Anda di halaman 1dari 21

PTL DAN IODOFORM

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang farmasi, dikenal adanya obat-obat sintetis. Proses
pembuatan obat sintetis terus berkembang seiring perkembangan
zaman. Salah satu contoh obat sintetis adalah iodoform. Iodoform
merupakan suatu zat yang banyak digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan karena merupakan zat yang bersifat bakterisid yang
mampu membunuh bakteri ketika terjadi infeksi luka. Prinsip
pembuatan iodoform didasarkan pada reaksi halogenasi yang dimana
bahan dasar iodium akan direaksikan dengan aseton dengan bantuan
natrium hidroksida.
Namun, sebelum membuat sediaan farmasi, terlebih dahulu
perlu dilakukan pengujian apakah senyawa obat yang digunakan
murni atau tidak. Pengujian tersebut dapat dilakukan dengan
menentukan titik leburnya. Titik lebur adalah keadaan dimana zat
padat berubah menjadi zat cair dalam 1 tekanan atm. Penentuan titik
lebur suatu zat dipengaruhi oleh bentuk, sifat ikatan atom dan adanya
zat pengotor.
Penentuan titik lebur ini penting dilakukan karena beberapa
sediaan farmasi (terutama obat yang pemberiannya melalui rektal)
rentan untuk rusak jika pemberian dan penyimpanannya salah. Selain
itu, dengan melakukan penentuan titik lebur kita juga dapat
mengetahui bagaimana cara mensintetis suatu zat baru beserta
prinsip-prinsip reaksi pembuatannya sehingga kita dapat membuat
obat dengan kualitas yang baik.
Pada praktikum kali ini, akan dilakukan penentuan titik lebur zat
padat yaitu asam salisilat dengan menggunakan paraffin cair serta
mensintetis senyawa iodoform dengan bahan dasar iodium yang akan
direaksikan dengan aseton dengan bantuan natrium hidroksida.

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

1.2 Maksud Praktikum


1. Adapun maksud praktikum dari penentuan titik lebur adalah untuk
menentukan titik lebur zat padat secara mikro dengan alat tile
(Thiele)
2. Adapun maksud praktikum dari sintesis iodoform adalah mengenal
pembuatan senyawa-senyawa halogen dari methane.
1.3 Tujuan Praktikum
1. Adapun tujuan dari praktikum praktikum dari penentuan titik lebur
adalah untuk menentukan titik lebur dari zat padat yaitu asam
salisilat dengan menggunakan paraffin cair
2. Adapun tujuan praktikum dari sintesis iodoform adalah mensintetis
senyawa iodoform dengan bahan dasar iodium yang akan
direaksikan dengan aseton dengan bantuan natrium hidroksida.

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Teori Umum
Iodoform pertama kali disintesis oleh George Serullas pada tahun
1882 dan rumus molekul di identifikasi pertama kali oleh Jean
Baptieste Dumas pada tahun 1834. Hal ini disintetis oleh reaksi
haloform reaksi iodium dengan natrium hidroksida dengan salah satu
dari empat jenis den senyawa organik yaitu metal keton, asetaldehida,
etanol dan alkohol sekunder tertentu. Reaksi Iodium dengan basa metil
keton akan menghasilkan endapan berwarna kuning pucat (iodoform
test). Selain dari warnanya, iodoform dapat dikenali dengan baunya
yang khas yaitu berbau obat. Iodoform adalah senyawa yang dibentuk
dari reaksi antara iodine dengan etanol / aseton dan asetaldehida
dalam suasana basa. Iodoformadalah zat padat kuning dengan bau
yang khas. Iodoform banyak digunakan dalam bidang kedokteran yaitu
sebagai antiseptik terhadap luka-luka lecet, karena membebaskan I2
yang dapat membunuh bakteri. Selain itu juga masih dalam bidang
kedokteran iodoform berfungsi sebagai pencegah keluarnya nanah dan
pencegah pertumbuhan bakteri (Carey 2006, hal 132).
Iodine merupakan unsur halogen yang reaktif, dan berbentuk
padat berwarnabiru hitam pada suhu kamar, serta dalam bentuk
murninya iodine mrupakan senyawa yang bersifat racun. Seperti sifat
halogen lainnya, iodine mudah beraksi dengan unsur-unsur lain, dapat
larut dalam air. Selain itu, iodine juga larut dengan cepat dalam larutan
natrium iodide (Sunardi 2006, hal 25).
Senyawa iodium yang terbanyak di alam adalah NaNIO3 yang
bercampur dengan NaNO3 Yodium, meskipun padat, mudah
menyublim karena mempunyaitekanan uap yang tinggi. Untuk
mendapatkan yodium, pisahkan NaNIO3 dengan NaNO3 dengan
mengkristalkan NaNO3, kemudian ditambahkan reduktor NaHSO3
(Lestari 2007, hal 58).

