1. Pembuatan Virgin Coconut Oil dengan Metode Penggaraman
Berdasarkan dari jurnal penelitian Susilowati pada tahun 2009 yang berjudul “Pembuatan Virgin Coconut Oil dengan Metode Penggaraman” dengan dua tujuan yaitu untuk memisahkan minyak kelapa yang terkandung dalam krim kelapa dengan cara penambahan garam CaCO3 dan untuk mengetahui waktu penggaraman yang terbaik pada proses pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO). Variabel tetap pada penelitian ini adalah berat krim santan yaitu 200 gram, temperatur air 40oC serta rasio kelapa dan air hangat 1:2. Variabel bebas yang dijalankan yaitu berat garam CaCO3 (0,1,2,3,4) gram dan lama waktu penggaraman (2,3,4,5,6) hari. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah nilai ekonomis daripada buah kelapa pada umumnya serta dapat menambah informasi tentang cara pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) dengan rendemen yang lebih tinggi dengan kualitas yang lebih baik lagi. Minyak dan air mempunyai polaritas yang berbeda, yang mana air adalah senyawa polar dan minyak adalah non polar. Suatu senyawa yang mempunyai polaritas berbeda tidak dapat saling melarutkan. Dengan adanya penstabil emulsi yang berupa protein kelapa, maka air dan minyak dapat membentuk emulsi yang stabil, yaitu santan kelapa. Agar dapat dihasilkan minyak dari santan kelapa, maka kestabilan emulsi santan harus dirusak atau diganggu. Beberapa metode dilakukan untuk menganggu kestabilan santan yaitu metode pemanasan, metode pengasaman, metode pancingan dan metode penggaraman. Metode penggaraman dilakukan tanpa pemanasan seperti pada pembuatan minyak tradisional, sehingga minyak yang diperoleh bisa tahan lama, lebih dari satu tahun karena prosesnya tanpa pemanasan. Cara yang dilakukan untuk mengganggu kestabilan santan adalah pemanasan, pengasaman, pancingan, penggaraman, fermentasi dan lain-lain. Dipakai garam CaCO3 sebagai elmusifier untuk emusi air dalam minyak, sehingga dengan menambah garam kalsium ke dalam santan sistem emulsi menjadi rusak, maka dapat dihasilkan minyak dari santan kelapa. Bahan yang digunakan yaitu aquadest, buah kelapa dan CaCO3. Prosedur penelitian yang dilakukan yaitu buah kelapa tua yang telah dipilih, dibelah untuk mendapatkan daging kelapa. Daging kelapa diparut dengan pemarut kelapa. Hasil parutan kepala diperas dengan penambahan air hangat dengan temperatur 40oC dengan perbandingan 1:2 (pemerasan dilakukan dengan tangan). Santan didiamkan selama ±2 jam untuk memisahkan krim santan dan air santan. Krim santan ditambahkan CaCO3 dengan berat 0 gram, 1 gram, 2 gram, 3 gram dan 4 gram. Dilakukan pengadukan hingga merata selama ±20 menit dan didiamkan selama 2 hari, 3 hari, 4 hari, 5 hari, dan 6 hari. Minyak yang didapatkan dari masing-masing konsentrasi penambahan CaCO3 dan lama penggaraman dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring dan analisa. Metode analisa yang dilakukan pada Virgin Coconut Oil (VCO) yang diperoleh adalah penentuan kadar asam laurat dengan cara GC (Gas Carbon). Hasil yang didapatkan pada Virgin Coconut Oil (VCO) terbuat dari daging buah kelapa segar yang diproses tanpa pemanasan yaitu berupa minyak kelapa murni yang berbau khas kelapa, tidak berwarna atau jernih. Berdasarkan hasil perhitungan jumlah minyak yang didapatkan dengan variasi penambahan garam CaCO3 pada krim santan 200 gram dengan lama penggaraman 2 hari didapatkan hasil terendah pada kadar garam CaCO3 (0 gram) yaitu 17,467 gram dan tertinggi pada kadar CaCO3 (4 gram) dengan lama penggaraman 6 hari yaitu 69,107 gram. Hubungan antara banyak jumlah garam CaCO3 dan minyak yang dihasilkan pada berbagai hari diperoleh berat minyak yang berbentuk paling banyak pada penambahan 4 gram dan lama penggaraman 6 hari diperoleh minyak Virgin Coconut Oil (VCO) yaitu 69,107 gram, hal ini disebabkan adanya penambahan garam dan waktu yang lama dalam krim santan dan juga pengadukkan, maka mempercepat terbentuknya minyak. Hubungan antara lama penggaraman pada minyak yang didapat pada berbagai jumlah garam CaCO3 bahwa lama penggaraman dan banyaknya CaCO3 yang ditambahkan ke dalam krim santan dan adanya pengandukkan akan mempercepat terbentuknya minyak, hal ini disebabkan dengan penambahan emulsifier makan kestabilan emulsi akan dirusak untuk mempercepat terbentuknya minyak dan mempunyai kandungan asam laurat 46,2% memenuhi range asam laurat 44%-52% dalam VCO. 2. Ekstraksi Virgin Coconut Oil secara Enzimatis Menggunakan Protease dari Tanaman Biduri (Calotropis gigantea) Berdasarkan dari jurnal penelitian Yuli Witono, Achmad Subagio, Simon Bambang dan Aulanni’am pada tahun 2007 dengan judul penelitian “Ekstraksi Virgin Coconut Oil secara Enzimatis Menggunakan Protease dari Tanaman Biduri (Calotropis gigantea)” yang bertujuan untuk mempelajari ekstraksi Virgin Coconut Oil (VCO) secara enzimatis menggunakan protease dari tanaman biduri (Calotropis gigantea) dengan variasi konsentrasi yang digunakan yaitu 0,00; 0,05; 0,10 dan 0,15% (b/b) dan lama inkubasi 2, 3, dan 4 jam. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian adalah buah kelapa tua dan enzim protease biduri diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya, yakni crude protease biduri dalam bentuk serbuk kering yang diekstrak secara langsung dari tanaman (daun dan pucuk batang) biduri dengan aktivitas spesifik 0,14 unit/mg. Bahan kimia yang digunakan sebagian besar bermerek Merck Jerman. Peralatan yang digunakan meliputi centrifuge (medifriger), pH meter, magnetik stirer, vortex, lemari pendingin, eksikator, tabung separasi, shaker, neraca analitik, penyaring vakum, color reader (Minolta CR-10), mikropipet dan buret. Penelitian dilaksanakan menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor perlakuan yakni faktor A (konsentrasi protease biduri) terdiri atas empat level yaitu 0% (w/w) (A1); 0,05% (w/w) (A2); 0,10% (w/w) (A3); 0,15% (w/w) (A4) dan faktor B (lama inkubasi) terdiri atas tiga level yaitu 2 jam (B1); 3 jam (B2) dan 4 jam (B3), sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan, dimana masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Data hasil pengamatan dinalisis secara sidik ragam (α 0,05) dan diploting ke dalam bentuk histogram atau ke dalam bentuk gambar. Parameter yang diamati meliputi dua bagian yang pertama sifat fisik, yang meliputi penghitungan dari rendemen yang merupakan hasil rasio antara berat VCO yang dihasilkan terhadap berat krim kelapa yang dikalikan dengan 100%, intensitas warna (colour reader) terhadap minyak yang dihasilkan dan viskositas VCO (viscometer oswald) dan kedua sifat kimia yang meliputi kadar air, angka peroksida dan kadar asam lemak bebas (%FFA) dari VCO. Hasil rendemen yang didapatkan berdasarkan konsentrasi protease biduri dan lama inkubasinya berpengaruh sangat nyata (α 0,05%) terhadap rendemen VCO yang dihasilkan. Histogram rendemen VCO yang dibuat dengan berbagai konsentrasi protease biduri dan lama inkubasinya, semakin tinggi konsentrasi protease biduri dan semakin lama waktu inkubasi, dihasilkan rendemen VCO yang semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi enzim dan semakin lama waktu inkubasinya, semakin banyak jumlah substrat protein yang bereaksi dengan enzim dan semakin lama enzim berinteraksi dengan substrat protein yang menyelubungi globula minyak, sehingga semakin banyak minyak yang terekstrak dari krim santan kelapa. Peningkatan rendemen minyak ini menunjukkan enzim protease biduri mampu merusak lapisan film yang terdiri dari persenyawaan protein yang menyelimuti globula minyak. Kadar air pada VCO memperlihatkan bahwa peningkatan konsentrasi enzim menyebabkan penurunan kadar air dari VCO. Hal ini diduga terkait dengan sisa air pada krim dari santan kelapa. Intensitas warna menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi biduro, semakin tinggi intensitas warna VCO yang dihasilkan. Hal ini akibat pengaruh pigmen hijau kekuningan yang terkandung dalam protease biduri yang larut dalam minyak. Angka peroksida pada VCO tidak terdeteksi, semakin tinggi konsentrasi protease semakin rendah asam lemak bebas. Protease biduri efektif digunakan untuk ekstraksi VCO. Semakin tinggi konsentrasi protease biduri sampai 0,15% dan semakin lama waktu inkubasi sampai 4 jam dihasilkan rendemen VCO yang semakin tinggi. Penambahan protease biduri dihasilkan VCO dengan viskositas dan intensitas warna hijau yang cenderung semakin meningkat. Aplikasi protease biduri mampu menghasilkan VCO dengan kadar air dan % FFA yang semakin rendah. Sehingga VCO hasil proses enzimatis dengan protease biduri memiliki kualitas yang lebih baik dari pada VCO hasil proses fermentasi spontan. Namun demikian perlu dicari teknik deklorofilasi protease dari tanaman biduri yang akan diaplikasikan untuk proses VCO agar dihasilkan VCO yang lebih jernih dengan sedikit atau tanpa pigmen. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perbandingan daya simpan VCO yang dibuat dengan protease biduri dengan VCO hasil proses fermentasi spontan. DAFTAR PUSTAKA
Susilowati. 2009. Pembuatan Virgin Coconut Oil dengan Metode Penggaraman.
Jurnal Teknik Kimia. 3(2): 246-251. Witono, Y., dkk. 2007. Ekstraksi Virgin Coconut Oil secara Enzimatis Menggunakan Protease dari Tanaman Biduri (Calotropis gigantea). AGRITECH. 27(3): 100-106.