Anda di halaman 1dari 4

PROYEK YANG EFISIEN AKAN HEMAT DAN

TEPAT GUNA DENGAN INOVASI


Ir. Suardi Bahar, MT., IPM.

Melaksanakan pembangunan proyek dengan kecukupan biaya dan ketepatan waktu


semata, tidaklah cukup. Dalam pandangan profesional sebagai pelaksana proyek,
kebanyakan dari pelaksana hanya berorientasi pada kedua hal di atas. Mereka
berpendapat bahwa proyek akan mengalami kegagalan apabila pekerjaan
penyelesaiannya dilaksanakan tidak tepat waktu atau munculnya pembengkakan biaya.
Akan tetapi, hendaknya perlu diperhatikan bahwa kedua hal itu hanya merupakan titik
awal dari suksesnya proyek yang sedang dilaksanakan.

Permasalahan lebih penting yang perlu dicermati adalah bagaimana proyek yang
dilaksanakan mampu menciptakan kondisi yang mendorong perkembangan bisnis
pemilik aset menjadi lebih maju dan berkembang tanpa melupakan standar proses yang
berlaku. Oleh karena itu, pemilik aset hendaknya berperan aktif dalam perencanaan dan
konstruksi proyek, serta tidak menyerahkan begitu saja semua permasalahan kepada
pihak konsultan. Melalui pendekatan ini, projek jalan layang tol yang akan dibangun
secara dinamis mampu merefleksikan misi dan citra perusahaan, serta membuat
suasana menjadi lebih inovatif, dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih energik.
Untuk itu, sebagai pemilik aset diharapkan selalu berada bersama dalam tim untuk
mengikuti proses pelaksanaan, agar tujuan utama proyek tercapai. Inovasi dan seni pada
value engineering untuk pengelolaan konstruksi, metoda ini didasarkan pada
pemahaman bahwa fungsi yang disandang oleh sebuah produklah yang merupakan
kunci untuk mencapai nilai yang lebih baik.

Tanggung jawab utama untuk desain tetap ada pada perencana dan karena itu
perencana harus memutuskan apakah akan menerima dan mengimplementasikan
perubahan-perubahan yang diusulkan atau menolaknya dengan argumentasi yang valid.
Risiko yang terlibat di dalamnya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan di
dalam pengusulan gagasan-gagasan yang baru.

Inovasi sangat erat kaitannya dengan Value Engineering (VE), dimana VE atau
Rekayasa Nilai adalah usaha yang terorganisasi/sistematis yang ditujukan untuk
menganalisa fungsi dan barang dan jasa guna mencapai fungsi dasar dengan total biaya
yang paling rendah, konsisten dengan pencapaian karakteristik yang esensial, yaitu
performa, durability, reliability dan quality. VE sering juga disebut dengan value
analysis, value management (VM), atau value planning, yang merupakan suatu metoda
yang didasarkan pada metodologi nilai atau value methodology Adapun tujuan dari
adanya VE ini adalah untuk mengefisienkan penggunaan sumber daya, orang, waktu dan
material, menciptakan perubahan dengan kesengajaan dan membentuk ketrampilan
baru pada individual. Adapun elemen yang tercakup dalam VE ini adalah : function
analysis, creative thinking, VE Job plan, Life Cycle costing, evaluation matrix,
functional analysis system technique, cost&worth, habits roadblocks and attitude dan
managing the ownership/designer/value consultant relationship.

VE merupakan metode yang sebenarnya saat ini sudah harus diterapkan di Indonesia
secara legal. Kita selalu mendengar berita-berita di berbagai media mengenai proyek-
proyek yang dianggap tidak efisien bahkan sia-sia.
VE sebenarnya dapat diterapkan disemua bidang, tidak hanya di bidang konstruksi saja.
Jika VE bisa diterapkan pada bangunan sederhana, mengapa tidak diterapkan di proyek-
proyek besar seperti Pelabuhan Laut, Bandara, Fly Over, Jembatan, High Rise Building,
Bendungan, Jalan tol, terowongan, dan lain sebagainya. Di saat kondisi ekonomi yang
belum bagus seperti saat ini, efisiensi dan efektivitas sebuah proyek mesti diberi
perhatian lebih. Jangan ada lagi proyek-proyek mubazir yang sangat merugikan banyak
pihak. Untuk mendapatkan efisiensi dan efektifitas itulah VE dapat berperan.

