Anda di halaman 1dari 12

CRITICAL JURNAL REPORT

DISUSUN OLEH :

Nama : TONY MARTHIN ZEGA

NIM : 5161111052

Kelas : Reguler B

Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karuniaNya saya dapat menyelesaikan “Critical Journal Review” Pendidikan Karakter pada
Anak dan Remaja. Saya juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya di
dalam meriview jurnal ini.

Sebagaimana jurnal Pendidikan Karakter pada Anak dan Remaja. yang berisikan
tentang metode-metode yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan/mengembangkan karakter
pada anak dan remaja.

Review Jurnal ini pasti jauh dari kesempurnaan, baik dalam format maupun isinya.
Karena itu, dengan segala kerendahan hati dan tangan terbuka, saya mengharapkan saran, kritik,
masukan, tanggapan dan hal-hal lain dari pembaca dan pemerhati yang bersifat membangun
demi perbaikan Review Jurnal ini untuk seterusnya. Semoga Review Jurnal ini memberikan
manfaat bagi pembaca, akhir kata saya ucapkan terimakasih.

Medan, Oktober 2017

Penulis
Jurnal 1

Judul Filsafat Ilmu Pendidikan Untuk Indonesia

Jurnal Pencerahan
Jurnal
ISSN: 1693-7775

Volume & Halaman Vol. 7, Hal. 80-89

Tahun 2013

Penulis Darwish A. Soelaiman

Tujuan Penelitian tujuan penelitian ini adalah, untuk mengembangkan alternatif


model Filsafat Ilmu Pendidikan untuk Indonesia, yang
dilaksanakan melalui studi kepustakaan. Dengan model terpadu
dari 3 macam model yang dibahas yaitu: (1). Model Filosophis,
(2) Model “Kemas Kedepan” (Kebudayaan, Masyarakat, dan
Kehidupan Masa depan), dan (3) Model Siostem Pemikiran 4 L
(Pemikiran Lahir, Luhur, Logik, dan Lateral)
Subjek penelitian Subjek penelitian ini adalah Masyarakat Indonesia
Metode penelitian Model Filosofis
Model filosofis yaitu bertolak dari analisis terhadap Filsafat
Pendidikan Barat, Filsafat Pendidikan Islam, dan Filsafat
pendidikan Pancasila. Dalam model ini dipertemukan antara
filsafat pendidikan Barat yang berakar pada alam pikiran
masyarakat Barat, filsafat pendidikan Islam, yang berakar pada
ajaran agama Islam, dan filsafat pendidikan Pancasila, yang
berakar pada masyarakat dan budaya Indonesia. Ketika filsafat
pendidikan digunakan sebagai landasan dalam menyuusun dan
mengembangkan sistim pendidikan di Indonesia. Ketiganya sulit
dipisahkan. Filsafat Pancasila adalah filsafat hidup dan dasar
negara bangsa Indonesia, yang menjadi dasar bagi sistim
pendidikan nasional. Filsafat Islam menjadi pedoman hidup
muslim (mayoritas masyarakat Indonesia), yang menjadi dasar
bagi sistim pendidikan Islam. Kedua macam filsafat tersebut
sudah lama berakar dalam masyarakat Indonesia. Filsafat Barat
yang merupakan pengaruh dari Barat dalam zaman modern,
terutama dalam bentuk ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
diterima dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia,
dalam rangka menghadapi kehidupan modern yang dengan cepat
berubah. Banyak teori dan praktek pendidikan yang berdasarkan
filsafat pendidikan Barat itu yang diterapkan dalam sistim
pendidikan Indonesia, dengan mengadakan adaptasi dengan
kondisi dan situasi Indonesia, meskipun upaya adaptasi itu
banyak yang tidak berhasil. Persoalannya ialah bagaimana
memadukan ketiga macam filsafat pendidikan dalam rangka
membangun filsafat pendidikan Indonesia dan filsafat ilmu
pendidikan yang cocok untuk Indonesia.
Model “Kemas Kedepan”
Model kemas kedepan (Kebudayaan, Masyarakat, dan
Kehidupan Masa Depan) yang bertolak dari analisis terhadap
masyarakat dan kebudayaan Indonesia serta kehidupan masa
depan, atau analisis sosio-budaya. Antara pendidikan,
