Anda di halaman 1dari 14

POLYTRON, MEREK INDONESIA YANG

BERHASIL MENDUNIA
SEJARAH POLYTRON
Pertama kali dibangun pada tanggal 16 Mei 1975 di suatu kota kecil di Jawa Tengah.
Dengan nama PT Indonesia Electronic dan Engineering dengan penyertaan modal yang
sederhana perusahaan kecil ini memberanikan diri untuk memproduksi barang elektronika.
Sejak awal perusahaan ini tidak pernah melibatkan pihak asing maupun modal asing dan
tidak pernah memiliki prinsipal. Awalnya, semua komponen elektronika berasal dari
Singapura sebagai bahan training dan pembelajaran karyawannya. Setelah merasa cukup
pembelajaran tersebut, maka pada tahun 1977 pabrik di Kudus Jawa Tengah ini mulai
mendatangkan komponen dari Belgia untuk memulai proses alih teknologi.

Pada masa itu Polytron mulai diperhitungkan oleh kompetitornya. Pertama kali produk
yang di luncurkan adalah televisi dengan merek Polytron. Saat itu pula Polytron membuka
lembaga riset dan pengembangan. Alih teknologi televisi pernah didapatnya dari kerjasama
Polytron dengan perusahaan televisi Salora dari Finlandia. Kemudian waktu berselang,
Polytron berubah nama dari PT Indonesia Electronic dan Engineering menjadi PT Hartono
Istana Electronics, kemudian berubah lagi menjadi PT Hartono Istana Teknologi hingga
sekarang.

Polytron mampu mengangkat image-nya dengan produk bernama Compo berteknologi


Bazzoke. Siapa yang tidak kenal Bazzoke? Pasti semua kenal dengan nama itu. Tahun
1990-an suara Bazzoke menggema hingga ke pelosok desa. Masa itu PT. Hartono Istana
Teknologi dengan produk bernama Polytron menjadi nomor satu untuk market share Audio
yang telah mencapai lebih dari 50%. Sungguh mengagumkan, dimana masa itu adalah
prestasi besar di 15 tahun dirgahayu Polytron.

Pada tahun 2000, Polytron memproduksi Home Theatre Dolby Prologic ataupun Dolby
Digital sebagai terobosan dengan teknologi canggih, dimana suara yang dihasilkan dari
Home Theatre tersebut dapat membuat rumah menjadi bioskop pribadi dengan kualitas
suara yang bagus. Dikenal dengan Sky Tower-nya, produk ini juga telah dilengkapi USB
input, 10 Preset Equalizer, 5.1 Channel Speaker Output dan sebagainya. Menyusul,
Polytron melahirkan produk Audio lainnya seperti Mini Hifi di tahun 2006 dengan
keunggulan teknologi seperti 5.1 Channel Home Theatre, Flash Rip Function, VFD
Display, Bazzoke, 2 Way Speaker with Silk Dome Tweeter, 5 Modes Preset Equalizer and 1
User Equalizer yang mampu mengatur suara yang dihasilkan lebih maksimal pada Bass,
Treble, dan Midrange Control. Mini Hifi ini disempurnakan lagi dengan Capacitive Touch
Panel, Bluetooth A2DP Streaming Input, Gadget input yang dapat terkoneksi ke USB,
Multimedia, handphone dan mampu dikoneksikan sebagai docking dari merk gadget
terkenal, Karaoke with Auto Vocal Changer dan sebagainya.

Kemudian pada tahun 2010 Polytron tetap terus eksis dengan meluncurkan Nano Hifi
dengan nama Minimax, dengan fitur yang lebih canggih yaitu 6 Modes Preset and 1 User
Equalizer, VFD Display, USB 2.0 Input dan Recorder, Multi Yoke Woofer, Bluetooth A2DP
Streaming Output, Gadget Input dan sebagainya. Dengan ukuran yang mini namun
menghasilkan suara yang mumpuni dan maximal.

Begitu juga dengan jajaran Active Speaker yang baru-baru ini telah disempurnakan dengan
Pitch Control, XBR Woofer, 3 Way Speaker, Gadget Input yang mampu dikoneksikan
dengan berbagai media seperti USB input, Multimedia Input, dan sebagainya.

