Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS HOME VISITE

“Liken Simpleks Kronis“


PUSKESMAS OLAK KEMANG

Disusun Oleh :
Florensia, S.Ked ( G1A216014 )

Preseptor :
Dr. Azwar Djauhari, M.Sc

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS OLAK KEMANG
JAMBI
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

CASE REPORT SESSION

LIKEN SIMPLEKS KRONIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI
PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI
TAHUN 2018

Jambi, Januari 2018


PEMBIMBING

dr. Azwar Djauhari, M.Sc

KATA PENGANTAR

2
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME sebab karena
rahmat-Nya laporan kasus dengan judul Liken Simpleks Kronis ini dapat
terselesaikan. Laporan kasus ini dibuat sebagai tugas dalam menjalankan
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi.
Dalam kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada dr.
Azwar Djauhari, M.Sc yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran
dalam memberikan ilmu yang sangat berguna ketika diskusi selama
kepaniteraan klinik di stase Ilmu Kesehatan Masyarakat ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena penulis masih dalam tahap belajar dan kurangnya
pengalaman serta pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran agar lebih baik kedepannya.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menambah informasi dan pengetahuan kita.

Jambi, Januari 2018

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... 1

HalamanPengesahan.............................................................................................. 2

Kata Pengantar....................................................................................................... 3

Daftar Isi ............................................................................................................... 4

3
BAB I Laporan Kasus ......................................................................................... 5

BAB II Tinjauan Pustaka....................................................................................... 13

BAB III Analisa Kasus ......................................................................................... 18

Daftar Pustaka

BAB I
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Nn. M/ Perempuan / 27 tahun
b. Pekerjaan : SPG

4
c. Alamat : RT 02 Tanjung Pasir

II. Latar Belakang Sosial-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Belum Menikah
b. Jumlah anak/saudara : Anak 1 dari 3 Bersaudara
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi rumah

Pasien tinggal dirumah panggung,


dengan atap genteng dan lantai
kayu, terdiri dari 1 ruang tamu, 1
ruang keluarga, 3 kamar tidur
dengan ventilasi cukup, 1 kamar
mandi dengan wc leher angsa.
Sumber air bersih di rumah pasien
berasal dari PDAM. Sumber
penerangan sudah menggunakan
listrik.

5
Bagian tengah rumah pasien
terdapat karpet, tempat dimana
pasien dan anggota keluarganya
sering tidur sambil menonton.

Kondisi dapur pasien tampak


kurang rapi. Banyak alat-alat
dan kain bergantungan. Pasien
memasak menggunakan
kompor gas dan tungku.

Kamar mandi pasien terdapat


beberapa bak yang kurang
bersih dan terdapat satu buah
wc leher angsa.

e. Kondisi lingkungan di sekitar rumah :


Kondisi lingkungan pasien tidak cukup padat dengan sekitarnya, halaman
rumah tampak bersih, bagian depan rumah pasien tampak banyak rumput
kecil.

6
III. Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga
Hubungan pasien dengan keluarga baik

IV. Keluhan Utama


Bercak kehitaman yang menebal di pergelangan kaki kanan sejak 1 bulan yang
lalu sebelum datang ke Puskesmas.

V. Riwayat Penyakit Sekarang :


Kurang lebih 1 bulan sebelum datang ke Puskesmas Olak Kemang
pasien mengeluhkan rasa gatal di pergelangan kaki pasien, dan timbul bintil –
bintil berisi cairan berwarna putih. Pasien sering menggaruk hingga bintil –
bintilnya pecah dan menimbulkan luka, lama kelamaan kulit di punggung kaki
mulai menebal dan bersisik. Rasa gatal semakin hebat dan pasien sering
menggaruk nya hingga berdarah.
Gatal tidak bertambah pada saat pasien berkeringat. Gatal tidak
menyebar ke tempat lain khususnya di daerah lipatan – lipatan kulit. Tidak ada
riwayat gatal setelah mengkonsumsi makanan tertentu. Tidak ada riwayat alergi
atapun digigit hewan tertentu. Pasien mengaku sering tiba-tiba merasa gatal
pada pergelangan kakinya dan gatal terasa memberat saat pasien sedang tidak
melakukan aktivitas tertentu. Pasien belum pernah berobat setelah keluhan
muncul.

