BAB I. PENDAHULUAN
i
BAB I.
PENDAHULUAN
1
BAB II.
ISI
A. FUNGSI ALAT
Single Punch & Die : Mencetak satu tablet dalam satu waktu.
Tablet terbentuk karena adanya gabungan tekanan antara punch & die.
Rotary Punch & Die merupakan alat mekanik yang terdiri dari beberapa
punch yang berputar untuk menekan serbuk/granul menjadi bentuk tablet
dengan ukuran yang seragam dan bentuk berbeda serta bobot yang seragam
untuk menghasilkan tablet dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan Single Punch Machine
(Pharmainfo, 2015).
2
B. KOMPONEN DASAR ALAT
a. Hopper, tempat untuk menyimpan granul dan yang mengalirkan granul
untuk di kempa
b. Die, tempat granul akan di cetak, menentukan ukuran dan bentuk tablet
c. Punch atas, alat untuk mengempa granul yang telah brada di die
d. Punch bawah, alat untuk mengeluarkan tablet yang tlah di cetak.
C. PROSEDUR
Single Punch and Die
Tahap 1. Pengisian die dengan granul
Serbuk atau granul dialirkan dari hopper masuk kedalam die (aliran
sesuai grafitasi). Volume granul ditentukan oleh posisi punch bawah dan
lempeng die.
3
Hasil dari penekanan, granul termampatkan dan terjadi ikatan antar granul
sehingga menjadi tablet.
(Armin, 2010).
Rotary Punch and Die
1. Pastikan punch atas, punch bawah, dan die dalam keadaan baik pada rotary
machine.
2. Feed frame terpasang pada mesin bersama dengan feed hopper dan
disesuaikan dengan berat dan kekerasan yang digunakan.
3. Kemudian, hopper diisi dengan granul atau serbuk yang akan dibuat tablet.
Ketika mesin dinyalakan, hopper akan mengantarkan serbuk atau granul
menuju feed frame melewati bagian tengah yang mengandung die.
4
4. Bagian kepala berputar, die menuju bagian bawah feed frame secara
berturut-turut dan terisi serbuk atau granul. Material mengalami penekanan
ketika punch atas dan punch bawah saling mendekat.
5. Tablet yang tercetak dikeluarkan, dan siklus berulang (Pharmainfo, 2015).
D. PERSYARATAN / PARAMETER
Granul yang akan dicetak oleh pengempa menjadi tablet haruslah
memenuhi standar diantaranya, memiliki sifat alir yang baik, memiliki
kompresibilitas yang baik, kapasitas yang tinggi yang menggambarkan
kemampuan untuk menahan sifat-sifat kompaksinya saat dicampur dengan
bahan aktif. Disamping itu, granul juga harus memiliki distribusi ukuran
partikel yang baik untuk menghindari terjadinya segresi, memiliki densitas
ruahan yang tinggi, serta reprodusibel dalam produksi baik (Hadisoewignyo,
2013).
A. FUNGSI
Sesuai dengan namanya, alat ini digunkaan untuk menyalut tablet. Tujuan
penyalutan tablet yaitu menutupi rasa, bau dan warna obat yang tidak
menyenangkan dan memudahkan pasien untuk menelan tablet (Porter & Bruno,
1990). Disamping itu, tablet salut juga dapat menjaga stabilitas obat seperti
melindungi obat dari kelembapan, oksigen dan cahaya. Jenis tablet salut yang
berkembang antara lain tablet salut gula dan tablet salut lapis (Carstensen, 2001).
5
- Penyalutan dengan panci (pan coating)
6
Alat ini juga dihubungkan dengan panci penyalut oleh semacam pipa yang
berguna untuk mempercepat penguapan pelarut agar tablet tidak terlalu
basah.
4. Liquid flow regulator
Alat ini diperlukan untuk menghisap larutan penyalutan dari wadahnya dan
mengalirkannya ke alat penyemprot yang terpasang di dalam panci penyalut.
Dengan alat ini, kecepatan aliran penyemprotan dapat diatur.
5. Spray-gun
Alat ini berguna untuk mengubah cairan penyalut menjadi partikel-partikel
halus berbentuk kabut ketika disemprotkan. Prinsip kerjanya yaitu sewaktu
larutan penyalut mengalir melalui celah spray-gun dalam waktu bersamaan
dialirkan udara bertekanan sehingga larutan akan terdispersi menjadi
partikel halus yang diperlukan untuk membuat lapisan tipis yang homogen
pada permukaan tablet
(Agoes, 1983).
