Anda di halaman 1dari 18

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS KEDOKTERAN / PRODI GIZI KESEHATAN


Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta

Buku 2 : RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan)
Modul Pembelajaran Pertemuan Ke 6, 7, 8

PENILAIAN STATUS GIZI


Semester III/ 3 SKS/KUG 2207
Oleh

1. Yayuk Hartriyanti, SKM., M.Kes


2. Dr.rer.nat.dr. BJ Istiti Kandarina

Didanai dengan dana BOPTN P3-UGM


Tahun Anggaran 2012

Januari 2013
Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RKPM) – PSG (2 SKS)
Tujuan Ajar/ Topik Media Ajar1 Metode Metode Aktivitas Aktivitas Sumber
Keluaran/ (pokok, Evaluasi Ajar Mahasiswa Dosen/ Ajar
Pertemuan ke

Indikator subpokok dan (STAR)3 Nama

Audio/Video
bahasan, Penilaian2 Pengajar

Soal-tugas
Presentasi

Gambar
alokasi

Web4
Teks
waktu)

6 Dapat menjelaskan Komposisi 1 1 32 - 3 - Kuis : Mahasiswa (1) Baca bahan Menjelaskan Pustaka :
komposisi tubuh tubuh : (1) Komposisi berkelompo ajar sebelum materi di 1) Rosalind
manusia yang Pembagian tubuh k dan kuliah, depan kelas, S.
berhubungan susunan manusia berdiskusi (2) Mengerjaka memandu Gibson,
dengan penilaian cairan dalam didampingi n kuis secara jalannya 2005,
status gizi tubuh, (2) dosen berkelompok diskusi dan Principles
Keseimbanga dan merespon of
n cairan, (3) menyampaikan penyampaia nutritional
Cairan dalam hasilnya n oleh assessme
pecernaan, mahasiswa nt
(4) Metode 2) Veldhuis
assesmen Pengajar: JD. et al.,
komposisi Dr. rer. Nat. 2005,
tubuh, (5) dr. BJ Istiti Endocrine
Risiko Kandarina control of
penyakit dan Body
kematian
1
Masing-masing media ajar disertakan dalam bentuk handout setiap minggu/pertemuan.
2
Evaluasi mahasiswa dapat berupa: Kuis, Tugas, Self-Test, Tes formatif, Tes sumatif. Evaluasi mahasiswa ditujukan untuk mengukur ketercapaian tujuan (pada Kolom 2).
3
UGM menggunakan sistem pembelajaran STAR (Student Teacher Aesthetic Role-Sharing): kombinasi optimal antara SCL (Student Centered Learning) dan TCL (Teacher Centered
Learning).
4
Tautan di internet disajikan dalam kolom terakhir (Sumber Ajar). Untuk materi online yang dikembangkan sendiri gunakan LMS eLisa http://elisa.ugm.ac.id/
berdasarkan Compositi
BMI, (6) on in
Lingkar infancy,
pinggang dan Childhood
pinggul, (7) , and
Bioeletrical Puberty.
impedance Endocrine
dan DXA, (8) Reviews
Manfaat klinis 26 (10):
dari komposisi 114146
tubuh
Waktu: 1x
pertemuan
@100 menit

7 1) Dapat Penilaian 1 1 4 - 2 - Kuis : Mahasiswa (1) Baca bahan Menjelaskan Pustaka :


menjelaskan arti Antropometri Penilaian berkelompo ajar sebelum materi di 1)Jellife DB
dan fungsi antropometri k dan kuliah, depan kelas, & Jellife
penilaian Waktu: 1x . berdiskusi (2) Mengerjaka memandu EFP,
antropometri pertemuan Tugas 1 : didampingi n kuis dan jalannya 1989.
yang @100 menit Tahapan dosen tugas secara diskusi dan Communit
berhubungan metode berkelompok merespon y
dengan penilaian dan penyampaia Nutritional
penilaian status antropometri menyampaikan n dari Assessme
gizi, hasilnya mahasiswa nt. Oxford
2) Dapat Pengajar: Unifersity
menjelaskan Yayuk Press,
metode Hartriyanti, hlm. 66
pengukuran SKM., M.Kes 2)Gibson,
antropometri RS, 1993.
dengan tepat, Nutritional
Assessme
nt, A
Laborator
y Manual,
Oxford
Universitl
aff Press,
New York
8 Dapat Pengolahan 1 1 4 - 1 - Tugas : Mahasiswa (1) Baca bahan Menjelaskan Pustaka :
menginterpretasika dan Interpretasi berkelompo ajar sebelum materi di 1) Jellife DB
n hasil metode interpretasi hasil k dan kuliah, depan kelas, & Jellife
pengukuran data penilaian berdiskusi (2) Mengerjaka memandu EFP,
antropometri antropometri antropometri didampingi n kuis secara jalannya 1989.
dengan tepat berdasarkan dosen berkelompok diskusi dan Communit
Waktu: 1x kasus. dan merespon y
pertemuan menyampaikan penyampaia Nutritional
@100 menit hasilnya n oleh Assessme
mahasiswa nt. Oxford
Pengajar: Unifersity
Yayuk Press,
Hartriyanti, hlm. 66
SKM., M.Kes 2) Gibson,
RS, 1993.
Nutritional
Assessme
nt, A
Laborator
y Manual,
Oxford
Universitl
aff Press,
New York
BAB IV

KOMPOSISI TUBUH DAN PENILAIAN ANTROPOMETRI

Komposisi Tubuh
A. Pendahuluan
Komposisi tubuh yang akan dibahas adalah yang terkait dengan penilaian
status gizi. Sub pokok bahasannya meliputi pembagian susunan cairan dalam tubuh,
keseimbangan cairan, cairan dalam pecernaan, metode assesmen komposisi tubuh,
risiko penyakit dan kematian berdasarkan BMI, lingkar pinggang dan pinggul,
bioeletrical impedance dan DXA, serta manfaat klinis dari ilmu komposisi tubuh.
Pokok bahasan ini bermanfaat sebagai pemahaman awal bagi mahasiswa
terkait komposisi tubuh yang erat hubungannya dengan penilaian status gizi terutama
degan metode pendekatan antropometri. Pokok bahasan ini juga diharapakan
mampu memenuhi kompetensi yang harus dicapai mahasiswa sebagai lulusan
dietisien nantinya serta menjadi bagian persiapan materi bagi mahasiswa sebelum
mengikuti pokok bahasan selanjutnya seperti penilaian antropometri dan biokimia.
Setelah mengikuti pertemuan pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskan arti dan fungsi komosisi tubuh yang berhubungan dengan penilaian
status gizi. Pokok bahasan ini akan disampaikan dalam satu kali pertemuan.
B. Penyajian
1. Penilaian Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh manusia tergantung dari berbagai faktor eksogen dan
endogen, secar langsung dari keseimbangan asupan makanan. Manusia sehat
baik jiwa dan raga mempengaruhi fungsi metabolisme maupun imunitas.
Keadaan malnutrisi akan mempengaruhi fungsi organ dan menjadi beban
manusia.
Faktor resiko terjadinya malnutrisi antara lain obesitas akan mempengaruhi
kejadian penyakit kardiovaskuler, penyakit gangguan metabolik, Diabetes
Mellitus, Hipertensi. Sehingga pengukuran komposisi tubuh sangat diperlukan
untuk kasus di klinik maupun dimasyarakat, sebagai alat diagnotik untuk tujuan
pencegahan maupun pengobatan.
Lima perspektif dari komposisi tubuh (meningkat dari bagian terkecil ke
besar) terdiri dari atom, molekul, sel, jaringan, dan keseluruhan tubuh (Wang, Z,
pierson, RN, Heymsfield, SB, Am J. Clin Nutr 1992; 56:19). Proporsi dari
bermacam-macam jaringan dan organ bervariasi pada perbedaan tingkat dari
pertumbuhan. Pembagian susunan cairan dalam tubuh ditinjau dari letaknya
terdiri dari otot, kulit dan di bawahnya, pusat susunan syaraf, tulang dan jaringan
ikat, pembuluh darah, dan jaringan lemak. Cairan dalam tubuh terdiri dari cairan
ekstraselluler dan intraselluler.
Pengukuran komposisi tubuh secara langsung tidak mungkin, pengukuran
yang biasa digunakan adalah pengukuran secara antropometri antara lain
pengukuran berat badan, tinggi badan, tebal lemak (skinfolds). Lingkar perut/
lingkar pinggang untuk mendeteksi kecenderungan penyakit kardiovakuler;
lingkar lengan atas (LLA) dapat digunakan untuk skrining PEM dalam keadaaan
kritis. Tingkat risiko penyakit maupun kematian dapat dinilai berdasarkan indeks
masa tubuh (IMT)/ BMI (Body Mass Index).
Bioelectrical Impedance mengukur massa lemak, massa bebas lemak dan
massa air dari tubuh seseorang. Sedangkan alat Dual Energy X-ray
Asortiopmetry (DXA) mengukur kandungan mineral tulang atau Bone Mineral
Content (BMC) dan Bone Free Soft Tissue (BFST). Penjumlahan dari kedua nilai
tersebut (BMC dan BFST) menghasilkan nilai FFM. DXA juga menunjukan
distribusi lemak dan jaringan, Region of Interest (ROI) untuk bagian spesifik
namun memiliki keterbatasan dalam hal ukuran.
Materi Pengayaan
Lipatan Kulit (Skinfold)
Teknik Pengambilan Lipatan Lemak
1. Pengambilan lipatan kulit dapat dari sisi tubuh sebelah kanan/kiri. Peneliti dari
Amerika Utara menggunakan sisi kanan pada saat survey. Namun peneliti dari
Eropa umumnya menggunakan sisi kiri. Oleh karena itu yang lebih penting
ialah konsistensi dalam menggunakan sisi yang sebelah mana. Untuk
praktikum ini, kita menggunakan sisi kiri tubuh.
2. Orang yang kurang berpengalaman dalam pengambilan lipatan kulit sebaiknya
memberi tanda pada lokasi yang akan diukur, setelah lokasi tersebut
teridentifikasi.
3. Lipatan kulit diambil dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri sekitar 1 cm.
Pengambilan dengan jari dilakukan pada proksimal lokasi pengukuran lipatan
kulit.
4. Caliper dipegang dengan tangan kanan, tegak lurus dengan lipatan kulit yang
diambil, dengan caliper menghadap ke atas sehingga mudah untuk dilihat
hasilnya. Kaliper dijepit pada distal lokasi pengambilan lipatan oleh ibu jari dan
telunjuk.
5. Kaliper tidak boleh dijepitkan terlalu dalam atau terlalu dangkal.
6. Penjepitan dilakukan selama 4 detik setelah tekanan oleh jari dilepaskan.
Penjepitan yang terlalu lama akan menyebabkan hasil penurunan menjadi lebih
kecil, karena cairan berpindah dari lokasi penjepitan. Pengukuran dilakukan
dengan ketelitian hingga 1 mm.
7. Pengukuran harus dilakukan minimum 2 kali pengukuran, dan diselingi
waktu 15 detik. Jika hasil tiap pengukuran berselisih lebih dari 1 mm,
pengukuran harus diulangi hingga didapat konsistensi.
8. Tekanan dengan ibu jari dan telunjuk harus dipertahankan pada tiap
pengukuran.
9. Saat mengukur obesitas, kadang sulit untuk mengukur lipatan kulit, seperti
pada abdomen.
10. Pada situasi ini, pengukur sebaiknya menggunakan kedua tangan untuk
menarik lipatan kulit dan menggunakan mitra pengukur untuk menjepitkan
caliper.
11. Pengukuran sebaiknya tidak diambil setelah latihan fisik atau pada saat
orang tersebut kelebihan panas (overheat) karena perubahan cairan tubuh
akan mempengaruhi hasil pengukuran.
Materi pengayaan lainnya dapat dilihat dalam modul praktikum.
Materi untuk Latihan
Cara pengukuran komposisi tubuh dengan alat Bioelectrical Impedance ialah
sebagai
berikut:
1. Responden menggunakan pakaian minimal, mengeluarkan barang dalam saku
yang dapat mempengaruhi pengukuran.
2. Tarik remote control, dan isi data-data yang diperlukan, seperti usia, tinggi badan,
jenis kelamin.
3. Setelah alat berhasil diset, subyek naik ke atas bioimpedance, dan memegang
remote pada pengangan yang telah ditentukan dengan lengan tangan tegak
lurus dengan aksial.
4. Tunggu beberapa saat hingga hasil pengukuran muncul
5. Dokumentasikan hasil pengukuran.
Materi untuk latihan lainnya dapat dilihat dalam modul praktikum.
2. Aktivitas :
Sebelum perkuliahan dimulai, mahasiswa diharapkan telah membaca bahan
ajar terlebih dahulu. Dosen akan memaparkan materi di depan kelas, kemudian
memberikan kuis dan tugas kepada mahasiswa. Kuis dikerjakan secara individu
sedangkan tugas dikerjakan berkelompok. Dosen akan memandu jalannya diskusi
dan memberikan respon atas hasil diskusi mahasiwa. Kuis dapat pula diberikan di
awal pertemuan, sebelum dosen memberikan materi.
3. Tugas : -
4. Latihan :
Kuis : Komposisi tubuh manusia
C. Penutup
1. Tes formatif dan kunci tes formatif
o Berikut merupakan perspektif dari komposisi tubuh menurut Wang dkk (1992),
kecuali :
a. Atom d. Jaringan
b. Molekul e. Organ
c. Sel
Jawaban : e
2. Petunjuk penilaian dan umpan balik
Penilaian dilakukan dengan proporsional sesuai metode evaluasi meliputi
diskusi kelompok, tugas individu, praktek keterampilan medik, ujian tengah
semester, dan ujian akhir semester. Sesuai pula dengan kriteria penilaian yang
digunakan, antara lain dalam diskusi kelompok meliputi penyelesaian tugas,
kontribusi dalam kelompok, keaktifan dan keterampilan berkomunikasi. Pada
tugas individu terdiri dari penulisan, hasil analisa dan kesesuaian dengan materi.
Pada praktek keterampilan medik meliputi keterampilan dalam mendiagnosa gizi,
berkomunikasi dan praktek dalam menilai status gizi.
3. Tindak lanjut
a. Tugas individu
Terdapat kuis yang diberikan saat perkuliahan berangsung bagi mahasiswa
sebagai bentuk tugas individu.
b. Diskusi kelompok
Terdapat tugas bagi mahasiswa untuk dikerjakan secara berkelompok dan
menjadi bahan diskusi.
c. Praktikum
Dilakukan praktikum sesuai waktu yang teah dijadwalkan setelah
penyampaian pokok bahasan oleh dosen.
d. Bahan bacaan :
Rosalind S. Gibson. 2005, Principle Nutritional Assessment
Veldhuis JD. et al. 2005, Endocrine control of Body Composition in
Infancy Childhood and Puberty. Endocrine Reviews 26 (10): 114-146.
PENILAIAN ANTROPOMETRI
A. Pendahuluan
Metode antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi secara
