Devina Andriani
(32413002)
Kathrin Angelin
(32413015)
Julia Utomo
(32413019)
Cindy Riady
(32413020)
Margaret Carolina
(32413022)
Ryan Chandra
(32413093)
Sylvia Adriani
(32413100)
PT MAYORA INDAH
Selama beberapa dekade lebih Mayora Group telah tumbuh menjadi salah satu nama
yang diakui dalam Fast Moving Consumer Goods Industri. Kemampuan untuk
mengidentifikasi kebutuhan pasar dan komitmen untuk menghasilkan produk berkualitas
telah membuat merek Mayora terkenal di Dunia, seperti Kopiko, Danisa, Astor, Energen,
Torabika dan banyak lagi.
Didirikan pada tahun 1977, Mayora Group telah semakin berubah dari awal sebagai rumah
industri kecil sederhana biskuit ke dalam salah satu Perusahaan Fast Moving Consumer besar
dengan 13 Pabrik Barang dan lebih dari 25.000 angkatan kerja.
Mayora Group telah menjadi perusahaan publik pada tahun 1990, dengan berbagi terdaftar
pada Jakarta Stock Exchange, dan sepanjang tahun berikutnya, Grup Mayora terus ekspansi
yang cepat untuk menjadi sebuah Perusahaan yang berbasis ASEAN, dengan mendirikan
fasilitas produksi dan kantor pemasaran di beberapa Tenggara negara-negara Asia.
Saat ini, produk Mayora dijual di lebih dari 85 negara di seluruh dunia.Didukung oleh
logistik modern dan sistem manajemen gudang, juga didukung oleh jaringan distribusi yang
kuat, Mayora kelompok telah mempertahankan ketersediaan produk di pasar.
Mayora Group telah membuktikan dirinya sebagai produsen produk-produk berkualitas
dengan memperoleh beberapa penghargaan dan apresiasi seperti Lima Terbaik Managed
Companies in Indonesia yang dilakukan oleh Uang Asia, Top 100 perusahaan publik yang
terdaftar pada tahun 2009 dan 2010 sebagai posisi pertama dalam produk sektor Makanan
dan Minuman yang dilakukan oleh Majalah Investor Indonesia, serta sebagai Produsen
Produk Halal Terbaik pada tahun 2004 oleh Majelis Ulama Indonesia.
Visi dan Misi Perusahaan :
Menjadi produsen makanan dan minuman yang berkualitas dan terpercaya di mata
konsumen domestik maupun internasional dan menguasai pangsa pasar terbesar
Sesuai dengan Anggaran Dasarnya, kegiatan usaha Perseroan diantaranya adalah dalam
bidang industri. Saat ini, PT. Mayora Indah Tbk. dan entitas anak memproduksi dan secara
umum mengklasifikasikan produk yang dihasilkannya kedalam 6 (enam) divisi yang masing
masing menghasilkan produk berbeda namun terintegrasi, meliputi :
Divisi
Merek Dagang
Biskuit
Kembang Gula
Wafer
Beng beng, beng beng Maxx, Astor, Astor Skinny Roll, Roma Wafer
Coklat, Roma Zuperrr Keju
Coklat
Choki-choki
Kopi
Tenggara.
Price
PT Mayora Indah menetapkan harga Biskuit Mayora dengan sangat
Promotion
Biskuit Roma memang sudah jadi salah satu bagian penting di banyak rumah
tangga Indonesia. Untuk lebih mengenalkan hasil produksi, perusahaan PT
Mayora Indah melakukan promosi melalui beberapa media dan secara aktif
mendirikan stand di berbagai daerah dan diberbagai kegiatan yang sekiranya
dapat menarik minat konsumen terhadap hasil produksi perusahaan.
Media yang digunakan oleh PT Mayora Indah :
- berita
- acara
- video
- foto
- iklan
Agar makin dekat dengan masa kini, maka November 2013 ada perubahan
pada logo Roma.Ada tambahan aksen senyum dan ladang gandum.Gambar
mahkota mengasosiakan kepada raja, untuk menggambarkan kualitasnya
yang nomor satu.Peluncuran logo baru biskuit Roma dalam memberikan
kebaikan dan kebahagiaan bagi keluarga di Indonesia. Diharapkan dengan
perubahan logo yang terlihat lebih cerah ini, semua usia merasa dekat dengan
Roma.
2. Energen Cereal
Product
Energen adalah minuman susu dan sereal yang cocok untuk menghilangkan
rasa lapar. Minuman ini juga mengandung karbohidrat, paduan vitamin,
mineral dan protein yang dibutuhkan tubuh dalam komposisi yang
tepat.Rasanya ada beberapa macam seperti kacang hijau, vanilla, jahe, dan
coklat.Minuman sereal ini berhasil dinobatkan Kantar Indonesia sebagai salah
satu raksasa lokal yang mendunia.Merk yang diproduksi PT Mayora Indah ini
mulai dipasarkan pada pertengahan 1990-an. Kini, penetrasi pasarnya
mencapai 85 persen.Penjualan per keluarga per bulan dari survei Kantar
diperkirakan 15 kali per bulan. Alhasil dari segi CRP, merek ini berhasil
meraup lebih dari 500 juta poin.Energen yang praktis dan dikonsumsi sebagai
pengganti sarapan menjadi salah satu produk lokal yang bisa menandingi
3. Permen Kopiko
Product
Kopiko adalah merek permen kopiyang diproduksi di Indonesia oleh PT.
Mayora Indah, Tbk. Permen ini terbuat dari gula, glukosa, minyak nabatai,
ekstrak kopi, krim susu, pewarna karamel, lesitin, garam, pewarna alami dan
buatan. Tekstur permen ini keras, tetapi lembut.Selain Indonesia, Permen
domestik.
Promotion
Bila anda ngantuk, tak sempat ngopi ambil saja Kopiko, permen kopi
Kopiko jinggle tersebut mungkin sudah tak asing lagi.
Bila mengantuk tak usah repot membuat kopi, cukup makan permen Kopiko
sebagai gantinya. Kopiko telah dikenal sebagai permen kopi yang mendunia.
Untuk lebih mengenalkan hasil produksi, perusahaan PT Mayora Indah
melakukan promosi melalui beberapa media dan secara aktif mendirikan stand
di berbagai daerah dan diberbagai kegiatan yang sekiranya dapat menarik
minat konsumen terhadap hasil produksi perusahaan.
Media yang digunakan oleh PT Mayora Indah :
- berita
- acara
- video
- foto
- iklan
PT Mayora Indah berhasil meraih berbagai penghargaan terkait dengan produk
andalannya ini :
o Superbrands 2012 untuk merk Kopiko, dari Nielsen & Tempo.
o Top Brand 2012 untuk Kopiko, dari Frontier Consulting Group.
Tahun
Perusahaan
Laba usaha
Total Asset
ROA
2009
MYOR
Rp613,187,243,759
Rp3,246,498,515,952 %
2010
MYOR
Rp773,335,131,028
Rp4,399,191,135,535 %
2011
MYOR
Rp757,876,976,650
Rp6,599,845,533,328 %
2012
MYOR
Rp1,156,559,816,440 Rp8,302,506,241,903 %
2013
MYOR
Rp1,304,809,297,689 Rp9,710,223,454,000 %
18.89
17.58
11.48
13.93
13.44
Selling&Marketing
Expense
Rp520,598,281,592
Rp933,051,178,914
Rp900,534,048,506
Rp1,189,056,302,000
Rp1,616,856,544,095
Dari tahun ke tahun angka marketing expense mengalami peningkatan, namun dari 20092011 ROA mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan aktivitas pemasaran yang dilakukan
perusahaan belum mampu menciptakan profitabilitas. Memasuki tahun 2012 marketing
expense akhirnya mampu meningkatkan profitabilitas perusahaan, meski pada tahun 2013
profitabilitas kembali mengalami penurunan yang tidak signifikan. Jika dilihat secara garis
besar maka ROA perusahaan ini memiliki trend yang menurun, padahal marketing expense
terus meningkat, marketing expense perusahaan ini gagal untuk menciptakan profitabilitas.
Sementara peningkatan total asset perusahaan dari tahun ke tahun tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.
Tahun
Penjualan
ATO
2009
Rp 4,777,175,386,540
147.15%
Rp 7,224,164,991,859
164.22%
Rp 9,453,865,992,878
143.24%
Rp 10,510,625,669,832
126.60%
Rp 12,017,837,133,337
123.76%
2010
2011
2012
2013
Pada tahun 2010, ATO mengalami peningkatan namun memasuki tahun 2011 hingga 2013
angka ATO terus menurun. Jika dilihat secara garis besar maka perusahaan ini memiliki trend
ATO yang menurun. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
assetnya secara efisien mengalami penurunan pula. Meski angka penjualan yang dihasilkan
terus meningkat akibat aktivitas pemasaran, perusahaan masih gagal dalam memanfaatkan
assetnya secara optimal. Naik turunnya produktifitas perusahaan ini juga dipengaruhi oleh
ukuran perusahaan (Total Asset)
Tahun
Jumlah Lembar
Saham Beredar
Harga
Saham
Penutupan
MVE
2009
766,584,000
3,857
Rp2,956,714,488,000
766,584,000
9,214
Rp7,063,304,976,000
766,584,000
12,214
Rp9,363,056,976,000
766,584,000
17,143
Rp13,141,549,512,000
2010
2011
2012
2013
894,347,989
26,000
Rp23,253,047,714,000
MVE mengalami peningkatan tiap tahunnya dikarenakan harga saham yang semakin
meningkat. Namun peningkatan ini tidak dipengaruhi oleh marketing expense ataupun ukuran
perusahaan (Total Assets).
ROA
MARKETING EXPENSE
600.00%
Rp1,800,000,000,000
Rp1,600,000,000,000
Rp1,400,000,000,000
Rp1,200,000,000,000
Rp1,000,000,000,000
Rp800,000,000,000
Rp600,000,000,000
Rp400,000,000,000
Rp200,000,000,000
Rp-
500.00%
400.00%
300.00%
200.00%
100.00%
0.00%
1
ATO
TOTAL ASSET
700.00%
Rp12,000,000,000,000
600.00%
Rp10,000,000,000,000
500.00%
Rp8,000,000,000,000
400.00%
Rp6,000,000,000,000
300.00%
200.00%
Rp4,000,000,000,000
100.00%
Rp2,000,000,000,000
0.00%
Rp1
MVE
Rp25,000,000,000,000
Rp20,000,000,000,000
Rp15,000,000,000,000
Rp10,000,000,000,000
Rp5,000,000,000,000
Rp1
PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF) merupakan perusahaan publik yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 yang pada awalnya hanya bergerak di bisnis
makanan (TPS Food) dan pada 2008 mulai memasuki bisnis perkebunan kelapa sawit (TPS
Agro). Sejalan dengan proses transformasi bisnis yang dimulai pada 2009, TPSF telah
menjadi salah satu perusahaan yang termasuk dalam Indeks Kompas 100 dan mendapat
penghargaan Best Consumer Goods Industry Public Listed Company serta termasuk
perusahaan yang masuk dalam daftar A List of the Top 40 Best Performing Listed Company
pada tahun 2011.
Bisnis makanan dari TPS Food adalah bisnis pendahulu dan tetap menjadi kontributor
utama TPSF yang terus mengembangkan usahanya dengan mengakuisisi beberapa
perusahaan antara lain PT Subafood Pangan Jaya yang bergerak di bidang produksi bihun
jagung dengan beberapa merek terkenal Subahoon dan Cap Tanam Jagung, serta
mengakuisisi merek TARO pada akhir tahun 2011 yang memiliki tingkat awareness yang
sangat tinggi dan telah menghasilkan pertumbuhan dan kinerja yang luar biasa dengan
memberikan kontribusi pendapatan hingga 25% dari total penjualan TPS Food.
Visi :
Menjadi sebuah perusahaan berwawasan Nasional yang membangun Indonesia, hebat, dan
sukses di "Food and related businesses" yang bereputasi dan berkontribusi meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Misi :
Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas dan inovatif yang mampu menciptakan
nilai tambah untuk semua pelanggan.
Menjadi Perseroan yang hebat dengan cara membangun sistem jalur ganda dalam
organisasi kami; Orang yang tepat dengan sistem yang baik.
Membangun budaya disiplin dan sumber daya manusia pembelajar untuk memaksimalkan
kekuatan karyawan dan organisasi.
Menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme dan Tata Kelola Perusahaan yang baik.
Secara konsisten memberikan keuntungan di atas standar pasar atas dana Pemegang
Saham
1. Makanan Dasar
Makanan dasar (Basic Food) adalah jenis produk yang harus diolah terlebih dahulu
sebelum dikonsumsi, biasanya banyak digunakan oleh pedagang sebagai bahan
masakan yang akan mereka sajikan kepada konsumen akhir. Basic Food terdiri dari
empat kategori: mie kering, mie kering premium, bihun, dan bihun premium. Beberapa
produk Basic Food yang dihasilkan oleh PT Tiga Pilar Sejahtera (TPS) antara lain Mie
Superior, Mie Ayam Dua Telor, Bihun Yumi, dan Bihunku. Produk-produk ini tersedia
dalam berbagai ukuran dan bentuk agar sesuai dengan kebutuhan konsumen.TPSF telah
menjadi pemimpin pasar di bidang bihun kering dan mie kering di Indonesia. Hingga
akhir 2012 lalu, TPSF telah menambah market share-nya menjadi sebesar 28% dari
tambahan market share PT Subafood Pangan Jaya yang baru diakuisisi sebesar 5%
dengan produk utama bihun jagung merk Subahoon dan Cap Tanam Jagung.
2. Makanan Konsumsi
Makanan konsumsi (Consumer Product Food) adalah produk makanan yang dapat
dikonsumsi langsung oleh konsumen akhir.Selain yang telah dijalankan secara
operasional melalui TPS, perusahaan menambah pangsa pasar makanan konsumsi ini
dengan mengambil alih PT Poly Meditra Indonesia. Terdiri dari lima kategori : mie
instan, bihun instan, biscuit, permen, snack. Beberapa produk yang dihasilkan adalah
Mikitia, BihunKu new, Growie, Gulas, Taro Net, Mie Kremezz.
tahun
kemudian
1984,
akhirnya
hingga
menjadi
2003.
Dan
berhasil
snack Taro
diperoleh gratis setiap pembelian snack Taro sebanyak 3 buah SKU 40 gram.
Elemen promosi yang digunakan antara lain:
Dunia yang menampilkan dua anak sedang bertualang bersama Taro Boy
sekaligus menampilkan promo CD games yang berlaku bulan April Mei. Print
ad mengenai promo CD games gratis. Holiday pack yang berisi 2 snack Taro
ukuran 40gr bersama dengan bonus susu Frisian Flag Cool Choco. Promo ini
2013,
PT
TPSF
Brand Taro berhasil mendapatkan penghargaan berupa Indonesia Best Brand Award
pada bulan September 2012 yang diberikan oleh Majalah SWA; Top Brand Award for Kids
Indonesia 2013 untuk kategori snack modern dari Frontier Consulting dan Majalah
Marketing pada bulan April 2013; Superbrand 2014 dari Superbrand Indonesia pada bulan
Agustus 2013; Best Brand Award 2013 kategori snack dari Majalah SWA, Mars Indonesia
dan Metro TV pada bulan September 2013; dan pemenang ke-2 kategori Indonesia Best
Brand Activation for Kids untuk program Pertualangan Taro Jelajah Nusantara oleh
Majalah SWA.
2. Mie Kremezz
1. Product
Mie Kremezz adalah
makanan ringan yang
disukai
anak-anak
berupa
mie
dikeringkan
dibungkus
kemasan
kecil,
kemudian
untuk
memakannya
dilakukan
dengan
yang
dan
dalam
cara
dan Majalah Marketing pada bulan April 2013; Best Brand Award 2013 kategori snack mie
dari Majalah SWA, Mars Indonesia, Metro TV pada bulan September 2013; dan Excellent
Brand Award 2013 kategori snack mie dari Rich Mark dan TA Media Group pada bulan
November 2013.
Tahun
Perusahaan
2009
AISA
Laba usaha
Rp102,629,000,000
Total Asset
ROA
Rp1,568,830,000,000 6.54%
Selling&Marketing
Expense
Rp21,613,000,000
2010
AISA
Rp126,390,000,000
Rp1,936,950,000,000 6.53%
Rp29,369,000,000
2011
AISA
Rp303,376,000,000
Rp3,590,309,000,000 8.45%
Rp73,832,000,000
2012
AISA
Rp459,778,000,000
2013
AISA
Rp613,246,000,000
Tahun
Penjualan
ATO
2009
Rp
533,194,000,000
33.99%
Rp
705,220,000,000
36.41%
Rp 1,752,802,000,000
48.82%
Rp 2,747,623,000,000
71.04%
Rp 4,056,735,000,000
80.80%
2010
2011
2012
2013
Dari tahun ke tahun, ATO mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
dapat meningkatkan penjualan dengan menggunakan asetnya seminimum mungkin,
perusahaan mampu memanfaatkan aset yang dimilikinya secara efisien. Meningkatnya angka
penjualan tiap tahun tidak lepas dari aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan,
ditunjukkan dengan angka marketing expense yang terus bertambah tiap tahunnya.
Peningkatan produktifitas perusahaan ini dipengaruhi pula oleh Total Asset perusahaan yang
juga semakin meningkat.
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Jumlah
Lembar
Saham
Beredar
Harga
Saham
Penutupan
MVE
1,672,000,00
0
329
Rp550,088,000,000
1,672,000,00
0
713
Rp1,192,136,000,000
2,926,000,00
0
495
Rp1,448,370,000,000
2,926,000,00
0
1,080
Rp3,160,080,000,000
2,926,000,00
0
1,430
Rp4,184,180,000,000
MVE mengalami peningkatan tiap tahunnya dikarenakan harga saham yang semakin
meningkat. Namun peningkatan ini tidak dipengaruhi oleh marketing expense ataupun ukuran
perusahaan (Total Assets).
MARKETING EXPENSE
ROA
600.00%
Rp250,000,000,000
500.00%
Rp200,000,000,000
400.00%
Rp150,000,000,000
300.00%
Rp100,000,000,000
200.00%
100.00%
Rp50,000,000,000
0.00%
Rp1
ATO
TOTAL ASSET
700.00%
600.00%
500.00%
400.00%
300.00%
200.00%
100.00%
0.00%
Rp6,000,000,000,000
Rp5,000,000,000,000
Rp4,000,000,000,000
Rp3,000,000,000,000
Rp2,000,000,000,000
Rp1,000,000,000,000
Rp1
MVE
Rp5,000,000,000,000
Rp4,000,000,000,000
Rp3,000,000,000,000
Rp2,000,000,000,000
Rp1,000,000,000,000
Rp1
Kegiatan operasional di bidang agribisnis dijalankan oleh PT Salim Ivomas Pratama Tbk
(SIMP) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum), yang sahamnya
tercatat di BEI, serta merupakan anak perusahaan Indofood Agri Resources Ltd.
(IndoAgri), yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Singapura. Kegiatan usaha utama
Grup ini meliiputi penelitian dan pengembangan, pembibitan, pemuliaan dan pengolahan
kelapa sawit hingga produksi dan pemasaran minyak goreng, margarin, dan shortening
bermerk.Di samping itu, kegiatan usaha Grup ini juga mencakup pemuliaan dan
pengolahan karet dan tebu serta tanaman lainnya.
4. Distribusi
Perusahaan memiliki jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia.Grup ini
mendistribusikan
hampir
para konsumen, serta meraih berbagai penghargaan atas keunggulan dan status
mereknya.
2. DAIRY
Divisi Dairy dijalankan oleh Indolakto, anak perusahaan yang 68,57% sahamnya dimiliki
oleh ICBP secara tidak langsung, dan merupakan salah satu produsen produk dairy yang
terkemuka di Indonesia. Produk-produknya meliputi antara lain susu kental manis
(SKM),susu ultra-high temperature (UHT), susu steril dalam botol, susu pasteurisasi,
susu bubuk, mentega dan es krim. Merek Indomilk telah hadir di pasar selama lebih dari
40 tahun serta merupakan salah satu merek ternama di Indonesia. Merek-merek lainnya
termasuk Cap Enaak dan Tiga Sapi untuk produk-produk susu, Orchid Butter untuk
mentega, dan Indoeskrim untuk produk es krim.
