Buku 2 : RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan)
Modul Pembelajaran Pertemuan Ke 6, 7, 8
Januari 2013
Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RKPM) – PSG (2 SKS)
Tujuan Ajar/ Topik Media Ajar1 Metode Metode Aktivitas Aktivitas Sumber
Keluaran/ (pokok, Evaluasi Ajar Mahasiswa Dosen/ Ajar
Pertemuan ke
Audio/Video
bahasan, Penilaian2 Pengajar
Soal-tugas
Presentasi
Gambar
alokasi
Web4
Teks
waktu)
6 Dapat menjelaskan Komposisi 1 1 32 - 3 - Kuis : Mahasiswa (1) Baca bahan Menjelaskan Pustaka :
komposisi tubuh tubuh : (1) Komposisi berkelompo ajar sebelum materi di 1) Rosalind
manusia yang Pembagian tubuh k dan kuliah, depan kelas, S.
berhubungan susunan manusia berdiskusi (2) Mengerjaka memandu Gibson,
dengan penilaian cairan dalam didampingi n kuis secara jalannya 2005,
status gizi tubuh, (2) dosen berkelompok diskusi dan Principles
Keseimbanga dan merespon of
n cairan, (3) menyampaikan penyampaia nutritional
Cairan dalam hasilnya n oleh assessme
pecernaan, mahasiswa nt
(4) Metode 2) Veldhuis
assesmen Pengajar: JD. et al.,
komposisi Dr. rer. Nat. 2005,
tubuh, (5) dr. BJ Istiti Endocrine
Risiko Kandarina control of
penyakit dan Body
kematian
1
Masing-masing media ajar disertakan dalam bentuk handout setiap minggu/pertemuan.
2
Evaluasi mahasiswa dapat berupa: Kuis, Tugas, Self-Test, Tes formatif, Tes sumatif. Evaluasi mahasiswa ditujukan untuk mengukur ketercapaian tujuan (pada Kolom 2).
3
UGM menggunakan sistem pembelajaran STAR (Student Teacher Aesthetic Role-Sharing): kombinasi optimal antara SCL (Student Centered Learning) dan TCL (Teacher Centered
Learning).
4
Tautan di internet disajikan dalam kolom terakhir (Sumber Ajar). Untuk materi online yang dikembangkan sendiri gunakan LMS eLisa http://elisa.ugm.ac.id/
berdasarkan Compositi
BMI, (6) on in
Lingkar infancy,
pinggang dan Childhood
pinggul, (7) , and
Bioeletrical Puberty.
impedance Endocrine
dan DXA, (8) Reviews
Manfaat klinis 26 (10):
dari komposisi 114146
tubuh
Waktu: 1x
pertemuan
@100 menit
Komposisi Tubuh
A. Pendahuluan
Komposisi tubuh yang akan dibahas adalah yang terkait dengan penilaian
status gizi. Sub pokok bahasannya meliputi pembagian susunan cairan dalam tubuh,
keseimbangan cairan, cairan dalam pecernaan, metode assesmen komposisi tubuh,
risiko penyakit dan kematian berdasarkan BMI, lingkar pinggang dan pinggul,
bioeletrical impedance dan DXA, serta manfaat klinis dari ilmu komposisi tubuh.
Pokok bahasan ini bermanfaat sebagai pemahaman awal bagi mahasiswa
terkait komposisi tubuh yang erat hubungannya dengan penilaian status gizi terutama
degan metode pendekatan antropometri. Pokok bahasan ini juga diharapakan
mampu memenuhi kompetensi yang harus dicapai mahasiswa sebagai lulusan
dietisien nantinya serta menjadi bagian persiapan materi bagi mahasiswa sebelum
mengikuti pokok bahasan selanjutnya seperti penilaian antropometri dan biokimia.
Setelah mengikuti pertemuan pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskan arti dan fungsi komosisi tubuh yang berhubungan dengan penilaian
status gizi. Pokok bahasan ini akan disampaikan dalam satu kali pertemuan.
B. Penyajian
1. Penilaian Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh manusia tergantung dari berbagai faktor eksogen dan
endogen, secar langsung dari keseimbangan asupan makanan. Manusia sehat
baik jiwa dan raga mempengaruhi fungsi metabolisme maupun imunitas.
Keadaan malnutrisi akan mempengaruhi fungsi organ dan menjadi beban
manusia.
Faktor resiko terjadinya malnutrisi antara lain obesitas akan mempengaruhi
kejadian penyakit kardiovaskuler, penyakit gangguan metabolik, Diabetes
Mellitus, Hipertensi. Sehingga pengukuran komposisi tubuh sangat diperlukan
untuk kasus di klinik maupun dimasyarakat, sebagai alat diagnotik untuk tujuan
pencegahan maupun pengobatan.
Lima perspektif dari komposisi tubuh (meningkat dari bagian terkecil ke
besar) terdiri dari atom, molekul, sel, jaringan, dan keseluruhan tubuh (Wang, Z,
pierson, RN, Heymsfield, SB, Am J. Clin Nutr 1992; 56:19). Proporsi dari
bermacam-macam jaringan dan organ bervariasi pada perbedaan tingkat dari
pertumbuhan. Pembagian susunan cairan dalam tubuh ditinjau dari letaknya
terdiri dari otot, kulit dan di bawahnya, pusat susunan syaraf, tulang dan jaringan
ikat, pembuluh darah, dan jaringan lemak. Cairan dalam tubuh terdiri dari cairan
ekstraselluler dan intraselluler.
Pengukuran komposisi tubuh secara langsung tidak mungkin, pengukuran
yang biasa digunakan adalah pengukuran secara antropometri antara lain
pengukuran berat badan, tinggi badan, tebal lemak (skinfolds). Lingkar perut/
lingkar pinggang untuk mendeteksi kecenderungan penyakit kardiovakuler;
lingkar lengan atas (LLA) dapat digunakan untuk skrining PEM dalam keadaaan
kritis. Tingkat risiko penyakit maupun kematian dapat dinilai berdasarkan indeks
masa tubuh (IMT)/ BMI (Body Mass Index).
Bioelectrical Impedance mengukur massa lemak, massa bebas lemak dan
massa air dari tubuh seseorang. Sedangkan alat Dual Energy X-ray
Asortiopmetry (DXA) mengukur kandungan mineral tulang atau Bone Mineral
Content (BMC) dan Bone Free Soft Tissue (BFST). Penjumlahan dari kedua nilai
tersebut (BMC dan BFST) menghasilkan nilai FFM. DXA juga menunjukan
distribusi lemak dan jaringan, Region of Interest (ROI) untuk bagian spesifik
namun memiliki keterbatasan dalam hal ukuran.
Materi Pengayaan
Lipatan Kulit (Skinfold)
Teknik Pengambilan Lipatan Lemak
1. Pengambilan lipatan kulit dapat dari sisi tubuh sebelah kanan/kiri. Peneliti dari
Amerika Utara menggunakan sisi kanan pada saat survey. Namun peneliti dari
Eropa umumnya menggunakan sisi kiri. Oleh karena itu yang lebih penting
ialah konsistensi dalam menggunakan sisi yang sebelah mana. Untuk
praktikum ini, kita menggunakan sisi kiri tubuh.
2. Orang yang kurang berpengalaman dalam pengambilan lipatan kulit sebaiknya
memberi tanda pada lokasi yang akan diukur, setelah lokasi tersebut
teridentifikasi.
3. Lipatan kulit diambil dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri sekitar 1 cm.
Pengambilan dengan jari dilakukan pada proksimal lokasi pengukuran lipatan
kulit.
4. Caliper dipegang dengan tangan kanan, tegak lurus dengan lipatan kulit yang
diambil, dengan caliper menghadap ke atas sehingga mudah untuk dilihat
hasilnya. Kaliper dijepit pada distal lokasi pengambilan lipatan oleh ibu jari dan
telunjuk.
5. Kaliper tidak boleh dijepitkan terlalu dalam atau terlalu dangkal.
6. Penjepitan dilakukan selama 4 detik setelah tekanan oleh jari dilepaskan.
Penjepitan yang terlalu lama akan menyebabkan hasil penurunan menjadi lebih
kecil, karena cairan berpindah dari lokasi penjepitan. Pengukuran dilakukan
dengan ketelitian hingga 1 mm.
7. Pengukuran harus dilakukan minimum 2 kali pengukuran, dan diselingi
waktu 15 detik. Jika hasil tiap pengukuran berselisih lebih dari 1 mm,
pengukuran harus diulangi hingga didapat konsistensi.
8. Tekanan dengan ibu jari dan telunjuk harus dipertahankan pada tiap
pengukuran.
9. Saat mengukur obesitas, kadang sulit untuk mengukur lipatan kulit, seperti
pada abdomen.
10. Pada situasi ini, pengukur sebaiknya menggunakan kedua tangan untuk
menarik lipatan kulit dan menggunakan mitra pengukur untuk menjepitkan
caliper.
11. Pengukuran sebaiknya tidak diambil setelah latihan fisik atau pada saat
orang tersebut kelebihan panas (overheat) karena perubahan cairan tubuh
akan mempengaruhi hasil pengukuran.
Materi pengayaan lainnya dapat dilihat dalam modul praktikum.
Materi untuk Latihan
Cara pengukuran komposisi tubuh dengan alat Bioelectrical Impedance ialah
sebagai
berikut:
1. Responden menggunakan pakaian minimal, mengeluarkan barang dalam saku
yang dapat mempengaruhi pengukuran.
2. Tarik remote control, dan isi data-data yang diperlukan, seperti usia, tinggi badan,
jenis kelamin.
3. Setelah alat berhasil diset, subyek naik ke atas bioimpedance, dan memegang
remote pada pengangan yang telah ditentukan dengan lengan tangan tegak
lurus dengan aksial.
4. Tunggu beberapa saat hingga hasil pengukuran muncul
5. Dokumentasikan hasil pengukuran.
Materi untuk latihan lainnya dapat dilihat dalam modul praktikum.
2. Aktivitas :
Sebelum perkuliahan dimulai, mahasiswa diharapkan telah membaca bahan
ajar terlebih dahulu. Dosen akan memaparkan materi di depan kelas, kemudian
memberikan kuis dan tugas kepada mahasiswa. Kuis dikerjakan secara individu
sedangkan tugas dikerjakan berkelompok. Dosen akan memandu jalannya diskusi
dan memberikan respon atas hasil diskusi mahasiwa. Kuis dapat pula diberikan di
awal pertemuan, sebelum dosen memberikan materi.
3. Tugas : -
4. Latihan :
Kuis : Komposisi tubuh manusia
C. Penutup
1. Tes formatif dan kunci tes formatif
o Berikut merupakan perspektif dari komposisi tubuh menurut Wang dkk (1992),
kecuali :
a. Atom d. Jaringan
b. Molekul e. Organ
c. Sel
Jawaban : e
2. Petunjuk penilaian dan umpan balik
Penilaian dilakukan dengan proporsional sesuai metode evaluasi meliputi
diskusi kelompok, tugas individu, praktek keterampilan medik, ujian tengah
semester, dan ujian akhir semester. Sesuai pula dengan kriteria penilaian yang
digunakan, antara lain dalam diskusi kelompok meliputi penyelesaian tugas,
kontribusi dalam kelompok, keaktifan dan keterampilan berkomunikasi. Pada
tugas individu terdiri dari penulisan, hasil analisa dan kesesuaian dengan materi.
Pada praktek keterampilan medik meliputi keterampilan dalam mendiagnosa gizi,
berkomunikasi dan praktek dalam menilai status gizi.
3. Tindak lanjut
a. Tugas individu
Terdapat kuis yang diberikan saat perkuliahan berangsung bagi mahasiswa
sebagai bentuk tugas individu.
b. Diskusi kelompok
Terdapat tugas bagi mahasiswa untuk dikerjakan secara berkelompok dan
menjadi bahan diskusi.
c. Praktikum
Dilakukan praktikum sesuai waktu yang teah dijadwalkan setelah
penyampaian pokok bahasan oleh dosen.
d. Bahan bacaan :
Rosalind S. Gibson. 2005, Principle Nutritional Assessment
Veldhuis JD. et al. 2005, Endocrine control of Body Composition in
Infancy Childhood and Puberty. Endocrine Reviews 26 (10): 114-146.
PENILAIAN ANTROPOMETRI
A. Pendahuluan
Metode antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi secara
langsung. Pegukuran antropometri terdri dari dua macam yaitu pengukuran ukuran
tubuh dan pengukuran komposisi tubuh. Metode ini wajib dikuasai oleh calon ahli gizi
guna memenuhi kompetensinya dalam kemampuan penilaian status gizi. Selain
pengukuran bagian-bagian tubuh tertentu, antropometri juga meliputi indeks atau
rasio hasil pengukuran suatu bagian tubuh dengan bagian tubuh lainnya. Tentunya
akan cukup kompleks dalam hal keterampilan pengukuran hingga interpretasi data
hasil pegukuran untuk dapat kemudian melakukan penilaian status gizi.
Metode ini sangat berkaitan dengan kompetensi ahli gizi baik penerapannya
di rumah sakit maupun di masyarakat. Pengukuran komposisi tubuh biasa digunakan
untuk mengukur pasien di rumah sakit yang mengalami malnutrisi dan memonitor
perubahan jangka panjang pada komposisi tubuh dari asuhan gizi yang diberikan.
Sedangkan pada tingkat populasi, pengukuran komposisi tubuh digunakan untuk
mengukur status gizi masyarakat dan mengevaluasi keefekifan dari program
intervensi yang diberikan. Melalui pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa dapat
menjelaskan arti , fungsi dan tahapan metode penilaian antropometri serta mampu
menginterpretasikan data hasil pengukuran antropometri. Pokok bahasan ini akan
sangat mendukung pencapaian kompetensi pada mata kuliah selanjutnya seperti
dietetik yang memerlukan antropometri untuk penilaian status gizi pasien sehingga
dapat ditentukan intervensi diet yang diberikan.
B. Penyajian
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia (Supariasa, 2001). Pengukuran
antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh
(Departemen Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007). Pengukuran antropometri
adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode penilaian status
gizi (PSG) secara langsung untuk menilai dua masalah utama gizi di dunia yaitu (1)
kekurangan energy protein (KEP), terutama pada anak-anak dan ibu hamil di negara
berkembang, dan pasien yang diopname karena penyakit serius; dan (2) obesitas di
semua kelompok umur. Di sisi lain, pengukuran antropometri dapat digunakan untuk
memonitor pertumbuhan yang normal dan abnormal pada masa kanak-kanak,
kehamilan, dan janin (Jelliffe, 1989).
TABEL 1
Kelebihan dan Kekurangan Antropometri
Kelebihan Kekurangan
1. Relatif murah 1. Membutuhkan data referensi yang relevan
2. Relatif mudah, sehingga pengguna alat 2. Kesalahan yang muncul seperti kesalahan pada
dapat dilatih peralatan (belum dikalibrasi), kesalahan pada
3. Cepat, sehingga dapat dilakukan di observer (kesalahan pengukuran, pembacaan, dan
populasi yang besar pencatatan)
4. Objektif 3. Kesalahan pengukuran mempengaruhi presisi,
5. Diakui secara ilmiah dan mempunyai akurasi, dan validitas antropometri Hanya
ambang batas serta baku rujukan yang mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi
sudah pasti sehingga hasil lebih mudah karena kurang energi dan protei, tidak dapat
dapat disimpulkan memperoleh informasi karena defisiensi zat gizi mikro
6. Gradable, dapat dirangking apakah ringan, 4. Tidak dapat digunakan untuk mendeteksi status gizi
sedang, atau berat dalam waktu singkat.
7. Tidak menimbulkan rasa sakit pada 5. Sensitifitas dan spesifitas pengukuran antropometri
responden dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti penyakit,
8. Dapat dilakukan secara berulang-ulang genetic, dan penurunan penggunaan energy
karena prosedurnya sederhana dan aman
Sumber : Rangkuman Jellife DB & Jellife EFP, 1989; Gibson 2005
TABEL 2
Pengukuran Antropometri yang Utama
Pengukuran Komponen Jaringan utama yang diukur
Stature/tinggi Kepala, tulang belakang,
Tulang
badan tulang panggul, kaki
Seluruh tubuh Seluruh jaringan : khususnya lemak, otot,
Berat badan
tulang, tulang dan air
Lemak bawah kulit, Otot (secara teknik lebih sedikit digunakan
di negara maju)
Lingkar lengan
Lemak (lebih sering digunakan di negara
Otot, tulang
maju)
Lipatan lemak Lemak bawah kulit, kulit Lemak
Sumber : Jellife DB & Jellife EFP, 1989. Community Nutritional Assessment. Oxford
Unifersity Press, hlm. 66
TABEL 4
Batas Ambang IMT Indonesia (Depkes, 2003)
Kategori IMT (Kg/m2)
Gender Kegemukan
Kurus Normal
Tingkat ringan Tingkat berat
2 2 2
Pria <18 kg/m 18 – 25 kg/m >25 – 27 kg/m
>27 kg/m2
Wanita <17 kg/m2 17 – 23 kg/m2 >23 – 27 kg/m2
Indeks Antropometri
Beberapa indeks antropometri adalah sebagai berikut :
a. Berat Badan terhadap Umur (BB/U)
i. Indikator status gizi saat sekarang
ii. Sensitif terhadap perubahan kecil
iii. Kadang umur secara akurat sulit didapat
iv. Growth Monitoring
v. Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth failure karena infeksi atau
KEP
b. Tinggi Badan terhadap Umur (TB/U)
i. Indikator status gizi masa lalu
ii. Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa
iii. Kadang umur secara akurat sulit didapat
c. Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
i. Mengetahui proporsi badan (gemuk, normal, kurus)
ii. Indikator status gizi saat ini
iii. Umur tidak perlu diketahui
d. Lingkar Lengan Atas terhadap Umur (LILA/U)
i. Dapat mengidentifikasi KEP pada balita
ii. Tidak memerlukan data umur yang terkadang sulit
iii. Dapat digunakan pada saat emergency
iv. Membutuhlkan alat ukur yang murah
v. Pengukuran cepat
Baku Acuan (Data Reference)
TABEL 4
Penggunaan Bahan Baku Acuan