masyarakat, dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat
erat, yang tidak mungkin ketiganya dipisahkan. Betapa erat dan
pentingnya hubungan-hubungan itu dengan sangat menarik,
secara luas dan mendalam telah diuraikan oleh Professor Tilaar
dalam bukunya “Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat
Madani Indonesia”. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
pendidikan adalah dari dan untuk masyarakat, masyarakat
membuat kebudayaan, dan nilai-nilai kebudayaan
ditrannsformasikan melalui pendidikan. Pendidikan
mempersiapkan individu dan masyarakat, dan selanjutnya
individu dan masyarakat menciptakan, melestrarikan, dan
mengembangkan kebudayaan. Kebudayaan mempengaruhi
manusia, manusia mempengaruhi kebudayaan. Dengan demikian
apabila kita perlu merumuskan bagaimana tujuan pendidikan
haruslah bertolak dari masyarakat dan kebudayaan, artinya dari
kebutuhan dan aspirasi masyarakat serta dari nilai-nilai budaya
masyarakatnya. Demikian pula halnya kalau kita perlu
mengembangkan suatu filsafat pendidikan atau filsafat ilmu
pendidikan untuk Indonesia, haruslah pula bertolak dari
masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Tanpa demikian maka
pendidikan tidak relevan dengan kehidupan nyata dalam
masyarakat dan akan terlepas dari akar budaya masyarakat
Indonesia.
Masyarakat dan kebudayaan itu tidak statis, tetapi dinamis,
terus berubah, malah dalam zaman modern dan globalisasi
perubahan dan perkembangannya sangat cepat dan kompleks.
Perubahan itu berkaitan dengan dimensi waktu masa depan.
Bagaimana perubahan itu di masa depan merupakan sesuatu yang
belum diketahui dengan pasti, tetapi dapat diduga atau
diperkirakan, dan telah banyak ahli tentang masa depan yang
memperkirakan bagaimana eksistensi masa depan masyarakat
dan kebudayaan, atau masa depan daripada kehidupan manusia.
Pendidikan tidak terlepas dengan kehidupan karena ia berada
dalam kehidupan, malah ada yang memandang bahwa
pendidikan adalah kehidupan itu sendiri.. Karena itu kehidupan
masa depan dari masyarakat dan kebudayaan Indonesia tidak
dapat diabaikan dalam upaya mencari suatu filsafat pendidikan
dan filsafat ilmu pendidikan.
Dunia ini menghadapi keadaan yang penuh tantangan. Banyak
ahli masa depan, yang telah menulis tentang bagaimana
kemungkinan gambaran masa depan itu.. Pihak bangsa Amerika
akan menghadapi keadaan seperti yang ditulis oleh Bloom dalam
buku The Closing of The American Mind. Francis Fukiyama
menulis tentang The End of History. Alvin Tofffler telah menulis
Triloginya: Future Shock; Power Shift, dan The Third Wave yang
masing-masing membicarakan keterperanjatan manusia
menghadapi masa depan, peralihan kuasakuasa besar dunia, dan
kebangkitan gelombang besar dari negara-negara dunia ketiga.
Demikian pula kecenderungan pertemuan tamaddun dan budaya
dunia sebagaimana diramalkan oleh Samuel P. Huntington, dan
kecenderungan perubahan di kawasan Asia yang ditulis oleh
John Naisbitt dalam Megatrend Asia. Semuanya itu tidak dapat
dilepaskan dari pemikiran pendidikan, karena pendidikan
bertugas mempersiapkan generasi yang akan berhadapan dengan
kehidupan masa depan itu.
Model Sistim Pemikiran 4l
MODEL SISTIM PEMIKIRAN 4L (SP4L) yang merupakan
pemikiran saintifik tentang manusia seutuhnya, terdiri dari
pemikiran LUHUR, Pemikiran LAHIR, Pemikiran LOGIK, dan
Pemikiran LATERAL. Profesor Mohd.Yusof Hasan dari
Universiti Utara Malaysia mengembangkan suatu sistim
pemikiran Saintifik, (yaitu suatu pemikiran tersusun sistematik
berdasarkan kaedah ilmiah.), yang disebutnya SP4L, yang
merupakan konsep pemikiran saintifik dalam upaya
mengembangkan akal pikiran manusia, yang kiranya dapat
dipakai untuk menjadi sebuah model untuk membangun Filsafat
Ilmu Pendidikan yang sesuai untuk Indonesia.
Setiap orang memiliki ke-4 macam pemikiran tersebut.
Pemikiran luhur tertuju kepada pengembangan segi kerohanian
manusia (ketauhidan,keimanan, ketakwaan), pemikiran lahir
tertuju kepada pengembangan otak, pemikiran logic tertuju
kepada pengembangan akal, dan pemikiran lateral terarah kepada
pengembangan kreativitas manusia akal, Jadi setiap orang pada
hakekatnya memiliki kepercayaan agama, memiliki kapasitas,
memiliki kemampuan berpikirlogik, berpikir lateral, bergantung
kepada masing-masing individu. Ada orang yang lemah
pemikiran luhur, tetapi klebih kuat pada pemikiran-pemikiran
lain, dan sebaliknya. Ada pula orang yang kuat pada ke-4
pemikiran itu.
Model terpadu untuk filsafat ilmu Pendidikan
Model Terpadu adalah gabungan ketiga model (Filosofis,
Kemas Kedepan, dan Sistem Pemikiran 4L) yang dapat dipakai
untuik pengembangan filsafat Ilmu Pendidikan Indonesia.
Dengan menganalisis filsafat pendidikan Islam, Barat, dan
Pancasila dan memadukannya menjadi suatu pemikiran filosofis,
akan dapat diperoleh landasan filosofis untuk mengembangkan
pendidikan yang cocok untuk Indonesia. Dengan menganalisis
kebudayaan dan masyarakat Indonesia serta kecenderuangan
kehidupan masa depan dunia dan bangsa Indonesia maka akan
dapat diperoleh landasan sosio-budaya yang cocok untuk
pengembangan pendidikan di Indonesia. Selanjutnya dengan
mengembangkan sistim pemikiran 4L sebagai metoda untuk
mencapai tujuan pendidikan, maka akan dapat diperoleh suatu
landasan ilmiah bagi pengembangan teori dan ilmu pendidikan
yang cocok untuk Indonesia.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam penggunaan Model
Filosofis, Model Kemas Kedepan, Model Sistem Pemikiran 4L,
dan Model Terpadu untuk Filsafat Ilmu Pendidikan, dapat
membangun pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik dan
Lepas dari krisis identitas. Dan ilmu pendidikan harus berfungsi
sebagaimanan seharusnya.
Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode atau model di atas Filsafat ilmu Pendidikan dapat
dikembangkan di Indonesia. Dengan alternative model untuk
filsafat ilmu pendidikan di Indonesia tersebut, dapat membawa
perubahan bagi Indonesia untuk filsafat ilmu di Indonesia yang
lebih baik. Agar ilmu pendidikan di Indonesia dapat berkembang
khususnya filsafat ilmu pendidikan dan teori-teori yang bertolak
dari bumi Indonesia, artinya dari manusia, budaya, dan
kehidupan manusia.
Kelebihan Penelitian Kekuatan penelitian ini adalah judul jurnal ini sangat berkaitan
dengan isinya yaitu bertujuan untuk memaparkan model-model
yang dapat di lakukan di Indonesia untuk mengembangkan
filsafat ilmu pendidikan. Abstrak jurnal ini tergambarkan dengan
spesifik dengan isi artikel. Tujuan penelitian ini dipaparkan
dengan jelas dan baik. Metode penelitian ini sesuai dengan tujuan
penelitiannya. Penulis menggunakan kepustakaan yang berkaitan
dengan topic jurnal ini.
Kelemahan Penelitian Kelemahan penelitian ini adalah hasil dari penelitiannya tidak
jelas. Dan penulisan dalam jurnal ini ada pengetikkan yang salah
contohnya pada halaman 81 paragraf kedua yaitu penulisan
Negara inggris di ketik dengan Inggeris. Kemudian kesimpulan
penelitian dalam jurnal ini kurang jelas dan hanya
mengutamakan aceh yang sedang mengembangkan system
pendidikan islami dan penerapan syariat islam. Padahal judul
junal ini yaitu Filsafat Ilmu Pendidikan Untuk Indonesia. Jadi
seharusnya menyeluruh bukan hanya di khususkan untuk aceh
dan agama Islam.
Jurnal 2

Judul Progresivisme Pendidikan dan Relevansinya di Indonesia

Jurnal UNIERA
Jurnal
ISSN: 2086-0404

Volume & Halaman Vol. 2, Hal. 132-143

Tahun 2013

Penulis Ricardo F. Naruru

Tujuan Penelitian tujuan penelitian ini adalah, untuk memaparkan bahwa filsafat
pendidikan erat kaitannya dengan progresivisme, yaitu suatu
aliran pemikiran yang menganjurkan bahwa kebenaran
ditentukan oleh fungsi. Progresivisme adalah aliran filsafat
pendidikan yang berfokus pada siswa dengan memberikan
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan tidak hanya
untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk berhasil dalam
masyarakat kontemporer dan kompetitif. Jadi penelitian ini juga
bertujuan untuk mengembangkan metode metode untuk system
pendidikan di Indonesia.
Subjek penelitian Subjek penelitian ini adalah Sekolah Dasar dan SMK di
Indonesia.
Metode penelitian Metode Pendidikan Progressivisme
Pendidikan Progressivisme adalah Sebuah teori dengan
sistem pendidikan yang mementingkan kemerdekaan dan
kebebasan anak dari tekanan pengajaran dengan system hafalan,
pendiktean bahan pelajaran dan otorisasi terhadap buku teks.
Para pendidik Progressivisme meyakini bahwa para murid
belajar lebih baik apabila mereka dengan sungguh-sungguh
sangat perhatian atas apa yang dipelajari, yaitu materi pelajaran
yang disukai dan sebaliknya akan terjadi bahwa mereka tidak
akan belajar dengan baik apabila mereka ditekan untuk
menghafal dan mengingat berbagai macam fakta-fakta yang
dianggap percuma. Anak-anak seharusnya belajar melalui kontak
langsung dengan sesuatu objek pelajaran, tempat dan orang-
orang sebagaimana dibaca atau didengarkan oleh mereka.
Berdasarkan hal di atas, maka dalam sistem pendidikan
Progressivisme ini sekolah seharusnya tidak hanya memiliki satu
ruang kelas, melainkan juga harus memiliki ruang kerja,
laboratorium ilmu, studio, ruang seni, ruang masak, gedung olah-
raga dan perkebunan. Dengan fasilitas ini, para pengajar
Progressivisme yakin bahwa dengan prosedural pengadaan
fasilitas ini akan secara otomatis membangun fisik, sosial, emosi
alamiah mereka sebagaimana adanya (Whitney, 1964: 717). Para
anak didik juga memiliki wadah untuk mengekspresikan apa
yang ada dalam pikiran mereka.
SMK Sebuah Tawaran Progresivisme Pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebenarnya menurut
hemat penulis telah cukup menjawab problematika pendidikan di
Indonesia, jika dikelola secara baik oleh pemerintah. Tujuan
pendidikan, kurikulum, dan hal lain menyangkut pendidikan
yang dianjurkan aliran progresivisme pendidikan sebenarnya
tercermin dalam SMK. Hal yang salah selama ini menurut
penulis ada pada pemahaman yang keliru yang berkembang di
masyarakat yang seakan-akan “menganak tiri-kan” SMK dan
mengagungagungkan SMA.
Mengapa banyak yang tidak berminat ke SMK? Ini semua
sebagian besar mungkin karena masalah gengsi dan alur
kehidupan. Kondisi SMK yang tidak lagi dikembangkan dan
minimnya jumlah SMK, membuat SMK seolah-olah menjadi
tidak begitu bermakna. Banyak orang yang memiliki gengsi
tinggi, hal tersebut membuatnya lebih memilih SMA, mengapa
demikian? Apakah duduk di bangku SMK merupakan hal yang
menimbulkan rasa malu? Pemerintah perlu melakukan
pembenahan untuk pengembangan SMK supaya masyarakat
yang ingin mendapatkan pendidikan yang langsung sesuai
dengan bidangnya bisa mendapatkan pendidikan sebagaimana
mestinya.
Hal ini sebenarnya mulai perlahanlahan dilakukan
pemerintah. Dalam pemberitaan Koran Tempo Interaktif,
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyatakan bahwa
kebutuhan tenaga kerja terampil dari SMK lebih banya. Untuk
itu, tahun pada tahun 2009 lalu, komposisi SMK ditargetkan
menjadi 40 persen. Konsep kejuruan ini ternyata telah diakui
pemerintah sebagai langkah menanggulangi pengangguran yang
terus bertambah di Indonesia (Tempo Interaktif, 26/03/2009).
Pendidikan kejuruan atau SMK sebenarnya baik dalam
rangka membina bakat dan kreatifitas peserta didik sehingga
ketika keluar dari dunia pendidikan formal dan berhadapan
dengan kehidupan masyarakat, mereka tidak akan kewalahan
menciptakan lapangan kerja sendiri.
Prinsip yang terdapat pada Adapun yang menjadi prinsipprinsip pendidikan yang dianut
penelitian oleh aliran ini dapat didaftarkan secara singkat adalah:
 Anak-anak dibiarkan bebas berkembang secara alami
 Perhatian, didorong langsung pada pengalaman, karena ini
dianggap sebagai pendorong yang paling baik dalam
pengajaran.
 Guru harus menjadi seorang narasumber dan seorang
pembimbing dan pengarah dalam aktivitas pembelajaran.
 Sekolah Progressivisme seharusnya menjadi sebuah
 laboratorium bagi reformasi pendidikan dan tempat untuk
 bereksperimen (Ornstein dan Levine, 1985: 203)
Pendapat senada juga disampaikan Kneller (1971: 134),
yaitu bahwa prinsip pendidikan progresivisme adalah:
1. Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk
hidup. Kehidupan yang baik adalah kehidupan intelegen,
yaitu kehidupan yang mencakup interpretasi dan rekonstruksi
pengalaman.
2. Pengajaran harus secara langsung dihubungkan dengan
berbagai kepentingan anak.
3. Belajar melalui pemecahan masalah harus didahulukan dari
belajar melalui subject matter.
4. Peran guru tidak langsung tetapi untuk memberikan petunjuk
kepada anak.
5. Sekolah perlu mendorong kerjasama dibanding kompetisi.
Dengan kata lain, bahwa pendidikan model Progressivisme
ini sangat menekankan bahwa si anak harus diajar menjadi
seorang yang berdiri sendiri (independen), menjadi seorang
pemikir yang percaya diri. Dalam hal ini, si anak diarahkan untuk
belajar dan mempelajari persoalan-persoalan yang ia anggap
paling menarik, yaitu dengan memilih sendiri pokok persoalan
yang hendak dipelajari, kemudian menetapkan defenisi bagi
dirinya sendiri atas persoalan yang sedang diteliti atau yang
sedang dikerjakannya. Selanjutnya ia akan mengekspresikan apa
yang ia rasakan dan yang ia yakini. Peran sang guru di sini
adalah membantu murid untuk belajar dan mendisplinkan sang
anak agar tetap konsekwen atas apa yang telah ia pilih sebagai
persoalan yang paling ia minati.
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode
pendidikan Progressivisme system pendidikan mementingkan
kemerdekaaan dan kebebasan anak dari tekanan pengajaran
dengan system hafalan, pendiktean bahan pelajaran dan otorisasi
terhadap buku. Jadi system pendidikan Progressivisme ini lebih
baik digunakan daripada metode-metode pendidikan tradisional.
Dan dalam pendidikan Progressivisme ini murid tidak hanya
duduk dan mendengar melainkan murid bergerak dan bekerja
pada diri mereka sendiri karena itu kana membuat anak lebih
baik untuk belajar. dan dengan progressivisme ini akan secara
otomatis membangun fisik, sosial, emosi alamiah mereka
sebagaimana adanya. Dan juga metode ini meyakinkan bahwa
smk adalah salah satu cara untuk mengurangi pengangguran di
