Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA NON


STERIL
SEMESTER IV TAHUN AKADEMIK 2017/2018

PENGENALAN ALAT LABORATORIUM


Oleh :
KELOMPOK 1

Florencia Irena Kuswanto 260110160122


Rusydina Sabila 260110160123
Marcellino 260110160124
Ega Megawati 260110160125
Nita Rahmasari 260110160126
Nabilah 260110160127
Hafiz Firnandi 260110160128
Aslamnur Fikri Ramadhana 260110160129
Sri Indrayani 260110160130

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


DEPARTEMEN FARMASETIKA DAN TEKNOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang…………………………………………………… 1


1.2. Tujuan Penulisan…………………………………………………. 1

BAB II. ISI

2.1. Alat Pencetak Tablet……………………………………………… 2


2.2. Alat Penyalut Tablet……………………………………………… 5
2.3. Dissolution Tester………………………………………………… 10
2.4. Disintegration Tester…………………………………………….. 13
2.5. Flow Tester……………………………………………………….. 14
2.6. Friability Tester………………………………………………….. 16
2.7. Hardness Terter………………………………………………….. 17
2.8. LOD (Lost on drying) Tester…………………………………….. 18
2.9. Sieve Shaker……………………………………………………… 19
2.10. Tap Density………………………………………………………. 21

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 23

i
BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam mempelajari bidang kefarmasian perlu diperhatikan berbagai
aspek penunjang, yaitu seperti ketersediaan media pembelajaran berupa
laboratorium dengan kualitas yang memenuhi standar serta berbagai alat
laboratorium yang memadai. Ketersediaan media pembelajaran tersebut
dapat mendukung aktifitas mahasiswa/i farmasi dalam merancang,
menciptakan, dan mengevaluasi berbagai sediaan farmasi dengan mudah
dan baik.
Disamping itu, disiplin ilmu juga perlu dikuasai seorang mahasiswa/i
farmasi untuk menghindari kesalahan dan mencapai keselamatan kerja
selama beraktifitas di dalam laboratorium, seperti contohnya mengetahui
nama, definisi, fungsi, cara penggunaan, ataupun cara pengolahan data dari
suatu alat laboratorium itu sendiri. Oleh karena itu, penulisan makalah ini
dimaksudkan untuk memberi informasi mengenai beberapa alat yang
umumnya terdapat dalam laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan
Solida Non Steril secara lebih mendalam agar dapat menjadi sumber
wawasan khususnya bagi mahasiswa/i farmasi yang membutuhkannya.

1.2. Tujuan Penulisan

a. Sebagai dokumen pemenuhan tugas Praktikum Formulasi dan


Teknologi Sediaan Solida Non Steril Fakultas Farmasi Universitas
Padjadjaran.

b. Sabagai referensi pembejaran mahasiswa/i khususnya bidang


kefarmasian mengenai alat-alat laboratorium untuk menghindari
kesalahan dan mencapai keselamatan kerja.

1
BAB II.
ISI

2.1. ALAT PENCETAK TABLET (Compression Tablet Machine)

A. FUNGSI ALAT

 Single Punch & Die : Mencetak satu tablet dalam satu waktu.

Pada pencetakan granul menjadi tablet, ada beberapa perubahan


hingga granul dapat berubah menjadi tablet yaitu penyusunan ulang dari
struktur granul akibat distribusi granul tersusun ulang diantara punch atas
dan punch bawah. Selanjutnya perubahan bentuk granul karena penekanan,
dan yang terakhir adalah granul termampatkan dan terjadi ikatan antar
granul sehingga menjadi tablet.

 Rotary Punch & Die : Mencetak tablet dalam jumlah besar.

Tablet terbentuk karena adanya gabungan tekanan antara punch & die.
Rotary Punch & Die merupakan alat mekanik yang terdiri dari beberapa
punch yang berputar untuk menekan serbuk/granul menjadi bentuk tablet
dengan ukuran yang seragam dan bentuk berbeda serta bobot yang seragam
untuk menghasilkan tablet dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan Single Punch Machine
(Pharmainfo, 2015).

2
B. KOMPONEN DASAR ALAT
a. Hopper, tempat untuk menyimpan granul dan yang mengalirkan granul
untuk di kempa
b. Die, tempat granul akan di cetak, menentukan ukuran dan bentuk tablet
c. Punch atas, alat untuk mengempa granul yang telah brada di die
d. Punch bawah, alat untuk mengeluarkan tablet yang tlah di cetak.

C. PROSEDUR
 Single Punch and Die
Tahap 1. Pengisian die dengan granul
Serbuk atau granul dialirkan dari hopper masuk kedalam die (aliran
sesuai grafitasi). Volume granul ditentukan oleh posisi punch bawah dan
lempeng die.