C. PROSEDUR
Proses penyalutan tablet dilakukan dalam 4 tahap yaitu :
1. Penutupan atau Sealing
Tujuan penutupan atau sealing adalah untuk memperkuat inti tablet
dan mencegah masuknya air kedalam inti.
Cara penyalutan :
Tablet yang telah bersih dari debu dimasukkan kedalam panci penyalut,
kemudian panci dipanaskan hingga suhu ± 40°C, panci digerakkan dengan
kecepatan 25 rpm, temperatur udara yang digunakan diatur tetap ± 40°C.
Segera setelah panci digerakkan permukaan tablet disemprotkan sedikit
demi sedikit agar hasil penyemprotannya merata dengan baik. Larutan
sealling disemprotkan sedemikian rupa sehingga seluruh tablet basah.
Dalam waktu 2-3 menit, jika larutan sudah mulai menguap, dan massa tablet
melengket, bubuk tabur ditambahkan seperlunya. Tablet didiamkan sampai
kering.
7
Pemakaian lapisan sealling selanjutnya dilakukan 15-20 menit sesudah
pemakaian sebelumnya, agar tablet benar-benar kering
Setelah selesai dilakukan penyalutan sealling yang menutupi seluruh pori-
pori tablet, tablet dikeluarkan dari panci dan dikeringkan dilemari pengering
pada suhu 30-40o C selama 24 jam agar pelarut yang tertinggal dapat
menguap.
8
4. Pengkilapan atau Polishing
Pengkilapan dilakukan dengan memasukkan tablet yang telah disalut
ke dalam panci berlapis kain kanvas. Larutan pengkilap disemprotkan yang
terdiri dari larutan lilin dalam pelarut organik sedikit demi sedikit, sampai
dihasilkan kilapan yang diinginkan. Tablet diletakkan dalam panci penyalut,
putar panci, jangan nyalakan pemanas. Karena proses penyalutan tablet salut
gula memerlukan tahapan yang panjang. Oleh karena itu perlu keterampilan
operator sehingga dapat dihasilkan tablet salut dengan penampilan yang
baik
(Charles, 2010).
D. PERSYARATAN / PARAMETER
Tablet yang disalut haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu:
1. Permukaan tablet harus benar-benar licin.
2. Lapisan penyalut harus stabil dan tidak cacat.
3. Pewarnaan yang homogen pada lapisan tipis yang berwarna dan tidak boleh
terjadi migrasi zat warna ke dalam inti tablet.
4. Lapisan penyalut tidak boleh menunjukkan sifat mudah pecah dan retak.
5. Penyalutan harus dapat melindungi tablet inti terhadap pengaruh udara
kelembapan dan cahaya.
6. Penyalutan harus mempunyai rasa yang menyenangkan dan dapat menutupi
rasa dan bau yang tidak enak dari tablet inti.
7. Pada umumnya, lapisan penyalut harus melarut dalam media cairan
lambung dengan jangka waktu sesingkat mungkin.
8. Penyalutan yang digunakan tidak boleh merusak atau mengurangi aktivitas
bahan obat (Martin, et. al., 1993).
9
2.3. DISSOLUTION TESTER
A. FUNGSI
Disolution tester merupakan suatu alat untuk mengidentifikasi atau
mengkarakterisasi sifat pelarutan bahan obat aktif, pelepasan, dan
penyampaiannya menuju target di dalam tubuh pasien. Uji disolusi
menstimulasi ketersediaan zat aktif dan memungkinkan prediksi waktu
selama pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya. Disamping itu, uji
disolusi digunakan untuk merumuskan bentuk dosis obat serta untuk
mengembangkan spesifikasi pengendalian mutu dalam proses
pembuatannya.
B. PROSEDUR
10
1. Periksa kondisi media, nilai pH, rpm, waktu pengambilan cuplikan, metode,
alat
2. Pemeriksaan kembali alat yang akan digunakan, diantaranya: periksa
kelurusan tangkai pengaduk, kondisi dayung/ keranjang, kecepatan putaran
pengaduk, Serta pasang keranjang/dayung dengan jarak 2,5 cm ± 2 mm dari
dasar wadah
3. Atur suhu penangas agar diperoleh suhu 37°C ± 0,5°C pada setiap wadah
4. Atur agar permukaan air dalam penangas air lebih tinggi daripada
permukaan media dalam wadah.
5. Masukkan sampel :
- Jika menggunakan metode keranjang masukkan 1 unit sediaan kedalam
keranjang
- Jika penggunaan dayung : masukkan 1 unit sediaan ke dalam tiap wadah
sedemikian rupa sehingga tepat di bawah dayung.
