Disusun oleh:
Kelompok 2
Asisten:
Januar Ananta Dinar Pratama NRP.2413 100 044
Disusun oleh:
Kelompok 2
Asisten:
Januar Ananta Dinar Pratama NRP.2413 100 044
ii
ABSTRACT
iii
KATA PENGANTAR
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK............................................................................ ii
ABSTRACT.......................................................................... iii
KATA PENGANTAR.......................................................... iv
DAFTAR ISI......................................................................... v
DAFTAR GAMBAR.......................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN..................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................... 2
1.3 Tujuan................................................................. 2
BAB II DASAR TEORI....................................................... 3
2.1 Sistem Kontrol.................................................... 3
2.1.1 Sistem Kontrol Loop Terbuka.........................3
2.1.2 Sistem Kontrol Loop Tertutup.........................4
2.2 Mode Controller.................................................. 6
2.2.1 Pengontrolan On/Off....................................... 7
2.2.2 Proportional Integral Derivative (PID)...........7
2.3 LABVIEW 2015............................................... 14
2.4 DAQ 6009......................................................... 15
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN.........................16
3.1 Peralatan............................................................ 16
3.2 Prosedur percobaan...........................................16
v
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN............17
4.1 Analisa Data...................................................... 17
4.1.1 Tanpa Perubahan........................................... 17
4.1.3 Perubahan Ti................................................. 18
4.1.4 Perubahan Td................................................ 19
4.2 Pembahasan....................................................... 20
4.2.1 Tiara Oktavia H. (2416 105 001)...................20
4.2.2 Putu Ayustin Suriasni (2416 105 007)...........21
4.2.3 Fidia Shethin Anisa (2416 105 013).....................22
4.2.4 Dhirga Kurniawan (2416 105 016)................22
4.2.5 Rizky Kurniasari Kusuma Pratiwi (2416 105
34) 23
4.2.6 Muhammad Fikri Fakhresy (2416 105 042)......24
4.2.7 Adilah Daffadany Rabbani (2416 105 043) .. 25
BAB V PENUTUP.............................................................. 26
5.1 Kesimpulan............................................................ 26
5.2 Saran...................................................................... 26
LAMPIRAN........................................................................ 27
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
mengganggu proses produksi. Oleh karena itu, pada
percobaan kali ini akan membahas tentang salah satu control
PID sederhana pada sistem pengendalian level. [1]
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dilakukan pada percobaan ini adalah
sebagai berikut :
a. Mengetahui konfigurasi hardware National
Instrument Field Point yang digunakan untuk
mengendalikan Level sebuah plant.
b. Mengetahui cara pemrograman Labview 2015.
c. Mengetahui peran mode Kontrol PID secara Real
Time.
2
BAB II
DASAR TEORI
3
Dalam suatu sistem kontrol terbuka, keluaran tidak
dapat dibandingkan dengan masukan acuan. Jadi, untuk
setiap masukan acuan berhubungan dengan operasi
tertentu, sebagai akibat ketetapan dari sistem tergantung
kalibrasi. Dengan adanya gangguan, sistem control
terbuka tidak dapat melaksanakan tugas yang sesuai
diharapkan. Sistem kontrol terbuka dapat digunakan
hanya jika hubungan antara masukan dan keluaran
diketahui dan tidak terdapat gangguan internal maupun
eksternal. Ciri - ciri sistem kontrol loop terbuka adalah
sebagai berikut :
a. Sederhana
b. Harganya murah
c. Dapat dipercaya
d. Kurang akurat karena tidak terdapat koreksi
terhadap kesalahan
e. Berbasis waktu
4
lain, istilah “Loop tertutup” berarti menggunakan aksi
umpan balik untuk memperkecil kesalahan sistem
5
e. Elemen Umpan Balik, menunjukan/mengembalikan
hasil pencatan ke detector sehingga bisa dibandingkan
terhadap harga yang diinginkan (di stel).
f. Error Detector (alat deteksi kesalahan), merupakan
alat pendeteksi kesalahan yang menunjukan selisih
antara input (masukan) dan respons melalui umpan
balik (feedback path).
g. Gangguan merupakan sinyal-sinyal tambahan yang
tidak diinginkan. Gangguan ini cenderung
mengakibatkan harga keluaran berbeda dengan harga
masukannya, gangguan ini biasanya disebabkan oleh
perubahan beban sistem, misalnya adanya perubahan
kondisi lingkungan, getaran ataupun yang lain
6
2.2.1 Pengontrolan On/Off
Aksi pengendalian dari controller ini hanya
mempunyai dua kedudukan, maksimum atau minimum,
tergantung dari variable terkontrolnya, apakah lebih besar
atau lebih kecil dari set poin.
7
konstanta pengalinya. Gambar 2.1 menunjukkan
blok diagram yang menggambarkan hubungan antara
besaran setting, besaran aktual dengan besaran
keluaran pengontrol proporsional. Sinyal kesalahan
(error) merupakan selisih antara besaran setting
dengan besaran aktualnya. Selisih ini akan
mempengaruhi pengontrol, untuk mengeluarkan
sinyal positif (mempercepat pencapaian harga
setting) atau negative (memperlambat tercapainya
harga yang diinginkan).
8
Gambar 2.4 Proportional Band
9
iii. Jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai
harga yang berlebiahan, akan mengakibatkan
sistem bekerja tidak stabil, atau respon sistem
akan berosolasi
b. Pengontrol Integral
Pengontrol integral berfungsi menghasilkan respon
sistem yang memiliki kesalahan keadaan stabil nol.
Jika sebuah plant tidak memiliki unsur integrator
(1/s), pengontrol proposional tidak akan mampu
menjamin keluaran system dengan kesalahan
keadaan stabilnya nol. Dengan pengontrol integral,
respon sistem dapat diperbaiki, yaitu mempunyai
kesalahan keadaan stabilnya nol. Pengontrol integral
memiliki karaktiristik seperti halnya sebuah integral.
Keluaran sangat dipengaruhi oleh perubahan yang
sebanding dengan nilai sinyal kesalahan. Keluaran
pengontrol ini merupakan penjumlahan yang terus
menerus dari perubahan masukannya. Kalau sinyal
kesalahan tidak mengalami perubahan, keluaran
akan menjaga keadaan seperti sebelum terjadinya
perubahan masukan. Sinyal keluaran pengontrol
integral merupakan luas bidang yang dibentuk oleh
kurva kesalahan penggerak. Sinyal keluaran akan
berharga sama dengan harga sebelumnya ketika
sinyal kesalahan berharga nol.
10
Pengaruh perubahan konstanta integral terhadap
keluaran integral ditunjukkan oleh Gambar 2.5.
Ketika sinyal kesalahan berlipat ganda, maka nilai
laju perubahan keluaran pengontrol berubah menjadi
dua kali dari semula. Jika nilai konstanta integrator
berubah menjadi lebih besar, sinyal kesalahan yang
relative kecil dapat mengakibatkan laju keluaran
menjadi besar .
11
mengakibatkan peningkatan osilasi dari sinyal
keluaran pengontrol.
c. Pengontrol Derivative
Keluaran pengontrol derivative memiliki sifat
seperti halnya suatu operasi differensial. Perubahan
yang mendadak pada masukan pengontrol, akan
mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan
cepat.
12
Gambar 2.8 Kurva Waktu Hubungan Input-
Output Pengontrol Derivative
d. Pengontrol Derivative
Karakteristik pengontrol derivative adalah sebagai
berikut:
a. Pengontrol ini tidak dapat menghasilkan
keluaran bila tidak ada perubahan pada
masukannya (berupa sinyal kesalahan).
b. jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu,
maka keluaran yang dihasilkan pengontrol
tergantung pada nilai Td dan laju perubahan
sinyal kesalahan. (Powel, 1994, 184).
c. pengontrol derivative mempunyai suatu
karakter untuk mendahului, sehingga
pengontrol ini dapat menghasilkan koreksi
yang signifikan sebelum pembangkit
kesalahan menjadi sangat besar. Jadi
pengontrol derivative dapat mengantisipasi
pembangkit kesalahan, memberikan aksi yang
bersifat korektif, dan cenderung meningkatkan
stabilitas sistem .
13
Berdasarkan karakteristik pengontrol tersebut,
pengontrol derivative umumnya dipakai untuk
mempercepat respon awal suatu sistem, tetapi tidak
memperkecil kesalahan pada keadaan stabilnya.
Kerja pengontrol derivative hanyalah efektif pada
lingkup yang sempit, yaitu pada periode peralihan.
Oleh sebab itu pengontrol derivative tidak pernah
digunakan tanpa ada pengontrol lain sebuah system.
e. Pengontrol PID
Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-
masing pengontrol P, I dan D dapat saling menutupi
dengan menggabungkan ketiganya secara paralel
menjadi pengontrol proposional plus integral plus
derivative (pengontrol PID). Elemen-elemen
pengontrol P, I dan D masing-masing
secarakeseluruhan bertujuan untuk mempercepat
reaksi sebuah sistem, menghilangkan offset dan
menghasilkan perubahan awal yang besar
14
sementara yang lain menggunakan basis text. Labview bekerja
mempunyai dua bagian yaitu: front paneldigunakan sebagai
user interface yang akan mensimulasikan panel untuk
instrument dan block diagramdigunakan sebagai source code
dibuat dan berfungsi sebagai instruksi untuk front panel.
15
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan kali
ini adalah sebagai berikut :
1. LabView 2015 dan hardware National Instrument
Field Point.
2. Plant Level.
16
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Test Uji
60
50
Ketin
ggian 40 tr
30
tp
20
10 ts
0
4:24:42
24:494:
25:394:
25:464:
25:544:
26:014:
26:094:
26:164:
26:244:
26:314:
26:394:
4:26:46
26:544:
27:014:
27:094:
27:164:
4:27:24
27:314:
27:394:
waktu
17
4.1.2 Perubahan Kc
Nilai pengontrol P pada percobaan ini diubah untuk
melihat perubahan respon dari sistem. Nilai Kc yang
digunakan bernilai 20, sedangkan nilai Ti dan Td dibuat tetap,
sehingga respon yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar
4.2. Dapat dilihat pada grafik tersebut, untuk mencapai set
point sebesar 40 maka rise time dari sistem bernilai 93 s,
settling time bernilai 112 s, dan error steady state sebesar 0,1.
Kc = 20
60
Ketinggi 50
an 40
30 tr
20
10 ts
0
4:28:16
4:31:02
28:104:
30:104:
30:174:
30:234:
30:304:
30:364:
30:434:
30:494:
30:564:
31:094:
31:154:
31:224:
31:284:
31:354:
waktu
4.1.3 Perubahan Ti
Nilai pengontrol I pada percobaan ini diubah untuk melihat
perubahan respon dari sistem. Nilai Ti yang digunakan
bernilai 30, sedangkan nilai Kc dan Td dibuat tetap, sehingga
respon yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4.3. Dapat
dilihat pada grafik tersebut, untuk mencapai set point sebesar
40 maka rise time dari sistem bernilai 96 s, settling time
bernilai 604 s, dan terdapat error steady state sebesar 4,58.
18
Ti=30
60
50
Keting
gian
40
30 tr
20
10
0
40:554:
37:054:
36:254:
4:40:45
4:40:35
4:40:25
4:40:15
4:40:05
4:39:55
4:39:45
4:39:35
4:39:25
4:39:15
4:39:05
4:38:55
4:38:45
4:38:35
4:38:25
4:38:15
4:38:05
4:37:55
4:37:45
4:37:35
4:37:25
4:37:15
4:36:55
4:36:45
4:36:35
4:36:15
4:34:45
4:36:05
4:35:55
4:35:45
4:35:35
4:35:25
4:35:15
4:35:05
4:34:55
waktu
4.1.4 Perubahan Td
Nilai pengontrol D pada percobaan ini diubah untuk
melihat perubahan respon dari sistem. Nilai Td yang
digunakan bernilai 0,02, sedangkan nilai Kc dan Ti dibuat
tetap, sehingga respon yang dihasilkan dapat dilihat pada
Gambar 4.4. Dapat dilihat pada grafik tersebut, untuk
mencapai set point sebesar 40 maka rise time dari sistem
bernilai 94 s, settling time dari respon bernilai 139 s, dan
error steady state bernilai 0,02.
19
Td=0,02
60
Kretin 50
ggian 40 t
30 s
20
tr
10
0
46:094:
46:164:
46:224:
46:294:
46:354:
46:424:
46:554:
47:014:
47:084:
47:144:
47:214:
47:274:
47:404:
47:474:
47:534:
4:46:03
4:46:48
4:47:34
waktu
4.2 Pembahasan
4.2.1 Tiara Oktavia H. (2416 105 001)
Pada praktikum kali ini mengenai simulasi
pengendalian level menggunakan Labview 2015. Nilai set
point awal yang digunakan Kc sebesar 0, serta nilai Ti sebesar
0,0100 dan Td sebesar 0,0010. Setiap perubahan set point
yang dilakukan pada sistem, maka respon yang dihasilkan
oleh sistem juga berubah seperti yang telah dijelaskan pada
subbab 4.1. Berdasarkan analisa data tersebut diperoleh
karakteristik respon sistem pada setiap set point. Semakin
tinggi set point yang diberikan maka karakteristik respon
sistem yaitu waktu puncak (tp), waktu naik(tr), waktu tunda
(td) dan waktu turun (ts) semakin tinggi. Selain itu untuk nilai
maximum overshoot dan error steady state yang dihasilkan
juga berbanding lurus dengan kenaikan nilai set point. Namun
pada saat perubahan nilai Ti, settling time yang terlihat
sangatlah lambat untuk menuju set point, dikarekan nilai Ti
20
yang di-set terlalu tinggi yaitu sebesar 30,00. Hal ini
menunjukkan bahwa sistem telah berjalan dengan baik dan
pengendali PID dapat berperan untuk megoptimalkan respon
sistem yang dihasilkan dan sistem lebih stabil. Dan
pengendalian yang cocok pada variabel level adalah
pengontrol PI (proportional integral). Karena jika diberi
pengontrol derivative respon untuk mencapai set point sangat
lama.
4.2.2 Putu Ayustin Suriasni (2416 105 007)
Pada percobaan yang dilakukan sistem awal tanpa
perubahan pengontrol dibandingkan dengan sistem yang
diubah nilai Kc, Ti, dan Td. Pada perubahan pengontrol Kc
sebesar 20, rise time dari sistem menurun (respon semakin
cepat) dari 97 s menjadi 93 s. Selain itu nilai settling time dari
sistem juga menurun dari 184 s menjadi 112 s, dan overshoot
menjadi berkurang, secara teori apabila nilai Kc semakin
besar maka respon akan semakin cepat, namun apabila nilai
Kc terlalu besar maka akan timbul error steady state (ess).
Hal ini sesuai dengan data percobaan, nilai ess yang semula
bernilai 0,02 meningkat menjadi 0,1. Pada penambahan nilai
Ti, secara teori nilai rise time menurun, tidak ada error steady
state, dan terdapat osilasi, namun pada percobaan ini terdapat
error steady sebesar 4,58. Hal ini disebabkan oleh nilai Ti
yang digunakan pada sistem terlalu besar yaitu 30 sehingga
sistem tidak dapat mencapai set point sebesar 40. Nilai rise
time pada sistem setelah penambahan Ti menurun dari 97 s
menjadi 96 s. Pada penambahan nilai Td sebesar 0,02, nilai
rise time menurun dari 97 s menjadi 94 s. Selain itu nilai
settling time juga menurun dari 184 s menjadi 139 s, nilai ess
sebesar 0,02, dan tidak ada maximum overshoot yang pada
sistem, sehingga semakin besar nilai Td maka respon akan
semakin cepat dan maximum overshoot semakin berkurang.
21
4.2.3 Fidia Shethin Anisa (2416 105 013)
Berdasarkan percobaan mengenai simulasi
pengendalian yang telah dilakukan dengan menggunakan
Labview 2015, dapat dilihat perbandingan karakteristik
performansi dari sistem saat sebelum dan sesudah diberikan
suatu pengontrol P/I/D. Saat variabel Kc diubah menjadi 20
dengan nilai Ti dan Td tetap, respon transien dari sistem
berubah, yaitu lebih cepatnya rise time (tr) dan settling time
(ts) untuk mencapai set point sebesar 40. Hal tersebut sesuai
dengan fungsi pengontrol P yaitu mempercepat respon.
Selanjutnya saat Ti diberikan suatu nilai 30, respon sistem
untuk rise time menurun dari 97s menjadi 96s dan
menunjukkan adanya error steady state (Ess) sebesar 4,58.
Hal ini disebabkan saat pemilihan Ki yang sangat tinggi justru
dapat menyebabkan output berosilasi dapat menyebabkan
respon transien yang tinggi sehingga dapat menyebabkan
ketidakstabilan sistem. Selain itu penambahan pengontrol I ini
cenderung akan memperlambat respon. Yang terakhir adalah
perubahan nilai Td yaitu sebesar 0.02 sehingga rise time dari
sistem yang semula 97 s menjadi 94 s dan settling time dari
respon yang semula bernilai 184 s menjadi 139 s. Pengontrol
diferensial ini umumnya dipakai untuk mempercepat respon
awal suatu sistem, tetapi tidak memperkecil kesalahan pada
keadaan steady. Kerja pengontrol diferensial hanyalah efektif
pada lingkup yang sempit, yaitu pada periode peralihan. Oleh
sebab itu pengontrol diferensial tidak pernah digunakan tanpa
ada kontroler lainnya.