 Tahap 2. Pencetakan Granul


Pada tahap ini, Hopper akan kembali pada tempatnya dan punch atas
akan turun mengempa granul menjadi tablet. Selama tahapan ini ada
beberapa tahapan yang terjadi sehingga granul menjadi tablet, yaitu :
1. Penyusunan ulang dari struktur granul.
Ketika Punch atas mengempa granul maka distribusi granul akan tersusun
ulang diantara punch atas dan punch bawah.
2. Perubahan Bentuk granul dan pembentukan ikatan
Pada tahap ini akan terjadi perubahan bentuk granul krena penekanan, pada
awalnya terjadi deformasi elastis kemudian plastik.
3. Pembentukan ikatan intergranul.

3
Hasil dari penekanan, granul termampatkan dan terjadi ikatan antar granul
sehingga menjadi tablet.

 Tahap 3. Pengeluaran Tablet


Setelah Tablet dikempa, punch atas akan kembali ketempat aslinya
kemudian punch bawah akan bergerak keatas membawa tablet sejajar
dengan die. Setelah itu, hopper akan bergerak untuk mengisi granul kedalam
die sehingga tablet akan tergeser oleh hopper

(Armin, 2010).
 Rotary Punch and Die
1. Pastikan punch atas, punch bawah, dan die dalam keadaan baik pada rotary
machine.
2. Feed frame terpasang pada mesin bersama dengan feed hopper dan
disesuaikan dengan berat dan kekerasan yang digunakan.
3. Kemudian, hopper diisi dengan granul atau serbuk yang akan dibuat tablet.
Ketika mesin dinyalakan, hopper akan mengantarkan serbuk atau granul
menuju feed frame melewati bagian tengah yang mengandung die.

4
4. Bagian kepala berputar, die menuju bagian bawah feed frame secara
berturut-turut dan terisi serbuk atau granul. Material mengalami penekanan
ketika punch atas dan punch bawah saling mendekat.
5. Tablet yang tercetak dikeluarkan, dan siklus berulang (Pharmainfo, 2015).

D. PERSYARATAN / PARAMETER
Granul yang akan dicetak oleh pengempa menjadi tablet haruslah
memenuhi standar diantaranya, memiliki sifat alir yang baik, memiliki
kompresibilitas yang baik, kapasitas yang tinggi yang menggambarkan
kemampuan untuk menahan sifat-sifat kompaksinya saat dicampur dengan
bahan aktif. Disamping itu, granul juga harus memiliki distribusi ukuran
partikel yang baik untuk menghindari terjadinya segresi, memiliki densitas
ruahan yang tinggi, serta reprodusibel dalam produksi baik (Hadisoewignyo,
2013).

2.2. ALAT PENYALUT TABLET (Coating Machine)

A. FUNGSI

Sesuai dengan namanya, alat ini digunkaan untuk menyalut tablet. Tujuan
penyalutan tablet yaitu menutupi rasa, bau dan warna obat yang tidak
menyenangkan dan memudahkan pasien untuk menelan tablet (Porter & Bruno,
1990). Disamping itu, tablet salut juga dapat menjaga stabilitas obat seperti
melindungi obat dari kelembapan, oksigen dan cahaya. Jenis tablet salut yang
berkembang antara lain tablet salut gula dan tablet salut lapis (Carstensen, 2001).

5
- Penyalutan dengan panci (pan coating)

Proses penyalutan menggunakan panci penyalut (pan coating) dan untuk


memudahkan gerak tablet dalam panci penyalut dibantu dengan pemasangan
penyangga di dalam panci penyalut. Bahan penyalut yang digunakan dibuat
dalam bentuk larutan dan disemprot ke dablet dengan bantuan spray-gun (alat
untuk mengubah cairan penyalut menjadi partikel-partikel halus berbentuk kabut
ketika disemprotkan). Pengeringannya dengan cara mengalirkan udara panas dan
penghisapan udara melalui bagian terbuka dari panci penyalut secara bergantian
(Gangga, 2012).