6. Tentukan waktu sampling dengan menggunakan stopwatch, atur dengan
baik agar waktu sampling tepat waktu dan jalankan alat dengan kecepatan
yang sesuai dengan ketentuan monografi
7. Lakukan sampling pada waktu tertentu ditempat yang tepat dan selalu di
bagian tempat yang sama di tiap wadah
8. Sample yang diambil disaring melalui filter yang sesuai dengan metode
pengujian kemudian tetapkan kadar zat aktifnya dengan metode yang sesuai
C. PERSYARATAN/PARAMETER
1. Sediaan terdisolusi segera
- S1 : terdiri dari 6 unit sediaan. Tiap unit ≥ Q + 5 %
- S2 : Terdiri dari 6 unit sediaan. Rata-rata 12 unit (S1 + S2) ≥ Q dan tidak
satu unit pun < Q – 15 %
- S3 : Terdiri dari 12 unit sediaan. Rata-rata 24 unit (S1 + S2 + S3) ≥ Q ;
dan 2 unit < Q – 15 % dan tidak satu unitpun < Q – 25 %
Keteraangan Q : jumlah zat aktif terlarut
2. Sediaan lepas tunda (DR)
11
a. Tahap Asam : 750 ml; 0,1 N HCl : 2 jam ± 2 % :
- S1 : 6 unit sediaan. Tiap unit < 10 % Q
- S2 : 6 unit seidaan. Rata-rata 12 unit (S1 + S2) < 10 % dan satu unitpun
> 25 % Q
- S3 : 12 unit sediaan. Rata-rata 24 unit (S1 + S2 + S3) < 10 % q dan
tidak ada unitpun > 25 % Q
b. Tahap Tahap Dapar : + 250 ml : 0,20 m Na-trifosfat atur pH sampai 6,8 ±
0,05 pada suhu 370 C disolusi dilanjutkan sesuai ketentuan monografi
- S1 : 6 unit sediaan. Tiap unit > Q + 5 %
- S2 : 6 unit sediaan. Rata-rata 12 unit (S1 + S2)³ Q dan tidak satu
unitpun > Q + 15 %
- S3 : 12 unit sediaan. Rata-rata 24 unit (S1 + S2 + s3)³ Q, 2 unit > Q –
15 % dan tidak satu unitpun < Q - 25 %
3. Sediaan lepas lambat (SR)
Waktu (Jam) Jumlah Terlarut
1 Antara 30% dan 45 %
4 Antara 60 % dan 80 %
6 Antara 70 % dan 90 %
8 Tidak kurang dari 90 %
0,25 D Antara 20 % dan 50 %
0,500 D Antara 45 % dan 75 %
1,00 D Tidak kurang dari 75%
12
2.4. DISINTEGRATION TESTER
A. FUNGSI
Untuk melihat seberapa lama obat (tablet) bisa hancur didalam tubuh
atau saluran cerna yang ditandai dengan sediaan menjadi larut, terdispersi,
atau menjadi lunak.
B. PROSEDUR
13
C. PERSYARATAN
Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah
kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut non enterik
kurang dari 30 menit. Sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh
hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera
hancur dalam medium basa. Tablet yang memiliki waktu hancur yang
sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dapat memberikan
efek terapi yang cepat. Waktu yang diperbolehkan untuk
menghancurkan tablet tidak bersalut salut enterik adalah tidak lebih
dari 15 menit (Depkes RI, 1979).
A. FUNGSI
Untuk mengukur laju alir serbuk guna mengevaluasi serbuk atau garbul
yang umumnya dilakukan sebelum granul/serbuk dikempa menjadi tablet
(Lachman, 1994).
B. PROSEDUR
Granul dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir. Setelah itu, penutup
corong dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang datar.
Waktu yang diperlukan seluruh massa serbuk/granul untuk melalui corong
dan berat massa dicatat. Laju alir dinyatakan sebagai jumlah gram massa
serbuk/granul yang melalui corong perdetiknya. Di samping itu, dihitung
14
juga sudut diamnya dengan mengukur diameter dan tinggi tumpukan granul
ℎ
yang terbentuk, yaitu: 𝑎 = tan( 𝑟 )
a = sudut istirahat
h = tinggi tumpukan
r = jari-jari tumpukan serbuk
(Aulton, 1988).
C. PERSYARATAN
Waktu alir serbuk yang baik adalah jika waktu yang diperlukan kurang
lebih atau sama dengan 10 detik untuk 100 gram serbuk. Dengan demikian
kecepatan alir yang baik adalah lebih besar dari 10 gram/detik (Lachman,
1994).
15
2.6. FRIABILITY TESTER
A. FUNGSI
Selama proses pembuatan, pengemasan, maupun pendistribusian,
umunya tablet akan selalu mengalami abrasi dan guncangan mekanis.
Sehingga perlu dilakukan uji kerapuhan (friability) untuk mengetahui
kualitas formulasi tablet dan memprediksi kerusakan pada tampilan tablet
setelah proses yang dialaminya. Melalui friability test, dapat digambarkan
persenan bobot yang hilang setelah diguncang atau dengan kata lain dapat
diketahui ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialami
selama pengemasan, pengiriman dan penyimpanan (Banne, dkk, 2012).
B. PROSEDUR
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibebas
debukan dan ditimbang (w1 gram). Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan
ke dalam friabilator, dan alat disetting dengan kecepatan putaran 25 rpm
selama 4 menit. Setelah itu tablet dikeluarkan, lalu dibersihkan dan
ditimbang kembali (w2 gram). Kemudian dihitung dengan rumus:
𝑤1 − 𝑤2
% 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 = 𝑥 100%
𝑤1
16
2.7. HARDNESS TESTER
A. FUNGSI
Hardness tester digunakan untuk pengukuran kekerasan suatu tablet.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, pengukuran kekerasan tablet
digunakan untuk mengetahui tingkat kerapuhan atau kekerasan suatu tablet.
Kekerasan tablet ini erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet
dan waktu hancur tablet. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan (Parrott, 1971).
B. PROSEDUR
Uji kekerasan dilakukan dengan mengambil 20 tablet, lalu diukur
kekerasannya menggunakan alat “Hardness tester”, Akan didapatkan gaya
(Newton) yang dibutuhkan untuk menghancurkan tablet yang umumnya
berskala 70-100 N, kemudian hitung rata rata dan Standard Deviation
(Gunawan, 2013).
C. PERSYARATAN/PARAMETER
Syarat kekerasan tablet yaitu 4 kg/cm2-10 kg/cm2. Namun hal ini tidak
mutlak. Apabila kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima
dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan.
Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih
memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang
dipersyaratkan (Sulaiman, 2007).
17
2.8. LOSS ON DRYING/LOD (EVALUASI GRANUL ATAU SERBUK)
A. FUNGSI
- menentukan nilai bobot akhir dan bobot awal dari granul dan dijadikan
sebagai evaluasi granul.
- untuk mengetahui seberapa banyak kadar air yang tersembunyi dalam setiap
barang yang diuji (Lachman,1994).
B. PROSEDUR
Ditimbang sebanyak 10 gram serbuk untuk diuji nilai kadar air. Alat
dinyalakan dengan menekan tombol “ON”. Dibuka LOD secara otomatis.
Lalu, ditekan tombol “TARE” untuk menara suhu dan bobot dari serbuk.
Dimasukkan serbuk 10 gram ke dalam tempat serbuk berbahan aluminium
foil. Ditutup LOD secara otomatis dan dipastikan bobot serbuk sebelum
diuji telah konstan. Ditekan tombol “START” yang ditandai dengan nyala
lampu pada alat LOD dengan suhu 70oC. Ditunggu hingga bobot akhir
konstan atau biasanya selama 10 menit alat otomatis berhenti bekerja.
Dicatat nilai bobot serbuk akhir yang tertera pada alat. Dihitung dan
ditentukan kadar air serbuk tersebut dengan menggunakan rumus:
𝑊𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑊𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝐿𝑜𝑠𝑠 𝑂𝑛 𝐷𝑟𝑦𝑖𝑛𝑔 = 𝑥 100%(Lachman, 1994).
𝑊𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
C. PERSYARATAN/PARAMETER
Kadar air yang baik presentasinya 2-5% (Lachman, 1994).
18
2.9. SIEVE SHEKER
A. FUNGSI
Sieve Shaker merupakan alat yang terbuat dari kawat, silk, atau
plastik, logam, atau pelat logam berlubang yang umum digunakan untuk
menguji atau mengevasluasi distribusi ukuran partikel serbuk/granul dengan
cepat, yaitu memisahkan padatan dengan ukuran tertentu menggunakan
peralatan penyaringan berlapis yang mempunyai nilai mesh saringan yang
berbeda-beda. Alat ini memanfaatkan getaran yang memudahkan partikel
yang hendak dipisahkan bisa melewati ayakan. Getaran yang dihasilkan,
selain untuk meratakan permukaan bahan yang akan diayak juga berfungsi
untuk mengarahkan bahan yang tidak tersaring, Sieve shaker biasanya
digunakan pada bidang farmasi yang dimana sebagai pengayak obat dalam
bentuk bubuk. Sieve shaker modern biasanya digerakkan dengan electro
magnetik yang bergerak dengan menggunakan sistem pegas yang mana
getaran yang dihasilkan dialirkan ke ayakan dan dilengkapi dengan kontrol
waktu
(Mulyadi dkk, 2011).
B. PROSEDUR
19
Saat Tombol enter ditekan setelah melakukan pemilihan mode, maka
mikrokontroller akan mengaktifkan timer sehingga drain mosfet akan aktif
dan motor berputar. Saat motor mulai berputar, maka timer counter down
akan aktif sesuai dengan pengaturan waktu yang dinginkan dan mekanik
ayakan bergerak hingga saat waktu counter habis dan buzzer akan on dan
motor akan off. Kemudian hasil dari masing-masing mesh ditimbang dan
persentase fines dihitung lalu dibuat kurva hubungan antara ukuran partikel
granul yang tertambat pada masing-masing ayakan (Sanchia, dkk, 2012).
20
dengan baik dalam saluran gastro intestinal dan didistribusi tanpa adanya
kerusakan (Parrot, 1979). Pada salep mata yang mengandung partikel padat
memiliki batas ukuran partikel standar yaitu < 25 µm (Aulton, 2007).
A. FUNGSI
Tap density merupakan salah satu alat yang digunakan untuk
mengevaluasi granul atau serbuk. Hasil yang didapatkan berupa penurunan
volume sejumlah granul atau serbuk akibat hentakan (tapped) dan getaran
(vibration) hingga didapatkan perhitungan diantaranya bobot jenis mampat,
serta bobot jenis sejati, kadar pemampatan, persen kompresibilitas, maupun
perbandingan Haussner. (Fassihi dan Kanfer, 1986).
B. PROSEDUR
Kerapatan curah didapat dari sejumlah tertentu serbuk yang ditimbang
kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur lalu dicatat volumenya. Untuk
21
mendapatkan kerapatan mampat, gelas ukur yang berisi serbuk tersebut
diketukkan setinggi 2,5 cm dalam interval 2 detik. Setiap 10 ketukan
volume dicatat sampai volumenya tidak berubah (Lachman, 1994).
C. PERSYARATAN
- Kadar pemampatan yang memenuhi persyaratan yaitu ≤ 20%.
- Perbandingan angka Haussner dinyatakan dengan membagi bobot
mampat dan bobot nyata. Semakin tinggi faktor Haussner, maka
semakin buruk sifat aliran granul. Angka haussner yang baik adalah ≈1
.
- Penentuan kompresibilitas digunakan untuk menghasilkan tablet yang
baik. Kompresibilitas dapat dilihat dari harga indeks Carr yang dihitung
dengan rumus:
22
DAFTAR PUSTAKA
23
Mariyani, K. 2007. Pengaruh Konsentrasi Amilum Jagung Pregelatinasi sebagai
Bahan Penghancur terhadap Sifak Fisik Tablet Vitamin E untuk Anjing.
Bali: FMIPA Universitas Udayana.
Mulyadi, Dafit, Ika Yuni Astuti, dan Binar Asrining Dhiani, 2011. Formulasi
Granul Instan Jus Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L) Dengan
Variasi Konsentrasi Povidon Sebagai Bahan Pengikat Serta Kontrol
Kualitasnya. Pharmacy, Vol.08 No. 03.
Parrot M., 1979. Pharmaceutical Thecnology. Universitas of Lowa Hana.
Pharmainfo. 2015. Multiple Station Tablet Rotary Press. Available at
http://www.pharmainfo.net/book/pharmaceutical-machines-
tabletpress/multiplestation-tablet-rotary-press [Diakses tanggal 8 Maret
2018].
Porter, S. C., & Bruno, C. H. 1990. Coating of Pharmaceutical Solid Dosage Forms. New York:
Marcel Dekker.
Sanchia Janita Khodijah, Hj. Her Gumiwang Ariswati,ST,MT, Tribowo Indrato,
ST,MT., 2012. Mini Sieve Shaker. Surabaya : Politeknikes Surabaya.
Siregar, C.J.P. 1992. Proses Validasi Manufaktur Sediaan Tablet. FMIPA, ITB:
Bandung.
Siregar, C.J.P. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Jakarta: EGC.
Sulaiman, T.N.S. 2007. Teknologi & Formulasi Sediaan Tablet. Pustaka
Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta.
24