Anda di halaman 1dari 24

DIURETIK

1. Tujuan
 Memahami manifestasi evaluasi obat diuretik.
 Memahami manifestasi dari obat diuretik dan penggunaannya secara klinis.

2. Tinjauan Pustaka

 Pengertian

Diuretik adalah suatu obat yang dapat meningkatkan jumlah urine (diuresis) dengan jalan
menghambat reabsorpsi air dan natrium serta mineral lain pada tubulus ginjal. Dengan demikian
bermanfaat untuk menghilangkan udema dan mengurangi free load. Kegunaan diuretik terbanyak
adalah untuk antihipertensi dan gagal jantung. Pada gagal jantung, diuretik akan mengurangi atau
bahkan menghilangkan cairan yang terakumulasi di jaringan dan paru paru . di samping itu
berkurang nya volume darah akan mengurangi kerja jantung.

Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik.

1. Pertama, tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang
reabsorbsi natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak.
2. Status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal.
Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.
3. Interaksi antara obat dengan reseptor .Kebanyakan bekerja dengan mengurangi reabsorpsi
natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan juga air diperbanyak.

DIURETIK Page 1
 Mekanisme kerja diuretika

Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga


pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air-diperbanyak. Obat-obat ini bekerja
khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni:

1. Tubuli proksimal.

Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di sini direabsorpsi secera aktif
untuk 70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsopsi
belangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhap
plama. Diuretik osmosis bekerja di tubulus proksimal dengan merintangi rabsorpsi air dan
natrium.

2. Lengkungan Henle.

Di bagian menaiknya ca 25% dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi direabsorpsi secara
aktif, disusul dengan raborpsi pasif dari Na+ dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi
hipotonis. Diuretika lengkungan bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl-
begitupula reabsorpsi Na+, pengeluaran air dan K+diperbanyak .

3. Tubuli distal.

Dibagian pertmanya, Na+ dirabsorpsi secara aktif tanpa air hingga filtrat menjadi lebi cair
dan lebih hipotonis. Senyawa tiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan
memperbanyak eksresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Pada bagian keduanya, ion Na+ ditukarkan
dengan ion K+ atau NH4+ proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis
aldosteron dan zat-zat penghemat kalium bekerja di sini dengan mengekskresi Na+ dan retensi
K+ .

4. Saluran Pengumpul.

Hormon antidiuretik (ADH) dan hipofise bekerja di sini dengan mempengaruhi


permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.

DIURETIK Page 2
 Penggolongan diuretik

Diuretik dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni :

a. Diuretik Kuat

Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel
tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida.Obat-obat ini
berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6). Banyak digunakan dalam keadaan akut,
misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memiliki kurva dosis-efek curam, yaitu bila dosis
dinaikkan efeknya senantiasa bertambah.

Contoh obatnya adalah furosemida yang merupakan turunan sulfonamid dan dapat
digunakan untuk obat hipertensi. Mekanisme kerjanya dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl
di bagian ascending dari loop Henle (lengkungan Henle) dan tubulus distal, mempengaruhi
sistem kontrasport Cl-binding, yang menyebabkan naiknya eksresi air, Na, Mg, dan Ca. Contoh
obat paten: frusemide, lasix, impugan. Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat,
furosemid dan bumetamid.

b. Diuretic hemat kalium

Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah
korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan
antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida). Efek
obat-obat ini lemah dan khusus digunakan terkominasi dengan diuretika lainnya untuk
menghemat kalium. Aldosteron enstiulasi reabsorpsi Na dan ekskresi K, proses ini dihambat
secara kompetitif oleh antagonis alosteron.