3. MAKANAN RINGAN
Divisi Makanan ringan terdiri dari unit usaha makanan ringan dan biskuit. Unit usaha
makanan ringan merupakan perusahaan patungan dengan PepsiCo yang memproduksi
makanan ringan moderen dan tradisional seperti keripik kentang, singkong dan tempe,
serta kerupuk keriting, kerupuk udang dan extruded snack yang dipasarkan dengan
merek-merek Chitato, Lays, Qtela, Cheetos dan JetZ yang memiliki posisi yang kuat di
pasar. Unit usaha biskuit dijalankan sendiri oleh ICBP, serta memproduksi berbagai
biskuit yang dipasarkan dengan merek Trenz bagi segmen kaum muda, dan Wonderland
bagi seluruh keluarga.
4. PENYEDAP MAKANAN
Divisi Penyedap Makanan memproduksi produk-produk kuliner bagi Grup Indofood dan
perusahaan asosiasi, NICI, yang merupakan perusahaan patungan dengan Nestl Sa.
NICI memasarkan produk-produk kuliner seperti kecap, saus sambal, saus tomat, bumbu
instan dan kaldu, dengan merek Indofood, Piring Lombok, Indofood racik dan Maggi.
Selain itu, Divisi ini juga menjalankan sendiri kegiatan produksi dan pemasaran produk
sirup dengan merek Indofood freiss.
5. NUTRISI DAN MAKANAN KHUSUS
Divisi Nutrisi & Makanan Khusus memproduksi makanan-makanan khusus untuk bayi
dan balita serta produk susu bagi para ibu hamil dan menyusui. ragam produk meliputi
berbagai bubur dan biskuit untuk bayi dan anak-anak, serta produk susu bagi para ibu.
Produk-produk tersebut dipasarkan dengan merek Promina bagi segmen menengah ke
atas dan merek SUN untuk segmen pasar yang lebih luas.
6. Divisi Kemasan yang memproduksi kemasan fleksibel dan kemasan karton guna
mendukung kegiatan operasional Grup dan para pelanggan pihak ketiga. Divisi kemasan,
yang berperan sebagai pendukung dari konsep Indofood sebagai perusahaan Total Food
Solutions, memegang peranan penting dalam seluruh mata rantai kegiatan operasional
perusahaan.
pertama
masyarakat
di
kali
tahun
diperkenalkan
1969,
banyak
kepada
yang
konsumennya, dengan juga terus melakukan inovasi untuk menghasilkan cita rasa mie
yang sesuai dengan selera konsumen.
2. Price
Indomie selain dapat dibeli per bungkus, dapat juga dibeli dengan paket 5 bungkus atau
paket 1 kardus, berisi 30 atau 40 indomie. Harga Indomie juga sangat murah dan
terjangkau bagi semua kalangan masyarakat.
3. Place
Produk Indomie dapat diperoleh dengan mudah, mulai dari warung-warung hingga
supermarket besar
4. Promotion
a. Tagline : Indomie Seleraku
b. Iklan : billboard, iklan TV, sponsor acara
c. Event : Indomie menggelar ajang membuat lagu jingle untuk pelajar SMA, acara
tersebut berjudul Jingle Dare yang diselenggarakan hampir setiap tahun.
2.
Ayam Bawang, Pop Mie rasa Ayam, Pop Mie rasa soto ayam, Pop Mie rasa Baso, Pop
Mie rasa Kari Ayam, Pop Mie Mini. Mie kemasan gelas ini lebih praktis penyajiannya
dari mie kemasan plastik.Hanya dengan diseduh air panas dan diamkan selama 3 menit,
mie sudah siap untuk disantap.Kelebihan lainnya dari Pop Mie adalah isinya sudah
lengkap. Packaging dari Pop Mie sendiri unik dan beragam.
2. Price
Dalam penetapkan harga, Indofood memberi harga yang berbeda untuk setiap varian rasa
Pop Mie.Harga yang dikenakan untuk setiap dus Pop Mie dengan isi 24 pcs berkisar
antara Rp 65.000 Rp 80.000.
3. Place (Distribution)
Tempat (Place) sebagai distribusi Produk Pop Mie ini cukup luas.Produk ini tidak hanya
dipasarkan di kota-kota besar saja tetapi juga sampai ke desa, mulai dari toko swalayan
besar, mini market, sampai warung-warung kecil yang ada di jalan raya.
4. Promotion
Strategi promosi produk Pop Mie terbilang cukup gencar, dan intensif. Dalam
keterkaitannya dengan IMC (Intergrated Marketing Communication), Pop Mie
melakukan komunikasi
pemasaran dengan
menggunakan
sarana untuk
Pop Mie Cheerleadance (Kompetisi cheerleader yang diselenggarakan oleh Pop Mie
dan event ini mengumpulkan seluruh team cheerleaders antar SMA diseluruh Indonesia).
Pop Mie Get Lucky (Suatu tindakan promosi yang dilakukan oleh Pop Mie bagi seluruh
konsumennya. Dimana setiap konsumen yang membeli produk Pop Mie berlabel "get
lucky" yang berada ditutup kemasan Pop Mie ukuran dan varian apa saja, berkesempatan
memenangkan hadiah-hadiah. Dengan cara melihat bungkus bumbu Pop Mie tersebut
apakah tertera hadiah yang telah diberitahukan atau tidak.Hadiah yang disediakan seperti
Suzuki Titan, Ipod Nano, Blackberry, dll).
Word of Mouth Marketing 2009-2013 Award Pop Mie, Most Recommended Brand in Cup
makanan seperti martabak, brownies, pound cake dan aneka makanan rumah tangga
mulai dari bakwan, goreng- gorengan, bolu, dan sebagainya. Karakteristiknya yang
multi-purpose membuatnya amat fleksibel dan praktis digunakan.
2. Price
Produk Tepung Segitiga Biru yang tersedia di pasaran dijual dalam 2 macam bentuk
yaitu kemasan 25kg dan kemasan 1kg untuk kepraktisan pengguna.Harga yang diberikan
oleh Bogasari untuk produk Tepung Segitiga Biru kemasan 25kg Rp 160.000 Rp
170.000.Sedangkan untuk produk Tepung Segitiga Biru kemasan 1kg Rp 9.000 Rp
10.000.
3. Place
Dalam melakukan penjualan produk Tepung terigu Segitiga Biru, Indofood menerapkan
beberapa cara penempatan produk di seluruh Indonesia. Konsumen dapat membeli
produk Tepung Segitiga Biru dengan cara Retail (eceran), Wholesale, Mail Order
(pesanan lewat surat), Internet, Direct sales (penjualan langsung), Peer to peer (orang ke
orang), dan Multi channel.
4. Promosi
Strategi yang digunakan Bogasari untuk menarik perhatian konsumen agar membeli
produk Tepung Segitiga Biru, dengan melakukan berbagai promosi seperti mengiklankan
produknya di media massa, memberikan penawaran khusus untuk pembeli Wholesale,
mengadakan
khursus
memberikan
hadiah-hadiah
bagi
konsumen.
dominan
masak,
Bogasari
menggunakan
dan
menarik
lebih
strategi
Segmentasi
Segmentasi
geografis
bogasari
meliputi
Korea,
Philipine,
Hong
Kong,
dewasa
baik
baik
laki
maupun
perempuan.
2.
Target Pasar
Bogasari memproduksi berbagai tepung terigu yang berkualitas untuk berbagai
kebutuhan dan dipasarkan dengan berbagai merek utama antara lain Cakra Kembar,
Segitiga Biru, dan Kunci Biru. Target pasar dari Tepung Segitiga Biru diantaranya dalam
skala kecil adalah ibu-ibu rumah tangga, untuk skala yang cukup besar dan menjadi
sorotan utama bogasari yakni untuk usaha kecil menengah (UKM) dengan tujuan untuk
meningkatkan perekonomian hilir di indonesia, dan dengan skala menengah yakni
industri-industri besar yang menggunakan bahan baku tepung terigu sebagai bahan dasar
pengolahan.
3.
Positioning Produk
Bogasari menerapkan strategi yang unik, dimana ketika menjual Tepung Segitiga Biru,
Bogasari tidak mempromosikan tepung terigu yang merupakan produknya, melainkan
mempromosikan produk akhir dari Tepung Segitiga Biru seperti roti atau mie. Produkproduk akhir itu di buat oleh pengusaha kecil dan menengah (UKM).Jadi produk
makanan itu semakin dikenal oleh masyarakat dan pengusaha kecil dan menengah
semakin tumbuh serta Tepung Segitiga Biru semakin laris.
menguasaimarket
share sebesar
40
1. Produk (product)
Merek pada produk minyak bimoli ini selain mudah diucapkan juga mudah diingat oleh
semua kalangan masyrakat.Minyak bimoli ini tidak mudah berbusa, dan berwarna kuning
keemasan yang menandakan adanya beta karoten. Para ahli juga melakukan penelitian
dan menghasilkan adanya kandungan Omega 9 sebanyak 40%-45% dalam minyak
goreng Bimoli. Dikenal sebagai asam oleat, Omega 9 umumnya terdapat pada minyak
sawit namun berangsur hilang saat proses pembuatan minyak goreng. Proses pemurnian
Bimoli terbukti dapat mempertahankan kebaikan dari Omega 9 ini dan tahan terhadap
panas tinggi. Kini Omega 9 telah menjadi paradigma baru dalam pengaturan diet
penderita jantung koroner akibat kolesterol berlebih.
Pemakaian produk minyak bimoli ini terkenal dengan menjadikan makanan menjadi
renyah atau crispy saat dimakan.Disamping itu, banyak pula jenis ukuran produk minyak
goreng bimoli yang ditawarkan, sehingga memudahkan konsumen dalam pembeliannya.
2. Tempat (place)
Minyak goreng termasuk salah satu dari sembilan bahan pokok dan dikonsumsi oleh
hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang berada di perkotaan maupun di
pedesaan.Salah satu merek minyak goreng yang menjadi pelopor kemunculan minyak
goreng kemasan bermerek adalah Bimoli.Banyaknya merek minyak goreng kemasan
yang beredar di masyarakat saat ini, membuat PT. Indofood sebagai perusahaan yang
memasarkan Bimoli untuk mempertahankan konsumen supaya tidak pindah ke merek
pesaing.Salah satu strategi pemasaran yang dilakukan PT.Indofood ialah bauran
pemasaran melalui tempat/ saluran distribusi. Dengan bauran pemasaran yang tepat akan
membantu PT. Indofood untuk mempertahankan konsumennya untuk melakukan
pembelian ulang terhadap minyak goreng Bimoli.
Dari sisi penyebaran produk, tim sales dan distribusi Indofood Indonesia telah berhasil
menempatkan Minyak Goreng Bimoli mulai dari pasar modern (hypermarket,
supermarket, minimarket) hingga general trade (toko kelontong, pasar). Sehingga,
harganya pun mempunyai range yang pas terhadap setiap income level ( mass maupun
semi premium).
3. Harga (price)
Tingkat harga minimum (IPP) bagi produk minyak goreng berada pada tingkat harga Rp
22.500,- Berdasarkan garis perpotongan tersebut didapatkan bahwa tingkat harga
optimum bagi produk minyak goreng Bimoli berada pada tingkat harga Rp 23.500,-.
Tingkat harga tertinggi (MEP) bagi produk Bimoli adalah Rp 26.500,- dan tingkat harga
terendah (MCP) Rp 20.500,-. Harga minyak goreng Bimoli saat ini yaitu Rp 22.900,berada pada rentang harga optimum yang dapat diterima yaitu antara harga minimum Rp
20.500,- dan harga optimum Rp 26.500,-.
4. Promosi (promotion)
Untuk mempertahankan market leadership, Bimoli terus melakukan aktifitas promosi
baik berupa advertising, brand activation maupun sales promotion. Tema komunikasi
Bimoli adalah Simbol Kesempurnaan Minyak Goreng. Bimoli menggunakan TV
commercial, print ad, editorial dan event-event untuk mengedukasi konsumen mengenai
teknologi pemrosesan PMP (Pemurnian Multi Proses), kandungan Omega 9 dan benefit
lain dari Bimoli. Event yang rutin dilakukan sebagai brand activation Bimoli seperti
lomba masak, demo masak, bazar dan sponsorship.Beberapa kegiatan ini dilakukan
melalui kerjasama dengan berbagai media, baik off air maupun on air.
Dilihat dari segi demografisnya minyak bimoli diperuntukkan untuk wanita yang telah
menikah, keluarga merupakan segmen utama Bimoli. Segmen ini memiliki ciri
demografis berupa penghasilan dan tingkat pendidikan yang cukup tinggi, sehingga
diharapkan dalam melakukan pembeliannya segmen ini bersifat rasional, yaitu membeli
produk karena mutu dan nilai tambah yang dapat diperolehnya. Dari segi geografis,
minyak bimoli dapat dipasarkan dalam taraf nasional (bagi semua masyarakat di seluruh
Indonesia). Minyak tersebut tersebar di berbagai kota, meski tidak sedikit masyarakat
desa yang mengkonsumsinya. Sedangkan dari sisi psikografisnya, minyak bimoli lebih
diminati oleh kalangan masyarakat yang berpendapatan menengah ke atas seperti
mayarakat atau pembeli yang menyukai merek (Liking The Brand), terlebih para
pengusaha kuliner, seperti restoran, perhotelan yang lebih mementingkan kualitas bagi
produk yang mereka jual(Nala, 2003).
2. Target Pemasaran
Kotler dan Amstrong (2008) menyatakan bahwa target pasar adalah sekelompok pembeli
(buyers) yang memiliki kebutuhan atau karakteristik yang sama yang menjadi tujuan
promosi perusahaan. Minyak Bimoli dipasarkan pada konsumen yang memiliki
pendapatan menengah ke atas, hal ini dikarenakan harganya yang relatif mahal.Sehingga
masyarakat kalangan menengah ke bawah jarang untuk dapat memanfaatkannya.
3. Posisi Pemasaran Pada Produk Minyak Bimoli
Positioning adalah suatu tindakan atau langkah-langkah dari produsen untuk mendesain
citra perusahaan dan penawaran nilai dimana konsumen didalam suatu segmen tertentu
mengerti dan menghargai apa yang dilakukan suatu segmen tertentu, mengerti dan
menghargai apa yang dilakukan suatu perusahaan, dibandingkan dengan pesaingnya.
Positioning memiliki empat bentuk yaitu posisi leader, challenger, follower dan nicher.
Posisi leader merupakan posisi suatu brand produk yang menempati urutan pertama
permintaan para konsumen. Posisi challenger(penantang) adalah posisi dimana adanya
brand baru yang berusaha untuk bersaing dengan brand produk utama(leader). Posisi
follower adalah posisi pengikut brand produk utama atau challenger.Sedangkan posisi
nicher merupakan posisi paling bawah dan target pasarnya juga kalangan bawah.
Penghargaan yang diraih dari produk Bimoli :
Bimoli, Best Brand Platinum in Cooking Oil category, by SWA Magazine and MARS
Indonesian Customer Satisfaction Award 2009-2013
Bimoli, The Best in Achieving Total Customer Satisfaction, by Frontier Consulting
Group and SWA Magazine
Perusahaa
n
Laba usaha
Total Asset
ROA
Selling&Marketing
Expense
Tahun
INDF
2010
INDF
Rp6,729,300,000,000 Rp47,276,000,000,000 %
2011
INDF
Rp6,847,432,000,000 Rp53,586,000,000,000 %
2012
INDF
Rp6,877,782,000,000 Rp59,389,000,000,000 %
Rp4,074,620,000,000
2013
INDF
Rp4,862,078,000,000
2009
14.23
12.78
11.58
Rp3,274,663,000,000
Rp3,372,989,000,000
Rp3,616,925,000,000
Dari tahun ke tahun angka marketing expense mengalami peningkatan, pada tahun 2010
marketing expense yang dikeluarkan perusahaan dikatakan efektif karena mampu
meningkatkan profitabilitas, namun profitabilitas terus mengalami penurunan sampai tahun
2013. Jika dilihat secara garis besar maka perusahaan ini memiliki trend ROA yang menurun.
Hal ini menggambarkan biaya marketing yang dikeluarkan perusahaan tidak mampu
menciptakan profitabilitas. Sementara peningkatan total asset perusahaan dari tahun ke tahun
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.
Tahun
Penjualan
ATO
2009
Rp 37,397,300,000,000
92.61%
Rp 38,403,400,000,000
81.23%
2010
2011
Rp 45,768,100,000,000
85.41%
Rp 50,201,500,000,000
84.53%
Rp 57,732,000,000,000
73.93%
2012
2013
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Jumlah
Lembar
Saham
Beredar
Harga
Saham
Penutupan
MVE
8,780,000,00
0
3,550
Rp31,169,000,000,000
8,780,000,00
0
4,875
Rp42,802,500,000,000
8,780,000,00
0
4,600
Rp40,388,000,000,000
8,780,000,00
0
5,850
Rp51,363,000,000,000
8,780,000,00
0
6,600 Rp57,948,000,000,000
MVE mengalami peningkatan tiap tahunnya dikarenakan harga saham yang semakin
meningkat. Namun peningkatan ini tidak dipengaruhi oleh marketing expense ataupun ukuran
perusahaan (Total Assets).
ROA
MARKETING EXPENSE
600.00%
Rp6,000,000,000,000
500.00%
Rp5,000,000,000,000
400.00%
Rp4,000,000,000,000
300.00%
Rp3,000,000,000,000
200.00%
Rp2,000,000,000,000
100.00%
Rp1,000,000,000,000
0.00%
Rp1
ATO
TOTAL ASSET
700.00%
Rp100,000,000,000,000
600.00%
Rp80,000,000,000,000
500.00%
400.00%
Rp60,000,000,000,000
300.00%
Rp40,000,000,000,000
200.00%
Rp20,000,000,000,000
100.00%
Rp-
0.00%
1
MVE
Rp70,000,000,000,000
Rp60,000,000,000,000
Rp50,000,000,000,000
Rp40,000,000,000,000
Rp30,000,000,000,000
Rp20,000,000,000,000
Rp10,000,000,000,000
Rp1
PT ULTRAJAYA
Dimulai dari pabrik susu rumahan pada tahun 1958 di Bandung - Jawa Barat PT
Ultrajaya berkembang, hingga selanjutnya di tahun 1971 PT Ultrajaya melebarkan sayap
bisnisnya menjadi PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company.Perusahaan ini
merupakan pioner di bidang industri minuman dalam kemasan di Indonesia, dan sekarang
memiliki mesin pemroses minuman tercanggih se-Asia Tenggara.
Jaringan distribusi PT Ultrajaya telah menjangkau seluruh daerah di Indonesia,
didukung dengan strategi marketing yang sudah terintegrasi untuk mempertahankan dan terus
membangun ekuitas brand dan memenuhi kebutuhan konsumen Indonesia. Saat ini PT
Ultrajaya telah menjangkau lebih dari 25.000 wholesaler yang masing-masing secara kolektif
menjual produknya ke lebih dari 65.000 retailer (baik local modern market maupun pasar
tradisional), hotel, dan penggunaan secara komersial.Sementara itu, jalur distribusi di pulau
Jawa saat ini juga terdiri dari lebih dari 300 sales professional, dengan lebih dari 100 armada,
dan 20 kantor cabang.
Konsumen utama PT Ultrajaya di Indonesia yang terdiri dari kurang lebih 240 juta
penduduk,
saat
ini
juga
mengalami
peningkatan
daya
beli.Hampir
90%
total
Ultra Milk Susu UHT Full Cream (Kotak 1 liter, 250 ml, 200ml)
Ultra Milk Susu UHT Varian Rasa (Kotak 1 liter, 250 ml, 200 ml, 125 ml)
Ultra Milk Low Fat Hi-Calcium Full Cream (Kotak 1 liter, 250 ml, 200 ml)
Ultra Milk Mimi (125ml)
Ultra Milk Susu Sehat
3. Teh Kotak
Teh Kotak merupakan produk minuman teh dalam kemasan kotak pertama di
Indonesia. Teh Kotak memiliki 2 varian rasa:
Teh Kotak Jasmine Tea (kotak 500 ml, 200 ml plus ekstra 100 ml)
Teh Kotak Rasa Buah (kotak 200 ml plus ekstra 50 ml) yang tersedia dalam
beberapa pilihan rasa
4. Minuman Kesehatan
Minuman kesehatan produksi PT Ultrajaya terbagi kedalam 2 sub produk:
PRODUK
1. Ultramilk
Pada
UNGGULAN PT ULTRAJAYA
periode
awal
pendirian,
Distribusi UltraMilk
meliputi seluruh pelosok di dalam negeri dengan cara penjualan langsung (direct selling),
melalui pasar-pasar modern (modern trade), dan melalui penjualan tidak langsung (indirect
selling).Penjualan langsung (direct selling) dilakukan ke toko-toko, kios-kios, dan pasar-pasar
tradisional lainnya di seluruh Pulau Jawa dengan menggunakan armada penjualan milik
Perseroan yang terdapat di kantor-kantor pemasaran dan depo-depo yang terletak di beberapa
kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, serta beberapa kota
lainnya di Pulau Jawa.