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

Beberapa kegunaan spesifik iodine (Sunardi 2006, hal 29) :


a. Natrium iodide (NaI) yang digunakan dalam garam dapur berfungsi
untuk mencegahpenyakit gondok.
b. Iodoform (CHI3) digunakan sebagai desinfektan (untuk mengobati
penyakit borok).
c. Digunakan dalam industri tapioca.
d. Larutan iodine dalam alcohol digunakan sebagai obat luka.
e. Radioisotope iodine digunakan dalam bidang kedokteran dan
penelitian.
f. Beberapa jenis senyawa iodine digunakan sebagai oksidator.
g. Titik lebur suhu dimana terjadinya perubahan zat padat menjadi
cair. Gaya antar molekul memiliki pengaruh yang kuat pada titik
lebur.
Iod adalah pembunuh kuman, fungi dan virus yang terkuat dengan
daya kerja cepat. Begitu pula spora-spora jamur dinaikkan, walaupun
diperlukan waktu yang lebih lama: 2% dalam 2-3 jam. Sebagai efek
sampingnya timbul warna coklat dan adakalanya radang kulit
(dermatitis). Tingtur iod 2% dalam alkohol 50% tidak digunakan lagi
karena bersifat merangsang (Tan 2010, hal 127).
Titik lebur merupakan suatu suhu dimana suatu zat padat berubah
bentuk atau wujud dalam keadaan zat padat menjadi leburan atau
cair. Prinsip energi titik dimana lebur dalam keadaan terletak pada
penetapan pemberian energi panas. Titik lebur bersifat karateristik
dimana digunakan untuk menentukan sifat fisika dari suatu zat.
Karakteristik suatu zat berbeda dengan yang lain. Perbedaan tersebut
dilihat dalam kekuatan ikatan antar molekul. Kekuatan ikatan antar
molekul bisa berbeda karena struktur kimianya yang berbeda dan
penyusunannya juga berbeda (Syarif 2012, hal 18).
Pada titik lebur, getaran pada partikel zat padat dapat mengatasi
kekuatan gaya tarik menarik yang beroperasi pada zat padat. Seperti

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

titik didih, titik lebur zat padat tergantung pada kekuatan gaya tarik
menarik (Sri 2015, hal 89).
Suhu lebur zat merupakan suhu pada saat zat tepat melebur
seluruhnya yang ditunjukkan pada fase padat tepat hilang sedangkan
jarak lebur adalah zat antara suhu awal dan suhu akhir peleburan zat.
Suhu awal dicatat pada saat zat mulai menciut atau mulai membentuk
tetesan pada dinding pipa kapiler, suhu akhir dicatat pada saat
hilangnya fase padat (Ditjen POM, 1979).
Jarak lebur zat adalah jarak antara suhu awal dan suhu akhir
peleburan zat. Suhu awal dicatat pada saat zat mulai menciut atau
membentuk tetesan pada dinding pipa kapiler, suhu akhir dicatat pada
saat hilangnya fase padat. Suhu lebur zat adalah suhu pada saat zat
tepat melebur seluruhnya yang ditunjukkan pada saat fase padat tepat
hilang (Ditjen POM, 1979).
Suatu zat dikatakan murni apabila titik lebur yang diperoleh dari
percobaan sama dengan yang ada dalam literatur. Tetapi bila suatu zat
itu tidak murni ( terdapat campuran / campuran eutentik ) maka ikatan
antar molekulnya semakin kecil dan ikatannya mudah lepas sehingga
titik leburnya akan lebih kecil dari pada zat murni (Syarif 2012, hal 15)
Perbedaan titik lebur senyawa-senyawa dipengaruhi oleh
beberapa hal, di antaranya adalah perbedaan kuatnya ikatan yang
dibentuk antar unsur dalam senyawa tersebut. Semakin kuat ikatan
yang dibentuk, semakin besar energi yang diperlukan untuk
memutuskannya. Dengan kata lain, semakin tinggi juga titik lebur unsur
tersebut. Perbedaan titik lebur antara senyawa-senyawa pada
golongan yang sama dapat dijelaskan dengan perbedaan
elektronegativitas unsur-unsur pembentuk senyawa tersebut (Syarif
2012, hal 12).