B. KOMPONEN DASAR ALAT


1. Panci penyalut
Panci ini berbentuk bulat atau heksagonal, terbuat dari tembaga atau besi
dengan stainless steel berdiameter 8 inchi sampai 6 kaki dan dilengkapi
dengan penyangga untuk memperbaiki gerakan tablet dalam panci. Panci
dipasang dengan kemiringan 30o-50o untuk mempermudah proses
penyemprotan.
2. Alat penghisap udara
Alat ini dihubungkan dengan panci oleh semacam pipa, untuk mengisap
debu yang menempel pada tablet yang akan disalut dan uap pelarut selama
proses penyalutan.
3. Alat peniup udara panas

6
Alat ini juga dihubungkan dengan panci penyalut oleh semacam pipa yang
berguna untuk mempercepat penguapan pelarut agar tablet tidak terlalu
basah.
4. Liquid flow regulator
Alat ini diperlukan untuk menghisap larutan penyalutan dari wadahnya dan
mengalirkannya ke alat penyemprot yang terpasang di dalam panci penyalut.
Dengan alat ini, kecepatan aliran penyemprotan dapat diatur.
5. Spray-gun
Alat ini berguna untuk mengubah cairan penyalut menjadi partikel-partikel
halus berbentuk kabut ketika disemprotkan. Prinsip kerjanya yaitu sewaktu
larutan penyalut mengalir melalui celah spray-gun dalam waktu bersamaan
dialirkan udara bertekanan sehingga larutan akan terdispersi menjadi
partikel halus yang diperlukan untuk membuat lapisan tipis yang homogen
pada permukaan tablet
(Agoes, 1983).
C. PROSEDUR
Proses penyalutan tablet dilakukan dalam 4 tahap yaitu :
1. Penutupan atau Sealing
Tujuan penutupan atau sealing adalah untuk memperkuat inti tablet
dan mencegah masuknya air kedalam inti.
Cara penyalutan :
 Tablet yang telah bersih dari debu dimasukkan kedalam panci penyalut,
kemudian panci dipanaskan hingga suhu ± 40°C, panci digerakkan dengan
kecepatan 25 rpm, temperatur udara yang digunakan diatur tetap ± 40°C.
 Segera setelah panci digerakkan permukaan tablet disemprotkan sedikit
demi sedikit agar hasil penyemprotannya merata dengan baik. Larutan
sealling disemprotkan sedemikian rupa sehingga seluruh tablet basah.
 Dalam waktu 2-3 menit, jika larutan sudah mulai menguap, dan massa tablet
melengket, bubuk tabur ditambahkan seperlunya. Tablet didiamkan sampai
kering.

7
 Pemakaian lapisan sealling selanjutnya dilakukan 15-20 menit sesudah
pemakaian sebelumnya, agar tablet benar-benar kering
 Setelah selesai dilakukan penyalutan sealling yang menutupi seluruh pori-
pori tablet, tablet dikeluarkan dari panci dan dikeringkan dilemari pengering
pada suhu 30-40o C selama 24 jam agar pelarut yang tertinggal dapat
menguap.

2. Penyalutan Dasar atau Subcoating


Penyalutan dasar merupakan tahap inti pertama dari proses salut gula
yang membulatkan pinggiran tablet dan menambah bobot inti. Tahap ini
dikerjakan dengan cara suspensi. Secara umum proses penyalutan sub
coating adalah sebagai berikut :
 Tablet hasil penyalutan sealling yang telah kering dan bersih dari debu ke
dimasukkan kedalam panci penyalut.
 Panci penyalut diputar dengan kecepatan 10-20 rpm, pemanas dinyalakan.
 Larutan sub coating ditambahkan pada tablet, kemudian tablet dibiarkan
memutar selama 15-20 menit, selanjutnya tablet dibiarkan mengering
 Lapisan selanjutnya ditambahkan setelah dipastikan tablet telah kering, bila
tablet melekat, bubuk penabur ditambahkan secukupnya
 Setelah pelapisan terakhir, tablet dibiarkan dalam panci selama 24 jam agar
tablet benar-benar kering, panci diputar secara periodik bila diperlukan.

3. Penghalusan (smoothing) dan Pewarnaan (colouring)


Tablet hasil penyalutan dasar biasanya cenderung mempunyai
permukaan yang kasar. Tahap ini bertujuan untuk memperhalus permukaan
tablet sekaligus proses pewarnaan. Penyalutan dilakukan dengan cara
menyemprotkan tablet dengan larutan smoothing sedikit demi sedikit
sampai dicapai kehalusan tablet yang kita inginkan. Selanjutnya pewarnaan
atau colouring dilakukan sekaligus pada tahap ini, jika permukaan tabletnya
telah cukup halus. Setelah selesai tablet dikeluarkan, panci dan spray gun
dibersihkan, lalu tablet dimasukan kedalam oven pengering.

8
4. Pengkilapan atau Polishing
Pengkilapan dilakukan dengan memasukkan tablet yang telah disalut
ke dalam panci berlapis kain kanvas. Larutan pengkilap disemprotkan yang
terdiri dari larutan lilin dalam pelarut organik sedikit demi sedikit, sampai
dihasilkan kilapan yang diinginkan. Tablet diletakkan dalam panci penyalut,
putar panci, jangan nyalakan pemanas. Karena proses penyalutan tablet salut
gula memerlukan tahapan yang panjang. Oleh karena itu perlu keterampilan
operator sehingga dapat dihasilkan tablet salut dengan penampilan yang
baik
(Charles, 2010).
D. PERSYARATAN / PARAMETER
Tablet yang disalut haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu:
1. Permukaan tablet harus benar-benar licin.
2. Lapisan penyalut harus stabil dan tidak cacat.
3. Pewarnaan yang homogen pada lapisan tipis yang berwarna dan tidak boleh
terjadi migrasi zat warna ke dalam inti tablet.
4. Lapisan penyalut tidak boleh menunjukkan sifat mudah pecah dan retak.
5. Penyalutan harus dapat melindungi tablet inti terhadap pengaruh udara
kelembapan dan cahaya.
6. Penyalutan harus mempunyai rasa yang menyenangkan dan dapat menutupi
rasa dan bau yang tidak enak dari tablet inti.
7. Pada umumnya, lapisan penyalut harus melarut dalam media cairan
lambung dengan jangka waktu sesingkat mungkin.
8. Penyalutan yang digunakan tidak boleh merusak atau mengurangi aktivitas
bahan obat (Martin, et. al., 1993).

9
2.3. DISSOLUTION TESTER

A. FUNGSI
Disolution tester merupakan suatu alat untuk mengidentifikasi atau
mengkarakterisasi sifat pelarutan bahan obat aktif, pelepasan, dan
penyampaiannya menuju target di dalam tubuh pasien. Uji disolusi
menstimulasi ketersediaan zat aktif dan memungkinkan prediksi waktu
selama pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya. Disamping itu, uji
disolusi digunakan untuk merumuskan bentuk dosis obat serta untuk
mengembangkan spesifikasi pengendalian mutu dalam proses
pembuatannya.

B. PROSEDUR

Gambar 1. Metode Keranjang Gambar 2. Metode Dayung

10
1. Periksa kondisi media, nilai pH, rpm, waktu pengambilan cuplikan, metode,
alat
2. Pemeriksaan kembali alat yang akan digunakan, diantaranya: periksa
kelurusan tangkai pengaduk, kondisi dayung/ keranjang, kecepatan putaran
pengaduk, Serta pasang keranjang/dayung dengan jarak 2,5 cm ± 2 mm dari
dasar wadah
3. Atur suhu penangas agar diperoleh suhu 37°C ± 0,5°C pada setiap wadah
4. Atur agar permukaan air dalam penangas air lebih tinggi daripada
permukaan media dalam wadah.
5. Masukkan sampel :
- Jika menggunakan metode keranjang masukkan 1 unit sediaan kedalam
keranjang
- Jika penggunaan dayung : masukkan 1 unit sediaan ke dalam tiap wadah
sedemikian rupa sehingga tepat di bawah dayung.
6. Tentukan waktu sampling dengan menggunakan stopwatch, atur dengan
baik agar waktu sampling tepat waktu dan jalankan alat dengan kecepatan
yang sesuai dengan ketentuan monografi
7. Lakukan sampling pada waktu tertentu ditempat yang tepat dan selalu di
bagian tempat yang sama di tiap wadah
8. Sample yang diambil disaring melalui filter yang sesuai dengan metode
pengujian kemudian tetapkan kadar zat aktifnya dengan metode yang sesuai

C. PERSYARATAN/PARAMETER
1. Sediaan terdisolusi segera
- S1 : terdiri dari 6 unit sediaan. Tiap unit ≥ Q + 5 %
- S2 : Terdiri dari 6 unit sediaan. Rata-rata 12 unit (S1 + S2) ≥ Q dan tidak
satu unit pun < Q – 15 %
- S3 : Terdiri dari 12 unit sediaan. Rata-rata 24 unit (S1 + S2 + S3) ≥ Q ;
dan 2 unit < Q – 15 % dan tidak satu unitpun < Q – 25 %
Keteraangan Q : jumlah zat aktif terlarut
2. Sediaan lepas tunda (DR)

