Laporan Kasus LSK
Laporan Kasus LSK
Disusun Oleh :
Florensia, S.Ked ( G1A216014 )
Preseptor :
Dr. Azwar Djauhari, M.Sc
1
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
2
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME sebab karena
rahmat-Nya laporan kasus dengan judul Liken Simpleks Kronis ini dapat
terselesaikan. Laporan kasus ini dibuat sebagai tugas dalam menjalankan
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi.
Dalam kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada dr.
Azwar Djauhari, M.Sc yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran
dalam memberikan ilmu yang sangat berguna ketika diskusi selama
kepaniteraan klinik di stase Ilmu Kesehatan Masyarakat ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena penulis masih dalam tahap belajar dan kurangnya
pengalaman serta pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran agar lebih baik kedepannya.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menambah informasi dan pengetahuan kita.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... 1
HalamanPengesahan.............................................................................................. 2
Kata Pengantar....................................................................................................... 3
3
BAB I Laporan Kasus ......................................................................................... 5
Daftar Pustaka
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Nn. M/ Perempuan / 27 tahun
b. Pekerjaan : SPG
4
c. Alamat : RT 02 Tanjung Pasir
5
Bagian tengah rumah pasien
terdapat karpet, tempat dimana
pasien dan anggota keluarganya
sering tidur sambil menonton.
6
III. Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga
Hubungan pasien dengan keluarga baik
7
- Riwayat penyakit kulit (-)
- Riwayat DM (-)
VIII. Riwayat makan, alergi, obat obatan, perilaku kesehatan dll yang relevan
Pasien bekerja sebagai seorang pegawai di sebual mall, bekerja berdasarkan
shift. Keseharian pasien memakai sepatu dan kaos kaki.
Thoraks
Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
Palpasi : Krepitasi (-), stem fremitus sulit di nilai
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
8
BJI dan II regular, BJ III (-), bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar,
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
X. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan
9
Kerokan kulit KOH 10%.
Pemeriksaan histopatologi kulit
Pemeriksaan GDS
XIV. Manajemen.
a. Promotif :
Edukasi kepada pasien tentang penyakitnya dan cara – cara
penularannya
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
Makan makanan yang bergizi
Tidak menggaruk-garuk lesi
Menghindari stress untuk menghindari faktor pemicu munculnya gatal
b. Preventif :
Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
pasien
Tidak menggaruk-garuk lesi agar tidak memperberat lesi
Menghindari stress sebagai salah satu faktor pencetus terjadinya gatal
Mendiskusikan tentang bagaimana merubah kebiasaan menggaruk.
Memilih sabun yang lembut.
10
Menggunakan kaos kaki yang berbahan cotton sehingga mengurangi
iritasi.
Dapat ditutup dengan kasa basah, untuk mencegah penggarukan.
c. Kuratif :
Non Farmakologis
Menghindari garukan pada daerah yang gatal
Menghindari stress psikologis
Menjaga kebersihan kulit dan kelembaban kulit
Farmakologis :
Hidrokortison zalf kulit 2 kali sehari
Sistemik oral :
- Cetirizin 1 x 10 mg sehari
- Dexametason 3 x 0,5 mg sehari
Pengobatan tradisional :
Bersihkan kunyit secukupnya kemudian diparut, ditambah minyak
kayu putih secukupnya, campur kedua jenis bahan kemudian dioleskan pada
punggung kaki.
d. Rehabilitatif
Menjalankan pengobatan dengan teratur
Kontrol teratur ke Puskesmas dan berobat sampai sembuh.