Edi Ariawan selaku Product Manager Audio and Video menjelaskan, tak diragukan lagi
untuk produk Audio Polytron, hal ini dikuatkan dengan hasil penelitian dari GFK, misal
untuk produk Audio Home System pada Brand Share di akhir tahun 2012 Polytron meraih
lebih dari 45% sama jika dibandingkan dengan Brand Share by Price list pada periode
yang sama. Sedangkan pada DVD Player Brand Share, Polytron meraih lebih dari 20%
pada periode tersebut. Diharapkan pada tahun ini peningkatan mencapai lebih dari 10%.
Tentunya pencapaian ini harus diikuti oleh terobosan teknologi baru pada produk dan
diimbangi oleh pelayanan yang baik dan ramah, jelas Edi.

Ditahun 2013 ini Polytron juga meluncurkan produk barunya, dengan alih teknologi
Digital, untuk segmen pasar kelas menengah, misal pada PDA 220 dengan design yang
unik, USB Input, Gadget Input, Radio FM Digital, Clock, Alarm, Reminder, Timer On,
LED Display dan sebagainya. Juga pada PDA 560 yang baru-baru ini di release dengan
keunggulan memiliki MP3 In, Clock, Alarm, Reminder, Power Station yang dapat
digunakan untuk isi daya ponsel anda, Gadget Input yang dapat dikoneksikan dengan
handphone, dapat dikoneksikan sebagai docking dari merk gadget terkenal, USB input,
Memory Card, dan lain sebagainya.

Santo Kadarusman, Public Relations dan Marketing Event Manager mengatakan, pada
lini Audio tak terhitung jumlah produk yang telah diluncurkan sejak dulu. Namun saat ini
dengan mengusung teknologi Digital, Polytron akan terus memproduksi Audio yang
canggih, seperti Audio Home Theater System dengan design yang modern dan cantik pada
Sky Tower-nya, Mini Hifi dikenal dengan nama Xcel, Nano Hifi yang dikenal dengan nama
Minimax, Full Hifi dengan Big Band yang canggih, Compo dengan Teknologi Bazzoke,
DTIB, DVD Player, Subwoofer, dan Active Speaker yang membahana

DUA STRATEGI YANG DILAKUKAN POLYTRON


Ada 2 strategi yang diterapkan oleh Polytron Pertama, menguatkan brand image, dengam
memasang Iklan di Tv, koran, majalah dll. Dan strategi Kedua, Brand Quality fokus
kepada After sale service dengan mengundang para teknisi support non Polytron ke kantor
cabang Polytron. Disana akan ajarkan service Polytron sesuai prosedur resmi dan para
teknisi ini akan diberikan insentif. Dengan begitu akan mampu meningkatkan penjualan.

Selain itu Polytron juga merekrut orang nomor 1, no. 2 dan bagian accounting asli orang
Indonesia dan begitu pula untuk kepala servicenya. Alasannya agar mereka dapat mampu
memperkenalkan Produk Polytron secara baik disana.

Kehadiran Polytron di pasar asing tak ubahnya persepsi masyarakat Indonesia, di negara
asing pun Polytron dianggap sebagai merek miliki Jepang. Bahkan mereka tidak percaya
bahwa ini merupakan merek asli asal Indonesia.
Di Tiongkok beredar produk made in cina, namun apakah cina memiliki pabrik di
Negarannya atau hanya sebagai pemilik mereknya saja? beda halnya dengan Polytron yang
benar-benar merek Indonesia dan memiliki pabrik di Indonesia juga. Bagi Buyer luar
negeri bisa membeli produknya dan bahkan bisa visit pabriknya langsung di Indonesia
karena Polytron tidak membuka pabrik di luar negeri yang ada hanya distributor dan
perwakilan Polytron saja.
Dikatakan untuk masuk pasar asing tidak ada hambatan yang berarti, namun ada sejumlah
persyaratan yang perlu dipenuhi, ini mirip persyaratan SNI. Persyaratan ini memang
terbilang amat sulit ketimbang merek asing masuk ke Indonesia. Yang paling sulit ialah
masalah Quality Control.
Dan sejauh ini, produk Polytron yang dieksport ke negeri asing sekitar 5% dari 100%
produk yang diproduksi. Akan tetapi bila harga tukar dollar naik, seperti saat ini maka
eksport pun akan naik hingga 10% nya. Angka masih jauh lebih kecil namun untuk 90%
produksi pasar domestik pun masih belum terpenuhi.
Sebagai masyarakat Indonesia, kita harus turut bangga atas pencapain Polytron saat ini,
bila kita tengok tahun 1970 an orang lebih made in Eropa, tahun 80 an lebih ke Jepang dan
tahun 1990 an digempur produk Korea. Sudah saatnya kini Polytron menjadi tuan rumah di
negeri sendiri.

LANGKAH-LANGKAH POLYTRON UNTUK GO INTERNASIONAL


Berikut disampaikan langkah-langkah Go Internasional ala Polytron yang menjadikannya
sampai saat ini sebagai perusahaan elektronik terkemuka yang memiliki pasar
multinasional:
1. Ikut pemeran Internasional secara rutin
2. Mengundang calon buyer langsung ke Pabrik
3. Melatih teknisi lokal dengan memberi insentif

4. Membuat webiste dengan dua bahasa : Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
5. Aktif komunikasi via sosial media seperti facebook, twitter dll.
6. Memperkuat Brand Quality (After Sale Service)
7. Membangun Brand Image (Iklan di media Tv dan media cetak)
8. Memenuhi persyaratan SNI (Standar Internasional)
9. Bundling Produk contoh : Beli TV, lemari pendingin dan AC menjadi satu paket
10. Membuka cabang perwakilan di negara tertentu
11. Menunjuk Distributor tunggal sebagai raja kecil di negara perwakilan.
12. Selalu berinovasi dan memproduksi produk inovatif
13. Menunjuk orang Indonesia yang mampu berbahasa setempat di negara tersebut.

BEBERAPA HAL UNTUK LEBIH MENGETAHUI POLYTRON:


Sudah empat dekade Polytron berkiprah. Selama 40 tahun , Polytron berkiprah dan
bersaing dengan para pemain elektronik global di negeri ini. Bahkan beberapa produknya
merajai pasar. Bagaimana merek lokal milik kelompok Djarum ini menggempur pasar?

Tahun 2015 menjadi fase penting bagi Polytron karena genap berusia 40 tahun. Tak banyak
merek elektonik lokal yang bisa bertahan hingga empat dekade. Bahkan Polytron semakin
diterima pasar di negeri ini, termasuk produk handphone-nya yang baru digelutinya. HIE
merupakan perusahaan yang sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh perusahaan rokok
Djarum.
I. Bertahan di Tengah Gempuran Pemain Asing
Kendati Polytron adalah pemain lokal. Namun perusahaan ini bisa bertahan dari
gempuran produk elektronik luar negeri dari masa ke masa seperti dari Eropa, Jepang
hingga saat ini produk Korea Selatan yang tengah naik daun, serta produk China
yang sudah mendapatkan pasarnya tersendiri. Konsisten selama 4 dekade
membangun merek dan mempertahankan pasar di tengah persaingan yang sangat
ketat, tentu saja bukan perkara mudah bagi Polytron.
Pasalnya tak sedikit, merek elektronik asal Jepang yang saat ini tengah bersiap-siap
menunggu ajalnya. Selain karena mulai terdesak dengan serbuan produk dari Korea
juga karena merek elektronik asal Jepang memiliki pasar lokal yang aging (menua)
sehingga tak cukup dinamis dalam kegiatan pemasarannya. Nah, Polytron memiliki

pasar lokal yang muda dan terus berkembang sesuai kebutuhan konsumen, dan
didukung dengan semakin baiknya daya beli masyarakat secara keseluruhan. Plus,
pasar elektronik di negeri ini relatif besar. Berdasarkan data GfK Temax, nilai pasar
industri nasional consumer electronic pada semester I/2015 mencapai Rp 17,84
triliun. Sementara, industri Information and communications technology (ICT)
termasuk handphone di dalamnya lebih besar lagi, yaitu mencapai Rp 43,95 triliun
pada sementer I/2015.
Sekarang, dukungan teknologi eletronik, kini sangat terbuka melalui kemungkinan
outsourcing dan kerja sama teknis dengan beberapa vendor terutama dari China.
Dengan demikian, Polytron sangat mungkin untuk terus mengembangkan teknologi
produk-produknya sesuai dengan standar produk elektronik yang beredar di pasar.
Karena itu, tak perlu heran produk Polytron juga diedarkan di sejumlah Negara,
misalnya India, Pakistan, Srilangka, Republik Dominika, Thailand, Filipina,
Vietnam, Myanmar, Bahrain, dan UEA.
Tentu saja, merebut pasar luar negeri bukan suatu perkara yang mudah, karena sesuai
dengan teori pemasaran internasional, Polytron harus terlebih dahulu memiliki basis
yang kuat di negara asalnya. Di sini Polytron harus secara kreatif dan cerdas
membangun brand equity agar betul-betul dirasakan sebagai produk elektronik yang
mumpuni oleh khalayak sasarannya di Indonesia, ujar M. Gunawan Alif, pengamat
pemasaran dari Sampoerna University.
II. Fokus Menggarap Pasar Dalam Negeri
Cita-cita awal Polytron didirikan adalah menguasai teknologi bukan dikuasai
teknologi, ujar Teknok Wibowo, Direktur Pemasaran HIE. Ia bercerita, Polytron
mulai berkiprah sejak 1975, saat produk elektronik Eropa merajai dan produk Jepang
sudah mulai masuk. Sejatinya orang Indonesia kalau itu sudah bisa membuat produk
elektronik karena sumber dayanya ada tapi belum memiliki teknologinya. Itu
sebabnya saat itu, HIE merekrut lima orang engineer lokal yang memiliki latar
belakang pendidikan bagus seperti dari ITB dan lulusan luar negeri. Australia. Untuk
melakukan transfer teknologi dan mendidik para SDM yang dimilikinya, HIE

menjalin kerja sama dengan Philips dan Salora, perusahaan asal Finlandia yang
terkenal dengan merek Nokia.
Memasuki tahun-80-an, HIE bisa membuat produk elektronik sendiri dengan merek
Polytron, yaitu TV hitam putih yang memang sedang in saat itu. Kemudian, HIE
membuat berabagai produk audio. Produk inilah yang mengangkat nama Polytron.
Maklum produk audionya seperti tape compo Polytron mampu memenuhi selera
pasar orang Indonesia yang ingin suara bass dan treble dari produk audio itu
menonjol. Tentu HEI bisa memenuhi selera pasar orang Indonesia karena
sebelumnya, perusahaan ini melakukan riset pasar yang mendalam.
Untuk produk TV pun, kala itu HIE membuat dua merek, yaitu Polytron dan Digitec
Ninja. Polytron diposisikan sebagai merek Eropa dan Digitec Ninja sebagai merek
Jepang. Saat itu, merek Eropa sedang in dan produk Jepang mulai masuk, ujarnya.
Dan, pada 1992, HIE pun bisa mengekspor TV ke beragai negara di Eropa seperti
Inggris, Spanyol dan yang lainnya, tapi tidak menggunakan merek Polytron. Ekspor
ini bisa berjalan 3-4 tahun. Kemudian mengubah strategi dengan menggarap pasar
regional seperti Thailand dan Filipina dengan menggunakan merek sendiri. Dan, tak
lupa pasar dalam negeri tetap digarap HIE.
Krisis ekonomi pun mendera pada 1997 dan sejak saat itu, HIE lebih fokus
menggarap pasar dalam negeri dengan hanya membesarkan merek Polytron.
Memasuki tahun 2000 saat produknya makin diterima pasar, Polytron pun mulai
memproduksi produk peralatan rumah tangga seperti kulkas dengan mendirikan
pabrik sendiri di Sayung, Semarang. Pada 2005 mulai memproduksi mesin cuci dan
dispenser. Pada tahun 2000 produk audio kami sudah menguasai 50% pangsa pasar
dan TV kami masuk empat besar, ujarnya mengungkap alasan Polytron membuat
produk-produk baru kala itu.
Memasuki 2011, Polytron mulai menggarap pasar handphone (HP). Awalnya
membuat feature HP alias HP biasa. Kemudian membuat smartphone dan saat ini
HIE sudah membuat smartphone 4G. HIE pun sangat serius membuat alat
komunikasi yang ditandai dengan membuat pabrik khusus HP di Kudus.

