BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang farmasi, dikenal adanya obat-obat sintetis. Proses
pembuatan obat sintetis terus berkembang seiring perkembangan
zaman. Salah satu contoh obat sintetis adalah iodoform. Iodoform
merupakan suatu zat yang banyak digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan karena merupakan zat yang bersifat bakterisid yang
mampu membunuh bakteri ketika terjadi infeksi luka. Prinsip
pembuatan iodoform didasarkan pada reaksi halogenasi yang dimana
bahan dasar iodium akan direaksikan dengan aseton dengan bantuan
natrium hidroksida.
Namun, sebelum membuat sediaan farmasi, terlebih dahulu
perlu dilakukan pengujian apakah senyawa obat yang digunakan
murni atau tidak. Pengujian tersebut dapat dilakukan dengan
menentukan titik leburnya. Titik lebur adalah keadaan dimana zat
padat berubah menjadi zat cair dalam 1 tekanan atm. Penentuan titik
lebur suatu zat dipengaruhi oleh bentuk, sifat ikatan atom dan adanya
zat pengotor.
Penentuan titik lebur ini penting dilakukan karena beberapa
sediaan farmasi (terutama obat yang pemberiannya melalui rektal)
rentan untuk rusak jika pemberian dan penyimpanannya salah. Selain
itu, dengan melakukan penentuan titik lebur kita juga dapat
mengetahui bagaimana cara mensintetis suatu zat baru beserta
prinsip-prinsip reaksi pembuatannya sehingga kita dapat membuat
obat dengan kualitas yang baik.
Pada praktikum kali ini, akan dilakukan penentuan titik lebur zat
padat yaitu asam salisilat dengan menggunakan paraffin cair serta
mensintetis senyawa iodoform dengan bahan dasar iodium yang akan
direaksikan dengan aseton dengan bantuan natrium hidroksida.
titik didih, titik lebur zat padat tergantung pada kekuatan gaya tarik
menarik (Sri 2015, hal 89).
Suhu lebur zat merupakan suhu pada saat zat tepat melebur
seluruhnya yang ditunjukkan pada fase padat tepat hilang sedangkan
jarak lebur adalah zat antara suhu awal dan suhu akhir peleburan zat.
Suhu awal dicatat pada saat zat mulai menciut atau mulai membentuk
tetesan pada dinding pipa kapiler, suhu akhir dicatat pada saat
hilangnya fase padat (Ditjen POM, 1979).
Jarak lebur zat adalah jarak antara suhu awal dan suhu akhir
peleburan zat. Suhu awal dicatat pada saat zat mulai menciut atau
membentuk tetesan pada dinding pipa kapiler, suhu akhir dicatat pada
saat hilangnya fase padat. Suhu lebur zat adalah suhu pada saat zat
tepat melebur seluruhnya yang ditunjukkan pada saat fase padat tepat
hilang (Ditjen POM, 1979).
Suatu zat dikatakan murni apabila titik lebur yang diperoleh dari
percobaan sama dengan yang ada dalam literatur. Tetapi bila suatu zat
itu tidak murni ( terdapat campuran / campuran eutentik ) maka ikatan
antar molekulnya semakin kecil dan ikatannya mudah lepas sehingga
titik leburnya akan lebih kecil dari pada zat murni (Syarif 2012, hal 15)
Perbedaan titik lebur senyawa-senyawa dipengaruhi oleh
beberapa hal, di antaranya adalah perbedaan kuatnya ikatan yang
dibentuk antar unsur dalam senyawa tersebut. Semakin kuat ikatan
yang dibentuk, semakin besar energi yang diperlukan untuk
memutuskannya. Dengan kata lain, semakin tinggi juga titik lebur unsur
tersebut. Perbedaan titik lebur antara senyawa-senyawa pada
golongan yang sama dapat dijelaskan dengan perbedaan
elektronegativitas unsur-unsur pembentuk senyawa tersebut (Syarif
2012, hal 12).
2. Sintetis Iodoform
a. Dimasukkan iod 2 gram dan aseton 2,5 mL ke dalam labu alas
bulat, homogenkan
b. Kemudian ditambahkan NaOH 4 mL, homogenkan hingga
terbentuk Kristal kuning
c. Kemudian setelah terbentuk Kristal kuning ditambahkan
aquadest sebanyak 60 mL
d. Kristal disaring
e. Cuci Kristal hingga filtrate tidak bereaksi, lalu direkristalisasi
dengan alkohol
f. Tentukan titik leburnya
4.1. Hasil
A. Data Pengamatan
B. Reaksi
CH3 – CO – CH3 + 3I2 CH3 – CO – CI3 + 3HI
3NaI + 3H2O
4.2 Pembahasan
Titik lebur adalah keadaan dimana zat padat berubah menjadi
zat cair dalam 1 tekanan atm. Penentuan titik lebur ini dapat
digunakan untuk mengetahui kemurnian suatu zat. Penentuan titik
lebur ini penting dilakukan karena beberapa sediaan farmasi (terutama
obat yang pemberiannya melalui rektal) rentan untuk rusak jika
pemberian dan penyimpanannya salah. Penentuan titik lebur sendiri
dipengaruhi oleh bentuk, sifat ikatan atom dan adanya zat pengotor.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan titik
lebur dari zat padat yaitu asam salisilat dengan menggunakan paraffin
cair dan mensintetis senyawa iodoform dengan bahan dasar iodium
yang akan direaksikan dengan aseton dengan bantuan natrium
hidroksida.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Skema Kerja
1. Penentuan Titik Lebur
2. Sintesis Iodoform
Direaksikan 2 gram iodium ditambah 2,5 ml aseton
Campuran dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan dikocok hingga larut
Ditambahkan aquades 60 mL
Dihitung %rendamennya
B. Perhitungan
a. Penentuan Titik Lebur
𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
% rendamen = 𝑋 100 %
𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
𝟏𝟐𝟗
= 𝑿 𝟏𝟎𝟎 %
𝟏𝟓𝟖
= 81, 64%
b. Sintesa iodoform
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
% rendamen = 𝑋 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
𝐤𝐞𝐫𝐭𝐚𝐬 𝐬𝐚𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫−𝐤𝐞𝐫𝐭𝐚𝐬 𝐬𝐚𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫
= 𝑋 100 %
𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒐𝒓𝒊
𝟏,𝟎𝟎𝟑𝟓 𝒈𝒓𝒂𝒎−𝟎,𝟒𝟒𝟗𝟑 𝒈𝒓𝒂𝒎
= 𝑋 100 %
𝟐,𝟎𝟔𝟕𝟑
= 26,8%
C. Gambar
Gambar Keterangan