Yang dibimbing oleh Prof. Dr. Duran Corebima Aloysius, M.Pd
Oleh:
Kelompok 13 Offering A 2016
Dewi Safitri (160341606086)
Dliya Amalia (160341606103)
UNIVERITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI MARET 2018 Sebagian besar RNA non ribosom yang disintesis di dalam nucleus sel eukariotik terdiri dari molekul yang sangan besar yang disebut RNA nuklir heterogen atau disingkat hnRNA yang merupakan pra-mRNA. Aliran proses dari molekul hnRNA raksasa atau pra-mRNA ini menghasilkan: 1. Sebagian besar RNA ribosomal yang disintesis di nucleus terdegradasi dengan cepat 2. Pembentukan molekul mRNA yang lebih kecil dibawa ke sitoplasma. Penelitian definitive untuk pemrosesan pra m-RNA dalam pembentukan eukariotik ditemukan pada kasus transkripsi gen β-globin pada tikus. Dalam transkrip kasus ini, nukleotida 15S hnRNA (atau pra-mRNA; 1200-1500 panjang nukleotida) di proses menjadi 9S (sekitar 600 panjang nukleotida) mRNA β-globin. Bukti serupa untuk hnRNA atau pra-mRNA di proses dalam pembentukan molekul mRNA dewasa sekarang tersedia untuk transkripsi gen eukariotik lainnya. Pengolahan ini melibatkan eksisi urutan interkoneksi noncoding atau intron yang berada di antara urutan pengkodean (disebut ekson untuk ekspresi). Selain itu, mRNA dari beberapa virus eukariotik diketahui mengandung urutan pemimpin (urutan dari ujung 5’ pada translasi- inisiasi kodon dari mRNA) yang ditranskripsi dari sekuens DNA yang tidak bersebelahan dengan gen structural. Beberapa mRNA yang berbeda memiliki urutan pemimpin yang identic yang tampaknya disambung ke ujung 5’ dari gen transkripsi selama pemrosesan. Translasi pada eukariot analog terhadap translasi pada prokariot kecuali bahwa (1) kelompok amino pada methionyl t-RNA tidak terionisasi dan (2) kebanyakan mRNA pada eukariotik yang dipelajari sampai saat ini nampaknya monogenic sehingga hanya satu spesies polipeptida yang ditranslate dari masing-masing mRNA. Pada prokariotik, kebanyakan mRNA adalah polygenic yang mana dua atau lebih polipeptida berbeda disintesis dari segmen nonoverlapping dari mRNA tunggal. Sintesis dari satu protein eukariotik, serat sutra fibroin dapat divisualikasikan dengan mikroelektron menggunakan teknik yang dikembangkan oleh O. L Miller, B. A Hamkalo dan rekannya. Fibroin tidak melipat di permukaan ribosom seperti polipeptida lain pada kondisi yang kurang baik. Akibatnya, rantai polipeptida yang baru terbentuk dengan panjang yang meningkat dapat dilihat pada ribosom sebagai salah satu pemindaian dari satu (ujung 5’ mRNA) dari polysom raksasa (mengandung 50-80 ribosom; fibroin memiliki berat molekul lebih dari 200.000) sampai ujung yang lain.
Penghapusan Rantai Intron melalui RNA Splicing
Sebagian besar dari gen eukariotik memiliki rantai intervensi noncoding atau pemisahan intron rantai kode atau ekson. Gen langka dari beberapa virus eukariot misalnya E. coli dan B. subtilis bacteriophage SP01 dan archaebacterial juga ditemukan mengandung intron. Dalam kasus gen ‘split’ atau ‘mozaik’ (urutan pengkodean rantai yang terpisah dari unrutan noncoding), transkrip primer berisi keseluruhan urutan gen dan persamaan noncoding yang disambung selama proses. Urutan penyambungan harus mengikuti urutan ekson dengan akurat ke rantai tunggal untuk meyakinkan bahwa kodon di ekson distal ke intron dibaca dengan benar. Keakuratan ini memerlukan sinyal splicing yang sangat tepat, kemungkinan urutan nukleotida dalam intron dan pada sambungan ekson-intron. Satu-satunya rangkaian yang dikonservasi secara penuh adalah urutan rantai dinukleotida pada ujung intron yaitu urutan yang ditunjukkan untuk untai DNA yang setara dengan transkrip RNA. Selain itu, ada beberapa rekonsiliasi singkat di persimpangan ekson-intron. Bilangan subscript menunjukkan persentase frekuensi dari consensus basa pada setiap posisi. N menunjukkan bahwa setiap empat nukleotida standar yang ada menunjukkan posisi. Persimpangan ekso-intron berbeda pada kasus gen tRNA dan struktur gen pada mitokondria dan kloroplas yang menunjukkan mekanisme splicing DNA yang berbeda. Hanya ada satu rantai pendek yang dikonservasi dalam intron dari gen nucleus yang disebut ‘TACTAAC box’ dan yang lainnya yang kurang dilestarikan. ‘TACTAAC box’ menunjukkan prefensi yang kuat baik untuk purin atau pirimidin sebagai berikut : Py80 N Py 80 Py87 Pu75 A100 Py95 Residu adenine pada posisi enam dati ‘TACTAAC box’ dilestarikan dan diketahui memiliki peran peran penting dalam reaksi splicing. Urutan yang tersisa dari intron gen nucleus sangat berbeda dan Nampak sama acaknya. Intron dari gen mitokondria dan kloroplas mengandung rantai yang dikonservasi yang berbeda dari gen nucleus.
Tiga jenis RNA Splicing yang spesifik
Demonstrasi awal yang menunjukkan bahwa ranta intron pada eukariot ditranskripsi bersama rantai ekson memfokuskan penelitian pada proses transkripsi gen primer. Seperti pada system transkripsi dan translasi invitro yang penting pada proses penguraian RNA splicing. Terdapat tiga jenis yang spesifik dari intron dari transkripsi RNA, yaitu: 1. Intron precursor RNA yang dieksisi oleh reaksi pembelahan endonukleotik dan ligase tepat yang dilapisi oleh endonuclease splicing khusus dan aktivitas ligase. 2. Intron dari prekursor Tetrahymena rRNA yang dilepaskan secara otomatis dalam reaksi unik yang dimediasi oleh molekul RNA sendiri tanpa melibatkan protein enzimatis. 3. Intron dari transkripsi pre-mRNA nucleus (hnRNA) yang di sambung dalam dua langkah reaksi oleh partikel ribonukleus kompleks yag disebut spliceosome. Mekanisme RNA splicing focus kepada pertimbangan penelitian saat ini. Untuk beberapa gen yang telah dipelajari, intron memotong bagian yang lebih disukai namun tidak menyelesaikan permintaan. Intron lain telah ditemukan sebagai alternative cara penyambungan yang mengarah ke mRNA yang memproduksi protein berbeda. Akhirnya, satu intron dalam gen sitokrom b dari mitokondria ragi mencakup bagian dari rantai koding untuk protein ‘RNA maturase’ yang bertanggung jawab untuk menentukan intron kedua dari transkripsi gen tersebut. Hal ini menunjukkan mekanisme dari pengaturan ekspresi gen apada tingkat pemrosesan intron. Kemudian ketertarikan terhadap variasi, struktur dan urutan intron ada di alam dan struktur intron baru akan ditemukan di masa depan.
Precursor splicing tRNA: Nuklease dan Ligase yang unik
Reaksi precursor tRNA splicing pada ragi Saccaromyces cereviceae baik system splicing in vitro dan mutan temperature-sensitive splicing teah digunakan untuk mengentahu mekanisme penyambungan tRNA pada S. cereviceae. Eksisi intron dari precursor terjadi dalam dua tahap. Pertama, membrane endonuclease membuat dua potongan pada ujung intron. Kemudian dalam rangkaian yang cukup kompleks dari reaksi ligase, ligase splicing bergabung dalam dua bagian dart RNA untuk memproduksi labu tRNA yang matang. Kekhususan dari reaksi ini terletak pada tiga dimensional struktur yang dilestarikan dari precursor tRNA. Pembelahan precursor tRNA menghasilkan stasiun 5’-OH dan 2-3 kelompok fosfat siklis pada stasiun 3’. Proses ligase tahap II melibatkan empat reaksi terpisah, yaitu: 1. Reaksi pertama dari penambahan kelompok fosfat ke stasiun 5’OH, reaksi ini membutuhkan aktivitas kinase dan donor fosfat (ATP). 2. Kemudian grup fosfat 5’ diaktivkan dengan transfer kelompok AMP ke stasiun dari AMP-ligase intermediate. 3. 2’-3’ fosfat siklis dibuka oleh aktivitas fosfatdiesterase yang menghasilkan 2’ fosfat dan 3’ hidroksil bebas. 4. Reaksi final ligase terjadi melalui serangan nucleophilic dari 3’OH bebas pada interior 5’ fosfat dengan melepaskan AMP. Keempat reaksi ini dikatalisis oleh ligase splicing. Akhirnya, kelompok 2’ fosfat terlepas melalui aktivitas fosfatase untuk menghasilkan molekul tRNA alami.
Autocatalytic splicing of Tetrahymena tRNA precursor
Metabolism terjadi melalui rantai dari enzim yang mengkatalisis reaksi. Semua enzim umumnya dalah protein yang mengandung polipeptida tunggal maupun kompleks yang membutuhkan kofaktor non protein untuk melakukan fungsinya. Oleh karena itu, ketika ikatan kovalen dipindahkan, diperkirakan reksi tersebut dikatalisis oleh enzim. Sehingga penemuan bahwa intron pada prekurson rRNA Tetrahymena termophila dikeluarkan tanpa melibatkan protein apapun. Saat ini telah diketahui bahwa aktivitas splicing yang terjadi pada intron dari precursor rRNA intrinsic kepada molekul RNA sendiri. Selain itu, self-splicing atau aktivitas autocatalytic telah ditunjukkan terjadi pada precursor rRNA dari beberapa eukariotik tingkat rendah dan sejumlah besar precursor rRNA, tRNA dan mRNA dalam mitokondria dan kloroplas pada berbagai spesies. Dalam kaitannya dengan banyak intron (kelompok I intron) pada molekul precursor RNA, mekanisme self-splicing sama dengan precursor rRNA Tetrahymena. Mekanisme lain (kelompok II intron) mirip dengan mekanisme splicing yang diobservasi dengan precursor mRNA nucleus kecuali jika tidak memerlukan aktivitas spliceosome. Eksisi autokatalitik dari intron pada Tetrahymena precursor rRNA tidak memerlukan sumber energy seperti ATP dan protein melainkan melibatkan rangkaian transfer ikatan fosfoester tanpa ikatan yang hilang dalam proses. Reaksi ini memerlukan guanine nucleoside atau nukleotida dengan 3’-OH bebas (GTP, GDP, GMP atau guanosine) sebagai kofaktor ditambah kation monovalent dan kation divalent. Persyaratan untuk G-3;-OH adalah mutlak karena tidak ada basa lain yang dapat disubstitusi ke dalam nukleosida atau kofaktor nukleotida. Intron dilepas dengan cara transfer dua ikatan fosfoester sehingga dapat dedarkan dengan menggunakan transfer ikatan fosfoester lain. Diduga aktivitas autokatalitik bergantung pada struktur sekunder dari molekul precursor RNA yang membawa kelompok reaktif untuk menjadi penjajaran tertutup yang memunkinkan transfer ikatan phosphoester terjadi. Karena transfer ikatan phosphoester terjadi karena reversible, degradasi yang cepat dari intron yang dipotong atau ekspor sambungan rRNA ke sitoplasma dapat mendorong splicing ke arah depan. Kunci penting dari reaksi splicing autokatalitik adalah intramolekuler dan tidak bergantung pada konsentrasi.prekursor RNA memungkinkan pembentukan pusat aktif degan gaunosin-3’-OH ikatan kofaktor. Sehingga tempat katalitik tidak dibatasi oleh protein tetapi juga tidak ada aktivitas trans katalitik untuk enzim, hanya aktivitas katalitik cis.
Pre-mRNA Splicing: snRNAs, snRNPs and the Spliceosome
Intron pada precursor mRNA nucleus (nucler pre-mRNA) dipotong dalam dua tahap seperti pada ragi dan Tetrahymena. Intron tidak dipotong dengan nuclease splicing sederhana dan ligase atau autokatalitik.nuclear pre-mRNA splicing dikeluarkan oleh struktur kompleks RNA/protein yang disebut spliceosome. Spliceosome yang mengandung set molekul RNA kecil disebut snRNA dan set protein yang belum didefinisikan sepenuhnya. Lima jenis snRNA yang disebut U1, U2, U4, U5 dan U6 terlibat dalam splicing pre- mRNA nucleus sebagai komponen spliceosome. snRNA bukan sebagai molekul RNA bebas, namun muncul sebagai protein RNA nucleus kecil yang kompleks yang disebut snRNP (small nuclear ribonucleopreotein). snRnp mampu menghasilkan antibody yang disebut autoantibodi karena dapat bereaksi dengan protein milik pasien. Antibody ini digunakan untuk menimbulkan snRNP sehingga dapat memfasilitasi pemurnian snRNP untuk penelitian struktur dan fungsi. Langkah pertama salam splicing pre-mRNA nucleus termasuk pemotongan pada intron splice site 5’ (intron IGT) dan bentuk dari hubungan phosphoester intramolecular antara karbon 5’ di lokasi pembelahan dan karbon 2’ dari residu dekat ujung 3’ dari intron. Proses ini terjadi pada spliceosome lengkap dan membutuhkan hidrolisis ATP. Fakta yang menunjukkan bahwa U1 sNRP harus mengikat daerah penyisipan 5’ untuk memulai reaksi pembelahan.
Pertanyaan 1. Mengapa sequence intron harus dibuang? 2. Bagaimanakah intron dan ekson terbentuk?