Selama ini, realita yang terjadi adalah masih lemahnya analisa pada barang dan jasa
sehingga menimbulkan inefisiensi, bahkan kerugian operational yang tidak bisa
dianggap enteng. Lalu apa yang menyebabkan lemahnya kemampuan analisa yang
selama ini terjadi?

Keterbatasan waktu, informasi, ide dan kesalahan konsep menjadi bumerang mengapa
kondisi tersebut masih berlangsung, jika tanpa penanganan. Demikian pula dengan
adanya asumsi-asumsi sementara yang menyebabkan ketidakpastian situasi. Sementara
habits dan attitudes juga menjadi sumber mengapa analisa belum dilakukan optimal.
Namun ada tindakan yang disengaja yang justru membuat ketidakefisiensian yaitu
karena pertimbangan politis dan tindakan penghematan.

VE sering dilakukan pada semua proyek. Bahkan prinsip-prinsip VE sebenarnya adalah


hal yang sudah biasa dilakukan, tetapi belum tersusun rapi dalam suatu prosedur. Pada
proyek-proyek besar, pembangunan secara bertahap sudah biasa dilakukan, yaitu
pembangunan bertahap yang merujuk pada satu perencanaan yang matang.

Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan VE?


VE bisa dimanfaatkan sebagai bisnis. Namun VE ini sulit berkembang di proyek instansi
pemerintahan karena kebanyakan pemerintah tidak attractive dan kurang mengkaitkan
dengan nilai yang jelas. Sementara di swasta apabila VE ini diterapkan, makna
penghematan bisa dianggap sebagai saving yang akan menguntungkan perusahaan
swasta tersebut. Namun dengan menggunakan VE ini para arsitek menjadi lebih sibuk
karena adanya alternative lain dan ditemukannya alternative temuan baru setelah
melakukan prosedur VE.

Yang menarik, VE sebagai teknik PARETO


Teknik Pareto adalah suatu analisa yang pertama kali diperkenalkan oleh Wilfredo
Pareto, seorang Pakar Eknomi dari Italia. Perumusan prinsip pareto kemudian
dilakukan oleh J.M Juran dan dikenal dengan prinsip 80-20, yaitu 80% efek atau akibat
yang mempengaruhi suatu proses diakibatkan oleh suatu tahapan produksi yang
memiliki prosentase bobot 20%.
Prinsip Pareto bertujuan untuk mengenali akar permasalahan dari suatu proses yang
selanjutnya digunakan menentukan masalah mana yang paling penting untuk dijadikan
prioritas pemecahannya sehingga akan dihasilkan feedback dan hasil yang lebih besar
dari usaha yang dilakukan.
Sehingga bila kita hubungkan VE dengan teknik Pareto maka VE adalah suatu teknik
analisa untuk mengenali potensi dan peluang efisiensi terbesar pada suatu bagian,
dengan mengevaluasi tahapan kecil dari suatu proses produksi yang nantinya akan
sangat berpengaruh terhadap pembiayaan.
Prosedur apa saja dalam VE?
Pada dasarnya, VE ini ada beberapa tahap fase . Fase-fase tersebut merupakan prosedur
yang sistematis yang pada intinya dimulai dari pengumpulan informasi, menentukan
permasalahan, mencari alternatif solusi, memilih solusi terbaik sampai kemudian
mengembangkan solusi tersebut menjadi proposal.

Fase pertama, disebut dengan Information Phase, di mana pelaksana mendapatkan


berbagai informasi misalnya mengenai desain, latar belakang, kendala, dan proyeksi
biaya proyek. Tim VE akan mengetahui pentahapan/langkah-langkah analisis fungsi dan
mendapatkan data mengenai proyek yang akan dikerjakan, termasuk dalam hal ini siapa
saja dan bagaimana karakter yang akan memanfaatkan proyek nantinya. Identifikasi
fungsi dan analisa fungsi dijadikan dasar dalam pencarian altematif komponen nantinya.
Pada fase ini juga dilakukan evaluasi, dimana penyaringan ide-ide yang diperoleh pada
fase kreativitas. Setelah fungsi-fungsi suatu produk atau jasa teridentifikasi maka
evaluasi penting dilakukan untuk mendapatkan nilai kegunaan (worth) fungsi-fungsi
tersebut.

Yang kedua, Creative Phase. Creative Phase ini membiarkan pelaku melakukan
brainstorming yang bakal memunculkan ide-ide gila yang selanjutnya akan dikoleksi
dan direcord, juga dilakukan pencarian solusi terhadap informasi-informasi yang
diperoleh pada fase informasi. Dalam fase ini, semua ide-ide boleh dikeluarkan, tidak
boleh ada pembatasan sebuah ide. Semua ide akan diterima dan dicatat selagi tidak
keluar dari koridor permasalahan.

Fase ketiga adalah Judgment Phase. Ide-ide yang dikumpulkan tadi dinilai, discore, dan
dimasukkan dalam matrix penilaian sehingga didapat score dalam range terendah
hingga tertinggi. Semua dipelajari, kemudian disaring dan dipilih yang paling memenuhi
“fungsi” atau mempunyai “Value” yang baik.

Langkah selanjutnya adalah Development Phase. Hasil tadi kemudian diaplikasikan dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Dari analisis yang diperoleh pada fase
informasi, kreativitas dan evaluasi, maka misalnya membuat gambar desain proyek
sesuai dengan karakter yang telah direncanakan.

Setelah itu dilakukan perumusan dan direkomendasikan sebagai standard untuk


melaksanakan VE, yang disebut sebagai Recomendation Phase. Tim VE menelaah
gagasan atau alternatif yang terpilih dan menyiapkan deskripsi, gambar-gambar dan
estimasi terkait yang mendukung rekomendasi yang diajukan sebagai proposal VE yang
resmi.

Berdasarkan grafik peluang efisiensi dari VE, maka penghematan biaya terbesar dan
yang paling menguntungkan sebenarnya ada saat perencanaan atau review desain.
Peluang penghematan biaya akan semakin menurun bila mengusulkan proposal VE
dalam masa pelaksanaan.
Dari beberapa paparan diatas maka dapat disimpulkan saat ini VE sangat penting
terutama di bidang Konstruksi, oleh karena itu sangat dibutuhkan tenaga profesional
yang bersertifikat Internasional.
Contoh Kasus
Proyek Jalan Layang Tol JORR E3 dan Pembangunan Bendung Gerak
Serayu.
Optimasi pada Proyek Jalan Layang Tol JORR E3 dilakukan dengan melaksanakan
Value Engineering, penggantian Box Girder dengan PC I Girder, dimana bisa
menghemat biaya Proyek +/- 8 % dan percepatan waktu dari 2 tahun menjadi 1tahun 2
bulan, dengan percepatan 8 bulan, berarti jalan tol bisa dioperasikan 8 bulan lebih awal.
Efisiensi pada Proyek Bendungan Serayu dilakukan dengan melakukan review terhadap
metode kerja dan material bendung. Posisi bendung yang berada di tikungan sungai
yang sebelumnya dianggap sebagai permasalahan yang signifikan ternyata memberikan
peluang efisiensi. Karena arus sungai yang sangat besar metode kerja bendung diubah
dan dilakukan melalui dua tahap.
Dari hasil analisa secara keseluruhan dengan metode tersebut justru mempercepat
waktu pelaksanaan dan menghemat material karena pasir dan batu sungai berkumpul
pada tikungan sungai. Material ini kemudian digunakan sebagai pengganti material
yang berasal dari peledakan Quary (yang terletak dipinggir jalan antara kota Purwokerto
– Cilacap) yang akan diledakkan dengan dinamit dan dipecah melalui Crushing Plant
yang berlokasi jauh dari site (25 KM).
Penghematan material dan waktu pelaksanaan inilah yang selanjutnya membantu
efisiensi dari biaya proyek secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai