Program Kesehatan Peduli Remaja
Program Kesehatan Peduli Remaja
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Usia anak remaja merupakan masa yang rawan, bukan anak-anak lagi dan
juga bukan orang dewasa, dan mereka masih mencari jati diri. Masa inilah yang
perlu juga menjadi perhatian kita. Sebagai salah satu wujud kepedulian pemerintah
pada remaja dimana remaja pada masa mendatang yang akan menjadi generasi
penerus bangsa pemerintah melalui departemen kesehatan menggalakan program
PKPR ( Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ).
Sejak tahun 2003, Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). yang
ditujukan dan dapat dijangkau remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan
tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan
terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan
dan selera remaja diperkenalkan dan dijalankan di puskesmas.
Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dilayani di Puskesmas PKPR
(Puskesmas yang menerapkan PKPR). Di Puskesmas PKPR, tersedia tenaga
kesehatan yang peduli dan siap melayani semua kelompok usia remaja. Disini
remaja dilayani dengan sikap menyenangkan, dihargai dan diterima dengan tangan
terbuka.
Kegiatan PKPR diantaranya penyuluhan, pelayanan klinis maupun konseling
oleh pelaksana program, serta melatih konselor sebaya. Konselor sebaya yang
dimaksud adalah kader kesehatan remaja yang telah diberi tambahan pelatihan
interpersonal relationship dan konseling.
PKPR dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas.
Jumlah Puskesmas PKPR dari 26 provinsi yang melaporkan sampai dengan bulan
Desember 2008 sebanyak 1611 puskesmas dan jumlah tenaga kesehatan yang
dilatih PKPR sebanyak 2256 orang.
B. TUJUAN
1. Memahami pengertian PKPR
2. Memahami tujuan PKPR
3. Memahami sasaran PKPR
4. Memahami karakteristik PKPR
1
5. Memahami Strategi pelaksanan dan pengembangan PKPR
6. Memahami langkah – langkah pembentukan dan pelaksanaan PKPR
7. Memahami jenis kegiatan PKPR
8. Mampu untuk menjadi Konselor PKPR.
2
BAB II
PROGRAM KESEHATAN PEDULI REMAJA
B. TUJUAN
Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas.
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan
masalah kesehatan khusus remaja,
3
Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
pelayanan kesehatan remaja.
Menambah wawasan dan teman melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan, dialog
interaktif, Focus Group Discussion (FGD), seminar, jambore, dll
Konseling/curhat masalah kesehatan dan berbagai masalah remaja lainnya (dan
kerahasiaannya dijamin)
Remaja dapat menjadi peer counselor/kader kesehatan remaja agar dapat ikut
membantu teman yang sedang punya masalah
C. SASARAN
Semua remaja dimana saja berada baik di sekolah atau di luar sekolah seperti karang
taruna, remaja mesjid/gereja/vihara/pura, pondok pesantren, asrama, dan kelompok
remaja lainnya.
1. Batasan remaja
Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi anatara masa kanak – kanak
dan dewasa. Menurut WHO, remaja adalah anak yang berusia antara 10-19 tahun.
Terdiri dari :
a. Masa remaja awal yaitu 10 – 14 tahun.
b. Masa remaja pertengahan yaitu 14 – 17 tahun.
c. Masa remaja akhir yaitu 17 – 19 tahun.
Sedangkan menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI,
2007) remaja adalah laki-laki dan perempuan yang belum kawin dengan batasan
usia meliputi 15-24 tahun.
4
3. Perkembangan remaja
a. Perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik remaja mempunyai 3 ciri khas:
Adanya dorongan tumbuh yang kuat.
Adanya pertumbuhan dan perkembangan kelenjar hormon seks
Meningkatnya fungsi berbagai organ tubuh sehingga menghasilkan
kekuatan fisik yang besar.
b. Perkembangan psikososial ( kejiwaan )
1) Perkembangan psikososial remaja awal
Cemas terhadap penampilan badan atau fisik
Perubahan hormonal
Menyatakan kebebasan dan merasa seorang individu, tidak hanya
sebagai seorang anggota keluarga
Perilaku memberontak dan melawan
Kawan menjadi lebih penting
Perasaan memiliki teman sebaya.
2) Perkembangan psikososial remaja pertengahan
Lebih mampu berkompromi
Belajar berfikir secara independen dan membuat keputusan sendiri
Terus menerus bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang
dirasakan nyaman
Merasa perlu mengumpu;kan pengalaman baru, mengujinya walaupun
beresiko
Tidak lagi terfokus pada diri sendiri
Membangun norma dan mengembangkan moralitas
Mulai membutuhkan lebih banyak teman
Mulai membina hubungan dengan lawan jenis
Intelektual lebih berkembang dan ingin tahu tentang banyak hal
Berkembang kemampuan intrlrktual khusus
Mengembangkan minat yang besar dalam bidang seni dan olah raga
Senang berpetualang dan ingin bepergian sevara mandiri
3) Perkembangan psikososial remaja akhir
Ideal
Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar keluarga
5
Harus belajar untuk mencapai kemandirian dalam bidang finansial dan
emosional
Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis
Merasa sebagai orang dewasa yang esetara dengan anggota keluarga lain
Hampir siap untuk menjadi orang dewasa yang mandiri
D. KARAKTERISTIK PKPR
Karakteristik PKPR merujuk WHO ( 2003) memerlukan :
1. Kebijakan yang peduli remaja
Kebijakan peduli remaja bertujuan untuk :
Memenuhi hak remaja
Tidak membatasi pelayanan karena kecacatan, etnik, usia dan status
Memberikan perhatian pada keadilan dan kesetaraan gender.
Menjamin privasi dan kerahasiaan.
Mempromosikan kemandirian remaja
Menjamin biaya yang terjangkau / gratis.
2. Prosedur pelayanan yang peduli remaja
Pendaptaran dan pengambilan kartu yang mudah dan dijamin kerahasiaanya.
6
Waktu tunggu yang pendek
Dapat berkunjung sewaktu waktu dengan atau tanpa perjanjian.
3. Petugas khusus yang peduli remaja
Petugas yang melayani PKPR di Puskesmas PKPR bisa seorang dokter, bidan
atau perawat yang sudah terlatih. Mereka akan melayani dengan sabar, ramah,
siap menampung segala permasalahan remaja serta siap berdiskusi (memberikan
konseling).
Petugas khusus yang peduli remaja harus memenuhi kriteria:
Mempunyai perhatian dan peduli, baik budi, penuh pengertian, bersahabat,
memiliki kompetensi teknis dalam memberikan pelayanan khusus kepada
remaja, mempunyai ketrampilan komunikasi interpersonal dan konseling.
Mempunyai motivasi untuk menolong dan bekerjasama dengan remaja.
Tidak menghakimi, tidak bersikap dan berkomentar tidak menyenangkan atau
merendahkan.
Dapat dipercaya dan dapat menjaga kerahasiaan.
Mampu dan mau mengorbankan waktu sesuai kebutuhan.
Dapat/mudah ditemui pada kunjungan ulang.
Menunjukkan sikap menghargai kepada semua remaja dan tidak membeda-
bedakan.
Mau memberikan informasi dan dukungan yang cukup hingga remaja dapat
memutuskan pilihan yang tepat untuk mengatasi maalahnya atau memenuhi
kebutuhannya.
4. Petugas pendukung yang peduli remaja
Menunjukan sikap menghargai dan tidak membedakan.
Mempunyai kompetensi sesuai dengan bidangnya.
Mempunyai motivasi untuk menolong dan memberikan dukungan pada remaja.
5. Fasilitas kesehatan yang peduli remaja
Lingkungan yang aman berarti bebas dari ancaman dan tekanan sehingga
menimbulkan rasa tenang dan remaja tidak segan berkunjung kembali.
Lokasi pelayanan yang nyaman dan mudah dicapai.
Fasilitas yang baik menjamin privasi dan kerahasiaan.
Jam kerja yang nyaman menyesuaikan dengan waktu luang remaja
Tidak ada stigma misalnya kedatangan remaja ke puskesmas semula dianggap
pasti memiliki masalah seksual atau penyalahgunaan NAPZA.
7
6. Partisifasi atau keterlibatan keluarga
Remaja mendapat informasi yang jelas tentang adanya pelayanan, cara
mendapatkan pelayanan, kemudia memanfaatkan dan mendukung
pelaksanaannya.
Remaja perlu dilibatkan secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
pelayanan.
7. Keterlibatan masyarakat
Perlu dilakukan dialog dengan masyarakat tentang PKPR sehingga masyarakat :
Mengetahui keberadaan PKPR dan menghargai nilainya.
Mendukung kegiatannya dan membantu meningkatkan mutumpelayanannya.
8. Berbasis masyarakat, menjangkau ke luar gedung,serta mengupayakan pelayanan
sebaya.
Pelayanan sebaya adalah KIE untuk konseling remaja dan rujukannya oleh teman
sebayanya yang terlatih menjadi pendidik sebaya ( peer aducator ) dan konselor sebaya
( peer counselor )
9. Pelayanan harus sesuai dan komprehensif
Meliputi kebutuhan tumbuh kembang, dan kesehatan fisik , psikologis dan
social.
Menyediakan paket komprehensif dan rujukan ke pelayanan terkait remaja
lainya.
Menyederhanakan proses pelayanan dan menghilangkan prosedur yang tidak
penting.
10. Pelayanan yang efektif
Dipandu oleh pedoman dan prosedur tetap penatalaksanaan yang sudah teruji.
Memiliki sarana dan prasarana yang cukup untuk melaksanakan pelayanan.
Mempunyai system jaminan mutu untuk pelayanannya.
11. Pelayanan yang efisien
Mempunyai system informasi manajemen termasuk informasi tentang biaya dan
mempunyai system agar informasi itu dapat dimanfaatkan.
8
E. STRATEGI PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PKPR
1. Penggalangan kemitraan dengan membangun kerjasama atau jejaring kerja.
Penggalangan kemitraan didahului dengan advokasi kebijakan public sehingga
PKPR di puskesmas dapat pula di promosikan oleh pihak lain, selanjutnya dikenal
dan di dukung oleh masyarakat.
2. Pemenuhan sarana dan prasarana dilaksanakan secara bertahap.
3. Penyertaan remaja secara aktif
Dengan di keterlibatan remaja informasi pelayanan dapat cepat meluas.
4. Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin bahkan kalau mungkin gratis.
5. Dilaksanakannya kegiatan minimal.
Pemberian KIE, pelaksanaan konseling serta pelayanan klinis medis termasuk
laboratorium dan rujukan, dilaksanakan sejak awal dan bersamaan.
6. Ketepatan penentuan prioritas sasaran.
Sasaran ini misalnya remaja sekolah, remaja jalanan, karang taruna, buruh pabrik,
PSK remaja dan sebagainya.
7. Ketepatan pengembangan jenis kegiatan
Perluasan kegiatan PKPR ditentukan sesuai dengan masalah dan kebutuhan
setempat serta sesuai dengan kemampuan puskesmas.
8. Pelembagaan monitoring dan evaluasi internal.
Monitoring dan evaluasi secara periodic yang dilakukan oleh tim jaminan mutu
puskesmas merupakan bagian dari upaya peningkatan akses dan kualitas PKPR.
9
d. Identifikasi kebuttuhan sarana dan prasarana termasuk buku – buku pedoman.
Metode kajian dengan mengambil data sekunder dari berbagai sumber,
pemerintah dan swasta, dan wawancara dengan sasaran langsung atau tidak
langsung ( orang tua, guru, pengurus asrama, dll ).
2. Advokasi kebijakan public
Kebijakan public adalah pernyataan kebijakan dari penguasa dengan tujuan
mengarahkan dan mengendalikan institusi, masyarakat atau individu. Dengan
advokasi diharapkan mendapat dukungan sehingga dapat mempercepat
keberhasilan pembentukan dan pelaksanaan PKPR. Contoh :
a. Dukungan pemerintah daerah dan pengadaan dana untuk pelaksanaan PKPR
antara lain pengadaan poster, pengadaan ruang konseling, biaya rujuakan,
kegiatan dirumah singgah dan lain – lain.
b. Penggalian potensi masyarakat dan pendanaan
c. Pembentukan jejaring khusus melalui peran politis unttuk memperkuat system
rujukan berupa :
Rujukan social antara lain penyaluran pelatihan keterampilan remaja pasca
rehabilitasi NAPZA atau mempersiapkan remaja pra nikah.
Rujukan medis bagi remaja yang membutuhkan
Rujukan pranata hokum diperlukan untuk kasus tindakan kekerasan.
3. Persiapan pelaksanaan PKPR di puskesmas
Sosialisasi internal
Penunjukan petugas
Pembentukan tim
Timterdiri dari dokter, para medis ( bidan dan perawat ), petugas UKS, petugas
penyuluhan, petugas gizi dan petugas lain yang dibutuhkan.
Pelatihan formal petugas PKPR
Penentuan jenis kegiatan, pelayanan, serta sasaran
Selain kegiatan KIE, konseling dan pelayanan klinis medis dapat pula dilakukan
perluasan kegiatan seperti :
Penyediaan pelayanan hot line di puskesmas
Penanganan anak jalanan di wilayah puskesmas
Revitalisasi pembinaan dan pelaksanaan UKS di sekolah lanjutan
10
Pemenuhan sarana dan prasarana
Pemenuhan sarana dan prasarana selain memberikan kenyamanan, menjaga
privasi, serta menjamin kerahasiaan juga memudahkan untuk pemberi layanan.
Penentuan prosedur pelayanan
Penentuan biaya layanan, jam buka, penentuan desain, proses pemberian dan
penyimpanan kartu, register dan catatan ( status ) medis / konseling, penentuan
alur pelayanan.
4. Sosialisasi eksternal
Dapat dilakukan dalam setiap kesempatan dan waktu baik forum resmi maupun
tidak resmi, ditempat remaja berada, melalui leaflet, selebara, atau ceramah..
Perlibatan pers dapat mempercepat sosialosasi.
5. Pelaksanaan PKPR
Pelaksanaan PKPR penting segera dilaksanakan meskipun sarana dan prasarana
belum lengkap.
11
Bila perlu pelayanan medis:
Pemeriksaan infeksi saluran reproduksi
Kehamilan, perkosaan
Pasca keguguran, kontrasepsi
konseling lanjutan bila perlu
12
Bersifat pribadi namun profesional
c. Tujuan konseling
Memberikan keterampilan, pengetahuan dan jangkauan kepada berbagai
sumber daya
Membantu klien menanggapi masalah2 dalam kehidupan klien
d. Proses konseling
Sebaiknya jangan hanya diberikan sekali, sebenarnya merupakan proses
jangka panjang
Konseling dapat diberikan secara individual,maupun kelompok
Memakai pendekatan humanistik, yaitu individu mempunyai kebebasan
untuk memilih / menentukan yang dianggapnya terbaik bagi dirinya sendiri
e. 6 langkah kunci konseling
Great ( berikan salam )
Ask ( tanyakan )
Tell ( berikan informasi )
Help ( bantu )
Explaining ( jelaskan )
Return ( kunjungan )
f. Sifat – sifat yang diperlukan dari konselor
Menerima
Terbuka
Memiliki minat dan kesanggupan untuk membantu orang lain
Sabar dan adil, emosi stabil, tenang dan simpatik
Supel, ramah, menyenangkan , perhatian terhadap orang lain
Memiliki keberanian menghadapi masalah
Memahami batas – batas lkemampuan yang ada pada dirinya
Mampu mengenal dan memahami klien
4. Pendidikan keterampilan hidup sehat ( PKHS )
PKHS merupakan kemampuan psikologis seseorang untuk memenuhi kebutuhan
dan mengatasi masalah dalam kehidupan sehari – hari secara efektif.
PKHS dapat diberikan secara berkelompok dimana saja disekolah, puskesmas,
rumah singgah, sanggar, dll.
Kompetensi psikososial ( PKHS ) memiliki 10 aspek yaitu :
a. Pengambilan keputusan
13
b. Pemecahan masalah
c. Berfikir kreatif
d. Berfikir kritis
e. Komunikasi efektif
f. Hubungan interpersonal
g. Kesadaran diri
h. Empati
i. Mengendalikan emosi
j. Mengatasi stress
PKHS dapat dilaksanakan dalam bentuk bermain peran, drama, diskusi, dll.
5. Pelatihan pendidik dan konselor sebaya
Keuntungan melatih remaja menjadi kader kesehatan remaja ( pendidik sebaya )
yaitu pendidik sebaya akan berperan sebagai agen perubah sebayanya untuk
berprilaku sehat, sebagai agen promotor keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok
yang siap membantu dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Pendidik
sebaya dapat diberikan pelatihan tambahan untuk memperdalam keterampilan
interpersonal relationship dan konseling sehingga dapat berperan sebagai konselor
remaja.
6. Pelayanan rujukan
Rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi, rujukan social, dan rujukan
pranatta hukum.
14
b. Sarana institusi
c. Kepuasan klien
d. Kelengkapan jaringan pelyanan rujukan
2. Akses
e. Jumlah pelaksanaan KIE dan konseling kasus lama dan kasus baru, jumlah
kunjungan klien, didalam gedung dan di luar gedung.
f. Prakuensi petugas puskesmas berperan sebagai narasumber atau fasilitator
kegiatan remaja.
g. Jumlah kader ( pendidik / konselor ) sebaya yang dilatih puskesmas
h. Jumlah rujukan masuk dari masyarakat
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejak tahun 2003, model pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat
dijangkau remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka,
menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan
kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera
remaja, diperkenalkan dengan sebutan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR).
PKPR dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas,
termasuk Poskestren, menjangkau kelompok remaja sekolah dan kelompok luar
sekolah, seperti kelompok anak jalanan, karang taruna, remaja mesjid atau gereja,
dan lain-lain, dilaksanakan oleh petugas puskesmas atau petugas lain di institusi
atau masyarakat.
Jenis kegiatan PKPR meliputi penyuluhan, pelayanan klinis medis termasuk
pemeriksaan penunjang, konseling, pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS),
peltihan pendidik sebaya (yang diberi pelatihan menjadi kader kesehatan remaja)
dan konselor sebaya (pendidik sebaya yang diberi tambahan pelatihan interpersonal
relationship dan konseling), serta pelayanan rujukan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Tim pembina UKS Propinsi Jawa Barat, 2007, Pedoman pelaksanaan UKS untuk
guru di jawa barat.
Depkes RI, direktorat kesga, materi pelatihan pelayanan kesehatan peduli remaja,
2003
17
MAKALAH
PROGRAM KESEHATAN PEDULI REMAJA
Disusun Oleh:
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
2013
18
KATA PENGANTAR
Puji dansyukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatdan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami
tentang PROGRAM KESEHATAN PEDULI REMAJAyang akan sangat berguna
terutama untuk mahasiswa. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang
membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.
Penulis
19
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................................ 1
DAFTAR PUSTAKA
20
ii