Indonesia. Sebab pendidikan kejuruan atau smk ini sebenarnya
sangat baik dalam rangka membina bakat dan kreatifitas peserta
didik sehingga ketika keluar dari dunia pendidikan formal dan
berhadapan dengan kehidupan masyaraka, mereka tidak akan
kewalahan menciptakan lapangan kerja sendiri.
Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Filsafat Progresivisme
dalam wujud yang murni memperkenalkan bahwa pendidikan
selalu ada dalam nuansa proses pengembangan. Pendidikan harus
siap untuk memodifikasi metode dan kebijakan-kebijakan yang
berhubungan dengan perkembangan pengetahuan dan perubahan
yang baru dalam lingkungan. Tujuan pendidikan progresivisme
adalah memberikan keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat
untuk berinteraksi dengan lingkungannya yang berada dalam
proses perubahan secara terus-menerus. Yang dimaksud dengan
alat-alat adalah keterampilan pemecahan masalah yang dapat
digunakan oleh individu untuk menentukan, menganalisis, dan
memecahkan masalah. Proses belajar terpusatkan pada perilaku
kooperatif dan disiplin diri, dimana kebudayaan sangat
dibutuhkan dan sangat berfungsi dalam masyarakat. Pendidikan
menurut aliran progresivisme ini menekankan kreativitas murid,
di mana ia dengan bebas mengekspresikan apa yang menarik
dalam pikirannya. Guru hanya bertugas untuk membimbing dan
mengarahkan maksud dan tujuan murid, tidak boleh lebih dari
itu. Kurikulum bersumber dari murid dan kemudian ia difasilitasi
oleh sekolah semaksimal mungkin. Aliran ini tidak berpatokan
kepada kurikulum yang sifatnya baku, sehingga untuk menilai
hasil dari pendidikan itu menjadi sangat sulit. Dan inilah yang
menjadi kelemahannya. SMK sebagai bagian pendidikan di
Indonesia sudah sepantasnya terus dikembangkan dan menjadi
prioritas pendidikan di Indonesia. Hal ini dirasakan perlu
mengingat lulusan SMA bahkan perguruan Tinggi yang tidak
memiliki spesialisasi cenderung menjadi pemasok utama tingkat
pengangguran di Indonesia. Dengan dikembangkannya SMK
dengan berbagai minat, bakat dan kreatifitas, ditambah dengan
kerjasama-kerjasama dengan berbagai perusahaan pemilik modal
diharapkan lulusan SMK akan menjadi tenaga terampil siap
pakai baik di perusahaan sponsor, maupun dengan membuka
lapangan kerja sendiri.
Kelebihan Penelitian Kekuatan penelitian ini adalah isi jurnal sangat bermakna untuk
perkembangan pendidikan di Indonesia. Jurnal ini mengambil
contoh yang mudah dipahami pembaca. Metode yang dipaparkan
di Jurnal ini sangat baik jika diterapkan untuk pendidikan di
Indonesia. Jurnal ini member solusi untuk mengatasi
pengangguran di Indonesia dengan cara memilik pendidikan
kejuruan atau smk agar setelah keluar dari pendidikan formal
maka siswa tersebut dapat membuka lapangan kerja sendiri.
Kelemahan Penelitian Kelemahan penelitian ini adalah kurang megkaji seperti yang
dikatakan oleh penulis pada halaman 135 yaitu “para pendidik
progressive berpikiran bahwa para guru haruslah dibayar lebih
banyak agar mereka lebih banyak memerhatikan murid”. Jadi
dalam kalimat tersebut belum tentu guru yang di gaji lebih
banyak memerhatikan siswanya bahkan bisa jadi guru yang
digaji lebih banya malah tidak memerhatikan siswanya. Oleh
sebab itu cara tersebut masih perlu dikaji lebih lagi. Kemudian
dalam pengetikan jurnal masih banyak kalimat atau kata-kata
yang masih kurang huruf dalam pengetikkan.

Anda mungkin juga menyukai