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Hindari stress agar tidak muncul rasa gatal yang berlebihan
Jangan menggaruk lesi untuk menghindari infeksi sekunder dan
sikatriks
Menggunakan pakaian yang longar dan menyerap keringat
11
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang
12
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
13
Penyebabnya tidak diketahui dengan pasti, pruritus memainkan peran sentral
dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi. Hipotesis mengenai pruritus
dapat oleh penyakit kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan
serangga, dan aspek psikologik dengan tekanan emosi.1,2,5
Suatu hubungan antara kemungkinan jaringan saraf pusat dan perifer dan
produk sel inflamasi dalam persepsi gatal di liken simpleks kronik. Ketegangan
emosional pada penderita cenderung mungkin memainkan peran kunci dalam
mendorong sensasi pruritus, mengarahkan untuk menggaruk yang dapat menjadi
refleks dan kebiasaan. Interaksi di antara lesi primer, faktor psikis, dan intensitas
pruritus mempengaruhi tingkat dan keparahan dari liken simpleks kronik.1,3
2.3 Predileksi
Liken simpleks kronik ditemukan pada kulit di daerah yang mudah diakses
untuk digaruk. Pruritus memprovokasi garukan dan gosokan yang menghasilkan lesi
klinis, tetapi patofisiologi yang mendasari tidak diketahui. Beberapa jenis kulit lebih
rentan terhadap likenifikasi, seperti kulit yang cenderung menuju kondisi eczema
(yaitu dermatitis atopik, diatesis atopik).
Kelainan kulit pada liken simpleks kronik dapat timbul dimana saja,
biasanya lesi dijumpai pada satu tempat tetapi kadang-kadang dapat terjadi pada
beberapa tempat. Tempat yang biasa ditemukan adalah di scalp, tengkuk, samping
leher, punggung, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha
bagian medial, lutut dan tungkai bawah lateral, terutama ditemukan pada pergelangan
kaki bagian depan, dan punggung kaki.1,2,5
Pada penyakit liken simpleks kronik, penderita mengeluh gatal sekali, bila
timbul malam hari dapat mengganggu tidur. Rasa gatal memang tidak terus menerus,
biasanya pada waktu tidak sibuk dan apabila muncul sulit ditahan untuk tidak
14
digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk, setelah luka rada gatal hilang untuk
sementara (karena diganti dengan rasa nyeri). Lesi biasanya tunggal, pada awalnya
berupa plak eritematosa, sedikit edema, lambat laun edema dan eritema menghilang,
bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi, sekitarnya
hiperpigmentasi dan batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis
dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi.1,4.
Diagnosis banding liken simpleks kronik pada kasus ini adalah dermatitis
atopik dan tinea corporis, dimana yang membedakannya adalah sebagai berikut:
1. Dermatitis atopik
15
karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula ditemukan
setempat, misalnya di bibir (kering, pecah, bersisik), vulva, putting susu, atau scalp.
Kadang erupsi meluas dan paling parah di lipatan mengalami likenifikasi. Lesi
kering, agak menimbul, papul datar dan cenderung bergabung menjadi plak
likenifikasi dengan sedikit skuama, dan sering terjadi ekskoriasi dan eksudasi karena
garukan. Lambat laun terjadi hiperpigmentasi. Lesi sangat gatal, terutama pada
malam hari waktu beristirahat. Pada orang dewasa sering mengeluh bahwa
penyakitnya kambuh bila mengalami stress.1,2,6
Dermatitis atopi memiliki gambaran klinis yang sama dengan liken simpleks
kronik. Bedanya, predileksi dermatitis atopik pada dewasa tangan dan pergelangan
tangan, dapat pula ditemukan setempat, misalnya di bibir (kering, pecah, bersisik),
vulva, putting susu, atau scalp sedangkan pada liken simpleks kronik ditemukan pada
scalp, tengkuk, samping leher, punggung, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva,
skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut dan tungkai bawah lateral, terutama
ditemukan pada pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki.
2. Tinea Corporis
Tinea pedis merupakan dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari
dan telapak kaki dan dapat menimbulkan sedikit keluhan berupa gatal. Terdapat
bentuk moccasin foot pada tinea, yaitu pada seluruh telapak kaki, dari telapak, tepi
sampai puggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik, eritema biasanya ringan dan
terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan
kadang-kadang vesikel.1,2
Tinea pedis pada bentuk moccasin foot terdapat persamaan lokalisasi dengan
liken simpleks kronik yaitu pada punggung kaki dan terdapat keluhan yang sama
yaitu kulit menebal dan bersisik. Bedanya pada tinea pedis menimbulkan sedikit
keluhan gatal sedangkan pada liken simpleks kronik pasien mengeluh gatal hebat
terutama saat beristirahat. Untuk menyingkirkan diagnosis tinea pedis dapat juga
16
dengan melakukan pemeriksaan KOH. Pada tinea pedis didapatkan hifa pada
pemeriksaan KOH sedangkan pada liken simpleks kronik pemeriksaan KOH negatif.