Di tahun 2016 ini, Polytron makin serius menggarap smartphone. Seperti pada akhir
Januari 2016, Polytron meluncurkan berbagai lini Zap 6 dan juga meluncurkan
sistem operasi ciptaannya, bernama FiraOS. Rangkaian produk yang diluncurkan
Polytron yaitu, Zap 6 Posh, Zap 6 Posh Note, Zap 6 Note, Zap 6 Cleo, dan Zap 6
Power. Kelima ponsel cerdas ini hadir dalam metal dan layar berbekal teknologi
antigores. Juga, dibekali dengan FiraOS, software yang dikembangkan khusus
sebagai pembeda produk Polytron dan produk dari merek lainnya.
III. Bertumpu pada Inovasi untuk Bersaing
Polytron dikenal sebagai inovasinya, ungkap Tekno. Ia mencontohnya, Polytron
merupakan yang pertama menggunakan bahan kaca untuk pintu kulkas. Hal ini
dilakukan karena insight konsumen menunjukan kalau orang Indonesia sangat suka
memajang kulkas di ruang tamu yang sekaligus sebagai pajangan.
Menurut Tekno, inovasi itu selalu muncul karena di internal HIE menerapkan strategi
3i, yaitu improvement, innovation, dan invention. Strategi ini selalu diterapkan di
internal dan selalu memacu karyawannya untuk memunculkan ide-ide baru. Setiap
ide yang diterima akan mendaptkan apresiasi dari perusahaan dan menjadi
kebanggaan bagi karyawan yang mengusulkannya. Banyak sekali ide yang muncul
dari karyawan kami, katanya. Inovasi juga bisa digali berdasarkan hasil riset
konsumen yang rutin dilakukan Polytron. Kemudian, inovasi juga bisa muncul
berdasarkan masukan dari para dealer/toko penjual produk Polytron
Bagi pihak Polytron yang namanya inovasi tak harus menghasilkan produk baru tapi
bisa juga pengembangan dari produk yang sudah ada. Contohnya, Polytron membuat
mesin cuci yang diberi nama zeromatic. Inovasinya adalah mesin cuci matic ini akan
tetap berfungsi meski debit air yang masuk sedikit. Hal ini dibuat karena kebanyakan
mesin cuci matic tidak bisa berfungsi kalau air yang masuk sedikit. Semua inovasi
yang kami buat dipatenkan dan dikoumunikasikan, ujar yang bergabung dengan
Polytron sejak 1993 ini.
IV. Jurus Pemasaran Menerobos Pasar

