Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KAJIAN KEISLAMAN

AKHLAK PERGAULAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN


DALAM BEKERJA DI RUMAH SAKIT UMUM
Disusun guna melengkapi tugas dalam Praktek Klinik Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis

Disusun oleh:
Nuzula Syifaul Khujun
(A01101553)

Dosen Pengampuh:
Bambang Utoyo, M.Kep.

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
KEBUMEN
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak mulia dalam pergaulan laki-laki dan perempuan berperan penting
dalam mewujudkan suatu kehidupan bermakna, damai dan bermartabat.
Akhlak mulia menyangkut etika, budi pekerti, dan moral sebagai manifestasi
dari pendidikan agama.
Sering kali terdengar bila bicara soal akhlak laki-laki dan perempuan
yang kerap terdengar adalah segala penyimpangannya, tetapi ada juga akhlak
yang sangat kontras yaitu mereka yang menjaga akhlaknya. Mereka
menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu, bahkan banyak juga yang masih
remaja sudah hapal Al-Qur’an.
Akhlak yang baik adalah fondasi agama dan merupakan hasil dari usaha
orang-orang bertakwa. Dengan akhlak yang baik, pelakunya akan terangkat ke
derajat yang tertinggi. Tidak ada amalan yang lebih berat dalam timbangan
seorang muslim dihari kiamat nanti dari pada akhlak yang baik.
Pengarahan yang tepat ialah dengan mengikuti contoh konkret lewat
keteladanan Rasulullah saw. Dengan dukungan orang tua dan pendidikan
formal, insyaAllah akan memperkuat dasar akidah remaja sehingga dia akan
siap terjun dalam pergaulan masyarakat yang lebih luas. Dia biasa menjalankan
tanggung jawabnya terhadap diri sendiri dan lingkunganya yang semuanya
akan bermuara pada realisasi tanggung jawabnya kepada Allah swt.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini secara garis besar rumusan masalahnya adalah:
1. Model Pergaulan dalam Perspektif Islam
2. Tata Cara Bergaul dengan Lawan Jenis
3. Menjauhi Perbuatan Zina
4. Tata Cara Pergaulan Remaja
5. Tata Cara Pergaulan Lawan Jenis Berdasarkan Reportase Hadist
C. Tujuan
Tujuan pembahasan makalah ini yang bertemakan ahklak pergaulan laki-
laki dan perempuan yaitu agar orang-orang khususnya laki-laki dan perempuan
menyadari betapa pentingnya ahklak dalam pergaulan laki-laki dan perempuan.
Selain itu agar mereka senantiasa membiasakan diri untuk berprilaki terpuji
dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dan agar remaja
mengetahui bentuk dan contoh dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Pergaulan Dalam Perspektif Islam


Allah Swt menciptakan manusia terdiri dari laki-laki dan
perempuan.Sementara itu, islam adalah agama yang sempurna, yang di
dalamnya di atur seluk-beluk kehidupan manusia, termasuk di antaranya adalah
bagaimana pergaulan laki-laki dan perempuan. Dalam hubungan antara laki-
laki dan perempuan, islam telah menetapkan adab dan etika cara bergaul. Adap
pergaulan laki-laki dan perempuan memang di butuhkan oleh setiap manusia
demi meraih ridho dan kecintaan allah Swt. Di samping itu, karena hubungan
antar lawan jenis bisa menjadi perangkap setan yang berbahaya apabila
batasan-batasan yang berlaku didalamnya tidak dihiraukan.
Terutama bagi laki-laki dan perempuan yang telah beranjak dewasa,
diperlukan batasan-batasan yang harus dipahami. Seorang muslim yang
beriman tidak mncintai selain karna Allah Swt dan Rasul-Nya.
Dalam islam etika pergaulan laki-laki dan perempuan ada aturanna da
nada batas-batasnya. Misalnya dalam perjalanan seorang perempuan dengan
seorang laki-laki yang bukan muhrimna tidak dibolehkan, dan hukumna haram.
Di sana harus diikuti oleh muhrimnya, untuk menjaga agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diingini. Dan agar seorang perempuan tidak dicap namana
jelek.Perempuan dianggap lebih rendah dari pada laki-laki. Dari sini muncul
doktrin ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan.Perempuan tidak cocok
memegang kekuasaan ataupun memiliki kemampuan ang dimiliki laki-laki, dan
dianggap tidak setara dengan laki-laki.Laki-laki harus memiliki dan
mendominasi perempuan, menjadi pemimpinna, menentukan masa depanna
dengan brtindak baik bagai ayah, saudara laki-laki ataupun suami.Artinya demi
kepentingannyalah dia tunduk kepada jenis kelamin yang lebih unggul.Dengan
dibatasi dirumah, didapur dianggap tidak mampu untuk mengambil keputusan
di luar wilaahna.Akan ada malapetaka yang sangat besar, demikian dikatakan
apabila ada perempuan yang menjadi penguasa.
Dalam kesetaraan status laki-laki dan perempuan, terbagi dalam dua hal
yaitu: pertama, dalam pengertianna yang umum, ini berarti penerimaan
martabat kedua jenis kelamin dalam ukuran yang setara. Kedua, orang harus
mengetahui bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai hak-hak ang setara
dalam bidang social, ekonomi dan politik.Artinya keduanya harus memiliki
hak yang setara dalam mengatur harta miliknya tanpa campur tangan orang
lain, keduanya harus bebas memilih profesi atau cara hidup, dan keduanya
harus setara dalam tanggung jawab sebagaimana dalam hal kebebasan.
Dalam al-Quran dinyatakan bahwa kedua jenis kelamin ini memiliki asal-usul
dari satu makhluk hidup yang sama makanya memiliki hak yang sama.
Secara ilmu fiqhnya antara laki-laki dan perempuan juga mempunyai
perbdaan. Terutama dalam hal pembagian harta waris antara laki-laki dan
perempuan terdapat perbedaan, juga dalam hal hokum sebagai saksi dalam
suatu persoalan. Dimana kekuatan hukum seorang perempuan tidak bisa
disamakan dengan kekuatan hukum seorang laki-laki. Artinya perbandingan
seorang perempuan menjadi saksi hukum dengan laki-laki adalah, satu banding
dua. Yaitu seorang laki-laki dengan dua orang perempuan.
Adab pergaulan antara laki-laki perempuan berguna agar kaum Muslim
tidak tersat di dunia sehingga mereka merugi di akhirat. Adab-adab tersebut
antara lain sebagai berikut:
1. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis
Allah berfirman: “Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendaklah mereka
menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An-Nur:
30). ”Dan katakalah kepada wanita beriman: Hendaklah mereka
menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An-Nur:
31)
2. Tidak berdua-duaan
Rasulullah saw bersabda: “Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan
(khalwat) dengan.
3. Tidak berbicara berduaan dengan orang lain
Seorang muslim yang memahami agama memiliki perasaan dan kesadaran.
Dia menghormati perasaan orang lain dan tidak melukai mereka. Oleh
karenanya, dia memakai cara-cara yang baik ketika berbicara kepada
mereka, dan diantara cara-cara yang baik adalah tidak berbicara berduaan
ketika ada orang yang ketiga.
4. Tidak menyentuh lawan jenis
Di dalam sebuah hadits, Aisyah ra berkata, “Demi Allah, tangan Rasulullah
tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat
(janji setia kepada pemimpin).” (HR. Bukhari)
Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan
salah satu perkara yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah bersabda,
“Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih
baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani
dengan sanad hasan)
B. Tata Cara Bergaul dengan Lawan Jenis
Allah telah menciptakan segala sesuatu di dunia ini dengan sempurna,
teratur, dan berpasang-pasangan. Ada langit dan ada bumi, ada siang dan ada
malam, ada dunia ada akhirat, ada surga dan neraka, ada tua dan ada muda, ada
laki-laki dan ada perempuan.
Laki-laki dan perempuan: merupakan makhluk Allah yang telah
diciptakan scara berpasang-pasangan. jadi, merupakan suatu keniscayaan dan
sangat wajar, jika terjadi pergaulan di antara mereka. Dalam pergaulan
tersebut, masing-masing berusaha untuk saling mengenal. Bahkan lebih jauh
lagi, ada yang berusaha saling memahami, saling mengerti dan ada yang
sampai hidup bersama dalam kerangka hidup berumah tangga. lnilah indahnya
kehidupan.
Laki-laki dan perempuan ditentukan dalam sunah Allah untuk saling
tertarik satu dengan yang lainnya. Laki-laki tertarik dengan perempuan,
demikian juga sebaliknya, perempuan tertarik kepada laki-laki. Allah Swt.
memberikan rasa indah untuk saling menyayangi di antara mereka. Tidak
jarang juga masing-masing merindukan yang lainnya. Rindu untuk saling
menyapa, saling melihat, serta saling membenci atas. dasar ketulusan dan kasih
sayang.
Pergaulan yang baik dengan lawan jenis. hendaklah tidak didasarkan
pada nafsu (syahwat) yang dapat menjerumuskan pada pergaulan bebas yang
dilarang agama. Inilah yang tidak dikehendaki dalam Islam. Islam sangat
memperhatikan batasan-batasan yang sangat jelas dala pergaulan antara laki-
laki dengan perempuan.
Seorang laki-laki yang bukan muhrim, dilarang untuk berduaan di
tempat-tempat yang memungkinkan melakukan perbuatan yang dilarang. Kalau
pun bersama-sama sebaiknya disertai oleh muhrimnya atau minimal ditemani
tiga orang, yaitu: dua laki-laki dan satu perempuan. atau Juga pergaulan untuk
belajar atau bergaul jika ada dua orang perempuan dan seorang laki-laki. Hal
ini memungkinkan untuk lebih menjaga diri.
Salah satu hadis mengemukakan bahwa jika seseorang pergi dengan
orang lain yang bukan muhrimnya serta berlinan jenis kelamin, maka yang
ketiganya pasti syetan yang selalu berusaha untuk menjerumuskan dan
menghinakan. ltulah yang disinyalir dalam ayat A!-Quran, agar jangan
mendekati zina. Mendekatinya sudah dilarang dan haram, apalagi
melakukannya. Allah Swt. berfirman dalam surat Al-Isra ayat 32: “Jadi
janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zinaitu adalah suatu perbuatan
yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra: 32)
Mencintai dan menyayangi seseorang merupakan hal yang wajar.
Hendaklah pikiran dan perasaan kita arahkan kepada hal-hal yang positif, dan
bukan sebaliknya. Contohnya, karena cinta dan sayang, seseorang
mengorbankan segalanya termasuk hal-hal yang paling “berharga” dan dilarang
oleh Allah Swt. Membuktikannya, hendaklah dengan sesuatu yang diridai oleh
Allah. Hal inilah yang dikemukakan oleh Rasulullah saw dalam hadis riwayat
Abu Daud dan Tirmidzi:
‫َد ُكمَّ أَحَبَّ إِ َذا‬ َ َ‫)والترميدى ابوداود رواه( َفل ُيخبِرَّ أ‬
ُ ‫خا َُّه اَح‬
Artinya: “Jika salah seorang di antara kamu mencintai saudaranya,
hendaklah ia membuktikannya”. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Islam mengajarkan agar dalam pergaulan dengan lawan jenis untuk
senantiasa saling menjaga diri, menghormati dan menghargai atas dasar kasih
sayang yang tulus karena Allah, bukan karena derajat, pangkat, harta,
keturunan, tetapi semata-mata hanya karena Allah. Hal ini pernah diriwayatkan
dalam salah satu hadis dari Umar bin Khattab, yang diriwayatkan oleh Abu
Daud, suatu ketika Rasulullah saw pernah bersabda, yang artinya:
“Bahwasannya di antara hamba-hamba Allah ada manusia yang bukan nabi-
nabi, bukan pula para syuhada’,tetapi sangat tinggi kedudukan di sisi Allah.
Para sahabat bertanya: “Siapakah gerangan orang itu, ya Rasullullah”:Nabi saw
menjawab: “itulah orang yang saling mencintai (menyayangi), karena harta.
Demi Allah, maka wajah mereka bersinar-sinar, tiada merasa kekuatan dikala
mereka dalam keadaan ketakutan” (HR. Abu Daud).
Sesudah itu, Rasulullah saw membaca ayat:
َّ َ‫للا اَولِيَا ََّء اِنَّ ا‬
َ‫ل‬ َ َ ‫همَّ َعلَي ِهمَّ ل‬
َِّ َّ‫خوف‬ ُ َ ‫ن َول‬
ََّ ‫يَح َزنُو‬
Artinya: “Ketahuilah, bahwa wali-wali (penolong) Allah, mereka tidak
merasa takut dan tidak merasa bersedih ‘. (Sumber. Khuluqul Muslim”,
karangan Muhammad Al-Ghazali)
Cinta karena Allah merupakan titik puncak dan tingginya kualitas iman
seseorang Hasilnya tidak dapat dilihat, melainkan hanya dapat dirasakan oleh
orang yang telah nyaris sempurna keikhlasannya. Cinta yang mendalam. ini
merupakan bukti kesempurnaan serta ketulusan iman, yang kedua-duanya
berhak untuk mendapatkan pahala yang paling besar di sisi Allah, sebagaimana
sabda Rasulullah saw:
َّ‫ه ُكنَّ مَنَّ ثَالَث‬
َِّ ‫د فِي‬ َ ‫حال َ َو ََّة َو‬
ََّ ‫ج‬ َِّ ‫الِيمَا‬: َّ‫ن أَن‬
َ ‫ن‬ َُّ ُ‫َسول‬
ََّ ‫ه للا ي َُكو‬ ُ ‫ه اَحَبَّ َور‬
َِّ ‫َاه ُهمَا اِلَي‬
ُ ‫اسو‬
َ ‫ِمم‬
َّ‫حبَّ وَاَن‬
ِ ‫للا فِى ُي‬ ََّ ‫د وَاَنَّ للا فِى َويَب َغ‬
َِّ ‫ض‬ َُّ ‫ظيمَةَّ نَارَّ تُو َق‬ َُّ ‫ه اَحَبَّ فِيهَا َفيَ َق‬
ِ ‫ع َع‬ َِّ ‫اَنَّ ِمنَّ اِلَي‬
َّ‫ك‬ َِّ ‫س ِي ِّ ًئا بِا‬
َ ‫للا ُيس ِر‬ َ (‫)مسلم رواه‬
Artinya: “Ada tiga perkara, barangsiapa yang terdapat padanya ketiga hal
tersebut, maka akan merasakan lezat (manisnya) iman: “Jika ia mencintai Allah
dan rasulnya melebihi yang lainnya; Mencintai dan membenci semata-mata
hanya karena Allah; Jika dilemparkan ke dalam api neraka yang menyala-
nyala, lebih disukai daripada syirik (menyekutukan) Allah”. (HR. Muslim)
Orang yang bersahabat, bergaül, dan berkomunikasi dengan yang lainnya
hanya karena Allah, tandanya adalah senantiasa berusaha untuk mendoakan
dengan tulus. Dalam hal ini, Rasulullah saw pernah bersabda:
َ ‫ل إِ َذاد‬
‫َعا‬ َُّ ‫ج‬
ُ ‫ه الر‬ ِ ََِ ‫ب بِظَه َِّر ل‬
َِّ ‫خي‬ َُّ َ‫المَل‬: ‫ك‬
ََّ ‫ك َقا‬
َِّ ‫ل ال َغي‬ ََّ َ‫ل وَل‬ ََّ ِ‫)مسلم رواه( َذال‬
َُّ ‫ك ِمث‬
Artinya: “Jika seseorang berdoa untuk sahabatnya di belakangnya
(jaraknya berjauhan), maka berkatalah malaikat: “Dan untukmu pun seperti
itu”. (HR. Muslim)
Takaful (Saling Bertanggung Jawab)
Jika ada masalah yang dihadapi, maka diupayakan untuk dipikul atau
dipertanggung jawabkan bersama-sama, dan tidak membiarkan salah satu
pihak menderita. Dalam peribahasa diungkapkan: ‘Berat sama dipikul ringan
sama dijinjing” Rasulullah saw bersabda:
ُ ‫ن اَل‬
ُ ‫مؤ ِم‬
َّ‫ن‬ ََّ ‫ن بَي‬ َِّ ‫َشدَّ َكال ُبنيَا‬
ُ ‫ن ال‬
َِّ ‫مؤ ِم‬ َُّ ‫ض‬
ُ ‫هي‬ ً ‫)البخاري رواه( بَع‬
َ ‫ضا بَع‬
Artinya: “Seseorang mukmin terhadap orang mukmin lainnya adalah
bagaikan suatu bangunan, yang bagian-bagian saling menguatkan satu sama
lain”. (HR. Bukhari)
Tasamuh (Saling Toleransi)
Sikap toleransi dipandang sifat yang sangat baik untuk menciptakan
kondisi pergaulan yang lebih harmonis, dengan saling mengoreksi dan saling
mengisi kekurangan masing-masing, sehingga tidak ada seorang pun yang
merasa dikecewakan atau disakiti oleh teman bergaul lainnya.
C. Menjauhi Perbuatan Zina
Pergaulan antara laki-laki dengan perempuan di perbolehkan sampai
pada batas tidak membuka peluang terjadinya perbuatan dosa dan maksiat.
Islam adalah agama yang menjaga kesucian, pergaulan di dalam islam adalah
pergaulan yang dilandasi oleh nilai-nilai kesucian. Dalam pergaulan dengan
lawan jenis harus dijaga jarak sehingga tidak ada kesempatan terjadinya
kejahatan seksual yang pada gilirannya akan merusak bagi pelaku maupun bagi
masyarakat umum. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam Surat Al-Isra’
ayat 32: “Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”.
Dalam rangka menjaga kesucian pergaulan remaja agar terhindar dari
perbuatan zina, islam telah membuat batasan-batasan sebagai berikut:
1. Laki-laki tidak boleh berdua-duaan dengan perempuan yang bukan
mahramnya. Jika laki-laki dan perempuan di tempat sepi maka yang ketiga
adalah syetan, mula-mula saling berpandangan, lalu berpegangan, dan
akhirnya menjurus pada perzinaan, itu semua adalah bujuk rayu syetan.
2. Laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak boleh bersentuhan
secara fisik. Saling bersentuhan yang dilarang dalam islam adalah sentuhan
yang disengaja dan disertai nafsu birahi. Tetapi bersentuhan yang tidak
disengaja tanpa disertai nafsu birahi tidaklah dilarang.
D. Tata Cara Pergaulan Remaja
Semua agama dan tradisi telah mengatur tata cara pergaulan remaja.
Ajaran islam sebagai pedoman hidup umatnya, juga telah mengatur tata cara
pergaulan remaja yang dilandasi nilai-nilai agama. Tata cara itu meliputi:
1. Mengucapkan Salam
Ucapan salam ketika bertemu dengan teman atau orang lain sesama muslim,
ucapan salam adalah do’a. Berarti dengan ucapan salam kita telah
mendoakan teman tersebut.
2. Meminta Izin
Meminta izin di sini dalam artian kita tidak boleh meremehkan hak-hak atau
milik teman apabila kita hendak menggunakan barang milik teman maka
kita harus meminta izin terlebih dahulu
3. Menghormati Orang yang Lebih Tua dan Menyayangi yang Lebih
Muda
Remaja sebagai orang yang lebih muda sebaiknya menghormati yang lebih
tua dan mengambil pelajaran dari hidup mereka. Selain itu, remaja juga
harus menyayangi kepada adik yang lebih muda darinya, dan yang paling
penting adalah memberikan tuntunan dan bimbingan kepada mereka ke
jalan yang benar dan penuh kasih sayang.
4. Bersikap Santun dan Tidak Sombong
Dalam bergaul, penekanan perilaku yang baik sangat ditekankan agar teman
bisa merasa nyaman berteman dengan kita. Kemudian sikap dasar remaja
yang biasanya ingin terlihat lebih dari temannya sungguh tidak diterapkan
dalam islam bahkan sombong merupakan sifat tercela yang dibenci Allah.
5. Berbicara dengan Perkataan yang Sopan
Islam mengajarkan bahwa bila kita berkata, utamakanlah perkataan yang
bermanfaat, dengan suara yang lembut, dengan gaya yang wajar.
6. Tidak Boleh Saling Menghina
Menghina atau mengumpat hukumnya dilarang dalam islam sehingga dalam
pergaulan sebaiknya hindari saling menghina di antara teman.
7. Tak Boleh Saling Membenci dan Iri Hati
Rasa iri akan berdampak dapat berkembang menjadi kebencian yang pada
akhirnya mengakibatkan putusnya hubungan baik di antara teman. Iri hati
merupakan penyakit hati yang membuat hati kita dapat merasakan
ketenangan serta merupakan sifat tercela baik di hadapan Allah dan
manusia.
8. Mengisi Waktu Luang dengan Kegiatan yang Bermanfaat
Masa remaja sebaiknya dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang positif
dan bermanfaat remaja harus membagi waktunya efisien mungkin, dengan
cara membagi waktu menjadi 3 bagian yaitu : sepertiga untuk beribadah
kepada Allah, sepertiga untuk dirinya dan sepertiga lagi untuk orang lain.
9. Mengajak untuk Berbuat Kebaikan
Orang yang memberi petunjuk kepada teman ke jalan yang benar akan
mendapatkan pahala seperti teman yang melakukan kebaikan itu, dan ajakan
untuk berbuat kebajikan merupakan suatu bentuk kasih sayang terhadap
teman.
E. Tata Cara Pergaulan Lawan Jenis Berdasarkan Repotase Hadist
1. Haram Duduk Berdua (Berkhalwat) dengan Perempuan Bukan
Mahram
Uqbah Ibn Amir ra. Menerangkan: “Bahwsannya Rasulullah SAW
bersabda: janganlah kamu masuk ke kamar-kamar perempuan. Seorang laki-
laki Anshar berkata: Ya Rasulullah terangkan padaku bagaimana hukum
masuk ke dalam kamar ipar perempuan. Nabi SAW menjawab; ipar itu
adalah kematian (kebinasaan).”(al bukhari 67:111: muslim 39:8: Al lu’lu-u
wal marjan 3;69-70).
Nabi tidak membenarkan kita masuk ke kamar-kamar perempuan,
maka hal ini memeberi pengertian, bahwa kita dilarang duduk-duduk
berdua-duaan saja dalam sebuah bilik dengan seorang perempuan tanpa
mahramnya.
Ahli hadis tidak ada yang mengetahui nama orang anshar yang
bertanya kepada Rasul tentang hukum kerabat-kerabat si suami yang selain
dari ayah dan anaknya, masuk ke tempat istri si suami itu. Diterangkan oleh
An Nawawy, bahwa yang dimaksud dengan Hamwu disini, ialah kerabat-
kerabat si suami seperti saudaranya, anak saudaranya dan kerabat-kerabat
lain yang boleh mengawini istrinya bila ia di ceraikan atau meninggal.
Yang tidak masuk ke dalam kerabat disini ialah ayah dan anak si suami
karena mereka dianggap mahram.
Nabi menerangkan bahwa kerabat-kerabat si suami menjumpai si istri
itu sama dengan menjumpai kematian, karena menyendiri dalam kamar
memudahkan timbul nafsu jahat yang membawa pada kemurkaan Allah dan
membawa kepada kebinasaan, atau menyebabkan si suami menceraikan
istrinya jika sang suami pencemburu. Jelasnya, takut kepada mudah timbul
kejahatan dari kerabat-kerabat itu adalah lebih mudah daripada yang
dilakukan oleh yang bukan kerabat. Karena kerabat itu lebih leluasa masuk
kedalam bilik-bilik si perempuan dengan tidak menimbulkan prasangka tang
tidak-tidak. Mengingat hal ini perlu dihindari masuk ke dalam bilik orang
lain.
Dikarenakan jika kita berada dalam satu bilik dengan seorang
perempuan yang bukan mahram. Dikhawatirkan kita akan terjebak untuk
mengikuti hawa nafsu. Apabila seorang bergerak mengikutinya meskipun
hanya selangkah.Ia akan terpaksa untuk mengikuti langkah itu dengan
langkah berikutnya.
Dalam Al-Kafi, Imam As shidiq a.s diriwyatkan berkata: “waspadalah
hawa nafsumu sebagaimana engkau mewaspadai musuhmu. Sebab tidak ada
musuh yang lebih berbahaya bagi manusia selain kaetundukan pada hawa
nafsu dan perkataan lidahnya.”
2. Haram Melihat Perempuan yang Bukan Mahram
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW. Beliau bersabda: “telah
ditentukan bagi anak adam (manusia) bagian zinanya. Dimana ia pasti
mengerjakannya. Zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga adalah
mendengar, zina lisan adalah berbicara. Zina tangan adalah memukul, zina
kaki adalah berjalan serta zina hati adalah bernafsu dan berangan-angan,
yang semuanya dibuktikan atau tidk dibuktikan oleh kemaluan.(HR.
Bukhari Muslim)
Dalam hadits tersebut mengandung arti bahwa hadits Imam Bukhari
termasuk zina anggota tubuh , tetapi semuanya tidak hanya dilakukan lewat
kemaluan saja melainkan lewat anggota tubuh lainnya. Misalnya pandangan
mata karena awal mula timbulnya hasrat dari pandangan mata yang tidak
terkontrol atau tidak dijaga terhadap hal-hal yang memancing nafsu birahi ,
kemudian lisannya bicara yang tidak baik misalnya menggunjing orang lain,
berdusta dan berbicara yang tidak menjurus perbuatan yang menimbulkan
hasrat dengan lawan jenis.
3. Wanita Boleh Keluar Rumah untuk Memenuhi Hajatnya
Aisah r.a. berkata: pada suatu hari saudah binti Zam’ah r.a. keluar dari
rumah untuk suatu keperluan dan ia wanita yang gemuk besar, hampir
semua orang mengenalnya, maka dilihat oleh Umar bin Al Khattab dan
menegurnya: “ya Saudah, demi Allah engkau tidak samar terhadap kami,
karena itu hendaknya engkau perhatikan ketika keluar rumah: Saudah
mendengar teguran itu segeralah ia kembali, sedang Rasulullah SAW.
Ketika itu sedang makan dirumahku dan ditangan Nabi SAW. Maka Saudah
masuk dan berkata: ya Rasulallah, aku keluar untuk suatu hajat tiba-tiba
Umar menegur begini kepadaku. Tiba-tiba turunlah wahyu sedang daging
masih tetap ditangan nabi SAW. Lalu bersabda: “sungguh telah di izinkan
bagi kalian keluar untuk hajatmu”. (HR. Bukhari Muslim).
Dari kutipan hadits di atas dapat diketahui bahwa pada hakekatnya wanita
diperkenankan keluar rumah walaupun awalnya sahabat Umar melarang
perbuatan tersebut.
4. Hadits Tentang Memandang Wanita
“Tidaklah seorang muslim yang memandang seorang wanita dalam
pandangan pertamanya.Kemudian ia palingkan pandangannya kecuali Allah
menjadikannya nilai ibadah yang akan dirasakan kemanisannya.
“Memandang wanita (bukan muhram) merupakan salah satu anak panah
iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut akan Adzab Allah. Maka
Allah akan menganugrahkan kepadanya iman yang dirasakan manisnya
dalam hatinya.”
Islam mengajarkan kita agar selalu menjaga mata kita agar tidak
melakukan zina mata.Jikalau ada satu kenikmatan, maka yang pertama itu
ibadah dan selanjutnya itu perangkap syaithan.Karena itulah jauhi dalam
memandang wanita secara terus-menerus, karena bisa jadi, yang pertama itu
merupakan nikmat Allah dan pandangan yang kedua itu panah iblis.
5. Boleh Memboncengkan Perempuan yang Bukan Mahram Apabila
Keletihan di Jalan
“Azzubair mengawini aku dan ia tidak mempunyai harta di muka
bumi ini.Tidak mempunyai budak dan tidak mempunyai apa-apa selain dari
seekor unta yang dipergunakan untuk mengangkut air dan selain
kudanya.Aku selalu memberi memberi makan kudanya, menimba air,
membetulkan timbanya dan merema tepung.Sedang aku tidak pandai
membuat roti.Tetangga-tetanggaku dari golongan Anshar membuat roti
untukku.Mereka adalah perempuan-perempuan yang benar dan aku
mengangkut dengan kepala aku atah-antah biji kurma dari kebun Azzubair
dan diberikan Rasulullah kepanya. Tanah itu jaraknya dari rimahku kira-kira
2,3 farsah (1,2 mil).
Maka pada suatu hari aku datang sedang biji anak kurma di atas
kepalaku.Lalu aku menjumpai Rasulullah, bersamanya ada beberapa orang
Anshar. Maka Rasulullah memanggil aku dan berkata;ikh, ikh. Beliau
menidurkan untanya untuk dapat membawaku dibelakangnya. Aku merasa
malu berjalan bersama-sama orang laki-laki. Dan aku ingat tentang
kecemburuan Azzubair.Dia orang yang paling cemburuan.Rasulullah
menjumpai aku sedang anak kurma ada di atas kepalaku.Dan bersama-sama
Nabi SAW ada beberapa sahabatnya lalu Nabi menidurkan untanya supaya
aku menungganginya, tetapi aku malu kepada Nabi dan aku mengetahui
kecemburuan kecemburuan anda. Maka Azzubair berkata : demi Allah aku
memikul atau membawa biji kurma adalah lebih keras teknanannya atas
diriku daripada engkau menunggangi unta bersamanya. Asma’ berkata :
kemudian Abu Bakar mengirim kepadaku seorang pelayan yang
menggantiku dalam pemeliharaan kuda itu. Karenanya seolah-olah Abu
Bakar telah memerdekakan aku.” (Al Bukhari 67:107. Muslim 39 : 14, Al
lu’lu-u wal Marjan 3: 73-74)
Menurut hadits ini adalah hendaknya ada kerjasama antara suami dan
istri dalam membina rumah tangga.Dan hadist ini menyatakan pula
kebolehan kepada Negara memberikan tanah Negara kepada sebagian
rakyatnya. Dan tanak itu tidak dapat dimiliki oleh seseorang, kalau tidak
diberikan oleh kepala Negara(pemerintah). Dan pemerintah boleh mencabut
kembali dan mengalihkan hak milik tanah kepada orang itu menurut
kemaslahatan.Dan pemerintah boleh juga memberi tanah itu sekedar di
ambil manfaatnya saja, bukan dengan memberi hak milik atas tanah
itu.Demikianlah hukunnya terhadap tanah yang dimiliki oleh
Negara.Adapun tanah yang pernah diolah maka dapat dikerjakan oleh
seorang tanpa izin pemerintah menurut pendapat malik, Asyafi’i dan
jumhur. Menurut Abu Hanifah, harus juga dengan mendapat izin pemerintah
lebih dulu.
Hadits ini menyatakan kebolehan kita memboncengkan seorang
perempuan yang telah kepayahan di jalan.Di samping itu menyatakan pula
tentang kerendahan hati Nabi terhadap umatnya.Beliau tidak keberatan
memboncengkan Asma’.
Kebolehan kita memboncengkan perempuan yang bukan mahram
adalah apabila kita menjumpai di suatu tempat di jalan, sedang dia tidak
sanggup berjalan lagi khususnya apabila kita bersama-sama dengan orang
lain. Akan tetapi ada yang mengatakan sebagai Al Qadhi Iyadh, bahwa
membonceng perempuan yang bukan muhrim adalah dari khususiyah Nabi
SAW. Tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Nabi Memboncengkan Asma’
itu adalah seorang anak perempuan dari Abu Bakar, saudara dari Aisyah dan
istri dari Azzubair.Maka dapat dipandang sebagai salah seorang
keluarganya.Lebih-lebih lagi Rasulullah adalah orang yang sangat kuat
menahan Nafsunya.”
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pergaulan yang baik ialah melaksanakan pergaulan menurut norma-
norma kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan hukum syara’, serta
memenuhi segala hal yang berhak mendapatkannya masing-masing menurut
kadarnya.
Islam sebagai agama yang mempunyai karakteristik moderat memberikan
batasan pergaulan antara lawan jenis, diantaranya:
1. Haram Duduk Berdua (Berkhilwat) Dengan Perempuan Bukan Muhram.
2. Haram melihat perempuan yang Bukan Mahram
3. Wanita boleh keluar rumah untuk memenuhi hajatnya
4. Hadits tentang memandang wanita
5. Boleh memboncengkan perempuan yang bukan mahram apabila keletihan di
jalan
B. SARAN
Demikian makalah kami tentang tata pergaulan lawan jenis.Tugas ini
disusun guna memenuhi tugas wajib mata kuliah akhlak tasauf di semester 2.
Dan semoga makalah sekiranya bisa bermanfaat bagi kami dan bagi
pembaca.Kami sadar makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik
dan saran yang konstruktif saya harapkan demi penyempurnaan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA

Pamungkas, Imam. 2012. Akhlak Muslim Modern. Bandung: Marja.


Susanti, Reni. 2012. Akhlak Tasawuf. Curup: LP2 STAIN Curup.
Ilyas, Yunahar. 2011. Kuliah Akhlak. Yogyakata: Lembaga Pengkajian dan
Pengalaman Islam (LPPI).
Ali al-Hasyimi, Muhammad. 2004. Muslim Ideal. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Dewan Dakwah Jabar. Diakses pada 20 Mei 2014. Etika Pergaulan Remaja
dalam Pandangan Islam. http://dewandakwahjabar.com/etika-pergaulan-
remaja-dalam-pandangan-islam/
Bachdar, Rangga. Diakses pada 20 Mei 2014. Akhlak Pergaulan dalam Islam.
http://rangga-bachdar.blogspot.com/2012/05/akhlak-pergaulan-dalam-
islam.html
Muslimin, Hairul. Diakses pada 20 Mei 2014. Makalah Akhlak Pergulan Laki-laki
dan Perempuan. http://hairulzlaloe.wordpress.com/2013/05/31/makalah-
akhlak-pergaulan-laki-laki-dan-perempuan/

Anda mungkin juga menyukai