2.6 Tatalaksana
Pada pasien LSK diberikan tatalaksana umum dan khusus. Tatalaksana umum
meliputi menyarankan kepada pasien untuk tidak menggaruk kulit yang mengeras
serta edukasi mengenai penyakit kepada pasien. Tatalaksana khusus adalah dengan
terapi topikal dan sistemik, topikal dapat diberikan Betamethasone diproprionate
0,05% dalam bentuk salap dioleskan pada kulit yang mengalami kelainan 2 kali
sehari selama 2 minggu.
Betamethasone dipropionate merupakan kortikosteroid topikal. Terdapat tujuh
golongan besar kortikosteroid topikal berdasarkan anti-inflamasi dan antimitotik,
betamethasone dipropionate termasuk dalam golongan I yang paling kuat daya anti-
inflamasi dan anti-mitotiknya atau disebut juga superpoten. Faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan jenis kortikosteroid topikal adalah jenis penyakit
kulit, jenis vehikulum, kondisi penyakit, yaitu stadium penyakit, luas/tidaknya lesi,
dan lokalisasi lesi, perlu juga dipertimbangkan umur penderita. Pemberian
kortikosteroid topikal potensi kuat tidak lebih dari 2 minggu 7
Terapi khusus dengan sistemik diberikan Chlorpheniramin maleat tab 3 x 4
mg/hari. Pemberian antihistamin oral secara luas digunakan untuk mengurangi
keluhan pruritus.
2.7 Prognosis
Prognosis penyakit ini umumnya baik. Lesi dapat bersih sepenuhnya. Pruritus
dapat diatasi, tetapi dapat terjadi perubahan ringan seperti jaringan parut dan pigmen
pasca pengobatan. Kekambuhan mungkin saja terjadi karena stres psikis, udara panas,
kelembaban, maupun iritasi kulit atau alergi.2,6
17
BAB III
ANALISA KASUS
18
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam
keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien dan tidak ada riwayat penyakit seperti diabetes melitus maupun
alergi terhadap obat ataupun makanan dan tidak ditemukan adanya masalah
psikososial dalam keluarga. Sehingga tidak ada hubungan penyakit pada kasus
ini dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.
19
e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan
dengan faktor risiko atau etiologi pada pasien ini.
Pasien diberikan beberapa edukasi mengenai penyebab penyakitnya
dan cara pengobatannya. Hal tersebut mencakup edukasi mengenai larangan
untuk menggaruk daerah yang sakit, karena hal tersebut dapat memperburuk
keadaan penyakitnya, dan menghindari stress psikis, karena salah satu faktor
predisposisi dan faktor yang memberatkan adalah status psikologik pasien,
menghindari menggaruk pada bagian yang gatal untuk menghindari adanya
trauma pada kulit yang menjadi predisposisi terjadinya infeksi sekunder.
Selain itu, pasien juga diajarkan untuk mengobservasi aktivitas sehari-harinya
yang berkontak dengan lingkungannya, untuk mencari kemungkinan adanya
dermatitis kontak. Pasien juga dianjurkan untuk makan – makanan yang
bergizi tinggi agar daya tahan tubuh optimal.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
4. Saputra A. Neurodermatitis Sirkumskripta. (diakses 22 Juni 2015) diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/50423503/Neurodermatitis-Sirkumskripta
5. Harahap M. Ilmu penyakit kulit. Jakarta: Hipokrates: 2000: Hal.16-7
6. Sjamsoe E, Menaldi S, Made I. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia Sebuah
Panduan Bergambar. Jakarta: Medical Multimedia Indonesia; 2005: Hal 18-9
7. Hamzah Mochtar. Dermato-terapi. Dalam Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia:2008:147-148
22