Bagi Tekno untuk strategi memasarkan produk yang harus dipahami terlebih dahulu
adalah siapa konsumen yang akan dibidik. Seperti mesin cuci, konsumen yang
dibidik adalah ibu-ibu sehingga harus menyesuaikan dengan karakter mereka dalam
membuat komunikasi dan pemilihan media komunikasinya baik above the line (ATL)
maupun below the line (BTL).
Untuk ATL, biasanya pihak HIE membuat perencangan selama setahun yang dalam
perjalannya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan. Misalnya, Polytron beriklan
kulkas ketika menjelang lebaran atau saat ini sedang gencar mengiklankan mesin
cuci, produk audio dan HP. Pihaknya juga selalu memilih televisi commercial (TVC)
yang penyebarannya secara nasional sangat luas. Misalnya RCTI atau SCTV. Namun
kalau anggaran promosinya tak mencukupi maka dipilih satu satu dari kedua TVC
tersebut. Lalu, TVC atau media lokal juga menjadi bidikan Polytron untuk
berpromosi. Itu sebabnya di beberapa daerah merek Polytron cukup dominan. Di
Jawa Barat, brand awareness dan merek Polytron sangat kuat, ucapnya
mencontohkan.
Selain media di atas, Polytron juga aktif menggarap media digital atau media sosial
seperti website, Facebook, Twitter, Instagram. Bahkan Polytron juga selain memiliki
website perusahaan juga memiliki e-commerce bernama www.memangcanggih.com.
Melalui web inilah Polytron menjual beragam produknya secara online.
Sementara itu, untuk promosi BTL, Polytron rajin melakukan roadshow ke berbagai
daerah, terutama di kota-kota besar: Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Medan,
dan Surabaya. Roadshow ini bisa dilakukan di mal, kampus dan sekolah. Melalui
roadshow ini, Polytron bisa mengomunikasikan berbagai inovasi terbarunya agar
diketahui masyarakat. Bentuk roadshow-nya beragam ada pameran atau kegiatan
sponsorship dalam sebuah acara seperti di kampus atau sekolah. Atau juga aktivasi di
sebuah perumahan melalui kegiatan membersihkan AC yang menjadi bagian dari
edukasi cara hidup sehat. Yang pasti, cara berkomunikasi itu selalu diawali dengan
sebuah riset pasar setiap tahun agar menyentuh taget konsumennya, katanya sambil
menyebut komposisi berpromosi ATL 60% dan BTL 40%.

Bicara distribusi, Polytron termasuk salah satu pemain yang cukup kuat jaringannya.
Saat ini Polytron memiliki 26 kantor cabang, termasuk di Tahiland, 65 service
centre, dan 7 Authorized Dealer. Untuk distribusi ini, Polytron memiliki perusahaan
distribusi sendiri yang bernama PT Sarana Kencana Mulya. Selain jaringan di atas,
Polytron juga memiliki showroom khusus di Grand Indonesia Jakarta yang bernama
Polytron Living Exprerience. Untuk menggarap para distribtor yang terpenting
adalah melakukan good relationship dengan mereka, ujarnya tanpa merinci lebih
jauh.
Dengan berbagai langkah pemasaran yang dilakukan, penguasan pasar Polytron pun
tergolong moncer. Menurut data GfK per Agustus 2015, kulkas kami nomor 1,
mesin cuci nomor 4, audio nomor 1, TV tabung nomor 1, TV LED nomor 4 LED,
dan AC masih kecil pasarnya, ujar lulusan Univeritas Atmajaya Yogyakarta ini
menjelaskan.
Menyikapi soal persaingan, bagi Polytron bukan harga yang dikedepankan tapi lebih
ke kualitas. Produk kami di pasar bukan yang termurah karena kalau perang harga
tak akan habisnya. Kami lebih konsen ke kualitas dan inovasi, katanya. Memang
pesaing Polytron saat ini adalah merek-merek global, baik dari Eropa, Jepang, Cina
dan terutama Korea yang saat ini menjadi pesaing beratnya. Kalau sesama pemain
elektronik lokal, boleh dibilang Polytron jagonya karena pemain lokal lainnya kurang
terdengar gaungnya seperti Akari.
Dalam pandangan Gunawan Alif, Wakil Rektor Sampoerna University, konsistensi
Polytron selama 4 dekade menunjukan kalau perusahaan milik Djarum ini sangat
serius di industri elektronik dan sudah memiliki pasar tersendiri sehingga memiliki
prospek yang bagus ke depannya. Berbeda dengan Sony dan perusahaan elektronik
Jepang lainnya yang memiliki pasar lokal yang menua sehingga tak cukup dinamis
dalam kegiatan pemasarannya.