11
a. Tahap Asam : 750 ml; 0,1 N HCl : 2 jam ± 2 % :
- S1 : 6 unit sediaan. Tiap unit < 10 % Q
- S2 : 6 unit seidaan. Rata-rata 12 unit (S1 + S2) < 10 % dan satu unitpun
> 25 % Q
- S3 : 12 unit sediaan. Rata-rata 24 unit (S1 + S2 + S3) < 10 % q dan
tidak ada unitpun > 25 % Q
b. Tahap Tahap Dapar : + 250 ml : 0,20 m Na-trifosfat atur pH sampai 6,8 ±
0,05 pada suhu 370 C disolusi dilanjutkan sesuai ketentuan monografi
- S1 : 6 unit sediaan. Tiap unit > Q + 5 %
- S2 : 6 unit sediaan. Rata-rata 12 unit (S1 + S2)³ Q dan tidak satu
unitpun > Q + 15 %
- S3 : 12 unit sediaan. Rata-rata 24 unit (S1 + S2 + s3)³ Q, 2 unit > Q –
15 % dan tidak satu unitpun < Q - 25 %
3. Sediaan lepas lambat (SR)
Waktu (Jam) Jumlah Terlarut
1 Antara 30% dan 45 %
4 Antara 60 % dan 80 %
6 Antara 70 % dan 90 %
8 Tidak kurang dari 90 %
0,25 D Antara 20 % dan 50 %
0,500 D Antara 45 % dan 75 %
1,00 D Tidak kurang dari 75%

D = interval dosis sesuai etiket (8 jam sampai 12 jam)


D = 18 jam
4. Sediaan transdermal
- S1 : 6 unit sediaan tidak satu unitpun diluar batas penerimaan
- S2 : 6 unit sediaan. Rata-rata 12 unit (s1 + s2) dalam batas penerimaan tidak
satu unitpun < 10 %
- S3 : 12 unit sediaan. Rata-rata 24 unit (s1 + s2 + s3) dalam batas penerimaan.
2 unit < 10 % dan tidak satu unitpun bervariasi > 20 % (Depkes, 2014).

12
2.4. DISINTEGRATION TESTER

A. FUNGSI
Untuk melihat seberapa lama obat (tablet) bisa hancur didalam tubuh
atau saluran cerna yang ditandai dengan sediaan menjadi larut, terdispersi,
atau menjadi lunak.

B. PROSEDUR

Aquadest dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer, lalu dipanaskan


hingga suhu 370C ± 20C sambil diukur dengan menggunakan thermometer.
Diambil 18 tablet lalu masing- masing tablet dimasukkan ke dalam tabung
kemudian cakram dimasukkan kedalam masing- masing tabung. Tabung
dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer yang berisi aquadest yang telah
dipanaskan, kemudian alat dinyalakan. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak
hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya. Data hasil
pengujian waktu hancur tablet dicatat (Depkes RI, 1995).
a. Masukkan 6 tablet ke dalam tabung, dimana tiap 1 tabung diisi dengan
1 tablet.
b. Naik turunkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit.
c. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di
atas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut.
d. Catat waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing tablet untuk hancur.
(Sulaiman, 2007).

13
C. PERSYARATAN
Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah
kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut non enterik
kurang dari 30 menit. Sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh
hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera
hancur dalam medium basa. Tablet yang memiliki waktu hancur yang
sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dapat memberikan
efek terapi yang cepat. Waktu yang diperbolehkan untuk
menghancurkan tablet tidak bersalut salut enterik adalah tidak lebih
dari 15 menit (Depkes RI, 1979).

2.5. FLOW TESTER (EVALUASI GRANUL ATAU SERBUK)

A. FUNGSI
Untuk mengukur laju alir serbuk guna mengevaluasi serbuk atau garbul
yang umumnya dilakukan sebelum granul/serbuk dikempa menjadi tablet
(Lachman, 1994).

B. PROSEDUR
Granul dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir. Setelah itu, penutup
corong dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang datar.
Waktu yang diperlukan seluruh massa serbuk/granul untuk melalui corong
dan berat massa dicatat. Laju alir dinyatakan sebagai jumlah gram massa
serbuk/granul yang melalui corong perdetiknya. Di samping itu, dihitung

14
juga sudut diamnya dengan mengukur diameter dan tinggi tumpukan granul

yang terbentuk, yaitu: 𝑎 = tan( 𝑟 )

a = sudut istirahat
h = tinggi tumpukan
r = jari-jari tumpukan serbuk
(Aulton, 1988).

C. PERSYARATAN

Waktu alir serbuk yang baik adalah jika waktu yang diperlukan kurang
lebih atau sama dengan 10 detik untuk 100 gram serbuk. Dengan demikian
kecepatan alir yang baik adalah lebih besar dari 10 gram/detik (Lachman,
1994).

Kecepatan Alir (g/detik) Sifat Aliran


> 10 Sangat baik
4-10 Baik
1,6-4 Sukar
< 1,6 Sangat sukar
Hubungan Kecepatan Alir dengan Sifat Aliran Serbuk (Aulton, 1988).