Contoh obatnya adalah spironolakton yang merupakan pengambat aldosteron mempunyai


struktur mirip dengan hormon alamiah. Kerjanya mulai setelah 2-3 hari dan bertahan sampai
beberap hari setelah pengobatan dihentikan. Daya diuretisnya agal lemah sehingga
dikombinasikan dengan diuretika lainnya. Efek dari kombinasi ini adalah adisi. Pada gagal
jantung berat, spironolakton dapat mengurangi resiko kematian sampai 30%. Resorpsinya di usus
tidak lengkap dan diperbesar oleh makanan. Dalam hati, zat ini diubah menjadi metabolit
aktifnya, kanrenon, yang diekskresikan melalui kemih dan tinja, dalam metabolit aktif waktu

DIURETIK Page 3
paruhnya menjadi lebih panjang yaitu 20 jam. Efek sampingnya pada penggunaan lama dan dosis
tinggi akan mengakibatkan gangguan potensi dan libido pada pria dan gangguan haid pada
wanita. Contoh obat paten: Aldacton, Letonal.

c. Diuretik golongan tiazid

Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama, terutama
digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Memiliki kurva dosis-
efek datar yaitu jika dosis optimal dinaikkan, efeknya (diuresis dan penurunan tekanan darah)
tidak bertambah. Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid,
hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid,
metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.

hidroklorthiazida adalah senyawa sulfamoyl dari turunan klorthiazida yang


dikembangkan dari sulfonamid. Bekerja pada tubulus distal, efek diuretiknya lebih ringan
daripada diuretika lengkungan tetapi lebih lama yaitu 6-12 jam. Banyak digunakan sebagai
pilihan pertama untuk hipertensi ringan sampai sedang karenadaya hipitensifnya lebih kuat pada
jangka panjang. Resorpsi di usus sampai 80% dengan waktu paruh 6-15 jam dan diekskresi lewat
urin secara utuh. Contoh obat patennya adalah Lorinid, Moduretik, Dytenzide (Aidan, 2008).

d. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase

Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi
bikarbonat. Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal, sehingga disamping
karbonat, juga Na dan K diekskresikan lebih banyak, bersamaan dengan air. Khasiat diuretiknya
lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie maka perlu digunakan secara berselang-
seling. Asetozolamidditurunkan r sulfanilamid. Efek diuresisnya berdasarkan penghalangan
enzim karboanhidrase yang mengkatalis reaksi berikut:

CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3+

Akibat pengambatan itu di tubuli proksimal, maka tidak ada cukup ion H+lagi untuk
ditukarkan dengan Na sehingga terjadi peningkatan ekskresi Na, K, bikarbonat, dan air. Obat ini
dapat digunakan sebagai obat antiepilepsi. Resorpsinya baik dan mulai bekerja dl 1-3 jam dan

DIURETIK Page 4
bertahan selama 10 jam. Waktu paruhnya dalam plasma adalah 3-6 jam dan diekskresikan lewat
urin secara utuh. Obat patennya adalah Miamox. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah
asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.

e. Diuretik osmotik

Istilah diuretic Osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan
cepat diskskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretic osmotic apabila
memenuhi 4 syarat:

1. Difiltrasi secara bebas oleh glomerulus.


2. Tidak atau hanya sedikit direbasorbsi sel tubulus ginjal.
3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert, dan
4. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolic.

Dengan sifat-sifat ini, maka diueretik osmotic dapat diberikan dalam jumlah cukup besar
sehingga turut menentukan derajat osmolalitas plasma, filtrate glomerulus dan cairan tubuli.

Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :

 Tubuli proksimal

Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium
dan air melalui daya osmotiknya.

 Ansa enle

Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan
air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.

 Duktus Koligentes

Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau
adanya faktor lain.

DIURETIK Page 5
Obat-obat ini direabsorpsi sedikit oleh tubuli sehingga reabsorpsi air juga terbatas.
Efeknya al diuresis osmotik dengan ekskresi air tinggi dan eksresi Na sedikit. Istilah diuretik
osmotik biasanya dipakaiuntuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oeh ginjal.
Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.

Mannitol adalah alkohol gula yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan getahnya. Efek
diuresisnya pesat tetapi singkat an dapat melintasi glomeruli secara lengkap, praktis tanpa
reabsorpsi pada tubuli, sehingga penyerapan kembali air dapat dirintangi secara osmotik.
Terutama digunakan sebagai infus untuk menurunkan tekanan intraokuler pada glaucoma.