Taman Anggrek Jakarta pada 16-18 September 2011, Ambarukmo Plaza Yogyakarta
pada 15 - 16 Oktober, Sun Plaza Medan pada 12 - 13 November 2011, dan SuperMall
Pakuwon Surabaya pada 3 - 4 Desember 2011.Selain itu juga terdapat booth
PhotoMe, yang merupakan media bagi pengunjung untuk berfoto dan langsung
dapat diupload ke social media. Pengunjung juga dapat membeli paket susu Ultra
dengan bonus hadiah menarik.
Ultrajaya juga menggelar event roadshow Milk Every Day.Pada tahun
sebelumnya, program ini juga pernah diadakan dengan membuka kesempatan bagi
beberapa keluarga untuk menyaksikan langsung proses pembuatan susu Ultra di
pabrik Ultrajaya. Roadshow ini dilakukan di 6 kota besar, yaitu Jakarta, Bandung,
Surabaya, Balikpapan, Samarinda dan Makassar, mulai September 2014 hingga Mei
2015.
13 June 2012 : Indonesian Women Survey 2012 No 1 Choice Brand, dari majalah
Majalah SWA.
02 Apr 2014 : Indonesia WOW Brand 2014 (Silver Champion of Indonesia WOW
Brand 2014 Non-Flavored Milk), dari Markplus Inc dan Markplus Insight
23 Jun 2014 : Word of Mouth Marketing Most #1 Recommended Brand 2014, dari
Majalah SWA
21 Jul 2014 : #1 Champion Indonesia Original Brand 2014, dari Majalah SWA
17 Sept 2014 : Indonesia Best Brand Award (Best Brand Platinum 2014), dari Majalah
SWA dan MARS
2. Teh Kotak
Hingga saat ini, seperti halnya UltraMilk, Teh Kotak unggul di varian
minuman siap saji dalam kemasan karton.Dengan mengusung konsep thanks to
nature, teh kotak merupakan pelopor minuman teh siap saji yang pertama diluncurkan
oleh PT Ultrajaya pada tahun 1979. Teh Kotak terbuat dari daun teh kualitas terbaik
yang diambil hanya dari pucuk-pucuk daun teh terpilih yang ditanam di ketinggian
1000 meter di atas permukaan laut. Dikarenakan telah hadir dengan usia yang cukup
lama, menjaga kepuasan dan loyalitas konsumen akan menjadi tantangan tersendiri
bagi sebuah brand. Untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan minat
konsumen, pada tahun 2006 dan 2011 lalu, Teh Kotak meluncurkan varian teh rasa
buah.
mudah
ditemui,
maupun
di
dipatok
terjangkau
untuk
masyarakat
dari
berbagai
kalangan.Kisaran harga Teh Kotak kemasan 200 ml saat ini adalah Rp 2500,00 sampai
Rp 3500,00.
Dalam segi promosi Teh Kotak menggunakan strategi promotional pack pada
kemasan 200 ml. Pada kemasan tersebut, Teh Kotak memberikan tambahan gratis
sebanyak 50% sehingga total nettonya 300 ml. Dengan harga hampir sama dengan
brand-brand pesaing, Teh Kotak jadi terkesan sangat terjangkau dan menguntungkan
konsumen karena isinya 50% lebih banyak. Pada dasarnya, konsumen memang
akanlebih menyukai produk yang memberikan benefit lebih banyak. Teh Kotak pun
aktif beriklan di televisi.Kini Teh Kotak aktif mengkampanyekan thanks to nature
with Teh Kotak. Acara persembahan untuk alam ini bukan kali pertama
diselenggarakan oleh PT Ultrajaya, pada 2011 diselenggarakan di 4 kota, seperti Bumi
Perkemahan Cibubur Jakarta pada 17 Juli 2011, Bumi Sangkuriang Bandung pada 23
Oktober 2011, Balai Kambang Solo pada 26 November 2011, dan terakhir di Taman
Flora Surabaya pada 4 Desember 2011.Mereka turut aktif mendukung pelestarian
alam melalui program-program below the line seperti photo contest Enjoy Nature
Love Nature dan diskusi Eksplorasi Berkebun dengan National Geographic Indonesia
yang dilaksanakan padaFebruari 2013. Teh Kotak pun mengoptimalkan peran internet
melalui social media faceook, twitter, dan website.
Tahun
Perusahaa
n
2009
ROA
Selling&Marketing
Expense
Laba usaha
Total Asset
ULTJ
Rp126,949,442,668
Rp1,732,701,994,634
7.33%
Rp294,945,427,617
2010
ULTJ
Rp185,417,086,859
Rp2,006,595,762,260
9.24%
Rp406,826,867,113
2011
ULTJ
Rp136,644,453,342
Rp2,180,516,519,057
6.27%
Rp443,647,370,066
2012
ULTJ
Rp429,341,499,878
Rp2,420,793,382,029
17.74
%
Rp449,108,256,231
2013
ULTJ
Rp423,195,023,125
Rp2,811,620,982,142
15.05
%
Rp551,154,993,237
Selama 5 tahun terakhir, biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk aktivitas pemasaran
mengalami peningkatan. Namun hal ini tidak diikuti dengan naiknya ROA. Selama 2010
profitabilitas yang digambarkan dengan ROA mengalami peningkatan, namun menurun lagi
ketika memasuki 2011. Pada tahun 2012 profitabilitas meningkat pesat namun memasuki
tahun 2013 profitabilitas perusahaan kembali mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan
marketing expense yang dikeluarkan perusahaan belum efektif untuk menciptakan
profitabilitas pada tahun 2011 dan 2013. Namun jika dilihat secara garis besar, ROA
perusahaan ini memiliki trend yang meningkat, Marketing expense perusahaan ini berhasil
menciptakan profitabilitas. Sementara peningkatan total asset perusahaan dari tahun ke tahun
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.
Tahun
Penjualan
ATO
2009
Rp 1,613,927,991,404
93.15%
Rp 1,880,411,473,916
93.71%
Rp 2,102,383,741,532
96.42%
Rp 2,809,851,307,439
116.07%
2010
2011
2012
2013
Rp 3,460,231,249,075
123.07%
Dari tahun ke tahun, ATO mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
dapat meningkatkan penjualan dengan menggunakan asetnya seminimum mungkin,
perusahaan mampu memanfaatkan aset yang dimilikinya secara efisien. Meningkatnya angka
penjualan tiap tahun tidak lepas dari aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan,
ditunjukkan dengan angka marketing expense yang terus bertambah tiap tahunnya. Naik
turunnya produktifitas perusahaan ini juga dipengaruhi oleh ukuran perusahaan (Total Asset)
Tahun
2009
Jumlah
Lembar
Saham
Beredar
2,888,382,00
0
Harga
Saham
Penutupan
580
MVE
Rp1,675,261,560,000
2010
2011
2012
2,888,382,00
0
1,210
Rp3,494,942,220,000
2,888,382,00
0
1,080
Rp3,119,452,560,000
2,888,382,00
0
1,330
Rp3,841,548,060,000
2,888,382,00
0
4,500 Rp12,997,719,000,000
MVE mengalami peningkatan tiap tahunnya dikarenakan harga saham yang semakin
meningkat. Namun peningkatan ini tidak dipengaruhi oleh marketing expense ataupun ukuran
perusahaan (Total Assets).
2013
ROA
MARKETING EXPENSE
600.00%
Rp600,000,000,000
500.00%
Rp500,000,000,000
400.00%
Rp400,000,000,000
300.00%
Rp300,000,000,000
200.00%
Rp200,000,000,000
100.00%
Rp100,000,000,000
0.00%
Rp1
ATO
TOTAL ASSET
700.00%
Rp3,000,000,000,000
600.00%
Rp2,500,000,000,000
500.00%
Rp2,000,000,000,000
400.00%
Rp1,500,000,000,000
300.00%
Rp1,000,000,000,000
200.00%
100.00%
Rp500,000,000,000
0.00%
Rp1
MVE
Rp14,000,000,000,000
Rp12,000,000,000,000
Rp10,000,000,000,000
Rp8,000,000,000,000
Rp6,000,000,000,000
Rp4,000,000,000,000
Rp2,000,000,000,000
Rp1
PT HM SAMPOERNA
Keluarga Sampoerna A terdiri dari varian-varian SKM, yang meliputi merek A Mild.A Mild
diluncurkan oleh Sampoerna pada tahun 1989 dan merupakan pionir produk rokok kategori
LTLN (rendah tar rendah nikotin) di Indonesia. Pada tahun 2013, A Mild tetap
mempertahankan posisi sebagai merek rokok dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia*.
Dji Sam Soe
Dji Sam Soe merupakan SKT pertama yang diproduksi oleh Handel Maatstchapijj Liem
Seeng Tee, yang kemudian menjadi Hajaya Mandala Sampoerna.Dji Sam Soe hingga saat ini
diproduksi dengan tangan di 5 fasilitas produksi Sampoerna dan 38 fasilitas produksi milik
Mitra Produksi Sigaret (MPS) di sekitar pulau Jawa. Bentuk dan desain kemasan Dji Sam
Soe tidak pernah berubah sejak tahun 1913 atau selama lebih dari 100 tahun. Dji Sam Soe
diposisikan sebagai kretek premium di Indonesia dan sampai saat ini tetap menjadi pemimpin
di segmen SKT.
Varian Dji Sam Soe meliputi segmen SKT dan SKM.Dji Sam Soe Filter, Dji Sam Soe
Magnum Filter, dan Dji Sam Soe Magnum Blue yang baru diluncurkan pada awal tahun 2014,
merupakan bagian dari segmen SKM. Sedangkan Dji Sam Soe Kretek dan Dji Sam Soe
Super Premium merupakan bagian dari segmen SKT.
Sampoerna Kretek
Sampoerna Kretek adalah sigaret kretek tangan yang diproduksi pertama kali pada tahun
1968 di Denpasar, Bali, oleh Aga Sampoerna, generasi kedua keluarga Sampoerna.Dengan
menggabungkan tembakau dan cengkeh berkualitas, Sampoerna Kretek berhasil menjadi
sigaret kretek tangan terbaik di kelasnya.
U Mild
U Mild diluncurkan pada tahun 2005 sebagai bagian dari portofolio produk LTLN Sampoerna
bersama dengan A Mild.Pertumbuhan volume penjualan U Mild terus meningkat sejak
diluncurkannya, mencapai 35,6% pada tahun 2013.
Marlboro
Marlboro diluncurkan di Indonesia pada tahun 1984 oleh PMID dan merupakan salah satu
merek internasional terbesar di pasaran.Sampoerna mendistribusikan Marlboro di Indonesia.
Saat ini terdapat lima varian Marlboro yang terdiri dari Marlboro Red, Marlboro Lights,
Marlboro Black Menthol, dan Marlboro Lights Menthol, dan Marlboro Ice Blast.
Dengan semakin berkembang dan beragamnya produk dan kualitas yang dihasilkan
PT Hanjaya Mandala Sampoerna bersama Philip Moris Indonesia ini menyadari bahwa
pentingnya memiliki jalur distribusi yang handal dengan menggunakan sistem multi
distributor, yaitu pendistribusian dilakukan secara langsung dengan menjual kepada banyak
distributor atau agen-agen penjual. Pendistribusian dan penjualan yang dilakukan oleh PT
HM Sampoerna yaitu melalui 105 kantor penjualan yang terletak baik di pulau Sumatra ,
Jawa , Bali , Kalimantan serta di kawasan Indonesia timur .Sampoerna melakukan
pendekatan yang berfokus pada konsumen dalam kegiatan penjualan dan pemasarannya, dan
hal tersebut juga diterapkan pada penanganan keluhan konsumen. Keluhan konsumen
mengenai potensi masalah mutu produk ditangani oleh tim Quality Assurance (QA). Tim QA
bertugas untuk mendokumentasikan dan menganalisis produk terkait, serta menghubungi
konsumen untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan bagi proses dokumentasi dan
pengamatan lebih lanjut sebagai bagian dari proses jaminan mutu. Selain itu pada bulan
Desember 2012 pemerintah RI menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012
tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan yang antara lain mengatur pembatasan iklan, sponsor dan promosi produk
tembakau yang lebih ketat. Maka dari itu untuk mendukung pangsa pasarnya PT Hanjaya
Mandala Sampoerna ini meluncurkan program yang bekerjasama dengan Sampoerna Retail
Community dan mitra pedagang lainnya.Program ini bertujuan untuk memberikan dan
meningkatkan pemahaman mitra pedagang mengenai larangan penjualan dan pembelian
rokok oleh anak, seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012.
2. Marlboro
Product:
Marlboro pertama di launching pada tahun 1924 di Amerika serikat. Marlboro
yang merupakan Brand dari Philip Moris
International kemudia ndiluncurkan di Indonesia
pada tahun 1984 oleh PMID dan merupakan salah
satu merek internasional terbesar di pasaran.
Sampoerna mendistribusikan Marlboro di Indonesia.
Saat ini terdapat lima varian Marlboro yang terdiri
dari Marlboro Red, Marlboro Lights, Marlboro Black
Menthol, dan Marlboro Lights Menthol, dan
Marlboro Ice Blast . Pada tahun 2013 pertumbuhan Marlboro mencapai 11.1% lebih
tinggi dari tahin sebelumnya . Dimana Marlboro menghasilkan 14.5% dari penjualan
rokok dan 13.8% dari nilai penjualan berish Indonesia
Price:
Dari segi harga Marlboro merupakan salah satu rokok dengan harga tertinggi
yang ada di pasaran, bervariasi antara Rp 18.000 hingga Rp 20.000 per bungkus nya.
Harga ini masih berada di atas rata-rata rokok lain nya yang berkisar di antara Rp
14.000 hingga 17.000.
Promotion:
Ini adalah bagian terpenting dari sebuah produk, apalagi untuk produk sekelas
Marlboro tentu memiliki bagian marketing yang
mempromosikan produknya ke masyarakat luas.
Bentuk promosi bisa dilakukan dengan banyak
cara bisa melalui iklan,spanduk di jalan ataupun
yang lain. Marlboro punya cara sendiri untuk
melakukan promosi produknya dengan
mensponsori banyak acara sebagai sponsor utama
dari kegiatan music, acara sosial, dan olahraga
seperti Formula one ,grand prix motorcycle dan racing series lainnya. Tidak hanya
menjadi sponsor acara,tapi Marlboro juga mempromosikan produknya dengan
membuat iklan di TV dan memasang billboard besar di jalan-jalan protokol maupun
di tempat-tempat seperti halte,stasiun maupun bandara atau gedung-gedung olahraga.
Place:
Untuk tempat pendistribusian, untuk saat ini produk Marlboro sudah tersebar
merata di seluruh Indonesia dari bagian barat,selatan,utara maupun timur. Anda pun
bisa menemukan produk ini hampir dimana saja, seperti di supermarket, swalayan,
mini market dan juga di warung-warung yang kebanyakan menjual produk Marlboro.
Dan pada tahun tahun 2013 Marlboro juga mendapatkan penghargaan oleh
majalah SWA 100 sebagai Top Brand
kretek premium di Indonesia dan sampai saat ini tetap menjadi pemimpin di segmen
SKT.
Varian Dji Sam Soe meliputi segmen SKT dan SKM.Dji Sam Soe Filter, Dji Sam Soe
Magnum Filter, dan Dji Sam Soe Magnum Blue yang baru diluncurkan pada awal
tahun 2014, merupakan bagian dari segmen SKM. Sedangkan Dji Sam Soe Kretek
dan Dji
Sam Soe Super Premium merupakan bagian dari segmen SKT. Dimana
tingkat pertumbuhan merek rokok ini mencapai 81% dari tahun
sebelumnya yaitu sekitar 1.4 miliyar batang .
Price:
Harga dari produk Dji Sam Soe bervariasi dari Rp 12.000 hingga
Rp
Place:
Untuk tempat pendistribusian, untuk saat ini produk Dji Sam Soe sudah
tersebar merata di seluruh Indonesia dari bagian barat,selatan,utara maupun timur.
Anda pun bisa menemukan produk ini hampir dimana saja, seperti di supermarket,
swalayan, mini market, toko kelontong, dan juga di warung-warung yang kebanyakan
menjual produk Dji Sam Soe.
Dan pada tahun tahun 2013 Dji Sam Soe juga mendapatkan penghargaan
oleh majalah SWA 100 sebagai Top Brand dan Indonesian Customer Satisfication
Award .
Tahun
Perusahaa
n
2009
HMSP
Rp7,264,522,000,000
2010
HMSP
Rp8,711,134,000,000
2011
HMSP
2012
HMSP
Laba usaha
Total Asset
ROA
Selling&Marketing
Expense
2013
HMSP
Tahun
Penjualan
ATO
2009
Rp 38,972,186,000,000
219.98%
Rp 43,381,658,000,000
211.36%
Rp 52,857,356,000,000
273.44%
Rp 66,626,123,000,000
253.84%
Rp 75,025,207,000,000
273.77%
2010
2011
2012
2013
Selama tahun 2010 dan 2012 ATO mengalami penurunan, hal ini menunjukkan perusahaan
belum mampu memanfaatkan asset yang dimiliki secara efisien dan optimal, tetapi jika
dilihat secara garis besar ATO perusahaan ini memiliki trend yang meningkat. Angka
penjualan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dimana hal ini menunjukkan aktivitas
pemasaran yang dilakukan perusahaan efektif karena mampu meningkatkan penjualan. Naik
turunnya produktifitas perusahaan ini juga dipengaruhi oleh ukuran perusahaan (Total Asset)
Tahun
Jumlah
Lembar
Saham
Beredar
Harga
Saham
Penutupan
MVE
2009
2010
2011
2012
2013
4,383,000,00
0
10,400
Rp45,583,200,000,000
4,383,000,00
0
28,150
Rp123,381,450,000,000
4,383,000,00
0
39,000
Rp170,937,000,000,000
4,383,000,00
0
59,900
Rp262,541,700,000,000
4,383,000,00
0
62,400 Rp273,499,200,000,000
MVE mengalami peningkatan tiap tahunnya dikarenakan harga saham yang semakin
meningkat. Namun peningkatan ini tidak dipengaruhi oleh marketing expense ataupun ukuran
perusahaan (Total Assets).
ROA
MARKETING EXPENSE
600.00%
Rp6,000,000,000,000
500.00%
Rp5,000,000,000,000
400.00%
Rp4,000,000,000,000
300.00%
Rp3,000,000,000,000
200.00%
Rp2,000,000,000,000
100.00%
Rp1,000,000,000,000
Rp-
0.00%
1
ATO
TOTAL ASSET
900.00%
Rp30,000,000,000,000
800.00%
Rp25,000,000,000,000
700.00%
600.00%
Rp20,000,000,000,000
500.00%
Rp15,000,000,000,000
400.00%
300.00%
Rp10,000,000,000,000
200.00%
Rp5,000,000,000,000
100.00%
0.00%
Rp1
MVE
Rp300,000,000,000,000
Rp250,000,000,000,000
Rp200,000,000,000,000
Rp150,000,000,000,000
Rp100,000,000,000,000
Rp50,000,000,000,000
Rp1
Sales Expense
Market Value
ROA
ATO
Ukuran Perusahaan
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
11.6008
0.7236 80
12.4224
1.21119 80
0.1854
0.16275 78
1.3839
0.54069 80
12.4141
0.71183 80
Correlations
Sales
Market
Expense
Ukuran
Value
ROA
ATO
0.342*
Pearson
Sales Expense
Market Value
ROA
ATO
Ukuran
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
1
80
Perusahaan
0.513**
0.000
80
*
0.002
78
0,640*
0.205
0.068
80
0.860**
0
80
*
0.000
78
0.021
0.852
80
0,369*
0.568**
0.000
80
*
0.001
78
0.197
0.084
78
-0.022
0.845
80
1
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
0.513*
0.000
80
80
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
0.342**
0.002
78
0.640**
0.000
78
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
0.205
0.068
80
0.860**
0.021
0.852
80
0.568**
78
0.369*
*
0.001
78
0.197
80
-0.022
perusahaan
Correlation
Sig. (2-tailed)
0.000
0.000
N
80
80
**Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed)
0.084
78
0.845
80
80
Model
1
Variables Entered/Removed
Variables Entered
Variables Removed
Ukuran perusahaan, Sales
Method
Enter
Expense*
*All requested variables entered
Model Summary**
Durbin
Change Statistic
Mode
l
R
1 0.570*
Adj R
Std.
Squar
Squar
Error of
Square
Estimate
Change Change 1
0.325
0.307
1.00803
Watson
0.325
F
18.526
df
2
df
Sig. F
Change
77
0.000
1.517
Model
1 Regression
Anova**
Sum of Squares
df Mean Sqare
F
Sig
37.650 2
18.825
18.526 0,000*
7
Residual
78.241
7
7
1.016
Total
115.891 9
*Predictors : (Constant, Ukuran perusahaan, Sales Expense)
**Dependent Variable : Market Value
Model ini significant pada alpha 1%. Marketing exp dan total assets secara bersama-sama
mampu menjelaskan MVE.
Coefficients*
Standardize
Model
1 (Constant)
Sales
Expense
Ukuran
95,0%
Undstandardized
Confidence
Collinearity
Coefficients
Std
Coefficients
Interval for B
Lower Upper
Statistics
B
Error
Beta
0.309
1.994
0.155
0.307
T
sig Bound Bound Tolerance VIF
0.155 0.877 -3.662 4.280
0.093 0.505 0.615 -0.457
0.768
0.260 3.848
perusahaa
n
0.831
0.313
0.488 2.657 0.010 0.208 1.453
0.260 3.848
*Dependent Variable : Market Value
Tolerance < 1 dan VIF < 10. 0,26 < 1 dan 3,848 < 10 menunjukkan bahwa model bebas dari
multicolinearity.
Gambar menunjukkan residual model tidak berada disekitar MVE sebagai dependent
variables, artinya model tidak memenuhi normalitas.
Collinearity Diagnostics*
Mode Dimensio
l
n
1
1
2
3
Eigenvalu
Condition
e
2.997
0.002
0.000
(Constan
Index
t)
1.000
36.864
78.466
Variance Proportions
Sales
Ukuran
Expense
Perusahaan
0.00
0.00
0.00
0.96
0.10
0.04
0.04
0.90
0.96
N
80
80
80
80
Model
1
Variables Entered/Removed
Variables Entered
Variables Removed
Ukuran perusahaan, Sales
Method
Enter
Expense*
*All requested variables entered
Model Summary**
Change Statistic
R
Mode
l
R
0.391
Std. Error
Squar
Adj R
of
Square
Square
Estimate
Change
Change 1
1 *
0.153 0.130
0.15181
0.153
*Predictors:(Constant, Ukuran perusahaan, Sales Expense)
df
6.752
Sig. F
Durbin
75
0.002
2.144
Anova**
Model
Sum of Squares df Mean Sqare
F
Sig
1 Regression
0.311
2
0.156
6.752 0.002*
Residual
1.728
75
0.023
Total
2.040
77
*Predictors : (Constant, Ukuran perusahaan, Sales Expense)
**Dependent Variable : ROA
Model ini significant pada alpha 1%. Marketing expense dan total assets secara bersamasama mampu menjelaskan ROA.
Coefficients*
95,0%
Undstandardized
Standardized
Confidence
Collinearity
Coefficients
Std
Coefficients
Interval for B
Lower Upper
Statistics
Model
B
Error
-
Beta
sig
1 (Constant)
Sales
0.495
0.302
1.636 0.106
-1.097
0.108
Expense
Ukuran
0.149
-
0.047
0.055
0.242
0.262 3.819
perusahaan
0.084
0.047
-0.178
0.010
0.262 3.819
Gambar menunjukkan residual model tidak berada disekitar ROA sebagai dependent variabel,
artinya model tidak memenuhi normalitas.
Dengan demikian, hipotesa dapat diuji :
Hipotesa 1 : Marketing expense memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
Hipotesa 2 : Total assets memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
Signifikansi Marketing Expense 0.002 < 0.01, artinya marketing expenses berpengaruh
signifikan terhadap ROA. Unstandarized Beta 0.149 menunjukkan marketing expense
berpengaruh positif terhadap ROA.Jadi hipotesa 1 diterima.
Signifikansi Total Assets 0.080 > 0.01, artinya total asset tidak berpengaruh signifikan
terhadap ROA. Unstandarized Beta -0.084 menunjukkan total asset berpengaruh negatif
terhadap ROA. Jadi hipotesa 2 ditolak.
Collinearity Diagnostics*
Mode Dimensio
l
n
1
Eigenvalu
Condition
Index
Variance Proportions
Sales
Ukuran
(Constan
t)
Expense
Perusahaan
2.997
1.000
0.00
0.00
0.00
0.002
36.776
0.96
0.10
0.05
0.000
77.800
0.04
0.90
0.95
Residuals Statistics*
Minimum
Predicted Value
Maximum
Mean
Std.Deviation
0.0168
0.2958
0.1854
0.06357 78
Residuals Statistics*
-0.24415
0.65600
0.00000
0.14982 78
-2.652
1.753
0.000
1.000 78
Std. Residual
-1.608
4.321
0.000
0.987 78
Mode
Variables Entered/Removed
Variables
Variables
l
1
Entered
Ukuran
Removed
Metho
d
perusahaan,
Enter
Sales Expense*
*All requested variables entered
Model Summary**
Durbin
Change Statistic
Adj R
Mode
l
R
1 0.440*
Squar
Square
0.194
0.173
Watson
R
Std. Error
Square
of Estimate Change
0.49183
0.194
df
Change 1
9.238
df
Sig. F
Change
77
0.000
2.297
Anova**
D
Model
Sum of Squares
f
Mean Sqare
F
Sig
1 Regression
4.470 2
2.235 9.238 0.000*
Residual
18.626 77
0.242
Total
23.096 79
*Predictors : (Constant, Ukuran perusahaan, Sales Expense)
**Dependent Variable : ATO
Model
Coefficients*
Standardize
d
Undstandardiz Coefficient
ed Coefficients
s
B
(Constant
1 )
Sales
Expense
Ukuran
perusahaa
n
Std
Error
1.114
Beta
0.973
0.644
0.150
0.862
0.580
0.152
-0.764
sig
95,0%
Confidence
Interval for B
Lowe Uppe
r
r
Boun Boun
d
d
1.14
5
0.25
6
0.823
4.29
3
3.80
4
0.00
0
0.345
0.943
0.260
3.84
8
0.00
0
0.884
0.276
0.260
3.84
8
Collinearity
Statistics
Toleranc
e
VIF
3.052
Gambar menunjukkan residual model tidak berada disekitar ATO sebagai dependent variabel,
artinya model tidak memenuhi normalitas.
Dengan demikian, hipotesa dapat diuji :
Hipotesa 1 : Marketing expense memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ATO
Hipotesa 2 : Marketing expense memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ATO
Signigikansi Marketing Expense 0.000 < 0.01 artinya marketing expense berpengaruh secara
signifikan terhadap ATO. Unstandarized Beta 0.644 menunjukkan marketing expense
berpengaruh secara positif terhadap ATO, maka hipotesa 1 dapat diterima.
Signifikansi Total Asset 0.000 < 0.01 artinya total asset berpengaruh secara signifikan
terhadap ATO. Unstandarized Beta -0.580 menunjukkan total asset berpengaruh secara
negatif terhadap ATO, maka hipotesa 2 ditolak.
Collinearity Diagnostics*
Mode
Dimensio
n
1
1
2
3
Eigenvalu
e
2.997
0.002
0.000
Condition
Variance Proportions
(Constant Sales
Ukuran
Index
)
1.000
36.664
78.466
Expense
Perusahaan
0.00
0.00
0.00
0.96
0.10
0.04
0.04
0.90
0.96
Predicted Value
Residuals Statistics*
Std. Predicted Value
Std. Residual
*Dependent Variable : ATO
Residuals Statistics*
Minimum
Maximum
Mean
Std.Deviation
0.692
1.7248
1.3839
0.23786
-0.66655
1.60629
0.00000
0.48557
-2.909
1.433
0.000
1.000
-1.355
3.266
0.000
0.987
N
80
80
80
80
KESIMPULAN
Hasil SPSS terkait Marketing Expense terhadap ROA menunjukkan bahwa industri
makanan,minuman dan rokok yang terdiri dari 16 perusahaan yang terdaftar pada BEI tidak
dapat menjawab trend profitabilitas yang ada pada PT Mayora Indah. Hasil SPSS
menunjukkan bahwa Marketing Expense berpengaruh signifikan secara positif terhadap
ROA, dan ketika dilihat pada trend profitabilitas pada perusahaan ini peningkatan marketing
expense yang terjadi setiap tahunnya berdampak pada penurunan profitabilitas perusahaan
yang digambarkan melalui ROA. Sementara Total Asset tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap profitabilitas pada industri ini.
Sementara itu, hasil SPSS terkait Marketing Expense terhadap ATO menunjukkan bahwa
industri makanan,minuman dan rokok yang terdiri dari 16 perusahaan yang terdaftar pada
BEI tidak dapat menjawab trend produktifitas yang ada pada perusahaan ini. Hasil SPSS
menunjukkan bahwa Marketing Expense berpengaruh signifikan secara positif terhadap ATO,
dan ketika dilihat pada trend produktifitas pada perusahaan ini peningkatan marketing
expense yang terjadi setiap tahunnya berdampak pada penurunan produktifitas perusahaan
yang digambarkan melalui ATO. Namun hasil SPSS terkait Total Asset terhadap ATO
menunjukkan bahwa industri makanan,minuman dan rokok yang terdiri dari 16 perusahaan
yang terdaftar pada BEI dapat menjawab trend produktifitas yang ada pada perusahaan inil.
Hasil SPSS menunjukkan bahwa Unstandarized Beta -0.580 yang berarti total asset
berpengaruh secara negatif terhadap ATO, dan ketika dilihat pada trend produktifitas yang
ada pada PT Mayora Indah memang benar terjadi bahwa peningkatan Total Asset berdampak
pada menurunnya produktifitas tiap tahunnya.
Dari hasil SPSS terkait Marketing Expense dan Total Asset terhadap MVE menunjukkan
bahwa keduanya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai pasar pada industri
makanan,minuman dan rokok. Peningkatan nilai pasar yang digambarkan dengan MVE pada
perusahaan ini setiap tahunnya dikarenakan terjadinya peningkatan harga saham yang disertai
dengan penambahan jumlah saham beredar pada tahun 2013 dan tidak dipengaruhi oleh 2
faktor diatas.
Hasil SPSS terkait Marketing Expense terhadap ROA menunjukkan bahwa industri
makanan,minuman dan rokok yang terdiri dari 16 perusahaan yang terdaftar pada BEI dapat
menjawab trend profitabilitas yang ada pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food. Hasil SPSS
menunjukkan bahwa Marketing Expense berpengaruh signifikan secara positif terhadap
ROA, dan ketika dilihat pada trend profitabilitas pada perusahaan ini memang benar terjadi
bahwa peningkatan marketing expense yang terjadi setiap tahunnya berdampak pada
peningkatan profitabilitas perusahaan yang digambarkan melalui ROA. Sementara Total
Asset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas pada industri ini.
Sementara itu, hasil SPSS terkait Marketing Expense terhadap ATO menunjukkan bahwa
industri makanan,minuman dan rokok yang terdiri dari 16 perusahaan yang terdaftar pada
BEI dapat menjawab trend produktifitas yang ada pada perusahaan ini. Hasil SPSS
menunjukkan bahwa Marketing Expense berpengaruh signifikan secara positif terhadap ATO,
dan ketika dilihat pada trend produktifitas pada perusahaan ini memang benar terjadi bahwa
peningkatan marketing expense yang terjadi setiap tahunnya berdampak pada peningkatan
produktifitas perusahaan yang digambarkan melalui ATO. Namun hasil SPSS terkait Total
Asset terhadap ATO menunjukkan bahwa industri makanan,minuman dan rokok yang terdiri
dari 16 perusahaan yang terdaftar pada BEI tidak dapat menjawab trend produktifitas yang
ada pada perusahaan inil. Hasil SPSS menunjukkan bahwa Unstandarized Beta -0.580 yang
berarti total asset berpengaruh secara negatif terhadap ATO, padahal pada trend produktifitas
yang ada pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food menunjukkan bahwa peningkatan Total Asset
berdampak pada meningkatnya produktifitas tiap tahunnya.
Dari hasil SPSS terkait Marketing Expense dan Total Asset terhadap MVE menunjukkan
bahwa keduanya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai pasar pada industri
makanan,minuman dan rokok. Peningkatan nilai pasar yang digambarkan dengan MVE pada
perusahaan ini setiap tahunnya dikarenakan terjadinya peningkatan harga saham yang disertai
dengan penambahan jumlah saham beredar pada tahun 2011 dan tidak dipengaruhi oleh 2
faktor diatas.
Hasil SPSS terkait Marketing Expense terhadap ROA menunjukkan bahwa industri
makanan,minuman dan rokok yang terdiri dari 16 perusahaan yang terdaftar pada BEI tidak
dapat menjawab trend profitabilitas yang ada pada PT Indofood Sukses Makmur. Hasil SPSS
menunjukkan bahwa Marketing Expense berpengaruh signifikan secara positif terhadap
ROA, dan ketika dilihat pada trend profitabilitas pada perusahaan ini peningkatan marketing
expense yang terjadi setiap tahunnya berdampak pada penurunan profitabilitas perusahaan
yang digambarkan melalui ROA. Sementara Total Asset tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap profitabilitas pada industri ini.
Sementara itu, hasil SPSS terkait Marketing Expense terhadap ATO menunjukkan bahwa
industri makanan,minuman dan rokok yang terdiri dari 16 perusahaan yang terdaftar pada
BEI tidak dapat menjawab trend produktifitas yang ada pada perusahaan ini. Hasil SPSS
menunjukkan bahwa Marketing Expense berpengaruh signifikan secara positif terhadap ATO,
dan ketika dilihat pada trend produktifitas pada perusahaan ini peningkatan marketing
expense yang terjadi setiap tahunnya berdampak pada penurunan produktifitas perusahaan
yang digambarkan melalui ATO. Namun hasil SPSS terkait Total Asset terhadap ATO
menunjukkan bahwa industri makanan,minuman dan rokok yang terdiri dari 16 perusahaan
yang terdaftar pada BEI dapat menjawab trend produktifitas yang ada pada perusahaan inil.
Hasil SPSS menunjukkan bahwa Unstandarized Beta -0.580 yang berarti total asset
berpengaruh secara negatif terhadap ATO, dan ketika dilihat pada trend produktifitas yang
ada pada PT Indofood Sukses Makmur memang benar terjadi bahwa peningkatan Total Asset
berdampak pada menurunnya produktifitas tiap tahunnya.
Dari hasil SPSS terkait Marketing Expense dan Total Asset terhadap MVE menunjukkan
bahwa keduanya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai pasar pada industri
makanan,minuman dan rokok. Peningkatan nilai pasar yang digambarkan dengan MVE pada
perusahaan ini setiap tahunnya dikarenakan terjadinya peningkatan harga saham dan tidak
dipengaruhi oleh 2 faktor diatas.
PT ULTRAJAYA (ULTJ)
Hasil SPSS terkait Marketing Expense terhadap ROA menunjukkan bahwa industri
makanan,minuman dan rokok yang terdiri dari 16 perusahaan yang terdaftar pada BEI dapat
menjawab trend profitabilitas yang ada pada PT Ultrajaya. Hasil SPSS menunjukkan bahwa
Marketing Expense berpengaruh signifikan secara positif terhadap ROA, dan ketika dilihat
pada trend profitabilitas pada perusahaan ini memang benar terjadi bahwa peningkatan
marketing expense yang terjadi setiap tahunnya berdampak pada peningkatan profitabilitas
perusahaan yang digambarkan melalui ROA. Sementara Total Asset tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap profitabilitas pada industri ini.
Sementara itu, hasil SPSS terkait Marketing Expense terhadap ATO menunjukkan bahwa
industri makanan,minuman dan rokok yang terdiri dari 16 perusahaan yang terdaftar pada
BEI dapat menjawab trend produktifitas yang ada pada perusahaan ini. Hasil SPSS
menunjukkan bahwa Marketing Expense berpengaruh signifikan secara positif terhadap ATO,
dan ketika dilihat pada trend produktifitas pada perusahaan ini memang benar terjadi bahwa
peningkatan marketing expense yang terjadi setiap tahunnya berdampak pada peningkatan
produktifitas perusahaan yang digambarkan melalui ATO. Namun hasil SPSS terkait Total
Asset terhadap ATO menunjukkan bahwa industri makanan,minuman dan rokok yang terdiri
dari 16 perusahaan yang terdaftar pada BEI tidak dapat menjawab trend produktifitas yang
ada pada perusahaan inil. Hasil SPSS menunjukkan bahwa Unstandarized Beta -0.580 yang
berarti total asset berpengaruh secara negatif terhadap ATO, padahal pada trend produktifitas
yang ada pada PT Ultrajaya menunjukkan bahwa peningkatan Total Asset berdampak pada
meningkatnya produktifitas tiap tahunnya.
Dari hasil SPSS terkait Marketing Expense dan Total Asset terhadap MVE menunjukkan
bahwa keduanya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai pasar pada industri
makanan,minuman dan rokok. Peningkatan nilai pasar yang digambarkan dengan MVE pada
perusahaan ini setiap tahunnya dikarenakan terjadinya peningkatan harga saham dan tidak
dipengaruhi oleh 2 faktor diatas.
PT HM SAMPOERNA (HMSP)
Hasil SPSS terkait Marketing Expense terhadap ROA menunjukkan bahwa industri
makanan,minuman dan rokok yang terdiri dari 16 perusahaan yang terdaftar pada BEI dapat
menjawab trend profitabilitas yang ada pada PT HM SAMPOERNA. Hasil SPSS
menunjukkan bahwa Marketing Expense berpengaruh signifikan secara positif terhadap
ROA, dan ketika dilihat pada trend profitabilitas pada perusahaan ini memang benar terjadi
bahwa peningkatan marketing expense yang terjadi setiap tahunnya berdampak pada
peningkatan profitabilitas perusahaan yang digambarkan melalui ROA. Sementara Total
Asset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas pada industri ini.
Sementara itu, hasil SPSS terkait Marketing Expense terhadap ATO menunjukkan bahwa
industri makanan,minuman dan rokok yang terdiri dari 16 perusahaan yang terdaftar pada
BEI dapat menjawab trend produktifitas yang ada pada perusahaan ini. Hasil SPSS
menunjukkan bahwa Marketing Expense berpengaruh signifikan secara positif terhadap ATO,
dan ketika dilihat pada trend produktifitas pada perusahaan ini memang benar terjadi bahwa
peningkatan marketing expense yang terjadi setiap tahunnya berdampak pada peningkatan
produktifitas perusahaan yang digambarkan melalui ATO. Namun hasil SPSS terkait Total
Asset terhadap ATO menunjukkan bahwa industri makanan,minuman dan rokok yang terdiri
dari 16 perusahaan yang terdaftar pada BEI tidak dapat menjawab trend produktifitas yang
ada pada perusahaan inil. Hasil SPSS menunjukkan bahwa Unstandarized Beta -0.580 yang
berarti total asset berpengaruh secara negatif terhadap ATO, padahal pada trend produktifitas
yang ada pada PT HM SAMPOERNA menunjukkan bahwa peningkatan Total Asset
berdampak pada meningkatnya produktifitas tiap tahunnya.
Dari hasil SPSS terkait Marketing Expense dan Total Asset terhadap MVE menunjukkan
bahwa keduanya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai pasar pada industri
makanan,minuman dan rokok. Peningkatan nilai pasar yang digambarkan dengan MVE pada
perusahaan ini setiap tahunnya dikarenakan terjadinya peningkatan harga saham dan tidak
dipengaruhi oleh 2 faktor diatas.