Nadiem lebih memilih menggunakan ojek saat pulang atau pergi ke kantor ketimbang
mengunakan mobil pribadi karena merasa lebih aman, tingkat kecelakaan pada pengguna ojek
sangat kecil. Bahkan ia hampir 5 kali sehari naik ojek. Selama menggunakan jasa ojek, ia tidak
pernah mengalami kecelakaan tidak seperti saat ia menggunakan taksi, dirinya pernah dua kali
kecelakaan, kendaraan pribadi tiga kali kecelakaan, dan naik motor pribadi satu kali
kecelakaan.
Lantaran sering menggunakan jasa ojek, Nadiem pun sering ngobrol dengan para tukang ojek
langganannya. Dari hasil obrolan dan pengamatannya, ia mengetahui bahwa sebagian besar
waktu tukang ojek banyak dihabiskan untuk mangkal dan menunggu penumpang.
Saat di pangkalan ojek, biasanya tukang ojek bergiliran dengan tukang ojek lainnya. Sudah
giliran, kadang penumpang sepi. Sementara itu, dari sisi pengguna jasa, keamanan dan
kenyamanan ojek beum terjamin 100 persen
Dari hasil riset itulah ia mendapatkan ide membuat inovasi bagaimana orang bisa dengan
mudah memesan ojek melalui ponsel tanpa harus repot ke pangkalan ojek, jadi orang yang jauh
dengan pangkalan ojekpun dapat menikmatinya. Tukang ojek sendiri tidak harus mangkal.
Bagi penumpang, menggunakan ojek juga lebih aman karena jelas dan terdaftar.
Ide Nadiem ini juga sejalan dengan salah satu tugas kuliah ketika mengambil master di Harvard
Business School. Saat awal merintis bisnis, ia hanya memiliki 10 karyawan dan 20 tukang ojek.
“Momentum adalah hal yang tidak kekal, kan? Selalu naik dan turun. Dan jika kamu tidak
menangkap momentum itu di saat terbaiknya, kamu akan kehilangan momentum itu. Dan
kehilangan momentum adalah sesuatu yang paling buruk.”
Setelah lulus di jurusan bisnis internasional di Brown University, Nadiem bergabung dengan
perusahaan riset dan konsultasi global McKinsey and Co. cabang Jakarta. Sebagai orang asli
Indonesia, ia memang ingin kembali ke tanah air, tapi ia sendiri mengakui bahwa McKinsey
adalah satu-satunya pilihan yang ia miliki saat itu.
Ia terus bekerja di McKinsey selama tiga tahun, dan mengambil semua manfaat dan belajar
banyak hal. Ia melakukan pekerjaan untuk beberapa perusahaan milik pemerintah, lalu
memulai sebuah inisiatif bernama Young Leaders for Indonesia. YLI adalah program untuk
mempersiapkan mahasiswa di tahun ketiga untuk masuk ke dunia kerja. Nadiem mengatakan
bahwa proyek ini adalah salah satu alasan utama yang membuatnya bisa masuk ke Harvard
Business School di tahun 2009.
Sebelum keluar, Nadiem memiliki sebuah ide — masalah yang ingin ia selesaikan di Jakarta.
Idenya adalah masyarakat bisa menghubungi call center dan meminta supir ojek untuk
menjemput mereka sesuai pesanan dan mengantar mereka ke tempat tujuan. Nadiem kemudian
mulai menjalankan proyek perdana Go-Jek di tahun tersebut.
Setelah Harvard, Nadiem bertemu dengan pria berkebangsaan Jerman bernama Oliver Samwer.
Karena sudah kenal dengan Rocket Internet, ia tidak perlu bertanya banyak. Oliver menyukai
Nadiem karena latar belakang Harvard dan pengalaman McKinsey-nya. Ia meminta Nadiem
untuk membantu membangun Rocket Internet di Indonesia. Secara resmi, jabatan Nadiem
adalah managing director di Zalora Indonesia. Tapi, saat itu, ia dan tim awal Zalora juga
membantu Lazada Indonesia.
Nadiem mengatakan bahwa Rocket adalah tempat yang menyenangkan karena jumlah dana
yang ia miliki. Seperti banyak pegawai Rocket Internet
lain, Nadiem memutuskan untuk berhenti setelah
bekerja setahun di Zalora dan mencoba hal baru.
Lingkungan kerjanya tidak cocok untuknya. Ini tidak
mengejutkan, karena di Asia Tenggara, Rocket dikenal
sering gonta-ganti pegawai. Banyak yang menganggap
ini disebabkan oleh budaya perusahaan yang buruk.
Setelah Rocket, Nadiem kembali bereksperimen dan mencoba proyek startuplain yang
kebanyakan gagal. Tapi selagi melakukan itu, Go-Jek tetap berjalan meski tanpa pertumbuhan
yang signifikan. Masih hidup, tapi tidak impresif sama sekali.
Saat itu, ia adalah chief innovation officer di perusahaan pembayaran lokal bernama Kartuku.
Tapi ketika VC mulai menghubunginya dan membahas proyek berlandas passion yang ia buat
beberapa tahun lalu, ia tahu bahwa ia harus kembali mengerjakan Go-Jek secara full-time.
“Kemungkinan sukses di sebuah startup saja sudah 10 persen. Jika kamu tidak
melakukannya secara full-time, kemungkinannya akan jadi nol […] kami beruntung
karena selama beberapa tahun Go-Jek masih hidup, tapi jelas tidak bertumbuh.”
Jurist dan Brian masih menjalankan perusahaan itu secara part-time. Nadiem mendapatkan
investasi dari NSI Ventures dan menghubungi mereka kembali dengan sebuah penawaran.
Nadiem mengundang Kevin Aluwi yang merupakan head of business intelligence di Zalora
sebagai CFO Go-Jek. Nadiem mengklaim belakangan ini ia tidak pernah menggunakan mobil
karena menggunakan produknya sendiri untuk hampir segala keperluan.
Dengan munculnya layanan pesan makanan dari Go-Jek bernama Go-Food, startup ini
membuat orang-orang ragu akan kemampuan mereka untuk berkembang secara efektif dengan
mencoba masuk dan menangani lebih dari satu sektor industri. Nadiem menjawab bahwa justru
variasi dari layanan Go-Jek inilah yang membuat startup ini bisa berkembang dengan cepat.
Keduanya juga mengatakan bahwa Go-Jek malah menyiapkan jutaan supir ojek untuk
meningkatkan rantai nilai tersebut ke depannya. Nadiem mengatakan bahwa jika suatu hari
Indonesia mendapatkan sistem transportasi umum yang layak, Go-Jek pasti akan tetap ada dan
menyediakan lapangan pekerjaan untuk supir ojek, meskipun pekerjaan tersebut bukanlah
mengantarkan orang ke berbagai pelosok kota.
Bagi Hasil
Skema bagi hasil untuk Sopir ojek adalah 80% dari jumlah transaksi yang didapatkan dari
penumpang. Go-Jek hanya membekali Sopir ojek dengan jaket, helm dan HP Android.
Dengan menggunakan GO-JEK app; Anda dapat memesan GO-JEK Driver untuk mengakses
semua layanan GO-JEK. Masukan alamat untuk mengetahui biaya penggunaan layanan.
Gunakan layanan ‘Use my location’ untuk mengarahkan Driver ke tempat anda berada.
Go-Jek berencana untuk memperkenalkan layanan belanja personal bernama Go-Mart yang
mirip dengan Instacart. Layanan ini akan bersaing dengan layanan delivery bahan
makanan HappyFresh.
Saya tertarik dengan sosok Nadiem Makarim karena dengan usianya yang tergolong masih
muda dapat menemukan sebuah ide bisnis yang menjanjikan. Ketangkasan dan kecekatannya
menemukan peluang bisnis sangat menginspirasi. Dari pengelihatan dan kepeduliannya
terhadap kehidupan sehari-hari yang ia lakukan membuat ia terdorong untuk berfikir
bagaimana masalah yang ia hadapi dalam kehdupan sehari-harinya menjadi lebih mudah.
berkembang pesat. Ia mampu mengubah ojek yang biasa dan identik dengan
pangkalan menjadi sebuah bisnis online yang sekarang menjadi starup di Indonesia.
Dengan didirikannya Go-JEK ini tentu mempermudah konsumen ketika hendak
memesan ojek, tanpa harus repot-repot datang ke pangkalan ojek, tukang ojek sudah
siap di depan rumah.
Saya tertarik dengan sosok pendiri Gojek ini, dengan usaha keras ia mampu mengusung Gojek
menjadi bisnis yang popular, walaupun di tengah-tengah perjalanan bisnisnya ia menemukan
permasalahan seperti gesekan dengan tukang ojek tradiosional karena dianggap merebut atau
mengurangi pendapatannya namun ia tetep semangat untuk memperjuangkan dan
mengembangkan usaha Gojeknya.
Bahkan sekarang ia hendak memperluas usahanya tidak sebatas ojek mengatar penumpang
semata tetapi juga sebagai kurir daan pengantar makanan. Semangat, kecekatan, kepedulian
dan sikapnya yang tidak mudah menerima keadaan yang ia hadapi sekarang menjadikan
inspirasi buat diri saya.
Sumber: