Anda di halaman 1dari 21

TANAMAN TRANSGENIK TAHAN SERANGGA MELALUI REKAYASA

GENETIK

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Genetika

Dosen:

Dr. Yani Suryani,S.Pd., M.Si

Penyusun kelompok 1 :

Muhamad Zulfikar M. : 1147020042


Nurul Khoirunnisa : 1147020049
Rossy Raudlatul jannah : 1147020057
Siti Nursifa Windasari : 1147020063
Siti Syifa Nadia : 1147020068
Vita Eka Pratiwi : 1147020074
Zam Zam Restu Nur Ilahi : 1147020078

JURUSAN BIOLOGI_4B

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2016 M/ 1437 H
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Alloh SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis. sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah Genetika tentang “Tanaman Transgenik
Melalui Rekayasa Genetika”. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada
junjungan kita nabi besar Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya,
dan semoga sampai kita selaku umatnya.

Dengan demikian penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak


yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini terutama kepada:

1. Allah SWT

2. Orangtua selaku motivator terbesar baik secara moral dan morilnya

3. Ibu Dr. Yani Suryani,S.Pd., M.Si selaku dosen Genetika

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.


Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua kalangan sangat
penulis harapkan. Semoga dapat bermanfaat.

Bandung, Mei 2016

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL......................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii

RINGKASAN..........................................................................................................1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................................2

1.2. Rumusan Masalah...............................................................................3

1.3. Tujuan dan Manfaat............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Rekayasa Genetika dan Tanaman Transgenik..........................4

2.2 Gen Ketahanan terhadap Serangga Hama............................................10

2.3. Perkembangan Tanaman Transgenik secara Global ............................11

2.4. Keunggulan Rekayasa Genetika..........................................................14

2.5. Proses Pembuatan Tanaman Transgenik.............................................14

2.6 Dampak Negatif dan Positif Tanaman Transgenik .................................16

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN ..................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................18


RINGKASAN

Genetika adalah kata yang dipinjam dari bahasa Belanda:genetica,


adaptasidari bahasa Inggris: genetics, dibentuk dari kata bahasa Yunani genno,
yangberarti "melahirkan". Genetika merupakan cabang biologi yang mempelajari
pewarisan sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion).
Maka, dapat juga dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang gen dan segala
aspeknya.
Rekayasa atau biasa juga disebut dengan teknik adalah penerapan ilmu dan
teknologi untuk menyelesaikan permasalahan manusia. Rekayasa genetika adalah
suatu proses manipulasi gen yang bertujuan untuk mendapatkan organisme yang
unggul. Manipulasi gen dapat dilakukan dengan teknik invitro dan invivo.
Tanaman transgenik adalah merupakan aplikasi bioteknologi pada tanaman
yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau
DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu. Organisme
transgenik adalah organisme yang mendapatkan pindahan gen dari organisme lain.
Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus,
hewan atau tanaman lain. Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-
tama dilakukan identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat
tertentu (sifat yang diinginkan).
Gen Bt adalah hasil isolasi bakteri tanah B. thuringiensis dan telah digunakan
oleh petani di negara maju sebagai pestisida hayati yang aman sejak puluhan
tahun yang lalu. Istilah populer cry merupakan singkatan dari crystal sebagai
representasi gen dari strain Bt yang memproduksi protein kristal yang bekerja
seperti insektisida (insecticidal crystal protein) yang dapat mematikan serangga
hama. Sampai saat ini, telah di-isolasi gen Bt yang dimasukkan ke dalam 8
kelompokatau kelas Cry.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Salah satu kendala dalam produksi suatu komoditas tanaman di negara


yang beriklim tropis dan lembab adalah serangan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT) seperti serangga hama dan patogen tumbuhan. Bahkan pada
tanaman tertentu seperti padi, serangga hama masih merupakan kendala utama
dan menjadi masalah serius, misalnya wereng coklat dan peng-gerek batang. Di
negara tertentu se-perti Amerika Serikat (AS), kerugian akibat kerusakan yang
ditimbulkan serangga hama seperti penggerek jagung dan penggerek buah kapas
bisa mencapai jutaan dolar AS. Usaha pengendalian yang biasa dilakukan petani
adalah menggunakan cara bercocok tanam yang tepat yang meliputi penanaman
varietas tahan dan pergiliran tanaman, serta penyemprotan insektisida.
Di negara maju, seperti AS, untuk menanggulangi OPT dari jenis serangga
hama, petani sudah menggunakan insektida hayati yang berasal dari bakteri
Bacillus thuri-ngiensis (Bt) selama lebih dari 30 tahun. Namun secara komersial
produksi insektisida hayati terbatas dan pengaruh perlindungannya hanya berumur
pendek. Selain pengendalian dengan insektisida, petani juga menggunakan
varietas tahan. Penggunaan varietas tahan merupakan cara pengendalian serangga
hama yang murah dan ramah lingkungan.
Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan melalui modifikasi genetik baik
dengan pemuliaan tanaman secara konvensional maupun dengan bioteknologi
khususnya tek-nologi rekayasa genetik. Kadang-kadang dalam perakitan varietas
tanaman tahan serangga hama, pemulia konvensional menghadapi suatu kendala
yang sulit dipecah-kan, yaitu langkanya atau tidak ada-nya sumber gen ketahanan
di da-lam koleksi plama nutfah. Contoh sumber genketahanan yang langka adalah
gen ketahanan terhadap se-rangga hama, misalnya penggerek batang padi,
penggerek polong ke-delai, hama boleng ubi jalar, peng-gerek buah kapas (cotton
bolworm), dan penggerek jagung (Herman, 1996). Akhir-akhir ini, ke-sulitan
pemulia konvensional terse-but dapat diatasi dengan teknologi rekayasa genetik
melalui tanaman konvensional mela-kukan persilangan dan atau seleksi,
sedangkan perekayasa genetik mengembangkan secara terus menerus dan
memanfaatkan teknik isola-si dan transfer gen dari sifat yang di-inginkan.
transgenik (Herman, 2002).
Melalui rekayasa genetik sudah dihasilkan tanaman transgenik yang
memiliki sifat baru seperti ketahan-an terhadap serangga hama atau herbisida atau
peningkatan kualitas hasil. Tanaman transgenik tahan serangga hama tersebut
sudah banyak ditanam dan dipasarkan di berbagai negara. Sedangkan di
Indonesia, tanaman transgenik tahan serangga hama baru pada taraf penelitian
perakitannya. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang tanaman transgenik
tahan serangga hama, perkembangan tanaman transgeniksecara global, dan status
tanaman transgenik di Indonesia (Bahagiawati, 2000).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi rekayasa genetik dan tanaman transgenik?


2. Bagaimana Gen Ketahanan terhadap Serangga Hama?
3. Bagaimana Perkembangan Tanaman Transgenik Secara Global?
4. Bagaimana Keunggulan Tanaman Rekayasa Genetika (Genetically
Modified Organism ?
5. Bagaimana Proses Pembuatan Tanaman Transgenik?
6. Bagaimana Dampak Negatif dan Positif dari Tanaman Transgenik?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Untuk Mengetahui Definisi dari Rekayasa Genetik dan Tanaman


Transgenik
2. Untuk mengetahui Perkembangan Tanaman Transgenik dan Mengetahui
ketahanan terhadap Serangga Hama.
3. Untuk Mengetahui Keunggulan Tanaman Rekayasa Genetika

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi Rekayasa Genetik pada


Tanaman Transgenik dan Ketahanan Terhadap Serangga Hama.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Rekayasa Genetik dan Tanaman Transgenik
1. Definisi Rekayasa Genetika
Genetika adalah kata yang dipinjam dari bahasa Belanda:genetica,
adaptasidari bahasa Inggris: genetics, dibentuk dari kata bahasa Yunani genno,
yangberarti "melahirkan". Genetika merupakan cabang biologi yang mempelajari
pewarisan sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion).
Maka, dapat juga dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang gen dan segala
aspeknya.
Rekayasa atau biasa juga disebut dengan teknik adalah penerapan ilmu dan
teknologi untuk menyelesaikan permasalahan manusia. Rekayasa genetika adalah
suatu proses manipulasi gen yang bertujuan untuk mendapatkan organisme yang
unggul. Manipulasi gen dapat dilakukan dengan teknik invitro dan invivo. Di
Inggris manipulasi gen diartikan sebagai pembentukan kombinasi baru materi
yang dapat diturunkan dengan penyisipan (insertion) molekul-molekul asam
nukleat yang dihasilkan dengan cara apapun diluar sel ke dalam suatu virus
plasmid bakteri atau sistem pembawa lainnya yang memungkinkan terjadinya
penggabungan ke dalam organisme inang selanjutnya mampu melakukan
penggandaan lagi. Teknik-teknik manipulasi gen secara invitro adalah tranformasi
Escchercia coli pemotongan dan penggabungana molekul-molekul DNA serta
pemotongan reaksi-reaksi pemotongan dan penggabungan (Amirhusin, 2004).
Transfer DNA atau perpindahan DNA ke dalam bakteri dapat melalui tiga
cara yaitu konjugasi, transformasi dan transduksi. DNA yang masuk ke dalam sel
bakteri selanjutnya dapat berintegrasi dengan DNA atau kromosom bakteri
sehingga terbentuk kromosom rekombinan. Konjugasi merupakan perpindahan
DNA dari satu sel (sel donor) ke dalam sel bakteri lainnya (sel resepien) melalui
kontak fisik antara kedua sel. Sel donor memasukkan sebagian DNA nya ke dalam
sel resepien. Transfer DNA ini melalui pili seks yang dimiliki oleh sel donor. Sel
resepien tidak memiliki pili seks. DNA dari sel resepien berpindah ke sel resipien
secara replikatif sehingga setelah proses ini selesai sel jantan tidak kehilangan
DNA. Ke dua sel tidak mengalami peningkatan jumlah sel dan tidak dihasilkan sel
anak. Oleh karena itu proses konjugasi disebut juga sebagai proses atau
mekanisme seksual yang tidak reproduktif.

Gambar 1. Proses Konjugasi yang Menyebabkan Resisten pada Plasmid

Transformasi merupakan pengambilan DNA oleh bakteri dari lingkungan


di sekelilingnya. DNA yang berada di sekitar bakteri (DNA Asisng) dapat berupa
potongan DNA atau fragmen DNA yang berasal dari sel bakteri yang lain atau
organisme yang lain. Masuknya DNA dari lingkungan ke dalam sel bakteri ini
dapat terjadi secara alami. Pada tahun 1928 ditemukan strain bakteri yang tidak
virulen dapat berubah sifatnya menjadi virulen disebabkan adanya strain yang
tidak virulen dicampur dengan sel-sel bakteri strain virulen yang telah dimatikan.
Tahun 1944 ditemukan bahwa perubahan sifat atau transformasi dari bakteri yang
tidak virulen menjadi virulen disebabkan oleh adanya DNA dari sel bakteri strain
virulen yang masuk ke dalam bakteri strain yang tidak virulen.

Gambar 2. Proses Transpormasi pada Bakteri


Transduksi adalah cara pemindahan DNA dari satu sel ke dalam sel
lainnya melalui perantaraan bakteriofage. Beberapa jenis virus berkembang biak
di dalam sel bakteri. Virus-virus yang inangnya adalah bakteri sering disebut
bakteriofag atau fage. Ketika virus menginfeksi bakteri/ fage memasukkan DNA
nya ke dalam sel bakteri. DNA tersebut kemudian akan bereplikasi di dalam sel
bakteri atau berintegrasi dengan kromosom baketri. DNA fage yang dikemas
ketika membentuk partikel fage baru akan membawa sebagian DNA bakteri yang
menjadi inangnya. Selanjutnya jika fage tersebut menginfeksi bakteri yang lain
maka fage akan memasukkan DNAnya yang sebagian mengandung DNA sel
inang sebelumnya.
2. Pengertian Tanaman Transgenik
Tanaman transgenik adalah merupakan aplikasi bioteknologi pada tanaman
yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau
DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu. Organisme
transgenik adalah organisme yang mendapatkan pindahan gen dari organisme lain.
Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus,
hewan atau tanaman lain. Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-
tama dilakukan identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat
tertentu (sifat yang diinginkan). Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman
lain hewan, cendawan atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka
dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen. Pada
tahapan kloning gen DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen
pembawa DNA) contohnya (plasmid DNA yang digunakan untuk transfer gen)
.Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA
dapat diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen
yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan
dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari
bagian tertentu salah satunya adalah bagian daun (Amirhusin, 2004).
Teknologi transfer gen dibedakan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak
langsung (Herman, 2002). Contoh transfer gen secara langsung adalah
penembakan eksplan gen dengan gene gun atau divortex dengan silicon carbide
(karbid silikon) dan perlakuan pada protoplas tanaman dengan elektroporasi atau
dengan polyethylene glycol (PEG). Sedangkan transfer gen secara tidak langsung
adalah melalui vektor Agrobacterium.
Transfer gen secara langsung
• Penembakan partikel (particle bombardment)
Teknik paling modern dalam transformasi tanaman adalah penggunaan
metode penembak-an partikel atau gene gun. Metode transfer gen ini diopera-
sikan secara fisik dengan me-nembakkan partikel DNA-coated langsung ke sel
atau jaringan tanaman . Dengan cara demikian, partikel dan DNA yang
ditambahkan me-nembus dinding sel dan membran, kemudian DNA melarut dan
tersebar dalam sel secara independen. Telah didemonstra-sikan bahwa teknik ini
efektif untuk mentransfer gen pada bermacam-macam eksplan. Penggunaan
penembakan partikel membuka peluang dan kemungkinan lebih mudah dalam
memproduksi tanaman transgenik dari berbagai spesies yang sebelumnya sukar
ditransformasi dengan Agrobacterium, khususnya tanaman monokotil seperti padi,
jagung, dan turfgrass (Herman, 2002).
• Karbid silikon
Metode transfer gen lain yang kurang umum digunakan dalam
transformasi tanaman tetapi telah dilaporkan berhasil mentransformasi jagung dan
turfgraas adalah penggunaan karbit silikon. Suspensi sel tanaman yang akan
ditransformasi dicampur dengan serat karbid silikon dan DNA plasmid dari gen
yang diinginkan dimasukkan ke dalam tabung Eppendorf kemudian dilakukan
pencampuran dan pemutaran dengan vortex. Serat silicon carbide berfungsi
sebagai jarum injeksi mikro (microinjection) untuk memudahkan transfer DNA
kepada tanaman.
Transfer gen secara tidak langsung
Dari banyak teknik transfer gen yang berkembang, teknik melalui media
vektor Agrobacterium tumefaciens paling sering digunakan untuk
mentransformasi tanaman dikotil. A. Tumefaciens mampu mentransfer gen ke
dalam genom tanaman melalui eksplan baik yang berupa potongan daun (leaf
discs) atau bagian lain dari jaringan tanaman yang mempunyai potensi
beregenerasi tinggi.
Gen yang ditransfer terletak pada plasmid Ti (tumor inducing). Segmen
spesifik DNA plasmid Ti disebut DNA T (transfer DNA) yang berpindah dari
bakteri ke inti sel tanaman dan berintegrasi ke dalam genom tanaman. Karena A.
Tumefaciens merupakan patogen tanaman maka Agrobacterium sebagai vektor
yang digunakan untuk transformasi tanaman adalah bakteri dari jenis plasmid Ti
yang dilucuti virulen-sinya (disarmed), sehingga sel tanaman yang ditransformasi
oleh Agrobacterium dan yang mampu beregenerasi akan membentuk suatu
tanaman sehat hasil rekayasa genetik. Tanaman tersebut akan menurunkan DNA T
yang disarmed dan gen asing (dari sifat yang diinginkan) ke keturunannya. Teknik
transformasi melalui media vektor Agrobacterium pada tanaman dikotil telah
berhasil tetapi sebaliknya tidak umum digunakan pada tanaman monokotil.
Meskipun demikian, beberapa peneliti melaporkan bahwa beberapa strain
Agrobacterium berhasil mentransformasi tanaman monokotil seperti jagung dan
padi (Herman, 2002).

Metode Transfor Gen Melalui Bakteri


1. Ekstraksi DNA dari Plasmid Agrobacterium Menggunakan Teknik PCR.
Pemotongan dan penggabungan atau penyisipan DNA
yang dipilih melibatkan enzim restriksi dan ligase.
2. Pengklonan gen oleh bacteria vektor sehingga dihasilkan DNA yang
diharapkan kemudian klon gen Agrobacterium diintroduksi ditransformasi ke
dalam kultur sel tumbuhan
3. Multifikasi dan regenerasi bagian-bagian tumbuhan sehingga terbentuk
tumbuhan dengan sifat yang baru berikut gambar lain yang bisa mendukung
pemahaman tahapan pembentukan tanaman transgenik.

2.2 Gen Ketahanan terhadap Serangan Hama

Gen ketahanan terhadap serangga hama dan sumbernya disajikan pada


Tabel 1. Sebagian dari gen tersebut akan diuraikan dalam makalah ini dengan
fokus uraian ke gen Bt. Sebagian besar penelitian transformasi untuk
memproduksi tanaman tahan serangga difokus-kan pada protein yang
mengandung kode gen tunggal, seperti Bt endotoxins.

Gen Bt

Gen Bt adalah hasil isolasi bakteri tanah B. thuringiensis dan telah


digunakan oleh petani di negara maju sebagai pestisida hayati yang aman sejak
puluhan tahun yang lalu. Istilah populer cry merupakan singkatan dari crystal
sebagai representasi gen dari strain Bt yang memproduksi protein kristal yang
bekerja seperti insektisida (insecticidal crystal protein) yang dapat mematikan
serangga hama. Sampai saat ini, telah di-isolasi gen Bt yang dimasukkan ke dalam
8 kelompokatau kelas Cry. Kelas Cry tersebut dikelompokkan berdasarkan
virulensinya yang spesifik terhadap kelompok serangga sasaran. Sebagai contoh
cryI, cryIX, dan cryX mematikan serangga golongan Lepidoptera, cryV bisa
mematikan golongan Lepidoptera dan Coleoptera (Herman, 2002).
umumnya tanaman tahan seranggayang berhasil ditransformasi berasal dari gen
cryBt yang bersifat me-racuni hama serangga dari kelom-pok Coleoptera atau
Racun Bt akan melekat pada epithelial glycopro-tein dalam usus serangga,
khusus-nya pada usus tengah. Keadaan ter-sebut akan menyebabkan bocornya
usus sehingga cairan yang ada akan merembes ke luar ke daerah antara usus dan
hemocoel dan mengakibatkan matinya serangga (Hilder et al., 1993).
Akhir-akhir ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa gen cryBt tipe liar
(wild type) yang ditransformasi ke tanaman ternyata berekspresikan ketahanan
yang rendah terhadap serangga (Cheng et al., 1992). Hal tersebut dihipotesiskan
bahwa penggunaan codon dari gen cryBt (yang diisolasi dari bakteri) dikelabui
oleh keharusan untuk mengekspresi dalam sel bakteri sehingga tidak optimum
untuk diekspresikan dalam sel tanaman . Cara yang dilakukan dalam pemecahan
kendala tersebut adalah dengan mensintesis urutan (sequence) gen secara kimiawi
untuk menghilangkan banyaknya motif urutan adenin thymine (AT)- rich.
Banyaknya urutan (AT) inilah yang menyebabkan tidak stabilnya mRNA dari
tanaman transgenik. Hasil percobaan tanaman transgenik dengan gen Bt sintetis
menunjukkan peningkatan ekspresi keefektifan ketahanan terhadap serangga
antara 10-100 kali.
Gen dari Kelompok Inhibitor
Kelompok yang lain dari gen tahan serangga adalah proteinase inhibitor.
Protein penghambat akan mengganggu sistem pencernaan makanan serangga,
dengan menghasilkan senyawa antinutrisi yang menghambat kerja enzim
proteinase. Supaya fungsi dari gen penghambat (inhibitor) tersebut efektif, harus
diekspresikan di jaringan tanaman pada bagian yang diserang. Gen proteinase
inhibitor II (dari kentang) yang diintroduksikan ke tembakau telah meningkatkan
ketahanan tanaman transgenik terhadap serangga Manduca sexta.

2.3 Perkembangan Tanaman Transgenik Secara Global


Tahun 2001 merupakan yang pertama di mana luas area pertanaman
transgenik di dunia melebihi 50 juta ha, yaitu 52,6 juta ha (James, 2001b). Luasan
ini adalah kenaikan 8,4 juta atau 19% dari luasan tahun 2000 dan merupakan
kenaikan hampir dua kali lipat. Pada tahun 2001, distribusi luas pertanaman
tanaman transgenik 26% atau 13,5 juta ha berada di negara berkembang (Herman,
2002).
Dari 16 negara yang menanam tanaman transgenik, sejak tahun
1997 hanya 3 negara yang mendominasi luasan area penanaman, yaitu AS,
Argentina, dan Kanada, selanjtnya cina bergabung sejak tahun 1999.
Di antara tanaman transgenik dengan gen-gen ketahanan terhadap serangga
hama seperti yang telah diuraikan, hanya tanaman trans-genik dengan gen Bt yang
laku di-komersialkan secara global. Tanaman transgenik tahan serangga hama
tersebut adalah jagung Bt, jagung Bt/toleran herbisida (TH), kapas Bt, dan kapas
Bt/TH. Pengga-bungan sifat tahan serangga hama dengan sifat toleran herbisida
da-lam satu tanaman transgenik diilha-mi oleh sukses dan lakunya tanam-an
transgenik toleran herbisida di pasaran. Selain jagung Bt yang luas area
penanamannya menurun dari tahun 2000 ke 2001, luas area ketiga komoditas
yang lain meningkat, masing-masing 1,7 juta ha menjadi 2,4 juta ha untuk kapas
Bt/TH; 1,5 juta ha menjadi 1,9 juta ha untuk kapas Bt; dan 1,4 menjadi 1,8 untuk
jagung Bt/TH (James, 2002).
Contoh Tanaman yang telah Menggunakan Teknologi Rekayasa
Genetika
Berikut ini disajikan berbagai tanaman hasil rekayasa genetika dan
keunggulannya dibandingkan dengan tanaman biasa yang sejenis:
a) Kedelai Transgenik
Kedelai merupakan produk Genetically Modified Organism terbesar
yaitusekitar 33,3 juta ha atau sekitar 63% dari total produk GMO yang ada.
Dengan rekayasa genetika, dihasilkan tanaman transgenik yang tahan terhadap
hama,tahan terhadap herbisida dan memiliki kualitas hasil yang tinggi. Saat ini
secara global telah dikomersialkan dua jenis kedelai transgenik yaitu kedelai
toleranherbisida dan kedelai dengan kandungan asam lemak tinggi.
b) Jagung Transgenik
Di Amerika Serikat, komoditi jagung telah mengalami rekayasa
genetikamelalui teknologi rDNA, yaitu dengan memanfaatkan gen dari bakteri
Bacillusthuringiensis (Bt) untuk menghindarkan diri dari serangan hama serangga
yang disebut corn borer sehingga dapat meningkatkan hasil panen Gen
Bacillus thuringiensis yang dipindahkan mampu memproduksi senyawa pestisida
yangmembunuh larva corn borer tersebut.
Perbandingan Jagung Menggunakan Gen BT dan Non BT

2.4 Keunggulan Tanaman Rekayasa


WHO telah meramalkan bahwa populasi dunia akan berlipat dua pada
tahun 2020 sehingga diperkirakan jumlah penduduk akan lebih dari 10 milyar.
Karena kondisi tersebut, produksi pangan juga harus ditingkatkan demi menjaga
kesinambungan manusia dengan bahan pangan yang tersedia. Namun yang
menjadi kendala, jumlah sisa lahan pertanian di dunia yang belum termanfaatkan
karena jumlah yang sangat kecil dan terbatas. Dalam menghadapi
masalahtersebut, teknologi rDNA atau Genetically Modified Organism (GMO)
akan memiliki peranan yang sangat penting. Teknologi rDNA dapat menjadi
strategi dalam peningkatan produksi pangan dengan keunggulan-keunggulan
sebagaiberikut :
 Mereduksi kehilangan dan kerusakan pasca panen
 Mengurangi resiko gagal panen- Meningkatkan rendemen dan
produktivitas- Menghemat pemanfaatan lahan pertanian
 Mereduksi kebutuhan jumlah pestisida dan pupuk kimia
 Meningkatkan nilai gizi
 Tahan terhadap penyakit dan hama spesifik, termasuk yang disebabkan
oleh virus.
2.5 Proses Pembuatan Tanaman Transgenetik
Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan
identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang
diinginkan). Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan,
cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan
perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen.Pada tahapan
kloninggen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen
pembawaDNA), contohnya plasmid(DNA yang digunakan untuk transfer gen).
Kemudian vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga
DNA dapat diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut.
Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka
akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal
dari bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Transfergen ini dapat
dilakukandengan beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode
transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens ,dan
elektroporasi (metodetransfer DNA dengan bantuan listrik).
1. Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil
Metode ini sering digunakan pada spesies jagung dan padi.
Untuk melakukannya, digunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-
proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman. Mikro-proyektil tersebut
akan mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman. Penggunaan senjata
gen memberikan hasil yang bersih dan aman, meskipun ada kemungkinan terjadi
kerusakan sel selama penembakan berlangsung.
2. Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium
tumefaciens
Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara
alami karena memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk
menyisipkan gen asing. Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat
virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman tertentu. Gen asing yang ingin
dimasukkan ke dalam tanaman dapat disisipkan di dalamplasmid Ti.Selanjutnya.
A. Tumefaciens secara langsung dapat memindahkan gen pada plasmid tersebut
kedalam genom (DNA) tanaman.Setelah DNA asing menyatu dengan DNA
tanaman maka sifat-sifat yang diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.
3. Metode elektroporasi.
Pada metode elektroporasi ini,sel tanamanyang akan menerima gen asing
harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas(sel yang
kehilangan dinding sel). Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase
tinggiuntuk membuka pori-pori membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat
masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman.
Kemudian, dilakukan proses pengembalian dinding sel tanaman.Setelah proses
transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel yang
berhasil disisipi gen asing.Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan
sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas.Apabila
telah terbentuk tanaman muda (plantlet), makadapat dilakukan pemindahan ke
tanah dan sifat baru tanaman dapat diamati.

2.6 Dampak Positif dan Negataif Tanaman Transgenik


a. Dampak Positif Tanaman Transgenik
1. Rekayasa transgenik dapat menghasilkan produk lebih banyak dari
sumberyang lebih sedikit.
2. Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem
sehinggaakan memperluas daerah pertanian dan mengurangi bahaya kelaparan.
3. Makanan dapat direkayasa supaya lebih lezat dan menyehatkan

b. Dampak Negatif Tanaman Transgenik

Adapun dampak negatif dari rekayasa transgenik meliputi beberapa aspek yaitu:

a. Aspek sosial meliputi:

1. Aspek ekonomi

Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan


ancaman persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara
konvensional. Penggunaan tebu transgenik mampu menghasilkan gula dengan
derajat kemanisan jauh lebih tinggi dari pada gula dari tebu atau bit biasa

b. Aspek kesehatan
1. Potensi toksisitas bahan pangan dengan terjadinya transfer genetik di dalam
tubuh organisme transgenik akan muncul bahan kimia baru yang berpotensi
menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan.

2. Potensi menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan WHO pada tahun 1996


menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia baru, baik yang
terdapat di dalam organisme transgenik maupun produknya, berpotensi
menimbulkan penyakit baru atau pun menjadi faktor pemicu bagipenyakit lain.
Sebagai contoh, gen aad yang terdapat di dalam kapas transgenik dapat berpindah
ke bakteri penyebab kencing nanah (GO), Neisseria gonorrhoeae.

c. Aspek lingkungan

1. Potensi erosi plasma nutfah Penggunaan tembakau transgenik telah


memupus kebanggaan Indonesia akan tembakau Deli yang telah ditanam sejak
tahun 1864. Tidak hanya plasma nutfah tanaman, plasma nutfah hewan
pun mengalami ancaman erosi serupa. Sebagaicontoh, dikembangkannya tanaman
transgenik yang mempunyai gen dengan efek pestisida, misalnya jagung Bt,
ternyata dapat menyebabkan kematian larva spesies kupu-kupu raja (Danaus
plexippus) sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan keseimbangan
ekosistem akibat musnahnya plasma nutfah kupu-kuputersebut.

2. Potensi pergeseran gen daun tanaman tomat transgenik yang resisten


terhadap serangga Lepidoptera setelah 10 tahun ternyata mempunyai akar yang
dapat mematikan mikroorganisme dan organisme tanah, misalnya cacing tanah.

3. Potensi pergeseran ekologi organisme transgenik dapat pula mengalami


pergeseran ekologi. Organisme yang pada mulanya tidak tahan terhadap suhu
tinggi, asam atau garam, serta tidak dapat memecah selulosa atau lignin, setelah
direkayasa berubah menjadi tahan terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Tanaman tahan serangga hama dapat dirakit melalui teknologi rekayasa
genetik dengan menggunakan gen yang berasal dari berbagai jenis
organisme.
2. Pada tahun 2002, secara global luas tanaman transgenik tahan serangga
hama dan sifat gabungan dengan toleran herbisida adalah 14,5 juta ha atau
25% dari total luas area tanaman transgenik.
3. Teknologi rekayasa genetik dan produknya yang berupa tanaman
transgenik tahan serangga hama telah dimanfaatkan oleh petani dan para
peneliti.
4. Manfaat tanaman transgenik tahan serangga hama berupa terjadinya
pengurangan aplikasi insektisida dan kasus keracunan insektisida, serta
keuntungan ekonomi bagi petani.

DAFTAR PUSTAKA

Amirhusin. 2004. Tanaman Transgenik Tahan Hama. Jurnal Litbang Pertanian


23(1): 1-7.

Bahagiawati, A. 2000. Peranan dan potensi dietary insecticidal protein dalam


rekayasa genetika tanaman tahan hama. Buletin AgroBi. 3(2): 74−79.

Cheng, J., M.G. Bolyard, R.C. Saxena, and M.B. Sticklen. 1992. Production of
insect resistant potato by genetic transformation with a 3- endotoxingene
from Bacillus thuringiensisvar. kurstaki. Plant Sci. 1(1) : 83-91.

Herma, Muhammad. 2002. Perakitan Tanaman Tahan Serangga Hama Melalui


Teknik Rekayasa Genetika. Jurnal Buletin Agribio. 5(1):1-13.

Herman, Muhammad. 1996. Rekayasa genetik untuk perbaikan tanaman. Buletin


AgroBio 1(1):24-34.

James, C. 2000. Global review of commercialized transgenic crops: 2000. ISAAA


Brief No. 16. ISAAA, New york: Ithaca New York.

Anda mungkin juga menyukai