VI. Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-)
- Riwayat alergi (-)
- Riwayat trauma/gigitan serang (-)

7
- Riwayat penyakit kulit (-)
- Riwayat DM (-)

VII. Riwayat Penyakit Keluarga :


- Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-)
- Riwayat alergi dalam keluarga (-)
- Riwayat penyakit dalam keluarga (-)
- Riwayat (-)

VIII. Riwayat makan, alergi, obat obatan, perilaku kesehatan dll yang relevan
Pasien bekerja sebagai seorang pegawai di sebual mall, bekerja berdasarkan
shift. Keseharian pasien memakai sepatu dan kaos kaki.

IX. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum : Tampak sakit ringan
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tekanan Darah : 120/70 mmHg
4. Pernafasan : 20x/menit
5. Nadi : 76x/menit
6. Suhu : 36,60 C
Pemeriksaan Organ
Kepala : Normocephal, Simetris
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
Telinga : Dalam Batas Normal
Hidung : Napas cuping hidung -/-, Sekret -/-, Epistaksis -/-
Mulut : Dalam Batas Normal

Thoraks
Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
Palpasi : Krepitasi (-), stem fremitus sulit di nilai
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-

8
BJI dan II regular, BJ III (-), bising jantung (-)

Abdomen
Inspeksi : Tampak datar,
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat +/+, edema -/-


Status Dermatologikus
Pada regio cruris dekstra terdapat liken, hiperpigmentasi, 1 buah,
berukuran 4x5 cm, irregular, sirkumskrip, distribusi regional, permukaan
ditutupi oleh skuama sedang selapis.

Gambar 1. Regio cruris dekstra

X. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan

XI. Usulan Pemeriksaan Penunjang :

9
Kerokan kulit KOH 10%.
Pemeriksaan histopatologi kulit
Pemeriksaan GDS

XII. Diagnosa Kerja


Liken Simpleks Kronis ICD X L28.0

XIII. Diagnosa Banding


 Dermatitis Atopik
 Tinea Corporis
 Prurigo Nodularis

XIV. Manajemen.
a. Promotif :
 Edukasi kepada pasien tentang penyakitnya dan cara – cara
penularannya
 Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
 Makan makanan yang bergizi
 Tidak menggaruk-garuk lesi
 Menghindari stress untuk menghindari faktor pemicu munculnya gatal

b. Preventif :
 Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
pasien
 Tidak menggaruk-garuk lesi agar tidak memperberat lesi
 Menghindari stress sebagai salah satu faktor pencetus terjadinya gatal
 Mendiskusikan tentang bagaimana merubah kebiasaan menggaruk.
 Memilih sabun yang lembut.

10
 Menggunakan kaos kaki yang berbahan cotton sehingga mengurangi
iritasi.
 Dapat ditutup dengan kasa basah, untuk mencegah penggarukan.

c. Kuratif :
Non Farmakologis
 Menghindari garukan pada daerah yang gatal
 Menghindari stress psikologis
 Menjaga kebersihan kulit dan kelembaban kulit
Farmakologis :
 Hidrokortison zalf kulit 2 kali sehari
 Sistemik oral :

- Cetirizin 1 x 10 mg sehari
- Dexametason 3 x 0,5 mg sehari
Pengobatan tradisional :
Bersihkan kunyit secukupnya kemudian diparut, ditambah minyak
kayu putih secukupnya, campur kedua jenis bahan kemudian dioleskan pada
punggung kaki.

d. Rehabilitatif
 Menjalankan pengobatan dengan teratur
 Kontrol teratur ke Puskesmas dan berobat sampai sembuh.
 Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
 Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
 Hindari stress agar tidak muncul rasa gatal yang berlebihan
 Jangan menggaruk lesi untuk menghindari infeksi sekunder dan
sikatriks
 Menggunakan pakaian yang longar dan menyerap keringat

11
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang

Dr. Florensia SIP : G1A216014 Dr. Florensia SIP : G1A216014


Jalan : Kelurahan Olak Kemang 082306932380 Jalan : Kelurahan Olak Kemang 082306932380

28/ 01/ 2018 28/ 01/ 2018

12
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang

Dr. Florensia SIP : G1A216014 Dr. Florensia SIP : G1A216014


Jalan : Kelurahan Olak Kemang 082306932380 Jalan : Kelurahan Olak Kemang 082306932380

28/ 01/ 2018 28/ 01/ 2018

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Liken simpleks kronik atau neurodermatitis sirkumskripta merupakan


peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit
tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan
atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Liken
simpleks kronik lebih sering pada dewasa jarang pada anak-anak, puncak insiden
pada usia antara 30 hingga 50 tahun, wanita lebih banyak daripada pria dan penyakit
ini banyak ditemukan pada bangsa Asia.1

2.2 Etiologi

13
Penyebabnya tidak diketahui dengan pasti, pruritus memainkan peran sentral
dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi. Hipotesis mengenai pruritus
dapat oleh penyakit kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan
serangga, dan aspek psikologik dengan tekanan emosi.1,2,5
Suatu hubungan antara kemungkinan jaringan saraf pusat dan perifer dan
produk sel inflamasi dalam persepsi gatal di liken simpleks kronik. Ketegangan
emosional pada penderita cenderung mungkin memainkan peran kunci dalam
mendorong sensasi pruritus, mengarahkan untuk menggaruk yang dapat menjadi
refleks dan kebiasaan. Interaksi di antara lesi primer, faktor psikis, dan intensitas
pruritus mempengaruhi tingkat dan keparahan dari liken simpleks kronik.1,3

2.3 Predileksi

Liken simpleks kronik ditemukan pada kulit di daerah yang mudah diakses
untuk digaruk. Pruritus memprovokasi garukan dan gosokan yang menghasilkan lesi
klinis, tetapi patofisiologi yang mendasari tidak diketahui. Beberapa jenis kulit lebih
rentan terhadap likenifikasi, seperti kulit yang cenderung menuju kondisi eczema
(yaitu dermatitis atopik, diatesis atopik).

Kelainan kulit pada liken simpleks kronik dapat timbul dimana saja,
biasanya lesi dijumpai pada satu tempat tetapi kadang-kadang dapat terjadi pada
beberapa tempat. Tempat yang biasa ditemukan adalah di scalp, tengkuk, samping
leher, punggung, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha
bagian medial, lutut dan tungkai bawah lateral, terutama ditemukan pada pergelangan
kaki bagian depan, dan punggung kaki.1,2,5

2.4 Manifestasi Klinis

Pada penyakit liken simpleks kronik, penderita mengeluh gatal sekali, bila
timbul malam hari dapat mengganggu tidur. Rasa gatal memang tidak terus menerus,
biasanya pada waktu tidak sibuk dan apabila muncul sulit ditahan untuk tidak

14
digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk, setelah luka rada gatal hilang untuk
sementara (karena diganti dengan rasa nyeri). Lesi biasanya tunggal, pada awalnya
berupa plak eritematosa, sedikit edema, lambat laun edema dan eritema menghilang,
bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi, sekitarnya
hiperpigmentasi dan batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis
dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi.1,4.

Gambar 2.1 dorsum pedis dengan LSK

Diagnosis liken simpleks kronik didasarkan gambaran klinis, biasanya tidak


terlalu sulit. Namun perlu dipikirkan kemungkinan penyakit kulit lain yang
memberikan gejala pruritus.1

2.5 Diagnosis Banding

Diagnosis banding liken simpleks kronik pada kasus ini adalah dermatitis
atopik dan tinea corporis, dimana yang membedakannya adalah sebagai berikut:

1. Dermatitis atopik

Dermatitis atopik merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan residif,


disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar igE dalam serum dan riwayat atopi pada
keluarga atau penderita. Pada dermatitis atopik dewasa distribusi lesi kurang