langsung. Pegukuran antropometri terdri dari dua macam yaitu pengukuran ukuran
tubuh dan pengukuran komposisi tubuh. Metode ini wajib dikuasai oleh calon ahli gizi
guna memenuhi kompetensinya dalam kemampuan penilaian status gizi. Selain
pengukuran bagian-bagian tubuh tertentu, antropometri juga meliputi indeks atau
rasio hasil pengukuran suatu bagian tubuh dengan bagian tubuh lainnya. Tentunya
akan cukup kompleks dalam hal keterampilan pengukuran hingga interpretasi data
hasil pegukuran untuk dapat kemudian melakukan penilaian status gizi.
Metode ini sangat berkaitan dengan kompetensi ahli gizi baik penerapannya
di rumah sakit maupun di masyarakat. Pengukuran komposisi tubuh biasa digunakan
untuk mengukur pasien di rumah sakit yang mengalami malnutrisi dan memonitor
perubahan jangka panjang pada komposisi tubuh dari asuhan gizi yang diberikan.
Sedangkan pada tingkat populasi, pengukuran komposisi tubuh digunakan untuk
mengukur status gizi masyarakat dan mengevaluasi keefekifan dari program
intervensi yang diberikan. Melalui pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa dapat
menjelaskan arti , fungsi dan tahapan metode penilaian antropometri serta mampu
menginterpretasikan data hasil pengukuran antropometri. Pokok bahasan ini akan
sangat mendukung pencapaian kompetensi pada mata kuliah selanjutnya seperti
dietetik yang memerlukan antropometri untuk penilaian status gizi pasien sehingga
dapat ditentukan intervensi diet yang diberikan.
B. Penyajian
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia (Supariasa, 2001). Pengukuran
antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh
(Departemen Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007). Pengukuran antropometri
adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode penilaian status
gizi (PSG) secara langsung untuk menilai dua masalah utama gizi di dunia yaitu (1)
kekurangan energy protein (KEP), terutama pada anak-anak dan ibu hamil di negara
berkembang, dan pasien yang diopname karena penyakit serius; dan (2) obesitas di
semua kelompok umur. Di sisi lain, pengukuran antropometri dapat digunakan untuk
memonitor pertumbuhan yang normal dan abnormal pada masa kanak-kanak,
kehamilan, dan janin (Jelliffe, 1989).
TABEL 1
Kelebihan dan Kekurangan Antropometri
Kelebihan Kekurangan
1. Relatif murah 1. Membutuhkan data referensi yang relevan
2. Relatif mudah, sehingga pengguna alat 2. Kesalahan yang muncul seperti kesalahan pada
dapat dilatih peralatan (belum dikalibrasi), kesalahan pada
3. Cepat, sehingga dapat dilakukan di observer (kesalahan pengukuran, pembacaan, dan
populasi yang besar pencatatan)
4. Objektif 3. Kesalahan pengukuran mempengaruhi presisi,
5. Diakui secara ilmiah dan mempunyai akurasi, dan validitas antropometri Hanya
ambang batas serta baku rujukan yang mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi
sudah pasti sehingga hasil lebih mudah karena kurang energi dan protei, tidak dapat
dapat disimpulkan memperoleh informasi karena defisiensi zat gizi mikro
6. Gradable, dapat dirangking apakah ringan, 4. Tidak dapat digunakan untuk mendeteksi status gizi
sedang, atau berat dalam waktu singkat.
7. Tidak menimbulkan rasa sakit pada 5. Sensitifitas dan spesifitas pengukuran antropometri
responden dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti penyakit,
8. Dapat dilakukan secara berulang-ulang genetic, dan penurunan penggunaan energy
karena prosedurnya sederhana dan aman
Sumber : Rangkuman Jellife DB & Jellife EFP, 1989; Gibson 2005
TABEL 2
Pengukuran Antropometri yang Utama
Pengukuran Komponen Jaringan utama yang diukur
Stature/tinggi Kepala, tulang belakang,
Tulang
badan tulang panggul, kaki
Seluruh tubuh Seluruh jaringan : khususnya lemak, otot,
Berat badan
tulang, tulang dan air
Lemak bawah kulit, Otot (secara teknik lebih sedikit digunakan
di negara maju)
Lingkar lengan
Lemak (lebih sering digunakan di negara
Otot, tulang
maju)
Lipatan lemak Lemak bawah kulit, kulit Lemak
Sumber : Jellife DB & Jellife EFP, 1989. Community Nutritional Assessment. Oxford
Unifersity Press, hlm. 66

Macam-macam pengukuran antropometri adalah sebagai berikut :


a. Massa Tubuh
Berat badan adalah pengukuran antropometri yang paling sering
digunakan meskipun sering terjadi kesalahan dalam pengukuran. Berat badan
mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral tulang. Pada orang
dewasa terdapat peningkatan jumlah lemak sehubungan dengan umur dan terjadi
penurunan protein otot. Berat badan sewaktu lahir dapat digunakan sebagai
indicator status gizi bayi dengan cut off point <2500 gram dikatakan sebagai bayi
dengan BBLR. Untuk menilai status gizi biasanya berat badan dihubungkan
dengan pengukuran lain, seperti umur dan tinggi badan.
b. Pengukuran Liner (Panjang)
Dasar pengukuran linear adalah tinggi (panjang) atau stature dan
merefleksikan pertumbuhan skeletal. Pengukuran linear lainnya seperti tulang
biasa digunakan untuk tujuan tertentu. Misalnya panjang lengan atas atau kaki.
1) Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan seseorang pada prinsipnya adalah mengukur
jaringan tulang skeletal yang terdiri dari kaki, panggul, tulang belakang, dan
tulang tengkorak. Penilaian status gizi pada umumnya hanya mengukur total
tinggi (atau panjang) yang diukur secara rutin.
Tinggi badan yang dihubungkan dengan umur dapat digunakan
sebagai indicator status gizi masa lalu.
2) Panjang Badan
Panjang badan dilakukan pada balita yang berumur kurang dari dua
tahun atau kurang dari tiga tahun yang sukar untuk berdiri pada waktu
pengumpulan data tinggi badan.
3) Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala biasa digunakan pada kedokteran anak
yang digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti hydrocephalus (ukuran
kepala besar) atau nicrocephaly (ukuran kepala kecil). Untuk melihat
pertumbuhan kepala balita dapat digunakan grafik Nellhaus.
4) Lingkar Dada
Pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun
sehingga biasa digunakan pada anak berusia 2-3 tahun. Rasio lingkar dada
dan kepala dapat digunakan sebagai indikator KEP pada balita. Pada umur 6
bulan lingkar dada dan kepala sama. Setelah umur ini lingkar kepala tumbuh
lebih lambat daripada lingkar dada. Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan
dada yang lambat sehingga rasio lingkar dada dan kepala <1.
5) Lingkar Lengan Atas
Lingkar Lengan Atas (LILA) biasa digunakan pada anak balita serta
wanita usia subur. Pengukuran LILA dipilih karena pengukuran relatif mudah,
cepat, harga alat murah, tidak memerlukan data umur balita yang kadang kala
susah mendapatkan data umur yang tepat. LILA mencemirkan cadangan
energi sehingga pengukuran ini dapat mencerminkan status KEP (Kurang
Energi dan Protein) pada balita atau KEK (Kurang Energi Kronik) pada ibu
WUS dan ibu hamil. Pengukuran LILA pada WUS dan ibu hamil adalah untuk
mendeteksi risiko terjadinya kejadian bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah). Cut off point untuk balita yang menderita KEP adalah <12.5 cm
sedangkan risiko KEK untuk WUS dan bumil adalah <23.5 cm.
6) Tinggi Lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan sehingga data tinggi
badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang yang tidak dapat berdiri atau
manula. Pada manula digunakan tinggi lutut karena pada manula telah terjadi
penurunan masa tulang yang menyebabkan bungkuk sehingga sukar untuk
mendapatkan data tinggi badan yang akurat. Untuk mendapatkan data tinggi
badan dari tinggi lutut dapat menggunakan formula atau nomogram bagi
orang yang berusia lebih dari 59 tahun. Untuk mendapatkan data tinggi badan
dari berat badan dapat menggunakan formula :
Pria : (2,02 x tinggi lutut (cm)) –(0.04 x umur (tahun)) + 64.19
Wanita : (1.83 x tinggi lutut (cm)) – (0.24 x umur (tahun)) + 84.88
(Sumber : Gibson, RS, 1993. Nutritional Assessment, A Laboratory Manual, Oxford
Universitlaff Press, New York)

c. Body Mass Index (BMI)


Body Mass Index (BMI) adalah perbandingan antara berat badan dalam
kilogram dan tinggi badan kuadrat dalam meter (kg/m2). BMI adalah pengukuran
yang mudah sehingga dapat digunakan untuk mengukur status gizi dalam populasi
yang besar. BMI sulit digunakan untuk menilai status gizi seorang pasien. BMI tidak
dapat mengidentifikasi lemak di dalam tubuh. BMI berguna untuk mengidentifikasi
berat badan normal untuk kesehatan.
BMI tidak dapat digunakan untuk menilai status gizi seorang atlet. BMI biasa
digunakan pada manusia dewasa. Sementara itu, anak-anak memiliki tabel BMI
untuk anak-anak.
TABEL 3
Kategori Indeks Massa Tubuh (WHO)
Classification BMI (kg/m2)
Principal cut-off points Additional cut-off points
Underweight < 18.50 < 18.50
Severe Thinness < 16.00 < 16.00
Moderate Thinnes 16.00-16.99 16.00-16.99
Mild Thinnes 17.00-18.49 17.00-18.49
18.50-22.90
Normal Range 18.50-24.99
23.00-24.99
Overweight ≥ 25.00 ≥ 25.00
25.00-27.49
Pre-0bese 25.00-29.99
27.50-29.99
Obese ≥ 30.00 ≥ 30.00
30.00-32.49
Obese Class I 30.00-34.99
32.50-34.99
35.00-37.49
Obese Class II 35.00-39.99
37.50-39.99
Obese Class III ≥ 40.00 ≥ 40.00
Source: Adapted from WHO, 1995, WHO, 2000 and WHO 2004

TABEL 4
Batas Ambang IMT Indonesia (Depkes, 2003)
Kategori IMT (Kg/m2)
Gender Kegemukan
Kurus Normal
Tingkat ringan Tingkat berat
2 2 2
Pria <18 kg/m 18 – 25 kg/m >25 – 27 kg/m
>27 kg/m2
Wanita <17 kg/m2 17 – 23 kg/m2 >23 – 27 kg/m2

d. Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP)


Rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) adalah perbandingan antara lingkar
pinggang yang diukur pada bagian terkecil dari perut secara horizontal, dengan
lingkar panggul yang diukur melewati bagian paling maksimal dari panggul.
Pengukuran dilakukan dengan pita metlin dan tidak boleh terlalu menekan kulit.
Peningkatan risiko gangguan kesehatan akan terjadi jika RLPP 0.90 untuk laki-laki
dan 0.85 untuk wanita.
e. Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh adalah bagian yang menyusun tubuh manusia yang terdiri
dari body-lean mass (tulang, otot, dan jaringan), fat mass, dan water. Mengetahui
komposisi tubuh lebih penting daripada berat badan dalam menentukan status gizi
(UWSP University Health Service, 2000). Underweight dan overweight hanya
menunjukkan besar berat badan seseorang dibandingkan orang lain. Underweight
dan overweight tidak memberikan informasi yang tepat tentang status kesehatan
dan komposisi tubuh seseorang. Dua orang dengan ukuran tubuh yang sama dapat
memiliki berat badan yang berbeda.
Perubahan jaringan lemak akan menggambarkan perubahan keseimbangan
energi, sedangkan perubahan body-lean mass menggambarkan cadangan protein
tubuh. Sehingga komposisi tubuh sering dan penting digunakan untuk menentukan
suatu penyakit dan status gizi seseorang (Ellis, 2001).
Penelitian tentang metode penilaian komposisi tubuh sudah dimulai sejak
tahun 1940 di Laboratorium AR Behnke. Sejak saat itu, banyak metode yang
kemudian dikenal. Namun, penjelasan tentang teori dan aplikasinya pada individu
masih terbatas (Lukaski, 1987).
Metode penilain komposisi tubuh dibagi menjadi empat kategori umum, yaitu
indeks antropometri dan skinfold thickness (SKF), body volume measurements,
body water measurements dengan bioelectrical methods (BIA), dan imaging
techniques. (Ellis, 2001).
1. Skinfold thickness (SKF)
Teknik SKF mengukur lapisan lemak subkutan yang menutupi tubuh dengan
menggunakan kaliper (Ellis, 2001). Kaliper yang digunakan telah dikaliberasi sehingga
mengerahkan tekanan konstan 10 g/mm2. Pengukuran ini didasarkan pada dua asumsi.
Asumsi pertama yaitu ketebalan jaringan adiposa subkutan mencerminkan proporsi yang
konstan dari lemak tubuh total. Asumsi kedua bahwa bagian tubuh yang diukur mewakili
pengukuran ketebalan rata-rata jaringan adiposa subkutan (Lukaski, 1987).
Kaliper adalah alat yang digunakan untuk mengukur SKF yang berasal dari logam
dan plastik. Harga dari kaliper bervariasi tergantung dari asal bahan (logam atau plastik),
keakuratan, presisi, dan rentang pengukuran. Contoh kaliper berkualitas tinggi adalah
kaliper merk Harpenden, Lange, Holtain, dan Lafayette. Kaliper-kaliper tersebut
memberikan tekanan yang konstan (-10 g/mm2), rentang pengukuran 0-60 mm, dan
presisi 0,2 mm (1,0 mm untuk Harpenden dan Lange) (Heyward, 1996).
Kaliper (merk Lange) untuk mengukur Skinfold Thickness (SKF)

Gambar 1. Kaliper (merk Lange)


2. Bioelectrical Impedance Analysis (BIA)
Metode penilaian komposisi tubuh yang paling umum dan paling praktis
digunakan di lapangan adalah bioelectrical impedance analysis (BIA). Pengukuran BIA
dilakukan dengan melampirkan sepasang elektroda pada pergelangan tangan dan pada
pergelangan kaki, sehingga arus listrik yang lemah (800 mAmp) dapat melewati tubuh.
Meskipun pengukuran dapat dilakukan di setiap frekuensi, 50 kHz telah menjadi standar
untuk instrumen komersial. Aspek lain yang menarik dari teknologi BIA adalah bahwa
BIA mungkin adalah satu-satunya teknik komposisi tubuh yang telah langsung
dipasarkan kepada masyarakat umum (Ellis, 2001).
Karada scan adalah salah satu alat untuk menilai komposisi tubuh berdasarkan
metode bioelectrical impedance analysis (BIA). Karada scan adalah alat pengukuran
berat badan, persentase lemak tubuh, persentase otot, indeks massa tubuh (IMT), lemak
viseral, dan resting metabolism (RM) yang cepat dan mudah (Omron Karada Scan HBF
356, 2003).

Gambar 2. Karada Scan

Keakuratan karada scan :


i. Berat badan : 0,0 kg to 40,0 kg : 400 g
40,1 kg to 150,0 kg : 1%
ii. Body fat % : 3,5%
iii. Skeletal muscle % : 3,5%
iv. Resting metabolisme : 120 kcal
v. Viserat fat level : 3 levels
(Omron Karada Scan HBF 356, 2003)

Indeks Antropometri
Beberapa indeks antropometri adalah sebagai berikut :
a. Berat Badan terhadap Umur (BB/U)
i. Indikator status gizi saat sekarang
ii. Sensitif terhadap perubahan kecil
iii. Kadang umur secara akurat sulit didapat
iv. Growth Monitoring
v. Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth failure karena infeksi atau
KEP
b. Tinggi Badan terhadap Umur (TB/U)
i. Indikator status gizi masa lalu
ii. Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa
iii. Kadang umur secara akurat sulit didapat
c. Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
i. Mengetahui proporsi badan (gemuk, normal, kurus)
ii. Indikator status gizi saat ini
iii. Umur tidak perlu diketahui
d. Lingkar Lengan Atas terhadap Umur (LILA/U)
i. Dapat mengidentifikasi KEP pada balita
ii. Tidak memerlukan data umur yang terkadang sulit
iii. Dapat digunakan pada saat emergency
iv. Membutuhlkan alat ukur yang murah
v. Pengukuran cepat
Baku Acuan (Data Reference)
TABEL 4
Penggunaan Bahan Baku Acuan

Referens Publikasi Ukuran Dipakai di


Indoneisi
Tanner Tanner et al, 1966; Berat badan, TIDAK
Whitehouse Tinggi badan,
lingkar kepala
Tanner et al, 1975; Tebal lemak
(Skinfolds)
UK 1990 Freedman et al, 1995; Berat badan, TIDAK
Preece et al, 1996 Tinggi badan,
BMI
Lingkar kepala
Boston Stuart and Meredith, Berat badan, 1976-1990
(Harvard) 1975 Tinggi badan
Lingkar kepala
NCHS 1977 WHO, 1983 Berat badan, 1990-2008
Tinggi badan
Panjang badan
CDC 2000 CDC, 2000 Berat badan TIDAK
Tinggi badan
BMI
WHO 2006 WHO, 2006 Berat badan 2009 -
Panjang badan
BMI
Materi Pengayaan
Panjang Badan
Panjang badan merupakan tinggi badan yang diukur pada saat berbaring.
Parameter ini sering dipakai pada bayi/balita yang belum dapat berdiri. Alat yang
digunakan ialah pengukur panjang badan.
Cara pengukuran panjang badan ialah sebagai berikut:
1. Letakkan subyek di atas papan pengukur. Kepala subyek menempel pada
headboard.
2. Pengukuran panjang badan diperlukan dua orang pengukur. Pengukur pertama
memegang kepala bayi dan memposisikan FHP tegak lurus dengan bidang
horizontal. Pengukur pertama juga memastikan sumbu tubuh bayi sejajar dengan
garis tengah papan pengukur, bahu dan pantat menempel dengan papan, bahu
dan pinggul berada pada sudut yang tepat terhadap sumbu tubuh.
3. Pengukur kedua memastikan kaki lurus dan mendorong footboard hingga
menyentuhkaki.
4. Hasil dibaca dengan ketelitian 0.1 cm dan didokumentasikan
Materi pengayaan lainnya dapat dilihat dalam modul praktikum
Materi untuk latihan
Rina berumur 5 bulan berkunjung ke petugas kesehatan. Dia tampak kecil tetapi tidak sangat
kurus. BB : 4.7 Kg, PB : 59cm dan IMT : 13.5
 Jelaskan PB/U menurut Z- score
 Jelaskan BB/U menurut Z-score
 Jeaskan BB/PB menurut Z-score
 Jelaskan IMT/U menurut Z-score
Cara membaca tabel WHO 2006
Contoh kasus Rina :
PB/U : lihat median di tabel WHO = 64 cm
PB Rina = 59
Perhitungan :
 PB anak – Median = 59 – 64 =- 5
 Hitung 1 SD di tabel WHO 2006 (untuk PB anak 5 bulan = 2.2)
 Bagi hasil pengurangan dengan SD = - 5/2.2 = - 2.3
 Kesimpulan : Rina PB/U = - 2.3 SD  lihat tabel interpretasi
Pada daftar berikut, berilah tanda v pada kolom yang sesuai dengan masalah Rina. Gunakan
definisi pada tabel indikator pertumbuhan.
------- Pendek
------- sangat pendek
------- BB kurang
------- BB sangat kurang
------- Obes
-------- Kelebihan BB
-------- Risiko kelebihan BB
-------- Kurus
--------- Sangat kurus
Aktivitas :
Sebelum perkuliahan dimulai, mahasiswa diharapkan telah membaca bahan
ajar terlebih dahulu. Dosen akan memaparkan materi di depan kelas, kemudian
memberikan kuis dan tugas kepada mahasiswa. Kuis dikerjakan secara individu
sedangkan tugas dikerjakan berkelompok. Dosen akan memandu jalannya
diskusi dan memberikan respon atas hasil diskusi mahasiwa. Kuis dapat pula
diberikan di awal pertemuan, sebelum dosen memberikan materi.
Tugas :
Tugas 1 : Tahapan metode penilaian antropometri
Tugas 2 : Interpretasi hasil penilaian antropometri berdasarkan kasus.
Latihan :
Kuis : Penilaian antropometri.
C. Penutup
1. Tes formatif dan kunci tes formatif
o Ukuran antropometri yang sensitif terhadap perubahan :
a. BB
b. TB
c. LILA
d. Lingkar pinggang
e. Lingkar kepala

o Index antropometri yang baik untuk melihat penyebaran lemak :


a. BB/U
b. TB/U
c. Lingkar pinggang
d. BB/TB
e. RLPP

2. Petunjuk penilaian dan umpan balik


Penilaian dilakukan dengan proporsional sesuai metode evaluasi
meliputi diskusi kelompok, tugas individu, praktek keterampilan medik, ujian
tengah semester, dan ujian akhir semester. Sesuai pula dengan kriteria
penilaian yang digunakan, antara lain dalam diskusi kelompok meliputi
penyelesaian tugas, kontribusi dalam kelompok, keaktifan dan keterampilan
berkomunikasi. Pada tugas individu terdiri dari penulisan, hasil analisa dan
kesesuaian dengan materi. Pada praktek keterampilan medik meliputi
keterampilan dalam mendiagnosa gizi, berkomunikasi dan praktek dalam
menilai status gizi.
3. Tindak lanjut
a. Tugas individu
Terdapat kuis yang diberikan saat perkuliahan berangsung bagi mahasiswa
sebagai bentuk tugas individu.
b. Diskusi kelompok
Terdapat tugas bagi mahasiswa untuk dikerjakan secara berkelompok dan
menjadi bahan diskusi.
c. Praktikum
Dilakukan praktikum sesuai waktu yang teah dijadwalkan setelah
penyampaian pokok bahasan oleh dosen.
d. Bahan bacaan :
Jellife DB & Jellife EFP, 1989. Community Nutritional Assessment. Oxford
Unifersity Press, hlm. 66
Gibson, RS, 1993. Nutritional Assessment, A Laboratory Manual, Oxford
Universitlaff Press, New York

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Divisi Buku Perguruan Tinggi, RajaGrafindo Persada Jakarta. 2007

Anda mungkin juga menyukai