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

2.2. Uraian Bahan


1. Aquadest (Dirjen POM 1979, 96)
Nama Resmi : AQUADESTILLATA
Nama Lain : Air suling, Aquadest
RM / BM : H2O / 18,02
Rumus Struktur : H – O – H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.
2. Asam Salisilat (Dirjen POM 1979, 51)
Nama Resmi : ACIDUM ASALICYLICUM
Nama Lain : Asam salisilat
RM / BM : C7H6O3 /138,12
Pemerian : Hablur ringan, tidak berwarna atau serbuk
putih, hampir tidak berbau, rasa agak manis,
dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4
bagian etanol 95% P, mudah larut dalam
kloroform P dan dalam eter P, larut dalam
larutan amonium asetat P, dinatrium
hidrogenfosfat P, kalium sitrat P, dan natrium
sitrat P sukar larut dalam air, mudah larut
dalam etanol (95 %) P, larut dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Analgetikum, Antipiretikum

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

3. Aseton (Dirjen POM 1979, 655)


Nama Resmi : 2-PROPANON; DIMETHYL KETONE
Nama Lain : Aseton
RM / BM : (CH3)2CO / 58,08
Rumus Sruktur :

Unsur penyusun: C:62,04%, H:10,41%, dan O:27,55%.


Bobot Jenis : 0,788
Indeks bias : 1,3591
Pemerian : Cairan transparan, tidak berwarna, mudah
terbakar mudah menguap dengan suatu
karakteristik bau; gaya berat yang
spesifik tidak lebih dari 0,789; mendidih pada
suhu 55,5 dan 57oC; membeku pada suhu –
95oC; cairan yang netral pada kertas lakmus.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol, eter,
kloroform dan hampir semua minyak
menguap.
Titik didih : 55.5-57o C
Titik beku : -95oC
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai bahan sintesis

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

4. Iodium (Dirjen POM 1979, 316)


Nama resmi : IODIDUM
Nama lain : Iodum
RM / BM : I2 / 253,8
Rumus Struktur : I – I
Berat Jenis : 4,93
Titik lebur : 113,5o
Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilat, seperti
logam; hitam kelabu; bau khas.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 3500 bagian air,
dalam 13 bagian etanol (95%) P, dalam lebih
kurang 80 bagian gliserol P, dan dalam lebih
kurang 4 bagian karbondisulfida P; larut
dalam kloroform P dan dalam
karbontetraklorida P
Kegunaan : Anti septic; anti jamur
Dalam praktikum: Sebagai bahan sintesis
5. Natrium hidroksida (Dirjen POM 1979, 412)
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain : Natrium hidroksida
RM / BM : NaOH / 40,00
Rumus Struktur : Na – OH
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau
keping, kering, keras, rapuh dan
menunjukkan susunan hablur: putih, mudah
meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air & etanol (95%)
Berat Jenis : 2,13
Titik Lebur : 318o
Kegunaan : Zat tambahan