15
karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula ditemukan
setempat, misalnya di bibir (kering, pecah, bersisik), vulva, putting susu, atau scalp.
Kadang erupsi meluas dan paling parah di lipatan mengalami likenifikasi. Lesi
kering, agak menimbul, papul datar dan cenderung bergabung menjadi plak
likenifikasi dengan sedikit skuama, dan sering terjadi ekskoriasi dan eksudasi karena
garukan. Lambat laun terjadi hiperpigmentasi. Lesi sangat gatal, terutama pada
malam hari waktu beristirahat. Pada orang dewasa sering mengeluh bahwa
penyakitnya kambuh bila mengalami stress.1,2,6

Dermatitis atopi memiliki gambaran klinis yang sama dengan liken simpleks
kronik. Bedanya, predileksi dermatitis atopik pada dewasa tangan dan pergelangan
tangan, dapat pula ditemukan setempat, misalnya di bibir (kering, pecah, bersisik),
vulva, putting susu, atau scalp sedangkan pada liken simpleks kronik ditemukan pada
scalp, tengkuk, samping leher, punggung, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva,
skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut dan tungkai bawah lateral, terutama
ditemukan pada pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki.

2. Tinea Corporis

Tinea pedis merupakan dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari
dan telapak kaki dan dapat menimbulkan sedikit keluhan berupa gatal. Terdapat
bentuk moccasin foot pada tinea, yaitu pada seluruh telapak kaki, dari telapak, tepi
sampai puggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik, eritema biasanya ringan dan
terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan
kadang-kadang vesikel.1,2
Tinea pedis pada bentuk moccasin foot terdapat persamaan lokalisasi dengan
liken simpleks kronik yaitu pada punggung kaki dan terdapat keluhan yang sama
yaitu kulit menebal dan bersisik. Bedanya pada tinea pedis menimbulkan sedikit
keluhan gatal sedangkan pada liken simpleks kronik pasien mengeluh gatal hebat
terutama saat beristirahat. Untuk menyingkirkan diagnosis tinea pedis dapat juga

16
dengan melakukan pemeriksaan KOH. Pada tinea pedis didapatkan hifa pada
pemeriksaan KOH sedangkan pada liken simpleks kronik pemeriksaan KOH negatif.

2.6 Tatalaksana

Pada pasien LSK diberikan tatalaksana umum dan khusus. Tatalaksana umum
meliputi menyarankan kepada pasien untuk tidak menggaruk kulit yang mengeras
serta edukasi mengenai penyakit kepada pasien. Tatalaksana khusus adalah dengan
terapi topikal dan sistemik, topikal dapat diberikan Betamethasone diproprionate
0,05% dalam bentuk salap dioleskan pada kulit yang mengalami kelainan 2 kali
sehari selama 2 minggu.
Betamethasone dipropionate merupakan kortikosteroid topikal. Terdapat tujuh
golongan besar kortikosteroid topikal berdasarkan anti-inflamasi dan antimitotik,
betamethasone dipropionate termasuk dalam golongan I yang paling kuat daya anti-
inflamasi dan anti-mitotiknya atau disebut juga superpoten. Faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan jenis kortikosteroid topikal adalah jenis penyakit
kulit, jenis vehikulum, kondisi penyakit, yaitu stadium penyakit, luas/tidaknya lesi,
dan lokalisasi lesi, perlu juga dipertimbangkan umur penderita. Pemberian
kortikosteroid topikal potensi kuat tidak lebih dari 2 minggu 7
Terapi khusus dengan sistemik diberikan Chlorpheniramin maleat tab 3 x 4
mg/hari. Pemberian antihistamin oral secara luas digunakan untuk mengurangi
keluhan pruritus.

2.7 Prognosis

Prognosis penyakit ini umumnya baik. Lesi dapat bersih sepenuhnya. Pruritus
dapat diatasi, tetapi dapat terjadi perubahan ringan seperti jaringan parut dan pigmen
pasca pengobatan. Kekambuhan mungkin saja terjadi karena stres psikis, udara panas,
kelembaban, maupun iritasi kulit atau alergi.2,6

17
BAB III
ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Keadaan rumah pasien cukup bersih dan terawat dengan ventilasi
udara dan penerangan yang cukup. Namun pada bagian dapur tampak
berantakan karena banyaknya alat-alat dapur yang diletakkan tidak pada
tempatnya, Kamar mandi cukup bersih serta halaman rumah yang terawatt,
tampak banyak rumput-rumput kecil.. Pada kasus ini tidak ada hubungan
dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar

18
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam
keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien dan tidak ada riwayat penyakit seperti diabetes melitus maupun
alergi terhadap obat ataupun makanan dan tidak ditemukan adanya masalah
psikososial dalam keluarga. Sehingga tidak ada hubungan penyakit pada kasus
ini dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Perilaku kesehatan pasien seperti kebiasaan menggaruk-garuk kulit
yang gatal merupakan penyebab terjadinya penyakit liken simpleks. Selain itu
keadaan lingkungan yang panas menyebabkan rasa gatal yang berlebihan,
selain itu pasien merupakan orang yang mudah stres terutama jika sedang
mendapatkan masalah, sehingga kemungkinan terdapat hubungan antara
diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada


pasien ini
Faktor resiko atau etiologi pada pasien ini kemungkinan adalah
penyakit liken simpleks insiden terjadinya lebih sering pada wanita daripada
pria. Penyakit ini sering muncul pada usia dewasa, terutama usia 30 hingga 50
tahun. Gatal biasanya dikatakan lebih parah pada saat periode dimana pasien
tidak ada aktivitas, seperti pada waktu tidur dan pada saat malam. Sentuhan
dan stress emosional juga dapat memicu gatal. Faktor lingkungan seperti
panas dan udara yang kering dapat berimplikasi dalam menyebabkan iritasi
yang dapat menginduksi gatal. Suhu yang tinggi memudahkan seseorang
berkeringat sehingga dapat mencetuskan gatal.

19
e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan
dengan faktor risiko atau etiologi pada pasien ini.
Pasien diberikan beberapa edukasi mengenai penyebab penyakitnya
dan cara pengobatannya. Hal tersebut mencakup edukasi mengenai larangan
untuk menggaruk daerah yang sakit, karena hal tersebut dapat memperburuk
keadaan penyakitnya, dan menghindari stress psikis, karena salah satu faktor
predisposisi dan faktor yang memberatkan adalah status psikologik pasien,
menghindari menggaruk pada bagian yang gatal untuk menghindari adanya
trauma pada kulit yang menjadi predisposisi terjadinya infeksi sekunder.
Selain itu, pasien juga diajarkan untuk mengobservasi aktivitas sehari-harinya
yang berkontak dengan lingkungannya, untuk mencari kemungkinan adanya
dermatitis kontak. Pasien juga dianjurkan untuk makan – makanan yang
bergizi tinggi agar daya tahan tubuh optimal.

f. Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga


o Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya, cara penularan,
perjalanan penyakit dan tatalaksana yang dapat mengurangi keluhan
pasien
o Menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta meningkatkan konsumsi
makanan bergizi
o Menjelaskan kepada pasien untuk menghindari stress yang memicu
timbulnya rasa gatal dan penggarukan.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito SA, Djuanda Suria. Neurodermatitis sirkumskripta. Dalam Djuanda A,


Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi Kelima. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:2008:147-148
2. Siregar. Saripati penyakit kulit. Edisi kedua. Jakarta:EGC:2004: Hal 129-30

3. Daniel J, Dirk M. Lichen Simplex Chronicus.(diakses 22 Juni 2015) diunduh


dari: http://emedicine.medscape.com/article/1123423-overview

21
4. Saputra A. Neurodermatitis Sirkumskripta. (diakses 22 Juni 2015) diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/50423503/Neurodermatitis-Sirkumskripta
5. Harahap M. Ilmu penyakit kulit. Jakarta: Hipokrates: 2000: Hal.16-7
6. Sjamsoe E, Menaldi S, Made I. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia Sebuah
Panduan Bergambar. Jakarta: Medical Multimedia Indonesia; 2005: Hal 18-9
7. Hamzah Mochtar. Dermato-terapi. Dalam Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia:2008:147-148

22

Anda mungkin juga menyukai