Sudut Istirahat Sifat Aliran


< 25 Sangat baik
25-30 Baik
30-40 Cukup
> 40 Sangat sukar
Hubungan Sudut Istirahat dengan Sifat Aliran Serbuk (Aulton, 1988).

15
2.6. FRIABILITY TESTER

A. FUNGSI
Selama proses pembuatan, pengemasan, maupun pendistribusian,
umunya tablet akan selalu mengalami abrasi dan guncangan mekanis.
Sehingga perlu dilakukan uji kerapuhan (friability) untuk mengetahui
kualitas formulasi tablet dan memprediksi kerusakan pada tampilan tablet
setelah proses yang dialaminya. Melalui friability test, dapat digambarkan
persenan bobot yang hilang setelah diguncang atau dengan kata lain dapat
diketahui ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialami
selama pengemasan, pengiriman dan penyimpanan (Banne, dkk, 2012).

B. PROSEDUR
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibebas
debukan dan ditimbang (w1 gram). Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan
ke dalam friabilator, dan alat disetting dengan kecepatan putaran 25 rpm
selama 4 menit. Setelah itu tablet dikeluarkan, lalu dibersihkan dan
ditimbang kembali (w2 gram). Kemudian dihitung dengan rumus:
𝑤1 − 𝑤2
% 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 = 𝑥 100%
𝑤1

(Banne, dkk, 2012).


C. PERSYARATAN/PARAMETER
Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1 % (Sulaiman, 2007).

16
2.7. HARDNESS TESTER

A. FUNGSI
Hardness tester digunakan untuk pengukuran kekerasan suatu tablet.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, pengukuran kekerasan tablet
digunakan untuk mengetahui tingkat kerapuhan atau kekerasan suatu tablet.
Kekerasan tablet ini erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet
dan waktu hancur tablet. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan (Parrott, 1971).

B. PROSEDUR
Uji kekerasan dilakukan dengan mengambil 20 tablet, lalu diukur
kekerasannya menggunakan alat “Hardness tester”, Akan didapatkan gaya
(Newton) yang dibutuhkan untuk menghancurkan tablet yang umumnya
berskala 70-100 N, kemudian hitung rata rata dan Standard Deviation
(Gunawan, 2013).

C. PERSYARATAN/PARAMETER
Syarat kekerasan tablet yaitu 4 kg/cm2-10 kg/cm2. Namun hal ini tidak
mutlak. Apabila kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima
dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan.
Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih
memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang
dipersyaratkan (Sulaiman, 2007).

17
2.8. LOSS ON DRYING/LOD (EVALUASI GRANUL ATAU SERBUK)

A. FUNGSI
- menentukan nilai bobot akhir dan bobot awal dari granul dan dijadikan
sebagai evaluasi granul.
- untuk mengetahui seberapa banyak kadar air yang tersembunyi dalam setiap
barang yang diuji (Lachman,1994).
B. PROSEDUR
Ditimbang sebanyak 10 gram serbuk untuk diuji nilai kadar air. Alat
dinyalakan dengan menekan tombol “ON”. Dibuka LOD secara otomatis.
Lalu, ditekan tombol “TARE” untuk menara suhu dan bobot dari serbuk.
Dimasukkan serbuk 10 gram ke dalam tempat serbuk berbahan aluminium
foil. Ditutup LOD secara otomatis dan dipastikan bobot serbuk sebelum
diuji telah konstan. Ditekan tombol “START” yang ditandai dengan nyala
lampu pada alat LOD dengan suhu 70oC. Ditunggu hingga bobot akhir
konstan atau biasanya selama 10 menit alat otomatis berhenti bekerja.
Dicatat nilai bobot serbuk akhir yang tertera pada alat. Dihitung dan
ditentukan kadar air serbuk tersebut dengan menggunakan rumus:

𝑊𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑊𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝐿𝑜𝑠𝑠 𝑂𝑛 𝐷𝑟𝑦𝑖𝑛𝑔 = 𝑥 100%(Lachman, 1994).
𝑊𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

C. PERSYARATAN/PARAMETER
Kadar air yang baik presentasinya 2-5% (Lachman, 1994).

18
2.9. SIEVE SHEKER

A. FUNGSI

Sieve Shaker merupakan alat yang terbuat dari kawat, silk, atau
plastik, logam, atau pelat logam berlubang yang umum digunakan untuk
menguji atau mengevasluasi distribusi ukuran partikel serbuk/granul dengan
cepat, yaitu memisahkan padatan dengan ukuran tertentu menggunakan
peralatan penyaringan berlapis yang mempunyai nilai mesh saringan yang
berbeda-beda. Alat ini memanfaatkan getaran yang memudahkan partikel
yang hendak dipisahkan bisa melewati ayakan. Getaran yang dihasilkan,
selain untuk meratakan permukaan bahan yang akan diayak juga berfungsi
untuk mengarahkan bahan yang tidak tersaring, Sieve shaker biasanya
digunakan pada bidang farmasi yang dimana sebagai pengayak obat dalam
bentuk bubuk. Sieve shaker modern biasanya digerakkan dengan electro
magnetik yang bergerak dengan menggunakan sistem pegas yang mana
getaran yang dihasilkan dialirkan ke ayakan dan dilengkapi dengan kontrol
waktu
(Mulyadi dkk, 2011).

B. PROSEDUR

Sebanyak 20 gram granul atau serbuk telah dimasukkan ke dalam


mesh dengan nomor terkecil dan mesin dinyalakan. Tegangan akan masuk
ke semua rangkaian, ketika mikrokontroller aktif maka akan menampilkan
karakter menu pemilihan waktu dan mode pada display LCD melalui port C
(umumnya dipilih laju perputaran menunjuk angka 10 selama 15 menit).

19
Saat Tombol enter ditekan setelah melakukan pemilihan mode, maka
mikrokontroller akan mengaktifkan timer sehingga drain mosfet akan aktif
dan motor berputar. Saat motor mulai berputar, maka timer counter down
akan aktif sesuai dengan pengaturan waktu yang dinginkan dan mekanik
ayakan bergerak hingga saat waktu counter habis dan buzzer akan on dan
motor akan off. Kemudian hasil dari masing-masing mesh ditimbang dan
persentase fines dihitung lalu dibuat kurva hubungan antara ukuran partikel
granul yang tertambat pada masing-masing ayakan (Sanchia, dkk, 2012).

Sieve Number Sieve Opening


70,0 212,00 µm
80,0 180,00 µm
100,0 150,00 µm
120,0 125,00 µm
200,0 75,00 µm
230,0 63,00 µm
270,0 53,00 µm
325,0 45,00 µm
400,0 38,00 µm
(Mariyani, 2007).
C. UKURAN PARTIKEL YANG BAIK

Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan besar dalam


pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya. Distribusi
ukuran partikel merupakan parameter yang sangat penting yang akan
memperngaruhi kemampatan, kekerasan, ketebalan, disintegran, disolusi,
variasi bobot, dan keseragaman kandungan tablet. Seperti untuk sediaan
talkum, ukuran partikel yang baik ialah sekitar 0,3066 mm agar obat dapat
terdistribusi dengan baik dikulit dan efek yang diinginkan tercapai. Namun
keberadaan fines pada serbuk yang terlalu banyak pula akan mengganggu
sifat alir dari serbuk bahan obat yang digunakan sehingga akan mengganggu
proses produksi obat (Siregar, 2010).
Sedangkan untuk suspensi, bahan serbuk untuk formula suspensi
yang memiliki ukuran partikel rentang dari 1-50 µm akan dapat terdispersi

20
dengan baik dalam saluran gastro intestinal dan didistribusi tanpa adanya
kerusakan (Parrot, 1979). Pada salep mata yang mengandung partikel padat
memiliki batas ukuran partikel standar yaitu < 25 µm (Aulton, 2007).

2.10. TAP DENSITY

A. FUNGSI
Tap density merupakan salah satu alat yang digunakan untuk
mengevaluasi granul atau serbuk. Hasil yang didapatkan berupa penurunan
volume sejumlah granul atau serbuk akibat hentakan (tapped) dan getaran
(vibration) hingga didapatkan perhitungan diantaranya bobot jenis mampat,
serta bobot jenis sejati, kadar pemampatan, persen kompresibilitas, maupun
perbandingan Haussner. (Fassihi dan Kanfer, 1986).

Kompresibilitas granul dipengaruhi nilai bobot jenis mampat dan


bobot jenis nyata. Kompresibilitas diperoleh dari hasil perbandingan selisih
antara bobot jenis mampat dan bobot jenis nyata dengan bobot jenis mampat
(Labindia, 2015).
𝑔
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 ( )
𝑚𝐿
Kerapatan mampat =𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛

Berat granul (g/mL)


Kerapatan nyata= Volume awal granul

B. PROSEDUR
Kerapatan curah didapat dari sejumlah tertentu serbuk yang ditimbang
kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur lalu dicatat volumenya. Untuk

21
mendapatkan kerapatan mampat, gelas ukur yang berisi serbuk tersebut
diketukkan setinggi 2,5 cm dalam interval 2 detik. Setiap 10 ketukan
volume dicatat sampai volumenya tidak berubah (Lachman, 1994).

Pengukuran lain dari sebuk yang bebas mengalir adalah kompresibilitas


yang dihitung dari kerapatan serbuk, yaitu dengan memasukkan sejumlah
tertentu serbuk kedalam gelas ukur. Volume awal dicatat, kemudian
diketuk-ketuk sampai tidak terjadi pengurangan volume. Selanjutnya
dihitung persen kompressibilitasnya. (Lachman, 1994).

C. PERSYARATAN
- Kadar pemampatan yang memenuhi persyaratan yaitu ≤ 20%.
- Perbandingan angka Haussner dinyatakan dengan membagi bobot
mampat dan bobot nyata. Semakin tinggi faktor Haussner, maka
semakin buruk sifat aliran granul. Angka haussner yang baik adalah ≈1
.
- Penentuan kompresibilitas digunakan untuk menghasilkan tablet yang
baik. Kompresibilitas dapat dilihat dari harga indeks Carr yang dihitung
dengan rumus:

Kerapatan mampat−Kerapatan nyata


𝒊𝒏𝒅𝒆𝒌𝒔 𝑪𝒂𝒓𝒓 = x 100%
Kerapatan mampat

- Kompresibilitas granul dinyatakan dalam persen.

Kompresibilitas (%) Sifat Aliran


5-12 Sangat Baik
12-18 Baik
18-23 Cukup
23-33 Kurang
33-38 Sangat Kurang
>38 Sangat Buruk

Hubungan antara indeks Carr dengan jenis aliran serbuk (Aulton,


1988).

22
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin. 1983. Penyalutan Tablet. Bandung : Multi Karya Ilmu.


Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah. Edisi keempat. Jakarta: UI Press.
Armin, H. Gerhardt. 2010. Fundamentals of Tablet Compression. Journal of GXP
Compliance. Vol 14 : (1).
Aulton, M. E. 1988. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design: Health
Science Book. New York: Churchill Livingstone.
Aulton, M. E. 2007. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design. Spain:
Churchill Living Stone.
Carstensen, J. T. 2001. Advanced Pharmaceutical Solids. New York : Marcel
Dekker Inc.
Charles. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar - Dasar Praktis. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal : 1086-1087.
Fassihi., A. R and Kanfer, L. 1986. Effect of Compressibility and Powder Flow
Properties on Tablet Weight Variation in: Drug Development and
Industrial Pharmacy, 12nd edition. Africa: Marcell Dekker.
Gangga, Charla Artha. 2012. Skripsi : Formulasi Tablet Salut Tipis Ekstrak Meniran
(Phyllantyhus Niruri Linn) Menggunakan Pragelatinisasi Pati Singkong Ftalat sebagai
Bahan Penyalut. Universitas Indonesia.
Hadisoewignyo. 2013. Sediaan Solida. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Labindia. 2015. Tap Density Tester. Avaible at http://www.labindia-analytical.com/tap-
density-tester.html [Diakses pada tanggal 09 Maret 2018].
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Indrustri. Edisi Ketiga. Vol III. Jakarta: UI Press.

23
Mariyani, K. 2007. Pengaruh Konsentrasi Amilum Jagung Pregelatinasi sebagai
Bahan Penghancur terhadap Sifak Fisik Tablet Vitamin E untuk Anjing.
Bali: FMIPA Universitas Udayana.
Mulyadi, Dafit, Ika Yuni Astuti, dan Binar Asrining Dhiani, 2011. Formulasi
Granul Instan Jus Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L) Dengan
Variasi Konsentrasi Povidon Sebagai Bahan Pengikat Serta Kontrol
Kualitasnya. Pharmacy, Vol.08 No. 03.
Parrot M., 1979. Pharmaceutical Thecnology. Universitas of Lowa Hana.
Pharmainfo. 2015. Multiple Station Tablet Rotary Press. Available at
http://www.pharmainfo.net/book/pharmaceutical-machines-
tabletpress/multiplestation-tablet-rotary-press [Diakses tanggal 8 Maret
2018].
Porter, S. C., & Bruno, C. H. 1990. Coating of Pharmaceutical Solid Dosage Forms. New York:
Marcel Dekker.
Sanchia Janita Khodijah, Hj. Her Gumiwang Ariswati,ST,MT, Tribowo Indrato,
ST,MT., 2012. Mini Sieve Shaker. Surabaya : Politeknikes Surabaya.
Siregar, C.J.P. 1992. Proses Validasi Manufaktur Sediaan Tablet. FMIPA, ITB:
Bandung.
Siregar, C.J.P. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Jakarta: EGC.
Sulaiman, T.N.S. 2007. Teknologi & Formulasi Sediaan Tablet. Pustaka
Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai