Laporan Pemercontoh Bauksit
Laporan Pemercontoh Bauksit
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lokasi
Penelitian dilakukan di unit penambangan Bauksit PT. Aneka Tambang
pada saat ini masih berlangsung di Pulau Bintan dan Pulau-pulau disekitarnya.
Pulau Bintan dan Pulau-pulau disekitarnya terletak pada BT 104°10’ dan LU
0°40’ dan LU 0°40’ - 1°15’
Gambar 2.1
Peta Pulau Bintan dan Sekitarnya
2
3
Gambar 2.2
Peta Geologi Bintan Timur
4
Pelapukan
Alumina yang bersumber dari proses pelapukan, dijumpai sebagai
cebakan residual dan disebut sebagai bauksit. Terbentuk oleh pelapukan
feldspatil atau batuan yang mengandung nefelin.
Gambar 2.3
Penampang Residual Bauksit
6
BAB III
ANALISA
3.1 Sampling
Berdasarkan dari hasil keterbentukannya yang secara residual dan juga
tingkat homogenitas dan kontinuitas yang cukup tinggi, maka salah satu
penentuan pola sampling ketika kegiatan ekplorasi digunakan pola sampling
reguler. Pada studi kasus ini jarak antara titik sampling yaitu 200 meter. Jarak ini
juga dapat di perdekat lagi jika hasil sampling pada titik penelitian memuaskan.
Gambar 3.1
Pola Sampling Reguler pada Bijih Bauksit di Pulau Bintan
6
7
Gambar 3.2
Sketsa Channel Sampling
7
8
Gambar 3.3.
Diagram Alir Preparasi Conto
8
9
Gambar 3.4
Difraksi X-Ray Oleh Kristal
9
10
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Penyebaran bauksit residual secara lateral memiliki tingkat homogenitas
yang cukup tinggi sedangkan secara vertikal penyebaran bauksit juga
masih masuk ke dalam zona yang cukup tinggi. Dikarenakan juga pada
bagian vertikal terjadi adanya zona pelindian yang memperkaya kadar
bauksit.
Pola sampling yang digunakan untuk mengetahui kadar bauksit dilakukan
dengan pola reguler yaitu dengan jarak yang sama. Hal ini cocok untuk
nijih bauksit residual yang mempunyai homogenitas dan kontinuitas yang
cukup tinggi. Sedangkan teknik sampling bijih bauksit ini menggunakan
channel sampling.
Dalam analisis laboratorium yang dilakukan untuk bijih bauksit dilakukan
dengan analisis kadar dan analisis mineralogi. Analisisi kadar meliputi
analisisi kimia basah dan X-Ray Flourescence. Sedangkan analisisi
mineralogi yaitu dengan menggunakan metode X-Ray diffraction
4.2 Saran
Dengan memperhatikan kontinuitas yang memungkinkan pengaruh antar
kadar yang relatif jauh. Kadar Al2O3 sampai radius 200 m dan ketebalan sampai
radius 75 m maka disarankan jarak 25 m sumur uji untuk ditinjau lagi
kemungkinanya untuk diperlebar.
10