22
3 parameter yaitu Kc, Ti dan Td. Pada percobaan ini dilakukan
4 kali pengambilan data. Pada pengmabilan data pertama
digunakan nilai Kc bernilai 0, Ti bernilai 0,0100, dan Td
bernilai 0,0010. Data kedua nilai Kc bernilai 20, Ti bernilai
0,0100, dan Td bernilai 0,0010. Pengambilan ketiga nilai Kc
bernilai 0, Ti bernilai 30, dan Td bernilai 0,0010. Sedangkan
pengambilan data keempat Kc bernilai 0, Ti bernilai 0,0100,
dan Td bernilai 0,02.
Dari gambar 4.1 tersebut dapat diketahui pula nilai tr (rise
time) sebesar 97 s, tp (peak time) sebesar 159 s, maximum
overshoot sebesar 1,75 dan nilai ts 184 s. Dengan adanya
perubahan nilai Kc maka nilai tr dan ts menurun menjadi 93 s
dan 112 s atau respon sistem semakin cepat. Perubahan nilai
Ti menyebabkan adanya offset namun nilai tr tetap menurun
menjadi 96 s. Sedangkan perubahan nilai Td menyebabkan
nilai tr dan ts menjadi menurun menjadi 94 s dan 139 s atau
membuat respon semakin cepat.
23
adalah 184 s. Nilai maximum overshoot adalah 1,75, nilai
peak time adalah 159 s, dan error steady state 0,02. Nilai
maximum overshoot adalah 1,75 dan nilai peak time sebesar
159 s yang dijelaskan pada gambar 4.1. Untuk perubahan
karakteristik respon apabila nilai Kc diubah 20 maka untuk
mencapai set point sebesar 40 maka rise time dari sistem
bernilai 93 s, settling time bernilai 112 s, dan error steady
state sebesar 0,1. Untuk perubahan karakteristik respon
apabila nilai Ti diubah sebesar 30 maka untuk mencapai set
point sebesar 40 maka rise time dari sistem bernilai 96 s,
settling time bernilai 604 s, dan terdapat error steady state
sebesar 4,58. Untuk perubahan karakteristik respon apabila
nilai Td sebesar 0,02 maka untuk mencapai set point sebesar
40 maka rise time dari sistem bernilai 94 s, settling time dari
respon bernilai 139 s, dan error steady state bernilai 0,02.
24
telah berjalan dengan baik. Selain itu pengendali PID yang
ada pada sistem dapat dikatakan membuat sistem lebih stabil
dan menjadikan sistem memiliki nilai error steady state yang
bernilai kecil sehingga sistem dikatakan baik.
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum mengenai simulasi
pengendalian level dengan Labview 2015 sebagai berikut :
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan yaitu sebaiknya
praktikan lebih memahami teori mengenai sistem
pengendalian sehingga memudahkan dalam melakukan
praktikum, selain itu praktikan harus mengetahui
perbandingan nilai Kc, Ti, Td agar respon sistem yang
dihasilkan sesuai dengan teori pengontrol PID.
26
LAMPIRAN
Tugas Khusus 1
- Tiara Oktavia
- Dhirga Kurniawan
- M. Fikri F.
27
Gambar 2 Pengendalian level water tank pada saat run
28
Gambar 3 Diagram blok pengendalian level water tank
Tugas Khusus 2
- Putu Ayustin Suriasni
- Fidia Shethin Anisa
- Rizky Kurniasari K P
- Adillah Daffadany R.
Contoh plant sederhana yang dibuat pada software
Labview adalah plant level. Pada plant ini terdapat slider
yang berfungsi sebagai input untuk mengatur level dari
tangki. Nilai minimum dari slider yaitu 1 (dalam satuan
volt) merepresentasikan nilai minimum level pada tangki
yaitu 0 mm seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.
Nilai maksimum slider yaitu 5 (dalam satuan volt)
merepresentasikan nilai maksimum level pada tangki
yaitu 400 mm seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5.
Meter level berfungsi untuk menunjukan perubahan
ketinggian yang telah diubah menjadi sinyal standar
29
yaitu 4-20 mA. 4 mA merepresentasikan 0 mm dan 20
mA merepresentasikan 400 mm.
30
Gambar 5 Tampilan Front Panel saat Masukan dari Slider
Bernilai Maksimum
31
Gambar 6 Tampilan Diagram Blok dari Plant Level
32