Dilihat dari produknya, Polytron dapat membuat produk-produk dengan kualitas


yang baik dengan menyasar pasar yang besar dan terus berkembang dari kelompok

menengah yang mulai mencari nilai yang lebih besar dari produk yang dibelinya.
Namun penting bagi Polytron untuk menyusun suatu brand architecture yang jelas,
ditunjang dengan kegiatan periklanan dan brand activation yang tertata baik sehingga
dapat membantu memperkuat brand Polytron secara keseluruhan.
Strategi promosi Polytron cukup terdengar dan terkelola dengan baik.Namun
kampanye above the line masih harus terus ditingkatkan agar brand positioning dan
brand differentiation dari Polytron betul-betul tertancap di benak khalayak
sasarannya. Saat ini, Polytron masih sekadar sebagai produsen peralatan elektronik
yang baik seperti produsen elektronik yang lain, namun belum terasa apa yang
membuatnya berbeda sehingga ada alasan yang kuat untuk memilihnya, ucap
Gunawan memberi masukan.
Lalu yang terlihat belum digarap secara optimal oleh Polytron adalah komunikasi
media sosial maupun komunitas. Padahal khalayak muda harus dirangsang dengan
suatu upaya interaktif yang kreatif. Hal ini perlu digarap dengan serius mengingat
sebagian produk elektronik yang diproduksi Polytron banyak menyasar khalayak
sasaran muda.
Gunawan juga memberikan masukan agar Polytron tetap eksis. Kata kuncinya
adalah sustainable innovation, inovasi yang berkesinambungan, katanya. Teknologi
terus berubah dari waktu ke waktu, preferensi konsumen berubah dari waktu ke
waktu, Polytron harus mampu mengelola perubahan semacam itu secara inovatif.
Artinya mereka harus memiliki akses ke teknologi dan pemahaman (insight) dari apa
yang diperlukan oleh konsumennya. Tanpa memahami kenyataan ini, kasus Nokia
dan Sony bisa saja terulang. Tentu saja harapan bagi Polytron yang merupakan merek
lokal harus menjadi tuan rumah di negara sendiri dan dapat menjual produkproduknya di mancanegara sehingga Polytron dapat menjadi Indonesian global brand
yang dibanggakan, termasuk di 2016 ini. (Riset: Siti Sumariyati) @ddsuryadi

Jurus Polytron Garap Pasar Elektronik:

Polytron merupakan merek lokal buatan PT Hartono Istana Teknologi yang


berdiri 18 September 1975 di Kudus, Jawa Tengah.

Selama berkiprah 40 tahun, Polytron telah memiliki sejumlah produk seperti


produk audio, TV, kulkas, mesin cuci, dispenser, hingga smartphone 4G.

Inovasi produk menjadi tumpuan utama Polytron agar produknya bisa bersaing
dengan menerapkan strategi 3i, yaitu improvement, innovation, dan

Strategi komunikasi, Polytron melakukannya melalui promosi above the line


(ATL), below the line (BTL).

Untuk BTL, Polytron rajin melakukan roadshow ke berbagai kota-kota besar


melalui mal, kampus dan sekolah. Bentuk roadshow-nya beragam ada pameran
atau kegiatan sponsorship

Selain media di atas, Polytron juga aktif menggarap media digital atau media
sosial seperti website, Facebook, Twitter, Instagram. Bahkan Polytron juga selain
memiliki

website

perusahaan

juga

memiliki

e-commerce

bernama

www.memangcanggih.com. Melalui web inilah Polytron menjual beragam


produknya secara online.

Untuk distribusi, saat ini Polytron memiliki 26 kantor cabang, termasuk di


Tahiland, , 65 service centre, dan 7 Authorized Dealer. Polytron juga memiliki
perusahaan distribusi sendiri yang bernama PT Sarana Kencana Mulya.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Santo Kadarusman, Public Relations &

Poduk AC Polytron

Marketing Event Manager PT Hartono


Istana Teknolog

BEBERAPA FOTO TERKAIT PRODUK POLYTRON

Teknok Wibowo, Direktur Pemasaran


PT Hartono Istana Elektronik

Beberapa Produk Polytron

REFERENSI:

http://swa.co.id/swa/capital-market/corporate/empat-dekade-kiprah-polytron

http://www.marketing.co.id/strategi-polytron-menaklukan-dunia/

https://www.polytron.co.id/?
fuseaction=home.pollydetail&csection=News_Poly_Release&id=1838

http://semarang.bisnis.com/read/20141008/12/74165/wow-polytron-eksporproduknya-ke-32-negara

http://www.juragancendol.com/2015/03/polytron-merek-indonesia-laris-didunia.html

Anda mungkin juga menyukai