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

6. Parafin (Dirjen POM 1979, 474)


Nama Resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM
Nama Lain : Parafin Cair
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak
berfluoresensi, tidak berwarna,hampir tidak
berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P, larut dalam kloroform P dan dalam
eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya
Kegunaan : Laksativum
2.3. Prosedur Kerja (Anonim 2018, hal 8-20)
a. Penetuan Titik Lebur
1. Perlakuan yang digunakan disini adalah penentuan titik lebur
secara mikro dengan alat tile. Klem-klem jangan dipasang
langsung dengan gelas yang akan dijepit, tapi hendaknya
disisipkan gabus/karet. Lebih disukai bila memakai asbes,
karena tahan panas atau api. Kertas tidak boleh dipakai,
sebab tidak punya daya lentur.
2. Zat padat yang diperiksa harus kering dan digerus jadi
serbuk dulu, kemudian dimasukkan ke dalam pipa kapiler
yang tertutup sebelah ujungnya, berdinding setebal 0,10 -
0,15 mm. Panjang kapiler secukupnya agar ujung yang
terbuka berada di atas permuakaan cairan dalam alat tile
dengan diameter sebelah dalam 0,9 - 1,1 mm (untuk zat
yang melebur dibawah 100oC) atau 0,8 - 1,2 mm (untuk zat
yang melebur di atas 100oC) diisi dengan serbuk setinggi 2 -
4 mm.

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

3. Lekatkan pipa kapiler tersebut pada termometer, dimana


isinya diusahakan sedekat mungkin pada tengah-tengah
pencadang raksa.
4. Letakkan pencadang raksa di tengah tabung yang vertikal di
tile.
5. Panasi pipa samping tile dengan api kecil (mula-mula nyala
berasap) sampai kurang lebih 15oC dibawah titik lebur
diduga, kemudian dipanasi pelan-pelan dan teratur dengan
kecepatan kurang lebih 2oC per menit.
6. Bagian-bagian yang melekat pada dinding kapiler meleleh
terlebih dahulu, temperatur dimana bahan di tengah pipa
kapiler itu melebur semuanya dicatat sebagai temperatur titik
leburnya. Jadi pembacaan termometer sekali saja, yaitu
pada saat melebur.
7. Ulangi pekerjaan tersebut sekali lagi. Pakailah selalu pipa
kapiler yang diisi baru untuk setiap kali praktikum.
b. Sintesis Iodoform
1. Dalam labu alas bulat 500 ml ditaruh 10 gram iodium
tambahkan 10 gram aseton.
2. Tambahkan sedikit demi sedikit dari corong pisah larutan
NaOH sebanyak 20 ml.
3. Segera stelah terjadi kristal kuning diberi air sebanyak 300
ml
4. Segera saring dengan corong buchner
5. Cuci kristal tersebut sampai filtrate tidak bereaksi alkalis lagi
baru boleh diekskresikan dengan alkohol
6. Tentukan titik leburnya

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

BAB 3 METODE KERJA


3.1 Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan yaitu Benang godam, Bulk, Bunsen,
Cawan porselin, Gelas ukur 100 mL dan 10 mL, Labu alas bulat, Labu
tile, Pipa kapiler, Pipet tetes, Pipet volume, Statif dan klem, Sendok
tanduk dan Termometer.
3.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu
Aquadest 60 mL, Aluminium foil, Asam salisilat 1 gr, Aseton 2,5 mL,
Iod 2 gram, Kertas saring, Paraffin cair dan Natrium Hidroksida 4 mL.
3.3 Cara Kerja
1. Penentuan Titik Lebur
a. Digerus hingga halus 1 gram asam salisilat
b. Pipa kapiler dibakar ujungnya yang berwarna merah
c. Dimasukkan asam salisilat di dalam pipa kapiler hingga mampat
d. Dimasukkan paraffin cair ke dalam labu tile
e. Diikatkan pipa kapiler tadi di thermometer
f. Lalu dimasukkan ke dalam labu tile yang telah terpasang di
statif dan klem
g. Dipanaskan dengan menggunakan api bunsen, hingga dilihat
asam salisilat menguap dan dibuat bening sama dengan cairan
di luar (paraffin cair)
h. Dilihat suhu peleburannya

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

2. Sintetis Iodoform
a. Dimasukkan iod 2 gram dan aseton 2,5 mL ke dalam labu alas
bulat, homogenkan
b. Kemudian ditambahkan NaOH 4 mL, homogenkan hingga
terbentuk Kristal kuning
c. Kemudian setelah terbentuk Kristal kuning ditambahkan
aquadest sebanyak 60 mL
d. Kristal disaring
e. Cuci Kristal hingga filtrate tidak bereaksi, lalu direkristalisasi
dengan alkohol
f. Tentukan titik leburnya

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
A. Data Pengamatan

Zat yang ditentukan titik leburnya Suhu lebur (oC)

Asam salisilat 129 oC

B. Reaksi
CH3 – CO – CH3 + 3I2 CH3 – CO – CI3 + 3HI

CH3 – CO – CI3 + NaOH CHI3 + CH3 – COONa

3NaOH + 3HI 3NaI + 3H2O

CH3–CO–CH3 + 3I2 + 4NaOH CHI3 + CH3COONa +

3NaI + 3H2O

4.2 Pembahasan
Titik lebur adalah keadaan dimana zat padat berubah menjadi
zat cair dalam 1 tekanan atm. Penentuan titik lebur ini dapat
digunakan untuk mengetahui kemurnian suatu zat. Penentuan titik
lebur ini penting dilakukan karena beberapa sediaan farmasi (terutama
obat yang pemberiannya melalui rektal) rentan untuk rusak jika
pemberian dan penyimpanannya salah. Penentuan titik lebur sendiri
dipengaruhi oleh bentuk, sifat ikatan atom dan adanya zat pengotor.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan titik
lebur dari zat padat yaitu asam salisilat dengan menggunakan paraffin
cair dan mensintetis senyawa iodoform dengan bahan dasar iodium
yang akan direaksikan dengan aseton dengan bantuan natrium
hidroksida.

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

Pada percobaan penentuan titik lebur, digunakan asam salisilat


dan paraffin cair. Asam salisilat berfungsi sebagai zat padat yang akan
ditentukan titik leburnya sedangkan paraffin cair berfungsi sebagai
media penghantar panas. Paraffin cair memiliki titik didih yang tinggi
sehingga tidak akan cepat mendidih sebelum mencapai suhu dimana
asam salisilat akan melebur.
Pada percobaan ini, pertama-tama asam salisilat digerus
sampai halus agar tidak berbentuk kristal-kristal besar yang dapat
mempengaruhi penentuan titik lebur. Kemudian asam salisilat ditotol
dengan menggunakan pipa kapiler yang telah dibakar ujungnya
hingga tertutup. Hal tersebut bertujuan agar asam salisilat tidak
bercampur dengan parafin cair ketika telah mencapai titik lebur.
Kemudian pipa kapiler yang telah diisi dengan asam salisilat tersebut
diikat dengan termometer dan berada dekat dengan pencadang raksa.
Hal ini disebabkan daerah pencadang raksa dan daerah yang jauh
terdapat selisih temperatur yang besar. Termometer yang telah terikat
dengan pipa kapiler dimasukkan kedalam labu tile yang berisi paraffin
cair dan diletakkan di tengah-tengah tabung secara vertikal dan
dipanaskan di pipa samping tile agar panasnya merata dan
menggunakan api kecil untuk menghindari terjadinya bumping.
Adapun hasil yang didapat pada percobaan penentuan titik
lebur adalah diperoleh titik lebur asam salisilat pada suhu 1290C
dengan persentase titik lebur 81,64%.
Pada percobaan sintetis iodoform, pertama-tama dimasukkan
iod sebanyak 2 gram ke dalam labu alas bulat. Iod berfungsi sebagai
bahan dasar sintesa iodoform. Sedangkan labu alas bulat digunakan
agar lebih mudah untuk dihomogenkan. Kemudian labu alas bulat
yang berisi iod ditutuo dengan aluminium foil karena iod merupakan
zat yang berbahaya dan kemudian ditambahkan aseton. Aseton

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

berfungsi sebagai indikator yang menandakan terjadinya reaksi


halogenasi yakni terbentuknya warna merah kecoklatan.
Labu alas bulat yang telah berisi iod dan aseton kemudian
dihomegenkan hingga semua bahan tercampur dengan rata dan larut
sempurna. Selanjutnya, ditambahkan NaOH yang berfungsi sebagai
katalisator sehingga mempercepat terbentuknya Kristal kuning.
Setelah terbentuk kristal kuning, ditambahkan air untuk mengencerkan
NaOH tadi sehingga dapat mengurangi kecepatan hidrolisis iodoform
dan tidak akan mengakibatkan iodium terlihat berwarna coklat.
Adapun faktor kesalahan pada praktikum sintesis iodoform
adalah bahan yang tidak digunakan tidak murni, serta kesalahan
dalam penimbangan sehingga menyebabkan tidak terbentuknya
Kristal kuning.

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
1. Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum penentuan titik lebur
asam salisilat adalah 81,64%
2. Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum sintesis iodoform
adalah diperoleh persen rendamen sebesar 26,8%.
5.2 Saran
Asisten sebaiknya selalu mendampingi praktikan saat praktikum
untuk menghindari terjadinya faktor kesalahan.

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2018, “Penuntun Praktikum Kimia Sintetis” , UMI Makassar

Ditjen POM 1979, “Farmakope Indonesia Edisi IV”, Jakarta, Depkes


RI

Carey, Francis A 2006, “Organic Chemistry Sixth Edition”, New York,


Mcgraw-hill.

Lestari, S 2007, ”Mengurai Susunan Periodik Unsur Kimia”. Kawan


Pustaka, Bandung.

Sunardi 2006, “116 UNSUR KIMIA, Deskripsi dan Pemanfaatannya”


.Penerbit Yrama Widya, Bandung

Syarif 2012, Titik Lebur. Available at http://syarive.mywap.ac.id/ [Diakses


tanggal 17 Maret 2018]
Tan HT, Rahrdja, K, 2010, “Obat-obat sederhana untuk gangguan sehari-
hari “, EMK, Jakarta.

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

LAMPIRAN

A. Skema Kerja
1. Penentuan Titik Lebur

Disipkan alat dan bahan

Digerus aspirin lalu dtotolkan pipa kapiler hingga mampat

Diikat pipa kapiler dengan benang godam pada termometer raksa

Dimasukkan thermometer ke dalam labu tile yang berisi paraffin

di panaskan di atas lampu bunsen

diamati, pada suhu berapa aspirin melebur sempurna

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

2. Sintesis Iodoform
Direaksikan 2 gram iodium ditambah 2,5 ml aseton

Campuran dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan dikocok hingga larut

Dititrasi perlahan campuran iodium + aseton tadi dengan 4 mL NaOH


hingga terbentuk filtrat warna kuning

Ditambahkan aquades 60 mL

Kristal kuning yang terbentuk disaring

Endapan kristal kuning dikeluarkan dan dikeringkan

Setelah endapan kristal kuning tersebut kering, ditimbang dan dicatat


hasilnya

Dihitung %rendamennya

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

B. Perhitungan
a. Penentuan Titik Lebur
𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
% rendamen = 𝑋 100 %
𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

𝟏𝟐𝟗
= 𝑿 𝟏𝟎𝟎 %
𝟏𝟓𝟖

= 81, 64%

b. Sintesa iodoform
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
% rendamen = 𝑋 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
𝐤𝐞𝐫𝐭𝐚𝐬 𝐬𝐚𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫−𝐤𝐞𝐫𝐭𝐚𝐬 𝐬𝐚𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫
= 𝑋 100 %
𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒐𝒓𝒊
𝟏,𝟎𝟎𝟑𝟓 𝒈𝒓𝒂𝒎−𝟎,𝟒𝟒𝟗𝟑 𝒈𝒓𝒂𝒎
= 𝑋 100 %
𝟐,𝟎𝟔𝟕𝟑

= 26,8%

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064
PTL DAN IODOFORM

C. Gambar
Gambar Keterangan

Penentuan titik lebur pada labu tile

Hasil Kristal dari sintesis iodoform

NUR ALFIAH NUVI OKTAVIANI PRATIWI


15020160064

Anda mungkin juga menyukai