cara beraksi dengan cara

tertentu terhadap situasi yang dihadapi”.29

Gerungan seperti di kutip Andi Mappiare mengemukakan bahwa

sikap adalah “ kesediaan bereaksi individu terhadap suatu hal”30. secra

spesifik Andi Mappiare membedakan antara sikap dan emosi. Sikap di

artikan sebagai kecendrungan yang relatif stabil yang dimemiliki

seseorang dalam dirinya sendiri, orang lain, benda, situasi atau kondisi

sekitarnya. Sedangkan emosi meliputi perasaan yang cepat berubah,

seperti rasa senang, rasa tidak senang, rasa beci, rasa sayang dan

sebagainya.

29
Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, (Bandung: Remaja karya, 1996),hlm.141.
30
Andi Mappiare, Psikologi reamaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm. 58.
322

Beberapa pengertian diatas merupakan pengertian sikap yang

bentuknya tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi harus ditafsirkan

lebih dahulu sebagai tingkah laku. Dengan kata lain sikap adalah

kesiapan bertindak dan bukan sebagai pelanksaan keinginan atau motif

tertentu.

Menurut Sarlinto Wirawan Sarwono yang dimaksud sikap sosial

adalah sikap yang ada pada kelompok yang ditunjukkan kepada suatu

objek yang menjadi pusat perhatian sekuruh orang orang tersebut31.

Sedangkan menurut Abu Ahmadi sikap sosial adalah “ kesadaran

individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang

terhadap objek sosial”32.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial

adalah suatu tindakan perorangan yang merupakan hasil dari hubungan

antara individu dengan lingkungannya yang merupakan tanggapan pada

lingkungan sosialnya. Dalam hal ini perilaku sosial itu meliputi tanggung

jawab, menghormati orang lain, tolong menolong dan partisipasi sosial.

1. Upaya Pembentukan Perilaku Sosial

Menurut W.A Gerungan, perilaku dapat terbentuk karena adanya

faktor-faktor intern dan faktor-faktor ekstren individu yang

memegang peranannya. Faktor intern adalah faktor yang terdapat

dalam pribadi manusia itu sendiri ini dapat berupa selectivity atau

daya pilih seseorang untuk menerima dan mengalah yang datang dari
31
Sarlinto Wirawan Sarwono, Pengertian Ilmu Psikologi, (Jakarta: Bulan bintang, 1982). hlm.
104.
32
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rhineka cipte, 1999). hlm. 163.
332

luar. Dan faktor ekstren adalah faktor yang terdapat diluar pribadi

orang tersebut. Ini dapat berupa interaksi sosial diluar kelompok.

Dalam buku psikologi sosial suatu pengantar, Bimo Walgito

mengemukakan bahwa pembentukan perilaku dapat di lakukan

dengan tiga cara, yaitu dengan kebiasaan, dengan pengertian atau

insight, dan dengan menggunakan model33.

a. Cara pembentukan perilaku dengan kebiasan, yaitu dengan

membiasakan diri untuk berperilaku tersebut, misalnya,

dibiasakan bangun pagi.

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian, pembentukan perilaku

dapat ditempuh dengan pengertian misalnya: masuk sekolah

jangan sampai terlambat, karena hal tersebut daapat

mengganggu teman-teman, membersihkan kelas bersama

sekelompok petugas piket akan cepat selesai dan lebih ringan.

c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model,

pembentukan perilaku juga dapat ditempuh dengan cara

menggunakan model atau contoh, misalnya orang tua berlaku

sebagai contoh anak-anak, guru bertindak sebagai peserta

didiknya dan seseorang pemimpin sebagai model atau contoh

yang dipimpinnya.

33
Bimo Walgito, Psikologi Suatu Pengantar, (Yogyakarta: And, 2001), hlm. 18.
342

BAB 3

Anda mungkin juga menyukai