Beberapa Mekanisme aksi dari kerja Manitol sekarang ini adalah segagai berikut:

a) Menurunkan Viskositas darah dengan mengurangi haematokrit, yang penting untuk


mengurangi tahanan pada pembuluh darah otak dan meningkatkan aliran darahj keotak,
yang diikuti dengan cepat vasokontriksi dari pembuluh darah arteriola dan menurunkan
volume darah otak. Efek ini terjadi dengan cepat (menit).
b) Manitol tidak terbukti bekerja menurunkan kandungan air dalam jaringan otak yang
mengalami injuri, manitol menurunkan kandungan air pada bagian otak yang yang tidak
mengalami injuri, yang mana bisa memberikan ruangan lebih untuk bagian otak yang
injuri untuk pembengkakan (membesar).
c) Cepatnya pemberian dengan Bolus intravena lebih efektif dari pada infuse lambat dalam
menurunkan Peningkatan Tekanan intra cranial.
d) Terlalu sering pemberian manitol dosis tinggi bisa menimbulkan gagal ginjal. ini
dikarenakan efek osmolalitas yang segera merangsang aktivitas tubulus dalam
mensekresi urine dan dapat menurunkan sirkulasi ginjal.
e) Pemberian Manitol bersama Lasik (Furosemid) mengalami efek yang sinergis dalam
menurunkan PTIK. Respon paling baik akan terjadi jika Manitol diberikan 15 menit
sebelum Lasik diberikan. Hal ini harus diikuti dengan perawatan managemen status
volume cairan dan elektrolit selama terapi Diuretik.

DIURETIK Page 6
 Obat diuretic
1) Diuretik hemat kalium

Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis tanpa kehilangan kalium dalam
urine.

Yang termasuk dalam klompok ini antara lain aldosteron, traimteren dan amilorid.

o Antagonis Aldosteron

Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat. Peranan utama aldosteron ialah
memperbesar reabsorbsi natrium dan klorida di tubuli serta memperbesar ekskresi kalium. Yang
merupakan antagonis aldosteron adalah spironolakton dan bersaing dengan reseptor tubularnya
yang terletak di nefron sehingga mengakibatkan retensi kalium dan peningkatan ekskresi air serta
natrium. Obat ini juga meningkatkan kerja tiazid dan diuretik loop. Diuretik yang
mempertahankan kalium lainnya termasuk amilorida, yang bekerja pada duktus pengumpul
untuk menurunkan reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium dengan memblok saluran natrium,
tempat aldosteron bekerja. Diuretik ini digunakan bersamaan dengan diuretik yang menyebabkan
kehilangan kalium serta untuk pengobatan edema pada sirosis hepatis. Efek diuretiknya tidak
sekuat golongan diuretik kuat.

Mekanisme kerja

Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus renalis rektus untuk


menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan sekresi H+

Farmakokinetik

70% spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepatik dan
metabolisme lintas pertama. Metabolit utamanya kankrenon. Kankrenon mengalami
interkonversi enzimatik menjadi kakreonat yang tidak aktif.

Efek samping

Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia yang sering terjadi bila
obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini

DIURETIK Page 7
dapat pula terjadi bila dosis yang biasa diberikan bersama dengan tiazid pada penderita dengan
gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan reversibel diantaranya
ginekomastia, dan gejala saluran cerna

Indikasi

Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan udem yang
refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi
kalium, disamping memperbesar diuresis.

Sediaan dan dosis

Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg. Dosis dewasa berkisar antara 25-
200mg, tetapi dosis efektif sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau terbagi.Terdapat pula
sediaan kombinasi tetap antara spironolakton 25 mg dan hidraoklortiazid 25mg, serta antara
spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg.

o Triamteren dan Amilorid

Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan klorida, sedangkan eksresi
kalium berkurang dan ekskresi bikarbonat tidak mengalami perubahan. Triamteren menurunkan
ekskresi K+ dengan menghambat sekresi kalium di sel tubuli distal. Dibandingkan dengan
triamteren, amilorid jauh lebih mudah larut dalam air sehingga lebih mudah larut dalam air
sehingga lebih banyak diteliti. Absorpsi triamteren melalui saluran cerna baik sekali, obat ini
hanya diberikan oral. Efek diuresisnya biasanya mulai tampak setelah 1 jam. Amilorid dan
triameteren per oral diserap kira-kira 50% dan efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan berkahir
sesudah 24 jam.

Efek samping

Efek toksik yang paling berbahaya dari kedua obat ini adalah hiperkalemia. Triamteren juga
dapat menimbulkan efek samping yang berupa mual, muntah, kejang kaki, dan pusing.

Efek samping amilorid yang paling sering selain hiperkalemia yaitu mual, muntah, diare dan
sakit kepala.

DIURETIK Page 8
Indikasi

Bermanfaat untuk pengobatan beberapa pasien udem. Tetapi obat ini akan bermanfaat bila
diberikan bersama dengan diuretik golongan lain, misalnya dari golongan tiazid.

Sediaan

Triamteren tersedia sebagai kapsul dari 100mg. Dosisnya 100-300mg sehari. Untuk tiap
penderita harus ditetapkan dosis penunjang tersendiri.Amilorid terdapat dalam bentuk tablet 5
mg. Dosis sehari sebesar 5-10mg. Sediaan kombinasi tetap antara amilorid 5 mg dan
hidroklortiazid 50 mg terdapat dalam bentuk tablet dengan dosis sehari antara 1-2 tablet.

2) Diuretik kuat ( Lasix®, uresix®, impugan® )

Tempat kerja utamanya dibagian epitel ansa Henle bagian asenden, karena itu kelompok
ini disebut juga sebagai loop diuretics. Termasuk dalam kelompok ini adalah asam etakrinat,
furosemid, dan bumetanid.

o Furosemid

Farmakokinetik :

Obat furosemid mudah diserap melalui saluran cerna. Bioavabilitas furosemid 65% diuretik kuat
terikat pada protein plasma secara ekstensif sehingga tidak difiltrasi di glomerolus tetapi cepat
sekali disekresi melalui system transport asam organik ditubuli proksimal. Dengan cara ini obat
ini terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin sekali ditempat kerja didaerah yang lebih distal
lagi.

Mula kerja Furosemid pesat, oral 0,5 – 1 jam dan bertahan 4 – 6 jam, intravena dalam beberapa
menit dan 2,5 jam lamanya reabsorbsinya dari usus ± 50%

Indikasi: edema pada jantung, hipertensi

Kontra indikasi: gangguan ginjal dan hati yang berat.

Bentuk sediaan obat: tablet, injeksi, infus

DIURETIK Page 9
Dosis: oral , dewasa 20-40 mg pada pagi hari, anak 1-3 mg/kg bb; Injeksi, dewasa dosis awal 20-
50 mg im, anak 0,5-1,5mg/kg sampai dosis maksimal sehari 20 mg; infus IV disesuaikan dengan
keadaan pasien

Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi seperti ruam kulit

Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan dan menyusui;


gangguan hati dan ginjal; memperburuk diabetes mellitus; perbesaran prostat; porfiria.

DIURETIK Page 10
4. Alat dan Bahan

Alat
 Alat Oral
 Beker Gelas
 Kandang Metabolisme
 Gelas Ukur
 Stopwatch

Bahan
 Air Hangat (10 ml / 200 g bb)
 Furosemid (1 mg / Kg bb)
 Furosemid (1,61 mg / Kg bb)
 Kopi (5 ml)
 Kopi (10 ml)
 Air dalam gelas ukur (10 ml)

DIURETIK Page 11
5. Cara Kerja

1. Semua tikus dipuasakan semalam (±16 jam).


2. Timbang Tikus.
3. Beri air hangat (10 ml / 200 g bb).
4. Hitung Vao untuk obat Furosemid.
5. Suntikkan secara oral obat furosemid dan kopi (5 ml dan 10 ml) ke masing-masing tikus.
Untuk kelompok kontrol hanya diberi air.
6. Masukkan kekandang metabolisme yang dibawahnya diletakkan gelas ukur berisi air 10
ml.
7. Hitung volume urine 15’, 30’, 45’, 60’.
8. Hitung volume total urine.
9. Tabelkan hasil dan buat grafik
10. Bahas dan tarik kesimpulan dari percobaan tersebut.

DIURETIK Page 12
6. Hasil dan Pembahasan
Hasil

Air Hangat = 10 × X = 9,2 ml

200 184

VOLUME AIR TOTAL BB


KEL. DOSIS VAO
URINE TIKUS
15’ 30’ 45’ 60’

1 Kontrol - - 1ml - 1 ml 181 g 1,81 ml

2 Furosemid 1 mg / kg bb 1ml - - - 1 ml 165 g 0,33 ml

Furosemid 1,61 mg / kg
3 - 1ml - - 1 ml 155 g 0,62 ml
bb

4 Kopi 5 ml - - - 1ml 1 ml 184 g -

5 Kopi 10 ml - - - 1ml 1 ml -

DIURETIK Page 13
DIURETIK Page 14
Pembahasan

Praktikum kali ini berjudul “Diuretik”. Diuretik adalah suatu obat yang dapat
meningkatkan jumlah urine (diuresis) dengan jalan menghambat reabsorpsi air dan natrium
serta mineral lain pada tubulus ginjal. Dengan demikian bermanfaat untuk menghilangkan
udema dan mengurangi free load. Kegunaan diuretik terbanyak adalah untuk antihipertensi
dan gagal jantung.

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa memahami teknik evaluasi obat diuretic dan
juga memahami manifestasi dari obat diuretic dan penggunaannya secara klinis. Proses
pengerjaan praktikum ini adalah, dengan dua hewan uji (tikus) dengan BB yang berbeda
diinjeksikan menggunakan furosemid dan kopi dengan dosis yang berbeda. Furosemid
termasuk kedalam golongan diuretik kuat. Mekanisme kerjanya dengan menyebabkan ginjal
untuk membuang air dan garam yang tidak dibutuhkan dari tubuh melalui urin. Kopi juga
menimbulkan efek diuretic. Secara khusus, yang membuat kopi bersifat diuretic adalah
kafein dalam kopi.

Sebelum dilakukan percobaan mencit terlebih dahulu dipuasakan selama ± 16 jam.


Selanjutnya tikus ditimbang untuk menghitung dosisnya. Lalu tikus pada masing-masing
kelompok diberikan air hangat sesuai dosis masing masing (10 ml / 200 g bb). Tujuan
pemberian air ini agar pengeluaran urine lebih cepat dan kita lebih mudah untuk melihat efek
obat diuretic yang diberikan.

Selanjutnya, hewan coba diberikan obat diuretic yakni furosemid dengan dosis 1 mg /
Kg bb untuk kelompok 2 dan 1,61 mg / Kg bb untuk kelompok 3. Hewan coba kelompok 4
diberikan Kopi sebanyak 5 ml dan kelompok 5 diberikan kopi sebanyak 10 ml. sedangkan
untuk kelompok 1, hanyak diberikan air hangat sebagai kontrol. Masing masing obat tersebut
diberikan secara oral pada hewan coba termasuk air hangat.

Setelah diberikan obat sesuai dengan dosisnya masing-masing, tikus diletakkan pada
kandang metabolism. Dibawah kandang metabolism diletakkan gelas ukur berisi air untuk
memudahkan pengukuran pengeluaran urine.

DIURETIK Page 15
Dari tabel pengumpulan data didapat hasil yang berbeda-beda. Untuk tikus yang
diberikan obat furosemid dengan dosis 1 mg / kg bb didapatkan efek diuretic paling cepat
karena pada menit ke 15 sudah menimbulkan efek. Sedangkan tikus yang diberikan
furosemid dengan dosis 1,61 mg / kg bb memberikan efek pada menit ke 30. Seharusnya
dengan dosis yang lebih besar tentunya akan memerikan efek yang lebih cepat.

Selanjutnya, kopi yang diberikan pada tikus kelompok 4 yakni sebanyak 5 ml,
memberikan efek pada menit ke 60 dan kopi yang diberikan pada tikus kelompok 5 yakni
sebanyak 10 ml, memberikan efek pada menit yang sama. Sedangkan tikus control yang
hanya diberikan air hangat, memberikan efek diuretic pada menit ke 45. Dari data tersebut,
kita dapat menyimpulkan bahwa kopi kurang berkhasiat daripada control. Padahal, kopi
mengandung kafein yang dapat menimbulkan efek diuretic sehingga dapat menyebabkan
pengeluaran urine menjadi lebih cepat.

Kemungkinan hal ini terjadi Karena banyak urine yang tertampung dikandang
metabolism dan tidak jatuh kegelas ukur sehingga efek diuretic yang tampak menjadi lebih
lama. Dan mungkin juga, obat yang diberikan secara oral tersebut tidak semuanya sesuai
dosis karena obat keluar pada saat pemberian. Sehingga dosis yang diberikan tidak sesuai dan
efek yang ditimbulkan menjadi lebih lama.

DIURETIK Page 16
7. Kesimpulan
Praktikum kali ini berjudul “Diuretik”.
Diuretik adalah suatu obat yang dapat meningkatkan jumlah urine (diuresis) dengan jalan
menghambat reabsorpsi air dan natrium serta mineral lain pada tubulus ginjal
Diuretik dapat di golongkan menjadi beberapa golongan : diuretik kuat, diuretik hemat
kalium, diuretik golongan tiazid, golongan penghambat enzim karbonik anhidrase,
diuretik osmotik
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi
normal
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa memahami teknik evaluasi obat diuretic dan
juga memahami manifestasi dari obat diuretic dan penggunaannya secara klinis.
Obat diuretic dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yakni :
 Diuretik kuat. Contoh obatnya adalah furosemida yang merupakan turunan
sulfonamid dan dapat digunakan untuk obat hipertensi.
 Diuretik hemat kalium. Contoh obatnya adalah spironolakton yang merupakan
pengambat aldosteron mempunyai struktur mirip dengan hormon alamiah.
 Diuretik golongan tiazid. Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ;
klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid,
benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
 Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase. Yang termasuk golongan
diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
 Diuretik osmotik. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan
isisorbid.
obat diuretic yang digunakan pada praktikum ini adalah Furosemid dan kopi. Untuk
control hanya diberikan air hangat.
Furosemid termasuk kedalam golongan diuretik kuat. Mekanisme kerjanya dengan
menyebabkan ginjal untuk membuang air dan garam yang tidak dibutuhkan dari tubuh
melalui urin.
Kopi juga menimbulkan efek diuretik. Secara khusus, yang membuat kopi bersifat
diuretik adalah kafein dalam kopi.

DIURETIK Page 17
Untuk tikus yang diberikan obat furosemid dengan dosis 1 mg / kg bb didapatkan efek
diuretik paling cepat karena pada menit ke 15 sudah menimbulkan efek. Sedangkan tikus
yang diberikan furosemid dengan dosis 1,61 mg / kg bb memberikan efek pada menit ke
30. Seharusnya dengan dosis yang lebih besar tentunya akan memerikan efek yang lebih
cepat.
Kopi yang diberikan pada tikus kelompok 4 yakni sebanyak 5 ml, memberikan efek pada
menit ke 60 dan kopi yang diberikan pada tikus kelompok 5 yakni sebanyak 10 ml,
memberikan efek pada menit yang sama. Sedangkan tikus kontrol yang hanya diberikan
air hangat, memberikan efek diuretik pada menit ke 45.
Dari data tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa kopi kurang berkhasiat daripada
control. Padahal, kopi mengandung kafein yang dapat menimbulkan efek diuretic
sehingga dapat menyebabkan pengeluaran urine menjadi lebih cepat.
Dari data tersebut, praktikan menduga kemungkinan yang terjadi pada praktikum yakni:
 banyak urine yang tertampung dikandang metabolism dan tidak jatuh kegelas ukur
sehingga efek diuretic yang tampak menjadi lebih lama.
 Pemberian secara oral menyebabkan saat pemberian, obat tumpah sehingga tidak
sesuai dengan dosis yang diberikan dan efek yang ditimbulkan menjadi lebih lama.

DIURETIK Page 18
Jawaban Pertanyaan

1. Gambarkan sebuah nefron dan tunjukkan tempat kerja obat-obat diuretik. Berikan
contoh obat masing-masingnya dengan mekanisme kerja yang berbeda.
Jawab :

Tempat kerja obat diuretic adalah :


1. Tubuli proksimal
Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di sini direabsorpsi secara aktif
untuk 70%, antara lain ion Na dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi
berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrate tidak berubah dan tetap isotonis
terhadap plasma.
Diuretic osmosis bekerja di tubulus proksimal dengan merintangi reabsorpsi air dan
natrium.
Contoh : asetazolamid.
2. Lengkung Henle
Di bagian menaiknya ca 25% dari semua io Cl- yang telah difiltrasi direabsorpsi secara
aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat
menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan bekerja terutama di sini dengan merintangi
transport Cl- begitupula reabsorpsi Na+, pengeluaran air dan K+ diperbanyak.
Contoh : furosemid (bagian asenden).
3. Tubuli distal
Di bagian pertamanya, Na+ direabsorpsi secara aktif tanpa air hingga filtrate menjadi
lebih cair dan lebih hipotonis. Senyawa tiazida dan klortralidon bekerja di tempat ini
dengan memperbanyak eksresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Pada bagian keduanya, ion

DIURETIK Page 19
Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+ proses ini dikendalikan oleh hormon anak
ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron dan zat-zat penghemat kalium bekerja di sini
dengan mengeksresi Na+ dan retensi K+.
Contoh : spironolakton (hilir tubuli distal), hidroklortiazid (hulu tubuli distal).
4. Saluran Pengumpul
Hormone antidiuretik (ADH) dan hipofisa bekerja di sini dengan mempengaruhi
permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.
Contoh : spironolakton.

2. Dengan memahami mekanisme kerja obat diuretik, kemukakan efek samping yang
dapat muncul akibat penggunaannya.
1. Diuretik Osmotik
Efek samping : GGA, sakit kepala, mual, muntah.
2. Penghambat karbonik anhidrase
Efek samping : diorientasi mental pada CH
3. Benzotiadiazide
Efek samping :
 Purpura, dermatitis disertai fotosensitivitas
 Penggunaan lama menjadi hiperglikemia :
- Sekresi insulin << (respon dari glukosa darah meningkat).
- Glikogenolisis meningkat
- Glikogenesis menurun
 Kadar kolesterol meningkat dan TG menigkat.
 Hipokalemia
 Depresi mental dan koma
4. Diuretik hemat kalium
Efek samping : Hiperkalemia, ginekomastia.

3. Bagaimana pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengetahui bahwa


penggunaan suatu obat sudah membahayakan ?
Jawab :
Pendekatan pertama yang sangat perlu untuk disampaikan adalah memberikan informasi
selengkap-lengkapnya kepada pasien tentang obat tersebut. Pasien wajib mengetahui
indikasi, efek samping dan cara penggunaan dari suatu obat yang dikonsumsi. Sehingga,
ketika suatu pasien merasakan suatu hal yang tidak sebagaimana mestinya, pasien dapat

DIURETIK Page 20
memeriksakan diri kembali kepada dokter yang memberikan dia obat. Karena efek
samping dari suatu obat dapatt menyebabkan komplikasi penyakit.

4. Untuk penyakit apa diuretic digunakan secara klinis ? Jelaskan.


Jawab :
Indikasi penggunaan obat-obat diuretik:
1. Edema yang disebabkan oleh gagal jantung, penyakit hati dan gangguan ginjal.
2. Non edema seperti hipertensi, glukoma, dan mountain sickness.
a. Diuretic kuat
Banyak digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru
b. Diuretic hemat kalium
Daya diuretisnya agak lemah sehingga dikombinasikan dengan diuretic lainnya. Efek dari
kombinasi inii adalah adisi. Digunakan pada gagal jantung berat.
c. Diuretic golongan tiazid
Digunakan pada terapi pemebliharaan hipertensi dan kelemahan jantung.
d. Diuretic golongan penghambat enzim karbonik anhidrasi
Obat ini dapat digunakan sebagai obat antiepilepsi.
e. Diuretic osmotic
Manitol dapat digunakan sebagai infuse untuk menurunkan tekanan intraokuler pada
glukoma.

5. Sebutkan penggolongan diuretic berdasarkan mekanisme kerjanya.


Jawab :
Penggolongan obat diuretic adalah sebagai berikut :
a. Diuretik kuat
Diuretic kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel
tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium dan klorida. Obat-obat
ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6). Banyak digunakan dalam keadaan
akut, misalnya pada udem otak dan paru-paru.
Contoh : furosemida
Mekanisme kerjanya dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl di bagian ascending dari
loop henle (lengkungan henle) dan tubulus distal, mempengaruhi sistem kotransport Cl-
binding, yang menyebabkan naiknya eksresi air, Na, Mg, dan Ca.
b. Diuretic hemat kalium
Diuretic hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah
korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan
antagonism kompetitif (spirinolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).

DIURETIK Page 21
Contoh : spironolakton yang merupakan penghambat aldosteron mempunyai struktur
mirip dengan hormone alamiah.
c. Diuretic golongan tiazid
Diuretic golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama, terutama
digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung.
Contoh : Hidroklorotiazid
Hidroklorotiazid bekerja pada tubulus distal, efek diuretiknya lebih ringan daripada
diuretic lengkungan henle tetapi lebih lama yaitu 6-12 jam.
d. Diuretic golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Diuretic ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi
bikarbonat. Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal, sehingga
disamping karbonat, juga Na dan K dieksresikan lebih banyak, bersamaan dengan air.
Contoh : asetazolamid.
e. Diuretic osmotik
Diuretic osmotik mempunyai tempat kerja :
a. Tubuli proksimal, bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air melalui daya osmotiknya.
b. Ansa henle, bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air
oleh karena hipertonisitas daerah medulla menurun.
c. Duktus Koligentes, bekerja pada duktus koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrate yang tinggi
atau adanya faktor lain.

6. Apa yang dimaksud dengan Real Clearence? Bagaimana cara menentukannya? Dan
kesimpulan apa yang dapat ditarik dari hasil renal clearance?
Jawab :
Renal clearance adalah kemampuan ginjal membersihkan sejumlah volume darah dari
suatu bahan tertentu yang dikeluarkan urin dalam waktu 1 menit. Dipengaruhi oleh berat
badan, umur, kelamin, zat yang digunakan dalam test, luas permukaan tubuh (setiap
1,73m2)

Misalnya cara pelaksanaan penentuan klirens kreatinin :


1) Tentukan volume urine penderita selama 24 jam, kemudian hitung volume produksi urine
per menit, dan hal ini disebut V (cc/menit)
2) Tentukan kadar kreatinin didalam urine: U(mg%)

DIURETIK Page 22
3) Tentukan kadar kreatinin didalam plasma: P(mg%)
4) Tentukan tinggi badan, berat badan dan hitung luas permukaan tubuh dengan memakai
rumus dubois
5) Klirens kreatinin dihitung berdasarkan rumus :
K kreatinin = U X V/P X 1,78/Lpt
Nilai normal klirens kreatinin: pria : 72-141 ml/menit
Wanita : 74-130 ml/menit
Dari pengukuran kliren kreatinin dapat diketahui :
a. Mengetahui adanya kerusakan pada ginjal
b. Mengetahui derajat kerusakan pada ginjal.

DIURETIK Page 23
DAFTAR PUSTAKA

Agoes. 2001. Farmakologi Ulasan bergambar edisi 2. Jakarta : Widya Medika

Anonim, 2013. Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi.Fakultas Farmasi UMI.


Makassar

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:Departemen Kesehatan RI

Ditjen POM, 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta:Departemen Kesehatan RI

Dwiyana, Z. 2002. Diktat Kuliah Biologi Dasar. Universitas Hasanuddin. Makassar

http://id.wikipedia.org/wiki/Diuretik, di akses pada tanggal 11 mei 2014


http://medicastore.com/apotik_online/obat_jantung/obat_diuretik.htm, di akses pada tanggal 11
mei 2014
http://www.scribd.com/doc/33046836/DiuRetiK, di akses pada tanggal 11 mei 2014

Mary.J, Miycek, Richard A. Harvey, Pamela C. Champe ; alih bahasa, Azwar

Neal,M.J, 2006. At a Glance FARMAKOLOGI MEDIS Edisi kelima. : Jakarta :Erlangga

DIURETIK Page 24

Anda mungkin juga menyukai