Materi Ventilasi
Materi Ventilasi
16
Mengatur panas dan kelembaban udara ventilasi tambang bawah tanah
sehingga dapat diperoleh suasana / lingkungan kerja yang nyaman.
Foto 2.1
Ventilasi Tambang
Kelembaban Relatif
Kelembaban relatif merupakan perbandingan antara jumlah uap air yang
ada di udara pada temperatur tertentu dengan jumlah uap air maksimum yang ada
di udara pada temperatur yang sama yang dinyatakan dalam persentase (%).
Dinyatakan dengan :
�����
��������𝐩 𝐀�𝐫
Kelembaban Relatif = X 100 %
�����
��������𝐩 ���𝐫 𝐌��𝐱
V x D xW
Re 67.280 x D xV
Keterangan :
V = Kecepatan Rata-rata Udara (m/detik)
D = Diameter Jaringan (cm 2)
= Bilangan Reynold (67.280)
Kecepatan Rata-Rata Aliran Udara
Kecepatan aliran udara adalah parameter pada ventilasi tambang yang
paling sering diukur pada udara tambang. Pengukuran ini dilakukan pada 5 posisi
yaitu bagian atas, tengah atas, tengah, tengah bawah dan bawah untuk setiap titik
pengukurannya. Perhitungan kecepatan rata-rata aliran udara dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Ʃ𝑽
V=
𝒏
Keterangan :
ƩV = jumlah kecepatan udara
n = banyaknya pengukuran kecepatan
Tabel 2.1
Instrumen Untuk Mengukur Kecepatan Aliran Udara di Dalam Tambang
Rentang
Sensitivitas
Instrumen kecepan Ketelitian Keterangan
fpm
fpm
Tidak
20 – 120
Smoke tube 5 – 10 70 – 90% langsung,
(low)
pendekatan
150 – 2000
(int.-high) 10 – 25 Perlu
Vane anemometer 2000- 80 – 90% kalibrasi dan
10000 50 – 100 perawatan
(very high)
Pembacaan
30 – 3000 5 – 10 3% of langsung,
Velometer (low-high) upperscale cepat, sulit,
multirange 25 - 50 reading perlu
perawatan
Lamban,
10 – 500 sulit, perlu
(low- batere 6 V,
2 - 10
Thermoanemometer Interm) 80 - 95% aman
Cepat,
Thermometer 10 – 300 pembacaan
1–2
Hot-wire 100 – 3000 90 – 95% langsung,
10 – 20
(low-high sulit, perlu
multirange) batere dan
perawatan
Tidak
100 – 1500
Kata thermometer 10 – 25 70 – 90% langsung,
(Int.-high)
lambat, sulit
Lamban,
750 –
tidak
Pilot tube 10000 10 – 25 90 – 98%
langsung,
(high)
teliti
Ʃ𝑯
H=( ) X SG gas oline X sin α
𝒏
Keterangan :
ƩH = jumlah head
n = banyaknya pengukuran head
SG gas oline = spesifik gravity bensin
Α = kemiringan manomater
Q=VXA
Keterangan :
Q = Jumlah atau debit udara dalam (m 3/detik)
V = Kecepatan aliran udara (m/detik)
A = Luas penampang (m 2)
Sedangkan pola aliran udara dapat ditentukan dengan Reynold’s Number
(Re). Ketentuan untuk Reynold’s Number (Re) adalah sebagai berikut :
Re < 2000, aliran udara laminar
2000 > Re < 4000, aliran udara transisi
Re > 4000, aliran udara turbulen
Secara matematis, Reynold’s Number dapat dihitung dengan cara sebagai berikut
:
Re = 67280 x D x V
Keterangan :
V = kecepatan rata-rata udara (m/detik)
D = diameter jaringan (m)
Reynold’s Number = 67280
Pengenalan Alat
Dalam praktikum ventilasi ada beberapa alat yang digunakan yaitu duct,
fan, vane anemometer, manometer, pitot tube, sling psychometer, portable
ventilator (booster) dan regulator.
2.2.1 Duct
Duct merupakan suatu jaringan yang dibuat sebagai tempat mengalirnya
udara. Selain untuk mengurangi tekanan akibat gesekan pada dinding tambang
bawah tanah yang tidak rata. Duct juga dapat difungsikan untuk mengatur debit
udara yang masuk ke setiap bagian tambang bawah tanah. Jenis material duct
memiliki koefisien tertentu yang mempengaruhi keadaan aliran udara di dalam
duct itu sendiri. Selain itu juga, duck mempunyai hubungan erat dengan terhadap
fan yaitu semakin panjang mine duct, maka mine fan yang dipakai juga harus
disesuaikan agar mendapatkan kecepatan udara yang optimal dan debit udara
yang besar nantinya.
Duct
Fan
Fan merupakan alat yang digunakan untuk memompa udara yang menimbulkan
adanya perbedaan tekanan antara kedua sisinya, sehingga udara akan bergerak
dari tempat yang memiliki tekanan yang lebih tinggi ke tempat yang memiliki
tekanan lebih rendah. Fan merubah energi mekanis menjadi energi fluida yang
terbagi menjadi 2 jenis yaitu radial flow atau centrifugal fans dan axial flow fans.
Fan
Vane Anemometer
Manometer
Manometer merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur perbedaan
tekanan yang tidak terlalu besar dengan prinsip kerjanya yaitu mengisi manometer
dengan fluida yang bobot isinya lebih rendah daripada air. Kedua kaki tabung
dihubungkan dengan pitot tube pada titik yang akan diukur perbedaan tekanannya
denga selang plastik, setelah dihubungkan maka fluida akan bergerak ke arah
tertentu, sehingga kita dapat membaca selisihnya yang merupakan nilai besarnya
tekanan.
Manometer
Pitot Tube
Pitot tube merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kehilangan
aliran udara berkecepatan tinggi, biasanya sering dijumpai pada pesawat terbang.
Pitot tube bekerja berdasarka asas Bernauolli. Head aliran udara yang meliputi
head total, head static dan head velocity.
Pada tabung pitot terdapat lubang ukur tekanan total didepan dan lubang ukur
tekanan statis di samping. Perbedaan kedua tekanan tersebut, yakni tekanan
dinamis, diukur dengan manometer tabung U, kemudian kecepatan angin
diperoleh dari persamaan di bawah.
DP = gw2/2g
Keterangan :
DP = tekanan dinamis
W = kecepatan angin
g = berat jenis udara
g = percepatan gravitasi
Untuk mendapatkan ketelitian dalam pengukuran head aliran maka manometer
bisa didesain dalam bentuk miring dan diisi cairan bukan air, yang bobot isinya
lebih rendah dari air. Dalam pengerjaanya itu sendiri, tabung pitot dipasang
dengan arah menghadap aliran udara dan pengaruh tekanan akibat pergerakan
udara menekan fluida di manometer. Perbedaan elevasi dari cairan di manometer
memberikan ukuran head tekanan dari udara.
Pitot Tube
Sling Psycrhometer
Sling Psycrhometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
kelembaban udara dalam ruang terbuka yang terdiri dari dua buah termometer air
raksa yang tujuannya untuk mengukur cembung kering (dry bulb) dan cembung
basah (wet bulb). Pada prinsipnya temperatur cembung kering adalah ukuran
panas sensible di atmosfer.
Untuk kondisi jenuh, penguapan tidak terjadi dan temperatur cembung basah dan
kering akan sama. Bila kondisi tidak jenuh, air akan menguap dari permukaan
thermometer cembung basah dengan laju tertentu yang sebenarnya berbanding
terbalik dengan tekanan uap dari uap air yang berada di udara. Penguapan akan
mendinginkan ujung thermometer dan temperatur akan turun
Sling Psycrhometer
Portable Ventilator (Booster)
Portable Ventilator (Booster) merupakan alat yang digunakan untuk memperbesar
tekanan udara yang ada di dalam duct. Alat ini merupakan alat tambahan yang
dipasang di ujung duct.
Foto 2.8
Portable Ventilator (Booster)
Regulator
Regulator merupaka alat pembatas berbentuk persegi yang di bagian
tengahnya memiliki lubang dengan dimensi yang berbeda. Alat ini berfungsi untuk
mengatur besar kecilnya tekanan yang ada di dalam duct.
Pada dasarnya regulator merupakan pembatas yang berbentuk persegi yang
ditengahnya terdapat lubang dengan ukuran yang berbeda-beda. Regulator
sendiri berfungsi untuk mengatur besar kecilnya tekanan udara yang ada di dalam
duct. Ukuran yang berbeda-beda ini berfungsi untuk jika berukuran kecil
diharapkan udara yang melewati regulator ini tekanannya aka semakin kencang,
begitu juga sebaliknya jika dipasang regulator dengan ukuran lubang besar. Dari
hal ini diharapkan tekanan udara yang melewati regulator tersebut tekanan
udaranya lebih kecil.
Langkah-langkah pengukuran yaitu sebagai berikut :
Velocity head
o Hubungkan kedua ujung manometer pada ujung-ujung total pressure dan
static pressure pada pitot tube dengan menggunakan selang plastic.
o Tunggu sampai fluida tidak bergerak lagi.
o Baca selisih ketinggian fluida dalam manometer, catat pada tabel yang
telah disediakan.
o Nilai selisih selalu positif.
Static head
o Hubungkan salah satu ujung manometer dengan ujung static pressure
pada pitot tube dengan menggunakan selang plastic.
o Tunggu sampai fluida tidak bergerak lagi.
o Baca selisih ketinggian fluida dalam manometer, catat pada tabel yang
telah disediakan.
o Nilai selisih selalu positif.
Total head
o Hubungkan salah satu ujung manometer dengan ujung total pressure pada
pitot tube dengan menggunakan selang plastic.
o Tunggu sampai fluida tidak bergerak lagi.
o Baca selisih ketinggian fluida dalam manometer, catat pada tabel yang
telah disediakan.
o Nilai selisih selalu positif.
3.1.5 Kondisi Percobaan
Pengukuran dilakuakn pada kondisi-kondisi tertentu yaitu :
3.1.5.1 Kondisi A Seri
Pemasangan fan axial (Fa)
Atur jalur alir udara secara seri dengan menutup bagian-bagian
percabangan dalam duct
Titik percabangan yang diukur yaitu titik 1, 2, 3 dan 5
Sumber : Gambar Manual 2013
Gambar 3.1
Kondisi A Seri
𝟗
°F = [( ]
) x °C + 32
𝟓
Contoh perhitungan :
Titik 1 Kondisi A Seri
9
°F = [( ) x 22,2°] + 32
5
= 71,96 °F
9
°F = [( ) x 26,5°] + 32
5
= 79,7 °F
Titik 2 Kondisi A Seri
9
°F = [( ) x 24°] + 32
5
= 75,2 °F
9
°F = [( ) x 28°] + 32
5
= 82,4°F
Titik 3 Kondisi B Paralel
9
°F = [( ) x 25,5°] + 32
5
= 77,9°F
33
17
Tabel 4.1
Pengolahan Data Kelembaban Relatif Pada Duct Hubungan Seri
T (°c) T (°f)
Kondisi Titik Regulator Kelembaban
Tb Tk Tb Tk
R0 22.2 26.5 71.96 79.7 100
R1 25 28 77 82.4 84
1
R2 24 28 75.2 82.4 79
R3 26 28 78.8 82.4 90
R0 24 28 75.2 82.4 79
R1 24.5 27 76.1 80.6 84
2
R2 25 27 77 80.6 88
R3 26.5 27 79.7 80.6 98
A (Seri)
R0 25 25 77 77 100
R1 25 27 77 80.6 88
3
R2 26 27 78.8 80.6 93
R3 26 28 78.8 82.4 90
R0 21 24 69.8 75.2 84
R1 24 24 75.2 75.2 100
5
R2 25.5 28 77.9 82.4 93
R3 25 27 77 80.6 97
R0 25 27 77 80.6 88
R1 25 28 77 82.4 83
B (Seri) 1
R2 26 28 78.8 82.4 99
R3 26 29 78.8 84.2 82
18
T (°c) T (°f)
Kondisi Titik Regulator Kelembaban
Tb Tk Tb Tk
R0 24.5 26 76.1 78.8 90
R1 26 27 78.8 80.6 88
2
R2 26 27 78.8 80.6 88
R3 26 27 78.8 80.6 88
R0 24 25 75.2 77 93
R1 26 24 78.8 75.2 88
3
R2 24.5 26 76.1 78.8 90
R3 25 26 77 78.8 92
R0 26 27 78.8 80.6 93
R1 26 28 78.8 82.4 90
5
R2 28 28 82.4 82.4 98
R3 27 28 80.6 82.4 95
Sumber : Pengukuran dan Pengolahan Data Lab. Tambang UNISBA 2013
Tabel 4.2
Pengolahan Data Kelembaban Relatif Pada Duct Hubungan Paralel
T (°c) T (°f)
Kondisi Titik Regulator Kelembaban
Tb Tk Tb Tk
R0 26.5 26 79.7 78.8 57
R1 19 25 66.2 77 69
3
A (Paralel) R2 18 25 64.4 77 63
R3 19 25 66.2 77 69
4 R0 20 28 68 82.4 99
19
T (°c) T (°f)
Kondisi Titik Regulator Kelembaban
Tb Tk Tb Tk
R1 26.5 27.5 79.7 81.5 94
R2 27 27.5 80.6 81.5 95
R3 25 27.5 77 81.5 82
R0 22 24.2 71.6 75.56 84
R1 25.5 26 77.9 78.8 93
5
R2 24 26.5 75.2 79.7 85
R3 26.2 25 79.16 77 90
R0 25.5 26 77.9 78.8 95
R1 26 27 78.8 80.6 92
3
R2 26 26 78.8 78.8 100
R3 25.5 25.5 77.9 77.9 95
R0 26 27 78.8 80.6 89
R1 26 24 78.8 75.2 89
B (Paralel) 4
R2 27 27.5 80.6 81.5 96
R3 26.5 27.5 79.7 81.5 98
R0 23.5 24.5 74.3 76.1 93
R1 23.5 27 74.3 80.6 79
5
R2 24 27.4 75.2 81.32 82
R3 23 27.3 73.4 81.14 76
Sumber : Pengukuran dan Pengolahan Data Lab. Tambang UNISBA 2013
20
Ʃ𝑽
V=
𝒏
Keterangan :
ƩV = jumlah kecepatan udara
Tabel 4.3
Pengolahan Data Kecepatan Rata-Rata A dan B Seri
V (m/s)
Kondisi Titik SD V Rata-Rata (m/s)
1 2 3 4 5
AR 0 1.1 0.5 0.3 1.2 0.6 0.74
AR 1 0.9 0.8 0.8 0.6 0.5 0.72
1
AR 2 0.9 0.3 0.9 1.3 0.1 0.7
AR 3 0.3 0.4 0.9 1.2 0.2 0.6
AR 0 3.7 3.5 2.8 3.4 3.5 3.38
AR 1 2.7 2.6 2.2 2 2.5 2.4
2
AR 2 1.8 1.6 1.5 1.4 1.6 1.58
AR 3 1.3 0.8 0.8 0.7 0.8 0.88
A
AR 0 2.5 2.6 2.6 2.7 2.6 2.6
AR 1 1.5 1.5 1.5 1.6 1.7 1.56
3
AR 2 1.3 0.9 0.7 0.7 0.8 0.88
AR 3 0.6 0.5 0.3 0.2 0.2 0.36
AR 0 3.5 2.8 1.7 1.6 0.4 2
AR 1 0.9 1.6 1.3 0.7 0.2 0.94
5
AR 2 0.4 1.6 1.7 1.2 0.6 1.1
AR 3 0.2 0.3 0.4 0.3 0.2 0.28
AR 0 1.9 2.1 1.9 2.1 2 2
AR 1 1.3 0.5 0.9 0.2 1.3 0.84
1
AR 2 1.5 1.4 1.9 1.8 1.2 1.56
B
AR 3 0.9 0.6 0.9 0.7 0.5 0.72
AR 0 3 3.1 3.2 3 3.1 3.08
2
AR 1 2.4 2.2 2 2.1 2.2 2.18
22
V (m/s)
Kondisi Titik SD V Rata-Rata (m/s)
1 2 3 4 5
AR 2 1.8 1.5 1.4 1.5 1.3 1.5
AR 3 1.2 0.8 0.7 0.8 0.9 0.88
AR 0 2.6 2.5 2.4 2.6 2.4 2.5
AR 1 2.1 1.8 1.7 1.6 1.6 1.76
3
AR 2 0.6 1.9 0.8 0.8 0.8 0.98
AR 3 1.6 0.4 0.4 0.3 0.2 0.58
AR 0 3.3 3.3 3.2 2.4 0.4 2.52
AR 1 2.5 2.7 3 2.3 1.2 2.34
5
AR 2 1.2 2.4 2.6 2.1 0.6 1.78
AR 3 0.2 0.3 0.4 0.1 0 0.2
Sumber : Pengukuran dan Pengolahan Data Lab. Tambang UNISBA 2013
Tabel 4.4
Pengolahan Data Kecepatan Rata-Rata A dan B Paralel
V (m/s)
Kondisi Titik SD V Rata-Rata (m/s)
1 2 3 4 5
AR 0 2.2 1.9 1.9 1.8 1.8 1.92
AR 1 1.6 1.6 1.5 1.2 0.9 1.36
3
AR 2 1.2 0.9 0.9 0.6 0.3 0.78
AR 3 1.2 1 0.8 0.8 0.8 0.92
A
AR 0 1.3 1.1 0.7 0.3 0.5 0.78
AR 1 2.1 1.5 0.3 0.1 0.5 0.9
4
AR 2 2.6 2 1.7 0.7 0.5 1.5
AR 3 2.6 2 1.2 0.7 0.8 1.46
23
V (m/s)
Kondisi Titik SD V Rata-Rata (m/s)
1 2 3 4 5
AR 0 1.6 2.1 2.5 2.2 2 2.08
AR 1 0.9 1.1 2 2.2 2.2 1.68
5
AR 2 0.4 0.8 1.3 2.1 2.4 1.4
AR 3 0.1 0.2 0.8 1.7 2.2 1
AR 0 0.7 0.5 0.4 0.3 0.3 0.44
AR 1 1.3 1 0.8 0.6 0.5 0.84
3
AR 2 2.2 1.3 0.1 0.6 0.4 0.92
AR 3 2.1 1.4 1.1 0.7 0.6 1.18
AR 0 1.2 1.3 1.3 1.3 1.3 1.28
AR 1 1.7 1.3 1 0.8 0.7 1.1
B 4
AR 2 1.1 0.9 0.7 0.4 0.3 0.68
AR 3 1.1 0.8 0.5 0.3 0.2 0.58
AR 0 1.2 1.8 1.5 1.2 1.1 1.36
AR 1 0.8 1.2 1.5 1.4 1.6 1.3
5
AR 2 0.5 0.6 0.8 1.3 1.7 0.98
AR 3 0.1 0.1 0.3 1.6 2.1 0.84
Sumber : Pengukuran dan Pengolahan Data Lab. Tambang UNISBA 2013
24
Ʃ𝑯
H=( ) X SG X sin α
𝒏
Keterangan :
ƩH = jumlah head
n = banyaknya pengukuran head
SG gas oline = spesifik gravity bensin
Α = kemiringan manomater
Contoh perhitungan :
Head total
Titik 1 Kondisi A Seri
1,2+1+1,8
H =( ) X 0,739 X sin 30°
3
= 0,49 mm air
Titik 2 Kondisi A Seri
0,8+0,4+0,7
H =( ) X 0,739 X sin 30°
3
= 0,23 mm air
Titik 1 Kondisi B Seri
0,7+0,5+1,2
H =( ) X 0,739 X sin 30°
3
= 0,30 mm air
Titik 2 Kondisi B Seri
1,1+0,5+0,9
H =( ) X 0,739 X sin 30°
3
= 0,31 mm air
25
Head static
Titik 1 Kondisi A Seri
0,5+0,1+1,8
H =( ) X 0,739 X sin 30°
3
= 0,20 mm air
Titik 2 Kondisi A Seri
0,2+0,1+0,2
H =( ) X 0,739 X sin 30°
3
= 0,03 mm air
Titik 1 Kondisi B Seri
1+0,7+1,1
H =( ) X 0,739 X sin 30°
3
= 0,34 mm air
Titik 2 Kondisi B Seri
0,3+0,3+0,1
H =( ) X 0,739 X sin 30°
3
= 0,09 mm air
Titik 3 Kondisi A Paralel
0,1+0+0
H =( ) X 0,739 X sin 30°
3
= 0,012 mm air
Head velocity
= 0,18 mm air
Titik 2 Kondisi A Seri
0,4+0,2+0,6
H =( ) X 0,739 X sin 30°
3
= 0,15 mm air
Titik 1 Kondisi B Seri
0,1+0,2+0,2
H =( ) X 0,739 X sin 30°
3
= 0,06 mm air
26
Tabel 4.5
Pengolahan Data Head Total, Head Static, dan Head Velocity Hubungan A dan B Seri
HT (mm) HT Rata-Rata HS (mm) HS Rata-Rata HV (mm) HV Rata-Rata
Kondisi Titik SD
A T B (mm) A T B (mm) A T B (mm)
AR0
0.49 0.20 0.18
1.2 1 1.8 0.5 0.1 1 0.5 0.5 0.5
AR1
0.57 0.20 0.16
1.5 1.2 1.9 0.6 0.2 0.8 0.3 0.5 0.5
1
AR2
0.30 0.27 0.05
0.5 0.7 1.2 1 0.7 0.5 0.1 0.2 0.1
AR3
0.38 0.18 0.12
1.2 0.7 1.2 0.3 0.4 0.8 0.5 0.3 0.2
AR0 0.23 0.06 0.15
0.8 0.4 0.7 0.2 0.1 0.2 0.4 0.2 0.6
AR1
0.39 0.05 0.28
1.1 1 1.1 0.1 0.1 0.2 0.7 0.6 1
2
A AR2
0.44 0.06 0.34
1.3 1.3 1 0.2 0.1 0.2 1 1 0.8
AR3
0.46 0.09 0.38
1.2 1.3 1.2 0.1 0.3 0.3 1 1.2 0.9
AR0 0.34 0.01 0.36
1.1 0.8 0.9 0 0.1 0 1 1 0.9
AR1 0.44 0.02 0.39
1.5 1.1 1 0 0 0.2 1.2 1 1
3
AR2
0.34 0.00 0.49
1.3 1.5 0 0 0 0 1.2 1.4 1.4
AR3
0.58 0.02 0.50
1.5 1.3 1.9 0 0 0.2 1.6 1.2 1.3
5 AR0 0.04 0.07 0.05
0.1 0.1 0.1 0.2 0.2 0.2 0.2 0.1 0.1
27
Tabel 4.6
Pengolahan Data Head Total, Head Static, dan Head Velocity Hubungan A dan B Paralel
HT (mm) HT Rata- HS (mm) HS Rata- HV (mm) HV Rata-Rata
Kondisi Titik SD
A T B Rata (mm) A T B Rata (mm) A T B (mm)
AR0 0.7 1 0.7
0.296 0.1 0 0
0.012 0.9 0.8 0.7
0.296
AR0 0.6 0.4 0.4 0.172 0.4 0.3 0.3 0.123 0.2 0.1 0.8 0.135
4
AR1 0.5 0.2 0.4
0.135 0.2 0.5 0.3
0.123 0.2 0.1 0.1
0.049
29
AR3 1.2 1.3 1.2 0.456 0.2 0.1 0.4 0.086 1.2 1.3 1.2 0.456
B
AR0 0.6 0.7 0.6
0.234 0.5 0.5 0.4
0.172 0.1 0.1 0.1
0.037
AR3 0.7 0.7 0.6 0.246 0.5 0.3 0.4 0.148 0.3 0.2 0.2 0.086
30
Q=VXA
Keterangan :
Praktikum Ventilasi
48
49
Re = 67280 x D x V
Keterangan :
V = Kecepatan Rata-rata Udara (m/detik)
D = Diameter Jaringan (cm 2)
Reynold’s Number = 67280
Contoh perhitungan :
Titik 1 Kondisi A Seri
Re = 67280 X 0,250 X 0,74
= 32294,40 m 2/s
Pola aliran udara turbulen
Titik 2 Kondisi A Seri
Re = 67280 X 0,250 X 3,38
= 565851,60 m 2/s
Pola aliran udara turbulen
Titik 1 Kondisi B Seri
Re = 67280 X 0,250 X 0,2
= 33640,00 m 2/s
Pola aliran udara turbulen
Titik 2 Kondisi B Seri
Re = 67280 X 0,250 X 3,08
= 51805,60 m 2/s
Pola aliran udara turbulen
Titik 3 Kondisi A Paralel
Re = 67280 X 0,250 X 1,92
= 32294,40 m 2/s
Pola aliran udara turbulen
Praktikum Ventilasi
Praktikum Ventilasi